Anda di halaman 1dari 2

Nama NPM

: Klira Reksya Taqwa : 1006773124

Bagaimana banjir dapat terjadi di Kabupaten Keerom (Kecamatan Arso) dan banjir di Jakarta khususnya Rawa Buaya? Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Kabupaten Keerom yang terletak di Pulau Papua sekitar bulan Desember 2011 lalu mengalami banjir, dimana kejadian ini nampaknya memberikan perhatian khsusus mengenai penyebab banjir di daerah tersebut. Jika kita lihat wilayah Keerom memiliki Curah Hujan yang cukup tinggi setiap tahunnya. Ketidakmampuan Sungai Keerom dalam hal menampung air hujan yang turun dengan deras dan dalam waktu yang lama inilah yang menjadi pemicu terjadinya banjir di Kabupaten Keerom khususnya Kecamatan Arso. Selain itu, kondisi morfologi wilayah Keerom merupakan daerah rawa, dan daratan yang letaknya sangat rendah dari permukaan laut. Hal ini menyebabkan ketika terjadi hujan, air tidak secara optimal terbuang ke laut melalui sungai-sungai yang ada, melainkan air tersebut terbawa kembali ke daratan. Keadaan Keerom yang merupakan wilayah rawa mengakibatkan air hujan di wilayah tersebut meluap cukup besar, karena air tersebut tidak hanya meluap dari sungai saja tetapi juga dari dalam tanah yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya banjir tersebut. Belum lama ini pula kota Jakarta khususnya di daerah Rawa Buaya, Cengkareng Jakarta Barat mengalami banjir yang cukup dahsyat setelah hujan deras membasahi kota Jakarta. Banyak hal yang menjadi penyebab akan banjir di wilayah ini. Jika kita lihat dari kondisi keruangan, wilayah Rawa Buaya pada abad ke 18 sebagian besar terdiri dari rawa dan hutan, pada tahun 1900 pesawahan mulai berkembang sedikit demi sedikit. Hingga pada tahun 1940 pemukiman mulai merajalela di wilayah tersebut. Ledakan penduduk semakin pesat seiring dengan meningkatnya wilayah terbangun di daerah tersebut. Pemukiman-pemukiman penduduk yang ada saat ini dibangun di wilayah yang pada zaman dahulu merupakan rawa. Hal inilah yang menyebabkan ketika hujan turun dengan deras terjadilah banjir. Pembangunan yang padat tanpa diiringi oleh drainase air yang baik maka akan menyebabkan

banjir dapat terjadi di wilayah tersebut. Ketika air hujan yang jatuh cukup deras, sulit untuk meresap ke dalam tanah dikarenakan lahan kosong di wilayah tersebut jumlahnya sedikit. Jika kita lihat wilayah pemukiman hampir menutupi wilayah Rawa Buaya sekitar 60% bahkan lebih, sisanya hanya sebagian kecil yang berupa hutan, wilayah perairan, dan lahan basah. Dengan kondisi tutupan lahan yang demikian, maka hujan yang turun sebagian besar langsung menjadi limpasan permukaan. Buruknya drainase dan sungai maka tidak mampu mengalirkan limpasan permukaan. Kapasitas debit sungai yang ada saat ini hanya mampu menampung sebagian kecil saja dari debit banjir yang ada. Adanya penyempitan dan pendangkalan sungai juga menyebabkan sekitar 80% debit sungai menjadi banjir yang menggenangi permukiman. Dengan kondisi tersebut suatu hal yang wajar jika terjadi banjir. Selain itu pada dasarnya wilayah tersebut merupakan daerah rawa yang dapat meluapkan air apabila terjadi hujan yang deras, karena air yang berada di dalam tanah ikut meluap. Ketika itu lah Kali Mookervart tidak dapat lagi menampung air yang jumlahnya cukup banyak sehingga banjir dapat terjadi. Melihat penjelasan di atas, jelas sudah mengapa banjir dapat melanda wilayah Keerom dan Rawa Buaya. Kondisi morfologi Keerom yang letaknya sangat rendah dan wilayahnya merupakan rawa merupakan penyebab terjadinya banjir. Sedangkan pada daerah Rawa Buaya, pemukiman yang berkembang pesat seiring dengan ledakan penduduk yang besar menjadi penyebab terjadinya banjir.

Sumber : http://berita.liputan6.com/read/385541/buruknya-sistem-drainase-penyebab-utama-banjir http://www.bintangpapua.com/keerom/19685-pemkab-usul-ke-pusat-pembangunan-waduk-

Anda mungkin juga menyukai