Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Penanggulangan tuberkulosis telah di mulai sejak masa sebelum perang dunia ke 2, dengan tata laksana yang di terapkan saat itu, istrahat di sanatorium dan nutrisi yang baik tanpa Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ). Sejak kemerdekaan indonesia, pengobatan di lakukan di BP4 dan Rumah sakit Tuberkulosis Paru (RSTP), dengan paduan OAT saat itu yaitu INH,PAS dan Streptomisin. Tahun 1977 paduan OAT jangka pendek yang mengandung Rifampisin mulai di perkenalkan. Uji coba pada tahun 1993 di Sulawesi, di terapkan konsep BOPS dengan paduan jangka pendek terdiri atas INH,Rifampisin,Pirasinamid,Sstreptomisin dan Etambutol. Pada tahun 1995 konsep DOTS di laksanakan sebagai suatu strategi penanggulangan di i donesia.Paduan OAT yang di gunakan mengacu pada rekomendasi WHO yang telah di sesuaikan situasi dan kondisi di indonesia. 2. Tujuan a. Mengetahui pengertian tuberculosa b. Mengetahiu etiologi tuberculosa c. Mengetahui klasifikasi tuberculosis d. Mengetahui manifestasiklinik tuberculosis e. Mengtahui patofisiologi tuberkulosis. f. Mengetahui mengetahui cara penularan penyakit tuberculosis g. Mengetahui faktor yang mempengarui tuberkulosis. h. Mengetahui komplikasi tuberculosa
1

i. Mengertahui pencegahan penyakit tuberculosa j. Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit tuberculosa k. Mengetahui penatalaksanaan penyakit tuberculosa

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang semua alat tubuh yang tersering adalah paru dan tulang, biasanya pada awal mula terjadi benjolan kecil (tuberkel dan tuberkulm). (Laksman, 2000.364) Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Biasanya menyerang paru-paru, tapi dapat menyebar ke selruh tubuh. (Brunner & Suddarth.2000.541)

B. Etiologi TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar UV.Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M.Avium.

C. Klisifikasi Tuberkulosis Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah : 1. TB paru : sputum BTA (+)
2

2. TB paru tersangka : sputum BTA (-) dengan klinis dan radiologis (+) 3. Bekas TB paru : riwayat obat anti tuberkulosis (OAT) adekuat dengan sputum (-), klinis (-), radiologis menetap Menurut Bahar (1996) klisifikasi TB paru yaitu : 1. TB parU 2. Bekas TB paru 3. TB tersangka, yang terbagi dalam 4. TB paru tersangka yang diobati : sputum BTA (-), tapi tanda-tanda lain (+) 5. TB paru tersangka yang tidak diobati : sputum BTA (-) dan tandatanda lain juga meragukan.

D. Manifestasi Klinik Tanda Dan Gejala Tanda tanda 1. Penurunan berat badan 2. Anoreksia 3. Dispneu 4. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning. Gejala 1. Demam

Biasanya

menyerupai

demam

influenza.

Keadaan

ini

sangat

dipengaruhi oleh dayatahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuK 2. Batuk Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkansputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darahyang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus. 3. Sesak nafas Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinyasudah setengah bagian paru. 4. Nyeri dada Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis) 5. Malaise Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala,meriang, nyeri otot, keringat malam.

E. Patofisiologi Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yanganeh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yangdisebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total
4

permukaan membrane respirasi yang menyebabkan penurunankapasitas difusi paru secara progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah

F. Cara Penularan Cara penularan yang tersering adalah melalui saluran nafas yang dikenal sebagai droplet infection, dimana basil tuberculosis tersebut dapat masuk sampai alveolar. Penularan mudah terjadi bila terjadi hubungan erat dan lama dengan penderita TB paru yang aktif yakni golongan penderita yang disebut open case. Penularan lain yaitu debu yang mengandung basil TB yang berterbangan di udara.

G. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Tuberculosis Faktor yang erat hubungannya dengan terjadinya basil TB adalah 1. Adanya sumber penularan 2. Jumlah basil yang mempunyai kemampuan mengadakan infeksi cukup banyak dan terus menerus 3. Virulensi basil 4. Daya tahan tubuh menurun, berhubungan dengan factor genetika, factor faali, jenis kelamin, usia, factor lingkungan (nutrisi, perumahan dan pekerjaan) Faktor-faKtor yang menyebabkan seseorang terifeksi oleh mycobacterium tuberkulosa adalah: 1. Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara genetika

2. Jenis kelamin: pada akhir masa kanak kanak danremaja angka kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan 3. Usia: pada masa bayi kemungkina terinfeksi sangat tinggi 4. Pada masa puber dan remaja di mana terjadi masa pertumbuhan yangcepat, kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit tidak adekuat. 5. Keadaan stress: situasi yang penuh stress, kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik 6. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi 7. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah 8. Status nutrisi yang kurang 9. Infeksi berulang 10. Tidakmematuhi aturan pengobatan

H. Komplikasi 1. Meningitis 2. Spondiliti 3. Pleuritis 4. Bronkopneumoni 5. Atelektasis

I. Pencegahan TBC 1. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan suntikan BCG (imunisasi) kepada bayi umur antara 3 s/d 14 bulan. Langkah-langkah dalam rangka memberikan kegiatan imunisasi. a. Menganjurkan orang tua bayi agar mau membawa bayinya untuk divaksinasi, serta membantu mengumpulkan bayi-bayi pada hari yang telah ditetapkan di Puskesmas atau ditempat lain. b. Menyampaikan daftar bayi-bayi tersebut ke Puskesmas dan meminta petugas imunisasi. Untuk datang melakukan vaksinasi di desa. c. Peningkatan gizi keluarga 2. Makan bergizi dapat meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga tubuh kita tidak mudah terkena penyakit. Langkah-langkah dalam peningkatan gizi ini yaitu dengan anjuran : a. Memanfaatkan perkarangan (berternak, kolam ikan, bercocok tanam). b. Memakan hasil pemanfaatan perkarangan. c. Menyediakan makanan yang bergizi untuk dimakan oleh keluarga. 3. Peningkatan kesehatan lingkungan Kuman TBC akan mati kalau terkena sinar matahari, sabun. Langkahlangkah dalam peningkatan kesehatan lingkungan yaitu dengan anjuran: a. Membuat dan mengusahakan rumah sedemikian rupa sehingga sinar matahari dan udara segar masuk dengan leluasa ke dalam

rumah dengan jalan membuka pintu dan jendela terutama pada pagi hari. b. Menghindari tidur dalam satu kamar dengan penderita terutama bagi anak-anak, selam 4 minggu pertama pengobatan. c. Meludah di tempat khusus yang tertutup, seperti kaleng yang diisi dengan air sabun. Meningkatkan kebersihan perorangan yaitu: a. Mencuci tangan dengan sabun sehabis melayani penderita. b. Menutup mulut waktu batuk atau bersin. J. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan fisiK Tempat kelainan yang paling dicurigai adalah bagian apeks/puncak paru. Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas, didapatkan perkusi redup dan auskultasi suara nafas yang bronchial, suara nafas tambahan ronki basah kasar dan nyaring. Bila infiltrasi diliputi oleh penebalan bronchial, suara nafasnya menjadi vesikuler melemah. Bila terdapat cavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi memberikan suara amforik. Pada TBC paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot otot interkostal. Bagian paru yang sakit menjadi menciut dan menarik isi mediastinum atau paru yang lain. Paru yang sehat menjadi hiperinflasi. Bila jaringan fibrotik lebih dari setengah jumlah jaringan paru akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru sehingga meningkatkan tekanan arteri pulmonalis yang mengakibatkan terjadi cor pulmonal dengan gagal jantung kanan seperti takipnea. Takikardi, right ventrikuler lift, right atrial gallop, graham Iteal murmur, bunyi P

yang mengeras, kenaikan tekanan vena jugularis, hepatomegali, asites, edema. 2. Pemeriksaan radiologi Pada awal penyakit dimana lesi masih merupakan sarang sarang pneumonia gambaran radiologis adalah berupa bercak bercak seperti awan dengan bekas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat dan terlihat bayangan berupa bulatan dengan bekas yang tegas. Gambaran TBC milier berupa bercak bercak halus tersebar merata pada seluruh lapangan paru. Gambaran radiologis lain yang sering menyertai TBC paru adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, pneumothorak (bayangan hitam radio lusen di pinggir paru atau pleura) 3. Pemeriksaan laboratorium a. Darah Pada TBC aktif, jumlah lekosit meningkat dengan diferensiasi ke kiri, laju endap darah meningkat, jumlah limfosit di bawah normal. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah lekosit kembali normal, LED mula mula menurun kemudian normal, jumlah limfosit tetap meningkat. b. Sputum Untuk menemukan kuman BTA, diagnosis dipastikan. Kriteria sputum BTA positif adalah bila ditemukan 3 batang kuman BTA dalam satu sediaan. c. Tes tuberculin, Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberculin purified protein derivated intrakutan berkekuatan 5 T>U

K. Penatalaksanaan Sasaran penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan gejala pulmonal dan sistemik, untuk mengembalikan pasien pada kehidupan kesehatan, bekerja, dan keluarga secepat mungkin, dan untuk mencegah penularan infeksi pada orang lain. 1. Pengobatan Pemakaian obat tunggal banyak terjadi resistensi karena sebagian besar kuman Tuberkulosis memang dapat dibinasakan tetapi sebagian kecil tidak, maka terapi Tuberkulosis dilakukan dengan memakai paduan obat. Dengan paduan 2 obat ini kemungkinan awal dapat diabaikan karena : jarang ditemukan retensi terhadap 2 macam obat atau lebih dan pola retensi terbanyak adalah terhadap INH. Jenis Obat : 1. Oba primer a. Isoniazid b. Rifampisin c. Pita zinamid d. Streptomisin e. Etambutol 2. Obat sekunder a. Etionamid b. Prorionamid c. Sikloscren d. Kanamisin
10

e. Para amine salicylic acid f. Tiasetazon g. Viomycin h. Kapremisy Secara garis besar penatalaksanaan TB dibagi menjadi 2, yaitu: 1. TB paru yang tidak berat 2. TB paru berat atau TB ekstrapulmonal Pada TB paru yang tidak berat cukup digunakan 3 jenis obat anti tuberkulosis (OAT) dalam jangka waktu terapi 6 bulan. Sedangkan untuk TB berat atau ekstrapulmonal dalam jangka waktu 9-12 bulan. Obat anti tuberkulosis yang digunakan adalah: 1. Isoniazid (INH): selama 6-12 bulan a. Dosis terapi: 5-15 mg/kg/hari diberikan sekali sehari b. Dosis profilaksis: 5-10 mg/kg/hari diberikan sekali sehari c. Dosis maksimum: 300 mg/hari 2. Rifampisin (R): selama 6-12 bulan a. Dosis : 10-20 mg/kg/hari sekali sehari dalam keadaan perut kosong b. Dosis maksimum: 600 mg/hari 3. Pirazinamid (Z): selama 2-3 bulan pertama a. Dosis: 25-35 mg/kg/hari diberikan 2 kali sehari b. Dosis maksimum: 2 gram/hari 4. Etambutol (E): selama 2-3 bulan pertama
11

a. Dosis: 15-20 mg/kg/hari diberikan sehari atau 2 kali sehari b. Dosis maksimum: 2 gram/hari 5. Streptomisin (S): selama 1-2 bulan pertama a. Dosis: 20-40 mg/kg BB/hari diberikan sekali sehari intramuscular b. Dosis maksimum: 1 gram/hari

L. Pathway tuberculosa

Mycobacterium TB

Saluran pernafasan

Luka terbuka

Menempel disaluran nafas

Terbawa secara hematogen

Lama >berkembang di alveoli)

Batuk berat/sering

Menempel pada organ tertentu Iritasi bronkus, bronkhiolus Paru, tulang, dll Pecah pembuluh darah, luka

Alveoli rusak

Distensi abdomen/tertelan

Kegalalan di surfactan Mual, muntak, anoreksia Perubahan jaringan/susunan anatomi) Batuk darah/pus/lainnya paru

12

Meyumbat jalan nafas G3 Nutris Kurang dari Kerusakan Pertukaran Gas kebutuhan
M. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberculosa 1. Kasus

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Pasien Tn Sy, usia 45 Tahun mondok di Ruang Barokah tanggal 4 Maret 2013. Keluhan lemas. Pengkajian saat ini pasien merasakan batuk purulen produktif disertai nyeri dada, malaise, gejala flu. Batuk darah sudah 2 kali, kelelahan, hilang nafsu makan. Berat badan sekarang 45 kb dari 70 kg. penurunan berat badan. Pasien juga mengatakan sering keringat mengalami keringat malam. Hasil Pemeriksaan fisik: Observasi dan Pemeriksaan Fisik CM. , Keadaan umum: lemah Tanda-tanda vital : S= 38oC, T= 110/70mmHg, Nadi= 90x/m, RR= 30 x/m. Pernafasan melalui : hidung + terpasang 02 kanule ( 4 liter/menit ). Trachea tidak ada pembengkokan Cyanosis (-), dyspnea (+), batuk darah (+), Ronchi (+) / (+) dada tidak simetris. Eliminasi urin : 3000-400/hari, warna kuning, ( 7,35-7,45 ), PCO2 : jernih, khas amoniak. Ekstremitas atas tangan kiri terpasang infus RL 10 Tetes/menit. Pemeriksaan Lab AGD: PH : 7,389 47,0 ( 35-45 ), PO2 : 120,0 ( 80-104 ), HCO3 : 21, Sputum : BTA (+)1. Lekosit 11.000 , LED > 4 meningkat. Pada BTA positif ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman dalam satu sediaan, dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum. Rontgent: Foto thorak PA tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas berupa cincin; pada kalsifikasi tampak bercak padat dengan densitas tinggi. Therapi. Infus RL: Dex.5% 1:1/ 24 jam ( 7 tts/menit ), Therapi OAT dosis Tunggal. Diet TKTP

13

2. Pengkajian a. Data subjektif Nama Jenis kelamin Pekerjaan Agama b. Keluhan utama Pasien mengatakan lemas c. Riwayat kesehatan 1) Riwayat kesehatan sekarang Pasien datang ke RS mondok di Ruang Barokah tanggal 4 Maret 2013. Pengkajian saat ini pasien merasakan batuk purulen produktif disertai nyeri dada, malaise, gejala flu. Batuk darah sudah 2 kali, kelelahan, hilang nafsu makan. Berat badan sekarang 45 kg dari 70 kg. penurunan berat badan. Pasien juga mengatakan sering keringat mengalami keringat malam. 2) Riwayat kesehatan dahulu Klien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami sakit seperti yang diderita sekarang 3) Riwayat kesehatan keluarga Dalam keluarga klien tidak ada riwayat penyakit seperti yang dialami klien sekarang. d. Pola kebutuhan dasar menurut Virginia Henderson 1) Pola Oksigenasi Sebelum sakit : pasien tidak mengalami gangguan pernafasan Saat sakit : pasien mengatakan batuk, Pernafasan melalui hidung + terpasang 02 kanule (4 liter/menit)
14

: NY. : laki laki : : Islam

2) Pola Aktivitas /istirahat Sebelum : pasien dapat beraktivitas dengan mandiri Saat sakit : pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas karena kondisinya yang tidak memungkinkan 3) Pola Eliminasi Sebelum sakit : pasien mengatakan BAB dan BAK lancar Saat sakit : BAB dan BAK normal, lancar. urin : 3000-400/hari, warna kuning, jernih, khas amoniak 4) Pola nutrisi Sebelum sakit : pasien makan 3x/hari, minum 7 gelas/ hari Saat sakit : pasien kelelahan, tidak nafsu makan. Mengalami penurunan berat badan menjadi 45 kg dari 70 kg. 5) Pola tidur dan istirahat Sebelum sakit : pasien tidur kurang lebih 6-8jam/perhari Saat sakit : pasien mengalami gangguan tidur karena sering batuk dan sesak nafas 6) Pola berpakaian Sebelum sakit : pasien dapat berpakaian dengan mandiri dan rapi Saat sakit : pasien dapat mengenakan pakaian sendiri 7) Pola pertahanan suhu Sebelum sakit : suhu pasien normal 36,50C-37,50C Saat sakit : suhu pasien 38C
15

8) Pola personal hygiene Sebelum sakit : pasien mandi 2x sehari Saat sakit : pasien hanya terbaring dan memerlukan bantuan keluarga saat hygiene 9) Pola kenyamanan Sebelum sakit : pasien merasa nyaman saat beraktivitas Saat sakit : pasien tidak nyaman karena sesak nafas 10) Pola Berkomunikasi Sebelum sakit : pasien dapat berkomunikasi dengan baik Saat sakit : pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan tim medis dan keluarga 11) Pola Beribadah Sebelum sakit : pasien beribadah tanpa gangguan Saat sakit : ibadah pasien teganggu 12) Pola rekreasi Sebelum sakit : pasien biasanya rekreasi ke pantai satu minggu sekali Saat sakit : pasien hanya terbaring di tempat tidur 13) Pola Belajar. Sebelum sakit : pasien belum mengetahui tentang penyakitnya Saat sakit : pasien mendapat informasi dari perawat dan tim medis lainyya

16

14) Pola koping Sebelum sakit : pasien tidur saat stres Saat sakit : pasien duduk saat sesak e. Pemeriksaan fisik Keadaan Umum : cukup Kasadaran TD N S f. : Compos Mentis : 110/70 mmHg : 90x / menit : 38 C

Pemeriksaan labolatorium a) Pemeriksaan labolatorium darah didapat

Pemeriksaan Hasil satuan Hb 9,8 Ht 29 Leukosit 2600 Trombosit 291.000 MCV 81 MCHC 34 GDS 102 Ureum/kretinin 31/1.0 Na/k/cl 134/42/97 b) Pemeriksaan penunjang (1) Rontgent:

nilai normal

Foto thorak PA tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas berupa cincin; pada kalsifikasi tampak bercak padat dengan densitas tinggi. (2) Therapi.

17

Infus RL: Dex.5% OAT dosis Tunggal

1:1/ 24 jam ( 7 tts/menit ), Therapi

(3) BTA positif ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman dalam satu sediaan, dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum g. Diagnosa keperawatan 1) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan jaringan (susunan anatomi) 2) Bersihan jalan nafas b.d penyumbatan jalan nafas 3) Kurang nutrisi b.d anoreksia h. Intervensi keperawatan No 1 Dx 1 NOC Setelah masalah dapat NIC dilakukan NIC: 1. Posisikan fowler R.mengetahui psikologis klien 2. Posisikan merasa R. agar pasien pasien untuk marasa memaksimalkan ventilasi nyaman 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan R. untuk mengurangi sesak nafas 4. Keluarkan R. sekret dengan kotoran batuk atau suction membersikan jalan nafas
18

tindakan selama 2x24 jam keperawatan tertasi dengan gangguan pertukaran gas kriteria hasil : 1. Sesak nafas berkurang 2. Pasien nyaman 3. Oksigen aduquat

pasien

semi kondisi

5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan R. untuk mengetahui keadaan paru pasien 6. Monitor respirasi dan status O2 R. untuk memantau respirasi

Setelah jam kkeperawatan

dilakukan masalah

tindakan selama 2x24

Airway Management 1. Posisikan R: agar pasien pasien untuk merasa memaksimalkan ventilasi nyaman 2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan R: Membantu pernafasan pasien dengan alat bantu 3. Lakukan jika perlu R: untuk mengeluarkan sekret dengan sekret pada jalan nafas 4. Keluarkan R:untuk jalan nafas 5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan batuk atau suction membersihkan fisioterapi dada

kebersihan jalan nafas teratasi dengan kriteria hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas dyspneu mampu yang bersih, (mampu bernafas tidak ada sianosis dan mengeluarkan sputum, dengan mudah, tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam
19

rentang normal, tidak ada Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang menghambat nafas dapat jalan suara nafas abnormal)

R: mengetahui ada tidaknya suara tambahan 6. Monitor respirasi dan status O2 R: untuk mengetahui status pernafasn pasien

Setelah tindakan

dilakukan keperawtan Nutrition Management 1. Kaji R: adanya mngetahui alergi ada makanan tidaknya alergi 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. R: agar nutrisi yang di butuhkan terpenuhi 3. Berikan makanan yang terpilih ahli gizi) R: agar nutrisi sesui aturan yg di berikan ( sudah dengan dikonsultasikan

selam 2x 24 jam di harapkan maslah nutrisi teratasi dengan kriteria hasil: 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4. Tidk ada tanda tanda malnutrisi

20

5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan 6. Tidak penurunan terjadi berat

4. Ajarkan bagaimana

pasien membuat

catatan makanan harian. R: agar nutrisi pasien terjadwal dengan baik. 5. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi R: agar pasien pentingnya mengetahui

badan yang berarti

nutrisi untuk tubuh.

21

BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang semua alat tubuh yang tersering adalah paru dan tulang, biasanya pada awal mula terjadi benjolan kecil (tuberkel dan tuberkulm). (Laksman, 2000.364) TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar UV.Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M.Avium. 2. Saran Bagi penyusun diharapkan menggunakan lebih banyak lagi literatur dalam penyusunan makalah. Guna mendapatkan data yang lebih valid sehingga makalah yang ditulis dapat lebih bermanfaat.

22

DAFTAR PUSTAKA Brown,Sandra ELSEVIER Brunner and Suddart .2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC. Jakarta Dorland . 2002. Kamus saku kedokteran dorland .buku kedokteran EGC. Edisi 28. Jakarta Nanda .2014. diagnosis keperawatan ,definisi dan klasifikasi. Buku kedokteran EGC: jakarta Gede niluh , effendy christantie. 2004. Keperawatan medikal bedah klien dengan gangguan sistim pernafasan . jakarta, EGC Gerdunas-TB.2001. pengobatan penderita tuberculosis. Jakarta: EGC Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC Mccloskey ,joanne ELSEVIER . 2004.Nursing Intervention Classificatio (NIC).US : Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC).US :

23

Anda mungkin juga menyukai

  • Kasus Asma Terbaru
    Kasus Asma Terbaru
    Dokumen23 halaman
    Kasus Asma Terbaru
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • Kampas Kopling
    Kampas Kopling
    Dokumen1 halaman
    Kampas Kopling
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • Aspek Spiritual HIV AIDS
    Aspek Spiritual HIV AIDS
    Dokumen20 halaman
    Aspek Spiritual HIV AIDS
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • Kampas Kopling
    Kampas Kopling
    Dokumen1 halaman
    Kampas Kopling
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • GLOMERULONEFRITIS
    GLOMERULONEFRITIS
    Dokumen10 halaman
    GLOMERULONEFRITIS
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • Tuberkulosis
    Tuberkulosis
    Dokumen9 halaman
    Tuberkulosis
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • Neoplasma Pada Sistem Perkemihan
    Neoplasma Pada Sistem Perkemihan
    Dokumen3 halaman
    Neoplasma Pada Sistem Perkemihan
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • Nic Noc
    Nic Noc
    Dokumen4 halaman
    Nic Noc
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • Proposal Out Bound
    Proposal Out Bound
    Dokumen9 halaman
    Proposal Out Bound
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • 3-wsd d3
    3-wsd d3
    Dokumen26 halaman
    3-wsd d3
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • Askep Typhoid Fever
    Askep Typhoid Fever
    Dokumen17 halaman
    Askep Typhoid Fever
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • Hernia
    Hernia
    Dokumen6 halaman
    Hernia
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • Angga
    Angga
    Dokumen1 halaman
    Angga
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • Laporan Fix Kasus Kemuhammadiahan
    Laporan Fix Kasus Kemuhammadiahan
    Dokumen13 halaman
    Laporan Fix Kasus Kemuhammadiahan
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • Paper 2
    Paper 2
    Dokumen7 halaman
    Paper 2
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat
  • Paper 1
    Paper 1
    Dokumen16 halaman
    Paper 1
    Flodtkkn Lupa Tukmu
    Belum ada peringkat