Anda di halaman 1dari 3

HEWAN-HEWAN PENDETEKSI BENCANA IKAN LELE & GEMPA

Di Jakarta dan berbagai kota metropolitan di dunia, rumah di atas tanah harganya jauh lebih mahal daripada tinggal di apartemen. Sehingga banyak sekali penduduk yang memilih tinggal di apartemen untuk efektivitas biaya. Apartemen yang dibangun bila kita amati perkembangannya semakin tinggi struktur bangunannya. Untuk keamanan dan kenyamanan para penghuni, manajemen apartemen biasanya mengadakan latihan evakuasi, baik dari kebakaran atau gempa. Ini hal yang cukup baik mengurangi resiko kecelakaan dan banyaknya korban. Bagi penghuni apartemen di lantai atas, evakuasi memakan waktu cukup lama. Bagi para penghuni apartemen, hal lain yang dapat dimanfaatkan adalah dengan memelihara ikan lele. Sekelompok lele dipelihara dalam akuarium kaca atau kolam dalam apartemen. Lele memikiki sensitifitas tinggi terhadap pergerakan tanah termasuk gempa, bahkan walaupun lele diletakkan di lantai tinggi apartemen. Di Jepang, sangat disarankan bagi para penghuni partemen untuk memelihara ikan ini. Bila suatu getaran dalam tanah terjadi dan membentuk gempa, maka lele-lele peliharaan ini akan berkecipuk aktif dan mengibas-ibaskan air akuarium/kolam. Sebelum berita gempa muncul di TV atau radio, penghuni apartemen dapat bergegas melakukan evakuasi penyelamatan.

ANJING & BADAI


hewan piaraan favorit manusia ini akan bertingkah aneh sebelum tanah bergetar akibat gempa. Anjing juga kerap menggonggong dan melolong terusmenerus tanpa sebab. Atau juga menunjukkan tandatanda gugup dan gelisah. Jika sikapnya tidak direspon majikannya, maka anjing itu akan berlari untuk mencari tempat aman.Ini merupakan riset oleh seorang pengamat hewan peliharaan di Amerika. Perhatikan berita atau pengumuman kehilangan hewan di Koran. Rata-rata tiap hari hanya 5% pemilik kehilangan anjing peliharaan mereka. Bila tiba-tiba berita atau pengumuman kehilangan ini melonjak hingga 20-30%, dipastikan akan datang sebuah bencana alam dalam waktu satu hingga tiga hari ke depan. Sepertinya anjing-anjing itu sudah tahu sebelumnya, kemudian kabur dari pemiliknya untuk menyelamatkan diri. adanya himbauan untuk melihat tanda-tanda alam yang menunjukkan akan datangnya Tsunami, seperti surutnya air laut secara tiba-tiba setelah terjadinya gempa, menggeleparnya ikan-ikan di tepi pantai dan tanda-tanda alam yang lainnya. Sebelum ditemukannya alat sensor pendeteksi gempa, selama berabad-abad para ahli telah memanfaatkan hewan sebagai alat untuk mendeteksi bencana alam.

Hewan diyakini memiliki indra yang tajam, yang dapat dengan cepat mengetahui akan datangnya sebuah bencana, seperti gempa bumi dan Tsunami. Hewan juga diyakini lebih peka dalam menangkap getaran atau perubahan tekanan udara yang ada disekitar mereka, dibandingkan kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Kemampuan sensorik pada hewan inilah yang dipelajari oleh Diana Reiss, Ph.D., Direktur dari Penelitian Mamalia Laut di Wildlife Conservation Society, New York City. Dimana kemampuan dari para hewan ini dipelajari agar dapat digunakan oleh manusia untuk lebih cepat dalam mengantisipasi kejadian bencana. Kawan-kawan, penggunaan kemampuan hewan untuk mengantisipasi terjadinya suatu bencana, bukanlah sebatas isapan jempol belaka, mengingat telah terjadi cukup banyak fakta yang menunjukkan bahwa hewan bisa mengetahui akan datangnya suatu bencana jauh sebelum bencana tersebut terjadi. Sejak tahun 1950, para peneliti di Republik Rakyat Cina, telah meneliti bahwa ular dapat mendeteksi akan terjadinya gempa bumi. Hal itu dibuktikan dengan keluarnya ular dari liang persembunyiannya dimusim dingin karena merasakan akan datangnya gempa bumi, padahal ular tersebut seharusnya sedang tidur panjang (hibernasi) di musim dingin tersebut. Atau adanya kejadian sekelompok gajah yang berlarian menuju ke bukit-bukit tinggi sekitar satu jam sebelum terjadinya Tsunami di Sri Lanka dan Thailand pada tahun 2004. Gajahgajah tersebut selamat dari Tsunami, sementara desa tersebut beserta penghuninya kemudian hancur luluh lantak diterjang oleh Tsunami. para peneliti berkesimpulan bahwa hewan-hewan tersebut bisa mendeteksi akan terjadinya Tsunami karena mereka memiliki kemampuan pendengaran yang sangat peka. Hewan-hewan tersebut memiliki kemampuan pendengaran Infrasonik, yang mampu mendengar gelombang suara pada frekwensi yang lebih rendah dari yang bisa didengar oleh manusia. Selain ular dan gajah pada contoh diatas, ternyata burung, monyet, anjing dan banyak hewan lain juga ternyata tampak bertingkah aneh menjelang terjadinya gempa bumi dan Tsunami. Kelelawar yang biasanya tidur disiang hari, tampak menjadi sangat aktif berterbangan selama setengah jam menjelang Tsunami terjadi. Anjing yang biasanya tampak riang, menjadi sangat pendiam menjelang terjadinya Tsunami. Demikian juga dengan monyet yang selalu tampak gelisah menjelang terjadinya gempa bumi dan Tsunami. Hebat juga ya hewan-hewan tersebut!. Jika sebelumnya aku banyak mengetengahkan contoh tanda-tanda alam sebelum bencana alam dari luar negeri, maka pada kesempatan ini, aku juga ingin mengetengahkan beberapa tanda-tanda alam yang dipercaya oleh sebagian masyarakat Indonesia di daerah-daerah, yang mana jika tanda-tanda alam ini terlihat, maka dipercaya akan segera datang bencana alam, seperti Gempa Bumi atau Tsunami. Tanda-tanda alam tersebut adalah sebagai berikut ini:

Pertama. Adanya sekelompok burung laut dalam jumlah besar yang terbang rendah menjauhi lautan menuju ketengah daratan. Penduduk di sekitar pantai di Indonesia, mempercayai bahwa pertanda tersebut menunjukkan akan terjadinya gelombang laut besar yang akan menerjang pantai, seperti akan terjadinya Tsunami. Dan naluri para burung tersebut, menyuruh agar para burung menghindari laut yang akan bergejolak dan dapat membahayakan diri mereka. Kedua. Pada banyak masyarakat di pedalaman Sumatera, diyakini bahwa akan terjadi sebuah bencana besar jika tampak adanya banyak kera yang memilih untuk berjalan di darat dan menjauhi pepohonan. Kera-kera itu juga biasanya tampak lebih agresif dan sangat gelisah. Bukankah habitat kera adalah di pohon?, dan jarang sekali kera mau turun dari pohon, mengingat pohon adalah tempat perlindungan yang terbaik. Perilaku kera tersebut diyakini merupakan naluri dari hewan tersebut agar bisa segera lari secepat dan sejauh mungkin, yang hanya bisa dilakukan jika ia turun dari pohon. Ketiga. Bagi sebagian masyarakat di kampung-kampung, jika terjadi kejadian dimana ayam peliharaan mereka lama tidak mau bertelur, dan ayam-ayam tersebut tampak gelisah dan selalu gaduh berkotek-kotek tanpa sebab yang jelas, maka ditengarai akan terjadi sebuah bencana alam yang besar. Keempat. Adanya sambaran petir yang kencang, dan terjadi disiang hari yang cerah, dipercayai oleh sebagian masyarakat merupakan sebuah pertanda akan timbulnya badai. Kelima. Adanya hewan-hewan laut yang biasanya hanya bisa di temui di laut lepas atau laut dalam, lalu kemudian hewan-hewan laut tersebut tampak mendekati pantai, maka dipercayai oleh masyarakat sebagai pertanda bahwa akan segera terjadi bencana gempa dan atau Tsunami. Keenam. Adanya hewan-hewan merayap, seperti semut atau rayap yang meninggalkan koloninya (tempat tinggalnya) bersama-sama menuju tempat lain, biasa disikapi oleh masyarakat di pedalaman sebagai tanda akan terjadinya sebuah bencana.

Anda mungkin juga menyukai