Anda di halaman 1dari 6

An Unforgettable Story

am dinding baru menunjukkan pukul 3, tetapi tidak seperti biasanya, karena aku

terbangun dari alam mimpiku tidak di atas tempat tidurku, melainkan aku terbangun di bawahnya. Lho,. . kok aku bisa tidur di bawah ya,.? pikirku. Kemudian aku mencoba untuk mengingat-ingat kembali. Oalah, aku tuh glundung to dari atas tempat tidur. Ealah, . . gumamku dalam hati kecilku. Setelah mencoba mengingat-ingat kemudian aku melanjutkan perjalanan alam mimpiku kembali. Aku kali ini tidur di atas kasur tempat tidurku. Tetapi ketka aku ingin mencoba melanjutkan kembali mimpi alam bawah sadarku kembali, aku tiba-tiba mendengar suara lembut yang membawaku untuk meninggalkan taman mimpi yang baru saja aku akan memulainya kembali. Ka.. Rakha,. Ayo bangun? tanya seorang ibu yang terdengar lembut di sampingku. Iya,Bu. Sebentar lagi,. . jawabku sambil menarik kembali guling yang akan kuajak kembali untuk melanjutkan alam mimpiku bersamanya. Ayo dong bangun, nanti kita jadi pergi nggak? tanya ibuku kembali sembari menepuk pundakku. Iya deh, Bu. . jawabku lagi dengan kelopak mata yang terasa berat untuk kubuka. Eh ayo! Jangan malas tambah ibuku sambil mengambil buku yang tadi kubaca yang kemudian membuatku tertidur. Oh iya, nanti kita jadi berangkatnya, Bu. .? tanyaku sambil merapikan tempat tidurku. Ya jadi lah. Kan kemarin ayah sudah beli karcisnya, apa nggak jadi,. .? tanya ibuku. Ya harus jadi lahh, hehee,. . seruku. Setelah selesai merapikan tempat tidur, aku kemudian pergi menuju ruang keluarga. Di sana terlihat orang tuaku dan adikku yang akrab dipanggil Kiki, sedang mempersiapkan barang bawaan seperti pakaian dan makanan ke dalam koper dan tas. Aku melihat Kiki tampak masih mengantuk.

Ki, abis bangun tidur ya,.? Tanyaku sambil ikut membantu orang tuaku menyiapkan barang bawaan. Iya e, mas. Masih ngantuk nich,. . jawabnya sambil menguap dengan mulut yang terbuka lebar. Sana mandi dulu, terus jangan lupa salat Ashar ya? pinta ayahku kepada Kiki. Oke, habis salat kita terus berangjkat ya? Tanya adikku sambil membuka baju. Iya, iya. Sana buruan mandi jawabku. Setelah kami semua selesai salat, dan barang-barang bawaan sudah dipersiapkan, aku dan keluargaku kemudian berangkat. Kami berangkat ditemani oleh saudara-sudaraku, aku berangkat mobil sekitar jam 5 sore menuju Stasiun Lempuyangan. Sekitar setengah jam perjalanan, kami semua telah sampai di stasiun. Sesampainya di sana, terlihat sudah banyak calon penumpang yang menunggu kedatangan kereta mereka masing-masing. Maklum saja, aku, adikku, dan kedua orang tuaku akan pergi liburan ke rumah nenekku yang berada di Cikampek,Jawa Barat dan bertepatan pada hari libur tahun baru 2013 kemarin. Setelah berpamitan dengan saudara-saudaraku, aku dan keluargaku kemudian menuju peron untuk menunggu si ular besi yang akan kami naiki. Aku menunggu si ular besi itu datang sembari bermain dengan Kiki. Tetapi sekitar 1 jam kami menunggu, barulah si ular besi itu datang. Dia sepertinya datang dengan terlambat. Karena seharusnya dalam karcis yang sudah kami beli tercantum bahwa Kereta Api Gaya Baru Malam AC, pada Hari Rabu tanggal 26 Desember 2012 tiba di Stasiun Lempuyangan pada pukul 19.45, tetapi molor sampai pukul 20.35 WIB. Akhirnya Kereta Api Gaya Baru Malam AC atau KA GBM AC pun berhenti kemudian aku dan keluargaku langsung menuju gerbong yang kami tuju sesuai dengan yang tertera dalam karcis. Gerbong kami berada tepat di belakang lokomotif. Tak lama berselang, kereta pun berangkat. Dalam perjalanan aku dan Kiki langsung memakan bekal yang sebelumya telah kami persiapkan. Setelah selesai menyantap makanan, adikku tampak mengantuk dan akhirnya tidur di pelukanku. Perjalanan yang kami tempuh dari Stasiun Lempuyangan hingga Stasiun Cikampek, Jawa Barat sekitar 9 jam. Perjalanan yang aku rasakan saat itu tidak seperti bisanya, dan terlintas dalam benakku bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kereta yang aku naiki. Ternyata benar, sesaat kemudian kereta yang aku naiki berhenti secara perlahan-lahan dan kemudian berhenti berjalan secara mendadak tepat di tengah-tengah sawah yang diselimuti dengan suasana yang cukup mencekam, karena selain berada di tengah-tengah sawah ditambah pula dengan malam yang kian semakin larut, diiringi dengan rintik-rintik air hujan yang kemudian membasahi badan dari KA GBM AC yang aku gunakan. Sekitar kurang lebih 1 jam menunggu, aku pun menjadi bosan. Kemudian aku mencoba turun dari gerbong kereta dan mencoba melihat kondisi lokomotif yang

membawa rangkaian kereta penumpang GBM tersebut. Aku lalu bertemu dengan seorang teknisi dari lokomotif tersebut. Ada apa sih pak, kenapa berhenti cukup lama di sini? tanyaku kepada teknisi itu yang bernama Ridwan. Lho kok kamu turun dari gerbong? tanya Pak Ridwan kepadaku. Lha saya dari tadi tu bosen di dalam gerbong terus, ya aku trus coba cari angin segar lah,. kataku sambil memperhatikan badan lokomotif itu. Owh, cukup banyak juga ya penumpang lain yang pada turun? kata Pak Ridwan. Ada masalah ya sama lokomotifnya,. .? imbuhku. Memang benar sih mas, soalnya tuas pengait remnya copot, ternyata setelah dicek ada sepasang pengait rem yang hilang. tambah Pak Ridwan sambil menunjukkan kepadaku bagian yang tengah rusak. Terus gimana, pak,.? tanyaku lagi kepada Pak Ridwan. Sekarang sang masinis tengah meminta bantuan kepada pihak Stasiun Purwokerto untuk mengirimkan lokomotif penolong untuk menarik kembali KA GBM ini sampai ke Stasiun Cirebon jawabnya. Kok harus sampai Stasiun Cirebon sih, kenapa nggak sekalian sampai ke Stasiun Jakarta Kota,.? tanyaku dengan penasaran. Oh kalau itu saya kurang tahu, mas jawab Pak Ridwan sedikit kebingungan. Tak lama setelah kami berbincang-bincang, akhirnya lokomotif penolong yang ditunggutunggu pun datang. Kemudian Pak Ridwan menyuruhku dan para penumpang yang lain untuk masuk ke dalam gerbong kembali. Setelah aku masuk, kereta pun berjalan kembali dengan normal kembali. Ayahku yang baru saja terbangun bertanaya kepadaku tentang kereta yang tadi sempat berhenti, dan aku pun langsung menceritakannya kepada ayahku. Setelah beberapa jam kemudian, akhirnya aku sampai di Stasiun Cikampek saat sang mentari baru memuncul;kan sinarnya dengan malu-malu. Setelah turun dari kereta, kedatangan kami rupanya sudah ditunggu-tunggu oleh Bi Rita bersama anaknya, Kankan dan Hikam. Gimana Mas Rakha, capek nggak? tanya Kankan sambil bersalaman denganku. Ya lumayan capek juga sih jawabku. Mas Kiki, tadi seru nggak di kereta? tambah Hikam sambil menggandeng tangan adikku.

Wahh, seru bangeet pokoknya. seru Kiki sambil mencium tangannya Bi Rita. Hikam juga ikut jemput nih,? tanya ibuku. Hehee,. . Iya dong Uwa, kan pengenketemu langsung sama Mas Rakha sama Mas Kiki kata Hikam sambil menguap cukup lebar. Uwa merupakan Bahasa Sunda untuk panggilan Pakde atau Bude dalam Bahasa Jawa. Setelah bersalam-salaman, aku dan keluargaku diantar oleh Bi Rita sampai ke rumah nenekku yang beralamat di Desa Krajan, Kecamatan Cikampek Barat, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Sekitar seperempat jam berlalu, kami semua pun sampai di rumah nenekku tersayang. Rakhaa, Kikiiii,. . .!!! seru nenekku diselimuti perasaan kangen dan gembira. Emaaakk,. .!! seru pula aku dan adikku sambil mencium tangan dan memelukknya. Wahh, ada anak-anak dari Jogja pada dateng nich?! kata Om Erlan, ayah dari Kankan dan Hikam. \Setelah bersalam-salaman dengan semua anggota keluarga kemudian aku dan Kiki beristirahat sejenak. Aku dan Kiki beristirahat di kamar nenekku. Tak lama berselang lama ibuku membangunkan kami berdua. Ka, Ki, ayo bangun. Makan siang dulu pinta ibuku. YA, Bu,. . jawab kami berdua. Kami makan siang bersama seluruh anggota keluarga. Suasana makan siang saat itu sangatlah ramai, dan penuh dengan keceriaan. Eh, besok Jumat kita semua pergi maen yuk,.!! teriak Uwa Suhada yang dengan tiba tiba mengkagetkan kami semua. Kemanaa,. .?? sahutku. :Ada dech, tapi Rakha sama Kiki harus ikut lhoo,.?! tanya Uwa kepadaku dan adikku. Ya jelas ikut donk,. .! sahutku. Ke mana sich,. .? tanya Om Erlan. Besok juga semuanya bakal tau dach,. . jawab Uwa Suhada lagi sambil berjalan pulang ke rumahnya. Sialan, dia bikin penasaran aja nich,! Pake ninggalin kita segala lagi,. . kata Om Erlan sambil tertawa kecil. Kami semua pun menjadi penasaran akan ajakan dari Uwa Suhada tadi.


Esoknya,. Ayoo semua kita pada banguuuun,. .!!!! teriak Kak Reza mengkagetkanku, Kiki, Kankan, dan Hikamn yang masih terlelap. Apa-apaan sich kak. Ngapain jugha jam 4 pagi kayak gini harus bangun pagi. Ini kan masih liburan sekolah,. .?!!! sahut Hikam sambil melempari Kak Reza dengan bantal. Hikam adalah adik dari Kankan, sedangkan Kak Reza ialah anak pertama dari Uwa Suhada dan Uwa Een Nuraini. Yo uwes, kalo ora melu,.? seru Kak Reza dengan memakai sedikit Bahasa Jawa. Yehh, apaan tuh artinya,.? Sok ngerti lo,. . tanya Hikam sambil meringis keheranan. Pengen tau artinya,. .?? tanya Kak Reza lagi. Apa sich artinya? tanya Kankan yang juga keheranan. Tanya aja ma Mas Rakhaa,. . hehehehe jawab Kak Reza lagi sembari ketawa kecil. Yeh, kok aku juga dibawa-bawa. Jawab sendiri donk,. .! sahutku sambil ngetawain Hikam yang bersin berulang-ulang. Aug ah gelaaap,. .!: jawab Kak Reza sambil mematikan lampu kamar dan lari entah kemana meninggalkan kami semua. Apaan sich kok teriak-teriak melulu, .? tanya Kiki yang baru saja terbangun akibat teriakan dari Kak Reza dan Hikam. Yaelah, si Kiki telat nich jawab Kankan sembari tertawa. Sesudah kami semua mandi pagi dan Salat Subuh, kami memulai mempersiapkan bekal & pakaian. Setelah semua barang-barang sudah siap, aku dan semua anggota keluargaku pun langsung berangkat menggunakan 4 mobil dengan tujuan Ciater. Di dalam mobil aku bersama Kiki, Hikam, Kak Reza, dan Mbak Donna. Mbak Donna adalah sang istri tercinta dari Kak Reza. Mas Rakha sekarang udah kelas berapa/ tanya Mbak Donna kepadaku sembari menyuapi buah hatunya, Naffa. Baru kelas 1 SMA, mbak kataku. Owh, kirain masih kelas 3 SMP kata Mbak Donna sambil tertawa.

Kalo Kiki kelas berapa sekarang,. .? tanya Mbak Donna lagi. Hehee, udah kelas 2 SD sahut Kiki sambil bermain dengan Hikam. Perjalanan menuju Villa di Ciater memakan waktu sekitar kurang lebih 3 jam. Jalan yang kami lalui tidak melalui jalan Tol Cipularang ( Cikampek, Purwakarta, Padalarang), karena disinyalir akan mudah terjebat dalam kemacetan yang disebabkan juga dari arus pengendara baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum yang meningkat volumenya, karena dalam masa liburan tahun baru 2013. Kami menempuh perjalanan dilengkapi dengan banyakknya tanjakan, turunan yang cukup memacu adrenalinku dan penuh pula akan jalan yang berliku. Akhirnya aku tiba di Villa Andrew Ciater sekitar jam setengah satu siang. Tetesan air hujan mengiringiku masuk ke dalam villa. Setelah semua anggota keluargaku berkumpul, kami kemudian menggelar acara makan siang bersama di teras depan. Rakha, gimana rasanya lewat jalanan yang tadi, seru nggak? tanya Uwa Suhada sembari melahap ayam panggangnya. Whuhh, manteb pokoknya. Di jalan tadi rasanya malah kaya naek Halilintar dech, kegoncang-goncang melulu tawaku sambil menyantap ikan bakarku. Iya mas, semua orang yang da di mobil tadi malah kaya makanan pada tumpah semua ya,. .?! tambah addiku yang juga sedang makan siang bersamaku. Udah, udah,. Dari tadi ngobrol mulu. Makan algi yuk, keburu aku makan semua nih ikannya,. .?!! sahut Kak Tri Dharma, anak kedua dari pasangan Uwa Suhada dengan Uwa Een Nuraini. Setelah selesai makan-makan, aku pun langsung mengajak Kankan dan Kak Tri untuk berjalan-jalan, menikmati cuaca pegunungsn yang cukup dingin dengan balutan kabut yang indah memanjang. Waktu sore pun kemudian berubah berganti menjadi malam yang indah. Malam itu aku pun tidak ketinggalan menyambut tahun baru 2013 di Villa Ciater bersama seluruh saudara-saudaraku.. . . .

Anda mungkin juga menyukai