Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN PRAKTIKUM KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN KOMPUTER MODUL 4

SUBNETTING CLASSFULL DAN CLASSLESS

Untuk memenuhi tugas matakuliah Praktikum Komunikasi Data dan Jaringan Komputer yang dibimbing oleh Dr. Muladi S.T, M.T.

Oleh : ANJAR DWI RAHMAWATI ALIFFIAN RANUM H. (110533406968) (110533406973)

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MALANG PEBRUARI 2013

SUBNETTING CLASSFULL DAN CLASSLESS

A. PENGERTIAN SUBNETTING

Subnetting merupakan suatu metode untuk memperbanyak network ID dari suatu network ID yang telahanda miliki. Contoh kasus diperiukannya subnetting: Sebuah perusahaan memperoleh IP address network kelas C 192.168.0.0. Dengan IP network tersebut maka akan didapatkan sebanyak 254 (28-2) alamat IP address yang dapat kita pasang pada komputer yang terkoneksi ke jaringan. Yang menjadi masalah adalah bagaimana mengelola jaringan dengan jumlah komputer lebih dari 254 tersebut. Tentu tidak mungkin jika anda harus menempatkan komputer sebanyak itu dalam satu lokasi. Jika anda hanya menggunakan 30 komputer dalam satu kantor, maka ada 224 IP address yang tidak akan terpakai. Untuk mensiasati jumlah IP addressyang tidak terpakai tersebut dengan jalan membagi IP network menjadi beberapa network yang lebih kecil yang disebut subnet. Subnetting juga dilakukan untuk mengatasi perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network. Router IP dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda hanya jika setiap network memiliki address network yang unik. Selain itu, dengan subnetting, seorang Network Administ rator dapat mendelegasikan

pengaturan host address seluruh departemen dari suatu perusahaan besar kepada setiap departemen, untuk memudahkannya dal am mengatur keseluruhan network. Suatu subnet didefinisikan dengan mengimplementasikan masking bit (subnet mask ) kepada IP Address. Struktur subnet mask sama dengan struktur IP Address, yakni terdiri dari 32 bit yang dibagi atas 4 segmen. Bit-bit dari IP Address yang ditutupi (masking) oleh bitbit subnet mask yang aktif dan bersesuaian akan diinterpretasikan sebagai network bit. Bit 1 pada subnet mask mengaktifkan masking ( on ), sedangkan bit 0 tidak aktif ( off ). Sebagai contoh kasus, mari kita ambil sa tu IP Address kelas A dengan nomor 44.132.1.20. Ilustrasinya dapat dilihat Tabel berikut : Rumus untuk menghitung jumlah subnet adalah: 2n -2 n adalah jumlah bit yang diselubungi Rumus untuk menghitung jumlah host per subnet = 2N 2 N adalah jumlah bit yang masih tersisa untuk host ID. Terdapat dua macam subnetting: subnetting statis dan variable subneting. Subnetting statis, adalah subnetting di mana semua subnet dalam jaringan menggunakan subnet mask yang sama. IP lokal dan RIP routing versi 1 hanya menyokong subnetting statis. Variable length subnetting memperbolehkan penggunaan subnet mask yang berbeda oleh subnet-subnet dalam jaringan. Sebuah subnet kecil dengan hanya sedikit host membutuhkan sebuah subnet

mask yang mengakomodasi subnet-subnet ini saja. Sebuah subnet dengan banyak host mungkin membutuhkan sebuah subnet mask yang berbeda untuk mengakomodasi hosthostnya. Variable length subnetting mengizinkan kita untuk membagi jaringan sehingga memungkinkan untuk menetapkan host yang mencukupi untuk setiap subnet dengan mengubah subnet mask untuk tiap jaringan. RIP versi 2 menyokong variable length subnetting dan begitu juga subnetting statis. RIP versi 1 hanya menyokong kapasitas kelas standar.

Dengan aturan standard, nomor IP address ini adalah 44 dan nomor host adalah 44 dan nomor host adalah 132.1.20. network tersebut dapat menampung maksimum lebih dari 16 juta host yang terhubung langsung. Misalkan pada address ini akan diimplementasikan subnet mask sebanyak 16 bit 255.255.0.0 (Hexa = FF.FF.00.00 atau biner = 111111 11.11111111.00000000.00000000). perhatikan bahwa pada bit 16 bit pertama dari subnet mask tersebut berharga 1, sedangkan 16 bit berikutnya 0. Dengan demikian, 16 bit pertama dari suatu IP Address yang dikenakan subnet mask tersebut akan dianggap sebagai network bit. Nomor network akan berubah menjadi 44.132 dan nomor host menjadi 1.20. Kapasitas maksimum host yang langsung terhubung pada network menjadi sekitar 65 ribu host. Subnet mask di atas identik dengan standard IP A ddress kelas B. Dengan menerapkan subnet mask tersebut pada satu net work kelas A, dapat dibuat 256 network baru dengan kapasitas masing-masing subnet setara network kelas B. Penerapan subnetnya menghasilkan jumlah network yang lebi h besar ( lebih dari 65 ribu network ) dengan kapasitas masingmasing subnet sebesar 256 host. Network kelas C juga dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa subnet dengan menerapkan subnet mask yang lebih tinggi seperti untuk 25 bit (255.255.255.128), 26 bit (255.255.255.192), 27 bit ( 255.2 55.255.224) dan seterusnya.

Subnetting dilakukan pada saat konfi gurasi interface. Penerapan subnet mask pada IP Address akan mendefinisikan 2 buah address bar u, yakni Network Address dan Broadcast Address. Network address didefinisikan dengan menset seluruh bit host berharga 0, sedangkan broadcast address dengan menset bit host berharga 1. Seperti yang telah

dijelasakan pada bagian sebelumnya, network address adalah alamat network yang berguna pada informasi routing. Suatu host yang tidak perlu mengetahui address seluruh host yang ada pada network yang lain. Informasi yang dibut uhkannya hanyalah address dari network yang akan dihubungi serta gateway untuk mencapai network tersebut. Ilustrasi mengenai subnetting, network address dan broadcast address dapat dilihat pada Tabel di bawah. Dari tabel dapat disimpulkan bagaimana nomor network standard dari suatu IP Ad dress diubah menjadi nomor subnet / subnet address melalui subnetting.

Subentting hanya berlaku pada network lokal. Bagi network di luar network lokal, nomor network yang dikenali tetap nomor network standard menurut kelas IP address. Sebagai contoh, sebuah perusahaan dengan alamat 195.34.136.0 perlu membagi interval alamat menjadi lima jaringan terpisah. Harus terdapat 254 host pada tiga subnet dan 126 host pada dua subnet. Hal ini tidak dapat dilakukan menggunakan subnetting statis karena subnetting statis hanya dapat membagi jaringan menjadi empat subnet dengan masing masing 254 host atau delapan subnet dengan masing-masing 126 host. Untuk membagi alamat menjadi lima subnet, kita harus menggunakan sejumlah netmask. Empat subnet pertama menggunakan mask 255.255.255.0 dan memiliki 254 host pada masingmasing mask. Subnet pertama kemudian dapat dibagi menjadi dua subnet dengan masingmasing 126 host dan sebuah subnet mask 255.255.255.128. Kemudian akan terdapat tiga subnet dengan masing masing 254 host dan dua subnet dengan masing-masing 126 host.

B. FUNGSI SUBNETTING fungsi subnetting antara lain sbb: 1. Mengurangi lalu-lintas jaringan, sehingga data yang lewat di perusahaan tidak akan bertabrakan (collision) atau macet. 2. 3. 4. Teroptimasinya unjuk kerja jaringan. Pengelolaan yang disederhanakan. Membantu pengembangan jaringan ke arah jarak geografis yang menjauh, Untuk contohnya kita bisa ambil kasus sbb : WAN yang menggunakan jaringan antar kota yang berbeda. lebih optimpal jaringan tersebut dengan subnetting.

C. PROSES SUBNETTING untuk melakukan proses subnetting kita akan melakukan beberapa proses antara lain : Menentukan jumlah subnet yang dihasilkan oleh subnet mask Menentukan jumlah host per subnet Menentukan subnet yang valid Menentukan alamat broadcast untuk tiap subnet Menentukan host host yang valid untuk tiap subnet

D. CLASSFULL ROUTING PROTOCOLS Classful routing protocols, ialah suatu protocol dimana protokol ini tidak membawa routing mask information ketika update routing atau routing advertisements. Ia hanya membawa informasi ip-address saja, dan menggunakan informasi default mask sebagai masknya. kelemahan dari classful routing protocols ialah tak dapat men-suport VLSM (Variable Length Subnet Mask) dan Supernetting.

Classful Routing Protocol adalah : penerapan subnet secara penuh atau default. /24,/16,/8 artinya penggunaan kelas full dikonsep ini. Classful routing protocols juga ialah suatu protocol dimana protokol ini tidak membawa routing mask information ketika update routing atau routing advertisements. Ia hanya membawa informasi ip-address saja, dan menggunakan informasi default mask sebagai mask-nya. Dynamic routing Classfull : Rip V1, IGRP. Classfull merupakan metode pembagian IP address berdasarkan kelas IP address ( yang berjumlah sekitar 4 milyar ) dibagi kedalam lima kelas yakni: Address kelasA 1 bit pertama IP Address-nya0

Address kelas B 2 bit pertama IP Address-nya10 Address kelas C 3 bit pertama IP Address-nya110 Address kelas D 4 bit pertama IP Address-nya1110 Address kelas E 4 bit pertama IP Address-nya1111 Kelebihan: Tidak perlu menyertakan subnetmask pada update routing Kekurangan classfull routing protocol: Tidak mendukung vlsm Ketidak mampuan untunk mendukung jaringan discontiguous. jenis-jenis Classful Routing Protocol : RIP V1(Routing Information Protocol) RIP merupakan routing information protokol yang memberikan routing table berdasarkan router yang terhubung langsung, Kemudian router selanjutnya akan memberikan informasi router selanjutnya yang terhubung langsung dengan itu. Adapun informasi yang dipertukarkan oleh RIP yaitu : Host, network, subnet, rutedefault.

Karakteristik RIP versi 1 1. Distance Vector Routing Protocol 2. Menggunakan metric yaitu hop count 3. Maximum hop count adalah 15. 16 dianggap sebagai unreachable 4. Mengirimkan update secara periodic setiap 30 sec 5. Mengirimkan update secara broadcast ke 255.255.255.255 6. Mendukung 4 path Load Balancing secara default maximumnya adalah 6 7. Menjalankan auto summary secara default 8. Paket update RIP yang dikirimkan bejenis UDP dengan nomor port 520 9. Bisa mengirimkan paket update RIP v.1 dan bisa menerima paket update RIP v.1 dan v.2

10. Berjenis classful routing protocol sehingga tidak menyertakan subject mask dalam paket update.Akibatnya RIP v.1 tidak mendukung VLSM dan CIDR. 11. Mempunyai AD 120

Kelebihan Menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan

informasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update). Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan.

Kekurangan Jumlah host Terbatas RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route. RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM). Ketika pertama kali dijalankan hanya mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak mengetahui topologi jaringan tempatnya berada hanya mendukung routing classfull tidak ada info subnet yang dimasukkan dalam perbaikan routing tidak mendukung VLSM (Variabel Length Subnet Mask) perbaikan routing broadcast

IGRP The Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) adalah sebuah routing protocol

berpemilik yang dikembangkan pada pertengahan tahun 1980-an oleh Cisco Systems, Inc Cisco tujuan utama dalam menciptakan IGRP adalah untuk menyediakan protokol yang kuat untuk routing dalam sistem otonomi (AS). IGRP memiliki hop maksimum 255, tetapi defaultnya adalah 100. IGRP menggunakan bandwidth dan garis menunda secara default untuk menentukan rute terbaik dalam sebuah internetwork (Composite Metrik). Pada IGRP ini routing dlakukan secara matematik berdasarkan jarak. Untuk itu pada IGRP ini sudah mempertimbangkan hal berikut sebelum mengambil keputusan jalur

mana yang akan ditempuh. Adapun hal yang harus diperhatikan : load, delay,bandwitdh, realibility Kekurangan dan kelebihan IGRP : 1. IGRP tidak meningkatkan fitur konvergensi dan efesien pengopersaian sinyal 2. IGRP dan EIGRP saling kompatibel memberikan interoperability tanpa batas dengan ruter IGRP 3. IGRP tidak mendukung multiprotocol 4. IGRP mempunyai hop count sampai 255 5. IGRP menggunakan metrik yang panjangnya 32 bit, yang memberi faktor skala256([10000000/BW]*2560

Pengalokasian host pada jaringan dengan menggunakan sebuah subnet mask yang sama, biasanya menggunakan protocol RIPv1 dan IGRP, dimana protocol ini tidak

mempunyai field untuk menyimpan informasi subnet sehingga informasi-informasi subnet tidak dikirimkan. Ini berarti jika sebuah router menjalankan RIP mempunyai sebuah subnet mask dengan nilai tertentu, router beranggapan bahwa semua interface yang berada di dalam alamat classfull routing. Jika kita mencampurkan panjang subnet yang berbeda dalam sebuah network yang menjalankan protocol RIP atau IGRP maka network itu tidak akan bekerja.

E. CLASSLESS ROUTING PROTOCOLS Classless routing protocols yaitu suatu metodologi pengalokasian IP Address dalam notasi Classless Inter Domain Routing(CIDR). Istilah lain yang digunakan untuk menyebut bagian IP address yang menunjuk suatu jaringan secara lebih spesifik. Biasanya dalam menuliskan CIDR suatu kelas IP Address digunakan tanda garis miring (Slash)/, diikuti dengan angka yang menunjukan panjang CIDR ini dalam bit. Contoh: 192.168.1.0/24. Classless routing protocols memanjangkan standard skema IP Adress Class A, B, atau C dengan menggunakan subnet mask atau mask length sebagai indikasi bahwa router harus menejemahkan IP network ID. Classless routing protocols memasukan subnet mask bersama dengan IP address ketika mencari informasi routing. Pengalokasian host/IP yang dapat menggunakan subnet mask yang berbeda, yang didukung oleh routing protocol (RIPv2, OSPF, dan EIGRP) yang dapat memberikan informasi subnet, sehingga dapat menghemat sejumlah alamat host/IP. Classless routing protocol adalah pendukung protokol Classless Inter-Domain Routing (CIDR), sebuah skema yang lebih baru dari IPv4 dengan menggunakan sebuah

subnet mask atau mask panjang untuk menunjukkan bagaimana router harus mengidentifikasi ID jaringan IP Subnet mask mewakili ID jaringan tidak terbatas pada mereka yang didefinisikan oleh kelas-kelas alamat, tetapi dapat berisi variabel jumlah bit orde tinggi. Subnet mask seperti fleksibilitas memungkinkan Anda untuk mengelompokkan beberapa jaringan sebagai satu entri di tabel routing, routing secara signifikan mengurangi biaya overhead Metode classless addressing (pengalamatan tanpa kelas) saat ini mulai banyak diterapkan, yakni dengan pengalokasian IP Address dalam notasi Classless Inter Domain Routing(CIDR). Istilah lain yang digunakan untuk menyebut bagian IP address yang menunjuk suatu jaringan secara lebih spesifik, disebut juga denganNetwork Prefix. Biasanya dalam menuliskan network prefix suatu kelas IP Address digunakan tanda garis miring (Slash)/, diikuti dengan angka yang menunjukan panjang network prefix ini dalam bit. Contoh dari Classless routing protocols ialah RIP v2 and OSPF, Border Gateway Protocol version 4 (BGP4) dan Intermediate System to Intermediate System (IS-IS).

KESIMPULAN

Subnetting merupakan suatu metode untuk memperbanyak network ID dari suatu network ID yang telah anda miliki.

Fungsi subnetting adalah untuk Mengurangi lalu-lintas jaringan, teroptimasinya unjuk kerja jaringan, pengelolaan yang disederhanakan, Membantu pengembangan jaringan ke arah jarak geografis yang menjauh.

untuk melakukan proses subnetting kita akan melakukan beberapa proses antara lain : Menentukan jumlah subnet yang dihasilkan oleh subnet mask, jumlah host per subnet, subnet yang valid, alamat broadcast untuk tiap subnet, host host yang valid untuk tiap subnet. Classful routing protocols, ialah suatu protocol dimana protokol ini tidak membawa routing mask information ketika update routing atau routing advertisements, Ia hanya membawa informasi ip-address saja.

Classless routing protocols yaitu suatu metodologi pengalokasian IP Address dalam notasi Classless Inter Domain Routing(CIDR).

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, Reni Amalia. 2011. Pengertian dan Fungsi Subnetting. http://blog.unsri.ac.id/rennyamalia/jarkom/pengertian-dan-fungsi-subnetting/mrdetail/40262/ . Online diakses pada tanggal 19 Pebruari 2013. Faristina, Fitriana.2012. Classfull Protocol Routing dan Classless Protokol Routing. http://fififaristia.blogspot.com/2012/04/classful-protocol-routing-dan-classless.html . Online diakses pada tanggal 19 Pebruari 2013. Sholikah. 2012. Pengertian Subnetting. http://sholikahptik.blogspot.com/2012/03/pengertian-subnetting.html. online diakses pada tanggal 19 Pebruari 2013. -LT-.2008. Classless and Classfull Routing Protokol. http://playgroundzero.blogspot.com-/2008/12/classless-classful-routing-protocol.html. Online diakses pada tanggal 19 Pebruari 2013. Desi, Septi Retno.2012. Classfull and Classless Routing. http://septipendtium10.blogspot.-com/2012/10/classfull-dan-classless-routing.html . Online diakses pada tanggal 19 Pebruari 2013.

Anda mungkin juga menyukai