Bencana tanah longsor (landslide) merupakan bencana yang cukup sering terjadi di
indonesia. Sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647
kejadian bencana di Indonesia, di mana 85% dari bencana tersebut merupakan bencana
banjir dan longsor1. Sedang dalam tahun 2004-2009 telah terjadi lebih dari 79 kasus
bencana longsor. Bentuk bidang gelincir yang umum terjadi di Indonesia merupakan tipe
longsoran dengan bidang gelincir bentuk lingkaran (rotational slides), dan datar dengan
tipe slab slides atau rock slides2. Dalam bidang geoteknik, untuk menyatakan lereng
aman terhadap terjadinya longsoran, dilakukan analisis dengan pendekatan model
matematik baik dua dimensi atau tiga dimensi untuk berbagai bentuk bidang longsor
datar, lengkung (lingkaran), atau kombinasi ke duanya. Dalam analisis ini umumnya
dicari besarnya angka aman (factor of safety-FOS) yang merupakan fungsi tegangan
geser.
Analisis stabilitas lereng adalah untuk menentukan faktor aman dari bidang
longsor yang potensial. Secara umum, terdapat dua klasifikasi metode-metode analisa
stabilitas lereng, yakni metode keseimbangan batas (Limit Equilibrium) dan metode
elemen hingga (Finite Element Method) (Ahn, 1999).
Metode analisa bishop merupakan salah satu metode yang diklasifikasikan dalam
metode keseimbangan batas, dan merupakan metode yang cukup ampuh untuk
digunakan dalam menganalisa stabilitas lereng. Beberapa penelitian menemukan bahwa
metode analisis bishop menghasilkan Faktor aman yang tidak menyimpang jauh dari
metode-metode lainnya. Perbedaan nilai faktor aman antara metode-metode tersebut
dengan metode bishop hanya berkisar 15% (Celestino, 1975, dalam Widiastanto, 1994).
1
(http://www.walhi.or.id/kampanye/bencana/banjirlongsor/sejuta_bencana/).
2
. (Prof. Dr. Ir. Kabul Basah Suryolelono, Dip.H.E., D.E.A, Makalah Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada)
Di dalam metode analisis bishop baik terhadap lereng homogen atau heterogen,
bidang gelincir lereng diasumsikan sebagai bidang yang berbentuk lingkaran (slip circle)
(Albataineh, 2006). Terdapat beberapa cara untuk menentukan lokasi lingkaran gelincir
suatu lereng, yakni dengan menggunakan diagram atau menggunakan suatu metode
komputasi, atau perhitungan.
Diagram penentuan lokasi lingkaran gelincir potensial dibuat melalui serangkaian
pengujian sehingga biasanya pengujian-pengujian tersebut terbatas pada jenis tanah
dan besar sudut geser atau nilai-nilai kohesi tertentu saja. Misalnya, diagram yang
dibuat Taylor (1937) atau diagram janbu (1968) hanya terbatas pada jenis tanah
lempung dan besar sudut geser yang telah dikaji oleh mereka (Saefudin, 2008). Metode
komputasi dapat menghilangkan keterbatasan metode diagram, karena metode
komputasi tidak dibatasi oleh nilai sudut geser atau kohesi tanah tertentu.
Penentuan lokasi lingkaran gelincir potensial menggunakan metode komputasi
cukup banyak dikembangkan, yakni metode menerus (continuum method), tidak
menerus (Discontinuum method) dan campuran (hybrid) (Saefudin, 2008).
Metode-metode di atas membutuhkan perhitungan yang cukup kompleks,
sehingga membutuhkan bantuan program komputer, seperti SLOPE/W, STABLE,
GALENA, GEOSLOPE, dll.
Program komputer untuk menentukan posisi lingkaran gelincir tersebut dapat
dibuat menggunakan suatu bahasa pemrograman tertentu berdasarkan metode analisa
yang tersedia. Di antara bahasa pemrograman yang cukup memadai untuk keperluan ini
adalah bahasa pemrograman FORTRAN 77.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi akademik bagi programer komputer
untuk membuat suatu program analisa stabilitas lereng. Hasil penelitian ini dapat
digunakan untuk menentukan lokasi bidang longsor dalam menganalisis stabilitas
longsor suatu lereng yang sesuai batasan masalah di atas.
Agar penelitian ini dapat dilakukan secara terstruktur dan sistematis, maka penelitian
ini dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1) Studi literatur
Pengumpulan dan pembahasan sumber acuan tentang kestabilan lereng, metode
optimasi berupa buku, modul, jurnal, dan situs internet.
2) Pengumpulan data
Analisis terhadap data-data yang dibutuhkan sebagai input bagi program simulasi yang
akan dirancang.
5) Pemodelan program
Program dimodelkan dengan menyusun kode-kode pemrograman (fungsi rutin) dalam
FORTRAN berdasarkan algoritma program yang telah dirancang.
6) Simulasi program
Simulasi dilakukan berdasarkan data dari model lereng yang telah ditentukan.
8) Pengambilan kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan analisis dan hasil simulasi program dan perhitungan tangan
yang telah dilakukan.