Anda di halaman 1dari 6

Pola Pemecahan Masalah

Membagi topik menjadi 2 hal utama merupakan utama cara yang paling sederhana dalam penggunaan pola pemecahan masalah. Hal pertama menunjukan atau mendiagnosis masalah, dan hal kedua memberikan suatu cara untuk memecahkan masalah tersebut. Solusi yang baik bersifat praktis, dapat dikerjakan, dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang terlibat. Pola ini sangat memungkinkan untuk proposal persuasive. Pengambilan kepustusan menyimak dan menanggapi secara positif saat mereka telah dapat mengenali masalah yang mempengaruhi kesejahteraannya dan mungkin menerima proposal yang praktis dapat dilaksanakan dan bermanfaat.

Contoh: PROPOSAL PENTINGNYA PENYETARAAN PENDIDIKAN BAGI ANAKANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Bab 1. Pendahuluan

Anak berkebutuhan khusus(ABK) atau anak cacat atau anak luar biasa adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang disekitar dan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial sangat utama dalam setiap masyarakat.

Manusia adalah makhluk sosial, dia hidup dalam hubungannya dengan orang lain dan hidupnya bergantung pada orang lain. Karena itu manusia tidak mungkin hidup sendiri dalam masyarakat.

Masyarakat itu sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat terdiri atas berbagai kelompok, yang besar maupun yang kecil bergantung pada anggotanya. Dalam pengelompokan masyarakat sering dibedakan kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer adalah kelompok pertama dimana ia mula-mula berinteraksi dengan orang lain, yakni keluarga, kelompok sepermainan, dan lingkunagan tetangga. Sedangkan kelompok sekunder dibentuk dengan sengaja atas pertimbangan tertentu berdasarkan kebutuhan tertentu seperti perkumpulan profesi, organisasi agama, partai politik.

Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Kelompok atau masyarakat menjamin kehidupannya melalui pendidikan. Agar masyarakat dapat melanjutkan eksisitensinya, maka perlu diteruskannya nilai-nilai, pengetahun, ketrampilan dan bentuk kelakuan lainnya yang diharapkan akan dimiliki olae generasi penerus. Pendidikan disini dimulai sejak dini, dimana pendidikan diberikan sejak pada kelompok primer yaitu dari keluarga. yang selanjutnya akan diberikan pada pendidikan formal yaitu sekolah dan pendidikan dalam masyarakat sekitarnya. Dengan melalui pendidikan dapat membentuk kepribadian seseorang.

Masyarakat sendiri selain membentuk sebuah kelompok, juga terdiri dari berbagai jenis manusia yang tentunya berbeda-beda dalam segi fisik, terdiri dari berbagai macam profesi, yang tentunya akan membentuk stratifikasi sosil dalm masyarakat. Melihat dari segi fisik manusia tentu dapat menemukan manusia yang dalam fisiknya memiliki kekurangan seperti cacat, tidak memiliki salah satu anggota tubuh, tuna netra, tuna rungu dan sebagainya.

Karena itu penting bagi ABK untuk turut bersosialisasi dalam masyarakat, sosialisasi masyarakat bagi anak-anak ABK tentu tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat dan memerlukan waktu bertahun-tahun. Disinilah peranan pendidikan, dengan penyetaraan pendidikan dengan anak-anak normal, anak-anak ABK diharapkan dapat lebih bersosialisasi dan anak-anak normal pun dapat bertenggang rasa ddengan anak-anak ABK.

Pembahasan Masalah: 1. Apa itu anak ABK 2. Disini kami hanya membahas pendidikan di SD 3. Dampak penyetaraan pendidikan dengan anak-anak normal bagi ABK

Bab 2. Pembahasan Masalah

Anak-Anak ABK

Anak berkebutuhan khusus(ABK) atau anak cacat atau anak luar biasa adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk ABK antara lain : tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah: 1. 2. 3. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB), Gangguan pendengaran ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),

4. 5.

Gangguan pendengaran berat(71-90dB), Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).

Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakanbahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak. Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ. 1. 2. 3. 4. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70), Tunagrahita sedang (IQ : 36-51), Tunagrahita berat (IQ : 20-35), Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).

Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi. Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik. Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurutKaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus

bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium) Individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain

injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsimotorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masingmasing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C

untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

Pendidikan di SD dengan penyetaraan anak-anak ABK dan anak-anak Normal

Anda mungkin juga menyukai