LEMBAGA
DPLK SYARIAH
PEMBIAYAAN SYARIAH
SEI Manajemen
REASURANSI SYARIAH
PASAR MODAL
SEKURITAS SYARIAH
REKSADANA SYARIAH
BANK SYARIAH
ASURANSI SYARIAH
BISNIS SYARIAH
SE
OBLIGASI SYARIAH
LKM SYARIAH
GADAI SYARIAH
PENDAHULUAN
Ada tiga faktor utama yang melatar-belakangi hadirnya keuangan/bank syariah Relijius ideologis Empiris pragmatis Akademik idealis
Landasan Hukum
UU No 7/92 tentang Perbankan
PP No 72/92 tentang Bank Berdasarkan Bagi Hasil UU No 10/98 tentang perubahan UU 7/92
Dicabut dg PP 30/99
BANK SYARIAH
Penetapan Imbalan
Penetapan Beban
BAGI HASIL
Konsep Penyaluran Dana : 1. Bagi Hasil (Mudharabah & Musyarakah) 2. Jual Beli (Murabahah, Istishna & Salam) 3. Ujroh (Ijarah & Ijarah Muntahiah Bitamlik)
MANAGER INVESTASI
TAMWIL
INVESTOR
JASA LAYANAN
MAAL
Produk jasa
Wakalah, Kafalah, Sharf, Qardh Hawalah, Rahn dsb Dana kebajikan Penghimpunan dan penyaluran Qardhul Hasan Penghimpunan dan penyaluran ZIS
SOSIAL
LKS
PENGHIMPUNAN DANA
PENYALURAN DANA
JASA
14
GIRO MUDHARABAH
Bank selaku Mudharib, Nasabah selaku Shahibul Mal Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha, asal tidak melanggar prinsip syariah Dana giro harus dinyatakan jelas, tunai bukan piutang Pembagian keuntungan dinyatakan dalam Nisbah Tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah
15
Pooling Fund
Penyaluran pembiayaan
1 2
Akad Wadiah
Mutasi giro
Nasabah Pembyn B
Bank Syariah
Pendapatan bank
Nasabah Pembyn C
16
Pooling Fund
Penyaluran pembiayaan
1 2
Akad Mudharabah
Mutasi giro
Nasabah Pembyn C
17
TABUNGAN MUDHARABAH
Bank selaku Mudharib, Nasabah selaku Shahibul Maal Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha, asal tidak melanggar prinsip syariah Dana tabungan harus dinyatakan jelas, tunai bukan piutang Pembagian keuntungan dinyatakan dalam Nisbah Tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah
18
Pooling Fund
Penyaluran pembiayaan
1 2
Setoran tabungan
Penarikan tabungan
Bank Syariah
Nasabah Pembyn B
Pendapatan Bank
Nasabah Pembyn C
19
Pooling Fund
Penyaluran pembiayaan
Setoran awal
20
DEPOSITO SYARIAH
DEPOSITO MUDHARABAH MUTLAQAH
Bank selaku Mudharib, Nasabah selaku Shahibul Maal Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha, asal tidak melanggar prinsip syariah Dana deposito harus dinyatakan jelas, tunai bukan piutang Pembagian keuntungan dinyatakan dalam Nisbah Tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah
Pooling Fund
Penyaluran pembiayaan
Akad Mudharabah
Nasabah Pembyn A
2
7
Bank Syariah
22
2
6
Bank Syariah
23
24
PEMBIAYAAN MURABAHAH
DEFINISI Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. (Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000) LANDASAN HUKUM
a. No. 04/DSN-MUI/IV/2000, Tanggal 1 April 2000, tentang Murabahah; b. No. 13/DSN-MUI/IX/2000, Tanggal 16 September 2000, tentang Uang Muka Dalam Murabahah;
c. No. 16/DSN-MUI/IX/2000, Tanggal 16 September 2000, tentang Diskon dalam Murabahah;
d. No. 17/DSN-MUI/IX/2000, Tanggal 16 September 2000, tentang Sanksi atas Nasabah Mampu yang Menunda-nunda Pembayaran; e. No.43/DSN-MUI/VIII/2004, Tanggal 11 Agustus 2004, tentang Ganti Rugi (Tawidh).
25
1. PELAKU
BANK membeli barang yang diperlukan NASABAH atas nama BANK sendiri dan pembelian ini harus sah dan bebas riba (Ps 1: 4) BANK kemudian menjual barang tersebut kepada NASABAH (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya (Ps 1: 6) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam (Ps 1: 2) HARGA BELI Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan (Ps 1: 6) HARGA JUAL BANK kemudian menjual barang tersebut kepada NASABAH (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya (Ps 1: 6)
Fatwa DSN No.16/IX/2000: Harga dalam jualbeli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan (Ps.1:1)
2. OBJEK 3. HARGA
26
4. AKAD
Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank. (Ps. 1:9)
Jika Bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerimanya (membelinya) sesuai dengan perjanjian yang disepakati, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat: kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli (Ps 2: 2,3) 5. UANG MUKA Dalam jualbeli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menadatangani kesepakatan awal pemesanan (Ps. 2 : 4) Jaminan dalam murabahah dibolehkan agar nasabah serius dengan pesanannya (Ps.3:1) Jika dalam jualbeli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon; karena itu diskon adalah hak nasabah Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad. (Ps 1:3-4, Fatwa No. 16/2000)
27
6. JAMINAN
7. DISCOUNT
9. DENDA / SANKSI
Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi. Sanksi didasarkan pada prinsip tazir yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani Dana yang berasal dari denda diperuntukan sebagai dana sosial (Ps.1:3-6, Fatwa No.17/2000) (Fatwa No.43/2004) Sengaja atau lalai menyimpang dari akad dan menimbulkan kerugian Kerugian riil adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka penagihan hak yang seharusnya diterima Real Lost not Opportunity Lost Besarnya gantirugi tidak boleh dicantumkan dalam akad
28
6. TAWIDH
KPR SYARIAH
PEMBIAYAAN MULTIGUNA
MURABAHAH
PEMBIAYAAN INVESTASI
29
2 6 9 Bank Syariah
Nasabah NASABAH Bank Syariah mewakilkan 3 ke Nasabah untuk beli mobil ke Dealer Nasabah sebagai 7 wakil Bank Syariah 4 Bank Syariah , beli mewakilkan ke Dealer mobil ke Dealer untuk serahkan mobil ke Nasabah 8 Mobil dikirim langsung oleh dealer atau Bank Syariah
DEALER
Akad Murabahah
30
Akad Murabahah
1. Permohonan dan pemenuhan persyaratan
2. Waad beli
Bank Syariah
Nasabah
Developer
31
Akad Murabahah
Bank Syariah
5. Bank Syariah mewakilkan ke supplier untuk serahkan komputer kepada Nasabah.
Nasabah
Supplier
32
Akad Murabahah
1.
2. Waad beli 3. Bank Syariah mewakilkan ke Nasabah untuk melakukan transaksi dengan supplier
5. Pelaksanaan akad Murabahah
Nasabah
Bank Syariah
Supplier
KETERANGAN: Dalam prakteknya, alur nomor 4 menjadi nomor 5 dan nomor 5 menjadi nomor 4.
33
Akad Murabahah
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan (Misal pembelian barang dagangan untuk stock penjualan) 2. Waad beli 4. Pelaksanaan akad Murabahah
7. Bayar angsuran atau tempo
Bank Syariah
Nasabah
Supplier
34
Akad Murabahah
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan (misal Pembelian barang dagangan untuk stock penjualan) 2. Waad beli 3. Bank Syariah mewakilkan kepada Nasabah untuk melakukan transaksi dengan supplier
5. Pelaksanaan akad Murabahah
Bank Syariah
6. Bank Syariah mewakilkan ke supplier untuk serahkan barang kepada Nasabah.
Nasabah
Supplier
KETERANGAN: Dalam prakteknya, alur nomor 4 menjadi nomor 5 dan nomor 5 menjadi nomor 4.
35
Akad Murabahah
1.
Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan (misal Nasabah butuh sarana penunjang usaha berupa f ork lif t) 2. Waad beli 4. Pelaksanaan akad Murabahah
7. Bayar angsuran atau tempo
Bank Syariah
5. Bank Syariah mewakilkan ke supplier untuk serahkan f ork lif t ke Nasabah.
Nasabah
Supplier
36
Akad Murabahah
1. Pengajuan dan Pemenuhan Persyaratan (misal Nasabah butuh sarana penunjang usaha berupa f ork lif t) 2. Waad beli
3. Bank Syariah mewakilkan kepada Nasabah untuk melakukan transaksi dengan supplier 5. Pelaksanaan akad Murabahah
Nasabah
Bank Syariah
Supplier
KETERANGAN: Dalam prakteknya, alur nomor 4 menjadi nomor 5 dan nomor 5 menjadi nomor 4.
37
PEMBIAYAAN ISTISHNA
Istishna adalah jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni) dan penjual (pembuat, shani). (Fatwa DSN No. 06/DSN-MUI/IV/2000)
38
1. PELAKU
Jika LKS melakukan transaksi Istishna untuk memenuhi kewajibannya kepada NASABAH ia dapat melakukan istishna lagi dengan PIHAK LAIN pada objek yang sama, dengan syarat istishna pertama tidak bergantung (muallaq) pada istishna kedua (Ps 1;1, Fatwa No. 22/2002) Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya. Penyerahan dilakukan kemudian. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan Pembeli (mustashni) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya. (Ps.2:1-5, fatwa No.06/2000) LKS selaku mustashni tidak diperkenankan untuk memungut MDC (margin during construction) dari nasabah (shani) karena hal ini tidak sesuai dengan prinsip syariah (Ps.1:2, Fatwa No.22/2002) Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan : a. Membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya. b. Menunggu sampai barang tersedia. (Fatwa No..05/2000, Ps. 4:5)
39
2. OBJEK
3. HARGA
4. PEMBATALAN PESANAN
Akad Istishna 1
Negosiasi dan Persyaratan
2 8 BankSyariah 6
Penandatanganan Akad Istishna Bayar secara cicilan (taqsith) atau tangguh (muajjal)
NASABAH
3
Bayar secara termin 5 Form Wakalah ke Kontraktor untuk serahkan rumahyang telah direnovasi ke Nasabah
4 Nasabah sebagai
wakil Bank Syariah , renovasi rumah ke Kontraktor
Akad Istishna 2
KONTRAKTOR
Penyerahan rumah yang telah direnovasi oleh Kontraktor atau Bank Syariah
40
PROJECT FINANCING
ISTISHNA
PEMBIAYAAN INVESTASI 41
PEMBIAYAAN IJARAH
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. (Fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000)
42
1. PELAKU
Pihak-pihak yang berakad (berkontrak) terdiri atas pemberi sewa (lessor, pemilik asset, LKS) dan penyewa (lessee, pihak yang mengambil manfaat dari penggunaan aset, nasabah) Objek kontrak : pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan aset (Ps 1: 2) Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa dalam Ijarah (Ps 2: 8) Ketentuan (flexibility) dalam menetukan sewa dapat diwujudkan dalam ukuran, waktu tempat dan jarak (Ps. 2:9) Sighat Ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang equivalent, dengan cara penawaran dari pemilik asset (LKS) dan penerimaan yang diyatakan oleh penyewa (nasabah) (Ps:1:5) Kewajiban LKS sebagai pemberi sewa : b. Menanggung biaya pemeliharaan asset
Kewajiban nasabah sebagai penyewa : a. Membayar sewa dan bertanggungjawab untuk menjaga keutuhan asset yang disewa serta menggunakannya sesuai kontrak b. Menanggung biaya pemeliharaan asset yang sifatnya ringan
43
2. OBJEK 3. HARGA
4. AKAD
5. PEMELIHARAAN ASET
Pembiayaan Multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah. Dalam hal LKS menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Ijarah. Dalam hal LKS menggunakan akad Kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Kafalah. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam bentuk prosentase.
44
2
8
4
Nasabah sebagai wakil Bank Syariah, melakukan transaksi sewa
Akad Ijarah 1
45
IJARAH
46
Ijarah Muntahia Bit Tamlik (IMBT) adalah perjanjian sewa-menyewa yang disertai dengan opsi pemindahan hak milik atau benda yang disewa, kepada penyewa setelah selesai masa sewa. (Fatwa DSN MUI No. 27/DSN-MUI/III/2000).
47
Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Ijarah (fatwa No.09/2000) berlaku pula dalam akad IMBT (Ps. 1:1) AKAD Pihak yang melakukan IMBT harus melaksanakan akad Ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan baik dengan jualbeli atau pemberian hanya dapat dilakukan setelah masa Ijarah selesai Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad Ijarah adalah waad yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan maka harus ada pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa Ijarah selesai (Ps. 2: 1-2)
48
Review Ujrah boleh dilakukan antara para pihak yang melakukan akad Ijarah apabila memenuhi syarat-syarat sbb: Terjadi perubahan periode akad Ijarah; Ada indikasi sangat kuat bahwa bila tidak dilakukan review, maka akan timbul kerugian bagi salah satu pihak; Disepakati oleh kedua belah pihak. Review atas besaran ujrah setelah periode tertentu : Ujrah yang telah disepakati untuk suatu periode akad Ijarah tidak boleh dinaikkan; Besaran ujrah boleh ditinjau ulang untuk periode berikutnya dengan cara yang diketahui dengan jelas (formula tertentu) oleh kedua belah pihak; Peninjauan kembali besaran ujrah setelah jangka waktu tertentu harus disepakati kedua pihak sebelumnya dan disebutkan dalam akad. Dalam keadaan sewa yang berubah-ubah, sewa untuk periode akad pertama harus dijelaskan jumlahnya. Untuk periode akad berikutnya boleh berdasarkan rumusan yang jelas dengan ketentuan tidak menimbulkan perselisihan.
49
Akad Hibah
1 Negosiasi dan persyaratan (nasabah butuh beli rumah) Waad IMBT Penandatanganan akad Bayar sewa bulanan 7
2 4
BankSyariah 5 5 wakalah ke developer Untuk serahkan rumah ke nasabah Beli dan bayar ke developer 3 untuk disewa oleh nasabah
NASABAH
Akad Ijarah
50
IMBT
PEMBIAYAAN INVESTASI (Jangka Panjang)
51
PEMBIAYAAN MUDHARABAH
Mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha antara dua piak dimana pihak pertama (malik, shahib al-mal, LKS) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua (amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola, dana keuntungan usaha bagi diantara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. (Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000).
52
LKS sebagai shahibul maal membiayai 100% kebutuhan suatu proyek, sedangkan pengusaha bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha (Ps.1:1) Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai (Ps.2:3b) Modal tdk dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada Mudharib, baik secara bertahap maupun tidak, (Ps.2:3c) Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perurubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan. (Ps.2:4b) Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya satu pihak saja (Ps.2:4a) Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, kecuali diakibatkan kesalahan disengaja, kelalaian atau pelanggaran. (Ps.2:4c) Pada prinsipnya dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ke3. Jaminan hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah dispekati bersama (Ps.1: 7)
53
2. NISBAH
3. KEUNTUNGAN 4. KERUGIAN
5. JAMINAN
6. MANAJEMEN
LKS tidak ikut serta dalam manajemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan d an pengawasan (Ps 1:4)
7. JANGKA WAKTU
54
1 Nasabah
bayar sewa Perusahaan ABC Mengelola
Bank Syariah
Menyerahkan modal
5
Nisbah Nasabah
Nisbah Bank
9
Pengembalian Pokok
Usaha
8 6
Pendistribusan Modal & Keuntungan
Tingkat Keuntungan
Modal
55
MUDHARABAH
56
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
Musyarakah adalah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. (Fatwa DSN MUI No. 08/DSN-MUI/IV/2000).
57
Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan dan setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil. (Ps.2b)
2. NISBAH
Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra (Ps.3c.3) Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya satu pihak saja (Ps2:4a) Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal (Ps3d) Pada prinsipnya dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun menghindari terjadinya penyimpangan LKS dapat meminta jaminan (Ps 3:a3)
Setiap mitra memiliki hak untuk mengelola asset musyarakah dalam proses bisnis normal (ps.2c)
3. KEUNTUNGAN
4. KERUGIAN 5. JAMINAN
6. MANAJEMEN
58
Penghimpunan dana
Wadiah yad dhamanah Mudharabah Mutlaqah (Investasi Tdk Terikat) Lainnya (modal dsb)
Sewa Margin
Tabel
Pada tanggal 1 Mei 2002, Bapak Johanes membuka deposito sebesar Rp. 10.000.000, jangka waktu satu bulan, dengan tingkat bunga 9% p.a. Berapa bunga yang diperoleh pada saat jatuh tempo?
Bapak Ahmad membuka deposito sebesar Rp. 10.000.000, jangka waktu satu bulan (tanggal 1 Mei s/d 1 Juni 2003), nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank 57% : 43%. Jika keuntungan bank yang diperoleh untuk deposito satu bulan per 31 Mei 2003 adalah Rp. 20.000.000 dan total deposito jangka waktu satu bulan adanya Rp. 950.000.000, berapa keuntungan yang diperoleh bapak Ahmad?
JAWAB
E F G H
Saldo rata-rata Harian Nasabah Nisbah Bagi Hasil Porsi Bagi Hasil untuk Nasabah bulan ini
H= E/1000 * F * G/100
Dari hasil perhitungan di atas, ditemukan pendapatan nasabah untuk bulan ini dengan dananya sebesar Rp. 1.000.000, bagi hasilnya sebesar Rp. 37,050.00
Pg = Po * (1 + g)^t
Pg Po g t = Pertumbuhan Penduduk = Penduduk Sekarang = Growth/Pertumbuhan = Waktu
= Rp. 125.000.000
= Rp. 14.750.000
= 65 hari
= 2 hari =0 = 5,4 = 57% = 28% = 72%
Profit margin per tahun = 5,4 x 10,55 Nisbah Bank Syariah: (16%)/(57%)x100% Nisbah untuk Nasabah: 100% - 28%
Seorang nasabah mengajukan pembiayaan untuk modal kerja dagang sebesar Rp. 125.000.000 selama 1 tahun, dengan perbandingan bagi hasil antara nasabah dan bank 72 : 28 %. Bagaimana cara perhitungannya?
CICILAN
POKOK
TOTAL
ANGSURAN
1
2
1,680,000.00
1,400,000.00
3 4 5 6 7 8 9 10
11
6.000.000 7,000,000.00 1,960,000.00 5,040,000.00 6.000.000 4,000,000.00 1,120,000.00 2,880,000.00 6.000.000 2,500,000.00 6.000.000 3,000,000.00 6.000.000 3,500,000.00 700,000.00 1,800,000.00 840,000.00 2,160,000.00 980,000.00 2,520,000.00
6.000.000 6,500,000.00 1,820,000.00 4,680,000.00 6.000.000 5,500,000.00 1,540,000.00 3,960,000.00 6.000.000 4,250,000.00 1,190,000.00 3,060,000.00
6.000.000 4,500,000.00 1,260,000.00 3,240,000.00
12
6,000,000.0
2 3
4
6,000,000.0 6,000,000.0
6,000,000.0
5,000,000.00 7,000,000.00
4,000,000.00
4,800,000.00 6,440,000.00
3,520,000.00
1,344,000.00 1,803,200.00
985,600.00
3,456,000.00 4,636,800.00
2,534,400.00
5,000,000.00 5,000,000.00
5,000,000.00
6,344,000.00 6,803,200.00
5,985,600.00
5 6
7 8
6,000,000.0 6,000,000.0
6,000,000.0 6,000,000.0
2,500,000.00 3,000,000.00
3,500,000.00 6,500,000.00
2,100,000.00 2,400,000.00
2,660,000.00 4,680,000.00
588,000.00 672,000.00
744,800.00 1,310,400.00
1,512,000.00 1,728,000.00
1,915,200.00 3,369,600.00
5,000,000.00 5,000,000.00
5,000,000.00 5,000,000.00
5,588,000.00 5,672,000.00
5,744,800.00 6,310,400.00
9 10
11
6,000,000.0 6,000,000.0
6,000,000.0
5,500,000.00 4,250,000.00
4,500,000.00
3,740,000.00 2,720,000.00
2,700,000.00
1,047,200.00 761,600.00
756,000.00
2,692,800.00 1,958,400.00
1,944,000.00
5,000,000.00 5,000,000.00
5,000,000.00
6,047,200.00 5,761,600.00
5,756,000.00
12
6,000,000.0
4,575,000.00
2,562,000.00
717,360.00
1,844,640.00
70,000,000.00
70,717,360.00
Modal
125,000,000.00
Cost Recovery + keuntungan Margin dalam % = ----------------------------------------- x 100% Harga Barang di Toko