Anda di halaman 1dari 3

Nama: Rio Hendra Saputra

NIM: I0212071

Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu dikatakan juga sebagai renewable resources (sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui). Selain itu, kayu merupakan bahan mentah yang dapat dengan mudah diproses menjadi barang lain seperti kertas, furniture, kerajinan tangan, dll. Adapun jenis-jenis kayu, antara lain: 1) Kayu Agathis Genus Agathis, umumnya disebut damar, atau dalam bahasa Maori disebut kauri, adalah genus dari 21 spesies pohon yang berdaun sepanjang tahun dari famili konifer purba Araucariaceae. Meskipun dahulunya menyebar luas selama periode Jurasik, sekarang mereka hanya ditemukan di daerah yang lebih kecil di belahan Bumi selatan. Pohon-pohon ini bercirikan batang yang sangat besar dan percabangan sedikit atau tidak pada beberapa bagian ke atas. Pohon muda biasanya berbentuk kerucut; hanya saat dewasa tajuknya menjadi lebih membulat atau tidak beraturan. Kulit kayunya lembut dan berwarna abu-abu muda atau cokelat abu-abu, biasanya mengelupas menjadi serpihan-serpihan yang menebal pada pohon yang lebih tua. Struktur cabangnya seringkali horizontal, atau menaik saat lebih besar. Cabang paling bawah seringkali meninggalkan luka cabang melingkar bila mereka tanggal dari batang yang berada lebih di bawah. kayu agathis memang sering digunakan oleh industri pembuat alat musik sebagai bahan baku pembuatan gitar. Meskipun, kualitas suara dari produk yang dihasilkan dengan menggunakan kayu agathis tidak terlalu baik, tapi kayu ini bisa dijadikan alternatif sebab harganya tergolong lebih murah dibanding jenis bahan gitar lainnya. Di Indonesia, kayu agathis termasuk salah satu jenis kayu yang bernilai komersial. Hal tersebut dikarenakan banyaknya permintaan terhadap kayu ini sehingga popularitasnya terangkat dan memiliki nilai tawar di pasaran. Selain dibutuhkan oleh para pembuat gitar, sebenarnya kayu agathis ini juga banyak dibutuhkan oleh industri-industri pengolahan kayu lainnya. Dalam prakteknya, sering kali industri-industri pengolahan kayu itu menggunakan kayu agathis sebagai bahan baku dalam proses produksinya. Mereka menggunakan kayu ini untuk membuat berbagai macam produk

furniture indoor yang bernilai jual tinggi di pasaran seperti meja kantor, kabinet dapur dll. Selain itu, kayu agathis juga banyak digunakan oleh pabrik plywood sebagai bahan baku untuk membuat triplek atau multiplek.

(sumber: www.wikipedia.com)

(sumber: www.rimbakita.blogspot.com)

Dalam pemasangannya, kayu tidak dapat begitu saja ditempelkan. Kayu membutuhkan alat untuk menyambungkannya seperti paku atau sekrup. Paku merupakan alat sambung yang umum dipakai dalam konstruksi maupun struktur kayu karena alat ini mudah pemasangannya. Paku tersedia dalam berbagai bentuk, dari paku polos hingga paku ulir. Sekrup hampir memiliki fungsi sama dengan paku, tetapi karena memiliki ulir maka memiliki kuat cabut yang lebih baik dari paku. Terdapat tiga bentuk pokok sekerup yaitu sekerup kepala datar, sekerup kepala oval dan sekerup kepala bundar. Dari tiga bentuk tersebut, sekerup kepala datarlah yang paling banyak ada di pasaran.

(sumber: www.crayonpedia.org) Selain menggunakan paku dan sekrup, penyambungan kayu bisa dengan menggunakan sambungan gigi dan baut. sambungan gigi sebenarnya malah memperlemah kayu, namun karena kemudahannya, sambungan ini banyak diterapkan pada konstruksi kayu sederhana. Di Indonesia utamanya untuk rangka kuda-kuda atap. Hampir sama dengan sambungan gigi, sambungan baut tergantung desak baut pada kayu, geser baut atau kayu. Desak baut sangat dipengaruhi oleh panjang

kayu tersambung dan panjang baut. Dengan panjangnya, maka terjadi lenturan baut yang menyebabkan desakan batang baut pada kayu tidak merata.

(sumber: www.crayonpedia.org) Saat ini, kita dapat melihat bentuk-bentuk kayu yang beragam. Hal disebabkan karena adanya perekayasaan kayu. Salah satu rekayasa kayu adalah wood bending atau pembengkokan kayu. Metode pelengkungan kayu bermacam-macam. Pada prinsipnya wood bending dihasilkan dari sebatang kayu solid yang lurus lalu di tekan sedemikian rupa hingga melengkung sesuai dengan radius yang diinginkan. Kayu tersebut dipanaskan, bisa dengan cara direbus atau elektrik sehingga kayu menjadi lebih lunak agar mudah dibentuk. Lalu diletakkan pada sebuah mesin/alat press yang telah memiliki bidang dengan radius tertentu dan pressing dilakukan selama beberapa waktu. Waktu penekanan tergantung dari ketebalan kayu.

Sumber Referensi: www.sari-jati.com www.crayonpedia.org www.wikipedia.co.id www.interiorsmagazine.net www.wiryanto.wordpress.com www.rimbakita.blogspot.com Frick, Heins/ Koesmartadi, Ch. Seri Konstruksi Arsitektur 9: Ilmu Bahan Bangunan. Semarang. 1999

Anda mungkin juga menyukai