Anda di halaman 1dari 20

Catatan Ringan Atas

Tulisan
“Buat yang memerangi kebatilan dengan Identitas
Samaran ”

Karya:
Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

Gratis – Silakan disebarkan untuk kalangan Salafiyyin


(Untuk kalangan sendiri)
Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 1
‫ﺑﺴﻢ ﺍﷲ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ‬
‫ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪ ﺍﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ‬,‫ﺍﻟ ﺤﻤﺪ ﷲ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ‬
: ‫ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ‬
Islam adalah agama yang mulia, yang mengajarkan kepada para pemeluknya akhlak, adab,
sopan santun dan tata-krama yang mulia pula. Semua kemuliaan Islam tentunya harus
dilestarikan dengan mengamalkannya dalam sendi kehidupan sehari-hari, inilah yang
diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan ini pulalah yang dibawa oleh
beliau sebagaimana dalam sabdanya:

‫) ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻓﻲ ﺍﻷﺩﺏ ﺍﻟﻤﻔﺮﺩ ﻭ ﺻﺤﺤﻪ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻲ ﻓﻲ‬ " ‫ﺇﻧﻤﺎ ﺑﻌﺜﺖ ﻷﺗﻤﻢ ﻣﻜﺎﺭﻡ ) ﻭ ﻓﻲ ﺭﻭﺍﻳﺔ ﺻﺎﻟﺢ ( ﺍﻷﺧﻼﻕ‬
(‫ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﺔ‬

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlaq”.


(Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Adabul Mufrod dan di shahihkan oleh Al Albany dalam Ash
Shahihah)

Bagi seorang penuntut ilmu dien ini, berhias dengan akhlaq mulia, penuh sopan santun,
lembut dalam tutur kata adalah keindahan tersendiri. Lebih dari itu, berakhlaq mulia adalah
usaha untuk menghidupkan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sekaligus
mencontoh perbuatan mulia beliau. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

ُ‫ﻮﻥ‬
ُ‫ﻖَ ﻻَ ﻳَﻜ‬
ْ‫ ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﺮﱢﻓ‬:َ‫ﺎﻝ‬
َ‫ﻠﻢ ﻗ‬
‫ﻪ ﻭﺳ‬
‫ﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴ‬
‫ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﺯَﻭْﺝِ ﺍﻟﻨﱠﺒِﻰﱢ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨﱠﺒِﻰﱢ ﺻ‬
ُ‫ﻓِﻰ ﺷَﻰْءٍ ﺇِﻻﱠ ﺯَﺍﻧَﻪُ ﻭَﻻَ ﻳُﻨْﺰَﻉُ ﻣِﻦْ ﺷَﻰْءٍ ﺇِﻻﱠ ﺷَﺎﻧَﻪ‬
Artinya: “Dari ‘Aisyah radliyallahu ‘anha, istri Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, dari
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya sifat kelembutan
itu tidaklah ada pada sesuatu melainkan justru akan menambahnya menjadi indah, dan
tidaklah kelembutan itu dilepas dari sesuatu melainkan akan menambahnya menjadi lebih
jelek.” (Diriwayatkan oleh Al Imam Muslim dari ‘Aisyah radliyallahu ‘anha)
Itulah keindahan akhlaq yang mulia yang diajarkan oleh Islam kepada para pemeluknya
agar menghiasi diri-diri mereka dengan akhlaq tersebut. Namun anehnya di waktu yang
bersamaan para penuntut ilmu yang yang tergabung dalam Turobiyyah sangat jauh dari
kenyataan ini. Sehingga kita dapati diantara mereka tak segan-segan mengucapkan kalimat-
kalimat yang orang awam saja merasa malu untuk mengucapkannya. Namun mereka dengan
segala keriangan dan dengan lisan enteng menyatakan kalimat-kalimat itu.
Untuk lebih lanjut para pembaca akan mendapati apa yang saya sebutkan pada tulisan ini,
semoga menjadi cermin bagi para pembaca sekalian untuk menilai siapa sebenarnya
Turobiyyah itu. Terlebih setelah tersingkapnya “Tirai” Bani Hasan, yang ternyata hanyalah
sekedar “mangsa” Turobiyyah. Silahkan para pembaca sekalian menyimak lembaran dari
risalah ini.

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 2
Abu Fairuz berkata: “Kepada: Seluruh kelompok atau individu yang memerangi kebatilan
namun tanpa memakai identitas asli.1”
Catatan Ringan: Wahai saudara Abu Fairuz, tahukah saudara bahwa diantara mereka yang
saudara maksud mungkin kini masih berada di Dammaj? Sudahkah saudara mengumpulkan
mereka serta memberikan nasehat kepada mereka? Bukankah mereka berada dalam barisan
saudara?
Bila saudara Abu Fairuz meminta bukti atas ucapan saya ini, maka saya katakan inilah
buktinya:
1- Wahai saudara Abu Fairuz, siapakah yang memberi catatan pinggir atas selebaran -
tentang pelarangan untuk menghadiri daurah yang akan diadakan oleh saudara Abu Hazim
di Semarang – itu, yang kemudian setelah diberi catatan pinggir disalin lantas dibagi-
bagikan kepada santri asal Indonesia yang berada di Dammaj ? Bila saudara belum pernah
melihatnya atau tidak mengetahuinya, maka silahkan bertanya kepada saudara Abu Arqom
Muslih, semoga dia masih memiliki sisa selebaran yang telah diberi catatan pinggir itu dan
kemudian bisa memberikan selebaran itu kepada saudara. Setelah saudara mendapatkan
selebaran itu, maka ikuti langkah-langkah berikut ini:
 Lihatlah dengan teliti selebaran itu, plus catatan pinggirnya.
 Pelajarilah dengan seksama selebaran itu, plus catatan pinggirnya.
 Pahamilah semua yang ada pada selebaran itu, plus catatan pinggirnya
 Utamakanlah kejujuran dan keadilan dalam bersikap atau bertindak dan ataupun menilai
sesuatu

1
Lihat “Buat yang Memerangi Kebatilan dengan Identitas Samaran“ karya Abu Fairuz Abdurrohman bin
Sukaya Al Qudsi Al Indonesi ‘afallohu ‘anhu halaman: 1 baris ke: 3 dari bawah. File yang dikirimkan kepada
saya melalui saudara Muhammad Shiddiq Bin Muhammad Arsyad Thalib Al-Bugisy As-Sorowaky, via
emailnya Abu ‘Abdirrahman

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 3
Gambar 1 : Selebaran dengan catatan pinggir oleh si majhul demi membantah tulisan
asatidzah
Bila semua itu telah saudara lakukan, maka saudara akan memutuskan satu jawaban yang
sama dengan para pendahulu saudara yang telah menjawab dan menilai selebaran itu plus
catatan pinggirnya. Tapi tentunya apabila timbangan saudara dalam menilai sesuatu masih
bagus, baik benar. Namun bila sebaliknya, maka - bila saudara tidak memiliki rasa malu
lagi, silahkan berbuat sekehendak saudara - penilaian yang saya maksud di atas adalah :
Siapakah si pemberi catatan pinggir (lihat gambar 1) yang tidak menyebutkan jati dirinya itu
?.“ Kenapa dia sengaja tidak menyebutkan nama - yang dengannya dia dikenal oleh orang

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 4
yang dia bantah - dan tidak dikenal oleh ahlussunnah yang lainnya, sehingga mudah untuk
diketahui dari pihak manakah si pemberi catatan pinggir tersebut, dan agar mudah pula
untuk dimintai pertanggung-jawaban secara syar’i ? 2.

Dan ternyata keadaan ini masih diperparah lagi dengan sesuatu yang tak terbayang, bahwa
hal itu akan dilakukan oleh seorang tholibul ‘ilmi yang berada di Dammaj –harosahallah-
dan berada di tengah-tengah para ‘ulama. Si pemberi catatan pinggir itu ternyata tidak
menyebutkan namanya sama sekali. Bila seperti ini keadaannya, bukankah kalian sendiri
wahai Turobiyyun yang sangat pantas menyandang gelar – maaf meminjam istilah
Dzakwan – juga pengecut 3 ? Bukankah kalian sendiri juga – maaf meminjam istilah
Tim Redaksi – banci 4, tidak jelas siapa sajakah “Tim Redaksi” yang memberi pengantar
dalam “Menepis Tuduhan Keji”, penerjemah Abu Abdirrohman Ustman As-Semarangi dan
Abu Arqom Muslih Al-Magetani. Allahumma Rahmak.

2- Dan siapa pulakah yang memberikan catatan kaki atas selebaran penggalangan dana
untuk membiayai muhadharah para masyaikh yang dikeluarkan oleh Yayasan Asy
Syari’ah? Sudahkah saudara Abu Fairuz melihat atau mengetahuinya? Bila saudara belum
sempat melihatnya, maka silahkan datang kepada saudara Abu Hanifah, semoga dia juga
masih memiliki sisa lembaran yang diberi catatan kaki itu. Setelah saudara mendapatkan
selebaran plus catatan kakinya, maka ikuti empat langkah seperti yang tertera pada poin
pertama. Saya berbaik sangka kepada saudara Abu Fairuz, bahwa saudara juga akan
memberikan jawaban pada selebaran plus catatan kakinya ini, sama dengan jawaban pada
poin pertama.

Dan saya tegaskan kembali bahwa : “Si pemberi catatan kaki itu tidak menyebutkan jati
dirinya - yang dengannya dia dikenal oleh orang yang dia bantah, dan dikenal oleh
Ahlussunnah yang lainnya, sehingga memudahkan untuk diketahui dari pihak manakah si
pemberi catatan kaki tersebut-, agar mudah pula untuk dimintai pertanggung-jawabannya
secara syariah.”
Ternyata vonis saudara Abu Fairuz lebih tepat ditujukan kepada teman-temannya sendiri,
namun apakah saudara Abu Fairuz menyadari hal itu, serta bisakah dia menerima kenyataan
ini ?

Ingatlah firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :


(6 :‫ﻢﻢﻢﻢﻢﻢ‬
‫ﻢ‬) ‫ﻳَﺎ ﺃَﻳﱡﻬَﺎ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﻗُﻮﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻫْﻠِﻴﻜُﻢْ ﻧَﺎﺭًﺍ‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian serta keluarga kalian
dari Neraka.” (At Tahrim: 6)

2
Lihat “Buat yang Memerangi Kebatilan dengan Identitas Samaran“ karya Abu Fairuz Abdurrohman bin
Sukaya Al Qudsi Al Indonesi ‘afallohu ‘anhu halaman: 11 baris ke: 10 dari bawah dengan sedikit perubahan
3
Ucapan Abu Sholih Dzakwan Al Medany Al Indonesy dalam “Menggulung Jaringan Sindikat Membongkar
Makar Pengkhianat Abdurrohman Al- 'Adeny “ sendiri : “Hai pengecut, tolong sebutkan kepada kami nama-
nama orang yang mengenalmu dan merekomendasi dirimu, juga nama kampung halamanmu, serta
alamatmu yang jelas di Dammaj.” Kita kembalikan pada Dzakwan dkk…
4
Tim Redaksi berkata dalam dalam Menepis Tuduhan Keji, penerjemah Abu Abdirrohman Ustman As-
Semarangi dan Abu Arqom Muslih Al-Magetani : "Sampai-sampai sebagian para Salafiyyat -
hafizhohunnalloh- mengatai kalian sebagai banci belaka. Yang jelas kalian itu pembual dan pendusta,
pengecut tapi sok bergaya."

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 5
‫ﺗَﻔْﻌَﻠُﻮﻥ‬ ‫ﻟَﺎ‬ ‫ﻣَﺎ‬ ‫ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﺍ‬ ْ‫ﺃَﻥ‬ ِ‫ﺍﻟﻠﱠﻪ‬ َ‫ﻋِﻨْﺪ‬ ‫ﻣَﻘْﺘًﺎ‬ َ‫ ﻛَﺒُﺮ‬ .َ‫ﺗَﻔْﻌَﻠُﻮﻥ‬ ‫ﻟَﺎ‬ ‫ﻣَﺎ‬ َ‫ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﻥ‬ َ‫ﻟِﻢ‬ ‫ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ‬ َ‫ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ‬ ‫ﺃَﻳﱡﻬَﺎ‬ ‫ﻳَﺎ‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman mengapa kalian mengatakan apa yang tidak
kalian perbuat, sangat besar kemurkaan Allah kepada kalian saat kalian mengatakan apa
yang tidak kalian kerjakan." (Ash Shaf: 2-3)
Allah Ta’ala juga berfirman:

َ‫ﺃَﺗَﺄْﻣُﺮُﻭﻥَ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱَ ﺑِﺎﻟْﺒِﺮﱢ ﻭَﺗَﻨْﺴَﻮْﻥَ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻧْﺘُﻢْ ﺗَﺘْﻠُﻮﻥَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﺃَﻓَﻠَﺎ ﺗَﻌْﻘِﻠُﻮﻥ‬
Artinya: “Apakah kalian memerintahkan manusia untuk berbuat kebajikan namun lantas
kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian telah membaca Al Kitab? (Al Baqoroh:
44)

ُ‫ﻭَﻣَﺎ ﺃُﺭِﻳﺪُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧَﺎﻟِﻔَﻜُﻢْ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﺃَﻧْﻬَﺎﻛُﻢْ ﻋَﻨْﻪ‬


Artinya: “Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku
larang” (Huud: 88)
Semoga setelah saudara Abu Fairuz mendapatkan bukti atas ucapan ini, saudara akan bisa
menerimanya, serta tidak lagi menyatakan bahwa ini adalah: “membikin kedustaan dan
memutarbalikkan fakta, sambil berusaha mengadu domba para pejuang fi sabilillah dan
mengaburkan hakikat.”5 atau lain sebagainya. Semoga saudara Abu Fairuz bisa menerima
kenyataan ini.

Satu hal yang ingin saya tanyakan kepada kalian wahai Turobiyyin: bilakah kami
mendengar suara-suara sumbang yang selalu keluar dari kalian, sebuah kata berupa
“majhul”, bagaimana bila kemudian kata “majhul” itu diperuntukkan bagi kedua pemberi
catatan yang telah saya sebutkan di atas, yang mungkin mereka berdua kini masih berada di
Dammaj dan dalam barisan kalian ?

Abu Fairuz dalam “Identitas Samaran”-6nya berkata: “Yang pertama, ana menyatakan
kegembiraan atas kecemburuan Antum semua demi agama Alloh ini. Semoga hal ini
sebagai salah satu alamat kuatnya iman, rasa cinta dan kesetiaan Antum pada Alloh
ta'ala.7”

Catatan ringan: Bagaimana saudara Abu Fairuz merasa bergembira serta berbangga dengan
keadaan orang-orang yang tidak dikenalnya alias “majhul” atau bahkan “mubham”?,
sepertinya disini ada yang kurang beres dalam pengambilan sikap yang dilakukan oleh
saudara Abu Fairuz dalam “Identitas Samaran”nya itu.

5
Lihat “Buat yang Memerangi Kebatilan dengan Identitas Samaran“ karya Abu Fairuz halaman: 12 baris ke:
11 dari atas
6
Yakni buku Buat yang Memerangi Kebatilan dengan Identitas Samaran“ karya Abu Fairuz Abdurrohman bin
Sukaya Al Qudsi Al Indonesi ‘afallohu ‘anhu
7
Lihat “Buat yang Memerangi Kebatilan dengan Identitas Samaran“ karya Abu Fairuz halaman: 2 baris ke:
8 dari bawah pada file yang sama

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 6
Apakah hanya karena mereka berada dalam barisan saudara serta seperjuangan dengan
saudara dalam menggoncang ukhuwwah du’at Salafiyyin Indonesia, walaupun mereka tidak
menunjukan jati diri mereka dan mereka “majhul” di sisi saudara, maka saudara bergembira
serta memuji mereka ?
Bukankah saudara Abu Fairuz sendiri telah mengakui bahwa bermu’amalah dengan orang
yang “majhul” sama dengan bermu’amalah dengan orang yang fasiq dalam hal pengecekan
berita? Bukankah dalam “Identitas Samaran”, saudara berkata: “Justru yang menulis
secara gelap dia akan dicap sebagai orang yang majhul dan tidak diterima beritanya.
Dan juga hal itu termasuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan para hizbiyyin. Dan kita
dilarang untuk menyerupai seluruh orang fasiq ataupun golongan yang cacat dan
kurang secara agama.8” Lantas sebelum saudara mengenal mereka koq kenapa saudara
telah bergembira dengan mereka ? Apakah karena saudara sebenarnya kenal dengan “Anti
Luqman” yang beralamat email “antiluqman@gmail.com” dan memakai fasilitas dari ISP
Yemennet itu, sehingga saudara bergembira karenanya ? 9
Apa yang saudara banggakan dari keadaan seorang yang “majhul” alias “fasiq” (dalam
bermu’amalah dengannya) apakah hanya lantaran mereka seperjuangan dengan saudara
dalam menggoncang Ukhuwwah Salafiyyah di Indonesia seperti yang telah saya utarakan di
atas???
Kita teringat dengan ucapan seorang penyair yang berbunyi:

‫ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎء ﻃﻴﺮ ﺍﺳﻤﻬﺎ ﺑﻘﻊ *** ﺇﻥ ﺍﻟﻄﻴﻮﺭ ﻋﻠﻰ ﺃﺷﻜﺎﻟﻬﺎ ﺗﻘﻊ‬
“Di awan ada seekor burung bernama Baqo’ *** “Setiap burung bergabung dengan
sejenisnya”

Dan sungguh benar Sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam saat beliau berkata:

8
Lihat “Buat yang Memerangi Kebatilan dengan Identitas Samaran“ karya Abu Fairuz halaman: 6 baris ke: 6
dari atas
9
Sengaja penulis menaruh penjelasan ini di bagian catatan kaki, karena masalah dunia komputer. Alamat IP
adalah Internet Protocol, yang dipakai untuk identitas komputer di Internet. Tiap ISP (Internet Service
Provider) memiliki nomor yang khas dan tertulis jelas lokasinya. Perlu diketahui, email Abul Abbas Khadir al
Limbori yg mukim di Dammaj, Yaman, diketahui memanfaatkan hubungan internet lewat ISP yang identik
dengan Anti Luqman, yakni ISP YemenNet Dialup & ISDN Customer (sesuai informasi di komentar web
jumiyyah.wordpress.com). Lantaran range IP komputer yang dipakai adalah antara 82.114.174.0 -
82.114.175.255, ternyata Anti Luqman dan reporter dari Dammaj, yaman memiliki kesamaan alamat IP.
Contoh alamat IP yang dipakai Abu Abbas Khadir al Limbori, pada tanggal 9 November 2008 IP
82.114.160.34, 21 November 2008 IP 82.114.175.88, 2 Desember 2008 IP 82.114.175.252, 5 Desember 2008
IP 82.114.174.219, 7 Desember 2008 IP 82.114.175.66, 9 Desember 2008 IP 82.114.174.82, 82.114.174.179
dan 82.114.175.16, 18 Desember 2008 IP 82.114.174.158, 27 Desember 2008 IP 82.114.174.81, 7 Februari
2009 IP 82.114.175.33. Email Abul Jauhar abuljauhar1429@yahoo.com diketahui memanfaatkan hubungan
internet lewat ISP yang sama dengan alamat 82.114.174.70 pada tanggal 11 dan 12 Desember 2008, dst. Ini
artinya, Anti Luqman benar-benar dari Yaman dan identik dengan lokasi komputer ikhwah di
Dammaj, Yaman ! Dan memang Turobiyyah amat sangat membenci Luqman Ba’abduh, sehingga
merekapun menamai dirinya “Anti Luqman”.

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 7
٬ ٌ‫ ﻳَﻘُﻮﻝُ » ﺍﻷَﺭْﻭَﺍﺡُ ﺟُﻨُﻮﺩٌ ﻣُﺠَﻨﱠﺪَﺓ‬- ‫ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬- ‫ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﺎ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺍﻟﻨﱠﺒِﻰﱠ‬
‫ ﻭﻣﺴﻠﻢ ﻣﻦ‬3336:‫ ﻭَﻣَﺎ ﺗَﻨَﺎﻛَﺮَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺍﺧْﺘَﻠَﻒَ ) ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﺎﺋﺸﺔ‬٬ َ‫ﻓَﻤَﺎ ﺗَﻌَﺎﺭَﻑَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺍﺋْﺘَﻠَﻒ‬
(‫ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ‬
Artinya: Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu
‘alaihi Wasallam bersabda: “Ruh itu adalah para tentara yang dikerahkan, apabila diantara
ruh itu ada yang saling mengenal, maka mereka akan saling bersatu dan jika diantara ruh itu
tidak saling mengenal, maka mereka akan saling berselisih.”
Berkata Al Khathaby:

‫ ﻭَﺃَﻥﱠ ﺍﻟْﺨَﻴﱢﺮَ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱ‬٬ ‫ﻳُﺤْﺘَﻤَﻞ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥ ﺇِ ﺷَﺎﺭَﺓ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻌْﻨَﻰ ﺍﻟﺘﱠﺸَﺎﻛُﻞ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮ ﻭَﺍﻟﺸﱠﺮّ ﻭَﺍﻟﺼﱠﻠَﺎﺡ ﻭَﺍﻟْﻔَﺴَﺎﺩ‬
ْ‫ﻳَﺤِﻦّ ﺇِﻟَﻰ ﺷَﻜْﻠﻪ ﻭَﺍﻟﺸﱢﺮﱢﻳﺮ ﻧَﻈِﻴﺮ ﺫَﻟِﻚَ ﻳَﻤِﻴﻞ ﺇِﻟَﻰ ﻧَﻈِﻴﺮﻩ ﻓَﺘَﻌَﺎﺭُﻑ ﺍﻟْﺄَﺭْﻭَﺍﺡ ﻳَﻘَﻊ ﺑِﺤَﺴَﺐِ ﺍﻟﻄﱢﺒَﺎﻉ ﺍﻟﱠﺘِﻲ ﺟُﺒِﻠَﺖ‬
.‫ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺍِﺧْﺘَﻠَﻔَﺖْ ﺗَﻨَﺎﻛَﺮَﺕ‬٬ ْ‫ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺍِﺗﱠﻔَﻘَﺖْ ﺗَﻌَﺎﺭَﻓَﺖ‬٬ ّ‫ﻋَﻠَﻴْﻬَ ﺎ ﻣِﻦْ ﺧَﻴْﺮ ﻭَﺷَﺮ‬
Artinya: “Ini merupakan isyarat yang menunjukkan suatu makna adanya pengelompokkan
dalam perkara kebaikan, kejelekan atau kehancuran. Dan bahwasanya orang yang baik akan
condong kepada yang baik pula serta orang yang jelek akan condong kepada yang jelek.
Maka persatuan antara ruh itu terjadi sesuai dengan tabi’at yang dimilikinya berupa
kebaikan atau kejelekan. Apabilah sesuai maka akan bersatu dan apabila tidak sesuai maka
akan saling berselisih.
Abu Fairuz dalam Identitas Samarannya berkata: Yang kedua, ana juga
menyampaikan jazakumullohu khoiron atas upaya Antum semua untuk menegakkan al
haq di muka bumi, dan memberantas kebatilan. Semoga hal itu menjadi alamat tingginya
derajat Antum semua di sisi Alloh ta'ala.10”
Catatan Ringan: Bagaimana saudara Abu Fairuz menyatakan ungkapan terimakasih dan
do’a kepada mereka-mereka yang “majhul” di sisinya? Apakah hanya karena mereka
adalah seperjuangan dengannya dalam memberangus ukhuwah Salafiyyah di Indonesia?
Lantas apakah upaya nyata dalam penyebaran dakwah Salafiyyah di Indonesia yang telah
dilakukan oleh mereka-mereka yang “majhul” yang di puji oleh Abu Fairuz tadi?

Abu Fairuz dalam Identitas Samarannya berkata: “Adapun buat orang atau kelompok
yang menamakan dirinya "Anti Luqman" atau yang semisal dengan itu, maka ana
ucapkan jazakumullohu khoiron atas partisipasi kalian.11”
Catatan Ringan: Tahukah saudara pembaca sekalian siapa “Anti Luqman” yang ada
dalam benak saudara Abu Fairuz? Yang dengan tanpa ada perasaan bersalah sama sekali dia
menyatakan kesenangannya atas partisipasi yang telah di sumbangkan oleh kelompok
“Mubham 12” yang menamakan dirinya dengan “Anti Luqman” itu?

10
Lihat “Buat yang Memerangi Kebatilan dengan Identitas Samaran“ karya Abu Fairuz halaman:4
baris ke: 4 dari bawah.
7 Lihat Identitas Samaran” nya Abu Fairuz halaman: 10 baris ke: 13 dari atas.
12
“Mubham” itu lebih rendah dari pada “Majhul”

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 8
Dalam benak saudara Abu Fairuz kelompok yang menamakan dirinya dengan “Anti
Luqman” itu diantaranya adalah: “Bisa jadi kalian memang orang-orang yang memendam
dendam lama pada Luqman,” Wahai saudara Abu Fairuz, sejak kapan Islam mengajarkan
para pemeluknya untuk berbangga dengan orang yang menjelaskan keadaan orang lain guna
mecapai ambisi pribadi serta melampiaskan dendam lama? Siapakah dari ‘ulama Salaf yang
telah mendahului saudara dalam mengemukakan kaidah ini? Ataukah dalam hal ini saudara
juga berpendapat bahwa “tidak semua urusan harus ada Salafnya”?
Itu pun kalau seandainya apa yang dikatakan oleh “Anti Luqman” benar adanya, namun
bagaimana bila seandainya salah dan keliru? Atau Luqman Ba ‘Abduh memiliki alasan
dalam mengeluarkan ucapan-ucapannya? Siapkah saudara Abu Fairuz yang telah
bergembira dengan mereka atas partisipasi yang telah mereka sumbangkan untuk menerima
sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam yang berbunyi:

‫ﻭﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﻣﺆﻣﻦ ﻣﺎ‬
‫ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻪ ﺃﺳﻜﻨﻪ ﺍﷲ ﺭﺩﻏﺔ ﺍﻟﺨﺒﺎﻝ ﺣﺘﻰ ﻳﺨﺮﺝ ﻣﻤﺎ ﻗﺎﻝ‬
Artinya: “Barangsiapa yang berbicara tentang kehormatan seorang mukmin padahal tuduhan
itu tidak ada pada si mukmin tersebut, maka Allah akan menempatkannya di “Radghatal
Khobal13 sampai dia mencabut ucapannya itu.”
Dan bukankah “Anti Luqman” itu “majhul” atau bahkan katakan “mubham” yang semua
ucapannya wajib untuk diteliti lebih lanjut, lantas bagaimana bisa saudara mengucapkan
terimakasih ? Sementara saudara sendiri belum mengecek berita yang mereka bawa dan
belum pula mengetahui keadaan mereka, serta belum mengenal siapa mereka?.
Apakah saudara akan kembali mengulang kepahitan di masa lalu yang mengakibatkan
kalian - wahai Turobiyyin - terjatuh dalam kedustaan, persaksian palsu dan lain sebagainya,
hanya karena kurang teliti dalam menerima berita yang sampai kepada kalian, terlebih di
masa fitnah? Bukankah mengecek kebenaran berita itu merupakan perkara yang semestinya
dilakukan oleh orang yang arif dan bijak ?
Wahai Abu Fairuz, kini saudara memiliki kedudukan yang lumayan tinggi dalam dinasti
Turobiyyah. Keberadaan saudara di Dammaj juga sudah lama, saudara juga merupakan
salah seorang kudama bagi anak-anak Indonesia, bahkan dari sisi keilmuan dan kecerdasan
yang saudara miliki jauh lebih bagus dari pada yang ada pada diri Abu Turob. Namun
akankah semua itu akan sangat menurun nilainya, manakala saudara mengambil semua
berita yang sampai kepada saudara bahkan dari kelompok majhul yang menamakan dirinya
dengan “Anti Luqman”, serta berterima-kasih atas partisipasi mereka. Disaat itu orang-
orang yang membaca tulisan saudara tidak menutup kemungkinan mereka akan menilai
tulisan saudara dengan:

13
Radghatul Khobal adalah: “Suatu tempat di Neraka yang dipenuhi dengan keringat dan nanah
para penghuni Neraka”, kita berlinding kepada Allah dari Neraka. Dan semoga Allah menjauhkan
kita semua dari Neraka. Amiin Ya Lathiful Khabir.

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 9
(‫)ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ‬ ُ‫ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ ﻻَ ﺃَﺩْﺭِﻯ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱَ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻓَﻘُﻠْﺖ‬
Artinya: “Saya tidak tahu apa-apa, hanya saja saya mendengar orang-orang mengatakan
demikian maka saya juga ikut-ikutan mengatakan seperti itu.” (Diriwayatkan oleh Bukhary dan
Muslim dari shahabat Asma binti Abi Bakr)

Atau memang demikiankah kinerja kalian jajaran Turobiyyin yang selalu mengutamakan
kecerobohan, ketergesa-gesaan dan tanpa teliti dalam bertindak? Lebih dari itu bagaimana
jika kalian menerima vonis “fasiq” kembali kepada diri atau kelompok kalian karena kalian
tasyabbuh dengan kelompok yang “majhul”?

(‫) ﺭﺍﻭﻩ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ‬ ‫ﻣﻦ ﺗﺸﺒﻪ ﺑﻘﻮﻡ ﻓﻬﻮ ﻣﻨﻬﻢ‬
Artinya: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia sama dengan kaum itu”.
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dari shahabat ibnu ‘Umar)

Simaklah kembali ucapan saudara dalam “Identitas Samaran” yang berbunyi: “Justru
yang menulis secara gelap dia akan dicap sebagai orang yang majhul dan tidak diterima
beritanya. Dan juga hal itu termasuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan para hizbiyyin. Dan
kita dilarang untuk menyerupai seluruh orang fasiq ataupun golongan yang cacat dan
kurang secara agama.
Alloh ta'ala berfirman:

[19/‫ﻘﹸﻮﻥﹶ ﴾ ]ﺍﳊﺸﺮ‬‫ ﺍﻟﹾﻔﹶﺎﺳ‬‫ﻢ‬‫ ﻫ‬‫ﻚ‬‫ ﺃﹸﻭﻟﹶﺌ‬‫ﻢ‬‫ﻬ‬‫ﻔﹸ ﺴ‬‫ ﺃﹶﻧ‬‫ﻢ‬‫ﺎﻫ‬‫ ﺴ‬‫ ﻓﹶﺄﹶﻧ‬‫ﻮﺍ ﺍﻟ ﻠﱠﻪ‬‫ ﺴ‬‫ ﻧ‬‫ﻳﻦ‬‫ﻮﺍ ﻛﹶﺎﻟﱠﺬ‬‫ﻜﹸﻮﻧ‬‫ﻟﹶﺎ ﺗ‬‫﴿ﻭ‬
"Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang melupakan Alloh, sehingga Alloh
menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang
fasiq." (QS Al Hasyr 19) 14”

Abu Fairuz dalam Identitas Samarannya berkata: “Yang pasti kami berlepas diri dari
setiap penulisan yang tidak menyertakan jati diri yang benar, setelah dan sebelum
nasihat ini ditulis.”15
Catatan Ringan: Ada beberapa catatan ringan yang ingin saya utarakan disini:
1- Bagaimana saudara Abu Fairuz berlepas diri dari mereka sementara teman-temannya
masih belum mengakui kesalahan dan belum juga menerangkan perbuatan mereka
berupa pemberian catatan pinggir dan catatan kaki atas selebaran yang dibagi-
bagikan di Dammaj?
2- Bukankan saudara telah bergembira dan berterimakasih kepada mereka dalam
ungkapan:

14
Lihat “Buat yang Memerangi Kebatilan dengan Identitas Samaran“ karya Abu Fairuz halaman: 6
baris ke: 6 dari atas
15
Lihat “Buat yang Memerangi Kebatilan dengan Identitas Samaran“, karya Abu Fairuz halaman:
11 baris ke: 15 dari bawah.

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 10
 Yang pertama, ana menyatakan kegembiraan atas kecemburuan Antum semua demi
agama Alloh ini . (Identitas Samaran: 2)

 Yang kedua, ana juga menyampaikan jazakumullohu khoiron atas upaya Antum
semua untuk menegakkan al haq di muka bumi, dan memberantas kebatilan.
(Identitas Samaran: 4)
 Adapun buat orang atau kelompok yang menamakan dirinya "Anti Luqman" atau
yang semisal dengan itu, maka ana ucapkan jazakumullohu khoiron atas partisipasi
kalian. (Identitas Samaran: 10)
 Maka ana katakan: Ana tidak bermaksud menghina ataupun merendahkan kalian.
(Identitas Samaran: 11)
Namun kemudian di akhir kalimat saudara menyatakan berlepas diri dari mereka ?
Bukankah disaat saudara bergembira, mendoakan serta tidak bermaksud menghina mereka
dan berterimakasih atas partisipasi mereka, maka disaat itu mereka adalah kelompok yang
semestinya ma’ruf dan terdepan dalam kebaikan sehingga patut untuk dibanggakan dan
layak pula untuk didoakan kebaikan bagi mereka? Lantas apa sebab yang mendorong
saudara untuk berlepas diri dari mereka yang telah dibanggakan di awal kalimat?
Bukankah ini suatu bentuk tanaqud (bertolak belakang) yang tak mungkin bertemu
dalam satu keadaan secara bersamaan?
Atau memang demikian keadaan kalian wahai Turobiyyin yang selalu bertolak belakang
antara satu dengan yang lainnya? Kita memohon kepada Allah berupa keselamatan dari
ketergelinciran dalam agama ini.
Abu Fairuz dalam Identitas Samarannya berkata: “Antum semua terlalu mulia untuk
mengikuti jalan seorang hizby hina yang menamakan dirinya Abu Mahfudh Ali bin
Imron dst”.16
Catatan Ringan: Kutorehkan tinta di lembaran kertas ini ‘tuk sebuah kalimat panjang
berbunyi:
1- Suatu kelompok akan terlihat betapa carut-marutnya mereka di kala didapati diantara
sesama anggota kelompok tersebut selalu berselisih, bertentangan serta saling
mengedepankan ambisi pribadi. Di sisi lain, sang ketua juga tidak memiliki kearifan
dan kemampuan dalam mengatur anak buahnya agar tidak saling berselisih.
Kondisi seperti ini akan mendorong orang-orang yang sebelumnya sempat menaruh
simpati dengan kelompok tersebut dan berkeinginan pula untuk bergabung
dengannya segera membatalkan niatnya dan undur ke belakang. Sementara mereka
yang telah bergabung dan memiliki kejernihan dalam berpikir akan segera
melepaskan dirinya dari keanggotaan kelompok tersebut.

16
Lihat “Buat yang Memerangi Kebatilan dengan Identitas Samaran“ karya Abu Fairuz halaman:
12 baris ke: 8 dari atas.

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 11
Keadaan ini memanglah sangat memilukan. Dari luar tampak seakan bersatu namun
dari dalam ternyata sesama anggota saling berebut mengutamakan kehendak masing-
masing. Bila kita merenungi keadaan kelompok yang seperti tersebut di atas maka
kita akan teringat dengan firman Allah yang berbunyi:

(14 :‫ﺑَﺄْﺳُﻬُﻢْ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺷَﺪِﻳﺪٌ ﺗَﺤْﺴَﺒُﻬُﻢْ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﻭَﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢْ ﺷَﺘﱠﻰ ﺫَ ﻟِﻚَ ﺑِﺄَﻧﱠﻬُﻢْ ﻗَﻮْﻡٌ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻘِﻠﻮﻥُ )ﺍﻟﺤﺸﺮ‬
Artinya: Pertentangan yang terjadi diantara mereka sangatlah besar engkau mengira
mereka bersatu namun sebenarnya hati mereka cerai-berai. Hal itu dikarenakan
mereka adalah kaum yang tidak berakal. (Al Hasyr: 14)
Seperti ini pulalah keadaan sesama anggota Turobiyyah. Sesama mereka saling
berselisih dan selalu mengedepankan kehendak masing-masing. Namun bukan
berarti saya menyamakan atau memvonis mereka adalah kaum musyrikin atau
kafirin dan atau munafiqin. Tentu Turobiyyah - walaupun mereka memiliki banyak
penyimpangan dan kesalahan -, namun tetap tidak bisa disamakan dengan musyrikin
atau kafirin dan atau munafikin yang tertera dalam ayat di atas. Hanya saja pelajaran
itu diambil dari keumuman lafadz dan bukan terpaku pada suatu sebab tertentu. Dan
pertentangan serta perselisihan yang terjadi di kalangan Turobiyyah adalah satu
kenyataan yang tidak mungkin diingkari oleh orang yang berakal sehat. Diantara
pertentangan yang terjadi di antara mereka adalah apa yang akan saya sebutkan saat
ini:
 Dalam “Tuduhan Keji”nya para ibu dan bapak yang tergabung dalam keanggotaan
“Tim Redaksi Turoby” (TRT) berkata: “Maka jangan berhayal bahwa kami akan
tanggapi gonggongan kalian,” Namun pada kenyataannya kita mendapati bahwa
para anggota Turobiyyah sendiri tidak sepakat dengan keputusan yang telah
dikeluarkan oleh TRT. Hal itu bisa kita lihat pada empat poin di bawah ini:

 Sang Ketua yang tak lain adalah saudara Al Ustadz Al Fadhil Wal Akh Al Kariim
Abu Turob Saif Al Hadi Bin Khadir Al Jawi (Semoga tidak kepanjangan nama dan
gelar ya Mas Abu Turob ) tidak bisa menerima apa yang telah ditorehkan dan
diputuskan oleh “Tim Redaksi”, sehingga dia menyuarakan rintihan serta
kejengkelannya atas tulisan Abu Mahfudzh yang diutarakannya pada jalsah
Ishlah dengan saudara Abu Salman Asal Buthon. (Lihat kembali artikel bertajuk :
“Ketika Hujjah tak lagi menjadi prioritas utama”)

 Saudara kita Abu Sholih Dzakwan juga tidak sepakat dengan keputusan yang telah
dikeluarkan oleh “Tim Redaksi”, sehingga dia juga mengedepankan keinginannya
untuk mengetahui siapa Abu Mahfudzh itu, maka bang Dzakwan mencari berita,
bertanya kesana kemari, kepada si fulan dan si ‘allan. “Kenal dengan Abu
Mahfudzh nggak?”.

 Perselisihan antara anggota Turobiyyah juga terlihat jelas dengan ketidak-setujuan


saudara Abu Fairuz atas keputusan “Tim Redaksi”, sehingga dalam Identitas
Samarannya, saudara Abu Fairuz berkata menunjukkan ambisinya yang sudah
selayaknya diterima oleh anggota Turoby lainnya: “Beraninya membikin kedustaan
dan memutarbalikkan fakta, sambil berusaha mengadu domba para pejuang fi

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 12
sabilillah dan mengaburkan hakikat, tapi tak berani dengan jujur menampakkan
identitas aslinya pada kami.”17

 Dalam “Jaringan Sindikat” nya Bang Dzakwan juga ternyata tidak bisa menerima
keputusan “Tim Redaksi” sehingga dia berkata: “Abu Mahfudh 'Ali bin 'Imran bin
'Ali Adam Al Anduunusy18 (dia adalah muta'ashib pendusta yang bersembunyi di
Dammaj menurut pengakuannya.” 19
Wahai Turobiyyin mengapa kalian tidak memiliki kekompakan serta saling
mengedepankan ambisi pribadi? Apakah hanya karena amukan emosi yang meluap-
luap atas tulisan Abu Mahfudzh, sehingga kalian hilang kontrol? Lantas siapakah
yang bisa kami percaya dari kalian? “Tim Redaksi”, Sang Ketua, Dzakwan ataukah
Abu Fairuz? Siapa pulakah yang nyeleneh (syadz) dari kalian dan siapa pula yang
terpercaya (mahfudzh), sehingga bisa dipegang ucapannya?
 Masih dalam “Tuduhan Keji” nya TRT berkata: “Untuk penulis majhul (yakni Abu
Mahfuzh dan para stafnya):” Demikianlah yang diputuskan oleh “Tim Redaksi”
bahwa menurut anggapan mereka, Abu Mahfudzh itu adalah “majhul”. Namun
apakah vonis ini disepakati oleh Turobiyyun lainnya? Ataukah mereka sendiri saling
berselisih dalam menetapkan hukum bagi Abu Mahfudzh (semoga Allah selalu
menjaganya dari ketergelinciran dalam agama setelah datangnya petunjuk, doa yang
sama juga penulis peruntukkan bagi segenap pembaca yang budiman), ternyata
anggota Turobiyyin lainnya juga tidak setuju dengan keputusan yang telah
dikeluarkan oleh “Tim Redaksi”. Bisa kita lihat pada poin di bawah ini:

 Yang paling tidak setuju dengan keputusan “Tim Redaksi” adalah saudara kita
seorang pria asal Kudus bernama Abu Fairuz ‘Abdurrahman bin Sukaya. Dalam
Identitas Samarannya dia berkata: “Antum semua terlalu mulia untuk mengikuti
jalan seorang hizby hina yang menamakan dirinya Abu Mahfudh Ali bin Imron
dst.” (Identitas Samaran: 12) “ Tim Redaksi menyatakan kalau Abu Mahfudzh itu
“majhul” namun Abu Fairuz tidak terima dengan keputusan “Tim Redaksi” yang
terlalu ringan baginya, sehingga dia mengemukakan ambisinya dengan menyatakan
bahwa Abu Mahfudzh itu adalah “seorang Hizby Hina”

 Ketidak-setujuan atas keputusan ‘Tim Redaksi” ini juga diungkapkan oleh saudara
Abu Sholih Dzakwan. Dalam tulisan berjudul “Jaringan Sindikat”-nya, Bang
Dzakwan ini berkata: “dia adalah muta'ashib”. Ternyata menurut bang Dzakwan
keputusan yang dikeluarkan oleh “Tim Redaksi” kurang keras dan kurang
17
Lihat “Buat yang Memerangi Kebatilan dengan Identitas Samaran“ karya Abu Fairuz halaman:
12 baris ke 10 dari atas.
18
“Hai pengecut, tolong sebutkan kepada kami nama-nama orang yang mengenalmu dan
merekomendasi dirimu, juga nama kampung halamanmu, serta alamatmu yang jelas di Dammaj.
Karena kami ingin berkenalan denganmu dan berziaroh ke tempatmu. Kami juga ingin
memperperkenalkanmu kepada Syaikhuna Yahya Al Hajury hafizdohulloh. Ini jika kamu adalah dari
kalangan manusia. Namun jika kamu dari sebangsa jin hizby, maka kami katakan: "Ittaqillah,
wakhsya' falan ta'duwa qodroka!"
19
Lihat “Jaringan Sindikat”-nya Dzakwan beserta catatan kakinya di halaman: 18 baris ke: 10 dari
bawah.

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 13
menggigit, sehingga dia mengeluarkan keputusan sendiri yang terkesan sangat kuat
dan menggigit dengan ucapannya: “dia adalah muta'ashib”
2- Sikap gegabah, tergesa-gesa, tidak teliti dan kurang berhati-hati dalam memutuskan
suatu masalah merupakan bisikan dari syaithon serta awal dari ketergelinciran dan
juga jembatan menuju kebinasaan. Sehingga setiap orang yang memiliki kebijakan
akan berusaha menghindar dari sifat-sifat yang penuh dengan cela tadi. Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wasallam bersabda:

/10 :‫ ﻭ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﺒﺮﻯ‬1054 / 3 :‫)ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﺑﻮ ﻳﻌﻠﻰ ﻓﻲ ﻣﺴﻨﺪﻩ‬ .ِ‫ ﻭَﺍﻟْﻌَﺠَﻠَﺔُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸﱠﻴْﻄَﺎﻥ‬٬ ِ‫ﺍﻟﺘﱠﺄَﻧﱢﻲ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬
(‫ ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ‬104

Artinya: "Bersikap secara ta'anni (teliti dan berhati-hati dalam menilai suatu
perkara) itu datangnya dari Allah sementara sikap gegabah dan selalu tergesa-gesa
itu datangnya dari syaithan". (Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dan Al Baihaqy dari sahabat
Anas bin Malik dan disebutkan oleh Asy Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Ash-Shahihah).

Seorang penyair bernama Abu Sa’id ‘Umair bin Syuyaim At Taghliby yang lebih
dikenal dengan sebutan Al Quthomy melantunkan syi’ir indahnya berbunyi:

‫ ﻭﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﻊ ﺍﻟﻤﺘﺴﻌﺠﻞ ﺍﻟﺰﻟﻞ‬... ‫ﻗﺪ ﻳﺪﺭﻙ ﺍﻟﻤﺘﺄﻧﻲ ﺑﻌﺾ ﺣﺎﺟﺘﻪ‬


“Berapa banyak orang yang berhati-hati dalam melangkah mendapati sebagian
kebutuhannya selalu terpenuhi...”
“Dan tidak sedikit pula orang yang selalu tergesa-gesa dalam melangkah akan
menuai ketergelinciran...”
Demikian indahnya sikap berhati-hati dan teliti dalam menilai atau memutuskan
sesuatu. Namun sangat disayangkan, saudara kita yang kini tengah menimba ilmu di
Dammaj yang tak lain adalah Abu Fairuz ‘Abdurrahman Bin Sukaya dalam
“Identitas Samaran”-nya ternyata sangat gegabah dan ceroboh dalam memberikan
suatu penilaian terhadap seseorang, yang pada hakekatnya akan kembali
menyangkut kepribadian dan kehormatannya sendiri. Sebagaimana hal itu jelas
terbaca dalam Identitas Samarannya. Dia berkata tentang Abu Mahfudzh. Bahwa
Abu Mahfudzh itu adalah: “seorang hizby hina”.
Wahai saudara Abu Fairuz yang saya hormati, dari mana saudara bisa menyatakan
keadaan seseorang sebagai hizby atau hina padahal saudara sendiri belum mengenal
keadaan orang itu? Anggaplah menurut pandangan saudara bahwa orang itu
bersalah, namun apakah demikian bermu’amalah dengan orang yang bersalah yaitu
langsung divonis sebagai seorang hizby hina? Mana disiplin ilmu yang telah engkau
pelajari? Bukankah engkau telah mengetahui penerapan kaidah Jarh Wa Ta’dil?
Dan bukankah selayaknya ketika hendak memvonis seseorang sebagai kafir,
mubtadi’, fasiq, atau hizby harus melihat syuruth dan mawani’? (Terpenuhinya
syarat serta terlepasnya penghalang dari orang yang akan menerima vonis tersebut)
Apakah ilmu yang telah engkau pelajari sebatas teori, tapi lupa praktek ? Ataukah
ilmu itu telah engkau kemas rapi dalam memori laptop belaka ? Bukankah

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 14
sepantasnya orang yang salah (bila ternyata benar orang itu salah dan bukan sekedar
dugaan belaka) dinasehati dan ditegakkan hujjah kepadanya? Namun semua itu
seakan terlupakan justru disaat emosi bergejolak, nafsu memuncak, sehinggajauh
dari penerapan kaidah baku disaat ego dikedepankan.
Wahai Abu Fairuz, simak dan hayatilah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassallam yang berbunyi:

‫ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺧﻄﺒﺘﻪ ﻓﻲ ﺣﺠﺔ‬
‫ﺍﻟﻮﺩﺍﻉ ﺇﻥ ﺩﻣﺎءﻛﻢ ﻭﺃﻣﻮﺍﻟﻜﻢ ﻭﺃﻋﺮﺍﺿﻜﻢ ﺣﺮﺍﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻛﺤﺮﻣﺔ ﻳﻮﻣﻜﻢ ﻫﺬﺍ ﻓﻲ ﺷﻬﺮﻛﻢ ﻫﺬﺍ ﻓﻲ‬
‫ﺑﻠﺪﻛﻢ ﻫﺬﺍ‬
Artinya: “Dari Abi Bakroh radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shaalallahu ‘Alaihi
Wasallam berkata dalam khutbahnya saat melaksanakan Hajjatul Wada’:
“Sesungguhnya darah-darah kalian, harta dan juga kehormatan kalian haram untuk
ditumpahkan oleh sesama kalian sebagaimana keharaman hari kalian ini, pada bulan
kalian ini dan dalam negeri kalian ini. (maksudnya hari ‘Arofah di bulan Dzulhijjah
dan di negeri Makkah)
Sementara Ibnu ‘Umar ‘radiyallahu ‘anhum berkata tentang kehormatan seorang
Muslim:

ُ‫ﻢ‬
َ‫ﺆْﻣِﻦُ ﺃَﻋْﻈ‬
ُ‫ﻚِ ﻭَﺍﻟْﻤ‬
َ‫ﻢَ ﺣُﺮْﻣَﺘ‬
َ‫ﻚِ ﻭَﺃَﻋْﻈ‬
َ‫ﺎ ﺃَﻋْﻈَﻤ‬
َ‫ﻭَﻧَﻈَﺮَ ﺍﺑْﻦُ ﻋُﻤَﺮَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ ﺃَﻭْ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻜَﻌْﺒَﺔِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻣ‬
ِ‫ﺣُﺮْﻣَﺔً ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻣِﻨْﻚ‬
Pada suatu hari Ibnu ‘Umar melihat ke arah Ka’bah seraya berkata: “Sungguh betapa
mulianya kamu (Ka’bah) dan betapa agung kehormatanmu, namun kehormatan
seorang Muslim jauh lebih agung di sisi Allah dari pada kehormatanmu.”
Lantas apakah yang diinginkan oleh saudara Abu Fairuz saat mengeluarkan
ucapannya yang berbunyi: “seorang hizby hina” ? Apakah sekedar pelampiasan
amarah sesaat? Atau untuk meredam ego yang tengah gejolak? Ataukah sekedar
sebagai penenang atas tekanan yang telah demikian berat dirasanya, karena namanya
yang selalu tertuang dalam tulisan-tulisan Abu Mahfudzh sebagai data dan bukti atas
kesalahan dan penyimpangan Turobiyyah ? Terlepas dari semua itu. saya hanya
ingin mengingatkan saudara yang mulia Abu Fairuz ‘Abdurrahman bin Sukaya yang
telah terlanjur mengucapkan kalimat seorang hizby hina dengan sebuah hadits yang
berbunyi:

ْ‫ ﺃَﻳﱡﻤﺎ ﺭَﺟُﻞٍ ﻗﺎﻝَ َﻷﺧﻴﻪِ ﻳﺎ ﻛﺎﻓِﺮُ ﻓَﻘَﺪ‬:َ‫ﻋﻦ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﷲِ ﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ ﺃَﻥﱠ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﷲِ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗَﺎﻝ‬
‫ﺑﺎءَ ﺑِﻬﺎ ﺃَﺣَﺪَﻫُﻤﺎ‬
Artinya: Dari ‘Abdillah bin ‘Umar radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda: Siapa saja yang berkata tentang saudaranya (Muslim)
dengan ucapan: “wahai kafir”, maka akan kembali kepada salah seorang diantara
mereka berdua.

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 15
Wahai saudara Abu Fairuz, tentunya saya tidak menginginkan saudara menjadi
“seorang hizby hina”, saya juga tidak menginginkan para pembaca yang budiman
menjadi hizbiyyun yang hina, sebagaimana saya juga tidak menginginkan hal itu
terjadi pada diri sendiri. Semoga Allah Ta’ala selalu menjaga kita semua dari
penyimpangan setelah datangnya petunjuk. Namun wahai saudara Abu Fairuz,
apakah dengan ucapan yang telah keluar dari lisan saudara berupa “seorang hizby
hina” yang telah saudara tujukan kepada Abu Mahfudzh, sementara Abu Mahfudzh
berlepas diri dari tuduhan saudara, apakah dengan demikian saudara bisa merasa
aman dan tenang dari kalimat yang telah terucap itu? Tidakkah saudara memiliki
sedikit rasa takut akan ancaman yang ada dalam hadits di atas?
Harapan saya semoga di kemudian hari saudara bisa bersikap lebih teliti dan berhati-
hati demi menjaga keselamatan sendiri dan janganlah sampai hanya karena sikap
ceroboh dan gegabah lantas menyebabkan saudara menjadi seorang hizby
hina.
Abu Fairuz dalam Identitas Samarannya berkata: “Beraninya membikin kedustaan
dan memutarbalikkan fakta, sambil berusaha mengadu domba para pejuang fi sabilillah
dan mengaburkan hakikat,”20
Catatan Ringan: Siapakah sebenarnya yang lebih pantas untuk disebut sebagai pendusta ?
Abu Mahfudzh yang menerangkan kesalahan dan penyimpangan Turobiyyah lengkap
disertai dengan data dan bukti-buktinya, ataukah kalian sendiri wahai Turobiyyin yang
mengingkari hakekat dan kenyataan yang sebenarnya?
Mengaburkan hakekat? Sepertinya ucapan ini lebih pantas untuk ditujukan kepada saudara
Abu Fairuz sendiri. Mengapa demikian? Jawabannya adalah: “Hakekat yang sebenarnya
yang telah menyingkap kesalahan dan penyimpangan serta ketidak-adilan Turobiyyah dalam
bersikap atau bertindak, yang telah tercantum pada “Tirai Itu Kini Telah Tersingkap” edisi
pertama dan kedua.”
Kemudian dengan tulisannya ini, saudara yang mulia Abu Fairuz berusaha memalingkan
para pembaca dengan mengesenakan bahwa tulisan “Tirai Itu Kini Telah Tersingkap” itu
merupakan pengkaburan terhadap hakekat yang ada. Wahai saudaraku Abu Fairuz, hakekat
manakah yang telah dikaburkan oleh Abu Mahfudzh? Bukankah semua terdata dengan bukti
dan persaksian bahkan dengan suara-suara kalian yang terekam? Ataukah kalian sendiri
wahai Turobiyyah yang berusaha mengkaburkan hakekat yang ada dalam “Tirai Itu Kini
Telah Tersingkap”, dengan cara mengingkari hakekat kesalahan dan kelalaian kalian
sendiri?
Abu Fairuz dalam Identitas Samarannya berkata: “Mengaku ada di Dammaj tapi tak
kami temukan batang hidungnya 21.

20
Lihat “Buat yang Memerangi Kebatilan dengan Identitas Samaran“ karya Abu Fairuz halaman: 12
baris ke: 10 dari atas
21
Lihat “Buat yang Memerangi Kebatilan dengan Identitas Samaran“ karya Abu Fairuz halaman: 12
baris ke: 13 dari bawah.

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 16
Catatan Ringan: Saya melihat ini adalah suatu kecerobohan yang sangat nyata yang
dilakukan oleh saudara kita Abu Fairuz. Saya tidak pernah menduga sebelumnya bahwa
Anda, wahai Abu Fairuz akan mengalami kemerosotan separah ini dalam menilai sesuatu
dengan kecerobohan. Namun kini tulisan Anda menjadi saksi atas kecerobohan yang anda
lakukan. Dalam tulisan yang manakah saudara membaca bahwa Abu Mahfudzh
mengaku ada di Dammaj harosahallah?
Tunjukkanlah buktinya bahwa Abu Mahfudzh mengaku ada di Dammaj. Baik dalam
tulisan-tulisan Abu Mahfudzh atau dalam kaset rekaman suara Abu Mahfudzh atau
apa saja yang bisa dijadikan sebagai bukti kuat dan pasti bahwa Abu Mahfudzh
mengaku ada di Dammaj. Bukankah itu merupakan sesuatu yang sulit dan katakanlah
mustahil wahai saudaraku yang mulia Abu Fairuz ?
Bila saudara Abu Fairuz yang mulia tidak mampu mendatangkan buktinya –dan saudara
memang tidak akan mampu mendatangkan bukti tersebut- maka saya akan memberikan dua
kemungkinan bagi para pembaca sekalian kenapa sampai saudara kita Abu Fairuz
mengatakan bahwa Abu Mahfudzh mengaku ada di Dammaj habibah.
1- Karena Abu Fairuz lebih mengedepankan kecerobohan dan kurang teliti dalam
menilai sesuatu, bila ini yang terjadi, maka semua pembaca yang budiman tentu
akan mengetahui yang sebenarnya. Ternyata barang dagangan saudara kita yang
mulia bernama Abu Fairuz yang berasal dari Kudus ini, hanyalah sekedar praduga
dan sangkaan belaka yang merupakan hasil dari kecerobohan dan kurang teliti dalam
menerima atau menilai sesuatu. Ini adalah kemungkinan pertama. Dan sebelumnya
telah saya kemukakan di atas akan betapa pentingnya sikap ta’anni yaitu berhati-hati
dan teliti dalam segala keadaan, semoga saudara kita Abu Fairuz bisa untuk lebih
teliti lagi dalam menerima, menilai atau memutuskan sesuatu.
2- Kemungkinan yang kedua adalah karena salah dalam memahami kalimat Abu
Mahfudzh dalam “Tirai itu kini telah tersingkap” edisi pertama yang berbunyi: “Saat
kutorehkan tinta ini tergerak lisan dan hatiku tuk selalu berucap syukur kepada
Allah Ta’ala, yang telah mentaqdirkan kesehatan ini, tuk tetap setia menemani
semangatku dalam menuntut ilmu Dienul Islam saat ini. Walau perubahan cuaca
di Yaman terasa sangat kurang bersahabat dengan kondisi tubuhku saat ini.
Namun aneh tapi nyata, beberapa bulan telah berlalu toh aku masih belum bisa
beradaptasi dengan gurun batu, Negeri Yaman. Dan sepertinya kemungkinan yang
kedua ini lebih dekat kepada hakekat sebenarnya, walau yang pertama tadi juga tidak
menutup kemungkinan benar adanya
Pada kenyataannya baik ucapan itu berdasar karena kecerobohan atau karena salah
faham, maka saudara yang terhormat Abu Fairuz tetap dituntut untuk menunjukkan
bukti atas ucapannya.

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 17
Abu Fairuz dalam Identitas Samarannya berkata: “Tapi sampai sekarang tak berani
unjuk pantat.”22
Catatan ringan: ‘Aib ‘alaika, ya Aba Fairuz min hadzal kalam, bukankah -maaf- Pantat itu
adalah ‘aurat besar? Lantas apa pula perlunya untuk ditunjukkan kepada orang lain
padahal bukan dalam keadaan darurat? ‘Aib, ‘Aib, ya Aba Fairuz min hadzal kalam, ‘Aib
‘alaik…
Kita bukan sedang mengupas hukum seputar pantat secara rinci, -kepada para pembaca
sekalian, sekali lagi saya mengungkapkan permohonan maaf atas penukilan dari ucapan
saudara Abu Fairuz ini-, boleh ataukah tidak untuk ditunjukkan kepada orang lain. Atau
mungkin memang demikiankah salam komando Turoby, yaitu saling unjuk pantat
sesama mereka? Kenapa saudara Abu Fairuz juga menuntut orang lain untuk unjuk
pantat kepadanya, sebagai salam perkenalan atau salam penghormatan? Kita
nantikan jawabannya dari saudara Abu Fairuz yang kita hormati.
Mestinya seorang yang dididik dengan adab yang mulia tentunya akan selalu menggunakan
kata-kata yang mulia pula, baik dalam berucap dan berbicara, dan memang demikianlah
semestinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

(‫)ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﺎﺋﺸﺔ‬ ِ‫ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪَ ﺭَﻓِﻴﻖٌ ﻳُﺤِﺐﱡ ﺍﻟﺮﱢﻓْﻖَ ﻓِﻰ ﺍﻷَﻣْﺮِ ﻛُﻠﱢﻪ‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Maha Lembut dan mencintai kelembutan
pada semua perkara.” (Diriwayatkan oleh Bukhary dan Muslim dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha)
Dalam hadits yang lainnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

َ‫ ﻳَﺎ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔُ ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬:َ‫ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﺯَﻭْﺝِ ﺍﻟﻨﱠﺒِﻰﱢ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃَﻥﱠ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗَﺎﻝ‬
ُ‫ﺭَﻓِﻴﻖٌ ﻳُﺤِﺐﱡ ﺍﻟﺮﱢﻓْﻖَ ﻭَﻳُﻌْﻄِﻰ ﻋَﻠَﻰ ﺍ ﻟﺮﱢﻓْﻖِ ﻣَﺎ ﻻَ ﻳُﻌْﻄِﻰ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻌُﻨْﻒِ ﻭَﻣَﺎ ﻻَ ﻳُﻌْﻄِﻰ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺳِﻮَﺍﻩ‬
Artinya: Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha, istri Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah
adalah Dzat yang Maha Lembut, dan memberikan pada sikap kelembutan itu suatu
keutamaan yang tidak diberikan pada sikap kaku atau yang lainnya.” (Diriwayatkan oleh Al
Imam Muslim dari ‘Aisyah)

Dalam hadits yang lain beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam berkata:

ُ‫ﻮﻥ‬
ُ‫ﻖَ ﻻَ ﻳَﻜ‬
ْ‫ ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﺮﱢﻓ‬:َ‫ﺎﻝ‬
َ‫ﻠﻢ ﻗ‬
‫ﻪ ﻭﺳ‬
‫ﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴ‬
‫ﻋَﻦْ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﺯَﻭْﺝِ ﺍﻟﻨﱠﺒِﻰﱢ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨﱠﺒِﻰﱢ ﺻ‬
ُ‫ﻓِﻰ ﺷَﻰْءٍ ﺇِﻻﱠ ﺯَﺍﻧَﻪُ ﻭَﻻَ ﻳُﻨْﺰَﻉُ ﻣِﻦْ ﺷَﻰْءٍ ﺇِﻻﱠ ﺷَﺎﻧَﻪ‬
Artinya: Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha, istri Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, dari Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda: “Sesungguhnya sifat kelembutan itu
tidaklah ada pada sesuatu, melainkan justru akan menambahnya menjadi indah. Dan

22
Lihat “Buat yang Memerangi Kebatilan dengan Identitas Samaran“ karya Abu Fairuz halaman: 12 baris ke:
9 dari bawah.

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 18
tidaklah kelembutan itu dilepas dari sesuatu melainkan akan menambahnya menjadi
lebih jelek.” (Diriwayatkan oleh Al Imam Muslim dari ‘Aisyah)
Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:

َ‫ ﻣَﻦْ ﻳُﺤْﺮَﻡِ ﺍﻟﺮﱢﻓْﻖَ ﻳُﺤْﺮَﻡِ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮ‬:‫ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬:‫ﻋﻦ ﺟﺮﻳﺮ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ‬
Artinya: Dari Jarir radliallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Barangsiapa yang terhalang dari kelembutan, maka dia akan terhalang dari
kebaikan.” (Diriwayatkan oleh Al Imam Muslim dari Jarir)
Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam lainnya berbunyi:

‫ﺪ‬
‫ﻖ ﻓﻘ‬
‫ﻦ ﺍﻟﺮﻓ‬
‫ﻪ ﻣ‬
‫ﻲ ﺣﻈ‬
‫ﻭﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺍﻟﺪﺭﺩﺍء ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ ﻣﻦ ﺃﻋﻄ‬
‫ﺃﻋﻄﻲ ﺣﻈﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻭﻣﻦ ﺣﺮﻡ ﺣﻈ ﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﻓﻖ ﻓﻘﺪ ﺣﺮﻡ ﺣﻈﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻴﺮ‬
Artinya: “Dari Abi darda’ radliallahu ‘anhu, dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau
bersabda: “Barangsiapa yang diberi bagian dari sifat kelembutan, maka dia telah diberi
kebaikan yang sangat banyak. Dan barang siapa yang dihalangi dari sifat kelembutan, maka
dia terhalang pula dari kebaikan.” (Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari Abi Darda’ dan di Shahihkan
oleh Al Albany)

Semoga hadits-hadits ini bermanfaat bagi saya pribadi dan saudara Abu Fairuz serta para
pembaca sekalian, dan semoga kita termasuk orang yang selalu bersikap dan bersifat dengan
penuh kelembutan baik dalam ucapan atau perbuatan atau tingkah laku kita. Semoga
setelah ini saudara kita Abu Fairuz lebih memilih kelembutan dari pada sikap kaku
dan kesan emosi sesaat.
Yah... aku memang mengenal saudara Abu Fairuz sejak zaman Laskar Jihad dulu, disaat
kami berjuang bersama, membela kehormatan Islam dan Muslimin di negeri raja-raja;
Ambon Manise. Mungkin karena kebersamaan kami tak berjalan lama, mungkin dia
kini telah melupakanku dan menganggap bahwa aku adalah majhul, namun tak
apalah... biarlah dia berbicara sekenanya, melampiaskan amarahnya, mengeluarkan
unek-uneknya dan menyebar buah pikirnya.
Toh orang-orang yang bijak lagi terbimbing akan segera mengetahui hakikat yang
sebenarnya. Orang-orang yang kurang faham cepat atau lambat juga akan menemukan
jawabannya. Namun terlepas dari semua kepenatan yag tengah melanda, sosok Abu
Fairuz dalam pandangan, dalam benak dan juga dalam bayangan yang selalu
terngiang, adalah seorang yang tawadlu’, rendah hati dan sangat mengutamakan
kepentingan bersama., memang saudara Abu Fairuz dulunya seperti yang diutarakan
oleh sahabatku ‘Abdul Karim bin Hardjawijata hafidzhohullah dalam Silsilah
Rosailnya.
Namun perubahan yang sangat aneh pada kepribadian, tingkah laku dan pola pikir saudara
Abu Fairuz juga tak ubahnya seperti yang diutarakan oleh Al Akh ‘Abdul Kariim bin
Hardjawijata hafidzhohullah wa jazahullahu khairon yang tersusun dalam Silsilah
Rasailnya.

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 19
Bagaimanapun keadaannya, kita semua berharap untuk selalu berada di atas al-Haq, di atas
Sunnah ash-Shohihah, di atas pemahaman Salaful Ummah.
Inilah catatan ringan yang ingin saya persembahkan kepada pembaca sekalian. Akhirnya
kebenaran datangnya dari Allah Ta’ala dan kesalahan datangnya dari saya pribadi dan
syaithan. Kiranya ada kritikan, saran, tanggapan dan pembenahan dari para pembaca
sekalian. Semoga Allah Ta’ala selalu menjaga kita semua dari penyimpangan setelah
datangnya petunjuk dan kebenaran, memberikan kekokohan kepada saya, dan para pembaca
sekalian untuk tetap berada di atas Al Haq. Amin ya Robbal ‘alamin.

.‫ﻭﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﳏﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﺃﲨﻌﲔ‬


‫ ﺃﺑﻮ ﳏﻔﻮﻅ ﻋﻠﻰ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﺍﻥ ﺑﻦ ﻋﻠﻰ ﺁﺩﻡ ﺍﻷﻧﺪﻭﻧﻴﺴﻰ‬:‫ﻛﺘﺒﻪ ﺃﺧﻮﻛﻢ‬
‫ ﻣﻦ ﺍﳍﺠﺮﺓ ﺍﻟﻨﺒﻮﻳﺔ‬1430 ‫ ﺭﺑﻴﻊ ﺃﻭﻝ‬8 :‫ﺍﳉﻤﻬﻮﺭﻳﺔ ﺍﻟﻴﻤﻨﻴﺔ‬
‫ﻋﻠﻰ ﺻﺎﺣﺒﻬﺎ ﺃﻓﻀﻞ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ‬

Catatan Ringan Atas Tulisan “Buat yang memerangi kebatilan dengan identitas samaran”. 20

Anda mungkin juga menyukai