١
PENGANTAR
Alhamdulillâh, buku seri pertama berjudul "NASEHAT DAN TEGURAN Guru yang Arif dan Bijak
terhadap Murid yang Tidak Beradab dalam Berucap dan Bertindak" telah tersebar dan mendapat
sambutan positif dari Salafiyyîn di Indonesia. Bahkan dengan hidayah dan taufiq-Nya Allah
melapangkan Maktabah Al-Ghuroba – Solo untuk berinisiatif mencetak buku tersebut yang kemudian
mereka menyebarkannya dengan cara dibagikan secara gratis. Bahkan buku tersebut sudah dicetak
dua kali. Sungguh merupakan upaya yang patut disyukuri. Dengan izin Allah, kehadiran buku tersebut
membuat Salafiyyîn di Indonesia benar-benar mendapatkan informasi sekaligus bimbingan yang jelas
untuk mengetahui dan menguak hakekat sebenarnya gejolak fitnah yang tengah terjadi di Yaman.
Kondisi tersebut justru semakin membangkitkan semangat penulis untuk kembali menampilkan
tulisan berikutnya, demi menyampaikan informasi dan penjelasan yang haq kepada segenap ikhwah
salafiyyîn di Indonesia. Dengan memohon taufiq dan pertolongan dari Allah, penulis berupaya untuk
menyusun tulisan berseri tentang kondisi Yaman sebenarnya. Tentunya, dengan komitmen
senantiasa berjalan bersama semua nasehat dan bimbingan para 'ulama kibâr Ahlus Sunnah..
Alhamdulillah, buku yang kini ada di tangan pembaca kali ini merupakan bagian pertama dari seri ke-2
rangkaian tulisan berseri yang tengah penulis siapkan. (Semoga Allah memudahkan tampilnya seri-seri
tulisan berikutnya). Kali ini, penulis ingin mengajak para pembaca sekalian untuk menengok "tragedi"
sangat memilukan yang tengah terjadi di Ma'had Dammâj saat ini, yaitu pelecehan dan penghinaan
terhadap para 'ulama Ahlus Sunnah. Sungguh ribuan murid di Ma'had Dammâj tersebut sedang
ditarbiyyah dengan metode tarbiyyah seperti itu.
Ada beberapa tanggapan negatif dari beberapa pihak terhadap buku seri pertama. Dengan alasan
bahwa penulisnya, yaitu 'Abu 'Umar bin 'Abdil Hamid, majhûl alias tidak dikenal, sehingga segala
berita dan ucapannya tertolak. Sebenarya alasan seperti ini merupakan argumentasi usang yang
mereka ambil dari syaikh mereka, Al-Hajûri. Penulis kurang tertarik untuk menanggapi argumentasi
usang tersebut pada buku kedua ini. Karena itu merupakan kebiasaan mereka dalam menjatuhkan
pihak yang menyelisihi mereka. Bahkan ucapan dan cara yang lebih tajam lagi sanggup mereka
lakukan. Semoga penulis bisa membahas hal ini pada seri berikutnya.
Pembaca sekalian, …
Pelecehan dan cercaan Al-Hajûri terhadap para 'ulama sunnah sangatlah banyak. Tidak sedikit yang
sudah terekam dalam sanubari atau tersimpan rapi dalam buku-buku catatan ribuan muridnya. Dalam
serial tulisan ini, penulis berupaya selalu menyajikan data dan keterangan yang ada bukti rekaman
atau bukti tertulisnya.
Berbeda dengan malzamah (artikel) yang ditulis oleh mereka yang menyajikan bukti sebatas "bersaksi
si fulan", "si fulan berkata bahwa si 'allan menyaksikan … ", atau "telah bercerita kepadaku si fulan … ."
Kalau dengan cara seperti ini, maka penulis pun sebenarnya bisa juga menyajikannya lebih banyak
lagi. Namun penulis menghindar dari cara-cara seperti itu, karena cara tersebut sulit
dipertanggungjawabkan kebenarannya, di samping nama-nama para penukil atau orang-orang yang
bersaksi juga majhûl.
Mungkin dengan tulisan ini akan ada yang menuduh, sebagaimana telah terucap dan disebarkan,
bahwa ini merupakan upaya menjauhkan salafiyyîn dari Ma'had Dammâj. Sungguh ini tidak benar.
Tidak ada sedikitpun kebencian terhadap Ma'had Dammâj Al-Habîbah (yang tercinta). Justru penulis
٢
sangat cinta dan sayang terhadap ma'had yang didirikan dan dibina oleh 'Allâmatul Yaman Al-Wâdi'i
v tersebut. Oleh karena itu, penulis cemburu dan tidak rela ketika keindahan dan kebesaran nama
Ma'had Dârul Hadîts Dammâj ternodai dan terkotori oleh perbuatan dan sikap pihak-pihak tidak
bertanggung jawab.
Akhir kata, penulis adalah insan biasa yang penuh kekurangan. Penulis mohon ma'af sebesar-
besarnya dari para pembaca sekalian atas berbagai kekurangan yang ada. Semoga seri ke-2 ini
bermanfaat bagi pembaca sekalian. Akan menyusul insya Allâh seri-seri berikutnya …
٣
KEMULIAAN DAN KEHORMATAN PARA 'ULAMA
Para 'ulama adalah pewaris para nabi 'alaihimush shalâtu was salâm. Kedudukan mereka sangatlah
tinggi dan mulia dalam agama ini. Allah memuji dan menyanjung mereka dalam kitab-Nya yang
mulia. Allah berfirman :
Perhatikanlah bagaimana Allah meninggikan kedudukan para ‘ulama, yaitu ketika Allah
menggandengkan syahâdah (persaksian) mereka dengan syahâdah-Nya, dan menggandengkan
syahâdah mereka dengan syahâdah para malaikat, dalam suatu persaksian yang terbesar. Yaitu
persaksian tentang keesaan Allah. Ini menunjukkan keutamaan dan ketinggian kedudukan ‘ulama.
Kalau seandainya ada di antara manusia yang lebih utama kedudukannya dibanding para 'ulama,
niscaya Allah akan menggandengkan syahâdah mereka dengan syahâdah-Nya. Namun, ternyata tidak
ada yang Allah sebut dari kalangan manusia kecuali para 'ulama. Hal ini menunjukkan keutamaan para
'ulama dan ketinggian kedudukan mereka.
Allah juga menegaskan, bahwa di antara hamba-hamba-Nya yang benar-benar memiliki khasyyah
terhadap-Nya hanyalah para 'ulama. Allah berfirman :
Asy-Syaikh Al-Mufassir 'Abdurrahmân bin Nâshir As-Sa'di v berkata : "Maka setiap orang yang
lebih berilmu tentang Allah, maka makin besar khasyyahnya kepada Allah. Khasyyah kepada Allah ini
mengantarkan dia untuk menghindar dari berbagai kemaksiatan dan mempersiapkan diri menghadapi
(hari) pertemuan dengan Dzat yang ia takuti. Ini merupakan dalil atas keutamaan ilmu, karena ilmu
tersebut mengantarkan kepada sifat khasyyah kepada Allah. Orang-orang yang memiliki sifat khasyyah
kepada-Nya merupakan orang-orang yang senantiasa mendapat karâmah (kemuliaan) dari-Nya.
Sebagaimana firman-Nya : "Allah telah ridha terhadap mereka, dan merekapun telah ridha terhadap-
Nya. Yang demikian itu bagi barangsiapa yang khasyyah (takut) kepada Rabb-Nya." [Al-Bayyinah : 8]."
- sekian dari Tafsîr As-Sa'di -
Al-Imâm Al-Mufassir Al-Hâfizh Ibnu Katsîr v berkata : "Hanyalah yang benar-benar memiliki
khasyyah kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah para 'ulama yang mengenal-Nya. Karena,
semakin bertambah ma'rifah (seorang hamba) terhadap Dzat yang Maha Agung, Maha Berilmu, Yang
memiliki sifat-sifat sempurna dan Nama-Nama yang indah, maka semakin sempurna ma'rifah (seorang
hamba) terhadap-Nya dan semakin lengkap ilmu tentang-Nya, maka khasyyah terhadap-Nya pun
makin besar dan makin banyak.
Sa'îd bin Jubair v berkata : "Al-Khasyyah adalah yang bisa menghalangi antara engkau dengan
perbuatan maksiat kepada Allah ."
Al-Hasan Al-Bashri v berkata : "Seorang yang berilmu adalah seorang yang takut kepada Allah
meskipun (dirinya) tidak dilihat orang, bersemangat terhadap sesuatu yang disukai oleh Allah, dan
menghindari terhadap sesuatu yang dimurkai oleh Allah."
- sekian dari Tafsîr Ibni Katsîr -
1
Khasyyah adalah rasa takut yang berdasarkan ilmu. Khasyyah kepada Allah adalah rasa takut kepada Allah yang didasarkan atas ilmu dan
pengenalan terhadap Dzat Allah dengan semua Nama dan Shifat-Nya, serta mengenal hak-hak Allah terhadap hamba-hamba-Nya.
٤
Oleh karena itu, Allah mengangkat dan meninggikan kedudukan para 'ulama, sebagaimana dalam
firman-Nya :
Nabi pun menegaskan posisi mereka yang sangat tinggi, yaitu mereka sebagai pewaris para nabi
'alaihimush shalâtu was salâm. Beliau bersabda :
.« ﺍِﻓ ٍﺮﺤﻆﱟ ﻭ
ﺬﹶ ِﺑ ﺃﹶﺧﺬﹶﻩ ﺃﹶﺧﻦ ﻓﹶﻤﺛﹸﻮﺍ ﺍﻟﹾﻌِﻠﹾﻢﺭﺎ ﻭﻧﻤِﺎ ﺇﻤﻫﻻﹶ ﺩِﺭﺍ ﻭﺎﺭﺛﹸﻮﺍ ﺩِﻳﻨﺭﻳﻮ ﺎﺀَ ﻟﹶﻢﺒِﻴﺇِﻥﱠ ﺍﻷَﻧ ﻭ،ِﺎﺀﺒِﻴﺛﹶﺔﹸ ﺍﻷَﻧﺭﺎﺀَ ﻭﻠﹶﻤﺇِﻥﱠ ﺍﻟﹾﻌ» ﻭ
"Sesungguhnya 'ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tersebut tidaklah mewariskan dinar
atau pun dirham, namun mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka ia telah
mengambil bagian yang sangat besar." [HR. Ahmad V/196, At-Tirmidzi 2682, Abû Dâwûd 3641, Ibnu
Mâjah 223. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albâni dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi]
Para 'ulama adalah orang-orang terpercaya di tengah-tengah umat. Mereka adalah kepercayaan untuk
mengemban ilmu agama ini, untuk mempelajari dan mengajarkannya kepada umat. Mereka adalah
kepercayaan dalam menjaga kemurnian agama ini dan membentenginya dari berbagai penyimpangan
dan penyelewengan yang berusaha disusupkan oleh para pengusung kebatilan dan paham
menyimpang. Rasulullah bersabda :
« ﻦﺎﻫِﻠِﻴﻳﻞﹶ ﺍﻟﹾﺠِﺄﹾﻭ ﺗﻦِ ﻭﻄِﻠِﻴﺒﺎﻝﹶ ﺍﻟﹾﻤﺘِﺤﻭ ﺍﻧ ﻦﺎﻟِﻴ ﺍﻟﻐﻳﻒِﺮﺤ ﺗﻪﻨﻥﹶ ﻋﻔﹸﻮﻳﻨ ﻟﹸﻪﻭﺪﻠﹶﻒٍ ﻋ ﻛﹸﻞﱢ ﺧ ﻣِﻦﺬﹶﺍ ﺍﻟﹾﻌِﻠﹾﻢﻤِﻞﹸ ﻫﻳﺤ »
Ilmu agama ini akan terus dibawa oleh orang-orang adil (terpercaya) dari tiap-tiap generasi, yang selalu
berjuang membersihkan agama ini dari : Tahrîful Ghâlîn (pemutarbalikan pengertian agama yang
dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang), Intihâlul Mubthilîn (Kedustaan orang-orang sesat yang
mengatasnamakan agama), dan Ta’wîlul Jâhilîn (Penta’wilan agama yang salah yang dilakukan oleh
orang-orang yang jahil) 2)
Para ‘ulama pengemban ilmu agama ini, mereka adalah orang-orang adil, jujur, dan terpercaya.
Mereka adalah orang-orang yang memiliki kredibilitas dan popularitas yang dapat menepis segala
kebimbangan dan keraguan terhadap kejujuran mereka. Mereka senantiasa mencurahkan
perhatiannya terhadap ilmu agama ini dan menjaganya dari berbagai macam usaha-usaha
pemutarbalikan, kedustaan, penyimpangan, dan penyelewengan yang dilakukan oleh ahlul batil. Itulah
kriteria dan ciri-ciri ‘ulama yang disebutkan oleh Rasulullah .
Sikap Memuliakan dan Menghormati Para 'Ulama adalah Salah Satu Prinsip
Penting dalam Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
Rasulullah telah bersabda :
« ﺎﺎﻟِﻤِﻨ ﻟِﻌﺮِﻑﻳﻌ ﻭ،ﺎﻧﻐِﲑ ﺻﻢﺣﻳﺮ ﻭ،ﺎﻧﻳﺠِﻞﱠ ﻛﹶﺒِﲑ ﻟﹶﻢﻦﺘِﻲ ﻣ ﺃﹸﻣ ﻣِﻦﺲ» ﻟﹶﻴ
"Bukan termasuk umatku orang-orang yang tidak memuliakan orang-orang tua kami, tidak menyayangi
orang-orang yang (lebih) kecil (muda) di tengah-tengah kami, dan tidak mengetahui hak 'ulama kami."
[Ahmad V/323 dari shahabat 'Ubâdah bin Ash-Shâmit. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albâni dalam
Shahîh At-Targhîb wa At-Tarhîb no. 101.]
2
HR. Ibnu ‘Ady dalam Al-Kâmil I/145-148. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albâni v dalam Misykâtul Mashâbîh
٥
Amîrul Mu'minîn 'Umar bin Al-Khaththâb mengatakan :
ﺟﺎ َﺀ ﺍﻟ ِﻔﻘﹾـﻪ ﻭﺇِﺫﹶﺍ ﻪِ ﺍﻟﻜﹶﺒِﲑﻠﹶﻴﻰ ﻋﺼﻌﺘﻐِﲑِ ﺍﺳﻞِ ﺍﻟﺼ ﻗِﺒ ﻣِﻦﺎﺀَ ﺍﻟﻔِﻘﹾﻪ ﺇِﺫﹶﺍ ﺟ،ﻢﻫﺎﺩﻰ ﻓﹶﺴﺘﻣﺎﺱِ ﻭ ﺍﻟﻨﻼﹶﺡﻰ ﺻﺘ ﻣﺖﻠِﻤ» ﻗﹶﺪ ﻋ
« ﻳﺎﺪﺘ ﻓﹶﺎﻫﻐِﲑ ﺍﻟﺼﻪﻌﺎﺑﺮِ ﺗﻞِ ﺍﻟﻜﹶﺒِﻴ ﻗِﺒﻣِﻦ
"Sungguh saya tahu kapan umat ini baik dan kapan umat ini jelek. Kalau ilmu datang dari orang-orang
kecil maka ditentanglah orang-orang besar mereka. Namun kalau ilmu tersebut datang dari orang-
orang besar, maka akan diikuti oleh orang-orang kecil sehingga mereka pun mendapat hidayah. 3)
Al-Hâfizh Ibnu Hajar v berkata dalam Fathul Bâri : "Abu 'Ubaid menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan kecil di sini adalah kecil dalam hal kedudukannya, bukan kecil umurnya."
Perkataan shahabat 'Abdullâh bin Mas'ud tersebut dijelaskan oleh Al-Imâm 'Abdullâh bin Muslim bin
Qutaibah Ad-Dainûri v, "Maksudnya, bahwa umat ini akan senantiasa di atas kebaikan selama para
'ulama mereka adalah para masyâikh (orang-orang yang sudah senior dalam ilmu dan umur), dan
'ulama mereka bukanlah orang-orang muda belia. Karena seorang syaikh itu, telah berlalu dari mereka
kesenangan masa muda, kekuatannya, kecerobohannya, dan kedunguannya. Diiringi dengan
banyaknya pengalaman dan keahlian. Dengan demikian, ilmunya tidak tercampuri dengan kerancuan,
ia tidak lagi didominasi oleh hawa nafsu, dan tidak cenderung kepada ketamakan, serta lebih sulit bagi
syaithan untuk menggelincirkannya sebagaimana syaithan tersebut menggelicirkan orang yang masih
belia umurnya. Dengan usianya yang sudah tua akan datang sifat tenang, kharisma, serta wibawa.
Adapun orang yang masih belia/muda usianya, maka sangat riskan untuk termasuki oleh sifat-sifat
jelek tersebut –yang sifat-sifat jelek tersebut lebih jauh kemungkinannya menimpa orang yang sudah
tua umurnya- apabila dia (orang muda tersebut) berfatwa maka ia akan binasa dan membinasakan
(orang lain)." [ Lihat kitab Nashîhatu Ahlil Hadîts hal. 7, sebagaimana dalam kitab Lammud Durril
Mantsûr hal. 251 ]
Asy-Syaikh 'Abdurrahmân As-Sa'di v berkata ketika menjelaskan tentang aqidah Ahlus Sunnah
pada setiap zaman dan tempat :
ﻭﺳﺄﻟﻮﻥ، ﻭﻣﻦ ﳍﻢ ﺍﳌﻘﺎﻣﺎﺕ ﺍﻟﻌﺎﻟﻴﺔ ﰲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﻔﻀﻞ ﺍﳌﺘﻨﻮﻉ ﻋﻠﻰ ﺍﳌﺴﻠﻤﲔ، ﻭﺃﺋﻤﺔ ﺍﻟﻌﺪﻝ،» ﻭﻳﺪﻳﻨﻮﻥ ﷲ ﺑﺎﺣﺘﺮﺍﻡ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﳍﺪﺍﺓ
[ ﻭﺃﻥ ﻳﺜﺒﺘﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺩﻳﻦ ﻧﺒﻴﻬﻢ ﺇﱃ ﺍﳌﻤﺎﺕ « ] ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﺴﺪﻳﺪ،ﺍﷲ ﺃﻥ ﻳﻌﻴﺬﻫﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻚ ﻭﺍﻟﺸﺮﻙ ﻭﺍﻟﺸﻘﺎﻕ ﻭﺍﻟﻨﻔﺎﻕ ﻭﺳﻮﺀ ﺍﻷﺧﻼﻕ
"Mereka (ahlus sunnah) bertaqarrub kepada Allah dengan menghormati para 'ulama pemberi petunjuk,
para imam yang terpercaya, dan mereka yang memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama serta
keutamaan yang banyak terhadap kaum muslimin. Mereka (ahlus sunnah) memohon kepada Allah
agar Dia senantiasa menjaga mereka (para 'ulama tersebut) dari keragu-raguan, syirik, perpecahan,
nifaq, dan akhlaq yang tercela, dan agar Dia mengokohkan mereka di atas agama Nabi mereka hingga
wafat." [Al-Qaulus Sadîd]
3
Diriwayatkan oleh Ibnu 'Abdil Barr dalam Jâmi' Bayânil 'Ilmi wa Fadhlihi 1055 dengan sanad yang hasan.
4
Diriwayatkan oleh Ibnu 'Abdil Barr dalam Jâmi' Bayânil 'Ilmi wa Fadhlihi 1057 dengan sanad yang shahih.
٦
ﻢ ﺧﻠﻔﺎﺀﺇﺫ ﻛﻞ ﺃﻣﺔ ﻗﺒﻞ ﻣﺒﻌﺚ ﳏﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻌﻠﻤﺎﺅﻫﺎ ﺷﺮﺍﺭﻫﺎ ﺇﻻ ﺍﳌﺴﻠﻤﲔ ﻓﺈﻥ ﻋﻠﻤﺎﺀﻫﻢ ﺧﻴﺎﺭﻫﻢ؛ ﻓﺈ
« ﻢ ﻧﻄﻖ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺑﻪ ﻧﻄﻘﻮﺍﻢ ﻗﺎﻡ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺑﻪ ﻗﺎﻣﻮﺍ ﻭ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﰲ ﺃﻣﺘﻪ ﻭﺍﶈﻴﻮﻥ ﳌﺎ ﻣﺎﺕ ﻣﻦ ﺳﻨﺘﻪ
"Maka wajib atas kaum muslimin setelah loyalitas kepada Allah dan Rasul-Nya, wajib atas mereka
untuk berloyal kepada kaum mukminin -sebagaimana ditegaskan oleh Al-Qur`an- terkhusus para
'ulama yang mereka itu adalah pewaris para nabi, yang Allah jadikan mereka seperti fungsi bintang-
bintang, yaitu sebagai petunjuk dalam kegelepan baik ketika di darat maupun di lautan. Kaum muslimin
telah sepakat atas kelurusan aqidah dan luasnya keilmuan mereka. Karena pada setiap umat sebelum
diutusnya Nabi Muhammad , para 'ulama mereka adalah orang-orang terjelek mereka. Berbeda
dengan kaum muslimin, 'ulama mereka adalah orang-orang terbaik di kalangan mereka. Karena
mereka (para 'ulama) adalah para penerus Rasulullah di tengah-tengah umat beliau, senantiasa
menghidupkan sunnah-sunnah beliau yang telah mati. Dengan sebab (penjelasan dan bimbingan)
mereka Al-Kitab itu tegak (diamalkan), dan sebaliknya mereka (para 'ulama) beramal dengan Al-Kitab.
Dengan keberadaan mereka (para 'ulama) Al-Kitab bisa berbicara, dan mereka berbicara (berdalil)
dengan Al-Kitab." [Majmû'ul Fatâwa IV/285]
Asy-Syaikh Muhammad bin Shâlih Al-'Utsaimîn v menjelaskan tentang sikap seorang muslim yang
semestinya terhadap para 'ulama, beliau berkata :
"Pertama, mencintai mereka. Karena kalau engkau tidak mencintai seseorang maka engkau tidak
akan bertauladan dengannya
Kedua, membantu dan menolong mereka dalam menjelaskan al-haq. Yaitu dengan cara engkau
menyebarkan kitab-kitab mereka dengan berbagai sarana yang bermacam-macam, yang sarana
tersebut berbeda pada setiap tempat dan waktu.
Ketiga, membela kehormatan mereka. Dengan makna engkau tidak membiarkan seorangpun
mengghibahi mereka dan mencela kehormatan serta harga diri mereka. … "
Maka tidak ada seorang ahlus sunnah pun kecuali mereka mencintai, menghormati, dan membela
segenap para shahabat Nabi dan para 'ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah setelahnya, seperti : Sa'îd
5
Atsar ini disebutkan oleh Al-Imâm Al-Lâlikâ`i v dalam kitab beliau Syarh Ushûl I'tiqâd Ahlis Sunnah.
6
'Aqîdatus Salaf Ash-hâbil Hadîts
٧
bin Al-Musayyib, Sa'îd bin Jubair, Mâlik bin Anas, Laits bin Sa'd, Mâlik bin Anas, Sufyân Ats-
Tsauri, Sufyân bin 'Uyainah, Al-Auzâ'i, 'Abdullâh bin Al-Mubârak,'Abdurrazzâq bin Hammâm,
Asy-Syâfi'i, Yahyâ bin Sa'îd Al-Qaththân, Ahmad bin Hanbal, 'Ali bin Al-Madîni, Yahyâ bin Ma'în,
Abû Hâtim, Abû Zur'ah, Al-Bukhâri, Muslim, Abû Dâwûd, At-Tirmidzi, An-Nasâ`i, Ibnu Mâjah,
Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibbân, Sa'îd bin 'Utsmân Ad-Dârimi, Ibnu Jarîr Ath-Thabari, … dan masih
banyak lagi.
Kemudian juga, Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Ibnu 'Abdil Hâdi, Adz-Dzahabi,
Ibnu Katsir, Al-Mizzi, An-Nawawi, Ibnu Hajar, Ibnu 'Abdil Barr, … dan para 'ulama lainnya.
Berikutnya Mujaddid Da'wah Tauhid Al-Imâm Muhammad bin 'Abdil Wahhâb An-Najdi,
'Abdurrahmân bin Hasan âlusy Syaikh, Sulaimân bin 'Abdillâh âlu Asy-Syaikh, Ash-Shan'âni,
Asy-Syaukâni, Muhammad bin Ibrâhim âlusy Syaikh, .....
Kemudian pada masa ini, tidak seorang ahlus sunnah pun kecuali mereka pasti mencintai,
menghormati, dan membela para 'ulama ahlus sunnah, antara lain : Al-'Allâmah Mufti Ad-Diyâr As-
Su'ûdiyyah Samâhatusy Syaikh 'Abdul 'Azîz bin 'Abdillâh bin Bâz, Al-Mujaddid Muhadditsul 'Ashr Al-
Imâm Muhammad Nashîruddîn Al-Albâni, Faqîhul 'Ashr Al-'Allâmah Muhammad bin Shâlih Al-
'Utsaimin, Muhaddits Ad-Diyâr Al-Yamaniyyah Muqbil bin Hâdi Al-Wâdi'i, Al-'Allâmah Al-Muhaddits
Ahmad bin Yahyâ An-Najmi, Al-'Allâmah Asy-Syaikh Muhammad Amân Al-Jâmi, 'Abdul Muhsin
Al-'Abbâd, Zaid bin Hâdi Al-Madkhali, Rabî' bin Hâdi Al-Madkhali, Shâlih bin Fauzân Al-Fauzân,
Shâlih Al-Luhaidân, 'Abdullâh Al-Ghudayyân, Muhammad bin Jamîl Zainu, 'Ubaid bin 'Abdillâh
Al-Jâbiri, 'Abdul 'Azîz bin 'Abdillâh âlusy Syaikh, Shâlih bin 'Abdil 'Azîz âlusy Syaikh,
Washiyyullâh 'Abbâs, Muhammad bin Hâdi Al-Madkhali, 'Abdullâh Al-Bukhâri, …
Demikian juga para masyâikh Dakwah Salafiyyah di Yaman, para murid Asy-Syaikh Muqbil v, yang
beliau nyatakan sebagai ahlul halli wal 'aqdi, antara lain Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb,
Muhammad bin 'Abdillâh Al-Imâm, 'Abdul 'Azîz Al-Bura'i, 'Abdullâh bin 'Utsmân Adz-Dzamâri,
Muhammad bin Shâlih Ash-Shûmali, 'Abdul Mushawwir, 'Utsmân bin 'Abdillâh As-Sâlimi, dan
para masyâikh lainnya.
Sungguh indah manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah as-salafiyyîn di setiap zaman dan tempat.
Senantiasa tumbuh di hati mereka kecintaan, penghormatan, dan penghormatan terhadap pewaris
para nabi sekaligus pengemban ilmu dan dakwah terhadap umat. Suasana indah ini juga sangat terasa
di Ma'had Dârul Hadîts di Dammâj di bawah asuhan Muhaddits Ad-Diyâr Al-Yamaniyyah Al-'Allâmah
Muqbil bin Hâdi Al-Wâdi'i v. Beliau senantiasa menanamkan dan menumbuhkan kecintaan,
pemuliaan, dan pembelaan terhadap para 'ulama sunnah di sanubari murid-muridnya. Beliau
mentarbiyyah para muridnya di atas prinsip agung nan mulia tersebut. Beliau tidak terluputkan dari
banyak menyebut-nyebut para 'ulama sunnah, dalam rangka memuji mereka dan memerintahkan para
muridnya untuk berpegang dengan para 'ulama besar tersebut, seperti Asy-Syaikh Bin Bâz, Asy-
Syaikh Al-Albâni, Asy-Syaikh Ibnu 'Utsaimîn, Asy-Syaikh Rabî' bin Hâdi, Asy-Syaikh 'Abdul
Muhsin Al-'Abbâd, dan lain-lain. Bahkan dulu beliau juga sering menyebut-nyebut para masyâikh
Yaman, padahal tingkatan dan kedudukan mereka berada di bawah beliau, mengingatkan mereka
dengan sunnah dan ilmu, memotivasi kaum muslimin untuk mengambil faidah dari mereka dan ilmu
mereka, serta bergabung ke ma'had-ma'had mereka. Ini sudah ma'lûm dan masyhûr dari beliau
rahmatullâh 'alaihi.
Sungguh betapa indah Ma'had Dammâj. Ilmu diutamakan, para 'ulama dihargai, dimuliakan, dicintai,
dan dibela. Persatuan, ukhuwwah, kasih sayang, dan kecintaan tumbuh dengan sangat kuat dan
subur, baik antar murid, antara murid dengan syaikhnya, antar masyâikh, maupun antara umat dengan
'ulamanya.
Namun sayang, di Ma'had Dammâj pimpinan Yahyâ Al-Hajûri sekarang, prinsip agung ini mulai
diruntuhkan. Harga diri dan kehormatan para 'ulama, baik di Yaman maupun di luar Yaman, dijatuhkan
dan direndahkan. Telah berapa banyak 'ulama, baik di timur maupun di barat, yang tidak mereka
hormati, tidak mereka hargai, dan tidak mereka dengar nasehatnya.
٨
Dengan lisannya yang tajam, Al-Hajûri siap melontarkan pelecehan bahkan caci maki terhadap para
'ulama sunnah. Ironisnya, Al-Hajûri mentarbiyyah ribuan muridnya dengan cara seperti ini. Sungguh
sering Al-Hajûri memperdengarkan kata-kata keji dan tidak senonoh di hadapan ribuan muridnya
tersebut, bahkan meskipun itu di masjid sekalipun.
Ribuan murid tersebut terdidik dengan cara pelecehan terhadap para 'ulama. Kedua telinga mereka
terbiasa mendengar para 'ulama direndahkan, dihinakan, dan dicaci maki. Maka bagaimanakah kiranya
kedudukan, kehormatan, dan kemuliaan para 'ulama Ahlus Sunnah tersebut di hadapan para murid
hasil tarbiyyah Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûri. Masih adakah penghormatan dan penghargaan terhadap
para 'ulama dalam sanubari mereka? Jika demikian kondisinya, bahwa sudah tercabut dari sanubari
mereka kecintaan dan kasih saya terhadap para 'ulama, maka bagaimana sikap mereka terhadap
umat? Adakah kasih sayang terhadap umat? Adakah kecintaan terhadap umat? Bagaimana dan apa
jadinya kalau para murid hasil didikan Al-Hajûri tersebut kembali ke negerinya masing-masing dan
terjun ke medan dakwah? Bisakah mereka membina dan mendidik umat dengan kasih sayang dan
kelembutan? Bisakah mereka menumbuhkan di tengah-tengah umat ukhuwwah, persatuan, kecintaan,
dan kasih sayang, serta penghargaan terhadap para 'ulama ahlus sunnah pewaris para nabi?
Asy-Syaikh Al-Wâlid Al-Waqûr Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi hafizhahullâh wa ra'âhu
mengingatkan dengan penuh kelembutan :
"Umat akan terus berada dalam kebaikan selama di tengah-tengah mereka ada para 'ulama yang
senantiasa mengikuti Al-Qur`an dan As-Sunnah, yang memperhatikan kondisi umat. Umat akan terus
berada dalam kebaikan selama mereka senantiasa menghargai dan menghormati para 'ulama serta
senantiasa mengikuti nasehat-nasehat para 'ulama. Karena nasehat merupakan sesuatu yang sangat
berharga dan mahal nilainya. Oleh karena itu, sudah seharusnya bagi para 'ulama untuk senantiasa
mencurahkan berbagai nasehat kepada umat pada setiap saat. Karena tidak ada kehidupan bagi umat
ini kecuali dengan ilmu, agama, dan dengan keberadaan para 'ulama mereka. Dengan nasehat para
'ulama tampaklah al-haq dan terbantahlah segala kebatilan."
Mungkin di antara pembaca ada yang masih belum tergambar sejauh mana bahaya hasil tarbiyyah
para murid di Ma'had Dammâj saat ini. Betapa banyak keindahan di ma'had tersebut pada masa Asy-
Syaikh Muqbil v hanya tinggal kenangan yang kini telah sirna. Maka di sini kami bawakan sedikit
gambaran, bagaimana para 'ulama sunnah telah direndahkan dan dicaci maki sedemikian rupa di
Ma'had Dammâj. Semoga Allah mengembalikan Ma'had Dammâj yang kita cintai sebagaimana
sedia kala pada masa Al-'Allâmah Al-Muhaddits Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdi Al-Wâdi'i v, serta Allah
jauhkan dari pihak-pihak yang akan mencoreng dan mengotori keindahan dan keharuman namanya.
Âmîn yâ Rabbal 'âlamîn … .
٩
PERTAMA :
CACI MAKI DAN CELAAN TERHADAP MASYÂIKH SECARA GLOBAL
Terhadap Para Masyâikh Dakwah Salafiyyah di Yaman secara Global
Ketika Al-Hajûri ditanya tentang bagaimana menyikapi penjelasan/hasil ijtimâ' yang ditandatangani oleh
kibârul masyâikh di Yaman, maka dengan enteng Al-Hajûri menjawab :
... ﻭﻣﻊ ﺧﻄﺄ،ﺍﻟﺘﻌﺎﻣﻞ ﻣﻊ ﺑﻴﺎﻥ ﺍﳌﺸﺎﺋﺦ ﺣﻔﻈﻬﻢ ﺍﷲ ﺗﻌﺎﻣﻞ ﻣﻊ ﺯﻟﺔ ﺣﺼﻠﺖ ﻣﻨﻬﻢ
"Menyikapi penjelasan (hasil ijtimâ') masyâikh –hafizhahumullâh- adalah seperti menyikapi
ketergelinciran yang terjadi dari mereka, dan seperti menyikapi sebuah kesalahan … ." [ dari kaset
As`ilah Syabâb 'Adn ]
Demikianlah, ijtimâ' para masyâikh kibâr dinyatakan oleh Al-Hajûri sebagai suatu kesalahan. Padahal
ijtimâ' seperti itu dalam rangka menjalankan wasiat Asy-Syaikh Muqbil v, bahkan merupakan
merupakan permintaan Asy-Syaikh Rabî' hafizhahullâh. Di samping isinya adalah menuangkan hasil
pertemuan para masyâikh Da'wah Yaman di hadapan Asy-Syaikh Rabî' pada musim haji 1428 H, dan
Al-Hajûri sendiri termasuk yang hadir pada pertemuan musim haji tersebut!!
Di sini Al-Hajûri menyatakannya sebagai kesalahan, bahkan pada kesempatan lain, tepatnya pada
kaset ceramahnya yang berjudul "Nashîhatul Ahbâb ..." Al-Hajûri menyatakan pertemuan semacam
itu sebagai muhdats (bid'ah)!!
١٠
memastikan dari salaf tentang (bolehnya) lajnah yang kalian (masyâikh Yaman) bentuk, dan juga
berbagai ijtimâ' dalam setiap kejadian bahwa kita harus berbuat begini dan begitu … ."
Perhatikanlah pernyataan Al-Hajûri, "Saya tantang kalian … " demikiankah cara berbicara terhadap
para masyâikh dan para 'ulama yang mulia? Demikiankah cara mendidik ribuan murid yang duduk di
hadapannya? Bagaimana kiranya harga diri para 'ulama mulia di hadapan ribuan muridnya tersebut?
Lâhaula walâ Quwwata illâ billâh.
c. Al-Hajûri tidak takut terhadap siapapun, bahkan terhadap seorang 'ulama besar
sekalipun!
Masih dalam rangkaian penentangan Al-Hajûri terhadap para masyâikh yang tidak bisa menerima
vonis bahwa Asy-Syaikh 'Abdurrahmân sebagai hizbi, karena ketidakmampuan Al-Hajûri menampilkan
bukti dan hujjah atas vonisnya tersebut. Maka kembali Al-Hajûri berkata di hadapan ribuan muridnya :
... ﻟﺴﺖ ﳎﺎﻣﻼ ﻷﺣﺪ،ﻟﺴﺖ ﻣﺘﻬﻴﺒﺎ ﻷﺣﺪ
"Aku tidak takut pada seorang pun, aku bukanlah orang yang berbasa-basi terhadap seorang pun … ."
Perhatikan, Al-Hajûri menegaskan bahwa dirinya tidak takut pada seorang pun dan tidak mau berbasa-
basi pada seorang pun! Termasuk para 'ulama, para masyâikh yang mulia dan utama sekalipun!! Ya,
demikian. Ini bukan hanya kesimpulan, tapi tegas-tegas ia ucapkan. Perhatikan ucapan Al-Hajûri :
! ﻭﺍﷲ! ﻭﻟﻮ ﺿﺨﻢ،ﻭﻟﺴﻨﺎ ﻧﺘﻬﻴﺐ ﻣﻦ ﺃﺣﺪ
"Kita tidak takut kepada seorang pun, demi Allah! walaupun dia (seorang 'ulama) besar!!"
[ dinukil dari kaset as`ilah ash-hâb al-khaishah ]
Al-Hajûri juga mengatakan :
ﻭﺍﷲ ﻣﺎ ﺃﺭﻳﺪ ﺃﻋﲔ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ – ﻳﻌﲏ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻟﻮﺻﺎﰊ – ﻭﻻ ﺧﻮﻓﺎ ﻣﻨﻪ ﻭﻻ ﻣﻦ ﲨﻴﻊ ﺍﳌﺸﺎﻳﺦ ﺷﺮﻗﺎ ﺃﻭ ﻏﺮﺑﺎ
"Demi Allah saya tidak ingin membantu syaithan terhadapnya (yakni Asy-Syaikh Al-Wushâbi), bukan
karena takut darinya (Asy-Syaikh Al-Wushâbi) dan bukan pula takut kepada semua masyâikh, baik
(masyâikh yang ada) di timur maupun (masyâikh yang ada) di barat."
[ dinukil dari kaset Al-Hajûri yang berjudul Nashîhatul Ahbâb … ]
Silakan para pembaca menilai berbagai ucapan di atas dengan mîzân Al-Qur`an dan As-Sunnah.
١١
ﻓﻘﻮﻟﻪ، ﻓﻜﻞ ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﺑﺬﻟﻚ ﻓﻬﻮ ﻣﻌﺎﻧﺪ ﻟﺪﻋﻮﺓ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﻣﻌﺎﺿﺪ ﻟﺪﻋﻮﺓ ﺍﳌﻀﺎﺩﻳﻦ ﳍﻢ،ﻛﻞ ﻣﻦ ﺃﻓﱴ ﺑﺬﻟﻚ ﻓﺘﻮﺍﻩ ﺑﺎﻃﻠﺔ
.ﻣﺮﻓﻮﺽ ﻭﻫﻮ ﻳﻌﺘﱪ ﻣﻦ ﺍﳌﻨﺎﻭﺋﲔ ﻟﻨﺎ ﺃﻳﺎ ﻛﺎﻥ ﳑﻦ ﻗﺎﻡ ﻳﺘﺼﺪﻯ ﲟﺜﻞ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻗﻮﺍﻝ ﻛﻼﻣﻪ ﺑﺎﻃﻞ ﻛﻼﻣﻪ ﻣﺮﻓﻮﺽ
"Semua pihak yang berfatwa demikian 7) maka fatwanya batil, semua pihak yang mengucapkan
ucapan tersebut maka dia tergolong penentang dakwah ahlus sunnah sekaligus sebagai pembela
dakwah para penentang ahlus sunnah, maka fatwanya tersebut tertolak. Sekaligus dia tergolong
penentang kita. Siapapun orangnya, yang berupaya membantah (dengan) ucapan-ucapan
seperti itu, maka ucapannya adalah batil, ucapannya tertolak."
[ dinukil dari kaset Al-Hajûri yang berjudul as`ilah ash-hâb al-khaishah ]
Lâhaula walâ Quwwata illâ billâh! Betapa lancangnya ucapan-ucapan tersebut!! Bagaimana Al-Hajûri
bisa sanggup mengucapkan kalimat-kalimat yang sangat lancang dan menantang tersebut?!! Kita
berlindung kepada Allah..
Padahal yang menasehatkan dan berfatwa untuk menghentikan berbagai malzamah dan kaset
tersebut adalah para 'ulama dan masyâikh kibâr. Di antaranya, Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil
Wahhâb Al-Wushâbi. Demikian juga para masyâikh Dakwah Salafiyyah di Yaman lainnya. Dalam
ijtimâ' di Al-Haudaidah 5 Muharram 1429 H para masyâikh tersebut menegaskan :
... ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﳌﻨﺎﻓﺤﲔ ﻋﻦ ﻣﺮﻛﺰ ﺩﻣﺎﺝ،ﻛﻤﺎ ﺃﻧﻪ ﻳﻠﺰﻡ ﺍﻟﺘﻮﻗﻒ ﻋﻦ ﺻﺪﻭﺭ ﺗﻠﻚ ﺍﳌﻼﺯﻡ ﻭﺍﻷﺷﺮﻃﺔ
"Sebagaimana juga wajib menghentikan terbitnya berbagai malzamah dan kaset tersebut, dari pihak
yang membela ma'had Dammâj, … "
Kesepatakan ijtimâ' Al-Hudaidah tersebut telah ditandatangani oleh para kibârul masyâikh di Yaman,
ahlul halli wal 'aqdi, yaitu : Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi, Asy-Syaikh
Muhammad bin 'Abdillâh Al-Imâm, Asy-Syaikh 'Abdul 'Azîz bin Yahyâ Al-Bura'i, Asy-Syaikh
'Abdullâh bin 'Utsmân Adz-Dzamâri, Asy-Syaikh Muhammad bin Shâih Ash-Shûmali, Asy-Syaikh
'Abdul Mushawwir Al-'Arûmi, dan Asy-Syaikh 'Utsmân bin 'Abdillâh As-Sâlimi hafizhahumullâh wa
ra'âhum ajma'în.
Termasuk juga Imâmul Jarhi wat Ta'dîl Asy-Syaikh Rabî' bin Hâdi Al-Madkhali, beliau juga
menasehatkan untuk menghentikan malzamah dan kaset-kaset tersebut.
Maka, dengan berbagai tantangan dan ucapan tidak senonoh Al-Hajûri di atas, para 'ulama kibâr yang
mulia tersebut berarti terkenai berbagai ancaman dan tantangan Al-Hajûri. Para 'ulama tersebut berarti:
- fatwanya batil
- penentang dakwah ahlus sunnah
- pembela dakwah para penentang ahlus sunnah
- ucapannya tertolak
- ucapannya adalah batil, ucapannya tertolak
dan para 'ulama mulia tersebut berarti juga terkenai ancaman Al-Hajûri, yaitu :
- akan dihinakan kehormatannya
- akan dibongkar aibnya
Sebuah nasehat yang baik dan bijaksana serta penuh kasih sayang dari para 'ulama yang berilmu dan
bijak, ditanggapi dengan kata-kata tidak senonoh, kasar, dan menantang.
Yang juga sangat menarik untuk diperhatikan adalah ucapan Al-Hajûri menyikapi nasehat 'ulama yang
menyarankan penghentian kaset-kaset ceramah dan artikel-artikelnya dalam rangka memadamkan api
fitnah dan menjaga persatuan salafiyyîn. Al-Hajûri berkata :
7
Yaitu fatwa-fatwa 'ulama yang menyarankan untuk menghentikan berbagai artikel dan kaset Al-Hajûri dan murid-muridnya terkait dengan
vonis mereka terhadap Asy-Syaikh 'Abdurrahmân.
١٢
"Semua pihak yang berfatwa demikian maka fatwanya batil, semua pihak yang mengucapkan ucapan
tersebut maka dia tergolong penentang dakwah ahlus sunnah sekaligus sebagai pembela dakwah
para penentang ahlus sunnah, maka fatwanya tersebut tertolak. Sekaligus dia tergolong
penentang kita. Siapapun orangnya, yang berupaya membantah (dengan) ucapan-ucapan
seperti itu, maka ucapannya adalah batil, ucapannya tertolak."
Dalam ucapannya di atas Al-Hajûri berupaya memposisikan semua pihak yang tidak bisa menerima
berbagai vonisnya sebagai penentang dakwah Ahlus Sunnah, bukan sekadar menentang dirinya tapi
telah terposisi sebagai penentang dakwah Ahlus Sunnah, sekalipun yang menentang adalah 'ulama
kibâr. Sungguh ini merupakan sikap ghuluw (berlebihan) sekaligus merupakan pembodohan dan
pembunuhan karakter murid-muridnya. Sehingga janganlah para pembaca heran jika ada beberapa
asâtidzah di Indonesia yang ikut-ikutan divonis sebagai hizbi, atau orang yang berpenyakit, atau
penentang dakwah ahlus sunnah, atau berbagai istilah lainnya, ketika para asâtidzah tersebut –
hafizhahumullâh- tidak bisa menerima berbagai vonis Al-Hajûri dalam urusan dakwah. Bahkan
berbagai pihak tersebut, termasuk asâtidzah, telah diposisikan sebagai orang yang menjauhkan atau
menghalangi para salafiyyîn dari Ma'had Dammâj. Padahal hakekatnya adalah para asâtidzah tersebut
tidak akan pernah menghalangi para salafiyyîn dari Ma'had Dammâj jika kondisi Ma'had Dammâj
sekarang seperti kondisi Ma'had Dammâj pada masa Asy-Syaikh Muqbil masih hidup, yaitu ma'had
yang penuh dengan suasana ilmiah jauh dari berbagai vonis tanpa ilmu atau doktrin-doktrin yang
penuh ancaman, ma'had yang penuh dengan sikap ta'âwun, kecintaan, kasih sayang, dan persatuan,
serta pemulian, penghormatan, dan penghargaan terhadap para 'ulama ahlus sunnah. Suasana
tersebut benar-benar tertanam di sanubari para muridnya di kala itu.
Padahal sudah maklum bahwa para masyâikh kibâr di Yaman maupun di luar Yaman mengatakan
bahwa Asy-Syaikh 'Abdurrahmân bukan hizbi.
Tahukah para pembaca siapakah para masyâikh yang tidak mau menyatakan bahwa Asy-Syaikh
'Abdurrahmân hizbi? Mereka antara lain (sekadar contoh) :
• Al-Wâlid Ash-Shabûr Al-Waqûr Az-Zâhid Al-'Allâmah Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil
Wahhâb,
• Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdillâh Al-Imâm,
• Asy-Syaikh 'Abdul 'Azîz Al-Bura'i,
• Asy-Syaikh 'Abdullâh bin 'Utsmân Adz-Dzamâri,
• Asy-Syaikh Muhammad bin Shâlih Ash-Shaumali,
• Asy-Syaikh 'Abdul Mushawwir,
• Asy-Syaikh 'Utsmân bin 'Abdillâh As-Sâlimi,
١٣
Para masyâikh di atas telah digelari oleh Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdi Al-Wâdi'i sebagai ahlul halli wal
'aqdi (orang-orang yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai problem). Sekaligus
mereka adalah para pembesar dakwah salafiyyah di Yaman.
Lalu kalau begitu apa sebenarnya yang melatarbelakangi berbagai tahdzîr Asy-Syaikh Yahyâ Al-
Hajûri? Masalah manhaj kah? Atau aqidah? Maka Asy-Syaikh Rabî' kembali menegaskan dengan
mengatakan :
ﻓﻴﻬﻢ ﺃﻏﺮﺍﺽ ﺷﺨﺼﻴﺔ
"Pada mereka ada kepentingan-kepentingan pribadi."
Penegasan yang sama juga telah dinyatakan oleh para masyâikh kibâr di Yaman, dalam ijtimâ' mereka
di Ma'bar 12 Rabî'ul Awwâl 1428 H.
Demikian juga, Asy-Syaikh 'Abdul Mushawwir Al-'Arûmi, pada bulan Ramadhan 1429 H tatkala
beliau berada di kota Jeddah, beliau dimintai nasehat tentang fitnah yang terjadi di Yaman. Maka
beliau menjawab :
ﺍﺟﺘﻤﻌﻨﺎ ﻣﻊ ﻣﺸﺎﻳﺦ ﺍﻟﻴﻤﻦ ﻭﻛﻠﻤﺘﻨﺎ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺍﻟﻌﺪﱐ ﻟﻴﺲ ﲝﺰﰊ،ﺍﳊﻤﺪ ﷲ
"Alhamdulillâh, kami telah melakukan ijtimâ' (pertemuan) dengan para masyâikh, dan sikap kami satu,
yaitu bahwa Asy-Syaikh 'Abdurrahmân Al-'Adani bukan hizbi."
Demikianlah, Imâmul Jarh wat Ta'dil dan para masyâikh Dakwah Salafiyyah, tidak satupun dari mereka
yang menyatakan bahwa Asy-Syaikh 'Abdurrahmân sebagai hizbi. Bahkan mereka tetap menyatakan
bahwa Asy-Syaikh 'Abdurrahmân sebagai ahlus sunnah. Tidak ada alasan sama sekali untuk
mengeluarkan Asy-Syaikh 'Abdurrahmân dari barisan ahlus sunnah. Artinya, jarh dan tahdzîr Al-Hajûri
terhadap Asy-Syaikh 'Abdurrahmân sama sekali tidak diterima oleh para 'ulama.
Namun dengan berbagai ucapan tidak senonoh dan lancang yang dilontarkan oleh Al-Hajûri di atas,
berarti secara tidak langsung Al-Hajûri:
١٤
- Telah mengatakan kepada Asy-Syaikh Rabi' hendaknya malu kepada dirinya sendiri, kepada
Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri hendaknya malu kepada dirinya sendiri, kepada Asy-Syaikh Al-
Wushâbi, Asy-Syaikh Muhammad Al-Imâm hendaknya mereka semua malu pada dirinya
sendiri, karena mereka telah membela Asy-Syaikh 'Abdurrahmân dan tidak mau
mengatakannya sebagai hizbi.
Astaghfirullâhal 'Azhîm ….
Di antara yang cukup menarik untuk disebutkan di sini, sekaligus sebagai salah satu bukti bahwa Asy-
Syaikh 'Abdurrahmân bukanlah seorang hizbi, adalah kunjungan beberapa masyâikh Yaman, antara
lain Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb dan Asy-Syaikh 'Abdul 'Azîz Al-Bura'i, ke Ma'had
Asy-Syaikh 'Abdurrahmân yang baru beliau dirikan bersama salafiyyîn di sana. Kunjungan tersebut
terjadi pada hari Sabtu tanggal 10 Dzulqa'dah 1429 H (kurang lebih baru dua bulan yang lalu).
Tentunya ini sebagai salah satu bukti bahwa ma'had Asy-Syaikh 'Abdurrahmân tersebut termasuk
salah ma'had Ahlus Sunnah, sebagaimana ditegaskan pula oleh para masyâikh dalam muhâdharah-
nya, bukan sebagai ma'had hizbi sebagaimana dituduhkan.
Dalam upayanya untuk tetap memaksakan vonis sebagai hizbi, Al-Hajûri dan murid-muridnya –tak
luput pula anak-anak Indonesia yang sangat ta'ashshub terhadap Al-Hajûri- berupaya untuk
mengesankan bahwa para masyâikh tidak mengetahui hakekat permasalahan yang sebenarnya, dan
mengatakan bahwa "ahlu Makkah adrâ bisyi'âbihâ" (Penduduk suatu negeri lebih mengetahui tentang
seluk beluk negeri tersebut) atau dengan kata lain "ahlul bait adrâ bimâ fîhi" (penghuni rumah lebih
mengetahui tentang apa yang ada di dalamnya).
Untuk menjawab syubhat di atas, cukup kami nukilkan pernyataan Asy-Syaikh 'Abdul 'Azîz Al-Bura'i
yang beliau sampaikan pada tanggal 3 Syawwâl 1429 H :
ﻓﻬﺬﺍ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺜﺎﻟﺚ ﻣﻦ ﺷﻬﺮ ﺷﻮﺍﻝ ﻋﺎﻡ ﺃﻟﻒ ﻭﺃﺭﺑﻌﻤﺎﺋﺔ ﻭﺗﺴﻌﺔ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻫﺠﺮﻳﺔ ﻭﳓﻦ ﰲ ﻣﺮﻛﺰﻧﺎ ﺍﳌﺒﺎﺭﻙ ﻣﻔﺮﻕ ﺣﺒﻴﺶ ﻗﺪ ﺯﺍﺭﻧﺎ
ﺃﺳﺄﻝ ﺍﷲ ﺃﻥ ﳚﻤﻊ ﻗﻠﻮﺏ ﺃﻫﻞ،ﺇﺧﻮﺍﻧﻨﺎ ﰲ ﺍﷲ ﻣﻦ ﺗﻌﺰ ﻭﳍﻢ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺳﺌﻠﺔ ﺣﻮﻝ ﻣﺎ ﻫﻮ ﺩﺍﺋﺮ ﰲ ﺍﻟﺴﺎﺣﺔ ﰲ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﺍﳊﺎﺻﻠﺔ
ﻭﺧﻼﺻﺔ ﺗﻠﻚ ﺍﻷﺳﺌﻠﺔ ﺃﻭ ﳎﻤﻮﻉ ﺗﻠﻚ ﺍﻷﺳﺌﻠﺔ ﻛﻠﻬﺎ ﰲ ﺷﺄﻥ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﳛﲕ ﺍﳊﺠﻮﺭﻱ ﻭﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ.ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﻳﻮﺣﺪ ﻛﻠﻤﺘﻬﻢ
. ﻭﻣﺎ ﻫﻮ ﻣﻠﺤﻖ ﺑﺬﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﳌﺴﺎﺋﻞ،ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺍﻟﻌﺪﱐ
ﲨﻠﺔ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﺃﻥ ﻣﺸﺎﻳﺦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﳉﻤﺎﻋﺔ ﻋﺎﺷﻮﺍ ﻣﻊ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻘﻀﻴﺔ ﻣﻨﺬ ﻣﻬﺪﻫﺎ ﻭﺗﺎﺑﻌﻮﺍ ﲨﻴﻊ: ﻓﺄﻗﻮﻝ ﺑﺎﺭﻙ ﺍﷲ ﻓﻴﻜﻢ
ﻻ ﺳﻴﻤﺎ ﻭﺍﳌﻼﺣﻈﺔ، ﻭﻟﻜﻨﻬﻢ ﻳﻌﻠﻤﻮﻥ ﻛﻞ ﻣﺎ ﻫﻮ ﺩﺍﺋﺮ ﻭﻛﻞ ﻣﺎ ﻫﻮ ﺣﺎﺻﻞ،ﺎ ﻭﻻ ﻳﻠﺰﻡ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻧﻮﺍ ﻗﺮﺅﻭﺍ ﻛﻞ ﻣﺎ ﻧﺸﺮﺣﺮﻛﺎ
ﻭﺗﻠﻚ ﺍﻟﺴﺎﻋﺎﺕ ﺍﻟﱵ ﺗﻘﻀﻰ ﻟﻴﺴﺖ ﰲ ﻣﺴﺎﺋﻞ ﻫﺎﻣﺸﻴﺔ ﺃﻭ،ﻠﺲ ﻳﺘﻜﻮﻥ ﻣﻦ ﻋﺪﺓ ﺳﺎﻋﺎﺕﺃﻧﻪ ﺇﺫﺍ ﰎ ﺍﻟﻠﻘﺎﺀ ﺑﺄﺣﺪ ﺍﻟﻄﺮﻓﲔ ﻓﺈﻥ ﺍ
ﺇﺿﺎﻓﺔ ﺇﱃ ﺍﻟﺮﺳﻞ،ﺟﺎﻧﺒﻴﺔ ﺑﻞ ﻫﻲ ﰲ ﺻﻠﺐ ﺍﳌﻮﺿﻮﻉ ﺇﺿﺎﻓﺔ ﺇﱃ ﻣﺎ ﻫﻮ ﺣﺎﺻﻞ ﻣﻦ ﻟﻘﺎﺀﺍﺕ ﺃﺧﺮﻯ ﻣﻊ ﻋﺪﻡ ﻭﺟﻮﺩ ﺍﻟﻄﺮﻓﲔ
ﺎﻟﺲ ﻣﻦ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﻄﺮﻓﲔ ﺃﻭ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺃﻭ ﺑﺎﻷﺻﺢ ﺃﺗﺒﺎﻉﻭﺍﻟﺮﺳﺎﺋﻞ ﻭﺍﳍﻮﺍﺗﻒ ﻓﻴﻤﺎ ﺑﻴﻨﻬﻢ ﺇﺿﺎﻓﺔ ﺇﱃ ﺍﳌﻜﺎﳌﺎﺕ ﺍﳍﺎﺗﻔﻴﺔ ﻭﺍﻷﺳﺌﻠﺔ ﰲ ﺍ
. ... ،ﻢ ﻗﺪ ﻧﻈﺮﻭﺍ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﲨﻴﻊ ﺃﻃﺮﺍﻓﻬﺎ ﻭﺃ،ﺍﻟﻄﺮﻓﲔ ﺃﻭ ﻏﲑﻫﻢ ﻓﻬﺬﺍ ﻛﻠﻪ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﻣﻨﻬﻢ ﺑﺎﻟﻘﻀﻴﺔ ﺍﻟﺪﺍﺋﺮﺓ
"Maka ini adalah hari ke-3 dari bulan Syawwâl tahun 1429 H, dan kita sedang berada di Ma'had kami
yang barakah di daerah Mafraqhubaisy. Para Ikhwan fillâh dari kota Ta'iz telah berziarah kepada kami,
dan mereka memiliki beberapa pertanyaan seputar permasalahan yang terjadi di medan dakwah terkait
dengan kasus fitnah yang sedang berlangsung. Aku memohon kepada Allah untuk menyatukan hati
ahlus sunnah dan menyatukan sikap mereka. Kesimpulan berbagai pertanyaan tersebut terkait dengan
perkara Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûri dan Asy-Syaikh 'Abdurrahmân Al-'Adani beserta beberapa
masalah lain yang mengiringinya.
١٥
Maka aku berkata bârakallâh fîkum : Kesimpulan permasalahan adalah, bahwa para masyâikh Ahlus
Sunnah telah benar-benar hidup bersama dengan peristiwa tersebut sejak awal kemunculannya dan
mengikuti seluruh kejadian-kejadiannya, walaupun tidak berarti mereka membaca semua tulisan yang
tersebar, namun mereka (para masyâikh tersebut) mengetahui semua yang berlangsung dan semua
yang terjadi. Terlebih lagi dan yang perlu diperhatikan bahwa apabila terjadi sebuah pertemuan (ijtimâ')
dengan salah satu pihak dari dua belah pihak yang berselisih, maka majelis tersebut memakan waktu
berjam-jam, dan waktu yang berjam-jam yang dihabiskan tersebut bukan membahas masalah-masalah
cabang atau sampingan, namun membahas inti permasalahan. Ditambah lagi dengan dengan adanya
berbagai upaya pertemuan (ijtimâ'-ijtimâ') tanpa dihadiri oleh kedua belah pihak. begitu pula dengan
adanya berbagai adanya utusan, surat-surat dan berbagai peneloponan antar mereka (para masyâikh)
dan berbagai penelponan serta pertanyaan di berabagai majelis yang disampaikan oleh kedua belah
pihak atau sebagian mereka atau lebih tepatnya yang disampaikan oleh para pengikut kedua belah
pihak dan yang lainnya.
Tentunya ini semua menunjukkan bahwa para masyâikh tersebut benar-benar bersikap di atas
pengetahuan tentang problem yang terjadi, dan bahwasanya mereka (para masyâikh) telah
meneliti permasalahan tersebut dari berbagai sisinya, … ."
Pernyataan Asy-Syaikh 'Abdul 'Azîz Al-Bura'i di atas menunjukkan bahwa para masyâikh kibâr Ahlus
Sunnah di Yaman sudah benar-benar telah mengkaji dan mempelajari permasalahan yang terjadi
dengan seksama, dilandasi dengan ketaqwaan, kehati-hatian, dan ilmu. Termasuk segala
argumentasi/hujjah dan alasan Al-Hajûri dalam memvonis Asy-Syaikh 'Abdurrahmân. Namun demikian
para masyâikh tersebut masih mempertanyakan mana buktinya? Menunjukkan bahwa segala yang
dianggap argumen dan hujjah oleh Al-Hajûri -lengkap dengan caci makinya- sebagai dasar vonis hizbi
bagi Asy-Syaikh 'Abdurrahmân, tidak diterima oleh para masyâikh. Segala hujjah Al-Hajûri tidak
dianggap oleh para masyâikh tersebut sebagai hujjah yang bisa diterima sebagai landasan memvonis
Asy-Syaikh 'Abdurrahmân sebagai hizbi.
Kesepakatan Al-Hudaidah, yang dilakukan pada 5 Muharram 1429 H, merupakan pertemuan yang
dihadiri para masyâikh kibâr Dakwah Salafiyyah di Yaman. Pertemuan tersebut merupakan pertemuan
yang menyimpulkan hasil pertemuan beberapa masyâikh Yaman tersebut di kediaman Asy-Syaikh
Rabî' pada musim haji tahun 1428 H, sekaligus menuangkan hasil pertemuan tersebut secara tertulis.
Dalam kesepakatan Al-Hudaidah tersebut ditegaskan bahwa kesimpulan pertemuan para masyâikh
dengan Asy-Syaikh Rabî' tersebut adalah Asy-Syaikh Yahyâ bin 'Ali Al-Hajûri menghentikan tahdzîr-
nya terhadap Asy-Syaikh 'Abdurrahmân, dan Asy-Syaikh Yahyâ pun menyepakati keputusan
tersebut.
Namun tak lama kemudian, tepatnya dua hari setelah pertemuan Al-Hudaidah, kita dikejutkan dengan
kaset khusus yang dikeluarkan oleh Al-Hajûri berjudul Nashîhatul Ahbâb … . Dalam kaset tersebut Al-
١٦
Hajûri menunjukkan pengingkaran terhadap apa yang telah ia sepakati di hadapan Asy-Syaikh Rabî'
sebagaimana disebutkan oleh para masyâikh tersebut. Sungguh sangat luar biasa! Bahkan tak cukup
sampai di sana, dalam kaset tersebut juga, Al-Hajûri menyatakan bahwa pertemuan Al-Hudaidah
tersebut adalah muhdats (bid'ah)!! Lâhaula walâ Quwwata illâ billâh.
Kalau para masyâikh sudah divonis oleh Al-Hajûri telah menggunakan cara-cara makar, lalu siapa lagi
yang bisa kita percaya dari umat ini? Kepada siapa kita mengembalikan problema umat? Sungguh
salah satu pilar penting dakwah dan manhaj Ahlus Sunnah telah dirobohkan oleh Al-Hajûri. Suatu
gerakan yang sangat berbahaya sekali terhadap dakwah Ahlus Sunnah. Semoga Allah mengembalikan
Dammâj seperti sedia kala pada masa 'Allâmatul Yaman Asy-Syaikh Al-Muhaddits Muqbil bin Hâdi v
yang penuh kasih sayang dan tarbiyyah yang mulia. Semoga Allah menerima semua amalan beliau,
Âmîn Yâ Rabbal 'Âlamîn.
g. Ijtimâ' yang Dipenuhi dengan Nasehat Para 'Ulama Kibâr merupakan Ijtimâ' yang
Tidak Bermanfaat, Ta'ashshubiyyah, dan Tidak Ada Barakahnya
Al-Hajûri juga berkomentar tentang ijtimâ' ahlus sunnah di kota Asy-Syihr. Turut serta via telepon
dalam ijtimâ' tersebut para 'ulama terkemuka, yaitu Fadhîlatusy Syaikh Rabî' bin Hâdi Al-Madkhali,
Fadhîlatusy Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri, Fadhîlatusy Syaikh Ahmad bin Yahyâ An-Najmi, Fadhîlatusy
Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi. Dengan enteng Al-Hajûri mengomentari ijtimâ'
tersebut dengan mengatakan :
ﻛﻠﻬﺎ، ﺣﱴ ﻭﺇﻥ ﺩﻋﻮﺍ ﺑﻌﺾ ﺍﳌﺸﺎﻳﺦ ﺃﻭ ﺍﺗﺼﻠﻮﺍ ﺃﻭ ﻛﺬﺍ، ﺍﺟﺘﻤﺎﻋﺎﺕ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﻣﺮﻋﻲ ﻣﺎ ﺻﺎﺭﺕ ﻣﻔﻴﺪﺓ ﻭﺇﳕﺎ ﺻﺎﺭﺕ ﺗﻜﺘﻴﻠﻴﺔ...
... ، ﺳﻮﺍﺀ ﲨﻊ ﻗﻠﻴﻼ ﺃﻭ ﻛﺜﲑﺍ، ﺍﺟﺘﻤﺎﻋﺎﺕ ﻣﺎ ﲢﺘﻬﺎ ﺑﺮﻛﺔ، ... ، ﺗﻌﺼﺒﻴﺔ،ﻣﺎ ﻫﻲ ﻣﻔﻴﺪﺓ
"Ijtimâ'-ijtimâ' (yang diadakan oleh) 'Abdullâh Mar'i tidaklah bermanfaat, itu hanya pengkotak-kotakan,
meskipun mereka mengundang atau menelpon beberapa masyâikh. Semuanya tidaklah bermanfaat,
ta'ashshubiyyah. … Tidak ada padanya barakah. Semua ijtimâ' tersebut tidak ada padanya barakah,
baik mengumpulkan hadirin dalam jumlah sedikit maupun banyak. … " [ dinukil dari kaset as`ilah ash-
hâb al-khaishah ]
Seperti itukah prasangkamu wahai Al-Hajûri terhadap para 'ulama kibâr? Seperti itukah prasangkamu
terhadap Fadhîlatusy Syaikh Rabî' bin Hâdi Al-Madkhali, Fadhîlatusy Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri,
Fadhîlatusy Syaikh Ahmad bin Yahyâ An-Najmi, Fadhîlatusy Syaikh Muhammad bin 'Abdil
Wahhâb Al-Wushâbi yang telah ikut andil menyampaikan nasehat yang penuh dengan ilmu dan
pendidikan manhaj terhadap umat ini.
١٧
، ﺃﲢﺪﻯ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺮﻳﺪ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻭﻡ، ﺃﲢﺪﺍﻫﻢ،ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺮﻳﺪ ﺃﻥ ﻳﻨﻌﺶ ﺍﻟﻔﱳ ﻋﻠﻲ ﻭﻋﻠﻰ ﻣﺮﻛﺰ ﺩﻣﺎﺝ ﻳﻘﺎﻭﻡ ﺑﻴﻨﻨﺎ ﻭﺑﻴﻨﻬﻢ ﺍﻟﺘﺤﺪﻱ
، ﺃﻧﺎ ﺭﺍﻓﻊ ﺭﺃﺳﻲ ﰲ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻘﻀﻴﺔ ﻭﰲ ﻏﲑﻫﺎ، ﻧﻌﻢ ﺃﻧﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﳊﻖ ﻳﺎ ﺃﺧﻲ ﻭﺭﺍﻓﻊ ﺭﺃﺳﻲ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ.ﺃﲢﺪﺍﻫﻢ ﻛﻠﻬﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺮﻳﺪ ﻳﻘﺎﻭﻡ
... ﻭﻣﺎ ﺑﻘﻲ ﺇﻻ ﺍﻟﺘﻠﺒﻴﺲ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻭﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﻭﺍﻟﻘﻠﻘﻠﺔ،ﺃﻧﺎ ﻭﺇﺧﻮﺍﱐ ﻋﻠﻰ ﺍﳊﻖ ﻭﺑﻴﻨﺎ ﺍﳊﻖ ﺑﺄﲨﻞ ﺑﻴﺎﻥ ﻭﺃﻭﺿﺢ ﺍﻟﺒﻴﺎﻥ
"Yang ingin membangkitkan fitnah terhadapku dan terhadap ma'had Dammâj, maka mereka telah siap
menghadapi tantangan antara kita dan mereka. Saya tantang mereka!! Saya tantang siapa pun yang
ingin melawan!! Saya tantang mereka semuanya, yang ingin melawan!! Ya, saya berada di atas al-
haq ya akhî, dan saya mengangkat kepalaku ke langit!! Saya mengangkat kepalaku dalam
perkara ini (vonis Asy-Syaikh 'Abdurrahmân sebagai hizbi) dan perkara lainnya!! Saya dan saudara-
saudaraku berada di atas al-haq, dan kami telah menjelaskan al-haq tersebut dengan sebaik-baik
penjelasan dan sangat gamblang. Tidaklah tersisa lagi (setelah itu) kecual talbîs (pengkaburan) atas
kita, fitnah, dan kekacauan, …
[ dinukil dari kaset as`ilah ash-hâb Lahj ]
Perhatikan baik-baik ucapan Al-Hajûri : " … Ya, saya berada di atas al-haq ya akhî, dan saya
mengangkat kepalaku ke langit!! Saya mengangkat kepalaku dalam perkara ini (vonis Asy-Syaikh
'Abdurrahmân sebagai hizbi) dan perkara lainnya!! … "
Dia ucapkan kata-kata tersebut dengan nada menantang. Tidakkah dia ingat terhadap firman Allah :
Rasulullah bersabda :
ﻗﹶﺎﻝﹶ » ﺇِﻥﱠ.ﺔﹰﻨﺴ ﺣﹸﻠﻪﻌﻧﺎ ﻭﻨﺴ ﺣﻪﺑﻳﻜﹸﻮﻥﹶ ﺛﹶﻮ ﺃﹶﻥﹾﻳﺤِﺐ ﻞﹶﺟﻞﹲ ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﺮﺟ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ.« ٍﺮ ﻛِﺒﺓٍ ﻣِﻦ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻓِﻰ ﻗﹶﻠﹾﺒِﻪِ ﻣِﺜﹾﻘﹶﺎﻝﹸ ﺫﹶﺭﻦﺔﹶ ﻣﻨﻞﹸ ﺍﻟﹾﺠﺧﻳﺪ » ﻻﹶ
« ِﺎﺱﻂﹸ ﺍﻟﻨﻏﹶﻤ ﻭﻖ ﺍﻟﹾﺤﻄﹶﺮ ﺑ: ﺮ ﺍﻟﹾﻜِﺒ،ﺎﻝﹶﻤ ﺍﻟﹾﺠﻳﺤِﺐ ﻤِﻴﻞﹲﺍﷲَ ﺟ
"Tidak akan masuk al-jannah barangsiapa yang dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun
sekecil dzarrah." Seseorang bertanya : 'Sesungguhnya seseorang itu senang kalau bajunya bagus dan
sandalnya bagus.' Nabi menjawab : "Sesungguhnya Allah itu indah dan suka pada keindahan.
Namun kesombongan adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan manusia." [HR. Muslim
91, dari shahabat 'Abdullâh bin Mas'ûd ]
Terimalah wahai Al-Hajûri nasehat-nasehat para 'ulama. Hargailah mereka dengan sebaik-baik
penghargaan. Gunakanlah kata-kata yang baik dan santun terhadap mereka. Ingatlah bahwa anda
berbicara di hadapan ribuan murid, yang sangat membutuhkan pengenalan terhadap 'ulama kibâr dan
cara bersikap yang semestinya terhadap mereka. Janganlah kau hancurkan harga diri dan kehormatan
mereka dalam sanubari murid-muridmu yang berjumlah ribuan. Ingatlah terhadap hadits Rasulullah :
« ٌﺀﻰ ﺷﺍﺭِﻫِﻢﺯ ﺃﹶﻭ ﻣِﻦﻘﹸﺺﻳﻨ ﺮِ ﺃﹶﻥﹾ ﻏﹶﻴﺪِﻩِ ﻣِﻦﻌ ﺑﺎ ﻣِﻦﻤِﻞﹶ ﺑِﻬ ﻋﻦ ﻣﺭﻭِﺯﺎ ﻭﻫﺭﻪِ ﻭِﺯﻠﹶﻴﺌﹶﺔﹰ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻋﻴﺔﹰ ﺳﻨﻼﹶﻡِ ﺳ ﻓِﻰ ﺍﻹِﺳﻦ ﺳﻦﻣ» ﻭ
"Barangsiapa yang melakukan (mencontohkan) amalan yang jelek dalam Islam ini, maka dia akan
menanggung dosanya dan dosa-dosa yang beramal (menirum) amalan jelek tersebut tanpa berkurang
sedikitpun dari dosa-dosa mereka." [HR. Muslim 1017 dari shahabat Jarîr bin 'Abdillâh ]
i. Ancaman akan membongkar aib pihak mana pun yang berupaya menentangnya
Harga diri seorang pribadi muslim merupakan suatu yang sangat berharga dalam Islam. Hukum
asal harga diri dan kehormatan seorang muslim sangat terjaga dalam syari'at ini dan haram hukumnya
١٨
untuk dijatuhkan. Apalagi harga diri dan kehormatan para 'ulama serta para da'i. Rasulullah
bersabda dalam membela harga diri dan kehormatan setiap pribadi muslim, pada semua tempat dan
zaman, yang beliau sampaikan di atas mimbar dengan suara lantang :
ﻊﺒﺘ ﺗﻦ ﻣﻪ! ﻓﹶﺈِﻧﺍﺗِﻬِﻢﺭﻮﻮﺍ ﻋﺒِﻌﺘﻻﹶ ﺗ! ﻭﻢﻭﻫﺮﻴﻌﻻﹶ ﺗ! ﻭﻠِﻤِﲔﺴﺫﹸﻭﺍ ﺍﻟﹾﻤﺆﺎﻥﹸ ﺇِﻟﹶﻰ ﻗﹶﻠﹾﺒِﻪِ! ﻻﹶ ﺗﻳﻔﹾﺾِ ﺍﻹِﳝ ﻟﹶﻢﺎﻧِﻪِ ﻭ ﺑِﻠِﺴﻠﹶﻢ ﺃﹶﺳ ﻗﹶﺪﻦ ﻣﺮﺸﻌﺎ ﻣ» ﻳ
« ِﻠِﻪﺣﻑِ ﺭﻮ ﻓِﻰ ﺟﻟﹶﻮ ﻭﻪﺤﻳﻔﹾﻀ ﻪﺗﺭﻮ ﺍﷲُ ﻋﻊﺒﺘ ﺗﻦﻣ ﻭ،ﻪﺗﺭﻮ ﺍﷲُ ﻋﻊﺒﺘﻠِﻢِ ﺗﺴﺓﹶ ﺃﹶﺧِﻴﻪِ ﺍﻟﹾﻤﺭﻮﻋ
"Wahai segenap orang-orang yang berislam dengan ucapan lisannya namun keimanannya tidak
menyentuh qalbunya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian mencela
mereka, dan janganlah kalian mencari-cari aib mereka. Karena barangsiapa yang mencari-cari aib
saudaranya muslim, maka pasti Allah akan terus mengikuti aibnya. Barangsiapa yang diikuti oleh Allah
segala aibnya, maka pasti Allah akan membongkarnya walaupun dia (bersembunyi) di tengah
rumahnya." [HR. At-Tirmidzi no. 2032. Asy-Syaikh Al-Albâni v mengatakan bahwa hadits ini adalah
hadits yang hasan shahih]
Namun dengan sangat berani Al-Hajûri mengeluarkan ancaman terhadap siapa saja yang
menentangnya :
ﻭﺳﻴﺼﲑ ﺗﺎﺭﳜﺎ ﺃﺳﻮﺩ ﻋﻠﻴﻪ ﺇﱃ ﺃﻥ ﳝﻮﺕ، ﻭﺍﷲ ﻳﻔﻀﺢ ﻧﻔﺴﻪ،ﻭﺃﻧﺎ ﺃﻧﺼﺢ ﻛﻞ ﻭﺍﺣﺪ ﺃﻥ ﻻ ﻳﻔﻀﺢ ﻧﻔﺴﻪ ﺑﺎﻟﺘﺼﺪﻱ ﻟﺪﻣﺎﺝ ﻭﻟﻨﺎ
!!!
"Saya menasehati semua pihak untuk tidak membongkar aibnya sendiri dengan sebab mencoba
menentang Dammâj dan (mencoba menentang) kami, demi Allah (dengan itu) dia akan membongkar
aibnya sendiri, dan akan menjadi sejarah kelam baginya hingga dia mati."
[ dinukil dari kasetnya yang berjudul Nashîhatul Ahbâb … ]
Tidak hanya masyâikh Dakwah Salafiyyah di negeri Yaman yang menerima ketajaman lisan Al-Hajûri,
para masyâikh Dakwah Salafiyyah di Saudi 'Arabia pun mendapat getahnya. Harga diri dan
kehormatan mereka pun disinggung di hadapan ribuan muridnya. Berikut ini sekelumit nukilan tentang
beberapa ucapan Al-Hajûri terkait dengan para 'ulama di Saudi secara global, tanpa menyebut nama
tertentu.
ﺃﻳﻦ ﻫﻮ ﻫﺬﺍ ﺍﳌﺒﻄﻞ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺮﻳﺪ ﺃﻥ ﳝﻨﻊ ﺍﳊﻖ ﻗﺎﻝ ﺍﷲ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻟﻪ ﻛﺄﻧﻪ ﻋﺴﻜﺮﻱ ﻋﻠﻴﻚ ﻛﻴﻒ ﻫﺬﺍ؟! ﺃﺧﻮﻧﺎ ﺃﺑـﻮ ﺍﻟﺪﺣـﺪﺍﺡ
"ﻓﻼﻥ ﺗﻜﻠﻢ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﻘﺒﻞ ﺗﻜﻠﻢ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻷﻟﺒﺎﱐ ﺗﻜﻠﻢ ﻓﻤﺎ ﺑﺎﻝ ﻓﻼﻥ: ﳜﱪﱐ ﻳﻘﻮﻝ ﻫﺬﺍ ﻣﺒﺪﺃ ﺍﻵﻥ ﻣﺸﺘﻬﺮ ﰲ ﺍﻟﺴﻌﻮﺩﻳﺔ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ
ﻳﺘﻜﻠﻢ؟!" ﻃﻴﺐ ﻭﻣﺎﺫﺍ؟ ﻳﻌﲏ ﻭﺇﻥ ﺗﻜﻠﻢ ﻓﻼﻥ ﺗﻜﻠﻢ ﲝﻖ ﻭﺇﻻ ﺑﺒﺎﻃﻞ؟ ﺍﻟﻌﱪﺓ ﺑﺎﳊﻖ ﻭﻟﺴﺘﻢ ﻋﺴﺎﻛﺮ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﻭﻻ ﳓﻦ ﺧﺪﻡ ﻣﻌﻜـﻢ
ﺍﳊﻤﺪ ﷲ ﺍﻟﺬﻱ ﺣﺒﺐ ﺇﱃ ﻗﻠﻮﺑﻨﺎ ﻛﻠﻤﺔ ﺍﳊـﻖ, ﻧﺴﺄﻝ ﺍﷲ ﺍﻟﻌﺎﻓﻴﺔ ﻳﺎ ﺇﺧﻮﺍﻥ,ﻳﻌﲏ ﺗﻘﻮﻟﻮﻥ ﻟﻨﺎ ﺍﺟﻠﺴﻮﺍ ﳒﻠﺲ ﻭﻗﻮﻣﻮﺍ ﻧﻘﻮﻡ ﻭﺍﷲ
ﲨﻴﻌﺎ ﻭﷲ ﺍﳊﻤﺪ ﺍﻟﺬﻱ ﺣﺒﺐ ﺇﱃ ﻗﻠﻮﺑﻨﺎ ﺍﳊﻖ ﻭﻧﺼﺮﺓ ﺍﳊﻖ ﻭﻋﺪﻡ ﺍﳌﺒﺎﻻﺓ ﲟﻦ ﺧﺎﻟﻒ ﺍﳊﻖ ﻛﺎﺋﻨﺎ ﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﺃﻋﲏ ﰲ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺸﻲﺀ
.(.. ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﳒﻠﻪ ﻭﳓﺘﺮﻣﻪ ﻭﻟﻜﻦ ﺇﻥ ﺧﺎﻟﻒ ﺍﳊﻖ ﱂ ﻧﻘﻠﺪﻩ ﰲ ﺗﻠﻚ ﺍﳌﺨﺎﻟﻔﺔ
"Kemana dia si mubthil (orang yang berkata atau mengikuti kebatilan) ini yang hendak melarang
al-haq, firman Allah dan sabda Rasul-Nya, dia seolah-olah sok mau menjadi seorang tentara
militer yang semena-mena atas kamu, bagaimana ini?!! Saudara kami, Abud Dahdâ mengabarkan
bahwa ini telah menjadi sebuah mabdâ` (prinsip) di Saudi 'Arabia. Mereka berkata bahwa ('Ulama)
Fulan telah berbicara (tentang masalah itu), Asy-Syaikh Muqbil juga telah berbicara (tentang masalah
ini), begitu pula Asy-Syaikh Al-Albâni juga telah berbicara (tentang masalah tersebut), lalu apa
urusannya si fulan masih juga berbicara?! Baik, lalu mengapa? Walaupun si fulan juga berbicara, dia
١٩
berbicara dengan dasar kebenaran, lalu apakah dia (si fulan tersebut) berbicara atas dasar kebatilan?
Patokannya adalah kebenaran! Kalian bukanlah para tentara yang semena-mena atas kami dan
bukan pula kami sebagai jongos kalian! Kalian memerintahkan kepada kami, "Duduklah kalian!"
kemudian kami duduk?! atau "Berdirilah kalian!" kemudian kami berdiri?! Demi Allah, kami memohon
kepada Allah keselamatan wahai sekalian ikhwân. Alhamdulillâh yang telah menanamkan rasa cinta
kepada perkataan yang haq dalam qalbu-qalbu kami semua, walillâhilhamd yang telah menanamkan
rasa cinta kepada al-haq serta menolong kebenaran dalam qalbu-qalbu kami, serta sikap tidak peduli
terhadap siapa saja yang menyelisihi kebenaran, siapapun dia orangnya. Saya maksudkan dalam hal
itu walaupun seorang 'ulama yang kita menghormati dan menghargai, namun jika dia menyelisihi al-
haq maka dia tidak bertaqlid kepadanya dalam kesalahan tersebut. … ."
Asy-Syaikh 'Abdullâh bin Rabî' As-Salafy hafizhahullâh berkata : "Ucapan-ucapan senada ini sangat
banyak, bertebaran di kaset-kaset Al-Hajûri, baik dalam pelajaran-pelajaran maupun ceramah-
ceramahnya! Ucapan-ucapan yang tersebut di sini sudah mencukupi dan mewakili bagi barangsiapa
yang menginginkan kebenaran." [Mâdzâ Yunqimûna 'ala Asy-Syaikh Al-Hajûri?! – Juz ke-5, hal. 31]
Dijelaskan pula oleh beliau, ucapan di atas diarahkan oleh Al-Hajûri kepada salah seorang 'ulama di
Saudi 'Arabia yang nasehatnya berseberangan dengan "kebijakan" Al-Hajûri. Sehingga dengan itu Al-
Hajûri menyentuh kehormatan 'ulama tersebut dan memberinya gelar-gelar buruk, seperti : "si
mubthil!", "sok mau menjadi tentara militer terhadap kami!", "kami bukan jongos-jongos
kalian!".
Yang sangat menyedihkan, ucapan-ucapan semacam ini disampaikan di hadapan ribuan muridnya.
Tidak bisakah Al-Hajûri berucap dengan kata-kata lebih santun dan sopan, yang lebih layak dengan
gelar yang disandangnya sebagai seorang An-Nâshihul Amîn (Pemberi Nasehat yang Terpercaya),
tidakkah dia bisa menggunakan kata-kata yang tidak sampai menyinggung kehormatan dan harga diri
'ulama tersebut?
Namun begitulah pendidikan yang terjadi di Ma'had Dammâj era Al-Hajûri.
Penilaian Al-Hajûri Terhadap Al-Lajnah Ad-Dâ`imah lil Buhûtsil 'Ilmiyyah wal Iftâ`.
Al-Lajnah Ad-Dâ`imah lil Buhûts wal Iftâ` (Komite Tetap untuk Riset Ilmiyyah dan Fatwa) merupakan
salah satu lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah Saudi 'Arabia untuk bertanggungjawab dalam
masalah kajian dan penelitian ilmiah serta fatwa-fatwa agama. Beranggotakan para 'ulama kibâr Ahlus
Sunnah wal Jama'ah, antara lain :
• Al-'Allâmah Al-Mujaddid Asy-Syaikh 'Abdul 'Azîz bin Bâz v
• Asy-Syaikh 'Abdurrazzâq 'Afîfi v
• Asy-Syaikh 'Abdullâh bin 'Abdirrahmân bin Ghudayyân
• Asy-Syaikh Shâlih bin Fauzân Al-Fauzân
dan lain-lain
Lembaga yang mulia tersebut, yang duduk padanya para 'ulama kibâr Ahlus Sunnah wal Jama'ah,
sebuah lembaga yang telah banyak memberikan manfaat terhadap umat dengan berbagai bimbingan
dan fatwa ilmiahnya dalam berbagai bidang, baik aqidah, ibadah, muamalah, jual beli, pernikahan, dan
lainnya, sangat disayangkan lembaga mulia tersebut juga harus mendapatkan ketajaman lisan serta
pelecehan dari "Imâmuts Tsaqalain" Al-Hajûri.
Dalam salah satu kasetnya yang berjudul Tabyînul Kadzib wal Mîn Al-Hajûri berkata:
، ﻟﻜﻦ ﳓﻦ ﺣﺮﻳﺼﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﺍﻟـﺪﻟﻴﻞ،.. ﻭﻳﻌﺘﱪ.. ﺃﻗﻮﻝ ﻹﺧﻮﺍﱐ ﺃﻥ "ﻓﺘﺢ ﺍﻟﺒﺎﺭﻱ" ﻳﻌﺘﱪ ﻋﻨﺪﻧﺎ ﺃﻭﺳﻊ ﻭﻳﻌﺘﱪ ﻛﻨـﺰﺍ ﻭﻳﻌﺘﱪ..)
ﻻ: ﻭﺃﻧﺖ ﲤﺮ ﰲ "ﻓﺘﺢ ﺍﻟﺒﺎﺭﻱ" ﻓﺘﺠﺪ ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ ﺑﺪﻟﻴﻠﻬﺎ ﻭﲤﺮ ﻋﻠﻰ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﻓﺘﺠﺪ ﺍﻟﻔﺘﻮﻯ ﺭﲟﺎ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ
ﻓﺄﻧﺖ ﲝﺎﺟﺔ ﺇﱃ ﺩﻟﻴﻞ ﺃﻳﻀﺎﹰ ﺍﳊﺎﻓﻆ ﳏﺪﺙ ﺃﻗﻮﻯ ﻭﻻ ﺃﺣﺪ ﻳﻨﻜـﺮ, ﺭﲟﺎ ﻛﺬﺍ، ﺃﻭ ﻛﺬﺍ ﺭﲟﺎ ﻋﻠﻰ ﻋﺠﻞ، ﺃﻭ ﻫﺬﺍ ﻳﺼﺢ،ﻣﺎ ﻳﺼﺢ
.(.. ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ
٢٠
"Saya katakan kepada saudara-saudaraku bahwa (kitab) Fathul Bâri menurut kami lebih luas dan
termasuk perbendaharaan, sekaligus merupakan …, merupakan …, Namun kita sangat
mengutamakan dalil. Bila engkau membaca Fathul Bâri maka pasti engkau akan mendapatkan fatwa
lengkap dengan dalilnya. Namun kalau engkau membaca fatwa para 'ulama anggota Al-Lajnah
(Ad-Dâ`imah) maka engkau akan dapati mereka berfatwa bahwa sesuatu permasalahan bahwa
ini tidak benar, atau itu benar, atau demikian, bisa saja (fatwa-fatwa tersebut disampaikan)
dengan terburu-buru, bisa saja karena demikian. Sementara engkau membutuhkan dalil. Kemudian
juga Al-Hâfizh adalah seorang muhaddits (pakar ilmu hadits) yang lebih kuat, dan tidak ada seorang
pun dari anggota Al-Lajnah (Ad-Dâ`imah) yang bisa mengingkari hal tersebut."
Perhatikan para pembaca berbagai ucapan Al-Hajûri di atas, betapa ucapan yang sangat melecehkan.
Di sini, tidak ada salahnya kalau kita sedikit mengenal sekilas tentang kitab Fatwa Al-Lajnah Ad-
Dâ`imah. Kitab tersebut diterbitkan oleh Ar-Ri`âsah Al-'Ammah lil Buhûtsil 'Ilmiyyah wal Iftâ` tersebut
terdiri dari 26 jilid yang merupakan Al-Majmû'atul Ûlâ (Himpunan Pertama), dan masih akan
bersambung pada Al-Majmû'atuts Tsâniyah (Himpunan Kedua). 26 jilid kitab fatwa (Himpunan
Pertama) tersebut di dalamnya terdapat lebih dari 21.000 fatwa dalam berbagai masalah agama,
terutama masalah-masalah kontemporer, yang tidak jarang permasalahan tersebut sangat pelik dan
dibutuhkan oleh umat pada masa ini, yang juga sulit didapatkan di kitab-kitab fiqh terdahulu.
Tentunya umat pada masa ini sangat membutuhkan bimbingan para 'ulama tersebut dalam berbagai
fatwa mereka. Karena memang para 'ulama kibâr yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Dâ`imah di
bawah pimpinan Al-'Allâmah Al-Mujaddid Asy-Syaikh 'Abdul 'Azîz bin Bâz v, mereka adalah para
'ulama yang kita diperintah diperintah untuk bertanya dan mengembalikan berbagai permasalahan
umat ini kepada mereka.
Namun dengan sangat berani Al-Hajûri melecehkan kehormatan dan kapasitas ilmu para 'ulama
tersebut. Bila kita perhatikan pernyataan Al-Hajûri di atas :
"Bila engkau membaca Fathul Bâri maka pasti engkau akan mendapatkan fatwa lengkap dengan
dalilnya. Namun kalau engkau membaca fatwa para 'ulama anggota Al-Lajnah (Ad-Dâ`imah)
maka engkau akan dapati mereka berfatwa bahwa sesuatu permasalahan bahwa ini tidak benar,
atau itu benar, atau demikian,"
Apa maksud Al-Hajûri menyatakan demikian? Apakah ia hendak mengesankan bahwa fatwa-fatwa Al-
Lajnah Ad-Dâ`imah tidak disertai dengan dalil-dalil. Inilah tentunya yang akan dipahami oleh orang
yang mendengar atau membaca perkataan Al-Hajûri tersebut. Pantaskah ucapan seperti ini
disampaikan pada sebuah kitab fatwa yang tercantum di dalam nama Asy-Syaikh Bin Bâz, Asy-Syaikh
Al-Fauzân, dan para 'ulama kibâr Ahlus Sunnah lainnya? Para 'ulama kibâr tersebut, merekalah yang
justru telah mengajarkan dan menanamkan manhaj penting pada kita, yaitu manhaj untuk senantiasa
berkata, bersikap, dan beramal di atas dalil Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Ingatlah wahai Al-Hajûri –dan para pengikutnya- akan hadits Rasulullah :
« ﺎﺎﻟِﻤِﻨ ﻟِﻌﺮِﻑﻳﻌ ﻭ،ﺎﻧﻐِﲑ ﺻﻢﺣﻳﺮ ﻭ،ﺎﻧﻳﺠِﻞﱠ ﻛﹶﺒِﲑ ﻟﹶﻢﻦﺘِﻲ ﻣ ﺃﹸﻣ ﻣِﻦﺲ» ﻟﹶﻴ
"Bukan termasuk umatku orang-orang yang tidak memuliakan orang-orang tua kami, tidak menyayangi
orang-orang yang (lebih) kecil (muda) di tengah-tengah kami, dan tidak mengetahui hak 'ulama kami."
[Ahmad V/323 dari shahabat 'Ubâdah bin Ash-Shâmit. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albâni dalam
Shahîh At-Targhîb wa At-Tarhîb no. 101.]
٢١
٢٨ : ﻓﺎﻃﺮz » º ¹ ¸ ¶ µ´³ ² ± ° ¯{
"Sesungguhnya yang benar-benar memiliki khasyyah (takut) kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya
hanyalah para 'ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." [Fâthir : 28]
Al-Lajnah Ad-Dâ`imah lil Buhûtsil 'Ilmiyyah wal Iftâ` merupakan gabungan para 'ulama kibâr, yang
menjawab berbagai pertanyaan dan berbagai problem yang diajukan kepada mereka dari berbagai
pelosok dunia. Mereka membahas dan menelitinya dalam majelis musyawarah yang dilandasi dengan
taqwa, ilmu, dan kematangan berpikir serta tinjauan yang mendalam, sebelum mereka menjawab dan
menyampaikannya kepada umat. Namun dengan sangat enteng Al-Hajûri menyatakan bahwa bisa saja
fatwa tersebut disampaikan dengan terburu-buru. Tentunya ucapan tersebut akan menimbulkan
keraguan umat terhadap kredibiltas para 'ulama kibâr tersebut serta menghilangkan kepercayaan umat
terhadap kapasitas ilmu dan taqwa mereka.
Kalau dahulu –tentunya hingga sekarang- para tokoh sururiyyîn dan hizbiyyah Ikhwanul Muslimin
berupaya sekuat tenaga untuk menjatuhkan wibawa dan kehormatan para 'ulama yang tergabung
dalam Al-Lajnah Ad-Dâ`imah, dengan berbagai cara mereka berupaya menghilangkan kepercayaan
umat terhadap para 'ulama tersebut. Dengan mudah dan segera para 'ulama bahkan ahlus sunnah
secara umum dapat mengetahui dan membantah berbagai makar mereka tersebut. Karena memang
mereka berbaju hizbiyyah dan sangat enggan terhadap baju salafiyyîn. Namun berbeda halnya dengan
Al-Hajûri dan para murid setianya, yang berbaju ahlus sunnah, di sebuah ma'had besar warisan
seorang 'ulama besar Al-'Allâmah Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdi Al-Wâdi'i v, nama besar yang sangat
disegani di Yaman dan di luar Yaman. Tentu keadaan ini menjadi sulit dibaca oleh banyak pihak
kecuali oleh orang-orang yang Allah berikan padanya bashîrah, hikmah, dan hilm (pikiran yang jernih)
dalam menilai.
Bahkan dalam satu kasetnya juga, dengan penuh penghinaan Al-Hajûri mengatakan bahwa para
'ulama tersebut tidak lebih hanyalah para pegawai yang sedang menjalankan tugasnya :
ﻣﻮﻇﻒ ﰲ ﺟﻬﺔ ﻛﺬﺍ ﻭﻣﻮﻇﻒ ﻳﻘﻮﻡ ﺑﻮﻇﻴﻔﺔ ﻳﻌﲏ ﻭﻇﻴﻔﺔ ﺍﻹﻓﺘﺎﺀ،ﻢ ﺍﻟﺴﻠﻔﻴﺔ ﻗﺎﻣﺖ ﻋﻠﻰ ﻭﻇﺎﺋﻒ ﻓﺘﺮﺕ ﻭﺍﻟﺬﻳﻦ ﺩﻋﻮ...
ﻭﺍﷲ ﻫﻲ ﻭﻇﻴﻔﺔ ﻳﻘﻮﻡ ﲟﺠﻬﻮﺩ ﻋﻠﻰ،ﻭﻇﻴﻔﺔ ﰲ ﻛﺬﺍ ﻭﻇﻴﻔﺔ ﰲ ﻛﺬﺍ ﰲ ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﻭﺍﻹﺭﺷﺎﺩ ﰲ ﺍﻟﺒﺤﻮﺙ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﻭﻇﻴﻔﺔ ﺍﻟﺒﺤﻮﺙ
.(ﻗﺪﺭ ﻭﻇﻴﻔﺘﻪ ﻟﻜﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻳﻘﻮﻣﻮﻥ ﲟﺠﻬﻮﺩ ﻋﻈﻴﻢ ﷲ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﱃ ﻻ ﻣﻦ ﺃﺟﻞ ﻭﻇﻴﻔﺔ ﻭﻻ ﺇﱃ ﻏﲑ ﺫﻟﻚ
"Orang-orang yang dakwah salafiyyahnya ditegakkan di atas tugas-tugas kepegawaian pasti akan
mengalami kegagalan. Pegawai pada bidang ini, dan pegawai yang melaksanakan tugas ini, yaitu
tugas untuk berfatwa, pegawai dalam bidang ini, pegawai dalam bidang itu, dalam bidang
dakwah dan bimbingan serta penelitian ilmiah, tugas untuk melakukan penelitian. Demi Allah itu
hanya sebuah tugas, dia berbuat sesuai dengan batas tugasnya saja. Namun Ahlus Sunnah berbuat
dengan upaya yang besar karena Allah , bukan karena tugas kepegawaian atau karena lainnya."
٢٢
- Asy-Syaikh Muhammad bin Shâlih Al-'Utsaimin v menjabat sebagai ketua Jam'iyyah
(Yayasan) Tahfizhul Qur`an di 'Unaizah sejak didirikan hingga beliau wafat, di samping beliau
sebagai anggota sekian banyak lembaga ilmiah, juga beliau menjabat sebagai anggota Hai`ah
Kibâril 'Ulamâ` sejak tahun 1405 H hingga beliau wafat, dan jabatan-jabatan penting lainnya..
- Asy-Syaikh 'Abdul Muhsin Al-'Abbâd hafizhullâh pernah menjabat sebagai dosen di Al-Jâmi'ah
Al-Islamiyyah Madinah bahkan kemudian menjabat sebagai rektor Al-Jâmi'ah Al-Islâmiyyah, dan
jabatan-jabatan penting lainnya.
- demikian juga Asy-Syaikh Al-'Allâmah Rabî' bin Hâdi Al-Madkhali hafizhullâh pernah menjabat
sebagai dosen di Al-Jâmi'ah Al-Islâmiyyah dan pernah juga menjabat sebagai Ketua bidang As-
Sunnah program pasca sarjana, dan jabatan-jabatan penting lainnya..
Setelah penyebutan sedikit dari ucapan-ucapan Al-Hajûri di atas, apakah kiranya yang tertanam di
sanubari para murid dan orang-orang yang mendengar berbagai ucapan tersebut terkait dengan
pemuliaan, pengagungan, dan kecintaan terhadap para 'ulama sunnah?
Kondisi Ma'had Dammâj dengan kondisi tarbiyyah yang diwarnai dengan berbagai celaan dan caci
maki terhadap para 'ulama dan masyâikh Ahlus Sunnah baik secara langsung atau pun secara isyarat-
isyarat, merupakan salah satu bentuk perubahan negatif yang terjadi di Ma'had tersebut dari berbagai
bentuk perubahan negatif lainnya, yang tidak pernah terdapat pada masa Asy-Syaikh Muqbil v masih
hidup. Semoga Allah mengembalikan Ma'had Dammâj seperti sedia kala. Âmin yâ Rabbal 'Âlamîn
Kita bandingkan pernyataan Al-Hajûri di atas dengan pernyataan para hizbiyyûn terhadap para
masyâikh sunnah. Di antaranya :
"Hal ini teramat penting untuk diketahui, agar tergambar dalam benak kalian bahwa pondasi
bangunan Majelis Kibârul 'Ulamâ' itu singkron dengan istana Kerajaan Saudi, ..., maka akankah
kamu pergi menanyakan kepada lelaki yang menjadi pegawai dan menerima gaji dari kerajaan?!
..., janganlah Anda pergi bertanya kepada pegawai kerajaan tentang hukum kerajaan!".
Tahukah para pembaca siapa yang mengucapkan kalimat tidak senonoh dan penuh pelecehan
tersebut? Dia adalah Usâmah bin Lâden, salah seorang gembong Khawârij masa ini. Yang dinyatakan
oleh Asy-Syaikh Bin Bâz sebagai perusak di muka bumi. Ucapan jahat tersebut diucapkan dalam buku
Nasehat dan Wasiat Kepada Umat Islam Dari Syaikh Mujahid Usâmah bin Lâden, hal. 64, 69-70.
Tahukah para pembaca siapakah yang sanggup mengucapkan kalimat pelecehan tersebut? Dia adalah
salah seorang tokoh khawârij yang dikenal dengan Abû Muhammad Al-Maqdisi dalam bukunya Saudi
'Arabia di Mata Seorang Al-Qa'idah hal. 303.
Siapakah yang berani mengucapkan kalimat pelecehan tersebut? Yang mengucapkan kalimat tersebut
adalah Aiman Azh-Zhawâhiri seorang tokoh takfîri, orang kedua dalam kelompok Al-Qaedah, dalam
salah satu bukunya.
٢٣
KEDUA :
CACI MAKI DAN CELAAN TERHADAP BEBERAPA MASYÂIKH
SECARA TA'YÎN (MENUNJUK PADA NAMA ATAU PRIBADI
TERTENTU).
Terhadap Para Masyâikh Dakwah Salafiyyah di Yaman
Dalam kitab Al-Qaulul Mardhî fî 'Umratil Makki karya Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-
Wushâbi, dalam muqaddimahnya Asy-Syaikh Muqbil Al-Wâdi'i v menegaskan pujian dan
tazkiyyahnya bahwa :
ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﺷﻴﺦ ﺍﻟﺘﻮﺣﻴﺪ ﻭﺍﳊﺪﻳﺚ ﻭﺍﻟﻔﻘﻪ ﻭﺍﻷﺧﻼﻕ ﺍﻟﻔﺎﺿﻠﺔ ﻭﺍﻟﺰﻫﺪ/ ﺃﻣﺎ ﻛﺎﺗﺐ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺮﺳﺎﺋﻞ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﺸﻴﺦ
ﺍﶈﺬﺭ ﻣﻦ ﺍﳊﺰﺑﻴﺔ ﺍﳌﺴﺎﺧﺔ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺼﺒﻮﺭ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻔﻘﺮ،ﻭﺍﻟﻮﺭﻉ ﻭﻫﻮ ﺍﳌﺮﰊ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺪﺍﻋﻲ ﺇﱃ ﲨﻊ ﻛﻠﻤﺔ ﺍﳌﺴﻠﻤﲔ
. ﳛﺐ ﺳﻠﻒ ﺍﻷﻣﺔ ﻭﻳﺒﻐﺾ ﺍﳌﺒﺘﺪﻋﺔ ﻛﻞ ﺑﻘﺪﺭ ﺑﺪﻋﺘﻪ،ﻭﺍﻟﺸﺪﺍﺋﺪ ﻭﻫﻮ ﺍﳊﻜﻴﻢ ﰲ ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ
"Adapun penulis risalah ini, yaitu Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb adalah seorang syaikh
(guru besar) dalam bidang tauhid, hadits, fiqh, akhlaq yang mulia, zuhd, wara'. Sekaligus dia adalah
seorang murabbi (pendidik) yang penuh kasih sayang, seorang da'i menuju persatuan umat, seorang
pentahdzîr dari hizbiyyah perusak. Dia adalah seorang yang sangat penyabar dalam menghadapi
kefaqiran dan kegentingan. Dia seorang yang bijak dalam berdakwah, sangat mencintai Salaful
Ummah, sangat membenci para ahli bid'ah masing-masing sesuai dengan tingkat bid'ahnya."
Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi adalah murid Asy-Syaikh Muqbil v
yang paling senior, sekaligus teman sejawat dalam merintis dakwah di Yaman. Semenjak Asy-Syaikh
Muqbil masih hidup, Asy-Syaikh Al-Wushâbi sudah mengasuh ma'had di Al-Hudaidah, dan beliau
sudah menjadi salah tokoh besar Dakwah Salafiyyah di Yaman yang sangat disegani dan
diperhitungkan. Ketika Al-Hajûri masih sebagai murid, beliau hafizhahullâh sudah sebagai seorang
'ulama besar sekaligus tokoh dakwah salafiyyah yang disegani dan diperhitungkan di Yaman.
Senioritas, kapasitas, kedudukan, dan ketokohan Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb sudah
diketahui sejak masa hidup Asy-Syaikh Muqbil v, sekaligus diakui dan disaksikan oleh beliau dan
salafiyyin di negeri Yaman.
Dakwah Salafiyyah di negeri Yaman dengan segala hasil yang terwujud sekarang berupa
tersebar dan meratanya dakwah ini menerangi Yaman dengan cahaya tauhid dan sunnah sehingga
sirna dan musnalah berbagai kegelapan kejahilan, kesyirikan, khurafât, dan aqidah (syi'ah) râfidhah,
demikian juga dakwah salafiyyah menjadi dikenal di segenap kota, di segenap desa, di gunung,
lembah, wadi dan lainnya, itu semua tidak lain adalah dengan karunia dan keutamaan dari Allah ,
kemudian berkat dakwah 'Allâmatul Yaman Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdi Al-Wâdi'i v. Sejak
puluhan tahun yang lalu beliau v merintis dakwah salafiyyah di negeri Yaman, yang kala itu beliau
berjalan dengan ditemani teman sejawat beliau sekaligus shahabat, murid, dan pembela beliau yaitu
Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb Al-Wushâbi Al-Abdali hafizhahullâh. Pada awal-awal
٢٤
dakwah, beliau berdua berjalan bersama keliling di bumi Yaman sebagai da'i yang menyeru kepada
Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Hingga Allah mudahkan dakwah ini menjadi besar dan kuat seperti
sekarang. Robohlah kekuatan kaum Syi'ah Rafidhah di Yaman bagian utara serta hancurlah upaya
kaum sufi membodohi kaum muslimin dengan khurafat dan kejahilan di Yaman bagian selatan.
Berbagai ma'had ahlus sunnah bertebaran di negeri Yaman, dipenuhi dengan ilmu, kasih sayang, dan
persatuan yang kokoh. Berbagai halaqah ilmu di masjid-masjid di berbagai kota penuh dihadiri oleh
para pelajar Ahlus Sunnah. Ahlul Bid'ah dan hizbiyyah pun menjadi kecil dan gentar menghadapi
dakwah Ahlus Sunnah. Semua itu sekali lagi berkat pertolongan dan taufiq dari Allah, kemudian
kegigihan dan perjuangan Asy-Syaikh Al-'Allâmah Muqbil Al-Wâdi'i serta para masyâikh kibâr ahlus
sunnah lainnya sebagai murid-murid beliau
Al-Hajûri sendiri sebenarnya termasuk salah seorang murid Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdul
Wahhâb, yang bersimpuh belajar di hadapan beliau. Semestinya, sebagai seorang murid yang baik dia
menunjukkan sikap penghargaan dan pemuliaan terhadap gurunya tersebut. Namun sangat
disayangkan, sungguh benar-benar di luar dugaan, ternyata kita justru mendengar ucapan-ucapan
penghinaan, pengrendahan, dan caci maki yang terlontar dari lisan Al-Hajûri. Yang lebih disesalkan
lagi, segala ucapan tidak senonoh tersebut ia perdengarkan di hadapan murid-muridnya.
Di antara ucapan-ucapan tidak senonoh Al-Hajûri terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb
Al-Wushâbi hafizhahullâh adalah :
ﻻ ﺗﺮﺟﻒ ﻋﻠﻲ ﺃﻧﺖ ﻭﻻ ﻏﲑﻙ
"Janganlah engkau membuat kebohongan atas namaku, baik engkau atau pun selain engkau!"
Kita berlindung kepada Allah dari lisan yang kasar dan kotor.
٢٥
ﻭﰲ ﳏﺎﺿﺮﺍﺗﻚ ﻭﰲ ﺩﻋﻮﺗﻚ،ﳓﻦ ﻧﻌﺮﻑ ﻫﺰﻟﻚ ﺍﻟﻌﻠﻤﻲ ﰲ ﻛﺘﺎﺑﺎﺗﻚ
"Kami tahu kelemahan kamu dari sisi keilmuan, baik dalam karya-karya tulismu maupun ceramah-
ceramah dan da'wahmu."
Cuplikan-cuplikan kata-kata pedas dan keji di atas, bisa didengar dari kaset-kaset Al-Hajûri berikut :
- Laftul Amjâd …
- Nashîhatul Ahbâb …
- Daf'ul Irtiyâb
Patutkah Al-Hajûri, sebagai seorang murid, bersikap demikian terhadap gurunya? Mana penghormatan
dan penghargaan serta rasa terima kasihnya kepada sang guru yang telah mendidik, membina, dan
mengajarkan berbagai ilmu kepadanya?
Al-Hajuri menuduh Ma'had Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam sebagai Pelindung Hizbiyyin dan
Para Pengkhianat
Al-Hajûri berkata :
) ﻟﻌﻦ: ) ﻭﻻ ﲡﺎﺩﻝ ﻋﻦ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﳜﺘﺎﻧﻮﻥ ﺃﻧﻔﺴﻬﻢ ﺇﻥ ﺍﷲ ﻻ ﳛﺐ ﻣﻦ ﻛﺎﻥ ﺧﻮﺍﻧﺎ ﺃﺛﻴﻤﺎ ( ﻭﺍﻟﻨﱯ ﻳﻘﻮﻝ: ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺰﺓ ﻳﻘﻮﻝ
ﻫﺆﻻﺀ ﺧﻮﻧﺔ، ﺍﻟﺪﻓﺎﻉ ﻋﻨﻬﻢ ﻫﺬﺍ ﻏﻠﻂ،ﺍﷲ ﻣﻦ ﺁﻭﻯ ﳏﺪﺛﺎ ( ﻓﺈﻳﻮﺍﺅﻫﻢ ﰲ ﺍﻟﺪﻓﺎﻉ ﻋﻨﻬﻢ ﺃﻭ ﻏﲑ ﺫﻟﻚ
"Rabbul 'Izzah berfirman : "Janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang
mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi
bergelimang dosa." [An-Nisâ` : 107]. Nabi juga bersabda : "Allah melaknat siapa yang melindungi
orang yang berbuat muhdats."
Maka sikap mereka (Ma'had Asy-Syaikh Muhammad Al-Imâm) dalam melindungi mereka dalam
bentuk pembelaan terhadap mereka atau yang lainnya, pembelaan terhadap mereka itu merupakan
kesalahan. Mereka adalah para pengkhianat." [ dinukil dari kasetnya yang berjudul Lâ Tudâfi' 'anil
Bakrî ]
Suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan bahwa ternyata Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam
tidak memposisikan orang-orang yang telah divonis sebagai pengkhianat atau hizbiyyun oleh Al-Hajuri
sebagai orang-orang yang patut untuk ditahdzîr. Ini merupakan salah satu bukti, dari berbagai bukti
yang ada, bahwa berbagai tahdzîr Al-Hajûri dan para pengikutnya terkait dengan fitnah yang
٢٦
terjadi sekarang tidak diterima oleh para 'ulama kibâr di Yaman. ya, karena berbagai tahdzîr Al-
Hajûri dan para pengikutnya tersebut tidak didasarkan kepada sikap manhaj yang ilmiah atau sikap adil
dan penuh kasih sayang. Dakwah di Yaman menjadi terpecah gara-gara tindakan gegabah dan penuh
kezhaliman tersebut. Tak luput beberapa negeri lainnya, termasuk negeri kita Indonesia, pun harus
menerima korban berbagai tahdzîr gegabah tersebut. Dakwah Salafiyyah di Indonesia tercabik-cabik,
beberapa ustadz salafiyyîn di Indonesia ikut ditahdzîr dan dizhalimi. Para hizbiyyûn 8) pun tertawa riang
menyaksikan keadaan ini. Innalillah wa Inna lillâh Râji'ûn.
( )ﳑﻴﻊlembek (manhajnya),
!( )ﺻﺎﺣﺐ ﺗﻠﺒﻴﺲ ﻭﻏﺒﺶseorang yang menggaburkan dan melakukan tipu daya.
Sekarang, ketika Asy-Syaikh Al-Bura'i ternyata juga tidak menerima vonis Al-Hajûri terhadap Asy-
Syaikh 'Abdurrahmân, kembali ketajaman lisan Al-Hajûri mengarah pada kemuliaan beliau, dengan
pernyataan Al-Hajûri bahwa : !!( )ﻻ ﻳﺼﻠﺢ ﻟﻠﻔﺘﻮﻯAsy-Syaikh 'Abdul 'Azîz tidak pantas berfatwa!!
Demikiankah wahai Al-Hajûri engkau menyikapi pihak-pihak, terkhusus para 'ulama, yang tidak bisa
menerima berbagai vonismu? Kau jatuhkan dia, kau rendahkan harga dirinya dengan berbagai celaan.
Asy-Syaikh 'Abdul 'Azîz Al-Bura'i hafizhahullâh menegaskan kembali sikapnya terkait dengan vonis Al-
Hajûri bahwa Asy-Syaikh 'Abdurrahmân hafizhahullâh sebagai hizbi. Tepatnya pada tanggal 3 Syawwâl
1429 H Asy-Syaikh 'Abdul 'Azîz berkata :
ﻭﻟﻜﻦ، ﳓﻦ ﻧﺴﻤﻊ ﺍﻟﺘﻬﻤﺔ ﺑﺎﳊﺰﺑﻴﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻭﻣﻦ ﻣﻌﻪ،ﻭﻣﻦ ﺟﺎﻧﺐ ﺁﺧﺮ ﻟﻴﺲ ﻫﻨﺎﻙ ﺃﺣﺪ ﻣﺄﻣﻮﻥ ﻋﻠﻴﻪ
، ﻧﺴﺄﻝ ﺍﷲ ﺃﻥ ﳜﻔﻈﻨﺎ ﻓﻴﻤﺎ ﺑﻘﻲ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻤﺮ،ﺃﻳﻦ ﺍﻟﺒﻴﻨﺔ؟ ﻭﻻ ﻧﺄﻣﻦ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻔﺴﻨﺎ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ
"Di sisi lain, tidak ada seorang pun yang bisa dipercaya (dalam masalah ini). Kami mendengar tuduhan
hizbiyyah terhadap Asy-Syaikh 'Abdurrahmân dan yang bersama beliau. Namun mana buktinya??
Kita tidak merasa diri kita aman dari fitnah. Kita memohon kepada Allah agar menjaga kita dalam sisa
umur kita."
Namun Al-Hajûri dan para pengikutnya tetap memaksakan kehendaknya dengan membabi buta hingga
harus banyak yang menjadi korban vonis-vonis brutal yang penuh kezhaliman serta jauh dari sikap
manhaj yang ilmiah.
Ingatlah saudaraku Al-Hajûri dan saudara-saudaraku lainnya bahwa Allah selalu memantau dan
mendengar segala ucapan dan tindakan kita. Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang
terzhalimi untuk terus terzhalimi. Ingatlah akan hadits Rasulullah :
8
Ma'af, yang kami maksud adalah hizbiyyûn yang sebenarnya seperti IM, Sururiyyûn, Turatsiyyûn, dll, bukan hizbiyyîn versi Al-Hajûri dan
para pengikutnya.
٢٧
« ِﺔﺎﻣ ﺍﻟﹾﻘِﻴﻡﻳﻮ ﺎﺕ ﻇﹸﻠﹸﻤ ﻓﹶﺈِﻥﱠ ﺍﻟﻈﱡﻠﹾﻢﻘﹸﻮﺍ ﺍﻟﻈﱡﻠﹾﻢ» ﺍﺗ
"Takutlah kalian dari perbuatan kezhaliman. Karena perbuatan kezhaliman merupakan kegelapan
pada Hari Kiamat." [HR. Muslim 2578 dari shahabat Jâbir bin 'Abdillâh . Hadits semakna juga
diriwayatkan oleh Al-Bukhâri (2477) dari shahabat 'Abdullâh bin 'Umar h]
Kita semua sebagai Ahlus Sunnah Salafiyyin tidak pernah mengingkari disyari'atkannya Al-Jarh wat
Ta'dîl. Namun perlu diingat dan disadari bahwa Al-Jarhu wat Ta'dîl adalah bagian dari ibadah yang
harus dilaksanakan dengan beberapa persyaratan, antara lain :
- dengan penuh keikhlasan
- ketaqwaan
- karena Allah bukan karena kepentingan-kepentingan yang lain.
- penuh keilmiahan berdasarkan atas hujjah-hujjah yang bisa dipertanggungjawabkan
- jauh dari unsur kezhaliman dan tindakan semena-mena
- dan yang tak kalah pentingnya, bahwa Al-Jarh wat Ta'dil harus dilakukan oleh orang-orang
yang berhak melakukannya
Namun apabila ternyata Al-Jarh wat Ta'dil tersebut hanya berisi vonis-vonis, tuduhan-tuduhan, serta
tidak memenuhi berbagai persyaratan di atas maka hal itu telah bertentangan dengan manhaj Ahlus
Sunnah.
Perhatikan para pembaca, bagaimana seorang syaikh 'Utsmân As-Sâlimi dengan nasehat yang mulia
sesuai dengan manhaj Ahlus Sunnah dalam menyikapi berbagai fitnah yang mencul di masanya.
Sebuah nasehat dalam rangka mengamalkan firman Allah :
٢٨
antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya dari mereka (Rasulullah dan Ulil Amri). Kalau bukan karena karunia dan rahmat Allah
kepada kalian, tentulah kalian mengikut syaithan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kalian)." [An-
Nisâ` : 83]
Ya begitulah, karena tidak sesuai dengan kepentingan dan vonis Al-Hajûri, maka Asy-Syaikh 'Utsmân
As-Sâlimi pun harus menerima celaan di atas. Innâ lillâh wa Innâ ilaihi Râji'ûn.
Namun demikian, caci maki saudara kita Al-Hajûri terhadap Asy-Syaikh Al-Fâdhil 'Abdurrahmân Al-
'Adani sungguh sangat banyak tak terhitung. Hampir tidak satu kaset pun atau satu malzamah pun
kecuali pasti menyebutkannya dengan lengkap, baik dengan terang-terangan atau sindiran. Seakan-
akan Al-Hajûri dan murid-muridnya bertaqarrub kepada Allah dengan mengkritik, mencerca, mencaci,
dan menyebarluaskan kesalahan-kesalahan Asy-Syaikh 'Abdurrahmân (!!).
Di antara kata-kata yang terlontar dari Al-Hajûri terhadap beliau (Asy-Syaikh 'Abdurrahmân) adalah :
1. ﻣﺎﻛﺮ (Pembuat Makar)
3. ﺣﺰﰊ (hizbi)
7. ﻭﺍﻋﺘﱪﻭﻩ ﻣﻦ ﺳﺎﺋﺮ ﺍﳊﺰﺑﻴﲔ ﺍﻟﻔﺎﺗﻨﲔ ﺍﳌﻔﺘﻮﻧﲔ ﻭﺳﺎﺋﺮ ﺃﻳﻀﺎ ﻫﺆﻻﺀ ﺍﻟﻔﺠﺮﺓ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻣﻌﻪ،ﺍﺣﺬﺭﻭﻩ ﻭﺣﺬﺭﻭﺍ ﻣﻨﻪ
Waspadailah dia, dan berilah peringatan darinya, dan anggaplah ia termasuk dalam segenap
hizbiyyin juru fitnah dan yang terfitnah, dan mereka yang bersamanya termasuk segenap orang-
orang fajir.
Demikian pula semua ucapan keji yang dilontakan Al-Hajûri terhadap apa yang ia namakan sebagai
At-Tanzhîmul Jadîd, maka yang dimaksud adalah Asy-Syaikh 'Abdurrahmân dan yang bersama
beliau.
٢٩
ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ ﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﻣﺮﻋﻲ ﺑﻦ ﺑﺮﻳﻚ ﺍﳊﻀﺮﻣﻲ ﺃﺑﻮ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﲪﻦ ﻧﺰﻳﻞ ﻋﺪﻥ
"Asy-Syaikh 'Abdullâh bin 'Umar bin Mar'i bin Braik Al-Hadhrami 'Abu 'Abdirrahmân, tinggal di 'Adn."
Asy-Syaikh 'Abdullâh pun tidak selamat dari caci maki Al-Hajûri. Asy-Syaikh 'Abdullâh juga
memperoleh dari Al-Hajûri apa yang didapatkan oleh para masyâikh lainnya dari Al-Hajûri.
Al-Hajûri berkata tentang beliau : ( ) ﺷﺒﻪ ﻋﺎﻣﻲ: "seperti orang awam." Kalimat ini diulang-ulang berkali-
kali dengan penuh bangga dan gembira oleh Al-Hajûri.
٣٠
Al-Hajûri juga mengatakan :
ﻭﺑﻌﺪﻡ ﺃﺧﺬ ﺍﻻﻟﺘﻔﺎﺕ ﺇﱃ ﻛﻼﻣﻪ ﻭﺃﻗﻮﺍﻟﻪ ﻭﺃﻓﻌﺎﻟﻪ ﺣﱴ ﻳﺘﻮﺏ ﺇﱃ ﺍﷲ،ﻓﺄﻧﺎ ﺃﻧﺼﺢ ﺃﻫﻞ ﺣﻀﺮﻣﻮﺕ ﺑﺎﳉﺎﰲ ﻋﻨﻪ
"Maka saya menasehatkan kepada penduduk Hadhramaut untuk menjauh darinya, dan tidak
mempedulikan segala omongan, ucapan, dan perbuatannya sampai ia bertaubat kepada Allah."
Kita pun tidak mengerti Asy-Syaikh Sâlim hafizhahullâh harus bertaubat dari apa. Apa karena sikap
beliau terhadap Asy-Syaikh 'Abdurrahmân sebagaiman sikap para 'ulama kibâr?
Itulah beberapa ucapan keji dan tidak senonoh yang dilontarkan oleh Al-Hajûri terhadap Asy-Syaikh
Sâlim Bâ Muhriz. Bagi yang ingin mendengar selengkapnya, segala ucapan kotor dan keji yang
diucapkan oleh Al-Hajûri terhadap Asy-Syaikh Sâlim –kalau memang sanggup—silakan simak kaset
rekaman Al-Hajûri yang berjudul Asy-Syaikh Sâlim Syibh 'Âmiy, satu kaset khusus yang diluncurkan
oleh Al-Hajûri untuk 'menghabisi' Asy-Syaikh Sâlim Bâ Muhriz hafizhahullâh.
Yang penting disebutkan di sini adalah di antara salah satu yang dijadikan bahan kritikan oleh Al-Hajûri
terhadap Asy-Syaikh Sâlim, sehingga dengan itu beliau 'layak' untuk ditahdzîr dan diumumkan
kesalahan dan kejelekannya.
Yaitu pernyataan Al-Hajûri :
ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻫﻮ،ﺎﻝ ﻭﺃﻧﻨﺎ ﻟﻴﺲ ﻟﻨﺎ ﻣﻌﲎ ﰲ ﻫﺬﺍ ﺍ، ﻭﺣﻮﻝ ﻛﺬﻟﻚ ﺃﻳﻀﺎ ﺇﺑﻌﺎﺩ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﺎ،ﻟﻜﻦ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﳛﻮﻡ ﺣﻮﻝ ﺯﺣﺰﺣﺘﻨﺎ
ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻥ ﻳﺘﻮﺏ ﺇﱃ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ، ﻫﺬﺍ ﻣﻨﻚ ﺧﻼﻑ ﺍﻟﺼﻮﺍﺏ، ﻣﺎ ﻫﻮ ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ،ﺍﻟﺼﺤﻴﺢ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻠﺸﻴﺦ ﺳﺎﱂ
"Namun orang ini (yakni Asy-Syaikh Sâlim) terus berupaya menggulingkan kita. Demikian juga dia
berupaya menjaukan umat dari kita. Bahwasanya kita ini tidak berarti dalam medan (ilmu atau dakwah)
ini. Ini adalah tidak benar, disampaikan kepada Asy-Syaikh Sâlim bahwa ini tidak benar. sikap anda ini
menyelisihi kebenaran. Wajib atasnya untuk bertaubat kepada Allah ."
Begitulah Al-Hajûri selalu memposisikan orang-orang yang hendak menasehati umat kepada yang
lebih baik sebagai orang yang hendak menggulingkannya atau menjauhkan umat darinya. Ketika
berbagai nasehat yang disampaikan bertentangan dengan misi dan ambisinya maka lisan kecurigaan
serta tuduhan miring akan dia lontarkan kepada si penasehat.
٣١
Terhadap Para Masyâikh Dakwah Salafiyyah di Saudi 'Arabia
Setelah kita mengetahui berbagai celaan dan upaya menjatuhkan kredibilitas para 'ulama di negeri
Yaman secara ta'yîn (menyebut namanya langsung), maka berikut ini kita akan simak bersama
beberapa ucapan Al-Hajûri terkait dengan 'ulama dan masyâikh Dakwah Salafiyyah di Saudi 'Arabia.
Apa yang engkau maksud dengan penentangan itu wahai Al-Hajûri? Apakah engkau maksud bahwa
Syaikhul Islâm Muhammad bin 'Abdil Wahhâb menentang atau menanamkan penentangan kepada
para 'ulama Yaman?? apakah karena sebatas Syaikhul Islam Muhammad bin 'Abdil Wahhâb tidak
membalas pujian Ash-Shan'âni dengan pujian yang semisal kemudian engkau simpulkan bahwa itu
sebagai bentuk penentangan? Kalau ini yang kau maksud, sungguh betapa jeleknya prasangkamu
terhadap 'ulama umat dan sedemikian jeleknya dugaanmu terhadap seorang 'ulama mujaddid yang
telah berdakwah dengan segala ujian yang harus beliau terima.
Lalu apakah manfaat ucapamu itu yang kau sampaikan di hadapan muridmu? Demikiankah kau
mentarbiyyah para murid tersebut? Perasaan dan dugaan apakah yang akan muncul dalam sanubari
murid-murid terhadap Syaikhul Islâm Muhammad bin 'Abdil Wahhâb v? Baik kau rasa atau pun tidak,
dengan ucapanmu itu sesungguhnya engkau telah menanamkan kebencian -atau minimalnya dugaan
jelek- terhadap Syaikhul Islâm Muhammad bin 'Abdil Wahhâb v?
Kemudian ucapanmu, bahwa penentangan itu sudah terjadi sejak lama –dan itu merupakan kedustaan
dan provokasi yang tidak benar- apakah kau maksudkan dengan itu bahwa penentangan tersebut
berlanjut hingga hari ini dari para 'ulama anak cucu Syaikhul Islâm Muhammad bin 'Abdil Wahhâb atau
pun para 'ulama sunnah lainnya dari Saudi 'Arabia terhadap para 'ulama di Yaman? Sungguh sekali
lagi, ini merupakan suatu kebohongan dan provokasi terhadap para 'ulama Ahlus Sunnah.
Tidak cukup para 'ulama kibâr di Yaman yang engkau jatuhkan kredibilitasnya dan kau rendahkan
kehormatannya, bahkan para 'ulama di Saudi 'Arabia pun –tak luput pula Syaikhul Islâm Muhammad
bin 'Abdil Wahhâb pun- harus menerima ketajaman lisan dan kezhalimanmu. Lâ Haula walâ Quwwata
illâ billâh.
Sudah sejak lama ahlus sunnah membaca pujian yang sangat bagus dari Al-'Allâmah Ash-Shan'âni v
terhadap Syaikhul Islâm Muhammad bin 'Abdil Wahhâb v, di antaranya sebagaimana dibawakan oleh
salah satu cucu beliau Asy-Syaikh 'Abdurrahmân bin Hasan Âlusy Syaikh v dalam muqaddimah
kitabnya Fathul Majîd. Namun tidak ada seorang 'ulama pun yang mempertanyakan kenapa Syaikhul
Islâm Muhammad bin 'Abdil Wahhâb tidak membalas pujian tersebut? Bahkan tidak pernah terlintas
sama sekali bahwa itu merupakan bukti ada penentangan antara kedua 'ulama besar tersebut? Apalagi
sampai mau dikatakan bahwa itu merupakan bukti penentangan para 'ulama saudi terhadap para
'ulama Yaman. Tidak, sama sekali tidak pernah terlintas pikiran kotor seperti itu.
Yang ada justru sebaliknya, para 'ulama menjadikan itu sebagai bukti bahwa para 'ulama di segenap
penjuru menyambut dan mendukung dakwah tauhid yang dikibarkan oleh Syaikhul Islâm Muhammad
bin 'Abdil Wahhâb di Najd. Perhatikan penjelasan Asy-Syaikh 'Abdurrahmân bin Hasan âlusy
Syaikh :
"Allah benar-benar telah melapangkan dada banyak para 'ulama terhadap dakwah beliau, mereka
sangat senang dan bergembira dengan munculnya dakwah tersebut, mereka memuji dakwah tersebut
seraya menuliskannya dalam bentuk sya'ir-sya'ir yang indah. Di antaranya adalah sya'ir yang
٣٢
diucapkan oleh seorang 'ulama negeri Shan'a, Muhammad bin Ismâ'îl Al-Amîr … ." [ muqaddimah
Fathul Majîd ]
Samâhatul Imâm Al-Wâlid Al-'Allâmah Asy-Syaikh 'Abdul 'Azîz bin Bâz v juga mengatakan
"Para 'ulama lainnya juga menulis tentang beliau (Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb), di
antaranya adalah Syaikhul Kabîr Al-Amîr Muhammad bin Ismâ'îl Ash-Shan'âni, yang hidup sezaman
dengan beliau dan berjalan di jalan dakwah beliau, maka ketika sampai kepadanya (Ash-Shan'âni)
tentang dakwah Asy-Syaikh (Muhammad bin 'Abdil Wahhâb) maka dia bergembira dengannya
dan memuji Allah atas nikmat dakwah tersebut."
Bahkan, banyak para 'ulama Yaman lainnya yang juga memuji Asy-Syaikh Al-Mujaddid Muhammad bin
'Abdil Wahhâb, di antaranya Al-Imâm Asy-Syaukâni v dan Asy-Syaikh Husain bin Mahdi An-Na'mi v.
Berikut ini perhatikan bagaimana cara saudara Al-Hajûri menilai Al-Imâm Al-Mujaddid Muhammad bin
'Abdil Wahhâb v. Al-Hajûri berkata :
ﺇﻣﺎ ﺃﻧﻪ، ﻭﻣﻊ ﺫﻟﻚ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻳﻌﺘﲏ ﲜﺎﻧﺐ ﺍﻟﺘﺼﺤﻴﺢ ﻭﺍﻟﺘﻀﻌﻴﻒ،) ﺍﻟﺸﻴﺦ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﻫﻮ ﻋﻠﻴﻪ ﺭﲪﺔ ﺍﷲ ﳎﺪﺩ
ﻧﻌﻢ ﻫﻮ ﻗﻮﻱ ﰲ ﺍﻟﻔﻘﻪ ﻭﻗﻮﻱ ﰲ ﻳﻌﲏ ﻣﺎﺫﺍ ﰲ ﺍﻟﺴﻨﺔ،ﺎ ﻣﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻪ ﻗﻮﺓ ﰲ ﺟﺎﻧﺐ ﺍﳊﺪﻳﺚ ﻭﺇﻣﺎ ﺃ،ﻣﺸﻐﻮﻝ ﻋﻦ ﻫﺬﺍ ﺑﺄﻣﻮﺭ
، ﻛﻤﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺘﻮﺣﻴﺪ ﻛﻴﻒ ﻳﺴﺘﻨﺒﻂ ﻣﻦ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﻋﺪﺓ ﻓﻮﺍﺋﺪ، ﻭﰲ ﺍﻻﺳﺘﻨﺒﺎﻃﺎﺕ ﻣﻦ ﺍﻵﻳﺎﺕ، ﻭﻣﺎ ﺇﱃ ﺫﻟﻚ،ﻭﺍﻟﺘﻮﺣﻴﺪ
ﺃﻣﺎ ﻣﻦ ﻳﺮﻳﺪ ﺃﻥ ﻳﺘﻌﺼﺐ ﻟﻪ، ﻫﺬﺍ ﻻ ﻳﺸﻚ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﻗﺮﺃ ﻛﺘﺐ ﺍﻹﻣﺎﻡ، ﻗﻮﻳﺔ ﻋﻠﻴﻪ ﺭﲪﺔ ﺍﷲﺃﻣﺎ ﺍﳊﺪﻳﺚ ﻓﻤﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻪ ﻳﺪ
ﻢﻓﻠﻴﺘﻌﺼﺐ ﻳﻌﲏ ﻣﻦ ﺃﻭﻟﺌﻚ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﺇﻧﻪ ﻧﻌﻢ ﻫﻮ ﰲ ﺣﺪﻭﺩﻩ ﳏﺪﺙ ﰲ ﺣﺪﻭﺩ ﻣﺎ ﻳﺴﺘﻄﻴﻊ ﻟﻴﺲ ﻛﺎﶈﺪﺛﲔ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﺷﺎﺩ ﺷﺄ
.(
"Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb, beliau 'alaihi rahmatullâh adalah mujaddid. Namun
demikian, beliau tidak perhatian pada bidang tashhih dan tadh'îf (menentukan hukum shahih atau dha'if
terhadap hadits-hadits Nabi ). Bisa jadi karena beliau sibuk dengan berbagai urusan, atau bisa jadi
karena memang beliau tidak memiliki kemampuan dalam bidang hadits. Ya, dia kuat dalam bidang fiqh,
kuat dalam bidang tauhid dan sunnah, dan semisalnya, kuat dalam mengambil istinbâth (kesimpulan
hukum) dari ayat-ayat (Al-Qur`an), sebagaimana yang engkau lihat dalam Kitâbut Tauhîd, bagaimana
beliau bisa mengambil istinbâth berbagai faedah dari hadits-hadits. Namun beliau tidaklah memiliki
kemampuan yang besar dalam bidang hadits, 'alaihi rahmatullâh, perkara ini tidak akan ragu padanya
bagi barangsiapa yang membaca kitab-kitab Al-Imâm (Muhammad bin 'Abdil Wahhâb). Adapun orang
yang hendak ta'ash-shub kepadanya maka silakan berta'ash-shub. Yaitu orang-orang yang
mengatakan bahwa beliau (Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb) tergolong muhaddits, ya dia
muhaddits sesuai dengan tingkatannya. Dia (Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb) bukanlah
seperti para muhaddits yang tinggi kapasitas (keilmuan/kedudukan) mereka."
Bandingkan ucapan dan cara penilaian Al-Hajûri di atas, dengan penjelasan Asy-Syaikh Al-'Allâmah
Al-Muhaddits 'Abdul Muhsin Al-'Abbâd hafizhahullâh, ketika beliau ditanya dengan pertanyaan
sebagai berikut : "Ada orang-orang yang mencela Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb dengan
mengatakan bahwa beliau tidak memiliki ilmu dalam bidang hadits dan sanad-sanadnya. Karena
banyak hadits-hadits yang dikritik dalam Kitabut Tauhid dan yang lainnya. Bagaimana pendapat anda?"
Beliau menjawab :
ﻤﻮﻉ ﺍﻟﺬﻱ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺃﻵﻻﻑ ﻭﺳﺘﻤﺎﺋﺔ ﺣﺪﻳﺚ ﻭﻫﻮﺍﺟﺘﻬﺎﺩ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﰲ ﺍﳊﺪﻳﺚ ﻭﻋﻨﺎﻳﺘﻪ ﻭﺍﺿﺤﺔ ﻭﺃﻭﺿﺢ ﺷﺎﻫﺪ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻫﺬﺍ ﺍ
ﻫﺬﺍ ﻛﻠﻪ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻋﻨﺎﻳﺘﻪ,ﻳﻨﻘﻞ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻳﻌﲏ ﻳﻨﻘﻞ ﺍﳌﺨﺮﺟﲔ ﻭﻛﻼﻡ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﰲ ﺍﳊﻜﻢ ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻛﺘﺒﻪ ﺍﻷﺧﺮﻯ
ﻛﺜﲑ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻳﻌﺮﻓﻮﻥ ﺍﻟﻜﺜﲑ ﻣﻦ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﻭﺃﺣﻜﺎﻣﻬﺎ ﻭﳚﻬﻠﻮﻥ ﻛﺜﲑﺍﹰ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﻻ ﻳﺆﺛﺮ ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻤﻪ ﻭﻫﺬﺍ ﰲ.. ﺑﺎﳊﺪﻳﺚ
ﻭﰲ ﻛﺘﺒﻬﻢ ﻣﻦ ﺣﻜﻢ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﻀﻬﺎ ﺑﺎﻟﺼﺤﺔ ﻭﻋﻠﻰ ﺑﻌﻀﻬﺎ، ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﳌﺘﻘﺪﻣﻮﻥ ﺃﻟﻔﻮﺍ ﻛﺘﺒﺎ.. ﳐﺘﻠﻒ ﺍﻟﻌﺼﻮﺭ ﻭﺍﻟﺪﻫﻮﺭ
٣٣
ﺟﺪ ﻋﻨﺪ ﻓﺈﺫﺍ ﻭ، ﺍﻷﻛﺜﺮ ﺻﺤﻴﺢ ﻭﻓﻴﻪ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺿﻌﻴﻔﺔ، ﺍﳌﻨﺬﺭﻱ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺘﺮﻏﻴﺐ ﻭﺍﻟﺘﺮﻫﻴﺐ ﻓﻴﻪ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﻛﺜﲑﺓ،ﺑﺎﻟﻀﻌﻒ
ﻓﺈﻥ ﻛﺜﲑﺍﹰ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺑﺎﳊﺪﻳﺚ ﻋﻨﺪﻫﻢ،ﺍﻟﺸﻴﺦ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺿﻌﻴﻔﺔ ﻻ ﻳﻌﲏ ﺫﻟﻚ ﺃﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻋﺎﱂ ﺑﺎﳊﺪﻳﺚ
ﻋﻠﻢ ﺑﺎﳊﺪﻳﺚ ﻭﻋﻨﺪﻫﻢ ﻳﺄﰐ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﺃﺣﻴﺎﻧﺎﹰ ﺫﻛﺮ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﻀﻌﻴﻔﺔ ﻭﻟﻜﻦ ﺫﻟﻚ ﻻ ﻳﺆﺛﺮ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻻ ﻳﺆﺛﺮ ﻋﻠﻰ ﻋﻠﻤﻬﻢ ﻭﻻ
.( ﻋﻠﻰ ﻣﻨﺰﻟﺘﻬﻢ
"Ijtihâd Asy-Syaikh (Muhammad bin 'Abdil Wahhâb) dalam bidang hadits dan perhatian beliau
terhadapnya sangat jelas. Bukti paling jelas atas hal tersebut adalah kitab Majmû' ini yang terdiri atas
4.600 hadits, beliau menukil penjelasan para 'ulama, menukil para pentakhrîj dan penjelasan para
'ulama tentang hukum (kedudukan hadits tersebut). Demikian juga kitab-kitab beliau lainnya, itu semua
menunjukkan atas perhatian beliau dalam bidang hadits … tidak sedikit 'ulama yang mengerti banyak
hadits dan hukum (kedudukan)nya, di sisi lain banyak pula hadits-hadits yang belum mereka ketahui.
Meskipun demikian, hal itu tidak berpengaruh pada kepasitas keilmuannya. Yang demikian itu terjadi
pada setiap masa dan waktu. … . Para 'ulama terdahulu menulis berbagai kitab, dan dalam kitab-kitab
tersebut terdapat penjelasan (kesimpulan hukum) para 'ulama terhadap sebagian hadits yang
dinyatakan shahih dan sebagiannya lagi dinyatakan dha'if. (Misalnya), Al-Mundziri, menulis kitab At-
Targhîb wat Tarhîb, di dalamnya memuat banyak hadits, mayoritasnya shahih, namun ada juga
beberapa hadits yang dha'if.
Maka apabila didapati pada (kitab-kitab karya) Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb hadits-
hadits yang dha'if tidak berarti beliau bukan pakar dalam ilmu hadits. Karena banyak 'ulama
hadits, yang memiliki ilmu hadits, terkadang mereka menyebutkan hadits-hadits yang dha'if, namun itu
tidak berpengaruh padanya, tidak berpengaruh pada kapasitas keilmuan dan kedudukannya."
Dalam kitabnya yang berjudul Manhaj Syaikhil Islâm Muhammad bin 'Abdil Wahhâb fit Ta`lîf, Asy-
Syaikh 'Abdul Muhsin Al-'Abbad juga meletakkan sebuah bab yang menjelaskan tentang metode
penulisan karya Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb dalam bidang hadits dan atsar, beliau
berkata :
٣٤
Tuduhan), Al-Bayyinât (Hukum Bukti/Hujjah), kemudian Asy-Syahâdât (Persaksian), kemudian Al-Jâmi'
(Kumpulan Pembahasan), kemudian Ath-Thib (Kedokteran)."
Perhatikan dan bandingkan penilaian Al-Muhaddits Al-'Allâmah Asy-Syaikh 'Abdul Muhsin Al-'Abbâd
hafizhahullâh –yang beliau adalah termasuk salah satu guru dari Asy-Syaikh Muqbil Al-Wâdi'i v- yang
beliau ucapkan melalui sebuah pembahasan dan karya ilmiah, sebuah penilaian yang diucapkan
dengan penuh taqwa dan kehati-hatian. Lalu bandingkan dengan ucapan dan vonis-vonis Al-Hajûri
terhadap Al-Imâm Al-Mujaddid Syaikhul Islâm Muhammad bin 'Abdil Wahhâb v.
Tidak cukup ucapan di atas, lagi-lagi Al-Hajûri mengatakan tentang Syaikhul Islâm Muhammad bin
'Abdil Wahhâb v :
!! ﺑﺄﻧﻪ ﻣﻘﻠﺪ ﰲ ﻋﻠﻢ ﺍﳊﺪﻳﺚ ﻭﻻ ﻋﻠﻢ ﻟﻪ ﺑﻪ
"Dia (Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb v) adalah seorang pentaqlid dalam ilmu hadits,
sekaligus dia adalah orang yang tidak memiliki ilmu tentang hadits!!"
Kami serahkan penilaian atas ucapan ini kepada para pembaca sekalian.
Kemudian perlu diketahui pula, bahwa Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb v telah menimba
ilmu dari para 'ulama besar, antara lain Asy-Syaikh 'Abdullâh bin Ibrâhim bin Saif, Asy-Syaikh
Muhammad Hayat bin Ibrâhîm As-Sindi Al-Madani, Asy-Syaikh 'Abdullâh bin Sâlim bin Muhammad Al-
Bashri Al-Makki, Asy-Syaikh Muhammad Al-Majmû'i, Asy-Syaikh 'Ali Afandi bin Shâdiq Al-Hanafi Ad-
Daghistani, dan masih sangat banyak lagi. Di antara para gurunya tersebut, tidak sedikit yang
memberikan ijazah kepada beliau. Di antaranya, ijazah yang beliau dapatkan dari Asy-Syaikh 'Abdullâh
bin Ibrâhim bin Saif, yaitu ijazah untuk meriwayatkan, mempelajari, dan mengajarkan Shahîh Al-
Bukhâri dengan sanadnya sampai kepada Al-Imâm Al-Bukhâri beserta kitab-kitab syarhnya, Shahîh
Muslim serta kitab-kitab syarhnya beserta sanadnya sampai kepada Al-Imâm Muslim, Sunan At-
Tirmidzi dengan sanadnya sampai kepada Al-Imâm At-Tirmidzi, Sunan Abî Dâwûd dengan sanadnya
sampai kepada Al-Imâm Abû Dâwûd, Sunan Ibni Mâjah dengan sanadnya sampai kepada Al-Imâm
Ibnu Mâjah, Sunan An-Nasâ`i Al-Kubrâ dengan sanadnya sampai kepada Al-Imâm An-Nasâ`i, Sunan
Ad-Dârimi dan semua karya tulis Al-Imâm Ad-Dârimi dengan sanadnya sampai kepada Al-Imâm Ad-
Dârimi, semua kitab karya Al-Imâm An-Nawawi, Alfiyah karya Al-'Irâqi, At-Targhîb wat Tarhîb, Al-
Khulâshah karya Ibnu Mâlik, Sîrah Ibni Hisyâm dan seluruh karya tulis Ibnu Hisyâm, semua karya
tulis Al-Hâfizh Ibnu Hajar Al-'Asqalâni, kitab-kitab karya Al-Qâdhi 'Iyâdh, buku-buku qirâ'at, kitab Al-
Qâmûs dengan sanadnya, Musnad Al-Imâm Asy-Syâfi'i, Muwaththa` Al-Imâm Mâlik, Musnad Al-
Imâm Ahmad, Mu'jam Ath-Thabarâni, kitab-kitab karya As-Suyûthi, dll.
Jika demikian, pantaskah Al-Hajûri melecehkan kedudukan dan keilmuan Al-Imâm Muhammad bin
'Abdil Wahhâb dengan mengatakan :
ﻗﻮﻳﺔﺃﻣﺎ ﺍﳊﺪﻳﺚ ﻓﻤﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻪ ﻳﺪ
"Namun beliau tidaklah memiliki kemampuan yang besar dalam bidang hadits."
٣٥
"Dia (Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb v) adalah seorang pentaqlid dalam ilmu hadits,
sekaligus dia adalah orang yang tidak memiliki ilmu tentang hadits!!"
Permasalahan ini pernah ditanyakan kepada Al-'Allâmah Al-Muhaddits Al-Faqîh Ahmad bin An-
Najmi v sebagaimana terekam dalam dialog berikut :
. ﻭﻳﻘﻮﻝ ﺇﻥ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﳏﻤﺪ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﺍﻟﺘﻤﻴﻤﻲ ﻳﻌﲏ ﻻ ﺇﺣﺎﻃﺔ ﻟﻪ ﺑﻌﻠﻢ ﺍﳊﺪﻳﺚ: )ﺍﻟﺴﺎﺋﻞ
ﻣﻦ ﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﺃﺣﺎﻁ ﺑﻌﻠﻢ ﺍﳊﺪﻳﺚ ؟: ﺍﻟﺸﻴﺦ ـ ﺭﲪﻪ ﺍﷲ ـ
. ﻳﻌﲏ ﻳﻘﻮﻝ ﺃﻥ ﻋﻠﻤﻪ ﰲ ﺍﳊﺪﻳﺚ ﻗﻠﻴﻞ ﻟﻴﺲ ﺑﺎﻟﻘﻮﻱ: ﺍﻟﺴﺎﺋﻞ
. (. ﻻ! ﻻ! ﻣﺎ ﺻﺪﻕ! ﻫﺬﺍ ﱂ ﻳﺼﺪﻕ! ﻛﻴﻒ ﺃﻟﱠﻒ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﻋﻠﻤﻪ ﰲ ﺍﳊﺪﻳﺚ ﻗﻠﻴﻞ ؟! ﻧﻌﻢ: ﺍﻟﺸﻴﺦ ـ ﺭﲪﻪ ﺍﷲ ـ
Penanya : (Dia) juga berkata bahwa Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb At-Tamîmi tidak
menguasai seluruh ilmu hadits.
Asy-Syaikh An-Najmi : Siapakah yang bisa menguasai seluruh ilmu hadits?
Penanya : yakni dia mengatakan bahwa ilmu beliau (Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil Wahhâb At-
Tamîmi) dalam bidang hadits sedikit dan tidak kokoh.
Asy-Syaikh An-Najmi : Tidak, tidak, dia tidak benar, dia tidak benar. Beliau telah menulis sekian
banyak kitab karyanya, bagaimana (bisa dikatakan) ilmunya dalam bidang hadits sedikit?
Parahnya lagi, Al-Hajûri hendak membenturkan antara beliau dengan Al-Imâm Ash-Shan'âni. Hal ini
mengingatkan dengan adanya upaya pemutarbalikan fakta yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu
yang menyebarkan berita palsu bahwa Al-Imâm Ash-Shan'âni ternyata mencabut pujiannya terhadap
Al-Imâm Muhammad bin 'Abdil Wahhâb dan menulis sya'ir-sya'ir yang isinya justru mencela Al-Imâm
Muhammad bin Wahhâb!! Ini merupakan kedustaan. Oleh karena itu Asy-Syaikh Sulaimân bin Samhân
v menulis kitab dengan judul Tabri`atusy Syaikhainil Imâmain min Tazwîr Ahlil Kadzib wal Minn
(Pembersihan Nama Dua Syaikh sekaligus Dua Imam dari Pemalsuan Pembohong dan Pendusta),
yang berisi pembelaan terhadap Al-Imâm Muhammad bin 'Abdil Wahhâb dan Al-Imâm Ash-Shan'âni
2. Caci Maki terhadap Asy-Syaikh Al-Wâlid Al-'Allâmah 'Ubaid bin 'Abdillâh Al-
Jâbiri hafizhahullâh.
Sesungguhnya di antara nikmat Allah atas Ahlus Sunnah di Hadhramaut secara khusus, dan di Yaman
secara umum, adalah kunjungan Asy-Syaikh 'Ubaid bin 'Abdillâh Al-Jâbiri hafizhahullâh ke negeri
mereka. Sungguh beliau benar-benar telah menempuh kesulitan dan keletihan, dalam kondisi usia
beliau yang telah lanjut dan padatnya kesibukan beliau. Kunjungan beliau tersebut dalam rangka
menyampaikan kepada anak-anak didik dan para pelajar beliau beberapa bab/pembahasan dalam
berbagai disiplin ilmu. Sungguh pada yang demikian itu terdapat kebaikan yang sangat besar dan
banyak. Semoga Allah membalas beliau dengan sebaik-baik pembalasan.
Namun simaklah segala penyifatan dan sikap Al-Hajûri terhadap tamu yang mulia tersebut :
ﻭﺇﻻ ﻓﺎﻟﻌﻠﻤﺎﺀ، ﻭﺃﻇﻨﻪ ﺭﲟﺎ ﻣﺎ ﺍﺳﺘﺪﻋﺎﻩ ﺇﻻ ﳍﺬﺍ ﺍﻟﻐﺮﺽ،ﺍﲣﺬ – ﺃﻱ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ ﺍﷲ – ﺯﻳﺎﺭﺓ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﻴﺪ ﺳﻠﻤﺎ ﻣﻘﺎﺿﺎﺓ ﺃﻏﺮﺍﺿﻪ
ﻭﻏﺎﻳﺔ ﻣﺎ ﰲ ﺍﻷﻣﺮ ﺃﻥ ﻣﺎ ﺃﻟﻘﺎﻩ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﻴﺪ – ﺣﻔﻈﻪ ﺍﷲ – ﻗﺮﺍﺀﺓ ) ﺍﻟﺘﺤﻒ ﰲ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺴﻠﻒ ( ﻓﻴﻤﺎ،ﻋﻨﺪﻩ ﰲ ﺍﻟﻴﻤﻦ ﻛﺜﲑ
، ﻭﺃﺧﻮﻧﺎ ﻛﻤﺎﻝ ﻭﺃﺧﻮﻧﺎ ﻣﺼﻄﻔﻰ ﻗﺮﺃﻫﺎ ﻋﻠﻲ ﰲ ﻳﻮﻡ ﻭﺍﺣﺪ ) ﺍﻟﺘﺤﻒ ﻋﻠﻰ ﻣﻨﻬﺞ ﺍﻟﺴﻠﻒ ( ﰲ ﻳﻮﻡ ﻭﺍﺣﺪ ﻗﺮﺃﻫﺎ ﻋﻠﻲ،ﺃﺧﱪﱐ
( . ﺃﻭ ﺑﻌﻀﻪ، ﻭﻫﻜﺬﺍ ﺷﻲﺀ ﻣﻦ ﺑﻠﻮﻍ ﺍﳌﺮﺍﻡ ﻣﺎ ﺃﻇﻦ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺒﻴﻮﻉ ﻛﺎﻣﻼ،ﰲ ﻳﻮﻡ ﻭﺍﺣﺪ
"(Asy-Syaikh 'Abdullâh) telah menjadikan kunjungan Asy-Syaikh 'Ubaid sebagai tangga (batu loncatan)
untuk meraih tujuan-tujuannya, bahkan saya mengira bahwa bisa jadi dia (Asy-Syaikh 'Abdullâh)
tidaklah mengundang Asy-Syaikh 'Ubaid kecuali untuk tujuannya tersebut. Karena kalau bukan karena
itu, maka sebenarnya 'ulama di Yaman banyak. Maksimal yang disampaikan oleh Asy-Syaikh 'Ubaid
(dalam daurahnya) yaitu membacakan kitab At-Tuhaf fî Madzhabis Salaf sebagaimana yang
diberitakan kepadaku, sementara saudara kita Kamâl dan saudara kita Mushthafâ membacakan kitab
٣٦
tersebut di hadapanku (selesai) dalam satu hari saja. At-Tuhaf fî Madzhabis Salaf hanya dalam sehari
saja dia telah selesai membacanya di hadapanku!! Hanya dalam sehari saja!! Demikian juga (Asy-
Syaikh 'Ubaid membacakan) sedikit dari kitab Bulûghul Marâm. Saya tidak mengiranya (beliau
membacakan) Kitâbul Buyû` semuanya atau pun sebagiannya. " [ dari kaset Adâ`ul Wâjibil Mafrûdh ]
Ucapan yang terdengar dari Asy-Syaikh Yahyâ Al-Hajûri ini masih tergolong sangat sopan dan sangat
menghargai Asy-Syaikh 'Ubaid. Tidak lama setelah ini, akan terdengar dari Al-Hajûri ucapan yang
sangat pedas, kasar, keji, dan kotor serta tidak pantas untuk diucapkan oleh seorang yang mengaku
dirinya sebagai 'alim, apalagi telah mendapat gelar sebagai An-Nâshihul Amîn. (hanya Allah sajalah
yang tahu hakekat sebenarnya).
Dalam satu kaset Al-Hajûri berkata tentang Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri hafizhahullâh :
،) ﻣﺆﺳﺲ ﺍﳊﺰﺑﻴﺔ ﺍﳉﺪﻳﺪﺓ
،ﺳﺒﱵ ﺍﳊﺰﺑﻴﺔ ﺍﳉﺪﻳﺪﺓ
، ﻣﻨﻌﺶ ﺍﳊﺰﺑﻴﺔ ﺍﳉﺪﻳﺪﺓ
، ﱂ ﻳﻜﻦ ﻣﺸﻬﻮﺭﺍ
، ﺣﻮﳝﻖ
،ﻗﻄﻊ ﺍﷲ ﺩﺍﺑﺮﻩ
، ﺧﺮﺝ ﻟﺸﻖ ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ،ﺃﻧﺎ ﻻ ﺃﺃﻣﻦ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻋﺒﻴﺪ ﻣﺪﻓﻮﻉ ﻟﺸﻖ ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ
ﺧﺮﺝ ﻣﻨﺎﻭﺃﹰ ﻟﻠﺪﻋﻮﺓ ﻣﻀﺎﺩ ﳍﺎ
ﺳﺎﻋﻲ ﻓﻴﻬﺎ ﺑﺎﻟﻔﺘﻨﺔ
( ﻗﻄﻊ ﺍﷲ ﺩﺍﺑﺮﻩ
[ dinukil dari kasetnya yang berjudul Isyâratut Ta`kîd ilâ Anna Sabtal Hizbiyyatil Jadîdah Asy-
Syaikh 'Ubaid ]
10
Maksudnya adalah nisbah kepada 'Abdullâh As-Sabt, salah satu gembong hizbiyyah di Jam'iyyah Ihyâ`ut Turats Kuwait yang mengusung
paham kelompok Ikhwanul Muslimin.
٣٧
disayangkan, ribuan murid tersebut terdidik dengan bentuk tarbiyyah mencaci maki para 'ulama,
melecehkan kehormatan mereka, maka hal itu tentu akan membentuk mental, kepribadian, dan sikap
para murid tersebut dalam berdakwah ketika mereka kembali ke negeri masing-masing.
Jujur saja, Ahlus Sunnah di segenap penjuru, termasuk di Indonesia –terkhusus di kalangan para
asâtidzah-, telah mengenal nama Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri sebelum mereka mengenal nama Yahyâ
bin 'Ali Al-Hajûri. Maka bagaimana bisa Al-Hajûri mengatakan bahwa Asy-Syaikh 'Ubaid maghmûr dan
ghairu ma'rûf??!
b. ( ) ﺳﻔﻴﻪartinya : Dungu
Subhânallâh. Seorang 'ulama yang cukup disegani dan didengar ucapan dan fatwanya, dikatakan oleh
Al-Hâjuri sebagai seorang yang dungu?!!
c. ( ) ﺃﲪﻖartinya : Dungu.
Setelah menggelari Asy-Syaikh Al-Jâbiri dengan safîh, berikutnya Al-Hajûri menggelari beliau dengan
ahmaq (dungu) (!!).
٣٨
d. ( ) ﻓﺴﻮﺓ ﻋﺠﻮﺯartinya : Kentut Nenek Tua
Sungguh sebenarnya sangat malu dan tak kuasa rasanya untuk menyebutkan kalimat tersebut. Namun
pembaca perlu tahu betapa keji dan kotor perbendaharaan kata Al-Hajûri. Celakanya, kata-kata keji
dan kotor tersebut ia lontarkan kepada para 'ulama sunnah panutan umat.
Kali ini, Al-Hajûri melontarkan perbendaharaan yang sangat aneh, sekaligus sangat kotor dan keji. Al-
Hajûri mengatakan :
ﻳﻌﲏ ﻣﺎﺫﺍ ﲢﺬﻳﺮﻙ ﻣﺜﻞ ﻓﺴﻮﺓ ﻋﺠﻮﺯ ﻭﺍﷲ ﺻﺪﻕ،ﻗﻠﻨﺎ ﻟﻪ ﻳﺎ ﺷﻴﺦ
"Saya katakan padanya (Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri) : wahai Syaikh, bahwa tahdzîr mu itu seperti
kentut nenek tua. Demi Allah, benar."
!! ﺃﻧﺎ ﻻ ﺃﺯﺍﻝ ﺃﻗﻮﻝ ﻫﺬﺍ ﺃﻥ ﺍﻟﺘﺤﺬﻳﺮ ﻣﻦ ﺩﻣﺎﺝ ﻣﺜﻞ ﻓﺴﻮﺓ ﻋﺠﻮﺯ ﻭﺍﷲ،ﻗﻠﻨﺎ ﻟﻚ ﺇﻥ ﻛﻼﻣﻚ ﻫﺬﻩ ﻣﺜﻞ ﻓﺴﻮﺓ ﻋﺠﻮﺯ
"Aku katakan kepadamu, bahwa ucapanmu ini seperti kentut nenek tua. Aku akan terus katakan ini,
bahwa tahdzîr dari Dammâj seperti kentut nenek tua. Demi Allah !!
Sungguh ucapan Al-Hajûri benar-benar membuat tercengang banyak pihak. Terkhusus para penuntut
ilmu dan para da'i, apalagi para 'ulama. Bagaimana bisa seorang yang dianggap syaikh dan berilmu
sanggup melontarkan kata-kata yang demikian keji, parahnya ucapan tersebut dilontarkan di Rumah
Allah (masjid) di atas kursi Asy-Syaikh Muqbil yang diamanatkan kepadanya di hadapan ribuan
muridnya yang akan pulang ke negeri masing-masing sebagai da'i.
Kemudian bagaimana bisa Al-Hajûri mengerti – ma'af - jenis-jenis kentut, dan kemudian menilai
ucapan Asy-Syaikh 'Ubaid sebagai ucapan seperti kentutnya nenek tua?
Perlu diketahui juga, kosa kata Al-Hajûri terkait dengan barang-barang kotor ini sangat banyak, lengkap
dengan jenis-jenisnya. Yang menunjukkan dia memiliki keahlian dan spesialisasi tentang barang-
barang kotor, sehingga ia bisa menyebutkan jenis-jenisnya serta membedakan satu sama lain.
Misalnya, kosa kata yang pernah terlontar dari lisan Al-Hajûri dalam mencela dan mencaci maki pihak
lain adalah – sekali lagi ma'af sebenarnya tak sanggup untuk menuliskannya, namun agar pembaca
tahu betapa kotor lisan Al-Hajûri ini - :
Sungguh jiwa yang bersih tak akan kuasa mendengarnya, apa lagi sampai mengucapkan dan
mengulang-ulang ucapan tersebut, apalagi mengucapkannya di tempat yang paling suci, yaitu di
masjid. Subhâna Rabbinâ Rabbil 'Izzah ….
Di sisi lain, yang dinilai sebagai "kentut nenek tua" oleh Al-Hajûri adalah tahdzîr Asy-Syaikh 'Ubaid
dari Dammâj. Padahal ini tidak benar. Fadhîlutsy Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri tidaklah mentahdzîr dari
Dammâj, namun beliau hafizhahullâh mentahdzîr (memperingatkan) para penuntut ilmu dari berbagai
kekeliruan, ketergelinciran, dan kekejian sikap dan ucapanmu wahai Al-Hajûri, yang engkau sanggup
menjatuhkan dan merendahkan harga diri orang-orang shalihin dan muttaqin dengan kata-kata yang
paling kotor, jorok, dan keji. Jangan pelintirkan permasalahan permasalahan sebenarnya. Betapa
seringnya engkau memposisikan nasehat dan teguran orang lain, atau para penuntut ilmu dan para
'ulama terhadapmu sebagai sikap menentang Dakwah Salafiyyah, memecah belah Dakwah Salafiyyah,
٣٩
mentahdzîr dan menjauhkan orang dari Ma'had Dammâj, dll. Ketahuilah, bahwa yang mencintai
Ma'had Dammâj bukan hanya engkau saja. Semua para 'ulama Ahlus Sunnah dan para penuntut ilmu
sangat mencintai Ma'had Dammâj warisan Al-'Allâmah Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdi Al-Wâdi'i v.
Mereka semua mengingingkan Ma'had Dammâj tidak terkotori oleh berbagai tindakanmu yang
menyelisihi manhaj, akhlaq, dan adab Ahlus Sunnah. Mereka semua mengingingkan Ma'had Dammâj
kembali sebagaimana sedia kala pada masa Asy-Syaikh Al-Wâlid, sebuah ma'had yang penuh kasih
sayang, serta sikap menghormati dan memuliakan para 'ulama dan kehormatan mereka. Jauh dari
sikap ghuluw dan ekstrim sebagaimana terjadi sekarang. Ya Allah kembalikanlah Ma'had Dammâj
sebagaimana dahulu, âmîn yâ rabbal 'âlamîn
e. ( ) ﳎﻨﻮﻥartinya : Gila
Tidak puas dengan segala ucapan jorok, keji, dan kotor di atas, kali ini saudara Al-Hajûri mengatakan :
! ﻋﺒﻴﺪ ﳎﻨﻮﻥ! ﻋﺒﻴﺪ ﳎﻨﻮﻥ! ﻋﺒﻴﺪ ﳎﻨﻮﻥ: ﻣﺎ ﺃﻇﻦ ﻳﺴﻤﻊ ﻛﻼﻣﻚ ﻫﺬﺍ ﺇﻻ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﰲ ﻭﻟﺪ ﻳﻠﻌﺐ ﺑﺎﻟﺸﺎﺭﻉ ﻳﻘﻮﻝ
"Saya tidak mengira akan ada yang mau mendengar ucapanmu. Kecuali pada seorang anak yang
sedang bermain di jalanan seraya mengatakan : 'Ubaid gila!, 'Ubaid gila!, 'Ubaid gila!"
Demikianlah gelaran "gila", "dajjâl", dan "Fâjir" disematkan kepada seorang 'ulama yang mulia, Al-
'Allâmah Al-Wâlid Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri hafizhahullâh. Jika umat dan penuntut ilmu dididik
dengan sikap pelecehan terhadap 'ulama, maka akankah mereka mendapat kebaikan?
Mungkin ada yang mengatakan, bahwa Asy-Syaikh Al-Hajûri sekadar menukilkan ucapan orang-orang
awam tentang Asy-Syaikh 'Ubaid. Asy-Syaikh Al-Hajûri tidak mengatakan Asy-Syaikh 'Ubaid sebagai
gila, atau dajjâl, atau fâjir.
Kita jawab : menyebutkan kalimat keji tersebut begitu saja tanpa mengkritiknya? Tanpa ada
pembelaan sedikit pun kepada Asy-Syaikh 'Ubaid? Apa maksudnya menukilkan kalimat tersebut?
Pantaskah ia menukilkan kata-kata keji tersebut terhadap seorang 'ulama yang mulia tanpa ada
pembelaan sedikitpun? Kalau tidak setuju dengan kalimat tersebut maka semestinya Al-Hajûri
membantahnya.
Kemudian, apakah pantas Al-Hajûri menjadikan ucapan orang awam sebagai sandaran? Suatu hal
yang sangat aneh dan ajaib, ucapan seorang 'ulama tidak bernilai di hadapan Al-Hajûri sementara
ucapan anak-anak dan orang-orang awam bernilai di sisinya?
٤٠
Subhânallâh. Pantaskah engkau mengucapkan kata-kata penghinaan tersebut kepada seorang 'ulama
yang mulia seperti Asy-Syaikh Al-Jâbiri?!! Suatu kata-kata penghinaan yang pernah diucapkan oleh
seorang syî'ah râfidhah kepada Samâhatul Wâlid Asy-Syaikh 'Abdul 'Azîz bin Bâz!! Suatu kalimat
penghinaan yang hanya sanggup diucapkan oleh seorang syi'ah kepada seorang 'ulama besar ahlus
sunnah!!
Para pembaca sekalian. Memang benar, Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri hafizhahullâh diberi sebuah ujian
oleh Allah dalam bentuk kedua matanya tidak melihat, sebagaimana yang dialami oleh Asy-Syaikh
'Abdul 'Azîz bin Bâz v
Namun sekali lagi kami bertanya, pantaskah ucapan ini dilontarkan kepada seorang syaikh yang mulia
dan lanjut usia, yang dikenal banyak membantah ahlul bid'ah dan hizbiyyah pada masa ini.
Wahai saudaraku Al-Hajûri tidakkah engkau ingat atas ucapanmu sendiri yang kau ucapkan dalam
yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari daerah Adh-Dhâli', bahwa :
. ( !! ﻭﺃﻧﺎ ﻣﺎ ﳚﻮﺯ ﱄ ﺃﻥ ﺃﺳﺒﻜﻢ، ﻣﺎ ﳚﻮﺯ ﻟﻜﻢ ﺃﻥ ﺗﺴﺒﻮﱐ ﺃﻭ ﻻ، ) ﻭﺍﷲ ﺳﺒﺎﺏ ﺍﳌﺴﻠﻢ ﻭﻗﺘﺎﻟﻪ ﻛﻔﺮ
"Demi Allah, caci makian terhadap seorang muslim dan memeranginya adalah kekufuran. Tidak boleh
bagi kalian untuk mencaciku, bukankah demikian. Sebagaimana aku juga tidak boleh mencaci kalian!!"
Ya memang benar ucapanmu. Para penuntut ilmu, orang-orang shalih, terutama para 'ulama tidak
pantas untuk dicela.
Betapa indah ucapan-ucapanmu di atas wahai saudaraku Al-Hajûri. Namun sudahkah engkau beramal
dengan apa yang telah engkau ucapkan dan engkau nasehatkan kepada orang lain?
Realita membuktikan bahwa engkau tidak beramal dengan apa yang telah engkau ucapkan. Tidakkah
engkau ingat terhadap firman Allah :
٤١
... ﻈِﻴﻢ ﻋﻠﹾﺖ ِﺇﺫﹶﺍ ﻓﹶﻌﻚﻠﹶﻴ ﻋﺎﺭ ﻋ... ﻣِﺜﹾﻠﹶﻪﺄﺗِﻲﺗﻠﹸﻖٍ ﻭ ﺧﻦ ﻋﻪﻨﻻﹶ ﺗ
Janganlah engkau melarang (orang lain) dari sebuah perangai yang jelek sementara engkau pada
waktu itu juga melakukan hal yang sama
Sungguh merupakan aib yang besar atasmu jika engkau melakukannya
Begitulah Al-Hajûri, ketika dia sedang tidak suka kepada seseorang, atau orang tersebut tidak mau
menerima kebijakan dan berbagai vonisnya, maka orang tersebut akan ia posisikan sebagai pemecah
belah Dakwah Salafiyyah.
3. Celaan Terhadap Fadhîlatusy Syaikh Shâlih bin 'Abdil 'Azîz Âlusy Syaikh
hafizhahullâh.
Asy-Syaikh Shâlih bin 'Abdil 'Azîz adalah seorang 'ulama Ahlus Sunnah yang mulia. Kini beliau ditunjuk
untuk memegang jabatan sebagai menteri agama Kerajaan Saudi 'Arabia.
Perhatikan celaan Al-Hajûri terhadap seorang syaikh yang mulia tersebut. Al-Hajûri mengatakan :
ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺬﻱ ﺣﻠﻖ ﺍﻟﻠﺤﻴﺔ ﻭﻗﻄﻌﻬﺎ ﻭﻣﺰﻗﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﻭﺗﲑﺓ ﺍﻹﺧﻮﺍﻥ ﺍﳌﺴﻠﻤﲔ
"Dia adalah orang yang mencukur, memotong, dan merobek jenggotnya seperti kebiasaan Ikhwanul
Muslimin. "
٤٢
Ketika ucapan Al-Hajûri ini ditanyakan kepada Al-'Allâmah Asy-Syaikh Ahmad bin Yahyâ An-Najmi v,
maka beliau menjawab :
. ( !ﻛﺬﺏ،!ﻛﺬﺏ،!ﻛﺬﺏ،!) ﻛﺬﺏ
"Dia telah berdusta! dia telah berdusta! dia telah berdusta! dia telah berdusta!!"
Masih banyak lagi para 'ulama yang menjadi sasaran ketajaman lisan Al-Hajûri. Namun pada bagian
pertama dari seri ke-2 ini kami cukupkan sampai di sini dulu. Insyâ Allâh kelengkapannya akan
menyusul pada bagian kedua dari seri ke-2. Nantikan ….
1. Bertaqwalah anda kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan hendaknya anda berucap
dengan Qaulan Sadida, sebagaimana firman Allah :
٩ : ﺍﻟﻨﺴﺎﺀz s r q p o n{
Hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar. [An-Nisâ` : 9]
Dinukilkan pula dari Al-Imâm Mujâhid, bahwa Qaulan Sadida adalah Ash-Shidqu (yaitu perkataan
yang jujur).
٧٠ : ﺍﻷﺣﺰﺍﺏz } | { z y x w v u{
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang
benar,
Sehingga dengan ini kami menasehatkan saudara Al-Hajûri untuk selalu berkata dengan Qaulan
Sadida, yaitu perkataan yang penuh dengan kelembutan dan kesopanan jauh dari perkataan yang
kasar dan keji, perkataan yang penuh dengan kejujuran jauh dari kedustaan, serta perkataan yang
penuh dengan keadilan jauh dari sikap menzhalimi hamba-hamba Allah.
٤٣
2. Takutlah anda terhadap do'a hamba-hamba Allah yang terzhalimi, karena do'a orang yang
terzhalimi tidak ada hijab antaranya dengan Allah . Sebagaimana wasiat Rasulullah kepada salah
seorang da'i dan utusannya, yaitu shahabat Mu'adz :
« ﺎﺏ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺣِﺠﻦﻴﺑ ﻭﻪﻨﻴ ﺑﺲ ﻟﹶﻴﻪ ﻓﹶﺈِﻧ، ِﻈﹾﻠﹸﻮﻡﺓﹶ ﺍﻟﹾﻤﻮﻋﻖِ ﺩﺍﺗ ﻭ... »
Takutlah kamu terhadap do'a orang yang terzhalimi, karena tidak ada hijab (pembatas) antara
dirinya dan Allah. [Al-Bukhâri 1496, Muslim 19]
3. Begitu pula kami ingatkan saudara Al-Hajûri dengan hadits-hadits berikut, yang insyâ`allâh Al-
Hajûri sendiri telah sering mendengung-dengungkannya dalam berbagai khuthbah dan ceramah
yang ia sampaikan.
ﻳﺪِﻩِ « ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪﺎﻧِﻪِ ﻭ ﻟِﺴﻮﻥﹶ ﻣِﻦﻠِﻤﺴ ﺍﻟﹾﻤﻠِﻢ ﺳﻦ ﻣﻠِﻢﺴ» ﺍﻟﹾﻤ
"Seorang muslim (yang hakiki) itu adalah ketika kaum muslimin lainnya selamat dari (kejelekan)
lisannya dan tangannya." [Muttafaqun 'alaihi dari shahabat 'Abdullâh bin 'Amr h]
ﻲ ﻣِﻨﺪﻛﹸﻢ ﻌ ﻭﺃﺑ، ﺇﻟﹶﻲﻜﹸﻢﻀﻐ ﻭﺇﻥﱠ ﺃﹶﺑ، ﻼﹶﻗﹶﺎﹰ ﺃﹶﺧﺎﺳِﻨﻜﹸﻢ ﺃﺣ، ِﺔﺎﻣ ﺍﻟﻘِﻴﻮﻡﻠِﺴﺎﹰ ﻳﺠﻲ ﻣ ﻣِﻨﺑِﻜﹸﻢ ﻭﺃﻗﹾﺮ، ﺇِﻟﹶﻲﻜﹸﻢﺒ ﺃﺣ» ﺇﻥﱠ ﻣِﻦ
. ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ. « ﻬِﻘﹸﻮﻥﹶﻔﹶﻴﺍﳌﹸﺘﻗﹸﻮﻥﹶ ﻭﺪﺸﺍﳌﹸﺘﻭﻥﹶ ﻭﺛﹶﺎﺭ ﺍﻟﺜﱠﺮ، ِﺔﺎﻣ ﺍﻟﻘِﻴﻮﻡﻳ
"Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan paling dekat posisi duduknya dariku
pada hari Kiamat adalah orang-orang yang terbaik akhlaqnya dari kalian. Sesungguhnya orang
yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari Kiamat adalah Ats-Tsartsârûn (orang yang
banyak berbicara), Al-Mutasyaddiqûn (orang yang lancang lisannya dan kotor ucapannya
terhadap orang lain), dan Al-Mutafaihiqûn (orang yang memenuhi lisannya dengan pembicaraan
yang nyeleneh dalam rangka menyombongkan diri dan merendahkan orang lain)." [HR. At-
Tirmidzi 2018 dari shahabat Jâbir bin 'Abdillâh ; dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albâni dalam
Ash-Shahîhah no. 791]
. « ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱﺬِﻱﻻﹶ ﺍﻟﺒ ﻭ،ِﻻﹶ ﺍﻟﻔﹶﺎﺣِﺶ ﻭ،ِﺎﻥﻻﹶ ﺍﻟﻠﱠﻌ ﻭ،ِﺎﻥ ﺑﺎﻟﻄﱠﻌﻣِﻦ ﺍﳌﹸﺆﺲ» ﻟﹶﻴ
Seorang mukmin itu bukanlah orang yang suka mencela, bukan orang yang suka melaknat, bukan
orang yang keji, dan bukan pula orang yang kasar lisannya." [HR. At-Tirmidzi dari shahabat
'Abdullâh bin Mas'ûd dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albâni dalam Ash-Shahîhah no. 320]
٤٤
PENUTUP
Demikianlah, tulisan sederhana ini. Walaupun singkat, semoga sudah sudah cukup memberikan
gambaran yang jelas tentang betapa berbahayanya sikap dan tarbiyyah yang terjadi di Ma'had
Dammâj saat ini yang dilakukan oleh Yahyâ Al-Hajûri. Sungguh merupakan tragedi yang sangat
memprihatinkan kita semua segenap ahlus sunnah salafiyyîn, yang memiliki prinsip sangat
menghormati, menghargai, dan mencintai para 'ulama Ahlus Sunnah di setiap masa dan tempat.
Masih banyak lagi berbagai ucapan kasar, tidak senonoh, dan tidak beradab dari Al-Hajûri terhadap
para 'ulama sunnah yang membuat kita benar-benar bersedih. Kelengkapannya insyâ`allâh menyusul
pada bagian kedua seri ke-2.
٤٥
DAFTAR ISI
Pengantar 2
Kemuliaan Dan Kehormatan Para 'Ulama 4
- Sikap Memuliakan dan Menghormati Para 'Ulama adalah Salah Satu Prinsip Penting dalam Manhaj
Ahlus Sunnah wal Jama'ah 5
٤٦
Terhadap Para Masyâikh Dakwah Salafiyyah di Saudi 'Arabia secara Global 19
- Para masyâikh di Saudi 'Arabia pun harus menerima ketajaman lisan Al-Hajûri 19
- Penilaian Al-Hajûri Terhadap Al-Lajnah Ad-Dâ`imah lil Buhûtsil 'Ilmiyyah wal Iftâ` 20
- Para 'Ulama Berfatwa Karena Sebatas Menjalankan Tugas Kepegawaian 22
Kedua : Caci Maki dan Celaan Terhadap Beberapa Masyâikh Secara Ta'yîn (Menunjuk Pada
Nama atau Pribadi Tertentu) 24
2. Caci Maki terhadap Asy-Syaikh Al-Wâlid Al-'Allâmah 'Ubaid bin 'Abdillâh Al-Jâbiri hafizhahullâh
36
- Tanggapan negatif dan celaan Al-Hajûri terhadap kedatangan Asy-Syaikh 'Ubaid
hafizhahullâh ke Yaman 36
- Celaan dan caci maki Al-Hajûri terhadap Asy-Syaikh 'Ubaid Al-Jâbiri 37
a. ( ﻏﲑ ﻣﻌﺮﻭﻑ، ) ﻣﻐﻤﻮﺭartinya : Terbenam tidak terkenal 38
b. ( ) ﺳﻔﻴﻪartinya : Dungu 38
c. ( ) ﺃﲪﻖartinya : Dungu 38
٤٧
e. ( ) ﳎﻨﻮﻥartinya : Gila 40
٤٨