Anda di halaman 1dari 26

TES FAAL HATI

Dr Farida Amin SpPK

FAAL HATI
Metabolisme karbohidrat (glukoneogenesis, sintesis dan pemecahan glikogen) Metabolisme protein (sintesis protein plasma, factorfaktor koagulasi, urem) Metabolisme lemak (sintesis asam lemak, kolesterol, lipoprotein, keton, asam empedu) Metabolisme hormon steroid Konyugasi dan ekskresi bilirubin Detoksifikasi obat-obatan, alcohol,dan substansisubstansi merusak Penyimpanan ( glikogen, vitamin A, B12 dan zat besi).

TES FAAL HATI :


Kerusakan hati dan saluran empedu mempengaruhi satu beberapa faal hati, tergantung jenis & luas penyakit. Penyakit diluar hati dapat mempengaruhi tes faal hati kebanyakan tes tidak spesifik Kapasitas cadangan yang besar & daya regenerasi hati cepat. tes faal hati tidak sensitif Kombinasi beberapa tes faal hati membantu menemukan letak, jenis dan luasnya kerusakan hati.

Investigasi pada suspek kelainan hati harus menjawab 3 pertanyaan :


1. Adakah kelainan hati ? 2. Apa penyebabnya ? 3. Berapa berat penyakitnya ?

Tujuan pemeriksaan tes faal hati 1. Penyaring : mengetahui kelainan hati 2. Membantu menegakkan diagnosis 3. Menentukan prognosis 4. Diagnosis differensial ikterus, asites dan hepatomegali 5. Mengikuti perjalanan penyakit hasil pengobatan

Penggolongan tes faal hati 1. Tes faal sintesis (kadar albumin, aktivitas enzim CHE, elektroforesis protein, faktor koagulasi) 2. Tes faal ekskresi (kadar bilirubin darah total, direk, indirek, bilirubin urin, kadar asam empedu) 3. Tes faal detoksifikasi (tes asam hipurat, kadar amonia) 4. Tes untuk menentukan integritas sel hati (aktivitas enzim SGPT/ALT, SGOT/AST, LDH) 5. Tes untuk kolestasis (aktivitas enzim fosfatase alkali/ALP, gama glutamil transpeptidase/GGT) 6. Tes untuk menentukan etiologi (serologis hepatitis, alfafetoprotein, autoantibodi, dll.

Tes faal hati (rutin) 1. Kadar protein total, albumin dan globulin 2. Kadar bilirubin total, direk, indirek 3. Aktivitas enzim transaminase (SGPT, SGOT) 4. Aktivitas enzim ALP, GGT - Bilirubin dan urobilinogen urin Jika diperlukan, dilanjutkan dengan tes faal hati yang spesifik.

Faal sintesis a.Kadar albumin : penyakit hati kronis ( mis. hepatitis virus yang berlangsung lama,sirosis hati) sintesis albumin menurun kadar albumin menurun , globulin meningkat.
prognosis dan menilai hasil pengobatan. Pada penyakit hati progressif : kadar albumin rendah fungsi hati mulai ambruk & prognosis buruk. tidak spesifik : hipoalbuminemia berhubungan dengan status nutrisi dan kehilangan protein pada berbagai kelainan ginjal dan gastrointestinal.

b.

Faktor-faktor koagulasi, tes masa protrombin dan responsnya terhadap pemberian vit K
Fungsi hati menurun sintesis Vitamin K dependent factors (II,VII, IX, X) berkurang PT memanjang dan PIVKA (protein Induced by vitamin K absence or antagonist) meningkat Pemberian vit K dapat membedakan kelainan koagulasi akibat kolestasis dari kelainan hepatoseluler. Pada obstruksi : pemberian vit K intravena PT menjadi normal Aktivitas enzim (pseudo)-cholinesterase (CHE) Pada kerusakan hepatoseluler dan kerusakan organofosfat aktivitas CHE menurun. Penting untuk prognosis.

c.

d. Elektroforesis protein Menilai berbagai fraksi protein dalam serum. Pada sirosis hati dan hepatitis kronik aktif menurun, alfa globulin menurun.

serum albumin

Bilirubin, urobilinogen (lihat met bilirubin blok Hematologi) Pemecahan eritrosit di dalam RES. bilirubin bebas dalam sirkulasi berikatan dengan albumin ke hati uptake oleh sel hati -- konyugasi -- diekskresi ke dalam empedu --- usus bilirubin diglukoronida urobilinogen ( oleh bakteri usus) Urobilinogen diekskresi : feses ( 75%), sebagian kecil melalui siklus enterohepatik kembali ke hati dan ke ginjal urobilinogen feses dan urin Dewasa normal : kadar bilirubin total dalam darah < 1,0 mg/dL: bilirubin indirek, kira-kira 0,2 mg/dL bilirubin direk. Neonatus : < 11 mg/dL

Jaundice (ikterus) warna kekuningan dr jaringan krn deposit bilirubin. Sering ditemukan pada penyakit hati & tidak secara ekslusif dihubungkan dengan penyakit hati. Mis. ikterus biasanya tidak ditemukan pada sirosis yang terkompensasi baik tapi merupakan gambaran yang biasa pada karsinoma pankreas lanjut. Ikterik secara klinis terlihat bila kadar bilirubin darah >= 2.5 mg/dL. Hiperbilirubinemia disebabkan oleh: peningkatan produksi bilirubin, gangguan metabolisme, ekskresi yang berkurang atau kombinasi keadaan keadaan tersebut.

Ikterus dapat dibedakan berdasarkan : A. Jenis bilirubin yang meningkat : Terutama indirek (>85% dari bilirubin total adalah bilirubin indirek) Terutama direk ( > 50% dari bilirubin total adalah bilirubin direk) B. Lokasi 1. Hiperbilirubinemia terutama indirek. a. Prehepatik produksi meningkat : proses hemolitik, hematoma, eritropoiesis inefektif, Infark paru hemorrhagik. b. Hepatik Sindroma Gilbert, sindroma Crigler- Najjar, neonatal jaundice, obat-obatan ( mis. novobiocin)

2. Hiperbilirubinemia terutama direk a. Hepatoseluler Kerusakan parenkhim hati : hepatitis viral, hepatitis toksik, hepatitis akibat alkohol, sirosis. b. Kolestasis - Intrahepatik : hepatitis viral, sirosis biliaris primer, obat-obatan (mis. Chlorpromazine, steroid anabolik) - Post hepatik : karsinoma kaput pankreas , batu empedu, striktur

Hasil metabolisme bilirubin pada darah, urin dan feses pada berbagai ikterus
Jenis ikterus Bilirubin serum direk : total (dalam %) Bilirubin urin Urobilinogen urin Urobilinogen feses

HIPERBIL INDIREK Prehepatik Hepatik HIPERBIL DIREK Hepatik : -Hepatoseluler -Kolestatik > 40 > 50 + + N, I atau D N, I atau D D D < 20 < 20 I N I N

Poshepatik > 50 + D D Ket: N = normal, I = meningkat, D= menurun, + = ditemukan Tanda kurung : bisa terjadi atau tidak terjadi perubahan

3. Tes faal detoksifikasi a. Kadar ammonia darah Kerusakan sel hati peningkatan kadar ammonia darah, misalnya pada nekrosis hati, koma hepatikum, sirosis.
b. Tes asam hipurat Asam hipurat dibentuk di hati, dikeluarkan liwat ginjal. Kadar asam hipurat urin menurun menunjukkan adanya gangguan faal detoksifikasi hati atau gangguan fungsi ginjal

4. Tes integritas sel hati Peningkatan aktivitas enzim-enzim transaminase menggambarkan kerusakan sel hati. ALT (SGPT) : enzim sitoplasmik, lebih spesifik dari SGOT , konsentrasi tinggi di hati, sedikit di ginjal, jantung dan otot skelet. Pada hepatitis virus atau hepatitis toksik aktivitas transaminase meningkat sampai 20X nilai normal. AST (SGOT) : pada sitoplasma dan mitokondria sel hati, otot jantung, otot skelet, pankreas dan ginjal. Aktivitas sangat meningkat pada nekrosis hepatoseluler dan infark miokard

5. Tes untuk menilai kolestasis Enzim-enzim kolestatik : fosfatase alkali ALP= alkaline phosphatase), Gama Glutamil transpeptidase (GGT), leucin minopeptidase (LAP), 5- nukleotidase (5-NT). Aktivitasnya meningkat : obstruksi saluran empedu, berbagai penyakit hati, seperti sirosis, karsinoma, kolestasis, metastasis ke hati, penyakit hati oleh alkohol. ALP tidak spesifik hati : isoenz tulang, plasenta GGT lbh spesifik hati, tapi dipengaruhi alkohol, obat (fenobarbital).

6. Tes untuk mencari etiologi a. Alfafetoprotein (AFP) Suatu petanda tumor, kadar AFP yang sangat tinggi (> 1000 ng/ml ) menunjang diagnosis karsinoma hati primer Kadar juga meningkat ( biasa < 500 ng/ml) pada : sirosis aktif, hepatitis kronik aktif, kehamilan, tumor embrional b. Autoantibodi Pada penyakit hati autoimun : ANA ( antinuclear antibody), AMA ( anti-mitochondrial antibody), SMA ( anti-Smooth muscle antibody) c. Petanda serologis (seromarker) hepatitis virus. Misalnya virus hepatitis A,B,C, D, E dsb dengan petanda serologis masing-masing.

Hyperbilirubinemia &/ or Bilirubiuria


ALT & ALP Increased ALP &/or ALT Normal Conyugated bilirubin

___________________
ALT Normal Haemolysis Gilberts disease Conyugation defect Normal ALP Increased > 3-fold < 10 fold ALP < 3-fold >3-fold Cholestasis &/or Hepatocellular Damage > 10-fold ALP <3-fold Predominant hepatocellular damage Increased Drug cholestasis Dubin-Johnson disease

Predominant Cholestasis

Specific aetiological tests &/ liver biopsy Fig 1. Suggested scheme for the investigation of the jaundiced patient

Spesimen untuk pemeriksaan faal fati dan hal-hal yang mempengaruhi pemeriksaan
Untuk pemeriksaan kimia darah dipakai darah vena (serum), tidak hemolisis dan tidak ikterik. Pemisahan serum dari sel-sel darah Dalam waktu kurang dari 1 jam (mencegah menurunnya kadar zat-zat akibat metabolisme selsel darah) Pengambilan darah vena : pembendungan terlalu lama hemokonsentrasi hitung sel darah, kadar protein, hormone, kalsium hasilnya lebih tinggi dari seharusnya.

Hemolisis terjadi akibat darah disemprotkan melalui jarum spuit ke penampung. Akibat hemolisis : - kadar kalium, enzim intrasel (SGOT, SGPT, LDH) meningkat - kadar glukosa dan natrium menurun - Serum kemerahan dan ikterik mengganggu pemeriksaan secara kolorimetrik Mengambil darah pada ekstritas dimana terpasang infuse, ada kemungkinan cairan infuse belum tercampur sempurna dengan darah di dalam tubuh hasil pemeriksaan lebih tinggi atau lebih rendah dari seharusnya. Jumlah specimen terlalu sedikit sehingga tidak cukup untuk melakukan pemeriksaan ulangan untuk konfirmasi.

AMILASE Enzim pencernaan, memecah kanji menjadi menjadi KH yang lebih kecil akhirnya menjadi monosakarida Sumber utama : kelenjar liur dan pankreas Sekresi eksokrin pankreas, enzim2 pencernaan : amilase, lipase, tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase, deoksiribonuklease dan ribonuklease. Sekresi : melalui duktus pankreatikus setelah rangsangan hormon pankreozimin (kolesistokinin)masuk ke duodenum di ampula Vateri melalui sfingter Oddi. Amilase kadar rendah : tuba falopii, jar lemak, usus halus, otot rangka. Amilase liur dan pankreas mempunyai isoenzim, dipisahkan dengan elektroforesis. Dalam serum : amilase yang dominan amilase liur.

Penerapan diagnostik Pada pankreatitis akut : meningkat dalam 6-24 jam, tetap tinggi beberapa hari, kembali normal dalam 2-7 hari. BM amilase rendah (50.000 dalton) > mudah dikeluarkan melalui urin, kadar tetap tinggi selama beberapa hari dalam urin, walaupun kadar serum sudah kembali normal. Lipase mempunyai BM lebih besar dari amilase berada dalam sirkulasi lebih lama. Untuk diagnosis pankreatitis akut : bila kadar amilase serum normal, dilanjutkan pengukuran amilase urin 24 jam atau lipase serum yang sangat spesifik untuk pankreas Peningkatan kadar amilase serum : hampir selalu dari pankreas, walaupun ada sumber lain ( tabel)

Keadaan yang menyebabkan peningkatan kadar amilase serum.


Peningkatan mencolok ( 5x Normal atau lebih) Pankreatitis akut Komplikasi pankreatitis : Pseudokista , abses, asites Pemberian morfin Peningkatan sedang (3-5 x Normal) Karsinoma pankreas mengenai kaput pankreas (lanjut) Gondongan Peradangan kelenjar liur Perforasi ulkus peptikum. Salpingitis. Renal insufficiency

Morfin atau obat kolinergik : konstriksi sfingter duktus pankreatikus, ekskresi ke usus terhambat absorpsi meningkat Penyakit saluran empedu , strangulasi atau nekrosis usus amilase serum meningkat Gagal ginjal > peningkatan ringan amilase serum Makroamilasemia : kompleks amilase dengan senyawa BM tinggi (mis. imunoglobulin) amilase dalam darah meningkat dan menetap, tanpa disertai peningkatan amilase urin. Pada malabsorpsi atau penyakit hati tidak memiliki makna diagnostik, tapi penting untuk menyingkirkan penyakit pankreas. Amilase ektopik : tumor ovarium serosa dan karsinoma paru
Spesimen Serum, urin atau cairan tubuh lain ( pleura atau peritoneum) Peningkatan palsu : kontaminasi dengan air liur. Serum : bisa diperiksa amilase total atau amilase pankreas .

LIPASE
Lipase mengkatalisis penguraian trigliserida makanan menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Lipase disekresi dari pankreas ke dalam duodenum bersama enzim pencernaan lain. Hanya berasal dari pankreas peningkatan lipase dalam serum sangat spesifik untuk penyakit pankreas. Pada pankreatitis akut : meningkat 3-6 jam setelah onset,puncak dalam 24 jam, normal dalam 8-14 hari. Keunggulan lipase dibandingkan amilase : kadar dalam plasma tetap tinggi bahkan setelah kadar amilase normal.

Peningkatan kadar lipase serum Pankreatitis akut : ( peningkatan > 5 x nilai batas atas) Karsinoma pankreas Pemberian morfin atau obat kolinergik

Anda mungkin juga menyukai