Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUINALIS MEDIALIS DEXTRA

Disusun oleh : Marissa Anggraeni (030.08.155)

Pembimbing : dr. Dedi Soebandiono, SpB

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAH RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO JAKARTA PERIODE 21 JANUARI 2013 30 MARET 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

BAB I STATUS MEDIK PASIEN

I.1. IDENTITAS PASIEN

Nama Usia Jenis Kelamin Agama Status Pernikahan Pekerjaan Alamat

: Tn. N : 78 tahun : Laki-laki : Islam : Menikah : Petani : Cidodol Rt 02/Rw 13 no.73 Grogol Selatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

Pendidikan Tanggal Masuk RS No. RM Ruang Rawat

: SLTA : 30/01/2013 : 085660 : P. Salawati

I.2. ANAMNESIS Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 31 Januari 2013 pada pukul 06.00 di ruang perawatan Pulau Salawati. Keluhan Utama Benjolan pada lipat paha kanan yang hilang timbul sejak 8 bulan SMRS

Keluhan Tambahan Tidak ada. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan terdapat benjolan pada lipat paha kanan yang hilang timbul sejak 8 bulan SMRS. Pasien mengatakan tidak ingat melakukan aktifitas apa sebelum muncul benjolan, benjolan dirasakan muncul tiba-tiba. Menurut pasien, benjolan awalnya dirasakan sebesar tutup pulpen makin lama membesar, sekarang sebesar telur ayam. Os mengatakan bahwa benjolannya timbul saat pasien berdiri, batuk, mengedan, benjolan dapat ditekan masuk dan hilang saat pasien berbaring. Pasien mengatakan benjolan terasa kenyal, tidak nyeri, tidak bengkak dan warna kulit benjolan sama dengan sekitarnya. Pasien mengatakan benjolan hanya satu dan tidak ada benjolan pada tempat lain. Keluhan lain seperti demam, mual, muntah, kembung, disangkal oleh pasien. Pasien juga mengatakan tidak mengalami gangguan BAK dan BAB. Nafsu makan pasien baik. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat sakit batuk lama, penyakit paru, konstipasi, hemorroid disangkal oleh pasien. pasien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi sejak 5 tahun terakhir, pasien tidak berobat ke dokter secara rutin, hanya berobat bila timbul keluhan, pasien kadang mengkonsumsi timun rebus (obat herbal) untuk darah tingginya. Pasien menyangkal adanya riwayat kencing manis, penyakit jantung, penyakit ginjal, asma, alergi, tumor atau kanker. Pasien mengatakan pernah melakukan operasi katarak pada kedua matanya tahun 2003. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki keluhan serupa. Riwayat hipertensi, DM, asma, alergi, dan keganasan di keluarga disangkal oleh pasien. Riwayat pengobatan Pasien belum pernah ke dokter untuk mengobati keluhan benjolannya karena tidak dirasakan nyeri dan gangguan yang berarti, baru sekitar 2 minggu smrs pasien berobat ke bidan dekat rumah untuk keluhannya, dan disarankan untuk memeriksakannya ke dokter. Riwayat Sosial dan Kebiasaan

Sehari-hari pasien bekerja sebagai petani, pasien terbiasa membungkuk untuk mencangkul dan sering mengangkat benda berat. Os cukup mengkonsumsi makanan berserat. Os merokok sejak remaja sekitar 1 bungkus/hari. Os tidak mengkonsumsi alkohol maupun obat-obat terlarang.

I.3. PEMERIKSAAN FISIK Tanda Vital : Tampak sakit ringan : Compos mentis : Kesan gizi cukup baik : 130/70 mmHg : 86 x/menit : 36,60C : 20 x/menit : 60kg : 162cm : 22,9 kg/m2

Keadaan umum Kesadaran Gizi Tekanan Darah Nadi Suhu Pernafasan BB TB BMI

Cara berbaring dan Mobilitas : Aktif Status Generalis Kulit Warna : sawo matang, tidak ikterik, terdapat beberapa hipopigmentasi dan tidak terdapat hiporpigmentasi Lesi : tidak terdapat lesi primer seperti makula, papul vesikular, pustul maupun lesi sekunder seperti jaringan parut atau keloid pada bagian tubuh yang lain. Rambut Turgor : tumbuh rambut pada permukaan kulit. : baik

Suhu raba : hangat Kepala

Ekspresi Simetri wajah Nyeri tekan sinus Pertumbuhan Rambut Pembuluh darah Deformitas

: ekspresif : simetris : tidak terdapat nyeri tekan sinus : distribusi merata, warna hitam : tidak terdapat pelebaran pembuluh darah : tidak terdapat deformitas

Mata Bentuk Palpebra : normal, kedudukan bola mata simetris : normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmos, oedema, perdarahan, blefaritis, xantelasma Gerakan Konjungtiva Sklera Pupil : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus : tidak anemis : tidak ikterik : bulat, isokor +/+, diameter 3 mm, reflex cahaya langsung dan tidak langsung +/+ Eksoftalmus Endoftalmus Telinga Bentuk Liang telinga Serumen Nyeri tarik auricular : normal(eutrofilia) : lapang :-/: -/: -/: -/-

Nyeri tekan tragus Hidung Bagian luar Septum Mukosa hidung Cavum nasi Mulut dan tenggorok Bibir Gigi-Geligi Mukosa mulut Lidah Tonsil Faring Leher

: -/-

: normal, tidak terdapat deformitas : terletak di tengah dan simetris : tidak terdapat hiperemis, konka nasalis eutrofi : perdarahan(-)

: normal, tidak pucat, tidak sianosis : hygiene baik : normal, tidak hiperemis : normoglosia, tidak kotor, tidak tremor : T1/T1 tenang, tidak hiperemis : Tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah

Bendungan vena : tidak terdapat bendungan vena Kelenjar tiroid Trakea Kelenjar getah bening Leher Aksila Inguinal Thorax
Paru-paru

: tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris : di tengah

: tidak terdapat pembesaran KGB di leher : tidak terdapat pembesaran KGB di aksila : tidak terdapat pembesaran KGB di inguinal

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

: Thoraks simetris saat statis dan dinamis, retraksi sela iga (-), tidak tampak deformitas : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris : Sonor pada seluruh lapang paru : suara nafas vesikuler, ronkhi basah halus -/-, rhonki basah kasar -/-, wheezing -/-

Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi : Ictus cordis tidak terlihat di ICS V : Ictus cordis teraba di ICS V, 3cm lateral linea midclavicularis sinistra : : ICS III linea parasternalis sinistra : ICS V, 3cm lateral linea midclavicularis sinistra Batas kanan jantung : ICS III-V linea sternalis dextra Batas atas jantung Batas kiri jantung Auskultasi Abdomen Inspeksi : abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut, striae dan, tidak terdapat pelebaran vena Palpasi : supel, massa (-), hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), ballotement (-) Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen, nyeri ketok CVA (-), shifting dullness (-) Auskultasi : bising usus 5x/ menit, normal Genitalia Ekstremitas Tidak tampak deformitas Akral hangat pada keempat ekstremitas Tidak tampak kelainan dari luar Rectal toucher tidak dilakukan

: BJ 1-II regular, murmur (-), gallop (-)

Tidak terdapat oedem pada keempat ekstremitas

Status Lokalis

Regio Inguinal Dextra Inspeksi

(Pasien diminta mengedan) :Tampak lebih menonjol daripada inguinal sinistra, Tampak benjolan tidak sampai ke scrotum, warna kulit pada benjolan sama dengan kulit sekitar, hiperemis (-), edema (-) Palpasi

Benjolan berukuran 6cm x 6cm x 2cm, teraba lunak, permukaan licin, nyeri (-), perabaan suhu normal, dapat digerakkan, dapat didorong masuk. Auskultasi

Bising usus (+) Pemeriksaan tambahan

Finger Tip Test : teraba di sisi jari

I.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium 28/01/2013

Hasil
Gula Darah Sewaktu Bleeding Time Cloting Time Leukosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit Trombosit 138 mg% 230 11 5900/uL 6,27 juta/mm3 17,6 g/dl 48% 176.000/mm3

Nilai Normal
<200 mg% 1 6 menit 10 16 menit 5000 10000/uL 4,5 5,5 juta/mm3 14 18 g/dl 43 51 % 150ribu-400ribu/mm3

Foto Rontgen Thorax PA 28/01/2013 Cor : CTR >50% Batas kiri jantung > 2/3 hemithorax kiri, pinggang jantung nampak. Pulmo paru. Tulang-tulang dan soft tissue baik. KESAN : LVH ec suspect hipertensi : Corakan bronkovaskuler dan hilus baik. Tak tampak kesuraman di kedua

5. RESUME Pasien laki-laki berusia 78 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan di lipat paha kanan yang hilang timbul sejak 8 bulan SMRS . Benjolan dirasakan makin membesar, timbul saat pasien berdiri, batuk, mengedan, benjolan dapat ditekan masuk dan hilang saat pasien berbaring. Pasien mengatakan benjolan terasa kenyal dan hanya satu. Pemeriksaan Fisik Status generalis : batas kiri jantung melebar Status lokalis :

Regio Inguinal Dextra Inspeksi : (Pasien diminta mengedan) :Tampak lebih menonjol daripada

inguinal sinistra, Tampak benjolan tidak sampai ke scrotum, warna kulit pada benjolan sama dengan kulit sekitar, hiperemis (-), edema (-) Palpasi : Benjolan berukuran 6cm x 6cm x 2cm, teraba lunak, permukaan licin,

nyeri (-), perabaan suhu normal, dapat digerakkan, dapat didorong masuk. Auskultasi : Bising usus (+)

Pemeriksaan tambahan Finger Tip Test : teraba di sisi jari

I.6. DIAGNOSIS KERJA Hernia inguinalis medialis dextra reponnible

I.7. DIAGNOSIS BANDING

I.8. PENATALAKSANAAN Non Farmakologis :

konsul ke spesialis kardiologi Konsul ke spesialis anastesi untuk persiapan tindakan operasi :

Farmakologis tidak ada

Operatif -

Hernioplasty (elektif)

I.9. PROGNOSIS Ad Vitam Ad Fungtionam Ad Sanationam : Bonam : Bonam : Dubia ad Bonam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Hernia Secara Umum Definisi Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.1,2 Klasifikasi Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan akuisita. Menurut letaknya bisa disebut hernia inguinal, umbilical, femoral, insisional (sering) dan hernia epigastrik, gluteal, lumbal, obturator (jarang).1,3 Dari sifatnya dikenal hernia reponibel dan ireponibel. Reponibel bila isi kantung bisa direposisi kembali bila berbaring atau didorong dengan tangan. Sedangkan bila tidak bisa direposisi disebut ireponibel. Biasanya hernia ireponibel disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia, yang disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus.1 Bila terjadi gangguan pada pasase usus yang terjepit hernia yang ireponibel, maka disebut hernia inkarserata. Sementara bila hernia tersebut mengakibatkan gangguan vaskularisasi maka disebut hernia strangulata.1

B. Hernia Inguinalis Anatomi Regio Inguinalis

Gbr 1. Dinding Abdomen

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan aponeurosis m. transverses abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, yaitu bagian terbuka dari aponeurosis m. oblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis m. oblikus eksternus, dan dasarnya adalah ligamentum inguinale. Akanal ini berisi funiculus spermaticus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada perempuan.1

Gbr 2. Kanalis Inguinalis

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan bila cukup panjang keluar di annulus inguinalis eksternus. Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan disebut hernia skrotalis. Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1 Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol langsung ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi ligamentum inguinal di inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach ini dibentuk oleh fascial transversal yang diperkuat oleh aponeurosis m. transverses abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna, sehingga potensial untuk menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui kanalis umumnya tidak mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung longgar.1

Gbr 3. Bagian dalam regio inguinal

Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis eksternus pada pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1,3,4,5 Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. ablikus internus yang menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia transversa yang menutup trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan terjadinya hernia.1 Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut.1,3 Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik, mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului hernia inguinalis.1,6 Diagnosis Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul waktu berdiri, batuk, bersin, mengangkat benda berat atau mengedan, dan menghilang saat berbaring. Pasien sering mengatakan sebagai turun berok, burut atau kelingsir. Keluhan nyeri jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong. Nyeri yang disertai mual dan muntah baru muncul kalau terjadi inkarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis.1,2,6

Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat. 1,2,4 Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari masih berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh, berarti hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin meraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium.1,2

Gbr 4. Fingertip test

Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan pemeriksaan klinis yang teliti.2 1. Hernia inguinalis medialis Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum hasselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya bilateral. Hernia inguinalis medialis memiliki leher yang lebar, sulit direposisi dengan penekanan jari tangan. Jarang bahkan hampir tidak pernah terjadi inkarserata dan strangulate (hanya 0.3% mengalami komplikasi). Lebih sering pada pria usia tua.1,3

Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus, secara khas mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke skrotum.3 2. Hernia inguinalis lateralis Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang langsung menonjol di trigonum hasselbach. Tonjolan pada tipe lateralis biasanya lonjong, sementara tipe medialis biasanya bulat. Hernia indirek ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di sekitar annulus eksternus (bila tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher yang sempit. Banyak terjadi pada usia muda. 3% kasus mengalami komplikasi strangulata.1,3 Hernia indirek dikontrol oleh tekanan annulus internus sehingga seringkali turun ke dalam skrotum.3 Pada anak sering akibat belum menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis.1,4

Tatalaksana Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia dan membentuk corong, tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.1 Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan vitalitas lebih jarang disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan operasi hari berikutnya. Bila tidak berhasil, operasi segera.1 Pemakaian penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Ini tidak dianjurkan karena merusak kulit dan tonus otot di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.1 Yang penting diperhatikan untuk memperoleh keberhasilan terapi maka factor-faktor yang meningkatkan tekanan intra abdomen juga harus dicari dan diperbaiki. Misalnya batuk kronis, prostat, tumor, ascites, dan lain-lain). Dan defek yang ada direkonstruksi.2 Langkah operatif adalah pengobatan

satu-satunya yang rasional. Indikasi operasi sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.1 Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.1 Hernioplasti ialah melakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding posterior kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan antara m. oblikus internus abdominis dan m. transverses internus abdominis (conjoint tendon) ke ligamentum inguinale poupart menurut Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m. transverses abdominis, m. oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper menurut McVay.1

Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya regangan berlebiha dari otot-otot Gbr yang5. dijahit. Karena itu dipopulerkan metode penggunaan Herniotomi dan Hernioplasti prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang menjadi dasar kanalis inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.1 Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya sama dengan yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus dinilai apakah vital atau tidak. Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan reseksi dan anastomosis.2

Komplikasi Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada gejala klinis.1 Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau kaku, sering terjadi jepitan parsial.1 Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia. Timbulnya udem mengakibatkan jepitan semakin bertmbah sehingga suplai darah terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi cairan transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi perforasi yang menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis.1,4 Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan gambaran menjadi sangat serius. Penderita akan mengeluh nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap karena rangsang peroitoneal.1

Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda peritonitis atau abses local. Dalam hal ini hernia strangulate merupakan kegawatdaruratan dan butuh penanganan segera.1

BAB III DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta :

EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta : Media

Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006. Jakarta :

Erlangga Medical Series


4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : April 24th 2011.

(Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, accesed on January 02nd 2013)


5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse. Last

Updated December 2008. (Available from http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on Januari 02nd 2013)
6. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health.

(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm cited on Januari 02nd 2011)

Anda mungkin juga menyukai