Anda di halaman 1dari 3

BuletinIHQN

VolumeII/Nomor.04/2006

Hal. 1 dari 3

KONTEKS ORGANISASI DALAM IMPLEMENTASI PATIENT SAFETY: Contoh kasus di RS Royal Children Hospital
Dr. Trisasi Lestari Royal Children Hospital (RCH) di Australia merupakan salah satu rumah sakit yang dikatakan aman dalam memberikan pelayanan aman dan berkualitas tinggi pada pasien dan keluarganya. Satu tahun setelah memisahkan diri dengan Royal Women Hospital, RCH tetap mampu meningkatkan kualitas pelayanannya dengan berbagai pendekatan-pendekatan yang inovatif. Struktur organisasi baru memasukkan komite keselamatan pasien dibawah komite mutu dan keselamatan RCH yang mempunyai perwakilan konsumen didalamnya. Komite ini juga menerbitkan laporan mutu pelayanan RS tahunan sebagai jawaban atas tuntutan konsumen untuk peningkatan mutu yang berkelanjutan.

Newsletter menjadi salah satu sarana untuk menginformasikan dan mengingatkan pentingnya masalah keselamatan pasien pada karyawan RS. Disajikan secara sederhana, newsletter ini memuat banyak hal penting terkait keselamatan pasien. Misalnya pentingnya komunikasi yang jelas antara semua petugas, pemakaian tanda pengenal untuk pasien dan karyawan, pelabelan spesimen, dll. Yang menarik, dari setiap topik yang disajikan di bawahnya diberikan satu kalimat inti dari topik tersebut. Sesekali disisipkan pula flowchart penanganan pasien, dan artikel-artikel terbaru terkait patient safety.

BuletinIHQN

VolumeII/Nomor.04/2006

Hal. 2 dari 3

Ada beberapa unit terkait patient safety yang didirikan RCH, antara lain unit Clinical quality and safety, care coordination, clinical system, clinical governance dan bangsal itu sendiri. Unit Clinical and quality safety (CQS) bisa dibilang menjadi motor dari jalannya sistem patient safety. Tim CQS bertugas untuk mendukung staf dan konsumen untuk bersama-sama memberikan pengalaman pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas dan aman untuk anak-anak dan keluarganya yang datang ke RCH. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain : 1. Memastikan governance dan leadershipnya berkualitas dan aman 2. Mengajak dan melibatkan konsumen dalam kegiatan-kegiatan RCH. 3. Mempermudah akses informasi konsumen: mendukung dan membolehkan pasien dan wakilnya untuk mengakses informasi yang terkait pengobatan pasien dan boleh memberikan komentar atas pelayanan yang diterima. 4. Mendukung evidence-based practice, clinical improvement dan inovasi 5. Manajemen klinis dan resiko medikolegal: mendukung staf untuk mengatasi dan belajar dari berbagai efek samping, insiden, keluhan dan masalah-masalah medikolegal lain yang berhubungan dengan pelayanan pasien. Diterbitkan pula buku pedoman praktis untuk pengukuran medical error. 6. Mendukung dibangunnya hubungan kemitraan yang kolaboratif antara konsumen, provider kesehatan lainnya dan RCH. Komite ini setiap tahun juga menerbitkan laporan kualitas pelayanan RS. Didalamnya tercakup jenis-jenis pelayanan yang disediakan RCH, upaya-upaya dan hasil yang telah mereka capai dalam memberikan informasi kesehatan anak pada masyarakat, mengurangi waktu tunggu dan membuat waktu tunggu lebih ditoleransi anak-anak, meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien, mengendalikan infeksi nosokomial, penelitianpenelitian, pelatihan untuk staf, hubungan dengan komunitas diluar RS, dll. Kedua adalah unit care coordination, yang bertanggungjawab atas mutu pelayanan klinis pasien. Unit ini menerapkan tiga strategi utama untuk meningkatkan koordinasi dan kualitas pelayanan yang diberikan di RCH, yaitu dengan Clinical paths, care management, dan effective discharge strategy. Clinical paths adalah rencana penatalaksanaan pasien yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuk kelompok-kelompok pasien yang perjalanan klinis dan penatalaksanannya dapat diprediksikan. Dengan menggunakan clinical paths bisa didapat beberapa keuntungan, antara lain hemat waktu, mempertahankan/meningkatkan standar pelayanan pasien, mendorong evidence based practice, sebagai sarana pendidikan untuk staf yang belum familiar dengan tatalaksana pasien, memperbaiki organisasi penatalaksanaan pasien sejak masuk, meningkatkan keterlibatan pasien dan keluarganya, dan memperkuat dokumen legal. Proses Care management dirancang untuk kelompok pasien yang sulit diprediksi perjalanan klinis dan outcomenya, yang biasanya penyakitnya lebih kompleks dan tinggal lebih lama. Pendekatan Case management ini melibatkan dua elemen kunci, yaitu Care manager dan Care Management planning tool. RCH juga mempunyai komitmen yang tinggi untuk memberikan pelayanan yang berkualitas sampai ke masyarakat. Bekerjasama dengan berbagai komite di RCH dan konsultan eksternal, Effective Discharge Strategy ini dibuat untuk memperkuat performa RCH dengan cara sebagai berikut :

BuletinIHQN

VolumeII/Nomor.04/2006

Hal. 3 dari 3

1. mengimplementasikan paediatric Risk Screening Tool untuk semua pasien yang masuk ke RCH 2. Memperkuat clinical path/proses care management dalam membuat perencanaan discharge dan dukungan paska discharge yang lebih baik. 3. Mengaudit penatalaksanaan discharge yang terkini 4. Memberikan rangkuman akhir pengobatan pasien pada dokter di komunitas RCH juga menjadi RS pertama yang menggunakan sistem klinik melalui strategi HealthSMART yang dikembangkan bagian SDM. Sistem klinik adalah suatu software program komputer yang digunakan oleh semua staf medis dan farmasi RS untuk mengetahui hasil pemeriksaan dan informasi klinis pasien yang relevan. Selain itu juga bisa untuk mengajukan permintaan pemeriksaan klinis, juga memberikan resep dan mencatat pengobatan yang diterima pasien. Diharapkan implementasi sistem klinik ini bisa menurunkan kejadian medical error dan efek samping obat yang tidak diharapkan, menurunkan angka duplikasi pemeriksaan dan pemeriksaan yang tidak perlu, meningkatkan kualitas pelayanan dan mengoptimalkan sumberdaya yang ada. Penerapan clinical governance di RCH juga sudah bukan hal yang asing lagi. Meskipun istilah ini relative baru, tetapi kerangka kerjanya sudah diterapkan sejak lama. Dari dewan direksi, eksekutif, sampai klinisi, semuanya bertanggungjawab untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan aman. CEO dan eksekutif harus memastikan sistem yang ada berjalan dengan baik, sementara para manajer dan klinisi bertanggungjawab untuk mengimplementasikan sistemnya. Didalam clinical governance tercakup clinical risk management, clinical quality and safety framework, consumer participation, clinical effectiveness, clinical audit, evidence based practice, credentialing/professional development, dan research and development.

Anda mungkin juga menyukai