Anda di halaman 1dari 2

Vitamin C, si Manis yang Memaniskan Kehidupan

Vitamin C memang lebih dikenal karena rasanya yang manis dan oleh karenanya hampir seluruh masyarakat dapat dengan mudah menemukan sumber dari vitamin ini karena vitamin C sering diidentikkan dengan segala sesuatu yang manis dan segar seperti jeruk, mangga, nenas, dll. Namun, ketersediaan hayatinya yang tinggi malah membuat sebagian besar masyarakat sepele dengan keberadaan dan kebutuhan akan vitamin C ini. Mungkin sudah menjadi pengetahuan umum kalau vitamin C adalah pencegah utama terjadinya sariawan, bibir kering dan pecah-pecah. Insidensi penyakit ini pun sangat jarang dikeluhkan karena sering asimtomatik dan tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Dan hal ini membuat masyarakat merasa semakin tidak paham akan peranan dari vitamin ini dan menganggap mengkonsumsi vitamin ini bukanlah sesuatu hal yang urgent. Namun, hasil studi penelitian yang semakin berkembang ternyata mengemukakan ternyata ada lebih 300 fungsi dari vitamin C. Vitamin C dengan nama generik asam askorbat merupakan suatu gugus organik yang diperlukan dalam proses hidroksilasi prolin menjadi hidroksiprolin, suatu senyawa yang diperlukan dalam sintesis kolagen. Dengan adanya kolagen, intergritas jaringan tubuh dapat dipelihara. Inilah yang menyebabkan kekurangan vitamin ini menimbulkan gangguan seperti luka yang sukar sembuh, gigi yang mudah goyang, sariawan dan bibir pecah-pecah. Namun selain fungsi tersebut, vitamin C memiliki fungsi yang lebih crucial sebagai antioksidan dan antiinfeksi. Oksidan atau dikenal juga sebagai radikal bebas adalah senyawa yang bersifat merusak pada jaringan tubuh. Sama seperti apel yang kita belah dan dibiarkan di udara, kemudian beberapa saat menjadi coklat, begitu juga dengan sel-sel tubuh jika terpapar oleh radikal bebas. Oksidan atau radikal bebas sebenarnya berasal dari molekul oksigen yang secara kimia strukturnya berubah akibat dari aktifitas lingkungan. Aktifitas lingkungan yang dapat memunculkan radikal bebas antara lain radiasi, polusi, merokok dan lain sebagainya. Radikal bebas yang beredar dalam tubuh berusaha untuk mencuri elektron yang ada pada molekul lain seperti DNA dan sel. Pencurian ini jika berhasil akan merusak sel dan DNA tersebut. Dapat dibayangkan jika radikal bebas banyak beredar maka akan banyak pula sel yang rusak. Celakanya, kerusakan yang ditimbulkan dapat menyebabkan sel tersebut menjadi tidak stabil yang berpotensi menyebabkan proses penuaan dan kanker. Ibaratnya sebagai pedansa yang tidak pernah lelah yang siap menarik semua wanita untuk menjadi pasangan

dansanya sampai akhirnya semua wanita kelelahan. Dan sebenarnya tubuh mempunyai sistem yang bersifat protektor terhadap aktivitas radikal bebas ini yang dikenal sebagai antioksidan. Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif. Yang termasuk antioksidan adalah superoxide dismutase (SOD), glutation, dan vitamin salah satunya vitamin C. Peran vitamin C sebagai antioksidan yaitu melalui fungsinya sebagai akseptor hidrogen dari hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida (H2O2) adalah senyawa yang bersifat radikal karena mampu berdisosiasi menjadi H2O + O2-. O2- adalah suatu superoksida yang akan mencari pasangan elektron dari tubuh yang berarti merusak tubuh. Dan dengan adanya vitamin C sebagai asam askorbat, H2O2 yang terdisosiasi akan berikatan dengan asam askorbat membentuk 2H2O + Asama Askorbat (A) melalui reaksi H2O2 + AH2 2H2O + A Dan sebagai antiinfeksi, asam askorbat dilaporkan mampu berguna sebagai perangsang kekebalan tubuh dan modulator dalam beberapa keadaan. Vitamin C meningkatkan ketahanan terhadap infeksi melalui aktivasi kekebalan dari leukosit, produksi interferon, dan proses reaksi inflamasi, atau integritas selaput lendir. Leukosit, IFN, dan selaput lendir adalah pertahanan tubuh yang nonspesifik terhadap terjadinya infeksi. Peningkatan aktivitas selaput lendir berkaitan dengan fungsi vitamin C dalam menentukan intergritas jaringan sehingga memperkokoh sistem selaput lendir. Melalui fungsi ini, bersama dengan fungsi antioksidan, ia dapat membantu dalam pencegahan dan pengobatan infeksi dan penyakit lainnya. Harapannya, akhirnya setiap orang bisa memahami sedikit lebih dalam akan kegunaan vitamin C. Bukan hanya sebagai pemanis biasa tetapi sebagai pemanis yang betul-betul bisa memaniskan kehidupan kita.

Regards, Juang Idaman Zebua 080100132

Anda mungkin juga menyukai