Anda di halaman 1dari 4

UROLITHIASIS

A. Pengertian Urolithiasis adalah pembentukan batu dalam saluran kemih. B. Etiologi Faktor intrinsik : a. Herediter : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya b. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30 50 tahun c. Jenis kelamin : laki laki 3x lebih banyak dari pada perempuan Factor Ekstrinsik : a. Geografi b. Iklim dan temperature c. Asupan air : kurangnya asupan air yang dikonsumsikan dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih d. Diet : diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih. e. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas.

C. Klasifikasi batu 1. Murni a. Asam Urat : 24% b. Kalsium oxalate : 16% c. Fosfat : 1% 2. Campuran a. Kalsium oxalate dan asam urat : 46% b. Kalsiu,m fosfat, fosfat dan asam urat : 6% c. Kalsium oxalate dan fosfat:2% D. Manifestasi Klinis 1. Nyeri pinggang tergantung obstruksinya a. Batu pada ginjal peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis renal dengan uretral bagian proksimal akibatnya kolik renal. b. Batu pada uretra kolik uretra c. Batu bladder Cistitis

2. Obstruksi Batu membendung urine

gejala infeksi traktus urinarius : demam, panas dingin.

3. Gejala gastrointestinal : Nausea, muntah, diare, tidak nyaman.

E. Komplikasi a. Obstruksi hidronefrosis b. Infeksi c. Gangguan fungsi ginjal F. Pemeriksaan Diagnostik a. Pielografi intravena : melihat besar, letak, tanda tanda obstruksi b. Sistocopy : membantu pada keadaan yang meragukan pada guli guli c. USG : bayangan batu dan tanda tanda obstruksi d. Pielografi retrograde : batu radiolusen e. Analisis batu : Kristal dapat diidentifikasi dengan mikroskop Polaroid, spektoskopi infra merah f. Urinalisis : hematuria, urine kultur dan sensitifitas obat. G. Penatalaksanaan a. Medikamentosa : dengan ukuran batu < 5 mm diharapkan batu keluar secara spontan atau dilarutkan dengan bikarbonas natrikus ( hanya batu asam urat ). Kemudian terapi analgesic, memperlancar urine dengan diuretic dan minum banyak. b. Extacorporeal shockwave litotryosi ( ESWL) Batu dipecah menjadi fragmen fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. c. Endourologi Tindakan invasive minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih dengan pemecahan batu dan kemudian dikeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang langsung dimasukkan kedalam saluran kemih. Alat dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit. Pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, energy hidrolik, energy gelombang suara atau laser. d. Bedah laparaskopi : untuk mengambil batu ureter e. Bedah terbuka 1. Pyelolithotomy : mengeluarkan batu dari pelviks ginjal 2. Nephrolithotomy : insisi kedalam ginjal untuk mengeluarkan batu 3. Uretrolithotomy : mengangkat batu dari kandung kemih

H. Pengkajian a. Riwayat : 1. Kecenderungan terbentuk batu 2. Riwayat kolik ginjal / bladder tanpa batu yang kluar 3. Factor resiko 4. Lokasi,karakter,lama nyeri b. Pemeriksaan fisik 1. Tanda tanda vital bersama dengan kolik dan infeksi 2. Hiperperistaltik bunyi usus, nausea, muntah c. Pemeriksaan laboratorium 1. Urinalisis,urine kultur : infeksi,hematuria, Kristal 2. Tes kimia serum : identifikasi kalsium,fosfat,oxalate, cystin, fungsi renal 3. Kreatinin,BUN 4. Darah lengkap ; infeksi 5. Urine 24 jam : eksresi fosfat,kalsium, asam uric, creatinin. I. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan rasa nyaman ; nyeri bersama dengan obstruksi,abrasi traktus urinarius akibat pergerakan batu b. Gangguan eliminasi urine bersama dengan obstruksi batu c. Resiko tinggi infeksi sistemik bersama dengan obstruksi aliran urine atau efek pemasangan alat invasive J. Intervensi Keperawatan 1. Control nyeri a. Beri narkotik analgesic ( IM/IV) sampai nyeri hilang b. Dorong klien untuk memilih posisi yang nyaman c. Kaji sesering mungkin nyeri dengan menggunakan skala nyeri d. Beri antiemetic untuk nausea. 2. Pertahankan aliran urine a. Beri cairan peroral / IV untuk menurunkan konsentrasi urine ( Kristal), mencegah tidak adekuatnya urine output. b. Monitor urine output dan pola pengeluarannya, laporkan jika terjadi oliguria / anuria. c. Tempatkan urine pada tempatnya untuk memonitor pengeluaran fragmen batu d. Bantu klien untuk berjalan, ambulasi untuk melancarkan pergerakan batu 3. Control infeksi a. Beri antibiotic oral/IV : monitor efek sampingnya b. Kaji warna,baud an kekeruhan urine c. Monitor TTV 4. Pendidikan kesehatan klien a. Dorong intake cairan 2000 3000ml / 24 jam

b. Diet rendah natrium, gula dan protein hewani Natrium : sodium retriksig : jumlah kalsium diarbsopsi dalam usus menurun Gula : hiperkalsuria,urothialisis Protein hewani : mengandung purin :meningkatkan kalsium dan oxalate c. Meningkatkan konsumsi makanan berserat untuk menghambat absorpsi kalsium dan oksalat d. Cegah posisi recumbent lama : drainage renal menurun e. Jelaskan terapi allupurinol : menurunkan pembentukan asam uric dan laktat; thiazide diuretik : menurunkan kalsium.

K. Evaluasi a. Nyeri abdomen b. Urine output adekuat, urine jernih c. Afebril L. Uroflometri Rumus : volume urine Lamanya pengeluaran < 10 ml / det gobstruksi M. Pembentukan Batu 1. Superaturasi Terjadi karena meningkatnya pengeluaran ( ekskresi) zat tersebut dari ginjal atau berkurangnya volume pelarut ( air kemih ), contoh : asam urat. 2. Inhibitor Kristal yang berkurang Inhibitor Kristal menghambat pembentukan Kristal atau menghambat pertumbuhan Kristal. Contoh : citrate, phyrophospate, magnesium, glycopeptide. 3. Keasaman ( pH) air kemih yang menetap Bila urine menjadi asam ( pH) dalam jangka lama maka beberapa zat seperti asam urat akan mengkristal. Sebaliknya bila air kemih menjadi basa ( pH) naik maka beberapa zat akan mengkristal, missal : Ca fosfat. 4. Pertumbuhan sekunder Kristal Terjadi pembentukan Kristal baru yang terikat pada sesuatu Kristal jenis lain yang sudah ada terlebih dahulu. Kristal yang sudah ada tersebut memacu terbentuk Kristal jenis lain, missal : Kristal asam urat, kemudian bertambah dengan Ca oxalate.

Anda mungkin juga menyukai