Anda di halaman 1dari 3

Fauzy Muslim Irwanto 1206240581

Dasar-Dasar Filsafat

Kata filosof atau filsuf berasal dari kata philosophos yang berati pencinta kebijaksanaan; philos berarti kebijaksanaan, dan sophos berarti pecinta dari kata dasar sophia yang berarti cinta. Jika kita memahami lebih lanjut pemikiran filosofis sejak Yunani Kuno hingga abad ke-21, filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memahami segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal dan sistematis. Filsafat dibahas beriringan dengan pengembangan karakter karena hubungan keduanya saling menguatkan. Berfilsafat membutuhkan keutamaan dan kekuatan karakter dalam proses mencari kebenaran. Contohnya, filsafat menuntut kita untuk berpikir kritis, yaitu mau menerima kemungkinankemungkinan baru untuk dianalisis serta tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu.Selain itu filsafat juga bersifat radikal, yang berarti filsafat membutuhkan pemahaman yang mendalam, dengan bersikap kritis, tentu pemahaman yang didapat juga semakin luas dan mendalam.Berfilsafat dilakukan secara sistematis dan logis, yang artinya filsafat selalu memegang keyakinan akan daya argumen dan penalaran. Secara sistematis pembagian filsafat berdasarkan sistematika permasalahannya diabagi menjadi 3, yaitu ontologi (mengkaji tentang apa yang nyata), epistemologi (mengkaji tentang hakikat dan ruang lingkup pengetahuan), dan axiologi (mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia).Filsafat memiliki beberapa aliran, di antaranya: 1. Rasionalisme: semua pengetahuan bersumber dari akal (rasio) 2. Empirisme: pengalaman sebagai sumber pengetahuan. 3. Kritisisme: kritik terhadap rasionalisme dan empirisme yang dianggap terlalu dalam mengkaji pengetahuan manusia. ekstrem

4. Idealisme: berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental ataupun prosesproses psikologis yang sifatnya subyektif. Materi tidak memiki kedudukan yang independen melainkan hanya merupakan materialisasi dari pikiran manusia. 5. Vitalisme: memandang hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara mekanis karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan benda mati. 6. Fenomenologi: mengkaji penampakan (gejala-gejala) dan memandang gejala dan kesadaran selalu saling terkait. Ada banyak cara untuk mempelajari filsafat sesuai perkembangannya, salah satunya dengan menggunakan metode analisis-sintesis yang bertujuan untuk memperoleh makna baru yang terkandung dalam istilah-istilah yang bersangkutan, dan mengujinya melalui penggunaannya,

Fauzy Muslim Irwanto 1206240581 atau dengan melakukan pengamatan terhadap contoh-contohnya. Berpikir filosofis merupakan satu cara untuk membangun keutamaan pengetahuan dan kebijaksanaan dengan kekuatankekuatan yang dikandungnya. PENGANTAR LOGIKA 2. Term dan Definisi Term merupakan tanda untuk menyatakan suatu ide yang dapat diinderai ( sensible) sesuai dengan pakat (conventional).Secara umum term adalah tanda yang didasarkan pada kelaziman, bukan tanda alamiah.Suatu term sering kali mempunyai bermacam-macam arti. Jika dikelompokkan, setidaknya ada tiga jenis makna term dan penggabungannya dalam kalimat, yakni makna denotatif, makna kesan (sense), dan makna emotif. Untuk dapat mendefinisikan suatu term kita harus tahu persis tentang hal yang didefinisikan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran.Definisi digolongkan menjadi 2 yaitu definisi nominal (definisi sinonim) dan definisi real (definisi analitik).Definisi real dibedakan atas dua, yakni definisi esensial dan definisi deskriptif.Definisi deskriptif dibedakan atas empat, yakni definisi distingtif, definisi genetik, definisi kausal, dan definisi aksidental. Definisi distingtif menunjukkan properti, definisi genetik menyebutkan asal mula atau proses terjadinya suatu hal, definisi kausal menunjukkan penyebab atau akibat dari sesuatu hal, dan efinisi aksidental tidak mengandung hal-hal yang esensial dari suatu hal. Aturan pembuatan definisi ialah definisi harus lebih jelas dari yang didefinisikan; jika tidak, maka definisi akan kehilangan fungsinya, lalu definisi tidak boleh mengandung ide atau term dari yang didefinisikan, definisi dan yang didefinisikan harus dapat dibolak-balik dengan pas, dan definisi harus dinyatakan dalam kalimat positif. 3. Sesat Pikir Menurut Copi, sesat pikir adalah perbincangan yang mungkin terasa betul, tetapi yang setelah diuji terbukti tidak betul. A. Sesat Pikir Formal: meliputi Empat Term, Term Tengah yang Tidak Terdistribusikan, Proses Ilisit, Premis-Premis Afirmatif tapi Kesimpulannya Negatif, Premis negative dan Kesimpulan Afirmatif, Dua Premis Negatif, Mengafirmasi Konsekuensi, Menolak Anteseden, Mengiyakan Suatu Pilihan dalam Suatu Susunan Argumentasi Disjungsi Subkontrer (atau), Mengingkari Suatu Pilihan dalam Suatu Disjungsi yang Kontrer (dan) 1. Sesat Pikir Non-Formal: meliputi perbincangan dengan ancaman, salah guna, argumentasi berdasarkan kepentingan, argumentasi berdasarkan ketidaktahuan, argumentasi berdasarkan belas kasihan, argumentasi yang menyangkut orang banyak, argumentasi dengan wibawa ahli tapi tidak relevan, argumentasi berdasarkan ciri-ciri tak esensial, perumusan yang tergesa-gesa, sebab yang salah, penalaran sirkular,

Fauzy Muslim Irwanto 1206240581 kesimpulan yang tak relevan, terlalu banyak jawaban yang harus dijawab sehingga jawaban tak sesuai, makna ganda, makna ganda ketatabahasaan, perbedaan logat atau dialek, kesalahan komposisi, kesalahan divisi, dan generalisasi tak memadai.

Anda mungkin juga menyukai