PE ES CE Done
PE ES CE Done
A. Latar Belakang Kegiatan Infeksi saluran napas atas adalah infeksi-infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme. Infeksi-infeksi tersebut terbatas pada struktur-struktur saluran napas termasuk rongga hidung, faring dan laring. Infeksi saluran napas atas mencakup common cold, faringitis atau sore throat (radang tenggorokan), laringitis, dan influenza tanpa komplikasi. Sebagian besar infeksi saluran napas atas disebabkan oleh virus, walaupun bakteri juga dapat terlibat baik sejak awal atau yang bersifat sekunder terhadap infeksi virus (Corwin, 2009). Surkesnas 2001 menunjukkan bahwa ISPA menempati ranking 1 sebagai penyebab kematian balita dan ranking 2 penyebab kematian bayi. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2002 dari SDKI, prevalensi ISPA adalah 9,8% tahun 1991 dengan kelompok umur prevalensi tertinggi adalah 12-23 bulan, meningkat menjadi 10% pada 1994 dengan 6-35 bulan, menurun menjadi 9% pada 1997 dengan 6-11 bulan dan menurun lagi menjadi 8% pada 2002 dengan 6-23 bulan (Widoyono, 2008). Dari seluruh kematian balita proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%. Di Indonesia rata-rata setiap bayi dan anak akan mengalami sakit ISPA sebesar 3-6 kali per tahun dan kunjungan pasien penderita penyakit ISPA ke Puskesmas sebanyak 40-60% rawat jalan serta 15-30% menjalani rawat jalan dan rawat inap (Song et al.,2009). Dengan demikian kematian bayi dan anak balita akibat penyakit ISPA termasuk cukup tinggi (Pangestika dan Pawenang, 2010). Berdasarkan data Puskesmas Masaran I pada bulan Juni hingga Oktober 2012, jumlah penyakit ISPA menempati urutan tertinggi sebanyak 3308 kasus. Data laporan kasus Puskesmas Masaran I pada bulan Juni hingga Oktober 2012 menunjukkan bahwa usia 1-4 tahun menempati urutan teratas kejadian ISPA. Berdasarkan data tersebut, maka perlu dilakukan analisis PSC tentang tatalaksana ISPA pada balita di Puskesmas Masaran I (Anonim, 2012).
B. Tujuan Kegiatan 1. Tujuan Umum Menganalisis kejadian ISPA pada anak dan balita di Puskesmas Masaran I dalam bentuk pembahasan PSC. 2. Tujuan Khusus a. Menganalisis kejadian ISPA menurut usia pada anak
b. Menyusun tatalaksana ISPA di Puskesmas Masaran I. c. Menyusun PSC tata laksana ISPA pada balita dan anak di Puskesmas Masaran
I. 3. Manfaat Kegiatan
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis kegiatan PSC 445 B diharapkan dapat memberikan informasi terkini mengenai kejadian penyakit ISPA pada balita di Puskesmas Masaran I, Sragen.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis kegiatan PSC 454 B ini diharapkan dapat menghasilkan gambaran tata laksana penyakit ISPA pada balita di Puskesmas Masaran I sehingga merupakan sumbangan pemikiran dalam penyusunan program MTBS dan KIA.
A. Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Pengumpulan dan Pengolahan Data Berdasarkan data laporan kasus Puskesmas Masaran I pada bulan Juni hingga Oktober 2012,penyakit ISPA menempati urutan tertinggi sebanyak 3308 kasus. Bahkan setiap bulannya, ISPA selalu menempati urutan pertama (Tabel 1). Tabel 1. Angka Kejadian 10 Besar Penyakit Periode Juni - Oktober 2012 di Puskesmas Masaran I
NO KODE NAMA PENYAKI T BULAN JUNI JULI AGUSTUS SEPTEM BER OKTO BER TOTAL
1. 2.
1802 34
3.
3202
4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 1903
ISPA Rematik dan tukang belakang Pey. Kulit karena alergi Pey. Kulit karena infeksi Tukak lambung Diare Hipertensi Trauma Diabetes mellitus Asma
540 247
820 569
672 352
506 343
770 403
3308 1914
142
287
178
166
57
830
181 139 85 38 86 22 30
162 179 40 37 27 29 18
104 87 73 47 27 21 26
(Anonim, 2012)
Tabel 2. Angka Kejadian Penyakit ISPA Berdasarkan Jenis Kelamin Periode Juni Oktober 2012 di Puskesmas Masaran I
BULAN NO KODE NAMA PENYAKIT JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMB ER OKTOBER
1802
ISPA
L 119
P 421
L 271
P 549
L 205
P 467
3308
34
Rematik dan tukang belakang Pey. Kulit karena alergi Pey. Kulit karena infeksi Tukak lambung Diare Hipertensi Trauma Diabetes mellitus Asma
136
111
256
313
168
184
152
191
195
208
1914
3202
73
69
131
156
77
101
69
97
25
32
830
3201
56
66
87
94
63
64
73
89
47
57
888
5 6 7 8 9 10
53 52 26 11 10 11
91 76 33 10 27 22
64 34 16 20 6 12
75 51 22 66 16 18
61 69 24 10 12 11
84 96 39 28 34 13
87 13 15 11 9 8
92 27 22 16 20 10
33 34 21 10 6 8
54 39 26 17 15 18
(Anonim, 2012) Tabel 3. Angka Kejadian ISPA Berdasarkan Usia Periode Juni Oktober 2012 di Puskesmas Masaran I
USIA <1 tahun 1-4 tahun >5 tahun JUNI 73 106 421 JULI 78 102 640 BULAN AGUSTUS 46 74 552 TOTAL Sept 37 64 405 OKTOBER 53 116 601 287 462 2619
(Anonim, 2012) 2. Pemilihan Prioritas Masalah Data periode Juni Oktober 2012 di Puskesmas Masaran I menunjukkan bahwa ternyata ISPA merupakan masalah yang paling sering ditemukan. Berdasarkan kelompok usia, ISPA paling sering diderita oleh kelompok usia 1-4 tahun (balita). Menyesuaikan dengan data-data yang penulis peroleh, maka penulis akan membahas mengenai penatalaksanaan Puskesmas Masaran I. ISPA pada balita di
B. Analisis SWOT Tabel 4. Analisis SWOT Tatalaksana ISPA Kekuatan (S) Kelemahan (W) 1. Minimnya petugas MTBS dan KIA di 1. Sudah adanya program Manajemen Puskesmas Masaran I Terpadu Bayi Sakit (MTBS) 2. Petugas pemerhati ISPA masih 2. Sudah adanya program Pola Hidup merangkap dengan tugas lain Bersih Sehat (PHBS) (multitasking) sehingga kurang fokus 3. Sudah adanya program Kesehatan Ibu 3. Tidak adanya program khusus untuk Anak (KIA) menangani ISPA 4. Sudah adanya evaluasi program baik 4. Sumber dana terbatas dari Kapuskes maupun dari DKK 5. Sarana prasarana sebagai penunjang untuk penjaminan mutu yang terbatas 5. Adanya imunisasi influenza Peluang (O) 1. Pelatihan dan penyuluhan kepada petugas tentang ISPA meliputi penyebab, gejala, pencegahan, pengobatan serta kaitannya dengan status gizi dan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) 2. Adanya petugas program MTBS di Pustu 3. Pembuatan program kegiatan untuk penatalaksanaan ISPA 4. Adanya pihak swasta (dokter praktek, bidan, perawat) untuk memberikan penatalaksanaan ISPA 5. Mengoptimalkan peran petugas Puskesmas dan kader program KIA. 6. Memanfaatkan kegiatan evaluasi program dan pelatihan untuk perbaikan strategi dalam pelaksanaan program Ancaman (T) 1. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang tatalaksana ISPA 2. Rendahnya kepedulian keluarga terhadap gejala ISPA 3. Status gizi yang rendah, terutama balita dengan gizi kurang yang masih banyak didapatkan di Masaran I, yaitu 5,56% (Anonim, 2012) 4. Kurangnya kesadaran PHBS
A. Alternatif jalan keluar Prioritas masalah tersebut perlu disusun alternatif pemecahannya dengan terlebih dahulu menggali penyebab dari masalah tersebut. Tabel 5. Alternatif Pemecahan Masalah NO. 1. PENYEBAB MASALAH Keterbatasan Sumber Daya Manusia a. Keterbatasan jumlah petugas b. Ada beberapa petugas yang memegang jabatan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. c. Masih ada petugas dengan jabatan rangkap (multitasking) d. Kurangnya pemahaman petugas terhadap visi, misi dan strategi Puskesmas Masaran I dalam program Penanggulangan Influenza. Masalah Dana untuk keberhasilan program a. Dana yang digunakan berasal dari dana pemerintah. b. Masyarakat kurang termotivasi untuk melaksanakan program bila tidak diberi bantuan dana c. Swadaya pembiayaan dari masyarakat maupun perangkat desa Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai ISPA mulai dari penyebab, penyebaran, pencegahan, pengobatan, hingga kaitannya dengan status gizi dan perilaku hidup 6 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH a. Menambah jumlah petugas b. Memberikan pelatihan terlebih dahulu kepada petugas sebelum memegang jabatannya c. Memberikan jabatan sesuai dengan latar belakang pendidikan petugas. d. Adanya penilaian kinerja petugas puskesmas, adanya sistem reward
2.
3.
a. Membuat usaha untuk mendapatkan tambahan dana, (misalnya dengan memanfaatkan fasilitas rawat inap di Puskesmas) b. Edukasi (penyuluhan) agar masyarakat sadar akan kebutuhan hidup sehat c. Adanya pasrtisipasi masyarakat dalam sistem dana (arisan, iuran rutin dll) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyebab, gejala, bahaya, pencegahan dan pengobatan ISPA, serta memberi penyuluhan tentang pentingnya
5.
Banyaknya balita gizi kurang di Masaran I yang mempermudah penularan influenza karena imunitas rendah
status gizi bayi/balita dan PHBS terhadap kesehatan bayi/balita Memberi edukasi tentang manfaat imunisasi influenza, memotivasi masyarakat untuk melakukan imunisasi influenza Bekerja sama lintas program (misalnya KIA dan Promkes dan Gizi) untuk penanggulangan gizi kurang maupun gizi buruk
B. Pemilihan prioritas jalan keluar Alternatif pemecahan masalah diatas apabila dilaksanakan diharapkan dapat menurunkan kejadian ISPA pada balita. Namun, untuk melaksanakan pemecahan masalah tersebut secara bersamaan akan sangat sulit. Untuk itu perlu dipilih prioritas pemecahan masalah yang paling sesuai untuk Puskesmas Masaran I. Pemilihan tersebut dengan menggunakan empat kriteria matriks yaitu magnitude, importance, vunerability, dan cost seperti yang terlihat pada Tabel 6 (Azwar, 2010). Tabel 6. Matrikulasi Alternatif Pemecahan Masalah. No. 1. 2. Daftar Pemecahan Masalah Menambah jumlah petugas Memberikan pelatihan terlebih dahulu kepada petugas sebelum memegang jabatannya, dan memberikan jabatan sesuai dengan latar belakang pendidikannya Adanya penilaian kinerja petugas puskesmas, adanya sistem reward Membuat usaha untuk mendapatkan tambahan dana, misalnya dengan memanfaatkan fasilitas rawat inap di Puskesmas Penyuluhan tentang penatalaksanaan ISPA serta pencegahan ISPA; penyuluhan tentang PHBS dan peningkatan status gizi Memotivasi masyarakat untuk melakukan imunisasi influenza Kerja sama lintas program untuk menanggulangi gizi kurang dan gizi buruk 7 Efektifitas M I V 3 3 3 4 2 2 Efisiensi (C) 3 4 Jumlah MxIxV C 6 6
3. 4.
3 3
4 3
2 2
4 3
6 6
5.
20
6. 7.
4 4
3 3
2 2
3 3
8 8
Berdasarkan Tabel 6, prioritas penetepan jalan keluar untuk Puskesmas Masaran I adalah: 1. Penyuluhan tentang penatalaksanaan ISPA serta pencegahan ISPA; penyuluhan tentang PHBS dan peningkatan status gizi 2. Memotivasi masyarakat untuk melakukan imunisasi influenza 3. Mengadakan kerjasama lintas sektoral dalam melaksanakan penanggulangan ISPA terutama akibat adanya gizi kurang maupun gizi buruk.
Penyuluhan oleh kader & petugas MTBS kepada masyarakat umum tentang ISPA mulai dari penyebab, penyebaran, pencegahan, pengobatan, hingga kaitannya dengan status gizi dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS)
ISPA sebagai trend kasus dengan prioritas kelompok balita (usia 1-4 tahun)
Konseling ibu yang mempunyai balita untuk melakukan imunisasi melalui program KIA maupun Posyandu
Kerja sama lintas program untuk menanggulangi gizi kurang dan gizi buruk
Kegiatan PMT dari bidang Promizi dan deteksi dini influenza lewat KIA melalui Posyandu
Tabel 7. Usulan Program No. 1. Kegiatan Penyuluhan tentang ISPA mulai dari penyebab, penyebaran, pencegahan, pengobatan, hingga kaitannya dengan status gizi dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) Pendekatan personal terhadap orang tua balita untuk memotivasi tentang imunisasi influenza Kerja sama lintas program untuk menanggulangi gizi kurang dan gizi buruk Sasaran Pasien balita BP umum, bidan desa, masyarakat umum dan kader di wilayah kerja Puskesmas Masaran I Indikator Pemahaman tentang materi penyuluhan, masyarakat berPHBS dan meningkatnya status gizi bayi/balita serta turunnya angka sakit. Lain-lain Dilaksanakan di Balai desa 1x/Bulan
2.
Meningkatnya bayi/balita yang mendapat imunisasi influenza Menurunnya jumlah kunjungan berobat ISPA pada balita dan anak
3.
10
A. Simpulan Berdasarkan analisis SWOT dan PSC Puskesmas Masaran I periode Juni Oktober 2012 menunjukkan bahwa ISPA merupakan penyakit tertinggi yang sering ditemui dan balita-anak merupakan kelompok usia yang paling sering mengeluhkan ISPA. Kejadian ini dapat terjadi karena: 1. Tidak adanya penanganan khusus influenza dalam program MTBS 2. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA, misal kebersihan dan gizi bayi/balita 3. Kurang pengetahuan mengenai tindakan pencegahan maupun penanganan awal bayi-anak dengan ISPA 4. Kurangnya minat masyarakat untuk melakukan imunisasi influenza karena faktor sosioekonomi 5. Sumber dana terbatas
B. Saran 1. Menyusun tatalaksana influenza di luar program MTBS 2. Mencari sumber dana lain dengan menggalakkan layanan IGD dan rawat inap 3. Meningkatkan kegiatan promosi misalnya penyuluhan kepada masyarakat tentang influenza 4. Meningkatkan kerjasama dengan pihak internal melalui mini lokakarya puskesmas, serta pihak eksternal yaitu dokter praktek swasta, bidan, perawat untuk menggalakkan program imunisasi influenza 5. Melibatkan masyarakat dalam menjalankan program penurunan angka sakit ISPA pada bayi maupun anak.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Laporan Puskesmas Masaran I Tahun 2012. Sukoharjo : Puskesmas Masaran I Anwar, M. 2008. Program Perencanaan Kesehatan. http://promosikesehatan2008.files.wordpress.com/2010/04/perencanaan-programkesehatan.pdf. Diakses tanggal 15 November 2012. Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiolog Edisi 3. Jakarta: EGC Intiasari, A. D. 2010. Buku Pedoman Praktek Belajar Lapangan : Menetapkan Prioritas Masalah. Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman Pangestika, Y. R. dan Pawenang. 2010. E.T. Hubungan Kondisi Lingkungan Terhadap Kejadian ISPA pada Balita Keluarga Pembuat Gula Aren. KEMAS 5 (2) (2010) 80-88 Tengku Y. 2012. Proses dan Metode Perencanaan Program Kesehatan Masyarakat http://www.slideshare.net/dryohanita/proses-dan-metode-perencanaan-programkesehatan-masyarakat. Diakses tanggal 15 November 2012 Widoyono. 2008. Infeksi Saluran Pernapasan Akut. http://www.scribd.com/doc/53071793/ISPA. Diakses tanggal 15 November 2012
12