Teori Belajar Konstruktivisme
Teori Belajar Konstruktivisme
DISUSUN OLEH:
RIA OKVILIA LETRI SEFTRIANI DEVI MULYANTI SEPTI KURNIASIH EUIS HERAWATI LIA APRIYANI DESMANIAR NURLIAHARNI ULFA DWI MENTARI
PENGERTIAN KONRUKTIVISTIK
Kata konstruktivistik secara harafiah berasal dari kata konstruksi. Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivistik adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivistik merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu.Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.
CIRI-CIRI PEMBELAJARANKONSTRUKTIVISTIK
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
Akomodasi
Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bias jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu
Motivasi belajar
motivasi yang paling cocok untuk belajar secara kuat bergantung pada kepercayaan diri siswa yang ada dalam potensinya untuk belajar
Belajar merupakan proses sosial yang aktif pembelajar seharusnya belajar untuk menemukan sendiri prinsip, konsep, dan fakta sehingga sebaiknya diberikan teka-teki yang menantang dan cara berpikir intuitif dari pembelajar Interaksi dinamis antara tugas, guru, dan pembelajar pengalaman belajar di samping objektif juga subjektif dan membutuhkan kondisi di mana budaya, nilai, dan latar belakang guru menjadi bagian esensial sebagai penghubung antara pembelajar dan tugasnya dalam mengkonstruksi makna
Pentingnya konteks konteks dari terjadinya pembelajaran sebagai pusat dari pembelajaran itu sendiri Asesmen (penilaian) Kondisi belajar alamiah yang esensial diperluas sampai ke proses asesmen. Peranan guru sebagai asesor melakukan dialog dengan siswa yang diases untuk menemukan tingkatan performansnya dalam melakukan tugas pada saat itu dan curah pendapat dengannya tentang cara yang mungkin bisa ditempuh dalam memperbaiki performansnya pada kesempatan berikutnya. Dengan demikian, asesmen dan pembelajaran dipandang sebagai jalinan proses yang tak terpisahkan
Catatan akhir
kegiatan kontekstual (tugas-tugas) digunakan untuk menyediakan pembelajar peluang untuk menemukan dan secara kolabortif mengkonstruksi arti sebagaimana yang diungkap dalam intervensi. Pembelajar dihormati sebagai individual yang unik, dan guru lebih cenderung berperan sebagai fasilitator daripada instruktur.
TERIMA KASIH