Anda di halaman 1dari 9

KLASIFIKASI LUKA BAKAR (1,3) 1.

Berat/kritis bila : Derajat 2 dengan luas lebih dari 25 % Derajat 3 dengan luas lebih dari 10 %, atau terdapat di muka, kaki, dan tangan Luka bakar di sertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas, atau fraktur Luka bakar listrik 2. Sedang bila : Derajat 2 dengan luas 15 -25 % Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, tangan, dan kaki. 3. Ringan bila : Derajat 2 dengan luas kurang dari 15 % Derajat 3 kurang dari 2 % KRITERIA MASUK RUMAH SAKIT (4) 1. Setiap kecurigaan adanya cedera saluran nafas (riwayat luka bakar karena api, terutama yang terjadi di dalam ruangan (indoor), inhalasi sap, batuk, perubahan suara, atau kesulitan bernafas. 2. Timbulnya tanda-tanda serebral ( kebingungan, disorientasi, hilang kesadaran biasanya disebabkan oleh hipoksia). 3. Setiap luka bakar superficial dimana luas permukaan tubuh yang terkena lebih dari 10 %. 4. Setiap luka bakar yang dalam (deep burn) dimana luas permukaan tubuh yang terkena lebih dari 3 %. 5. Setiap luka bakar pada bagian tubuh yang vital (luka bakar pada tempat yang dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat, hilangnya kemampuan untuk merawat diri sendiri, atau kecacatan berat yang mengancam seperti kasus-kasus dimana terjadi kerusakan pada mata, telinga, wajah scara keseluruhan, tangan, kaki, atau genitalia). 6. Usia yang ekstrim (sangat muda, dibawah usia 2 tahun; setiap anak dengan luka bakar yang keadaan cederanya tidak jelas dan dapat menunjukkan adanya tindak kekerasan pada anak (child abuse); dan orang tua, diatas 60 tahun). 7. Cedera penyerta seperti fraktur, laserasi yang luas, atau trauma tumpul pada dada atau abdomen.

C.

Berat ringannya luka bakar

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh. Kedalaman luka bakar. Anatomi lokasi luka bakar. Umur klien. Riwayat pengobatan yang lalu.

6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.

American Burn Association membagi dalam : 1)


Yang termasuk luka bakar ringan (minor) : Tingkat II kurang dari 15% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% Total Body Surface Area pada anak-anak. Tingkat III kurang dari 2% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi. Yang termasuk luka bakar sedang (moderate) :

2)

Tingkat II 15% 25% Total Body Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% 20% Total Body Surface Area pada anak-anak. Tingkat III kurang dari 10% Total Body Surface Area yang tidak disertai komplikasi. Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):

3)

Tingkat II 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area pada anak-anak.. Tingkat III 10% atau lebih. Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum.. Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan. Luka bakar sengatan listrik (elektrik). Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah kesehatan sebelumnya..

American college of surgeon membagi dalam: Parah critical:


Tingkat II : 30% atau lebih. Tingkat III : 10% atau lebih. Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah. Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.

Sedang moderate:

Tingkat II Tingkat III

: 15 30% : 1 10%

Ringan minor:

Tingkat II Tingkat III

: kurang 15% : kurang 1%

8. H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 9. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosaadalah : 10. 1. Hitung darah lengkap Peningkatan MHT awal menunjukan hemokonsentrasi sehubung dengan perpindahan atau kehilngan cairan. Selanjutnya menurunnya Hb dan Ht dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap endothelium pembuluh darah.

11. 2. Sel darah putih Leukosit dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan respon inflamasi terhadap cidera.

12. 3. GDA Dasar penting untuk kecurigaan cidera inhalasi.

13. 4. CO Hbg Peningkatan lebih dari 15 % mengindikasikan keracunan CO cidera inhalasi.

14. 5. Elektrolit serum Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera jaringan / kerusakan SDm dan penurunan fungsi ginjal.

15. 6. Natrium urine random Lebih besar dari 20 MEqL mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, kurang dari 10 MEq / L menduga ketidak adekuatan resusitasi cairan.

16. 7. Glukosa serum Rasio albumin / globulin mungkin terbalik sehubungan dengan kehilangan protein pada edema cairan.

17. 8. Albumin serum Peningkatan glukosa serum menunjukan respon stress.

18. 9. BUN kreatinin Peningkatan BUN menujukan penuruna fungsi- fungai ginjal.

19. 10. Urine Adanya albumin, Hb dan mioglobulin menunjukan kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein.

20. 11. Foto roentgen dada Dapat tampak normal pada pansca luka bakar dini meskipun dengan cidera inhalasi, namun cidera inhalasi yang sesungguhnya akan ada pada saat progresif tanpa foto dada.

21. 12. Bronkopi serat optik Berguna dalam diagnosa luas cidera inhalasi, hasil dapat meliputi edema, perdarahan dan / tukak pada saluran pernafasan atas

22. 13. Loop aliran volume Memberikan pengkajian non invasive terhadap efek / luasnya cidera inhalasi

23. 14. Scan paru Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya xidera inhalasi

24. 15. EKG Tanda iskemia miokardiak disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik

25. 16. Foto grafi luka bakar Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

NUTRISI Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik.

Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi hipermetabolik yang ada adalah:

Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa bebas lemak. Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal dan lainlain. Luas dan derajat luka bakar Suhu dan kelembaban ruangan ( memepngaruhi kehilangan panas melalui evaporasi) Aktivitas fisik dan fisioterapi Penggantian balutan Rasa sakit dan kecemasan Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.

Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu : oral, enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu dimulainya pemberian nutrisi dini pada penderita luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48 jam pascatrauma. 3.9 PERMASALAHAN PASCA LUKA BAKAR Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri. Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar: Infeksi dan sepsis Oliguria dan anuria Oedem paru ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome ) Anemia Kontraktur Kematian 3.10 KOMPLIKASI Gagal ginjal akut Gagal respirasi akut

Syok sirkulasi Sindrom kompartemen Ileus paralitik Ulkus curling 3.11 PROGNOSIS Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka bakar mayor membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan diperlukan untuk membuang jaringan parut.

3.1. FASE AKUT 1. Hentikan dan hindarkan kontak langsung dengan penyebab luka bakar 2. Nilai KU penderita Obstruksi airway, nadi, tensi dan kesadaran (ABC) - Obstruksi airway Bebaskan airway (intubasi, trakeostomi) - Shock segera infus (grojog), tanpa memperhitungkan luas luka bakar dan kebutuhan cairan (RL) - Tidak shock segera infus sesuai perhitungan kebutuhan cairan 3. Perawatan luka - Dimandikan / cuci : air steril + antiseptika - Bula kecil ( 2-3 cm) dibiarkan. - Bula besar ( > 3 cm ) bulektomi (dipecah) - Obat-obat lokal (topikal) untuk luka : Silver Sulfadiazine (SSD) contoh : Silvaden, Burnazine, Dermazine dll - Pemberian antibiotika bersifat profilaktis jenis spektrum luas Antibotik tidak diberikan bila penderita

datang < 6 jam dari kejadian Analgetika ATS / Toxoid Antasida Pasang catheter pantau prod urin NGT(Nasogastric Tube) hindari ileus Paralitik

3.1.1 PEDOMAN PEMBERIAN CAIRAN : 1. Per oral saja Penderita dengan luka bakar tak luas (< 15% grade II) 2. Infus (IVFD) : pada luka bakar > 15% RUMUS PEMBERIAN CAIRAN & ELEKTROLIT BAXTER/PARKLAND (1968)

RL = 4cc x BB x %LB 1. jumlah cairan diberikan dalam 8 jam I post trauma jumlah cairan diberikan dalam 16 jam berikutnya 2. Untuk luka bakar > 50% diperhitungkan = luka bakar 50% Dewasa : Hari I : RL = 4ccxBBx%LB Setelah 18 jam : dextran 500-1000cc Bila pasase usus baik(bising usus+) oral dimulai Hari II : sesuai kebutuhan dan keadaan klinis penderita

Anak-anak - Resusitasi

: 2 ccxBB(kg)x%LB

3.2. FASE PASCA AKUT 1. Luka 2. Keadaan umum penderita 3. Diet dan cairan 3.2.1 LUKA FASE PASCA AKUT: - Eschar escharectomi (Eschar : jaringan kulit yang nekrose, kuman yang mati, serum, darah kering) - Gangguan AVN distal karena tegang (compartment syndrome) escharotomi atau fasciotomi - Kultur dan sensitivity test antibiotika Antibiotika diberikan sesuai hasilnya - Dimandikan tiap hari / 2 hari sekali - Kalau perlu pemberian Human Albumin Globulin

Jenis Perawatan Luka pada luka bakar Perawatan luka secara terbuka Setiap hari penderita dimandikan setelah itu diolesi salep SSD Perawatan luka secara tertutup

Anda mungkin juga menyukai