Anda di halaman 1dari 121

"Sudah berapa kali ku bilang Camm, jangan pernah berhubungan lagi dengan Josh !

itu dapat membahayakan identitas sekolah kita." Bentak sang kepala sekolah kepada gadis yang ada dihadapannya. Sang gadis mendesah panjang sembari menjawab "Sudahlah mom, mungkin itu pertemuan terakhirku dengan Josh. Aku sudah putus dengannya." Diluar ruangan kepala sekolah itu tampak 2 gadis yang sedang berusaha untuk mendengarkan pembicaraan di dalam. Tak sadar lelaki separuh baya sudah ada di belakang mereka. "apa yang kalian lakukan disini nona nona? heh?" ucap sang lelaki pada ketiga gadis itu. "ehh tak apa si, ehh kami hanya menunggu Cammie."jawab gadis yang berambut ikal. "ohh, begitu rupanya. baiklah." jawab sir.Solomon Kembali kedalam ruangan Kepala Sekolah "baiklah nona muda, silahkan kembali ke kamarmu dan tenangkan dirimu".Tanpa menjawab sang gadis langsung pergi meninggalkan ruangan itu. Cklek. Pintu ruangan kepala sekolah itu pun terbuka. Sir.Solomon pun tersenyum ketika melihat Cammie yang muncul dari balik pintu. "bagaimana dengan harimu nona?"sapa sir.Solomon ramah pada Cammie "Sudahlah sir, simpan saja omong kosongmu itu untuk lain hari, aku lelah, bye !" jawab Cammie ketus dan melenggang pergi meninggalkan Sir.Solomon dan teman-temannya. "mmm, kami, permisi sir. kami harus pergi." pamit sang gadis berambut pirang dengan senyuman mengembang di bibirnya. Dan kedua gadis itu pergi dan mengejar Cammie sahabatnya. Sir.Solomon yang bingung hanya menggedikkan pundaknya dan masuk ke dalam ruangan Kepala Sekolah.

Cammie POV yaa inilah kehidupanku. Namaku Chammeron Morgan namun lebih akrab dipanggil Cammie. Ya ibuku Rachel Morgan sebagai kepala sekolah di sekolah tempatku berada sekarang ini "Gallagher Academy". Mungkin kalian menganggapku gadis ketus yang tidak punya etika. Tapi itu bukan diriku yang sebenarnya. Aku hanya sedang kesal tadi. Bagaimana tidak? Aku putus kekasihku hanya untuk menjaga identitas sekolah bodoh ini. Oh ya sekolah ini memang tak banyak diketahui masyarakat awam karna sekolah ini adalah sekolah mata-mata. Ohh ya kedua gadis yang ada di depan pintu kantor ibuku tadi mereka sahabatku. Ya Bex gadis cantik yang berambut coklat dan Liz gadis yang berambut pirang. Ya inilah kebodohanku bisa-bisanya menjalin asmara dengan masyarakat awam padahal di sekolahku pun cukup banyak siswa laki-laki yang tak kalah tampannya dengan Josh. Hah ! Ini semua benarbenar membuatku gila.Jujur saja aku tak begitu mencintai Josh, tapi mengapa aku merasakan seperti ini. ahhhh ! Kedua sahabatku tiba-tiba sudah ada di sampingku ketika aku sedang menggerutu sendiri. "hei camm, bagaimana intrograsimu tadi? menyenangkankah?"tanya Liz dengan ceria "jangan bilang kau sudah putus dengan Josh? sambung Bex.

Kuputarkan kedua bola mataku dan menatap ketiga sahabatku "sudahlah lain kali saja ya yang bertanya aku sedang kesal sekarang. oh ya dan satu lagi, jangan mengikutiku lagi aku butuh waktu untuk sendiri." "Ohh baiklah camm, kami ada di kamar jika kau membutuhkan kami."jawab Bex dengan pengertian. "Terima Kasih" jawab camiie sambil melangkahkan kaki menuju danau di belakang sekolah. Author POV Pikiran Cammie benar-benar kalut sekarang jika Ia tidak mencintai Josh mengapa Ia harus marah pada Ibunya yang melarangnya untuk berpacaran pada masyarakat awam. Pikirannya meracau. Dan tiba-tiba gadis yang bernama Cammie itu berteriak sebisanya untuk menghilangkan kepanatan. "aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa !" teriak Cammie untuk menghilangkan gundahnya. "Hei bodoh apa kau gila?" Suara lelaki muncul dari arah belakang Camiie. Tapi saat Cammie menengok hasilnya nihil. Dan tiba-tiba BRUK seorang siswa laki-laki turun dari atas pohon. "Apa bodoh? Kau mencariku? Haha."ejek lelaki itu. "Hei apa maksuddmu memanggilku bodoh? Namaku bukan BODOH !" Jawab Cammie dengan akhir kata yang disentakkan. "Haha, aku tau aku tau. Pasti kau Camiie kan? Kenalkan aku Justin. Justin Drew Bieber"Senyum dari lelaki itu muncul sambil mengulurkan tangannya. Cammie menjaabat uluran tangan itu sambil memutarkan kedua bola matanya. "Aku sebelumnya belum pernah melihatmu di sekolah ini. Apa kau siswa baru?"tanya Cammie pada Justin. "Haha, tidak-tidak. Aku satu angkatan denganmu bahkan aku sering satu kelas denganmu.Hanya saja aku tak begitu suka bergaul dengan anak-anak disini. Aku lebih suka disini menenangkan diriku."jelas Justin pada Cammie. "Ohh really?" Senyum mulai mengembang pada bibir Cammie. "Yepp, seriouslly ! Ohh ya mengapa kau berteriak layaknya orang gila?" tanya Justin serius. "Haha, aku baru saja putus dengan kekasihku dan semua itu gara-gara sekolah bodoh ini !"jawab Cammie dengan nada kesal. "Ohh, maaf Cammie aku tak bermaksud." pinta Justin pada Cammie. "Sudahlah tak apa"jawab Cammie dengan senyum."Hari sudah mulai gelap, sebaiknya kamu kembali ke kamarmu Camm, ohh ya perlu kuantar?"tawar Justin dengan ramahnya. "baiklah, ayoo" Jawab Cammie antusias. "Haha, ayo-ayo"Tawa Justin sambil menggandeng tangan Cammie. Justin POV Tak terasa di samping canda gurau kami bersama telah sampai di Dorm Girl. "sudah sampai"kataku pada Cammie "iyaa tak terasa cepat sekali kita harus berpisah"kata Cammie sedih. "sudahlah girl tak usah bersedih, kita masih bisa bertemu lain hari"ucapku sambil teersenyum manis pada Cammie. Sebenarnya aku masih ingin bersama dengan gadis ini. Dia begitu asik jika diajak ngobrol dia juga cantik. Pikirku dalam hati. Cammie masih tampak sedih rupanya jika harus berpisah denganku. "ohh ya bolehkah aku meminta nomer handphonemu Cammie?"pintaku padanya. "Ohh tentu saja, mana berikan hanphonemu padaku."jawabnya ceria dengan menyiapkan tangannya. Ku berikan ponselku padanya dan Cammiepun mencatatkan nomernya. "ini"ucap Cammie sambil memberikan ponselku kembali. "terima kasih Camm, sudah gelap sana masuk ke kamarmu"usirku padanya. "huft,baiklah sirr."jawab Cammie dengan malas-malasan. "haha, dasar gadis bodoh, cepatlah jangan hanya menjawab tapi lakukan"ejekku karna melihat tingkahnya yang menggemaskan. "iyaa bodoh! daah justin" pamit Cammie sambil mencium pipi kananku. Setelah menciumku Ia langsung saja melenggang pergi meninggalkanku. Aku yang tersentak kaget diciumnya tak bisa berbuat apa-apa. Seakan-akan sarafku mati tak dapat digerakkan lagi. Ohh God? Apa yang kurasakan kali ini? Apa aku mulai menyukainya? Pikiranku berkecamuk sekarang. Lamunanku tersadar ketika Professor

Buckingham menyentuh pundakku. "Apa yang kau lakukan di depan Dorm Girl nak?"tanya Professor Buckingham padaku. "ohh tidak aku hanya berkeliling ma'am"jawabku. Saatku lihat tempat Cammie berdiri Ia sudah menghilang, baiklah aku harus pergi dari Dorm Girl ini. Akupun pergi meninggalkan Professor Buckingham yang kebingungan dengan tingkahku tadi. Langsung saja aku pergi menuju Dorm Boy dan istirahat di kamarku. Author POV Hari sudah mulai larut sekarang. Cammie sedang ada di dalam kamarnya bersama kedua sahabatnya yang tak lain juga teman sekamarnya."bagaimana dengan harimu Camm?"tanya Liz dengan gaya cerianya. "Menyenangkan!"jawab Cammie dengan antusias. "Haha? Bagaimana bisa? Bukannya kau baru saja melaksanakan intrograsi yang membuatmu bertingkah ketus pada kami?" jawab Bex penuh tanda tanya."Yaa itu tadi sebelum aku bertemu Justin!"Jawab Cammie dengan ceria. Raut wajah Bex dan Liz berubah menjadi penuh tanya setelah mendengar nama Justin. "hei ada apa dengan kalian?"tanya Cammie kebingungan ketika melihat raut kedua sahabatnya yang seketika berubah. "Ohh ops,hehe"Cammie melanjutkan kalimatnya dengan cengiran canggung."AAAA Cammie kau harus menyeritakan kepadaku siapa itu Justin?Tampankah Ia?Kerenkah Ia?"Tanya Liz penasaran dengan memukul-mukul pundak Cammie. "Calm down Liz -_- aku akan menceritakannya. Ya begini, sebenarnya aku sudah putus dengan Josh kemarin, hehe. Dan soal Justin aku baru saja bertemunyadi pinggir danau belakang sekoalh tadi sore"jelas Cammie kepada kedua sahabatnya. "Apa? Kau putus dengan Josh? Hal yang kutunggu sejak dulu Camm, kau tau aku sangat khawatir jika kau berhubungan dengan Josh lebih lama."jawab Bex panjang lebar. "sudahlah Bex, jangan bicarakan Josh lagi. aku sudah bosan."jawab Cammie menjelaskan. "baiklahh, Camm aku tak akan mengungkitnya lagi. ohh ya sepertinya kau sudah mulai menyukai Justin kan?"goda Bex pada Cammie. "Sudahlah jangan menggodaku seperti itu. Aku malu, haha" jawab Cammie dengan tersipu malu.Di sela-sela pembicaraan mereka tiba-tiba ponsel Cammie berdering. Ada satu pesan dai nomor tak dikenal. ***** Hei bodoh ! Aku merindukanmu ! Hahaa :) ***** ucap sang pengirim pesan pada Cammie. Cammie langsung dapat menebak siapa yang mengirimi Ia pesan. Karna satu-satunya yang memanggilnya bodoh hanya lah Justin. Dengan senyum mengembang Cammie pergi meninggalkan kedua sahabatnya menuju kasurnya "aku lelah guys, aku ingin tidur"tipu Camiie kepada kedua sahabtnya. Cammie POV Hahaa bisa-bisanya aku membodohi kedua sahabatku hany untuk berkirim pesan dengan Justin. Tapi biarlah aku tak ingin diganggu jika urusan percintaanku kali ini. Hahaa. Setelah tidur di kasur empukku aku langsung mebalas pesan Justin tadi. ***** Hei juga bodoh ! Aku juga merindukanmu ! Hahaa :) ***** balasku pada Justin. tak lama hapeku bergetar kembali. Ya Justin langsung saja membalasnya. *****

Hahaa :) Kau ini. Sudah malam sebaiknya kau tidur manis. Esok kau harus bangun pagi bukan? Baiklah selamat malam :* ***** Hatiku melayang tinggi ketika membaca pesan dari Justin. Tanpa membalas pesan darinya aku langsung lelap dalam mimpi indahku. Ya ku harap dapat memimpikan Justin. Ya semoga saja. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------gimana? gimana? garingg kah? apa pendapat kalian? CTS + LTS yaa :) terima kasih :)

Author POV Mentari tersenyum dengan indahnya. Di pagi-pagi seperti ini seorang pemuda sudah menikmati suasana indah da sunyinya pinggir danau. Sang pemuda melihat arloji yang ada di tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 5.30am. Sang pemudapun mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan langsung menghubungi seseorang. Cukup lama Ia hanya mendengar suara nada tunggu dan ketika mendengar jawaban segera saja Ia berbicara dengan orang disebrang telpon tersebut "Hei bodoh ! Kau pasti masih berada di kasurmu bukan? Haha. Lekaslah bangun. Kutunggu kau di danau belakang sekolah" ucap sang pemuda "baiklah nanti aku kesana" balas sang penerima telpon dengan malasmalasan. Telpon pun terputus. Sang gadis penerima telpon pun tersadar dari tidurnya dan melihat nama sang penelpon. Begitu melihat nama sang penelpon gadis itu dengan reflek berteriakAAA JUSTIN !teriak sang gadis sehingga membuat keributan di kamarnya. bisakah kau tidak menggangguku di pagi buta seperti ini Cammteriak Bex sahabat sang gadis. Maafkan aku Kawan, tapi ini urgentjawab Cammie dengan bergegas ke kamar mandi untuk mandi. Setelah selesai mandi sang gadis segera memakai seragam sekolah dan sepatunya. Baru saja Cammie membuka pintu kamarnya Liz terbangun. Mau kemana kau pagi-pagi begini Camm?Tanya Liz dengan menguap. Aku ingin ke danau belakang sekolah Liz, kita nanti bertemu di aula saja ya sayang untuk upacara pembukaan awal semester.pamit Cammie kepada Liz. Sebelem pergi Ia kembali menghamp iri kedua sahabatnya dan menciumi mereka satu-satu. Daah sayingucap Cammie dengan berlari menuju keluar kamar. sepertinya ada yang aneh Bex dengan Cammieucap Liz dengan lugunya. Biarlah, aku masih mengantuk. Bangunkan aku jam8am tepat Lizucap Bex singkat. baiklahjawab Liz sambil bergegas menuju kamar mandi. Cammie POV Senangnya pagi-pagi Justin sudah menghubungiku dan ingin bertemu denganku. Setelah berlari-lari kecil akupun telah sampai di danau. Mataku telah menyusuri setiap detail danau untuk mencari sosok yang telah menungguku. Naah dapat. Tak salah lagi itu pasti Justin yang sedang melemparkan batu ke danau. Akupun menghampirinya. Hai Justinsapaku padanya dari arah belakang. Justin pun menengok ke arahku dan memberikan senyuman termanisnya. Ohh Tuhan senyumannya buatku

melayang entah kemana. Hai, selamat pagi manisjawab Justin padaku. sudah lama menunggu?tanyaku padanya ummmh,30 menitucap Justin sambil melihat arloji yang ada ditangannya. Maaf Just, oh yaa ada apa kau mengajakku bert emu pagi-pagi?tanyaku dengan senyuman manis padanya. Ada yang ingin kubicarakan padamu, mmhh duduklahucap Justin sambil mengajakku duduk di rerumputan pinggir danau. Tiba-tiba saja Justin menggenggam kedua tanganku. Ohh Tuhan jantungku berdebar amat cepat ketika mendapat perlakuan seperti ini darinya. Mmm Camm, sejujurnya aku sangat mencintamuucap Justin yang membuatku sangat kaget dan speechless. ta-tapi bagai-mana bi-bisa?kita baru saja ketemu kemarin bukan?tanyaku gelagapan. Mungkin kau baru saja bertemu denganku kemarin Camm, tapi aku sudah tertarik padamu sejak awal semester Camm. Bahkan aku tau hubunganmu dengan Josh. Aku juga yang selalu memberikan bunga, coklat da surat di lokermu. Maaf aku baru member tahumu, mungkin kau menganggapku pengecut karna tak berani memberikannya secara langsung.Jelas Justin panjang lebar. jadi kau my secret admirer?tanyaku kaget. Yaa itu aku Camm, maukah kau menjadi kekasihku? Yaa pertanyaan Justin tersebut berhasil membuatku ingin mati saja. Aku terdiam tak dapat menjawab pertanyaannya. Mataku pun tak berani menatap mata Hazelnya yang terkadang bisa membuatku terhipnotis didalamnya. jawablah Camm, tataplah mataku jika kau ingin mengerti kesungguhan perasaanku ini.ucap Justin memecah kesunyian, tangannyapun m emegang daguku. Mengarahkan matanya supaya bertemu dengan mataku. Tuhan matanya begitu indah, jangan biarkan akuterperangkap dalam mata itu ya Tuhan. Ambil saja nyawaku sekrang jika kau mau ya Tuhan.Pikirku dalam hati. Ku lihat bibirnya dan bibirku pun semakin dekat. Mataku menutup tak berani melihat dia melakukannya. Jantungku seperti ingin berhenti berdetak. Akhirnya bibirku dan bibirnyapun bertemu. Tiba-tiba bel sekolahpun berbunyi tanda bahwa semua murid haus berkumpul di aula tengah untuk melakukan upacara pembukaan semester. Jutsin POV Ohh bel sial ! Hampir saja aku berciuman dengan gadis yang selama ini ku cintai dan ku dambakan. Ku tatap Cammie dengan senyuman canggungku. baiklah Camm, baiknya kita jalani saja hubungan ini jika kau menyukainya baru kita serius menjalaninyaucapku pada Cammie. baiklah, sebaiknya kita segera ke aula karna aku harus memberikan sambutan saat upacara nantiajak Cammie padaku dengan senyuman manisnya. Baiklah, ayooJawabku dan menggandeng tangannya menuju aula tengah.Ternyata di aula tengah sudah cukup ramai. Beribu pasang mata menatapku yang sedang menggandeng tangan Cammie dengan erat. Sebagian dari siswa sedang berbisik. Mungkin sedang membicarakan kami berdua. Cammie sempat menatap kearahku yang sedang melihat keadaan sekitar. Senyumnya mengembang dan berhasil menenangkanku. Aku dan Cammie duduk di meja depan bersama kedua sahabatnya yang tadi telah melambaikan tanganya untuk memanggil Cammie supaya menghampiri mereka. Cammie POV "Hai semua."sapaku riang pada Liz dan Bex. "Oh ya kenalkan ini Justin."ucapku sambil duduk dengan Justin. "Ohh hai Justin, aku Liz"ucap Liz memperkenalkan diri dengan gaya cerianya. "Aku bex"ucap Bex dengan memberikan senyumannya pada Justin. Tak lama upacara pembukaan awal semester pun dimulai. Ibuku sudah menaiki mimbarnya untuk memberikan pidato pada muridmuridnya."Selamat datang kembali murid-muridku tercinta. Tak usah berlama-lama lagi. Saya akan memperkenalkan pada kalian siswa-siswa dari Blackthorne Academy mereka akan belajar bersama dengan kalian selama sama satu semester ini. Ya Blackthorne Academy adalah sekolah mata-mata

khusus untuk siswa pria. Ya silahkan masuk tuan-tuan." Tak lama 5 orang siswa laki-laki masuk ke dalam ruangan aula tengah ini melalui pintu dibelakang Mom."Silahkan salah satu dari kalian dapat memberikan sambutan untuk siswa-siswa di Gallagher Academy ini." Salah seorang siswa berambut ikal maju kedepan mimbar Mom dan memulai pidatonya. "Ya, kami berlima disini akan melakukan study banding di Academy ini selama satu semester. Semoga kalian semua dapat menerima kehadiran kami dengan baik. Terima Kasih" Seketika ruangan itu ramai dengan tepuk tangan dan siulan para murid. Sebagian siswa perempuan di situ berteriak histeris karna ya kelima siswa itu kuakui memang cukup tampan. "Terima kasih untuk sambutannya tuan Styles." Ucap momku pada siswa yang baru saja memberikan sambutannya itu. "Ya dan untuk Chammeron Morgan saya persilahkan maju ke depan mimbar untuk memberikan sambutannya." Panggil momku padaku. Dan langsung saja aku maju kedepan mimbar dengan berani dan senyuman yang terus mengembang. Tepuk tangan teman-teman sekolahku ini bergema ketika aku maju ke depan mereka semua. "Ya terima kasih teman-teman semua untuk tepuk tangannya"ucapku mengawali. Dan seketika suasana pun hening. "Ya pertama-tama ku ucapkan selamat datang untuk kalian siswa-siswa Blackthorne Academy"ucapku sambil melirik kelima siswa itu. "Terima kasih karna kalian telah mau bergabung bersama kami disini selama satu semester ke depan. Ya ku ucapkan selamat menjalani semester baru ini teman-teman semua."ucapku mengakhiri pidatoku ini. Sebelum kembali ke tempatku tadi ku sempatkan untuk berjabat tangan dengan kelima siswa dari Blackthorne Academy itu. Ya mereka menyambutku dengan baik dan ramah. Author POV "Cantik sekali gadis itu Niall. Aku harus mendapatkannya selama satu semester ini. Haha."ucap seorang berwajah tampan namun ketimuran itu. "Dasar playboy kau! Jika ingin mendapatkannya sebaiknya kau bersaing dahulu denganku. Haha"ucap orang yang di panggil Niall itu. "Ya seluruh siswa-siswaku yang ku cintai. Cukup sekian upacara pembukaan ini. Kalian bisa melihat jadwal kelas baru kalian di papan pengumuman di depan ruangan ini. Selamat siang dan terima kasih." Rachel Morgan turun dari mimbarnya dan seketika ruangan ramai dengan siswa yang ingin keluar dari ruangan besar itu. "Ayo kita keluar dan segera check jadwal kita hari ini"ajak Cammie pada Justin dan kedua sahabatnya. Mereka berempatpun mengecheck jadwal mereka. Dan ternyata Justin dan Cammie dapat satu kelas pada mata pelajaran kali ini. Kelas pertama Cammie adalah Operasi Terselubung yang akan diampu oleh Mr.Solomon. Di dalam kelas itu sudah ada 3 kursi tambahan di belakang kelas. Mungkin itu kursi untuk murid baru itu pikir Cammie. Justin duduk bersebelahan dengan Cammie saat itu. Dan ketika mereka mengobrol tak lama kelas pun ramai dan Mr.Solomon masuk ke kelas bersama 3 murid dari Blackthorne Academy itu. "Ya, selamat pagi murid-murid. Di sini saya membwa 3 murid dari Blackthorne Academy, silahkan perkenalkan diri kalian muridmurid."ucap Mr.Solomon mempersilahkan. Pria beraksen ketimuran memperkenalkan dirinya terlebih dahulu. "Namaku Zayn Javad Malik. Panggil saja Zayn. Terima Kasih" ucap Zayn memperkenalkan diri dengan gaya Coolnya. "Aku Niall Horan. Kalian dapat memanggilku Niall."Ucap Niall dengan memberikan senyuman terindahnya. "Yaa, dan aku Harry Edward Styles, panggil saja Harry."ucap Harry memperkenalkan dirinya. "Terima kasih tuan-tuan, dan untuk membantu kalian di dalam setiap kelas kalian dapat memilih tutor kalian dari salah satu murid disini. Satu orang satu tutor. Silahkan dimulai dari kau tuan Zayn"Mr. Solomon mempersilahkan.Mata Zayn berkeliling memilih murid yang Ia tunjuk tiba-tiba saja pandangannya berarah pada Cammie. "Emmh, Chammie Morgan sir !"tunjuk Zayn dengan lantang dan cengiran. "Haha. Ku dapatkan dia Horan"ejek Zayn berbisik pada Niall. "Sial kau Zayn!"balas Niall dengan menyikut Zayn. "Ya nona.Morgan kau menjadi tutor Zayn!"ucap

mr.Solmon pada Cammie. "Apa sir? Kenapa harus aku?Ah aku tak mau !"Tolak Cammie mentahmentah. "Kau tinggal membimbingnya saja apa susahnya nona.Morgan?"tanya Mr.solomon. "Sudahlah Camm, turuti saja." ucap Justin memberi semangat pada Cammie. Cammie pun menurut dengan Justin dan mengalah. "emmh, baiklah sir"ucap Cammie malas-malasan. Ketiga siswa itu pun telah memilih tutornya masing-masing. "Ya silahkan duduk, di kursi belakang tuan-tuan."ucap Mr.Solomon pada ketiga siswa itu."Ya perkenalkan nama saya Joe Solomon, saya adalah instruktur Operasi Terselubung di Akademi Gallagher. Ya langsung saja kita mulai pelajaran hari ini."ucap Mr.Solomon memulai pelajaran. Krinnnngggggggggggggggggggg ! Pelajaran Operasi Terselubung pun selesai. Mr.Solomon meninggalkan kelasnya. Para siswa sedang membereskan buku-bukunya. Saat Cammi sedang membereskan bukunya tiba-tiba Zayn menghampirinya. "Ohh, hai Cam, emmh dapatkah kau mengantarku mengelilingi sekolah ini? Kau kan tutorku"tanya Zayn ramah pada Cammie. Cammie menatap Justin meminta perijinan. "Sudah bantu saja dia. Tak apa."Jawab Justin sambil memberikan senyumanya meyakinkan Cammie. "mmmh, baiklah. tapi kau ikut ya Justin?"ajak Cammie pada Justin. "Tak usah, aku percaya pada Zayn dia tak akan menggodamu bukan? Ia kan Zayn? Haha."Ucap Justin pada Zayn. "Ehhm, iya kurasa"Jawab Zayn dengan cengiran canggung. "Yasudah, lekaslah pergi, ku tunggu kau di danau belakang sekolahh Camm"ucap Justin pada Cammie. "Baiklah, ayo Zayn kita pergi"ajak Cammie pada Zayn. "Hati-hati Camm"ucap Justin pada Cammie dan sebelum Cammie pergi Justin mencium kening Cammie terlebih dahulu. Cammie pun tersenyum dan menggandeng tangan Zayn mengajaknya pergi berkeliling. Zayn POV Oh sial. Mengapa haiku sakit sekali ketika melihat Cammie yang sedang di cium oleh orang yang dipanggilnya Justin itu. Aku memang sering memainkan gadis tapi mengapa aku bisa sakit melihat kejadian tadi. Dan siapa Justin tadi? Apakah kekasih Cammie? Oh semoga saja tidak dan jika memang kekasihnya aku harus mendapatkannya. Ya harus ! Daripada aku penasaran dengan lelaki itu sebaiknya ku tanyakan langsung saja pada Cammie. "Emmh Cam, lelaki tadi siapa?"tanyaku ragu pada Camiie. "Oh, dia Justin."jawab Cammie dengan senyuman yang mengembang. "Ada apa?"tanya Cammie padaku. "Apakah dia kekasihmu?"tanyaku penasaran. "Haha. Tentu saja bukan. Emmh hampir maksudku." Ucap Cammie menjelaskan padaku. Apa? Hampir? Berarti mereka akan jadian rupanya. Aku harus menggagalkanya. Jika aku tak bisa mendapatkan Cammie maka tak ada yang bisa mendapatkannya. Pikirku licik."Ohh begitu rupanya.Baguslah kalau begitu"ucapku dengan senyum sumringah. "Apa katamu Zayn?"tanya Cammie bingung dengan ucapanku. "Ohh, tak apa.Hehe"dengan senyuman canggung ku jawab pertanyaan Cammie tadi. "Baiklah, yaa ini ruang kepala sekolah. Itu dorm girl dan yang di depannya dorm boy. Apakah kau sudah paham"jelas Cammie padaku. "Ohh hehe paham."Aku yang sedari tadi menatapnya saat menjelaskan jujur saja tak paham sama sekali dengan penjelasannya. "Ohh ya. Yang itu perpustakaan, itu gym. Dan ya kau tau sendiri itu aula tengah."ucap Cammie mengakhiri penjelasannya. "emmh Zayn?"panggil Cammie sambil melambaikan tangannya di mukaku. "ehh? emmh ya Cammie?"aku yang kaget ketika melihat wajahnya menjawab dengan asal. "apa yang kau perhatikan? heh? apa kau sudah mengerti?"tanya Cammie padaku yang masih ling-lung. "i-iya aku sangat paham"Jawabku dengan senyuman yang mulai mengembang. "Ill be here, by your side. No more fears, no more crying. But if you walk away"ponselku berdering dari Harry rupanya. "emhh, ya hallo harry?"jawabku pada Harry

disebrang telpon. "Cepatlah keruang kepala sekolah. Rachel Morgan akan memberikan penjelasan pada kita berlima."perintah Harry padaku. "oh, baiklah" jawabku sambil mengakhiri panggilan tersebut. "Oh,ya Camm aku harus ke ruang kepala sekolah sekarang. Bisa kau mengantarku?" tanyaku pada Cammie memohon bantuannya. "emmh, maaf sepertinya aku harus segera menemui Justin. Itu ruangan Kepala Sekolah ada di dekat gerbang."ucap Cammie menolakku. "Ohh, baiklah terima kasih sudah mau menemaniku berkeliling"ucapku pada Cammie. "Ya.Daaah Zayn"ucap Cammie sambil berlari kecil meninggalkanku. Ku lihat punggungnya yang semakin menjauhiku. Baiklah aku harus pegi sebelum si rambut ikal itu mengomeliku lagi. Justin POV Lama sekali Cammie datang kesini. Tiba-tiba saja ada seseorang yang memelukku dari belakang. Ya pasti itu Cammie pikirku ceria. "hai"ucap seseorang dibelakangku. "lama sekali kau datang, kau tau aku merindukanmu bodoh! Haha"ucapku pada seseorang dibelakangku ini tanpa melihatnya. "Aku juga merindukanmu Justin. Sudah sejak kau bersekolah disini aku tak pernah melihatmu lagi"ucap orang dibelakangku ini. Karna merasa kejanggalan aku pun menengok untuk melihat siapa yang ada di belakangku sebenarnya. "Kau Macey? Bagaimana kau bisa disini?"tanyaku pada Macey sambil melepas pelukannya tadi. "Aku akan bersekolah disini Justin"ucap Macey ceria. Oh sial mengapa gadis ini masih mengejarku. Aku sudah tak mencintainya lagi sejak Ia menghianatiku. Sekarang yang ada di hatiku hanya Cammie seorang. Ya Chammeron Morgan. Saatku liat di ujung pintu masuk danau aku terkejut ternyata sedari tadi Cammie sudah ada disini. Oh sial ! Ku lihat cairan bening mengalir dari pipi mulus. Oh Cammie, pasti kau salah sangka. Ku kejar Cammie untuk menjelaskan semuanya. Tetapi Cammie justru lari dan tanganku di pegangi oleh Selena. "Lepaskan tanganku Macey !"bentakku padanya. "Kau mau kemana? Aku masih merindukanmu"ucapnya dengan gaya centilnya. Iyuh menjijikan batinku. "Lepas!"bentakku lagi sambil menggedikan tanganku dan mengejar Cammie. Ah sial dimana Cammie sudah tak tampak batang hidungnya sama sekali. Cepat sekali perginya. Baiklah ku jelaskan besok saja. Sekarang aku harus kembali ke Dorm Boy hari mulai petang sekarang. Author POV Cammiepun menangis dan berlari tanpa tujuan. Hatinya hancur melihat orang yang baru saja masuk ke dalam hatinya berpelukan dengan gadis lain. Disaat Ia berlari Ia tak memperhatikan jalannya. Tiba-tiba Ia menabrak seseorang. "Cammie! Ada apa denganmu?"ucap orang yang tadi Cammie tabrak. Cammie mendongak untuk melihat wajah orang yang Ia tabrak. "Zayn!"pekik Cammie sambil mendekap erat tubuh Zayn berharap Zayn dapat menenangkannya. Zayn pun mebalas pelukan Cammie. Di usap punggung Cammie untuk menenangkannya. "Ada apa denganmu Camm?"ucap Zayn perhatian. Cammie masih sesenggukan untuk menjawabnya. "Ju-jus-tin!"ucap Cammie masih menangis. "Baiklah sebaiknya kita duduk di pinggir kolam itu. Kau dapat menceritakannya padaku nanti."Ucap Zayn membimbing Cammie duduk di pinggir kolam yang berada di tengah sekolah ini. Mereka berduapun duduk disana. Awalnya mereka hanya berdiaman, ya Zayn sengaja mendiamkan Cammie agar keadaan Cammie lebih baik dahulu. "Zayn?" panggil Cammie tiba-tiba. "Ya ada apa Cammie?"jawab Zayn dengan memberikan senyuman terindahnya. "Kau tahu Zayn, ketika aku mulai mencintai Justin tapi Ia justru malah bermesraan dengan wanita lain di depanku. Menyakitkan sekali bukan?" cerita Cammie pada Justin. Deg ! Tiba-tiba hati Zayn sakit sekali ketika Cammie mengatakan jika Ia mencintai Justin. Gadis yang Ia suka saat pandangan pertama. "Mmmh, maaf Cammie aku tak

bisa berlama-lama menemanimu disini. Hari mulai petang aku harus mencari kamarku sekarang. Maaf aku duluan" Zayn berpamitan pada Cammie. Ia tak mau melanjutkan pembicaraan itu. Ia tahu jika Ia melanjutkannya mungkin hatinya akan semakin hancur. Cammie pun bingung dengan tingkah Zayn yang tiba-tiba meninggalkannya sendirian itu. Cammiepun menggedikkan bahunya dan pergi menuju kamarnya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Hei para readersku yg kecehh :* maaf yaa lama nggak ngepost ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Zayn POV Akupun telah sampai di dorm boy. Aku masih bingung aku sekamar dengan siapa, langsung saja ku angkat telponku dan menunggu jawaban dari orang di sebrang telpon. Hei, Niall dapatkah kau keluar dorm, aku ada di luar.ucpaku pada Niall. Oh kau Zayn, masuklah Mr.Solomon belum memulai pemberian kamar Ia masih menunggumu.jawab Niall. La ngsung saja ku matikan telponnya dan segera masuk ke dalam dorm boy. Maaf sir, aku terlambat.ucapku pada sir.Solomon. Ohh tak apa, ayo lekas semua ikuti aku. Kami semuapun mengikuti Mr.Solomon di belakangnya. Tiba -tiba Harry si bawel mendekatiku dan menyikutku. Kau ini memalukan almamater kita saja. Kau bias lebih disiplin bukan?omel Harry sambil berbisik. Iya bawel.ucapku seadanya. Dasar kau ini selalu menyepelekanucap Harry lagi padaku. Tak lama kami berhenti di sebuah kamar. Mr.Salomon mengetuk pintunya sebelum memasuk kamar itu. Ohh hei Mr.Bieber anda punya teman kamar sekarang. Ucap Mr.Solomon pada seorang yang ada di dalam kamar. Tak lama Mr.Solomon mengeluarkan selembar kertas dari sakunya. Mr.Malik and Mr.Horan ini kamar kalian, silahkan masuk. Ucap Mr.Solomon mempersilahkanku dan Niall masuk ke kamar itu. Oh shit gerutuku dalam hati setelah melihat teman sekamarku itu. Mengapa harus Justin pikirku dalam hati. Tak tahu mengapa aku menjadi membencinya karna Ia mencintai Cammie. Oh hai Zayn hai Niall sapa Justin ramah sambil memakan keripik kentang miliknya. Hai Justin, senang sekamar denganmu ucap Niall dan langsung duduk di sebelah Justin dan meminta keripik kentangnya. Dasar anak itu soal makanan langsung akrab. Pikirku sambil menuju ke kasurku dan merentangkan tubuhku diatasnya. Aku mau tidur. Malam. Pamitku pada Niall dan Justin. Apa kau tak mau keripik kentang ini Zayn, enak loh ucap Niall dengan polosnya. Sudah diam ucapku dengan ketus. Anak itu memang begitu Just, dia memang cuek dank eras kepala. Jadi yang sabar saja ya jika sekamar dengannya. Ucap Niall panjang lebar sambil berbisik pada Justin. Aku dengar itu bodoh. Ucapku sambil melemparkan bantal padanya. Ku kira kau sudah tidur, Haha. Ucap Niall tanpa dosa. Biarl ah anak itu mengoceh dengan Justin aku benar-benar telah lelah saat ini. Author POV Hari telah berganti, mentari telah menyambut pagi dengan sinarnya yang cerah. Sebelum memulai pelajaran para siswa telah berkumpul di Aula Tengah untuk sarapan bersama seperti kegiatan biasanya. Dasar anak itu pasti semalam mereka bedua bercakap hingga la rut sehingga mereka kesiangan. Gerutu Zayn sambil melangkah keluar Dorm boy. Oh, Hei Zayn dimana teman

sekamarmu? sapa Liam yang membarengi Zayn keluar Dorm. Mereka kesianganucap Zayn singkat. Ohh ya, mana Harry dan Louis? lanjut Zayn. Oh mereka sudah ke aula tengah daritadi. Jelas Liam pada Zayn. Tak lama mereka telah sampai di Aula Tengah. Mata Zayn langsung mengelilingi ruangan, matanya langsung tertuju pada kedua sahabatnya yang telah duduk di meja depan bersama Cammie dan teman-teman lainnya. Itu mereka ucap Zayn sambil menunjuk teman-temannya. Liam dan Zaynpun segera menghampiri mereka semua. Morning guys sapa Liam pada semua sambil senyum sumringah. Zayn langsung saja duduk di sebelah Cammie. Hei, bagaimana keadaanmu? Tanya Zayn ramah pada Cammie. Aku masih sangat terpukul tapi biarlah lupakan saja, mengingatnya hanya membuatku sakit jelas Cammie dengan senyuman terpaksa di akhirnya. Come on girl, banyak yang menyukaimu tak hanya Justin. Lupakan saja lelaki macam dia Hibur Zayn pada Cammie. Iya iya, aku tak akan terlalu mengharapkannya lagi untuk saat ini. Oh yaa Kau sekamar dengan siapa? Tanya Cammie pada Zayn. Aku sekamar dengan Niall dan Justin. Kau tau semalam mereka terlalu banyak mengoceh sehingga mereka kesiangan. Haha ceri ta Zayn pada Cammie. Mereka semua pun makan sambil bercanda. Tiba-tiba Niall dan Jutsin terlihat berlari-lari dari ujung pintu menghampiri maju paling depan itu. Oh Justin, Ayo Zayn kita pergi duluan aku malas bertemu dengan Justin. Emmh guys kami ke kelas duluan ya. Pamit Cammie sambil menggandeng tangan Zayn pergi meninggalkan aula. Ada apa denganmu Camm? Tanya Zayn saat perjalanan menuju kelas. Aku tak apa, aku baik-baik saja tak terasa Cammie menangis. Kau bohong. Jangan menangis Camm, aku tak bisa melihatmu menangis. Ucap Zayn pada Cammie. Aku tidak menangis. Aku kan gadis kuat. Ucap Cammie sambil menyeka air matanya sendiri dan langsung tersenyum riang. Tersenyum lah selalu, itu yang membuatku terpikat padamu ucap Zayn sambil mengobrak-abrik rambut Cammie. Haha, kau ini bisa saja, hari ini kau duduk di sampingku ya? tawar Cammie pada Zayn. Zayn pun mengangguk mantap. Mereka telah berada di dalam ruang kelas. Mereka langsung duduk di kursi paling ujung belakang. Sambil menunggu bel mereka bergurau bersama. Di sela-sela tawa mereka Niall dan Justin masuk ke kelas. Oh, hei Cammie sapa Justin pada Cammie. Hai, hari ini aku duduk dengan Zayn ya Justin ucap Cammie tak memandang Justin dan terus tertawa bersama Zayn. Justinpun menghampiri Cammie dan menatap matanya lekat. Ada apa Justin? Tanya Cammie santai seakan tak pernah ada apa-apa diantara mereka. Apa kau masih marah padaku soal kemarin? Tanya Justin pada Cammie. Memang aku marah? Tidak. Untuk apa aku marah padamu? Tanya Cammie tetap santai. Maafkan aku Camm, kemarin itu Macey dia mantanku. Dia memang seperti itu. Tapi aku sudah tak mencintainya Camm, aku hanya mencintaimu sekarang. Jelas Justin panjang lebar. Haha, sudahlah untuk apa kau menjelaskannya. Aku tak butuh itu semua. D an satu lagi tak perlulah kau mencintaiku lagi, aku tak mencintaimu maaf. Jelas Cammie. Dan kalimat itu berhasil membuat Justin sakit dan rapuh. Langsung saja Justin pergi dari kelas dan menuju danau belakang sekolah. Memang aku salah ya? Tanya Cammie pada Niall dan Zayn. Kau itu keterlaluan Camm, kasihan Justin. Dia tulus denganmu malah kau seperti itu. Teganya kau ! bentak Niall pada Cammie. Sepetinya posisiku serba salah yaa sekarang. Aku memang keterlaluan, baiklah aku akan meminta maaf padanya nanti. Ucap Cammie. KRINGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG ~ Pelajaran pun segera dimulai. Sekarang adalah kelas Mrs.Buckingham kami akan diajarkan tentang penyamaran hari ini. Selamat pagi, ini kartu untuk latihan kalian sebagai penyamaran. Di kartu tersebut akan tertera posisi kalian menyamar akan menjadi apa. Apakah ada yang tidak hadir di kelasku saat ini? ucap Mrs.Buckingham. Justin maam dia sedang sakit bual Cammie pada Mrs.Buckingham. Baiklah kalau begitu majulah ke depan dan ambilah kartu ini satu -satu. Dan jangan beritahukan kartumu pada yang lain, kalian tahu bukan ini kelas penyamaran. Ucap Mrs.Buckingham mempersilahkan. Oh aku mendapat peran sebagai Sekertaris dari CIA ucap Cammie lirih. Semua

sudah mendapat kartu bukan? Sekarang cari pasangan dari kartumu dan jangan sampai orang yang tidak bersangkutan mengerti posisimu. Siap? Mulai. Perintah Mrs.Buckingham. Saya dari FBI nona, apakah anda termasuk bagian dari ku? Tanya Zayn pada Cammie. Aku adalah sekertaris kantor biasa tuan. Mungkin anda salah jawab Cammie pada Zayn dengan cekikian. Oh sial mudah sekali menemukanmu, Aku adalah atasanmu aku dari CIA juga, kau sekertarisku bukan? Pada kertasku tertera bahwa aku harus mencari sekertarisku. jawab Zayn. Ya, dan aku harus mencari atasanku. Berari itu kau ! pekik Cammie histeris. Apakah kalian telah menemukan pasanganmu? Tanya Mrs.Buckingham Sure maam, she is my soulmate jawab Zayn dengan mantap. Baiklah biar ku lihat kartu kalian terlebih dahulu. Ucap Mrs.Buckingham sambil memnita kartu milik Zayn dan Cammie. Yap kalian mendapat nilai A+ dikelasku dan sekarang kalian boleh meninggalkan kelasku Mrs.Morgan dan Mr.Malik puji Mrs.Buckngham dan memperbolehkan Cammie dan Zayn keluar kelas. Thanks maam Ucap Cammie pada Mrs.Buckingham sambil keluar kelas bersama Zayn. Baru pertama kali ini aku mendapat nilai A+ dikelas penyamaran sebelumnya tak pernah aku keluar pertama kali seperti ini Celoteh Cammie riang pada Zayn. Haha, kita memang ditakdirkan bersama Camm ucap Zayn asal. Kau ini ada-ada saja, oh ya aku mau ke danau belakang sekolah dulu Zayn aku ingin bertemu Justin. Apa kau mau ikut? tawar Cammie pada Zayn. Oh tak usah aku ke gym saja bermain basket. Tolak Zayn halus. Baiklah ayo keluar gedung kelas. Ajak Cammie. Diluar gedung sekolah mereka langsung berpisah dan menuju tujan masing-masing. Justin POV Semua ini gara-gara Macey jika bukan karna ulahnya mungkin aku tak akan seperti ini. Ini menyakitkan sekali. Aku di tolak mentah-mentah oleh Cammie di depan anak-anak Blackthorne itu. Memalukan. Ku hisap rokok di tanganku ini. Betapa terpukulnya aku atas semua ini. Jika saja ada guru tahu jika aku merokok bias saja pointku ini bertambah. Biarlah aku sudah benar-benar frustasi akibat Cammie. Cintanya telah membutakanku. Justin pa nggil seseorang di bawah pohon. Ahh pasti itu Cammie, hanya da yang tahu persembunyianku ini. Ada apa mencariku? jawabku dari atas pohon sambil mengepulkan asap rokok. Justin ! Mengapa kau merokok ! Matikan tidak ! teriak Camiie dari bawah memarahiku. Tak akan, ini semua gara-gara kau. Kau tahu aku sangat terpukul saat kau mengatakan bahwa kau tak cinta padaku. TantangKu pada Cammie. Kau ini terlalu bersifat ke kanak-kanakan! Matikan atau aku akan membencimu ! tantang Cammie lagi padaku. Bilang dul u jika kau mencintaku ! Baru aku kan mematikannya ! ucapku sambil menghisap rokok ini lagi. Aku mencintaimu Justin ! teriak Cammie sambil memutarkan kedua bola matanya. Katakan sekali lagi? tawaku bangga. Aku mencintaimu bodoh ! teriak Cammie lagi. Langsung saja ku matikan rokok ini dan turun ke bawah. Langsung ku dekap tubuh mungil Cammie tanda bahagiaku. Kau tahu aku berkata tak mencintaimu sebenarnya hatiku pun sakit. Aku sama saja telah membohongi diriku sendiri. Ucap Cammie di dekapanku. Lalu mengapa kau mengatakannya? tanyaku sambil mengusap rambut Cammie. Maaf aku kelewat emosi sayang. Jelas Camme padaku. Baiklah tak apa, aku juga minta maaf soal Macey. Ucapku pada Cammie sambil mengencangkan pelukanku. Ya. Sudah lepaskan aku badanmu itu bau rokok tidak enak sekali ! bentak Cammie padaku. Akupun melepaskan pelukanku itu dan menatap matanya dalam. Maafkan aku, hal ini tak akan ku ulang lagi. Ucapku pada Cammie dan mencium keningnya. Iya, satu lagi jangan menciumku lagi jika kau habis merokok. Perintah cammie yang berhasil membuatku tertawa. Iya bidadariku ku cubit pipi tembemnya. Cammie pun mengaduh kesakitan. Yasudah ayo lekas ke kamar dan ganti bajumu. Bau rokokmu menyengat sekali. Jangan sampai guru mencium baumu itu ajak Cammie padaku. Iya nona cantik, ayo ! ajakku sambil merangkul pinggulnya. Ku antar Cammie dahulu ke gym sesuai permintaannya, sebelum aku kembali ke dormku dan mengganti pakaian. Ku tunggu kau di gym ya,

aku bersama Zayn di gymucap Cammie padaku sebelum berpisah di depan gym. Iya, tunggu aku ! ucapku pada Cammie dan sebelum pergi ku cium dulu pipi mulusnya itu. Dan Cammie pun merengut marah karna mulutku ini masih bekas rokok. Langsung saja aku lari meninggalkannya sebelum Ia marah padaku. -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Author POV Selama menunggu Justin berganti pakaian, Cammie diajarkan bermain basket oleh Zayn. Ah tubuhku kurang tinggi Zayn untuk mencapai ring itu ucap Cammie mengeluh pada Zayn. Haha, dasar kau ini, kemari biar ku gendong kau ucap Zayn sambil berlari kearah Cammie dan berjongkok agar Cammie dapat naik di punggungnya. Seketika Cammie lompat ke punggung Zayn. Berat sekali ternyata tubuhmu ini, Haha. Ejek Zayn pada Cammie. Aku tidak segendut yang kau kira, ayo cepat lari kearah ring itu agar aku dapat memasukkan bola ini. Perintah Cammie sambil cemberut. Haha, baik nona cantik, pegangan ya jangan sampai kau terjatuh. Ucap Zayn dan Cammie pun langsung memegang erat pundak Zayn dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya mengenggam bola basket. Ketika jarak Cammie dan ring basket dekat langsung saja di lemparkan bola itu. Horeee ! Akhirnya masuk ! ucap Cammie histeris sambil melonjak-lonjak kegirangan di tubuh Zayn. Dan karna keseimbangan tubuh Zayn pun tak kuat mereka pun terjatuh dengan posisi tubuh Zayn tertindih tubuh Cammie. Tubuh mereka menempel dan muka mereka saling tatap. Zayn menatap mata Cammie sangat dalam begitu pula dengan Cammie. Zayn pun mendekatkan wajahnya ke Cammie, semakin dekat makin dekat dan akhirnya Zayn pun mencium bibir Cammie. Di lahapnya bibir mungil Cammie dan lidahnya pun menelusuri setiap inci dalam mulut Cammie. Di ajaknya bermain pula ldah milik Cammie. Cammie yang awalnya kaget dengan perlakuan Zayn pun lama-kelamaan menikmati permainan Zayn tersebut. Sebenarnya Cammie ingin menolaknya dan mengakhirinya karna sadar bahwa tak ada apa-apa diantara mereka namun Ia tak dapat menolaknya dan malah meresponnya. Di saat mereka berciuman tiba-tiba saja pintu gym terbuka. Cammie yang mendengar tersentak dan langsung menyudahi ciuman itu dan tersentak langsung berdiri. Dan sosok Justin pun muncul dari balik pintu besar gym. Zayn yang tadinya berada dalam posisi tertidur langsung duduk dan merapikan pakaiannya. Namun dalam hati Zayn Ia menggerutu sendiri dan berkata Dasar lelaki sialan, menganggu saja pekerjaannya. Gerutu Zayn dalam hati. Ohh hei semua. Sapa Justin ramah. Ohh hei, lama sekali kau sapa Cammie dengan senyuman canggung karna merasa bersalah pada Justin. Sepertinya kau kelelahan Camm nafasmu sangat memburu. Apa kalian habis bermain basket bersama? tanya Justin antusias. emhh, ehh iya Zayn habis mengajariku. Bukan begitu Zayn? Tanya Cammie pada Zayn sambil memelototi Zayn. Oh tentu saja dia memintaku mengajarinya bermain basket. Dan kemampuannya sangat payah. Bual Zayn pada Justin. Dasar pembual besar batin Cammie sambil memutarkan kedua bola matanya. Tiba-tiba Zayn mengambil bola mendriblenya dan memasukkannya dari jarak luar lingkaran. Wow three point. Mahir sekali kau Zayn. Puji Justin pada Zayn. Tiba-tiba Justin pun berlari kearah Zayn dan merebut bolanya, sepertinya Justin tak mau kalah dari Zayn. Cammie pun menyingkir ke bangku penonton dan menyaksikan kedua bocah itu yang akhirnya beradu main basket. Cammie POV

Permainan Zayn dan Justin tampak makin sengit rupanya. Keduanya sama-sama mahir mengendalikan bola itu. Di saat asik melihat permainan mereka ponselku tiba-tiba bergetar, dari Mom rupanya. ---------------------From : Mom~ Kau tidak lupa bukan, malam ini kau akan makan malam bersamaku. Lekaslah datang :* -----------------------Oh sial, aku lupa tentang ini. Ini memang sudah kebiasaanku untuk bermakan malam bersama Mom tiap Selasa. Bisa-bisanya aku melupakan hal ini. Langsung saja aku berlari kearah Zayn dan Justin. Hei, aku harus menemui momku. Daaah pamitku pada Justin dan Zayn. Tak lupa sebelum aku pergi ku kecup dulu pipi mereka satu-satu. Setelah itu baru ku berlari meninggalkan mereka berdua di dalam gym. Hati-hati Camm teriak Zayn padaku. Hanya ku ba las dengan lambaian tangan saja. Haha, aku tau pasti kau juga menyukai Cammie bukan? tanya Justin tiba -tiba pada Zayn ketika sosok yang dibicarakan sudah pergi. Apa pedulimu? Hah? Itu urusanku. Jawab Zayn dengan emosi. Tapi tak akan ku biarkan kau mendapatkannya. Tak akan Zayn Ucap Justin dengan sikap liciknya. Persetan kau Justin ! sambil membanting bola basket yang di pegangnya kearah Justin. Haha, woles bro. Kita bersaing secara sehat, ok? usul Justin sambil menyiapkan tangannya untuk menjabat tangan Zayn tanda persetujuan. Deal ! jawab Zayn dan langsung meninggalkan Justin dengan tatapan kebencian. Sebelum ke kantor mom, aku pergi ke kamarku terlebih dahulu untuk mandi dan berganti pakaian santai. Setelah mandi Ku ganti pakaian dengan dress sederhana pemberian momku untuk prom tahun lalu. Cantik sekali kau Camm, mau kemana? Tanya Bex padaku. Kantor mom, seperti biasa. Haha jawabku dengan ceria. Oh iya ini hari Selasa. Jawab Liz. Yapp, yasudah aku duluan ya teman-teman. Pamitku pada Liz dan Bex. Sebelum pergi ku peluk kedua sahabatku ini. Hati-hati Camm, titip salam untuk Mommu ucap Liz dengan gaya cerianya. Akupun segera ke kantor mom. Saat sudah di depan kantor di dalam kantor terdengar suara tawa mom dengan seorang pria. Mungkin Mr.Solomon pikirku dalam hati. Saatku buka pintu ternyata lelaki yang sedang bergurau dengan Momku adalah Daddyku betapa bahagianya aku setelah lama tak bertemu akhirnya kita dapat bertemu dan makan malam bersama. Maklumlah ayahku seorang mata-mata, betapa sibuknya Ia bukan. Dadddyyy ! pekikku histeris dan langsung memeluk daddyku. Hai manis, daddy merindukanmu. Ucap Daddy sambil membalas pelukanku dengan hangat. Aku juga merindukanmu dad. Jawabku sambil melepaskan pelukan daddyku itu. Yasudah, ayo lekas makan, mom sudah memasak untuk kalian berdua. Ajak momku. Dan kami pun makan malam bersama. Bagaimana masakan mom? Enak bukan? Tanya momku dengan senyuman bangga. Jujur saja mom, makananmu ini terlalu asin. Ucapku frontal kepada momku. Haha, yaa y ang dikatakan Cammie itu benar Rachel kau terlalu banyak member garam di masakan ini. Ayahku ikut mengomentari. Ya kau beruntung dad tak selalu merasakan masakan mom, kau tahu tiap minggu aku memakannya. Untung saja hanya seminggu sekali aku memakannya Celotehku dengan kikikan di akhir. Hai kalian berdua ini, aku telah lelah memasaknya malah kalian tidak menghargai. Jawab momku dengan cemberut. Haha, mom mom kau ini tidak ditakdirkan untuk menjadi ibu rumah tangga kau lebih cocok menjadi mata-mata. Jelasku pada momku. Ya aku tahu, maka dari itu aku tidak menjadi ibu rumah tangga. Jawab momku dengan bangga. Kau ini tak pernah berubah Rachel, itu yang membuatku tertarik padamu. Haha goda dadku pada mommyku. Oh ya Camm, kata mommu kau telah putus de ngan Josh? Apa benar? Tanya ayahku hangat. Yapp, sudah lama sekali dad jawabku pada ayahku dengan senyuman manis di akhir cerita. Kau telah merelakannya ternyata. Dan lelaki mana yang telah menggantikannya Camm? ledek momku. Haha, kau pasti tahu mom jawabku dengan malu.

Haha, Mr.Biber dan Mr.Malik bukan Camm? ledek momku lagi yang berhasil membuat wajahku memerah seperti kepiting rebus. Tanpa menjawabpun kedua orang tuaku langsung mengerti ekspresi dari wajahku itu. Menurut Mom, Justin itu orangnya terlalu misterius Camm dan untuk Zayn mom lebih tertarik padanya. Walau sifatnya keras tetapi ada yang lain dari dirinya. Tapi itu semua terserah kau saja. Jelas momku panjang lebar. Yang jelas Camm, dont judge a boy by her cover tambah ayahku. Di sela-sela percakapan kami tiba-tiba ponselku bergetar pesan dari Zayn. ----------------------------------From : Zayn Jxx Hei manis. Sedang apa? ----------------------------------Langsung saja ku balas pesan itu. ------------------------------To : Zayn Jxx Oh hei. Sedang makan malam di kantor momku. Ada apa? J ----------------------------Tak lama Zayn telah membalas pesanku lagi. -----------------------------From : Zayn Jxx Oh, tak apa. Apa mau ku antar kembali ke dorm? Ini sudah larut. Aku ada di air mancur depan kantor mommu. Lekaslah. -------------------------------Tanpa mebalasnya aku langsung berpamitan dengan kedua orang tuaku. Mom, dad ini telah petang dapatkah aku kembali ke kamarku? ijinku pada kedua orang tuaku. Baiklah Camm, oh ya esok hari Dad akan kembali bekerja. Mungkin esok kita tak bertemu. Ucap dadku murung. Baiklah dad, aku akan sangat merindukanmu jawabku dengan memeluk dadku. Yasudah lekaslah kembali ke kamarmu. Usir momku dengan halus. Yaa bye mom bye dad. Love you. Pa mitku sambil mencium pipi kedua orang tuaku. Ya, mimpi indah Camm ucap Daddyku sambil melambaikan tangan. Akupun segera keluar dari kantor Mom dan sudah terlihat sosok Zayn yang sedang terduduk di pinggir Kolam tersebut. Cukup dingin ternyata mala mini. Tubuhku yang hanya terbalutkan dress bergidik kedinginan. Hei Zayn, lama menunggu? sapaku hangat pada Zayn. Aku sudah disini memang sejak tadi kebetulan kau ada di kantor kepala sekolah jelas Zayn dengan memberikan senyuman indahnya. Hei kau kedinginan ya Camm, badanmu bergidik seperti itu? Pakai saja jaketku. Ucap Zayn prihatin sambil melepas jaketnya dan memberikannya padaku. Terima kasih Zayn. Ucapku sambil memakai jaketnya. Yasudah ayo lekas kuantar ke dormmu malam semakin dingin. Zaynpun men gajakku kembali ke dormku dan memeluk tubuhku dengan erat sehingga aku tak merasa kedinginan lagi. Akhirnya telah sampai di depan dormku. Terima kasih Zayn ucapku dengan memberikan senyuman manisku padanya. Iya sama-sama, oh yaa aku minta maaf ya soal di gym tadi. Pinta Zayn dengan tampang bersalah. Oh hehe iya tak apa Zayn. Ucapku dengan cengengesan. Baiklah aku harus kembali ke dormku. Selamat malam Camm pamit Zayn kepadaku. Sebelum Ia pergi meninggalkanku Ia mencium keningku terlebih dahulu. Hati-hati Zayn teriakku saat sosoknya mulai menjauhiku. Akupun masuk ke dalam kamarku. Di dalam kamarku kedua sahabatku telah terlelap dalam tidurnya. Ketika aku akan tidur tiba-tiba ponselku bergetar. Pesan dari Justin. ---------------------------------From : Justin :)xx

Malam bidadariku. Sudah tidur ya? -------------------------------Aku tersenyum membaca pesannya dan langsung ku balas pesan itu untuk bepamitan sekalian karna aku telah mengantuk. -------------------------------To : Justin :)xx Oh, hei malam. Aku baru saja pulang dari kantor mom. Malam Justin aku mau tidur. Bye. Xoxoxo -----------------------------Justin tak membalas smsku, Ia mengerti jika aku membutuhkan istrahat. Langsung saja aku terlelap dalam tidurku. Justin POV Cammie sepertinya sedang lelah. Yasudah biarkan saja Ia tidur. Aku juga sebaiknya tidur. Niall sudah terlelap dari tadi mungkin karna kekenyangan. Oh ya dimana Zayn sedari tadi wujudnya tak tampak. Memang agak arogan bocah itu sudah jam malam juga belum kembali ke kamar. Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka mungkin itu Zayn. Ya benar itu Zayn. Tubuhnya terlihat kedinginan pasti Ia dari luar. Darimana saja kau Zayn? tanyaku padanya. Kencan jawab Zayn singkat dan segera ke kasurnya dan terlelap tidur. Apa-apan bocah itu. Katanya menyukai Cammie namun Ia berkata habis kencan. Yang benar saja. Atau jangan-jangan Ia habis kencan dengan Cammie? Oh tak mungkin dia kan habis dari kantor mommnya. Tapi apa jangan-jangan Cammie berbohong padaku? Oh tidak-tidak aku harus positif thingking. Daripada memikirkannya lebih aku tidur saja sekarang. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Justin POV Hari telah berganti. Ku langkahkan kaki ku di koridor-koridor kelas ini. Aku tak sempat sarapan pagi, aku kesiangan lagi. Sial. Niall dan Zayn juga telah meninggalkanku di kamar. Aku harus segera ke kelas, kemarin aku telah membolos di satu kelas tak mungkin jika harus membolos lagi. Ya walau aku telah terlambat tapi daripada tidak sama sekali. Kelasku kali ini hanya kelas logika bersama Mrs.Morgan, ya Ibu Cammie dan Kepala Sekolahku. Saatku sudah di depan kelas, langsung saja ku ketuk pintunya dan masuk. Maaf maam saya kesiangan ucapku dengan memelas. Tak apa, Tuan.Bieber lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Silahkan duduk. Ucap Mrs.Morgan memaklumi. Terima kasih maam ucapku dengan memberikan senyumku. Saatku lihat bangku murid. Cammie telah duduk bersama Zayn. Dan bangku yang kosong hanyalah bangku sebelah Macey. Oh sial aku harus duduk dengan wanita sialan itu. Mengapa Ia dapat sekelas denganku? Hah persetan ! Dengan langkah gontai ku hampiri kursi itu dan duduk di sebelah Macey. Hai J ustin. Akhirnya kita sekelas juga ucap Macey memulai percakapan. Aku yang risih dengan tingkahnya hanya mendiamkannya. Sedari tadi Macey selalu berceloteh namun tak pernah ku tanggapi. Namun lama-lama mendengarkannya bias membuatku pusing. Dapatkah kau d iam sebentar? Aku sedang memahami pelajaran ini ! bentakku pada Macey. Kesabaranku benar-benar telah habis karna wanita ini. Tak ku sadari seluruh isi kelas telah menatap kami berdua, mungkin ucapanku tadi sangat keras. Ada masalah apa Mr.Bieber? tanya Mrs.Morgan kepadaku. Tak apa maam, aku hanya sedikit terganggu dengan kehadiran Macey disebelahku. Jelasku pada guru yg ada di depan kelas itu. Tenanglah Macey, kau ini murid baru sudah menggangu murid lain. Tegur Mrs.Morgan pada Macey.

Maafkan aku maam. Ucap Macey menyesal dan Ia tak menggangguku lagi selama jam pelajaran ini. Sedari tadi ku lihat sepertinya Justin terlihat sedikit risih dengan tingkah Macey dan Macey terlalu mencari perhatian kepada Justin. Sepertinya pernah ada hubungan special diantara mereka berdua. Aku harus mencari tahu ini semua ya harus. Haha Pikir Zayn dalam hati dengan licik. Oh Hell, apa apaan Macey. Bisa-bisanya Ia berlagak centil di depan Justin. Sadarlah Macey, Justin sudah tak mencintaimu hanya aku yang ada di hatinya sekarang. Kau tak dapat memilikinya Macey, sekarang Justin milikku. Pikir Cammie dengan senyuman licik menatap Macey. Jam pelajaran pun berakhir. Ku bereskan buku pelajaranku ini. Justin dan Macey kalian berdua jangan keluar dari kelasku dahulu. Ada yang ingin saya bicarakan dengan kalian berdua. Ucap Mrs.Morgan kepadaku dan Macey. Oh ada apa lagi ini? Gerutuku dalam hati. Justin aku ke kantin dulu ya dengan Zayn? Kau bisa menyusulku nanti. Bye. Pamit Camie padaku sambil tersenyum dan diikuti Zayn dibelakangnya. Saat sampai di depan mejaku persis Zayn memberikan selembar kertas kecil yang tak ku tahu isinya pada Macey. Apa isi kertas itu. Pikirku dalam hati. Tak lama Macey langsung mengambil kertas itu dan memasukkan pada saku seragamnya. Setelah kelas benar-benar sepi Mrs.Morgan baru memula pembicaraan ini. Sebenernya ada apa diantara kalian berdua nona dan tuan? Hah? Bukannya Macey murid baru disini? Apakah kalian saling kenal sebelumnya? Tanya Mrs.Morgan pada kami. Ya Maam Justin kekasihku ! ucap Macey mantap dengan senyuman bangga. MANTAN! jelasku dengan sedikit sentakan. Baiklah selesaikan masalah kalian sendiri jangan sampai kalian menggangu jam pelajaran lagi. Jaga sopan santun kalian juga. Baiklah saya pergi dulu banyak urusan lain. Jelas Mrs.Morgan pada kami dan berlalu. Baik Maam terima kasih. Aku pun ikut pergi dar ruang kelas meninggalkan Macey. Hey Justin kau mau kemana? Jangan tinggalkan aku. Pekik Macey dan mengikuti langkahku. Apa lagi yang kau inginkan dariku? Hah? Ku hentikan langkahku dan berbalik untuk menatap Macey. Aku hanya ingin kau ! Aku ingin kita bersama lagi. Hanya itu. Aku menyesal dahulu telah meninggalkanmu dengan pria lain. Jelas Macey dengan tampang menyesal. Sudahlah Macey, yang lalu biarlah berlalu. Aku telah memaafkanmu. Kini saatnya kau mencari penggantiku. Maaf aku sudah tak mencintaimu lagi, aku sudah memiliki Cammie sekarang. Jelasku pada Macey. Aku menyayangimu Justin. Air mata Macey mulai mengalir, tiba-tiba saja Ia mendekapku dan menangis di dadaku. Oh Tuhan aku tak tega jika ada wanita yang menangis seperti ini. Walaupun Macey pernah menyakitiku aku tetap tak tega. Ku balas saja pelukannya itu dan ku usap rambutnya untuk menenangkannya. Aku juga menyayangimu Macey. Tapi tak sebatas pertemanan. Tak seperti dulu Macey, maafkan aku. Ku usap rambutnya sambil menjelaskan perasaanku. Apa kita tak mungkin bersama lagi Justin? Tanya Macey sesenggukan dan memulai melepas pelukanku. Maaf untuk saat ini tak mungkin. Aku sudah memiliki gadis lain yang sangat ku cinta kini. Maafkan aku. Jelasku sambil memberikan senyumanku untuknya. Baiklah Justin jika itu keputusanmu. Aku akan bahagia jika kau bahagia. Tak akan ku ganggu hubunganmu dengan Cammie. Ucap Macey dengan senyuman yang mulai menge mbang. Terima kasih Macey kau sudah mau mengerti. Jawabku pada Macey. Oh ya, aku akan ke kantin menyusul Cammie apa kau mau ikut? Sambungku lagi pada Macey. Mmmh tak usah, aku mau ke perpustakaan menyelesaikan tugas-tugasku. Ucap Macey mulai tampak ceria. Baiklah, Bye Macey aku duluan. Pamitku pada Macey dan berlari menjauhi Macey. Macey POV Hah, kau pikir semudah ini aku melepaskanmu? Tidak mungkin Justin. Akan terus ku kejar dirimu, aku tak rela kau dapat bahagia dengan gadis lain selain aku. Haha, aktingku tadi sepertinya bagus juga. Justin tampaknya sangat yakin dengan kata-kataku tadi. Akan ku dekati dia perlahan walau hanya dianggap teman biasa. Ku langkahkan kakiku menuju perpustakaan. Sambil berjalan ku rogoh

saku seragamku ku lihat secarik kertas yang diberikan Zayn padaku tadi usai pelajaran. Ternyata itu adalah nomer ponsel milik Zayn. Apa maksudnya? Apa ada hal yang ingin dibicarakannya padaku sehingga aku harus menghubunginya? Baiklah akan ku kirimi Ia pesan. ---------------------------------To : Zayn Malik Ada apa kau memberikan nomer ponselmu padaku? Macey~ ---------------------------------Pesanku tak langsung dibalas olehnya. Baiklah lebih baik aku belajar dahulu di perpustakaan ini. Aku masih membutuhkan sedikit penyesuaian dengan sekolah ini. Ku telusuri semua rak di perpustakaan ini, saat ku temukan sebuah judul buku namun buku itu ada di rak paling atas. Ku coba meraihnya tapi tak sampai. Ku coba berjinjit tetap tak sampai. Ku coba sedikit melompat akupun tetap tak sampai. Oh sial apakah tubuhku sependek ini? Gerutuku dalam hati. Perlu bantuan nona cantik? Haha. Sapa seseorang di belakangku. Ku lirik orang itu, seseorang yang memakai almamater berbeda denganku namun almamater itu mirip milik Zayn. Menurutmu apa aku ini tidak kesusahan sedari tadi? Jawabku dengan nada ketus. Haha, baiklah baiklah nona galak. Buku mana yang kau inginkan? Tunjukan padaku. Jawab orang itu dengan nada mengejek. Itu. Buku bersampul gelap. Tunjukku pada sebuah buku. Langsung saja pria iytu menga mbilnya tanpa kesusahan. Silahkan nona cantik, ini bukumu. Pria itu memberikan buku itu padaku dengan senyuman menggoda. Terima kasih. Ucapku dan pergi meninggalkan pria itu menuju kursi kosong untuk membaca buku ini. Ternyata pria itu mengikutiku dan duduk disampingku. Kau ini jutek sekali, Haha. Ejek pria tadi dengan tawa renyah di akhir. Sudahlah jangan ganggu aku, aku ingin belajar. Apa terima kasih masih kurang untuk bantuanmu tadi? Jawabku dengan nada masih ketus. Wow wow wow, galak sekali kau. Tentu saja kurang, aku masih ingin berkenalan denganmu. Haha. Jelas pria itu dengan nada yang terus menggodaku. Apa sebegitu pentingnya namaku untukmu? jawabku dengan sedikit mulai emosi. Tentu saja, kau sangat unik bagiku. Haha. Jawab pria itu lagi. Sampai kapan kau akan diam? Hah? Ini perpustakaan bukan ajang untuk mencari jodoh ! Jawabku penuh emosi, benar-benar menjengkelkan orang ini. Sampai kau memperkenalkan dirimu padaku. Siapa bilang aku mencari jodoh? Aku hanya ingin namamu tak lebih. Jelas pria itu lagi padaku. Jika aku memberi tahu namaku, apa kau tak akan menggangguku lagi? tanyaku pada pria itu. Mungkin. Jawabnya dengan senyuman yang mengembang. Baiklah, namaku Macey. Sudah cukup bukan? Jangan ganggu aku lagi. Tegasku pada pria itu. Hahahaha. Pria itu tertawa dengan keras. Ssssttt! Seisi perpustakaan sontak berseru seperti itu dan menatap kami berdua. Apanya yang lucu? Kau mempermalukanku di depan banyak orang. Ucapku pada pria itu dan cemberut. Kau itu sangat lucu tingkahmu menggemaskan. Jelas pria itu tetap tertawa dan mencubit pipiku. Aw sakit. Aku memekik dan sontak pria itu melepas cubitannya. Disela-sela pembicaraan kami ponselku tiba-tiba bordering, panggilan dari Zayn. Aku langsung pergi meninggalkan pria itu ke salah satu lorong rak buku yang sepi dan mengangkat panggilan Zayn. Hallo? Ada apa? jawabku pada Zayn. Temui aku di gym. Sekarang. Jawab Zayn singkat dan langsung dimatikannya panggilan itu. Apa -apaan bocah itu, tak sopan sekali. Langsung saja ku kembali ke mejaku tadi dan membereskan bukuku. Hei mau kemana? tanya pria asing yang tadi menolongku. Bukan urusanmu. Jawabku dan berlalu meninggalkan perpustakaan. Langsung saja ku langkahkan kakiku dan menuju gym. Dibangku penonton dalam gym, Zayn sudah menunggu sambil memutar-mutar bola basket ditangannya. Ku dekati dia dan duduk disampingnya. Ada perlu apa? Sepertinya penting. Tanyaku langsung pada Zayn. Tak usah banyak berbasa-basi. Aku tahu kau menyukai Justin bukan? Sejak kapan kalian berkenalan? Hah? Tanya Zayn tiba-tiba. Aku mantan pacarnya. Apa pedulimu? Jawabku dengan

nada ketus. Aku tahu kau pasti masih menginginkannya bukan? Haha. Aku akui aku juga sangat menginginkan Cammie. Apa kau mau bekerja sama denganku? tawar Zayn padaku. Kerja sama apa? tanyaku penasaran. Zayn menjelaskan panjang lebar rencana kerja sama yang akan kita lakukan nantinya. Bagaimana? Kau setuju? tanya Zayn padaku. Deal. Haha. Jawabku dengan penuh kemenangan. Baiklah aku akan memberikan instruksi lebih lanjut padamu nantinya. Tambah Zayn lagi padaku. Kami berduapun keluar meninggalkan gedung gym ini bersamaan. Dan saat diluar langkah kami baru berpisah. Ini akan menjadi rencana yang sangat luar biasa. Haha, ide Zayn memang sangat brilliant. Semoga usaha kami berdua ini berhasil jika tidakpun aku siap menanggung segala resikonya. Hari telah mulai petang ku langkahkan kakiku menuju dormku dan segera mandi. Selesai mandi ku rebahkan tubuhku dikasurku. Pegal sekali rasanya seluruh tubuhku ini. Tiba-tiba ponselku berdering nada pesan masuk. Dengan malas-malasan ku baca pesan itu. Dari nomor yang tak ku kenal. -------------------------------From : 999124xxxxx Hai nona galak. Sedang apa? ----------------------------Tak penting sekali pesan ini. Siapa pengirimnya -_- batinku dalam hati langsung saja ku balas pesan itu dengan malas. --------------------------To : 999124xxxxx Siapa ini? -------------------------Tak lama balasan sudah muncul kembali dari nomer itu. ---------------------------From : 999124xxxxx Perkenalkan aku Liam. Aku superheromu saat di perpustakaan tadi. Haha. -------------------------Ternyata bocah tengil itu yang mengirim pesan. Bagaimana bocah ni bisa mendapat nomerku. Pikirku heran. Langsung saja ku tanyakan padanya. --------------------------To : Liam. Bagaimana kau bisa mendapat nomer ponselku? -_-------------------------Tak lama Liam membalas pesanku lagi dan menjelaskan padaku. --------------------------From : Liam Tadi aku melihatmu keluar gym bersama Zayn. Jadi kupikir Zayn memiliki nomermu. Dan ternyata dugaanku benar. Haha. Oh ya ada hubungan apa kau dengan Zayn? -------------------------Ternyata anak itu mendapat nomer ponselku dari Zayn. Huh. Ku jawab pertanyaan Liam dengan segera. -----------------------To : Liam Oh begitu rupanya. Kami berdua teman sekelas. Tak lebih dari itu. Hehe.

-------------------------Ponselku berdering lagi dan pesan dari Liam. --------------------------From : Liam Baiklah, hari telah larut. Tidurlah. Selamat malam. Nice dream. Xoxoxoxo -------------------------To : Liam Malam :) ------------------------Ku akhiri semuanya dan akupun terlelap tidur akan banyak rencana yang akan ku jalani nantinya. Sebaiknya ku siapkan tenagaku. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Yoyoyy. Gue balik lagi nih bawa JD lanjutan. Gimana menurut kalian part ini? Garing ya? Menurut gue sih garing :( Penasaran nggak nih sama rencana Zayn dan Macey? Tetep stay tune di Fb ane ye. Maaaciwww para readersku :*

Zayn POV Pagi sudah datang kembali. Hari yang ku tunggu datang. Ya hari ini semua rencanaku harus berhasil. Macey harus bisa melaksanakannya dengan mulus. Jika tidak mungkin kita berdua akan dikeluarkan dari sekolah. Namun aku tak kan mungkin dikeluarkan dari sekolahku, aku pewaris utama dalam Blackthorne Academy, Haha. Ini hari libur tak ada kelas sama sekali hari ini maka dari itu akan ku laksanakan rencanaku ini. Sebaiknya pagi ini aku mengajak Cammie dahulu supaya Ia tak pergi bersama Justin dan rencanaku akan gagal. Ku telpon Cammie semoga gadis itu sudah bangun. Ya ternyata gadis itu benar sudah bangun karna telponku langsung diangkat ol ehnya. Hallo pagi Cammie. Ucapku dengan ceria ketika telponku diangkat olehnya. Oh, hai ada apa Zayn? jawab Cammie tak kalah ceria. Mmh hari ini kan hari libur mau kah kau pergi bersamaku ke pusat kota? Sekali-sekali lah kita pergi keluar sekolaah bersama? Bagaimana? ajakku pada Cammie. Sebentar ku

pikir dahulu jadwalku hari ini. Mmmhh sepertinya aku bisa, Justin tak mengajakku pergi juga hari ini. Mungkin dia sibuk. Jelas Cammie panjang lebar. Baiklah, segeralah bersiap aku tunggu kau di parkiran mobil. Jawabku pada Cammie. Ya, bye Zayn. Sampai berjumpa nanti. Panggilan pun terputus. Niall yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung merias rambutnya di depan cermin. Mau kemana kau Niall? Tumben sekali kau bangun pagi. Haha. Ejekku pada Niall. Aku mau pergi bersama Bex. Haha. Jawab Niall dengan cengengesan. Ternyata kau juga sudah mempunyai gebetan disini. Dasar -_- Jawabku dengan muka datar. Memang kau saja yang bisa? ejek Niall bergantian padaku. Tak berpikir panjang karna aku mengerti maksud ucapannya langsung ku lemparkan bantal ke arah kepalanya. Sial kau ! bentak Niall padaku. Ayo lekas keluar, biarkan Justin tetap tidur di kamar ini. Sepertinya Ia kelelahan. Ajakku pada Niall. Ayo, Bex juga sudah menungguku. Jawab Niall. Dan kami berduapun pergi meninggalkan Justin yang masih terlelap di kamar. Saat diluar dorm kami berduapun berpisah, Niall langsung menuju ke parkiran mobil sedangkan aku menetap di depan dorm untuk menelpon Macey terlebih dahulu. Halo, lekaslah datang ke depan dorm boy. Aku didepan menunggumu. Ucapku ketika panggilan diterima oleh Macey. Ya aku segera kesana. Jawab Macey dan langsung mematikan telpon ini. Tak lama Macey sudah datang dengan berlarian. Sambil menunggu dorm terlihat lumayan sepi kami bercapak sebentar. Aku sudah tahu pasti akan banyak anak yang meninggalkan sekolah hari ini karna ini hari libur banyak anak yang memanfaatkan hari ini tentunya. Di depan dorm sudah mulai anak berlalulalang pergi keluar. Ku rasa kini sudah mulai sepi ku ajak Macey masuk ke dalam dorm. Di depan kamarku yang didalamnya ada Justin, ku tinggalkan Macey untuk mengetuk pintunya. Ku pantau Ia dari dalam kamar yang ada disebrang kamarku itu. Justin Justin panggil Macey sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar. Tak ada jawaban dari dalam, diulangi lagi oleh Macey. Justinnn ketuk Macey sedikit lebih kasar dari yang pertama. Kali ini berhasil rupanya, Justin membuka pintu dengan tampang bangun tidur. Hah? Ada apa kau berada di dorm boy? Ini dilarang, tak seharusnya kau disini. Ucap Justin kaget. Ada yang ingin kubicarakan padamu. Bolehkah aku masuk? Aku takut jika ada yang mengetahui keberadaanku disini? ucap Macey dengan sedikit ketakutan. Justin tampak berpikir sejenak. Baiklah sebentar saja tapi. Ayo masuk. Justin mengajak Macey masuk ke dalam kamar setelah itu Ia melihat keadaan dorm yang terlihat sepi baru Ia tutup pintunya. Setelah kamar Justin terkunci, aku langsung keluar dari persembunyianku dan mengunci kamar Justin dari luar. Justin yang mendengar suara kuncian pintu dibelakangnya sontak langsung membuka pintunya. Ternyata benar saja kamarnya yang telah dikunci dari luar. Reflek Justin mendobrak-dobrak pintunya sambil berteriak. Hei persetan kau ! Bukakan pintu ini ! Jangan sampai terjadi fitnah lagi ! te riak Justin dari dalam. Aku yang mendengar suaranya tersenyum bangga. Ku biarkan saja kunci itu menggantung di pintu toh dorm ini kosong, tak akan ada yang menolongnya. Haha. Aku tertawa licik dan segera menuju parkiran mobil. Disana Cammie sudah menunggu disebuah bangku taman. Hei, maaf. Sudah lama menunggu? Sapaku pada Cammie dengan memberikan senyuman terindahku. Ya lumayan. Dari mana saja kau? tanya Cammie padaku. Menyelesaikan suatu urusan. Hehe. Ayo ke mobilku. Ajakku pada Cammie menuju mobilku. Langsung saja ku ajak Cammie menuju pusat perbelanjaan pusat kota. Pertama kami mencari sarapan terlebih dahulu. Saat berjalan di depan trotoar menuju restoran kami berdua bertemu Louis dan Liam. Hei bro, mau kemana? tanyaku pada mereka. Kami ingin menonton film. Mau bergabung? tawar Louis pada kami. Terima kasih, kami mau mencari sarapan dahulu tapi. Tolakku dengan halus. Baiklah, kami duluan ya Cammie, Zayn. Filmnya akan segera dimulia 10 menit lagi. Bye. Pamit Liam. Ya bye semua. Pamit Louis pula. Ya hati-hati. Ucap Cammie sambil melambaikan tangannya. Mereka berduapun pergi meninggalkan kami dengan berlari-lari kecil. Akupun langsung menggandeng tangan Cammie dan mengajaknya masuk ke dalam restoran Italia. Kam memilih meja dan seorang waiter pun menghampiri meja kami

berdua. Selamat pagi. Silahkan ucap waiter itu sambil memberikan daftar makanan. Kau mau makan apa Cammie? tanyaku pada Cammie. Cammie menatap daftar makanan cukup lama. Mmmmmmmmh, Aku mau Lasagna Zayn. Jawab Cammie ceria. Baiklah, Lasagna satu dan aku ingin spaghetti saja satu. Ucapku pada waiters tadi. Sambil menunggu makanan kami bercakap cakap. Setelah ini mau kemana? tanyaku pada Cammie. terserah kau saja Zayn. Jawab Cammie dengan tersenyum manis padaku. Baiklah, setelah ini kita ke pantai ya? ajakku pada Cammie. Kurasa akan menyenangkan. Jawab Cammie antusias. Ditengah-tengah pembicaraan kami tiba-tiba ponsel Cammie berdering. Halo Justin? Ada apa? tanya Cammie pada orang disebrang telpon yang tak asing lagi adalah Justin. Kau dimana? Tanya Justin pada Cammie. Belum sempat menjawab ponsel Cammie mati batrai ponsel Camme habis. Oh sial aku berusaha menghubungi Cammie namun ponselnya malah mati. Aku tak tahu harus minta tolong pada siapa lagi Macey. Ucap Ju stin pada Macey. Sudahlah Justin lagipula pasti sekolah ini sepi. Anak-anak lain semua berlibur ke kota. Tak ada yang bisa dimintai tolong pasti. Balas Macey terlihat santai. Ya kau benar, kita terpaksa di kamar ini terus sampai mereka kembali. Jawab Justin pasrah dengan keadaannya sekarang. Oh ya, apa yang ingin kau bicarakan padaku? tanya Justin pada Macey. Jujur saja Justin, semakin ku coba melupakanmu semakin pula ku mencintaimu. Aku akui sulit melupakanmu Justin. Semua kenangan kita masih terbayang di benakku. Ucap Macey menjelaskan lagi-lagi Ia menangis di depan Justin. Maaf Macey, keadaan sudah berbeda sekarang. Sejak kita berpisah dan aku mulai masuk di sekolah ini aku sudah memiliki hidup baru. Jelas Justin pada Macey sambil mengusap air m ata yang mengalir di pipinya itu. Macey yang kelelahan setelah menangis tertidur di pundak Justin hingga sore. Di pantai, tampak Harry sedang bermain dengan ombak dengan papan surfingnya. Sunset sebagai latar belakang dari permainan Harry tersebut. Di pasir juga tampak Cammie dan Zayn yang sedang terduduk sambil menonton permainan Harry. Oh ya Camm, dapatkah kita berfoto bersama? Musim depan kita sudah tak akan bertemu lagi. Anggap saja ini kenang-kenangan. Bagaimana? Tanyaku pada Cammie. Tentu saja boleh, kenapa tidak? Jawab Cammie dengan ceria. Kita berdua pun akhirnya berfoto bersama dengan latar sunset yang begitu menawan. Hah, hari yang indah. Namun begitu cepat berakhir. Ayo kita harus segera kembali ke sekolah, hari mulai petang. Ajak ku pada Cammie. Oh iya, kita juga ada makan malam di aula tengah. Oh ya bagaimana dengan Harry ? tanya Cammie padaku. Itu dia sedang berjalan kemari. Jawabku pada Cammie. Hey, Har. Permainanmu sungguh hebat. Sapa Cammie pada Harry. Oh hai Cammie, terima kasih. Jawab Harry dengan senyuman. Oh ya, kita berdua akan kembali ke sekolah karna akan ada makan malam di aula tengah setengah jam lagi. Kau mau bareng dengan kami tawar ku pada Harry. Tentu saja mau, kalau tidak bagaimana caraku kembali ke sekolah. Louis dan Liam meninggalkan ku begitu saja disini -_- jelas Harry panjang lebar. Haha, sudahlah. Ayo lekas ke mobilku. Ajak ku pada Cammie dan Harry. Kalian berdua duluan saja, aku mau ganti baju sebentar. Ucap Harry pada kami berdua. Baiklah jangan lama-lama. Jawabku dan menggandeng tangan Cammie menuju parkiran mobilku. Di mobil kami menunggu Harry sambil bercakap-cakap sejenak. Emmh Camm, aku punya sebuah kejutan untukmu. Ucapku pada Cammie. Oh ya? Apa itu? tanya Cammie antusias. Ku rogoh saku celanaku untuk mencari box hadiahku untuk Cammie. Loh nihil, dimana box kecil itu. Sebentar ku ingat-ingat dahulu. Oh aku ingat kadonya ada di saku celanaku yang satu. Aku lupa bahwa telah berganti celana. Ada apa Zayn? tanya Cammie padaku dan berhasil m embuyarkan lamunanku. Maaf Cammie, hadiahnya tertinggal di saku celanaku yang satu. Ucapku menyesal pada Cammie. Yasudah lah lain kali saja. Ucap Cammie tetap ceria. Tidak -tidak, aku harus memberikannya secepatnya. Sebelum kau akan membenciku. Ucapku pada Cammie. Maksudmu? tanya Cammie sedikit kebingungan. Lihat saja nanti, kau harus menemani aku ke dorm sebentar untuk mengambil hadiahnya ya? Ku mohon. Pintaku pada Cammie sambil memelas. Baiklah, jangan sepert anak kecl

seperti itu. Jawab Cammie dengan senyuman. Tak lama Harry dating dan kamipun segera melaju ke sekolah. Di parkiran kita bertemu dengan Louis, Liam, Niall, dan Bex. Mereka juga baru saja tiba di sekolah. Hei guys. Sapa Liam pada kita semua. Hai, oh ya ayo segera ke aula tengah u ntuk makan malam. Ajak Harry yang sebagai leader dari anak-anak Blackthorne academy. Kalian duluan saja, aku dan Cammie ada urusan sebentar, kami akan menyusul nantinya. Pamitku pada teman -teman yang lain. Baiklah, hati-hati Camm. Ucap Bex dengan ceria. Cammie hanya membalas dengan senyuman dan lambaian tangan. Cammie POV Aku dan Zayn pun berjalan menuju dorm boy. Ratusan anak berlalu lalang untuk segera menuju aula tengah. Oh ya bagaimana dengan Justin? Mungkin Ia sudah di aula tengah. Pikirku dalam hati. Kita berdua telah sampai di dorm boy. Dari luar memang tampak sepi, mungkin para siswa belum sempat kembali ke dorm, melainkan langsung ke aula tengah. Ayo masuk saja, dorm masih sepi tenang saja. Ajak Zayn meyakinkan ku. Kami berdua pun memasuki dorm. Tiba-tiba saat di ruang tamu dorm, ponsel Zayn berbunyi. Panggilan dari Momku, mmh sebaiknya kau tunggu di kamarku saja, kamarku diujung ruangan ini. Aku tak akan lama. Pamit Zayn dan menyuruhku ke kamarnya. Aku tak yakin ingin melangkahkan kaki ke kamarnya, tak tahu mengapa rasanya aneh sekali. Dengan langkah gontai, aku berjalan dengan pelan menuju kamarnya. Ini kamar yang paling ujung, tetapi mengapa kunci kamarnya menggantung diluar? Aneh sekali. Ku coba buka memutar pegangan pintu, tetapi tak bisa dan terkunci. Dengan pelan-pelan ku putar kuncinya. Kunci sudah terbuka, ku pegangi saja handlenya. Tanganku terasa berat untuk membukanya. Tak yakin ingin membuka pintu ini. Memang ada apa dibalik pintu ini, kenapa aku harus tak enak. Ini hanya kamar biasa, bukan kamar horror. Haha. Bodoh sekali aku. Ku tarik nafas panjang dan ku buka pelan-pelan pintu ini. Mengagetkan sekali hal yang ku lihat ini. Ini penyebab mengapa aku merasa tak enak ketika akan membuka pintu ini. Ini merobek hatiku, pemandangan yang sangat luar biasa bagiku. Bagaimana tidak? Gebetanku tidur bersandaran dengan gadis lain di sofa dan di kamar yang terkunci. Aku sangat terpukul. Tak sadar air mataku mengalir, aku terdam terpaku melihat ini semua. Badanku kaku seakan tak bisa berpindah, aku tak ingin menyaksikan ini tapi organku seakan mati tak mau ku gerakkan. Tiba-tiba mata Justin yang sedari tadi terpejam mulai membuka. Ia melihat wanita yang Ia cintai berdiri terpaku menangis di ujung pintu. Dengan setengah sadar, Ia mulai bangkit untuk menghampiriku. Aku yang sadar dari lamunanku dan mendapati Justin menghampiriku reflek langsung berlari menjauh. Ku langkahkan kaki ku, berusaha berlari kecil keluar dorm. Aku berlari sekuatku sesuai langkah ku mengarah kemana. Aku di depan gym dan Justin masih mengejarku. Aku mulai lelah dan Justin pun mendapatiku. Camm, jangan pergi. Biar aku jelaskan semuanya. Ucap Justin sambil menggenggam tanganku erat. Tinggalkan aku ! Aku ingin sendiri ! Bentakku pada Justin. Maafkan aku Camm, dengarkan aku dulu. Justin memohon kepadaku dan langsung mendekap erat tubuh mungilku. Jangan sentuh aku ! Pergi dan jangan temui aku lagi. Bentakku sambil melepas dengan paksa pelukannya. Maafkan aku Camm. Ucap Justin lagi sambil memelas, matanya mulai berk acakaca. Ku bilang pergi ! bentakku sambil menangis lagi. Justin pun pergi dari hadapanku. Aku duduk di depan gym sambil menangis. Sudah berapa kali Ia membuatku seperti ini. Dan mengapa harus selalu dengan Macey? Aku benar-benar muak dengan tingkahnya sekarang. Ia membuatku sakit ketika aku mulai mencintainya. Aku sakit Justin ! Sakit ! Gerutuku dalam hati. Author POV

Justin kembali ke dorm dengan perasaan tak karuan. Ia ingin sekali menangis melihat gadisnya menangis, namun Ia sadar. Ia lelaki yang kuat dan harus tabah menghadapi ini semua. Kamar Justin sudah kosong, mungkin Macey sudah pergi. Justin terduduk di kasurnya. Tiba-tba Zayn datang. Oh, hei Justin. Cammie dimana? Ia tadi menungguku di kamar. Tanya Zayn kebingungan melihat sosok Cammie tak ada di kamar. Ia ada di gym sekarang. Tenangkan lah Ia. Kurasa Ia membutuhkanmu sekarang. Jawab Justin dengan pikiran kalut. Oh baiklah. Jawab Zayn. Sebelum menuju Gym, Zayn memasuki kamar dahulu untuk mencari kotak hadiah untuk Cammie. Setelah ketemu langsung saja Ia menuju Gym. Dari kejauhan tampak sosok Cammie terduduk di tangga depan Gym sambil menangis. Hei, boleh aku duduk? tanya Zayn pada Cammie. Cammie tak menjawab hanya mengangguk. Kau kenapa lagi? tanya Zayn pada Cammie sambil membelai r ambut Cammie. Cammie tak menjawab hanya sesenggukan. Zayn pun memegang kepala Cammie dan menyandarkan pada bahunya. Di elus-elusnya kepala Cammie sampai Cammie benar-benar tenang. Sudahlah jangan menangis. Ucap Zayn menenangkan Cammie. Zayn, aku sangat terpukul saat melihat Justin dan Macey tidur dan saling bersandar. Apa lagi itu di dalam kamar. Sakit sekali Zayn. Rasanya sudah sering Ia membuatku seperti ini. Tiba-tiba Cammie mulai mau bercerita. Sudahlah Cammie, jangan bersedih lagi. Aku akan selalu ada untukmu. Jawab Zayn sambil mencium kepala Cammie. Jangan menangis lagi ya. Aku menyayangimu Cammie. Aku lebih senang melihat senyummu. Tambah Zayn sambil memegang kedua pipiku dan membentuk senyuman. Cammie pun mulai mengembangkan senyuman nya lagi. Nah kau lebih terlihat cantik seperti itu. Jangan menangis lagi ya. Aku berjanji akan melindungimu. Ucap Zayn dan tersenyum pada Cammie. Iya Zayn, terima kasih ya, sudah mau menyayangiku. Ucap Cammie dan membalas senyuman Zayn. Oh ya, kau masih ing at hadiah yang ku janjikan tadi saat dipantai? tanya Zayn pada Cammie. Tentu saja masih ingat. Apa kau sudah membawanya? jawab Cammie dengan nada yang mulai tampak ceria. Yep tentu saja aku bawa. Tunggu sebentar. Ucap Zayn sambil berusaha mengeluarkan box kecil dari saku celananya. Zayn membuka box itu dan ternyata isinya adalah sebuah cincin. Cammie terpaku melihat isinya dan tak lama Zayn pun langsung memakaikan nya pada jari manis Cammie. Zayn, ini terlalu indah untukku. Ucap Cammie tiba-tiba. Dilihatnya cincin yang sudah terpasang di jari manisnya itu. Bagaimana kau suka? tanya Zayn sambil tersenyum senang melihat Cammie bahagia. Aku suka Zayn. Sangat suka. Jawab Cammie, namun tiba -tiba Cammie melepas cincin itu Ia juga melepas kalung yang sedang Ia pakai. Jika kau suka mengapa kau melepasnya? tanya Zayn kebingungan meilhat tingkah Cammie. Cammie tak menjawab namun hanya tersenyum dan terus beraktifitas dengan cincin dan kalung nya. Setelah aktifitasnya selesai baru Ia menjelaskan semuanya pada Zayn. Aku tak melepasnya, namun ku jadikan liontin di kalungku. Kau tahu mengapa? Ya supaya cincin ini selalu dekat dengan hati aku. Jelas Cammie panjang lebar dengan Zayn. Zayn pun senang dengan penjelasan Cammie tersebut, Ia tersenyum bahagia dan langsung memeluk Cammie dengan erat. Terima kasih Cammie. Ucap Zayn dan mencium rambut Cammie. Iya Zayn, terima kasih juga untuk hadiah terindahnya. Jawab Cammie pada Zayn. Zayn pun mulai melepas pelukannya.Zayn aku lelah. Ucap Cammie bersender di bahu Zayn. Kau ingin kembali ke kamar? tanya Zayn pada Cammie. Iya, aku ingin istirahat. Jawab Cammie pada Zayn. Baiklah, ayo ku antar. Ajak Zayn pada Cammie. Kami berduapun berjalan menuju dorm girl. Cammie memang benar-benar sudah tampak kelelahan. Akhirnya sudah sampai di depan dorm girl. Kau tak ingin makan malam dulu di aula tengah? tanya Zayn pada Cammie. Mmmh tidak. Aku hanya butuh istirahat saja. Jawab Cammie menjelaskan. Yasudah, lekaslah masuk dan istirahat. Ucap Zayn pada Cammie. Tiba -tiba Zayn memeluk tubuh Cammie Malam. Aku mencintamu. Ucap Zayn melepas pelukannya dan mencium kening Cammie. Malam Zayn. Terima kasih. Balas Cammie. Yasudah, aku pergi. Dah

Cammie. Pamit Zayn. Zayn pun pergi meninggalkan dorm girl dan saat bayangan Za yn mulai tak tampak Cammie juga mulai masuk ke dormnya.

Justin POV Sudah ke berapa kalinya aku membuat Cammie menangis karna ulahku dan Macey. Aku merasa tak pantas sekali untuk Cammie. Aku hanya bisa membuatnya menangis, aku tak bisa membahagiakannya. Bodohnya aku ini, selalu menyai-nyiakan gadis yang ku cintai. Apa memang harus aku dan Cammie tak menyatu? Sadar Justin sadar, cinta memang perlu di perjuangkan. Ku coba untuk menghubungi Cammie lagi. Cukup lama panggilanku tak diangkat. Mungkin Ia masih marah padaku. Ku coba lagi dan lagi. Akhirnya panggilanku diterima olehnya. Mau apa lagi kau Justin? Apa tak cukup kau membuatku seperti ini? Sudah jangan ganggu aku lagi, jangan hubungi aku lagi dan jangan temui aku lagi ! Aku membencimu Justin ! Ucap C ammie mengagetkanku. Maafkan aku Camm, jika memang itu maumu aku menurut. Im so sorry, but I love You. Jawabku pada Cammie. Tuut tuut tutt telponku di putus oleh Camme. Mungkin saat ini Cammie sudah benar benar membenciku. Maafkan aku Camm. Kini aku benar-benar tertekan oleh keputusan Cammie, namun ini memang salahku. Tok. Tok. Tok suara ketukan dari luar kamarku. Siapa yang mengetuk jika teman sekamarku harusnya mereka tinggal masuk saja. Ku buka pintu kamarku dan ternyata Mr.solomon yang mendatangiku. Selamat malam. Tuan Bieber. Dapatkah kau ikut aku ke ruang kepala sekolah tanya Mr.Solomon padaku. Oh ada apa ini, apa masalah Macey dan aku yang terkunci di kamar sudah menyebar? Siapa yang melaporkanku? Baik sir. Biarku ganti pakaianku dahulu. Jawabku dan segera masuk kamar untuk mengganti pakaianku. Ku ikuti langkah Mr.Solomon menuntunku. Di ruang kepala sekolah sudah ada Macey, Zayn dan Cammie. Langsung saja aku duduk di sebelah Zayn. Kalian semua pasti sudah tau mengapa saya memanggil kalian disini malammalam. Ucap Mrs.Morgan kepada kami semua. Benar dugaanku pasti masalah di kamar tadi. Pasti kalian bertanya-tanya mengapa kami sudah tau tentang ini semua. Tambah Mrs. Morgan. Ini bukan ulah murid yang melapor pada kami, namun camera cctv yang memantau kalian semua. Silahkan lihat. Ucap Mr.Solomon sambil menyalakn tv besar di depan kami. Rekaman ini dimulai hanya saat Macey sudah masuk di kamar. Tak ada gambar sama sekali pelaku yang mengunciku di kamar. Sial. Batinku dalam hati. Haha, untung saja aku sudah lihai dalam hal mata-mata. Tentu saja aku sudah mengurus camera cctv yang ada di dorm saat aku mengunci Justin tadi pagi. Batin Zayn bangga. Ada yang mau menjelaskan ini semua? tanya Mr.Solomon pada kami. Aku memang mengajak Cammie ke dorm sir saat sore, aku hanya ingin memberinya hadiah yang tertinggal di dalam kamar tak ada maksud lain. Jelas Zayn memulai sidang ini. Ya, benar dan kau juga bisa lihat bukan sir dalam video itu bahwa aku pergi meninggalkan dorm sebelum Zayn membe rikan hadiahnya. Tambah Cammie menjelaskan. Ya dalam kejadian ini kalan berdua memang tak salah Cammie, Zayn namun kalian hanya menjadi saksi. Kau lihat bukan jika Justin dan Macey memang dalam kamar yang terkunci nona Morgan? jelas Mrs.Morgan pada kami. Yep, maam aku memang melihatnya. Jawab Cammie mantap. Untuk Justin dan Macey apa ada pembelaan? tanya Mr.Solomon padaku dan Macey. Kami dijebak Mr. jawabku singkat. Dijebak bagaimana? Dalam video itu tak tampak ada yang menguncimu dari luar. Sangkal Mr.Solomon. Dan untuk Macey, untuk apa kau ke dorm boy pada saat itu? tambah Mr.Solomon. Aku hanya ingin berbicara pada Justin Mr. jelas Macey. Well, alasan kalian benar-benar tak masuk akal. Untuk Zayn dan Cammie kalian berdua boleh keluar sekarang. Ucap Mrs.Morgan mempersilahkan. Terima kasih Maam. Ucap Zayn dan menggandeng tangan Cammie keluar meninggalkan kami berempat disini. Kalian tahu bukan apa hukuman untuk siswa yang seperti ini? Kalian akan dikeluarkan jika tak ada bukti yang menyatakan kalian tak bersalah. Ucap Mr.Solomon tegas. Ya, untuk sementara waktu kalian berdua akan saya skors sampai kalian mendapat bukti yang akurat. Mungkin satu minggu. Ucap Mrs.Morgan akhirnya. Maafkan kami maam. Ucap Macey memelas. Ini sudah keput usan kami Macey. Baiklah sekarang kalian boleh kembali ke kamar. Ucap Mrs.Morgan. Terima kasih maam. Selamat malam dan maaf

telah merepotkan. Ucapku dan pergi meninggalkan ruangan ini. Bagaimana aku bisa mendapatkan bukti. Sang pelaku benar-benar cerdik dalam menangani camera cctv ini. Sepertinya sudah tidak ada yang bisa menyelamatkanku. Pikirku dalam hati. Justin, maafkan aku. Ini salahku yang dating ke dorm boy dan membuat masalah. Ucap Macey menyesal. Sudahlah tak usah menyesal yang harus kau lakukan hanya mencari bukti untuk ini semua. Ucapku pada Macey. Hah, untuk apa aku repot repot mencari bukti jika ini semua salahku. Biar saja aku keluar dari sekolah bodoh ini, siapa peduli. Yang penting Justin dan Cammie berhasl berpisah. Haha. Pikir Macey licik dalam hati. Yasudah Macey, sebaiknya kau kembali ke kamar sekarang. Hari sudah malam. Usirku pada Macey. Baiklah, malam Justin. Ucap Macey dan pergi menjauh dariku menuju dorm girl. Hah, sungguh cobaan berat untukku. Aku harus kehilangan Cammie dan sekarang aku akan pergi meninggalkan sekolah ini jika tak punya bukti. Brengsek semua ! Aku pun menuju parkiran mobil, ku ambil mobilku dan pergi ke tengah kota. Aku butuh hiburan malam ini, aku benar-benar penat. Ku hentikan mobilku di depan sebuah club malam. Ku langkah kan kaki ku menuju ke dalamnya. Dentuman music yang keras menyebar di seluruh ruangan ini. Aku langsung menuju meja bar dan memesan minuman. Ku rogoh saku jaket kulitku rokok ku yang dahulu masih ada ternyata. Kuambil sebatang rokok dari dalam kardusnya, ku nyalakan apinya dan ku nikmati tiap hembusannya. Sambil ku nikmati tiap hembusan rokok ini tak lama minuman yang ku pesan datang. Ku teguk gelas demi gelas membuang pahit sisa yang manis sampai akhirnya ku lupa. Kepalaku mulai terasa berat sekarang, ku pejamkan mataku sejenak dan tertidur di meja bar namun suara dentuman ini semakin membuatku pusing. Di tengahtengah rasa pusingku ini ku dengar rintihan dan jeritan seorang gadis meminta tolong, ku coba membuka mataku dan berjalan mencari sumber suara, namun suara itu tak begitu jelas karna kalah dengan suara music. Sampai akhirnya ku lihat seorang gadis yang hamper dilecehkan seorang pria biadab, sang gadis hanya merintih dan berusaha melepaskan diri namun usahanya sia-sia kekuatannya tak sebanding dengan pria itu. Dengan setengah sadar ku pukul pria itu tepat dikepalanya, sang pria sempat terjatuh untuk beberapa saat dan gadis pun berhasil lari ke tempat yang lebih aman. Hai bocah, ada apa kau mencampuri urusanku? tanya pria itu geram dan mencoba bangkit. Rupanya sang pria juga sedang dalam keadaan mabuk. Setelah bangkit pria itu langsung saja menghantam wajahku, Aku yang dalam keadaan setengah sadar langsung tergeletak jatuh ke lantai. Sang pria yang sadar lawannya sudah tak berdaya langsung melarikan diri dari tempat kejadian. Justin ! Pekik gadis yang telah ku tolong tadi. Langsung saja gadis itu berlari dan menolongku. Justin sadarlah. Bangunlah. Ucap gadis itu sambil memukul -mukul pipi Justin. Arrggghhhhh. Aku menggeram karna gadis itu baru saja memukul bekas lukaku tadi. Setengah sadar ku coba membuka pelan-pelan mataku. Wajah seorang gadis yang ku kenal. Bex ya dia Bex. Ku coba bangkit dari pangkuan Bex, Bex mencoba membantuku bangkit, dituntunnya aku keluar dari bar ini. Ku coba langkahkan kakiku menuju mobilku, Bex selalu menggandengku agar keseimbanganku tetap terjaga. Di dalam mobil langsung saja kutanyakan semuanya pada Bex. Apa yang kau lakukan Bex di dalam bar tadi? Tanyaku menyelidiki. Aku hanya mengikutimu J ustin, tadi aku menguping pembicaraan kalian semua saat di ruang kepala sekolah. Jelas Bex padaku. Namun aku percaya padamu Justin, kau tak seperti itu. Aku percaya kau dijebak. Tambah Bex yakin. Terima kasih Bex telah mempercayaiku. Namun semuanya akan percuma tanpa ada bukti yang pasti. Dan untukmu Bex, kau masih sangat kecil untuk masuk ke bar tadi, jangan nekat ikuti aku lagi. Untung saja tadi aku melihatmu. Jelasku pada Bex. Aku akan membantumu Justin, ya aku akan membantumu. Jangan lakukan seperti tadi Justin, kumohon. Jangan datang ke bar bodoh ini lagi. Aku seperti ini karna peduli padamu, aku tau Camm akan lebih baik bersamamu daripada bersama Zayn, Justin. Kata Bex panjang lebar padaku. Terima kasih Bex, atas kepercayaanmu padaku. Baiklah i ni sudah larut malam, akan ku antar kau kembali ke sekolah. Ucapku pada Bex. Ya, sama -sama. Baiklah ayo. Jawab Bex mulai tampak ceria seperti biasanya. Aku pun mengantarkan Bex kembali ke sekolah dengan keadaan setengah mabuk. Ku jalankan mobilku dengan pelan-pelan agar lebih aman. Akhirnya sampai juga di gapura besar Gallagher Academy. Kau mau kemana setelah ini? tanya Bex padaku. Kau tahu bukan, aku mendapat skorsing selama seminggu. Aku akan menetap di villa

pinggir pantai milik keluargaku. Jelasku pada Bex. Baiklah terserah kau saja. Aku berjanji akan membantumu Justin. Ucap Bex sambil memberikan senyumannya padaku. Terima kasih Bex, tapi kau tak perlu repot-repot melakukan itu. Oh ya kumohon jangan kau beritahu kejadian malam ini pada Cammie atau pada siapapun. Pintaku pada Bex. Iya Justin, tak akan. Baiklah aku masuk dahulu. Hati-hati dijalan Justin. Pamit Bex padaku dan Iapun segera turun dari dalam mobilku. Begitu Bex masuk ke dalam sekolahan aku baru pergi dan menuju villa pinggir pantaiku. Begitu sampai di villa langsung saja ku masuk ke dalam kamar dan tidur di kasur empukku. Pusing sekali rasanya kepalaku ini. Sudah tak tahan dengan ini semua aku pun terlelap dalam tidurku. Author POV Hari-hari terus berganti, Cammie semakin akrab dengan Zayn. Dan Bex masih sibuk untuk mencari barang bukti untuk membantu Justin. Justin yang terlalu pasrah dengan keadaan pun melakukan kegiatan tiap harinya dengan menuju club malam dan melakukan aktivitas mabuknya dan menghamburkan uang. Ya walau di club banyak gadis, Justin tak pernah menghabiskan waktu dengan para gadis club. Hah, ini sudah hari ke-7 di masa skorsingku. Dan akupun belum mendapat bukti. Good, aku memang harus berpisah darimu Camm. Pikir Justin sambil menyisir rambutnya di depan kaca. Justin memang sudah tampak rapi, sepertinya Ia akan menuju ke club lagi seperti harihari yang lalu. Disisi lain di sekolah Bex sedang terduduk lemas dipinggir air mancur tengah sekolah. Hei, mengapa kau cemberut cantik? sapa Niall pada Bex. Justin akan dikeluarkan dari sekolah. Ucap Bex lemas. Aku tak bisa membantunya mencari bukti dan ini sudah hari ke -7 dimasa skorsing Justin. Tambah Bex lagi. Jadi ini sebabnya mengapa Bex yang selalu ceria tiba -tiba cemberut seperti in? jawab Niall sambil mencubit kedua pipi Bex. Aduh sakit Niall. Dan jangan mengajakku bercanda, aku sedang benar-benar sedih sekarang. Ucap Bex manyun. Haha, sudahlah my hunny bunny sweety. Jika memang ini masalahnya aku bisa membantumu. Hibur Niall pada Bex. Apa kau serius? senyuman mulai mengembang pada bibir Bex. Yep, ayo ikut aku. Ajak Niall pada Bex, Niall menggandeng tangan Bex dan diajaknya ke ruang kepala sekolah. Apa yang ingin kau lakukan Niall? Tanya Bex kebingungan. Sudah, ayo ikut saja aku masuk. Jawab Niall cengengesan. Tok.. Tok.. Tok Niall mengetuk pintu ruang kepala sekolah. Ya silahkan masuk. Teriak Mrs. Morgan dari dalam ruangan. Langsung saja Niall dan Bex masuk ke dalam ruangan itu. Oh, hai. Selamat malam Niall dan Bex. Apa yang bisa saya bantu? A yo silahkan duduk. Ucap Mrs. Morgan mempersilahkan. Mmmh begini maam. Saya mempunyai bukti jika Justin tak bersalah. Ucap Niall dengan mantapnya. Baiklah tunjukkan padaku. Ucap Mrs.Morgan mempersilahkan. Ya sebelumnya begini ceritanya. Saya mendapat rekaman ini setelah saya bermain basket di gym. Ya dan saat itu saat saya berada di ruang ganti gym saya mendengar percakapan antara Zayn dan Macey. Dan tak lain adalah rencana busuk mereka. Silahkan saja dengarkan Maam. Jelas Niall sambil memberikan I -phone nya pada Mrs.Morgan. Setelah mendengar rekaman recorder dari Niall, Rachel Morgan langsung mengangkat gagang telpon kantornya dan menghubungi Mr.Solomon. Bawa Chammeron, Zayn, Macey dan Justin keruanganku. Sidang akan ku lanjutkan. Ucap Rachel Morg an singkat. Cammie POV Ini sudah menjadi hari terakhir pada hari skorsing Justin dan Macey. Dan sepertinya sampai saat ini mereka belum mendapat bukti. Aku juga sudah tak pernah melihat Justin lagi di sekolah ini seminggu belakangan. Jujur saja aku belum membencinya, justru aku merindukan sosoknya yang tak pernah terlihat lagi. Lamunan malamku buyar saat pintu kamarku ada yang mengetuk dari luar. Tak perlu waktu lama, segera ku bukakan pintunya. Bisa ikut aku ke kantor kepala sekolah? tanya Mr.Solomon padaku. Tak menjawabnya langsung ku ikuti langkah Mr.Solomon. Sepertinya sidang lanjutan akan diadakan. AKu tak tahu, apakah ini akan menjadi perpisahan untukku dan Justin. Atau malah Justin datang membawa bukti. Ya semoga ini bukan perpisahan untuk kami. Pi kirku dalam

hati. Di ruangan kepala sekolah sudah ada Macey, Zayn, Niall dan Bex. Tapi dimana sosok Justin? Mengapa malah ada Niall dan Bex? Apa hubungannya dengan mereka berdua? Pikiranku penuh dengan pertanyaan yang tak karuan. Justin tak ada di sekolahan ini Rachel. Ucap Mr.Solomon pada momku. Baiklah sidang ini akan tetap berlanjut walaupun tak ada Justin disini. Ya kalian bertiga pasti bertanya-tanya mengapa ada sosok Bex dan Niall di sidang ini. Tak usah berkepanjangan lagi, saya sudah tau siapa pelaku sebenenarnya dan siapa yang menjadi korban. Jujur saja saya kecewa dengan sikap kalian semua. Sekolah mata-mata didirikan untuk menjadikan kalian seorang matamata yang handal dan menggunakan ilmu kalian untuk kebaikan. Bukan untuk menjadikan kalian picik dan mendapatkan segala hal dengan menghalalkan segala cara. Jelas momku panjang lebar. Dan untuk kau Macey, dengan hormat semester depan kau harus keluar dari sekolah ini. Tegas momku tiba-tiba. Silahkan dengarkan rekaman ini. Ucap Mr.Solomon dan memutar recorder dari Iphone milik Niall. Seketika wajah Zayn menjadi pucat pasi. Macey tetap dengan muka datarnya, mungkin Ia sudah tau bahwa kedoknya pasti tetap akan ketahuan. Dan untukmu Mr.Malik, saya tak bisa memberimu sanksi. Biar sekolahmu yang mengurusmu. Namun saya sangat kecewa pada sikapmu. Bukan menunjukkan sikap seorang mata-mata. Ucap Mrs.Morgan. Ku tatap Zayn dengan penuh kebencian, ya memang Ia yang ada saat sosok Justin tak ada disampingku, namun cara yang Ia lakukan untuk menyingkirkan Justin itu terlalu licik. Zayn sempat melirik ke arahku, namun Ia langsung menunduk. Sepertinya Ia mengerti bahwa aku kecewa padanya. Ya aku memang kecewa padamu Zayn. Sangat kecewa. Terima kasih untuk kalian berdua anak -anak. Terima kasih karna telah mau membela kebenaran untuk Niall dan Bex. Ucap Mrs.Morgan. Oh ternyata Niall yang telah merekam percakapanku dengan Macey. Persetan kau Niall. Aku sudah membersihkan semua jejakku namun masih saja ada bukti. Lihat saja kau nanti Niall. Batin Zayn sambil melihat Niall dengan penuh kebencian. Terima kasih anak-anak semua. Sidang saya akhiri. Dan surat pengeluaran untukmu nona Macey akan segera kami proses. Selamat malam kalian bisa meninggalkan ruanganku. Mrs. Morgan mempersilahkan. Kami semua pun langsung keluar dari ruangan momku. Oh ya dimana Justin sekarang, tiba-tiba saja aku menjadi sangat khawatir seperti ini pada Justin. Ku coba untuk menelpon Justin. Namun tak diangkat. Kau menelpon siapa Camm? tanya Niall padaku. Justin. Apa kalian tau Justin dimana? tanyaku balik pada mereka semua. Aku tahu ! Justin ada dikota. Pekik Bex tiba-tiba. Baiklah ayo pergi. Pakai mobilku saja. Ajak Niall. Dan kami pun berlari keparkiran dan segera berangkat ke pusat kota. Bagaimana kau bisa tahu Justin di pusat kota? tanyaku pada Bex. Ceritanya panjang. Nanti biar Justin yang jelaskan. Jawab Bex tak mau jujur padaku. Oh ya, kita mau kemana dahulu sekarang Bex? tanya Niall sambil fokus menyetir mobil. Kita ke villa pinggir pantai milik Justin dahulu. Jawab Bex. Baiklah. Jawab Niall singkat dan mempercepat jalan mobilnya. Tak lama kita sudah sampai di pinggir pantai. Di pantai ini hanya ada satu-satunya villa dan itu berada di ujung pantai. Pasti itu villa milik keluarga Justin, ya tak salah lagi. Akupun berlari menghampiri rumah itu. Pada papan nama rumah itu memang terpampang nama keluarga Bieber. Ku pencet belnya berulang kali namun tak ada jawaban. Ku coba ketok-ketok pintunya tak ada yang dating membuka. Ku keliling halaman villa ini namun sepertinya villa in kosong. Bex yang sedari tadi di mobil tiba-tiba menyusulku. Bagaimana? tanya Bex padaku. Sepertinya villa ini kosong Bex. Jawabku sedih. Aku tahu sepertinya Justin di club malam. Ayo ikut aku. Jawab Bex sambil berlar ke mobil Niall. Bagaimana? Justin tak ada? tanya Niall padaku dan Bex. Tak ada. Ayo sekarang kita ke club malam di pusat kota. Suruh Bex pada Niall yang mengemudikan mobil. Ya ya ya. Baiklah nona nona. Dengan cepat Niall pun mengemudikan mobilnya. Club malam ini memang tak jauh dari pantai, ya masih di pinggir pantai. Begitu sampai di depan club, langsung saja aku masuk ke dalamnya sedangkan Niall dan Bex mencari tempat parkir dahulu. Ritme alunan music yang keras langsung masuk ke dalam telingaku. Ku cari-cari sosok Justin ditengah-tengah lantai dansa, namun

sepertinya nihil. Ku terobos orang-orang yang sedang menari ini kepinggiran. Aku coba menengok ke meja bar sepertinya sosok yang kucari ada disitu. Ya sepertinya itu benar Justin, aku terus menerobos orang-orang yang berdansa ini. Justin sepertinya sedang tertidur dimeja bar itu. Kucoba membangunkannya. Justin, bangunlah Justin. Kupanggil -panggil namanya sambil memukul pipinya. Sepertinya Ia sudah mabuk nona. Sudah seminggu ini Ia selalu datang kemari. Banyak gadis yan g menggodanya, namun Ia selalu mengira mereka semua Cammie, dan itu berhasil membuat para gadis itu pergi dan tak jadi menggodanya. Apa kau Cammie? Ucap seorang bartender padaku. Ya, aku Cammie. Jawabku singkat dan terus mencoba membangunkan Justin. Justin sadarlah! Aku berteriak. Tak kusadari air mataku mengalir melihat sosok yang kucintai dalam keadaan seperti ini. Rasanya lebih sakit dibanding saat aku melihatnya bersama Macey. Sakit sekali. Justin seperti ini pasti sebabku. Maafkan aku Justin, sadarlah. Teriakku lagi berusaha menyadarkan Justin. Aku terus menangis sambil menyadarkan Justin, baru kali ini aku melihatnya seperti ini. Aku merasa bersalah sekali Ya Tuhan. Ku goyang-goyangkan pundak Justin berusaha menyadarkannya dan usaha kali ini berhasil sepertinya. Mata Justin mulai membuka. Cammie? ucap Justin saat melihatku. Ya, ini aku Justin. Sadarlah. Ucapku dan memberikan senyumanku padanya. Haha, tak mungkin Cammie disini. Pergilah dari sini wanita jalang. Kau bukan Cammie yang kucintai. Usir Justin kepadaku. Justin ini aku Cammie sadarlah. Aku mencintaimu Justin. Sadarlah. Jelasku pada Justin dan ku dekap tubuhnya aku menangis di tubuhnya. Justin tertidur lemas di pundakku. Cammie, apa ini benar kau? Ya ini benar kau ternyata, ini bau tubuhmu, aku tahu itu. Ucap Justin tiba-tiba di pundakku. Ya ini aku Justin. Ini aku Cammie. Ucapku sesenggukan. Apa kau menangis Cammie? Justin bangkit dari dekapanku dan menatap wajahku. Aku mengusap air mataku dan menggeleng memberikan senyuman terindahku padanya. Jangan menangis, aku tahu kau menangis. Ucap Justin dan memegang wajahku. Justin mencoba mencium bibirku, ku balas ciumannya namun tiba-tiba menyudahinya dan mencium keningku. Maaf aku mabuk. Ucap Justin lemas. Maafkan aku. Kau seperti ini karnaku Justin. Maafkan aku. Ucapku pada Justin. Tak apa Camm, ini salahku. Ayo antarkan aku ke villa kepalaku pusing sekali. Oh ya ini kunci mobilku. Ucap Justin sambil memberikan kunci mobilnya. Ku rangkul Justin dan ku tuntun untuk keluar club ini. Berat sekali rasanya tubuh Justin ini. Disaatku kesusahan tiba-tiba Bex dan Niall datang. Niall langsung membantuku menuntun tubuh Justin. Aku di sebelah kanannya dan Niall membantu disebelah kirinya. Dimana mobil Justin. Ku pencet alarm mobilnya agar lebih mudah mencarinya. Sebuah Chevrolet bumblebee kuning yang berbunyi, Bex berlari ke mobil itu dan membukakan pintunya, sedangkan kami masih terus menuntun Justin. Justin kami letakkan di depan di sebelah kursi pengemudi. Akan ku bawa Justin ke villanya saja. Tak memungkinkan jika dibawa ke sekolah dalam keadaan seperti ini. Lagian besuk hari libur. Ucapku pada Niall dan Bex. Baiklah, kami berdua akan mengikutimu dari belakang. Jelas Niall sambil memberikan senyumannya. Terima kasih Niall. Ayo . ucapku dan masuk ke mobil Justin. Ku kemudikan mobilnya ke villanya. Sesekali Justin mengingau memanggilmanggil namaku. Ku lirik sebentar wajahnya dan kembali menyetir. Melihat keadaannya membuatku merasa teriris dan ingin menangis. Tak perlu waktu lama kami pun telah sampai di pinggir pantai. Ku parkirkan mobilnya tepat di depan villa agar lebih mudah untuk menggotong tubuh Justin. Aku turun dari mobil dan menunggu Niall dan Bex membantuku. Oh ya Bex sepertinya ini kunci villa itu. Tolong bukakan ya. Pintaku pada Bex sambil memberikan kunci mobil Justin yang menyatu dengan kunci villanya. Dengan senang hati Camm. Ucap Bex ceria dan langsung berlari menuju villa dan membuka pintunya. Kuturunkan Justin dari mobil dan aku dan Niall pun menggotongnya. Sampai di dalam villa kami taruh Justin di kamar villa yang ada di tengah dan paling besar dibanding kamar yang lainnya. Kami tidurkan Justin di kasurnya. Dan tak sadar Justin sedaei tadi ku gotong menggenggam tanganku. Oh ya terima kasih Niall dan Bex. Seba iknya malam ini kita bersinggah

saja disini. Masih banyak kamar kosong di villa ini. Jelasku pada Niall dan Bex. Sepertinya akan menyenangkan. Ucap Bex dengan ceria. Baiklah, ayo kita bersenang -senang. Haha. Ajak Niall pada Bex dan menggandeng Bex keluar dari kamar Justin. Tak mau aku makan dulu. Ucap Bex cemberut. Baiklah-baiklah, ayo kita kedapur saja. Ajak Niall pada Bex. Ya Niall memang rajanya soal makanan. Sepertinya aku juga merasakan lapar. Kucoba melepas genggaman tangan Justin untuk pergi ke dapur, namun Justin malah menggenggamnya lebih kencang dan berbicara dengan setengah sadar. Jangan tinggalkan aku lagi Camm. Ucap Justin dengan membuka sedikit matanya. Iya, Justin. Aku tak akan meninggalkanmu lagi. Ucapku dan memberikan senyuman padanya. Tidurlah lagi. Tambahku sambil mengusap kepalanya. Kau juga harus tidur Camm. Kemarilah disisiku. Ajak Justin dan menarik genggaman tanganku. Ku tatap Justin, Justin juga menatapku dan tersenyum mengangguk meyakinkanku. Akupun naik ke atas kasurnya dan tidur disampingnya. Ku selimuti tubuh kami berdua dan ku usap punggung Justin agar Ia terlelap lagi dalam tidurnya. Ku tatap dalam wajahnya saat tertidur pulas. Wajahnya begitu tenang dan berhasil memberikan ketenangan pula padaku. Saatku menatap wajahnya tiba-tiba tangan Justin mendekapku dan membuat tubuh kita semakin dekat. Ku benamkan wajahku di dadanya dan akupun mencoba terlelap tidur juga. Hari yang melelahkan bagi kami semua. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Justin POV Haaah, cahaya matahari masuk melalui sela-sela gorden kamarku ini, dan berhasil membuatku silau dan terbangun dari tidurku. Ku lirik jam weker di sebelahku, sudah jam 9.00 am. Ku lirik Cammie yang masih tertidur dalam dekapanku. Ku elus rambut coklatnya dan ku kecup kepalanya. Cammie pun mengerang kecil dan memulai membuka matanya. Hei, sudah bangun sayang? tanyaku pada Cammie. Hei, ya. Bagaimana keadaanmu? tanya Cammie padaku. Ya, masih terasa sedikit pusing. Mungkin setelah aku mandi nanti akan lebih baik. Jawabku menenangkan Cammie. yasudah lekaslah mandi. Suruh Cammie padaku. Baiklah, nona cantik. Jawabku dan mencubit pipi Cammie sambil bangkit dari kasur ini. Akupun bergegas ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku ini. Cammie masih di dalam kasurku dan mungkin tertidur lagi. Segera saja ku mandi dan ku keramasi rambutku ini, supaya tak terasa berat lagi. Ya memang rasanya sedikit lebih segar setelah ku guyur kepalaku ini. Selesai mandi, aku menuju kamar hanya menggunakan boxerku tanpa kaos. Ku keringkan rambut basahku ini dengan handuk. Ku hampiri Cammie yang masih tertidur di kasurku. hei kau tertidur lagi ya? ucapku pada Cammie sambil duduk di pinggiran kasur. Cammie membuka matanya dan tersenyum padaku. Ya jujur saja aku masih mengantuk. Ucap Cammie sambil menguap dan berganti posisi menjadi duduk menghadapku. Oh ya, sebenarnya apa yang telah terjadi di sekolah? tanyaku tiba-tiba pada Cammie. Mmmh, maafkan aku yang tak mempercayaimu Justin. Kau benar kau hanya dijebak oleh Zayn dan Macey. Jelas Cammie padaku. Oh ya? Lalu bagaimana bisa tingkah mereka terendus? tanyaku semakin menyelidiki. Niall yang mempunyai rekaman pembicaraan antara Macey dan Zayn. Jawab Cammie dan tersenyum padaku. Yasudah lekaslah mandi Camm, aku ingin mengajakmu berkeliling. Ajakku pada Cammie. Kemana? Aku lelah. Tolak Cammie padaku. Hanya berkeliling disekitar pantai sayang. Aku akan menggendongmu jika kau lelah. Haha. Godaku pada Cammie. Dasar kau ! Yasudah aku mandi. Jawab Cammie sambil memukulku dengan bantal. Cammiepun bergegas masuk ke kamar mandiku. Ku buka lemariku untuk mencari pakaian. Ku pilih kaos berwarna hitam dan celana jeans . Kemudian ku keringkan

rambutku dan ku sisir dengan model sedikit berantakan. Setelah penampilanku terlihat perfect, aku keluar dari kamarku dan menuju dapur untuk membuat sarapan. Di dapur sudah ada Bex yang sedang membuat roti dengan selai kacang. Oh hei Justin. Bagaimana keadaanmu? tanya Bex ramah padaku. Ya sudah membaik. Oh ya dimana Niall? tanyaku pada Bex. Dia ada di ruang tengah, menonton tv. Oh ya, Cammie? ucap Bex menanyakan Cammie. Dia sedang mandi. Oh ya setelah ini aku mau berkeliling dengan kapalku. Kau dan Niall mau ikut? ajaku pada Bex. Sepertinya akan mengasyikan. Biar ku tanya Niall dahulu. Jawab Bex dan pergi meninggalkanku sambil membawa sepiring roti dan segelas susu menuju ruang tengah villaku. Ku buka kulkas besar milikku dan ku ambil sekardus susu cair dan menuangkannya dalam gelas lalu kuminum hingga habis. Hmmm mau sarapan apa ya. Aku malas sarapan dengan roti lagi. Pikirku sambil membongkar almari dapurku. Di dalamnya ku temukan satu kardus spaghetti, satu kardus keju dan sekaleng bollognes. Spaghetti, makanan favoritku. Sepertinya akan menarik jika ku buat spaghetti sendiri. Dengan segera ku coba memasak spaghetti ini, memang dahulu aku sering membuatnya. Namun sejak aku masuk ke Gallagher Academy aku lebih sering menikmatinya langsung tanpa harus bersusah payah membuatnya terlebih dahulu. Saat spaghettiku hamper siap di santap dan tinggal di campur bumbunya Cammie datang menghampiriku dan memelukku dari belakang. Sepertinya b aunya enak. Apa kau membuatnya sendiri? tanyanya samba terus bergelantungan di tubuhku. Tentu saja aku membuatnya sendiri. Ucapku sambil mencampurkan bumbu spaghetti ini. Cammie melepaskan pelukannya dan duduk menghadapku. Ku santap spaghetti ini pertama kali. Cammie terus memandangku saat makan, sepertinya dia mau spaghetti ini. Haha, lucu sekali tingkahnya. Seperti anak kecil yang meminta disuapi oleh ibunya. Apa kau mau? tanyaku menggodanya. Hmm. Hmm. Jawabnya sambil mengangguk-angguk. Ku suapi Ia layaknya anak kecil, sudah hampir dekat dengan mulutnya namun malah ku masukkan ke mulutku sendiri. Haha, spontan Cammie langsung memanyunkan bibirnya. Lucu sekali mukanya. Haha, iya iya. Ini serius aku suapi. Jangan cemberut seperti itu kau tambak jelek. Ejekku pada Cammie dan menyuapinya sungguhan. Bagaimana rasanya? Enak bukan? Haha. Tanyaku pada Cammie. Haha, tidak enak. Wek :p ejek Cammie sambil menjulurkan lidahnya. Yasudah jika tidak enak, aku makan sendiri. Jawabku ngambek pada Cammie dan memakan sendiri spaghettiku ini. Yeee, jangan ngambek sayang. Buatanmu enak sekali sungguh. Jawab Cammie sambil mencubit kedua pipiku. Benarkah? Haha. Tanyaku meyakinkan pernyataan Cammie lagi. Yep seriously. Jawab Cammie mantap sambil memberikan sen yumannya padaku. Yasudah, nih habiskan saja. Jawabku sambil memberikan piring Spaghetti ini pada Cammie. Tak mau, kau ikut makan ya? Biar ku suapi. Jawab Cammie dan menyuapiku. Kami pun menghabiskan sepiring spaghetti ini berdua. Setelah habis kamipun duduk di dapur ini dahulu untuk bercaap-cakap sebentar. Oh ya setelah ini jalan-jalan dengan kapalku ya. Ajaku pada Cammie. Ya terserah kau saja Justin. Jawab Cammie menurut padaku. Baiklah. Ayo bantu masukkan minuman dalam kotak termos pendingin itu untuk bekal di kapal. Pintaku pada Cammie. Ayayay, siap kapten. Jawab Cammie ceria dan segera membuka kulkasku untuk mengambil beberapa minuman kaleng. Setelah semuanya siap, ku gotong kotak termos ini ke kapal yang ada di dermaga. Saat berjalan melalui ruang tengah tampak Niall dan Bex yang sedang makan roti bersama. Bagaimana? Kalian mau tetap di villa atau ikut berkeliling dengan kapalku? tanyaku lagi pada Bex dan Niall. kami berdua belum siap dan belum mandi. Pergilah saja. biar kami tetap di villamu. Tolak Niall padaku. Yasudah jaga villaku baik-baik ya. Haha godaku pada mereka berdua dan berjalan ke dermaga. Aku sudah memasukkan barang bawaanku ke dalam kapal sekarang. Ku nyalakan kapalku, ku pastkan bahan bakarnya masih dan mesinnya dalam keadaan baik. Semuanya sudah siap sekarang. Tapi dimana Cammie lama sekali gadis itu. Oh ya hampir saja aku lupa membawa kaca mata hitamku. Aku kembali ke dalam villa untuk mengambil kaca mataku di kamar dan sekalian memanggil Cammie.

Saat ku ambil kaca mataku di meja rias ku dengar percikan air dari dalam kamar mandi kamarku. Cammie. Panggilku pada Cammie yang ada di kamar mandi dalam kamarku. Ya? Kau duluan saja, aku menyusul nanti. Hehe. Ucap Cammie dari dalam. Baiklah. Jangan lama -lama. Ucapku dan berlalu kembali ke kapal. Tak lama menunggu Cammie langsung berlari ke kapal. Hehe, maafkan aku. Lama ya? pinta Cammie sambil terkekeh. Ayo lekas naik. Kataku sambil memegang tangannya membantunya naik ke kapal. Setelah Cammie sudah naik langsung saja ku lajukan kapalku ini ke laut lepas. Sambil aku mengendarai kapal ini Cammie ada di bagian depan kapal. Rambutnya tampak beterbangan karna hembusan angin laut. Ku rasa ini sudah ada di tengah laut dan cukup jauh dari pinggir pantai. Ku hentikan laju kapalku dan ku hampiri Cammie yang ada di depan. Langsung ku peluk tubuhnya dari belakang. Aku mencintaimu Cammie. Sangat mencintaimu. Bisikku tepat di telinga Cammie. Ya aku tahu itu Justin. Aku juga mencintaimu. Balas Cammie padaku. Aku terus bergelantungan di pundaknya dan rasa hening tercipta saat kami berdua menikmati hamparan laut yang luas ini. Cammie POV Hening sekali yang ku rasakan saat ini. Sampai-sampai aku dapat mendengar degupan jantung Justin yang terasa sekal di punggungku. Justin ? panggilku tiba-tiba memecahkan keheningan. Ya? jawab Justin singkat. Ku putar posisiku menjadi berhadapan dengan Justin, ku gantungkan tanganku di lehernya. Maafkan aku ya. Kemarin aku sempat tak mempercayaimu. Ucapku meminta maaf (lagi) pada Justin. Sudahlah jangan meminta maaf terus. Aku sudah memaafkanmu Cammie. Jawab Justin sambil membenarkan rambutku yang berantakan. Terima kasih Justin. Maafkan aku. Ucapku lagi dan mencium kening Justin sebentar. Iya. Oh ya kalungmu indah. Dari siapa? tanya Justin sambil menatap kalung berliontin cincin dari Zayn yang ku pakai. Mmmh dari Zayn. Jawabku sambil memegang liontin cincinnya sambil tersenyum pada Justin. Oh Zayn. Jawab Justin singkat. Kenapa? Kau tak suka? Biar ku kembalikan saja pada Zayn nanti. Jawab ku menenangkan Justin. Tak usah. Kau terlihat cantik dengan liontin itu. Jawab Justin sambil tersenyum padaku. Sepertinya Justin menjadi tak suka dengan kalung ini karna pemberian dari Zayn liontinnya. Pikirku dalam hati. Hei, kau melamun ya? ucap Justin sambil memeluk pinggulku dan berhasil membuyarkan pikiranku. Tidak, Justin tidak. Hehe. Ucapku sambil terkekeh. Oh ya, Camm. Kau belum menjawab pertanyaanku soal hubungan kita? Bagaimana, apa kau mau menjadi kekasihku Camm? tanya Justin berniat menegaskan hubungan kita. Aku berpikir sesaat, aku memang mencintai Justin. Aku merasa sangat kehilangan saat seminggu kemarin sosoknya menghilang. Ya Justin sepertinya juga sungguhsungguh padaku. Aku menjawab pertanyaan Justin dengan anggukan dan tersenyum kepada Justin. Apa kau serius Camm? tanya Justin memperjelas lagi. Iya Justin. Aku serius mau menjadi kekasihmu. Jawabku pada Justin. Terima kasih Camm. I love you. Ucap Justin ceria dan memeluk tubuhku erat. Justin, aku ingin snockling. Ucapku tiba-tiba pada Justin. Kau serius? Di kapalku sepertinya ada peralatannya. Sebentar biar ku cari ucap Justin padaku dan masuk ke ruang penyimpanan bawah untuk mencari alat menyelam. Beberapa lama menunggu, akhirnya Justin sambil membawa alat-alat snockling. Ini dia. Silahkan di pakai. Ucap Justin sambil memberikan alat -alat itu padaku. Aku pun langsung memakai kacamata yang dapat digunakan bernafas dalam air dan kaki katak yang di berikaan Justin tadi padaku. Justin pun juga langsung memakai peralatannya. Setelah semua terpakai Justin langsung menggandengku ke piggiran kapal. Apa kau siap? tanya Justin padaku. Hmm.. hmm. Jawabku sambil mengangguk. Kami berduapun bebarengan langsung melompat ke lautan. Kami pun menikmati pemandangan bawah laut yang indah ini bersama-sama. Selama di dalam air, Justin tak henti-hentinya memegangi tanganku, layaknya takut kehilanganku saja. Cukup lama bermain air, kami naik ke permukaan namun tak langsung naik ke kapal. Justin melepas kaca matanya aku juga ikut melepasnya. Kau sudah puas? tanyanya padaku. Yep.

Jawabku dengan ceria. Yasudah ayo naik. Kau tampak sudah kedinginan. Ajak Justin padaku. Aku pun naik dahulu ke kapal kemudian disusul Justin. Aku langsung duduk di dek depan kapal sambil mencoba menghangatkan tubuhku. Tiba-tiba Justin duduk di sebelahku sambil membawa 2 kaleng minuman segar. Ini minum dahulu. Kata Justin padaku sambil memberikan sekaleng minuman. Aku langsung membukanya dan meneguknya. Angin laut ini terasa berhembus kencang sekali menusuk kulit-kulitku. Ya dingin yang ku rasakan saat ini. Tubuhku tiba-tiba menggigil hebat. Kau kenapa Camm? tanya Justin melihat wajahku yang terlihat sedikit pucat. Aku menggeleng. Aku tak mau membuat Justin khawatir padaku. Kau kedinginan ya? Maafkan aku. Seharu snya kita ke sekolah dulu tadi supaya kau membawa baju ganti. Ucap Justin menyalahkan dirinya sendiri. Baiklah, ayo pulang saja. Tambah Justin dan akan bangkit menuju kursi pengemudi. Tak usah, aku masih ingin disini bersamamu. Ucapku sambil menarik tangan Justin supaya kembali duduk di sebelahku. Apa kau yakin? tanya Justin lagi meyakinkan ku. Ya. Bisa kau memelukku? Supaya tak terasa dingin lagi? pintaku pada Justin. Tak menjawab Justin tersenyum padaku dan langsung memeluk tubuku. Ya tubuh Justin memang terasa lebih hangat. Ku senderkan kepalaku di pundak Justin dan mencoba menahan dinginku ini. Tak terasa aku terlelap dalam bahu Justin tadi. Sekarang aku sudah dalam posisi tidur di dek kapal. Justin mendekap tubuhku sangat erat sehingga aku sudah tak kedinginan lagi. Sedari tadi kami tertidur pulas di dek kapal ini. Baju kami berduapun sudah terasa kering, mungkin karna hembusan angin yang menyebabkannya kering. Ku rasa hari sudah mulai sore. Ke lepas pelukan Justin dan kucoba membangunkannya. Justin, bangunlah. Ucapku sambil mencium pipi Justin. Justin mendesah kecil dan membuka matanya. Hoam, hei. Sudah baik kan Camm? tanya Justin padaku. Ya. Terima Kasih Justin. Ucapku dan memberikan senyumanku pada Justin. Aku bangkit dari dek dan berdiri di depan kapal lagi. Justin ikut bangkit dan memeluk tubuhku dari belakang lagi. Mau berfoto di tempat ini denganku Camm? tawar Justin padaku. Tentu. Jawabku singkat dan Justin langsung mengambil I-phone nya di kursi mengemudinya tadi. Kami bedua pun berfoto bersama di tengah laut di tengah sunset. Sunset, ya disaat ini juga aku dan Zayn berfoto. Tiba-tiba aku kepikiran tentang Zayn. Zayn orang yang ada saat Justin tak ada. Orang yang ku benci sekarang karna kelicikannya. Sudah lah tak penting memikirkan rang yang ku benci sekarang ada Justin disisiku. Pikirku dalam hati dan berbalik menjadi berhadap-hadapan dengan Justin. Ku tatap wajahnya yang tampan dan tersenyum padanya. Justin berbalik menatap wajahku dan tersenyum nakal. Tiba-tiba saja Justin memeluk pinggulku dan mencium bibirku. Reflek saja ku gantungkan tanganku di lehernya. Ku nikmati ciumannya. Di telusuri setiap inci mulutku dengan lidahnya. Lama sekali dia bermain-main dengan lidahku di dalam mulutku ini. Aku seperti akan mati kehabisan nafas karna Justin. Ku coba untuk meyudahi ciuman ini, namun Justin tak mau dan malah semakin menariknya. Ku gigit saja bibir bawahnya, dan berhasil membuat Justin mengerang kecil dan melepaskan ciumannya. Nakal ya kau Camm. Ucap Justin sambil memegang bibi rnya yang baru saja ku gigit tadi. Salah siapa. Haha. Jawabku dan terkikik renyah. Habis bibirmu manis sih Camm. Haha. Goda Justin padaku. Aku langsung cemberut karna kata -katanya itu. Jangan cemberut, kau terlihat tambah manis jika seperti itu. Apa ingin ku cium lagi? Haha. Ucap Justin dan tertawa riang di akhir kalimat. Tak mau, ayo pulang. Ucapku galak pada Justin. Haha, iya iya ayo. Ucap Justin mencium pipiku dan baru menuju kursi mengemudinya lagi. Di kemudikan nya lagi kapalnya menuju kembali ke villanya. Cukup lama perjalanan kami pun telah sampai kembali di dermaga depan villa Justin. Aku langsung melompat dan turun dari kapal. Sedangkan Justin membetulkan dahulu kapalnya dan membawa turun barang bawaan kami tadi. Aku langsung masuk ke dalam villa. Di ruang tengah Bex dan Niall sedang menonton tv sambil bermesraan. Hei, sudah pulang kau Camm? tanya Bex padaku yang tiba-tiba masuk tanpa member salam. Yep. Jawabku singkat dan langsung menuju dapur untuk mengambil makanan ringan di kulkas. Tak lama Justin sudah datang dan

menruh bawaan kami tadi di meja dapur. Kau lapar Camm? tanya Justin sambil melihat aku yang sedang mengemil coklat dari dalam kulkas Justin tadi. Aku tidak menjawab hanya menyengir tertawa. Ya sudah ayo mandi dulu. Baru mencari makan dan kembali ke sekolah. Ajak Justin padaku. Baiklah kau dulu yang mandi. Aku nanti menyusul. Aku mau menghabiskan coklat ni dulu. Hehe. Jawabku dan mempersilahkan Justin mandi dulu. Yasudah, aku ke kamar dulu. Jawab Justin dan meninggalkan ku sendiri di dapur. Setelah coklat ku habis aku mencuci tanganku dulu di wastafel dapur baru aku menyusul Justin ke kamar. Justin sudah tampak segar dan sedang memakai parfum di kamarnya. Kau sudah mandi? Cepat sekali. Ucapku pada Justin. Iya aku sudah mandi. Lekaslah mandi, apa perlu aku mandikan? Haha. Ledek Justin padaku. Dasar bawel. Ucapku dan segera masuk kamar mandi sambil cemberut. Aku pun segera mandi, aku tak mengganti pakaianku karna tak ada ganti untukku. Aku langsung keluar dari kamar mandi, Justin sedang tiduran di kasurnya sambil bermain Ipad nya. Aku menyisir rambutku di meja rias milik Justin. Justin yang sedang asyik bermian Angry Bird di I-padnya meilrikku sebentar dan menghentikan permainannya. Kau tak mengganti pakaianmu? tanya Justin sambil menatap ku. Aku tak membawa baju ganti sayang. Ucapku pada Justin. Yasudah, sebelum makan kita ke butik dulu nanti untuk mengganti pakaianmu. Ucap Justin dan menggandengku keluar menuju ruang tengah menyusul Bex dan Nial. Kami pun duduku-duduk dahulu di ruang tengah itu. Oh ya Camm, aku hampir saja lupa. Tadi aku sudah kembali ke sekolah sebentar aku juga sudah membawakanmu baju ganti, itu ambil saja di tasku di kamar. Ucap Bex padaku tiba-tiba. Oh ya? Terima kasih Bex. Yasudah aku ganti baju dahulu. Ucapku girang dan mencium pipi Bex dahulu sebelum menuju kamar untuk ganti. Aku segera mengganti pakaianku dan setelah itu aku kembali lagi ke ruang tengah. oh ya, aku dan Cammie setelah ini akan makan malam dahulu setelah itu baru ke mbali ke sekolah. Kalian mau ikut? tanya Justin pada Niall dan Bex. Makan? Tentu saja aku mau ikut. Jawab Niall girang seperti lama tak pernah makan. Haha. Ayo lekas pergi. Ajak Justin pada kami semua. Bex dan Niall membereskan barang bawaan mereka dahulu sedangkan aku dan Justin langsung menuju mobil Justin. Tak lama Niall dan Bex muncul sambil membawa tas masing-masing dan langsung menuju mobil Niall. Kami langsung saja menuju ke kota untuk mencari makan. Justin berhenti di depan McDonald dan langsung turun. Berarti kita akan makan junk food di McDonald ini. Kami semua langsung masuk, aku dan Bex mencari tempat duduk sedangkan Justin dan Niall yang memesankan makanan. Tak lama memesan Justin dan Niall sudah kembail sambil membawa baki makanan masing-masing. Justin memberi sepiring kentang goreng dan ayam goring kepadaku. Kami semuapun langsung menyantapnya. Di sela-sela makan tiba-tiba Bex berbicara. Oh ya Camm, aku tadi betemu Mom mu di sekolah. Ia mencarimu, oh ya dan satu lagi, mrs. Morgan juga memberiku pesan supaya Justin menemui nya nanti jika sudah kembali di sekolah. Jelas Bex panjang lebar. Baiklah, terima kasih Bex informasinya. Nanti begitu sampa di sekolah aku dan Justin akan langsung menemui momku. Ucapku pada Bex. Setelah kami selesai makan, kami langsung kembali ke sekolah karna hari sudah mulai larut. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Rachel Morgan POV Jam menunjuk kan pukul 10 p.m dan aku masih terjaga dan terus menghadap pada laptop ku ini. Ya tugasku sebagai kepala sekolah memang seperti tak ada habisnya. Aku masih mengetik kan surat pernyataan dikeluarkan untuk Macey, siswa baru yang sangat berambisi untuk masuk ke sekolahan ini.

Tok..toktok Tiba-tiba saja terdengar ketukan dari luar ruang kantorku ini, siapa yang datang malam-malam begini, pikirku sambil terus mengetik kan data-data pada laptopku ini. Ya, silahkan masuk. Teriakku tetap focus pada laptop di hadapanku ini. Selamat malam Maam. Sapa seorang siswa padaku. Ku hentikan pekerjaanku dan menatap tamuku tersebut. Oh ternyata, Chammeron dan Justin yang datang. Maaf maam, kami baru datang. Pinta Justin padaku. Ya. Oh ya silahkan duduk. Ingin Coffe atau Tea? Tawarku pada kedua anak muridku ini. Terima kasih Maam, namun ini sudah larut langsung saja kepusat pembicaraan nya. Tolak Justin halus kepadaku. Baiklah. Maafkan pihak kami Justin yang terlalu cepat mengambil langkah dan sempat menjelek kan nama baikmu di sekolahan ini. Kami dari pihak sekolah sudah menemukan pelaku sebenarnya. Jadi tuan Bieber anda dibebaskan dari segala tuduhan dan masih diperbolehkan berlanjut menuntut ilmu disini. Jelasku panjang lebar pada Justin. Ya, terima kasih Maam. Jawab Justin singkat dengan senyuman yang mulai mengembang di wajahnya. Oh ya dan kau Chammeron darimana saja kau 2 hari libur ini? Grandma menghubungiku dan menanyakanmu. Ia berharap liburan musim ini kau akan berkunjung ke tempatnya. Jelasku panjang lebar padanya. Aku dan teman-temanku hanya ke pusat kota untuk liburan Mom. Lihat saja besok liburan, lagi pula libur musim ini masih lama Mom. Jawab Chammeron dan mendengus kesal. Dasar bocah keras kepala. Ucapku lirih. Yasudah sebaiknya kalian berdua segera kembali ke dorm, malam semakin larut. Usirku halus pada mereka berdua. Ya, Maam. Terima kasih. Ucap Justin dan menggandeng tangan Chammeron hendak keluar. Malam Mom. Ucap Chammeron dengan memberikan senyumannya ketika sosoknya akan keluar dari balik pintu. Aku hanya membalas dengan senyuman kecil saja. Tiba-tiba ingatanku berbalik ke masa lalu. Dimana saat aku harus meninggalkan Chammeron kecilku itu untuk bertugas menjadi mata-mata bayaran. Dimana sosoknya selalu menangis saat aku dan Dadnya harus pergi dan Ia ku tinggalkan bersama Grandma dan Grandpanya. Ya mungkin itu masa-masa sulit bagi kita sekeluarga. Disaat sosok gadis kecil berumur 4 tahun yang seharusnya ada bersama Ibu dan Ayahnya saat Ia akan terlelap tidur, namun aku tak pernah ada untuk Chammeron saat itu. Ya namun kini keadaan mulai berubah. Chammeron kecilku sudah beranjak dewasa dan aku bisa bertemu dengannya setiap hari saat ini, walau disela-sela kesibukanku. Namun kesibukanku tak separah disaat aku menjadi mata-mata bayaran dahulu, dimana tiap malam bahkan pagi saat matahari belum muncul pun aku harus keluar jika memang jasaku dibutuhkan. Tiba-tiba, ponselku berdering dan berhasil membuyarkan lamunanku tentang masa laluku dulu. Pesan singkat dari Chammeron rupanya. -------------------------------From : Chammeron Jangan terlalu memaksakan dirimu dengan tugas-tugas itu Mom. Tidurlah saja, hari sudah larut. Aku mencintaimu :) xoxo ----------------------------Setetes cairan bening tak sengaja mengalir dari kelopak mataku ini. Tak kusangka putriku begitu perhatian denganku. Ku usap air mataku yang ada di pipi kiriku itu dengan segera. Ya memang benar katamu Chammeron, aku tak sebaiknya melembur seperti ini. Karna masih ada hari esok untuk menyelesaikan tugas-tugasku ini. Tak membalasnya aku segera membuka pintu kamarku dengan remote control ini. Tak lama jejeran buku-buku dibelakangku ini berputar dan membuka menuju ruang kamarku. Segera ku masuki kamar rahasiaku ini dan terlelap tidur. Ya selamat malam juga Camm, aku lebih mencintaimu, dan maafkan aku. Batinku sebelum menuju alam mimpi. Zayn POV

Burung-burung kecil bernyanyi ria tepat di jendela kamar dormku ini. Ya pagi sudah datang lagi. Ku tatap kasur kedua teman sekamarku mereka sudah ada disini dan masih terlelap rupanya. Ya Justin dan Niall dua orang yang kubenci saat ini, memang beberapa hari ini aku tak melihat sosok mereka berdua. Aku segera menuju kamar mandi dan mandi. Pagi ini seperti biasa dan aktivitas biasa akan segera dimulai lagi. Kau tahu? Aku sudah mulai muak berada di sekolah ini. Ingin rasanya aku segera kembali ke Blackthorne Academy ya sekolahku dan memang milik keluargaku. Pikiranku terus berkecamuk saat aku mandi. Setelah aku mandi aku langsung keluar dari kamar mandi ini. Saat aku keluar sosok Justin sudah berdiri di depan pintu kamar mandi ini. Mungkin Ia juga ingin segera mandi. Hei pagi Zayn. Sudah lama rasanya tak melihatmu. Ucap Justin ramah dengan memberikan senyuman terbaiknya. Ku balas dengan senyuman miring dan hanya membatin Haha. Bullshit ! Aku tak tahu mengapa aku begitu membencinya sekarang, mungkin karna aku cemburu. Ya aku memang cemburu, kau memang tampan Justin tapi kau tidak popular sepertiku. Ini memang bukan sekolahku, namun banyak gadis yang mengidamkanku di sekolah ini. Sedangkan kau? Ini tempat asalmu, namun adakah yang menggilaimu disini? Kurasa tidak. Pikirku membandingkan dengan sombongnya. Tibatiba pintu kamar mandi itu terbuka. Sosok yang daritadi kubandingkan di pikiranku keluar dari balik pintu itu. Justin mengeringkan rambutnya dan tiba-tiba saja Ia duduk disebelahku. Aku tahu kau masih membenciku. Ucap Justin tiba-tiba. Hah. Tentu saja tuan BIEBER ! jawabku dengan sentakan di akhir kalimat. Ya kuakui aku memang gampang emosi. Tapi inilah aku, aku memang berandal. Justin bangkit dan segera mengancingkan kemejanya. Aku ingin bicara padamu. Tapi tidak disini. Ayo ikut aku. Ajak Justin tiba-tiba padaku. Ku kerutkan dahiku dan menatapnya. Ikuti saja aku. Jelas Justin lagi padaku. Kami berdua pun pergi dari dorm ini, kami berd ua berjalan menuju arah danau belakang sekolah. Ya Justin sepertinya memang ingin mengajakku kesini. Tapi untuk apa? Kau pikir aku gadis yang akan kau kencani? Dasar tolol. Batinku memaki Justin. Justin berhenti didepan danau persis, aku menatapnya dari belakang. Tiba-tiba Ia mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya, dan menghidupkannya dan menghisapnya. Pagi ini terasa dingin. Cigarette? ucap Justin menawariku. Ya ini memang masih pagi buta, lihatlah kabut-kabut yang tebal ini. Tiba-tiba Justin melemparkan kotak rokok itu padaku. Dengan sigap aku segera menangkapnya. Ya aku pun memang perokok, kuambil sebatang dan segera menyalakannya juga. Ku hisap pertama kali. Hah hangat memang rasanya. Kami hisap demi hisap rokok ini. Maafkan aku. Ucap Justin tiba -tiba padaku. Aku tak tahu mengapa kau membenciku hanya karna persaingan ini. Tapi jujur saja, aku benar-benar mencintai Cammie dan bukan maksudku untuk membuatmu membenciku karna cintaku pada Cammie ini. Jelas Justin lagi padaku. Ya kuakui memang aku yan g bodoh kali ini, tak seharusnya aku membenci Justin hanya karna dia juga mencintai Cammie sepertiku. Ku hisap rokok ini untuk yang terakhir kalinya. Dan segera membuangnya dan menginjak puntungnya. Hah, ya mungkin aku yang terlalu bodoh yang terlalu terobsesi untuk memiliki Cammie. Aku tak berhak melarangmu untuk berhenti mencintai Cammie dengan cara aku membencimu. Maafkan aku Justin, mungkin caraku menyingkirkanmu tidak seperti seorang laki-laki. Aku terlalu licik. Maafkan aku. Ucapku panjang lebar dengan sabar. Ya memang kebiasaanku, rokok lah yang biasa membuatku tenang seperti ini. Justin berbalik dan menatapku dan tersenyum. Ku ambil lagi sebatang rokok dari bungkus milik Justin ini dan menyalakannya lagi. Kuhisap dan bersender pada pohon, kutatap Justin yang tengah melemparkan batu-batu kecil ke air. Justin sebeneranya pria yang baik, Ia juga teman yang asik. Dia bisa mengerti aku, dia bisa mengerti jika aku memang perokok. Aku memang tak sewajarnya sejahat itu padanya dahulu. Tiba-tiba bel sekolah berdering dengan lantangnya. Ku matikan segera rokok ku ini dan Aku segera bangkit dari senderanku di pohon ini. Saat aku bangkit, Justin langsung berlari kearahku. Dia sepertinya sudah mengerti maksudku untuk pergi meninggalkan tempat ini. Kami berduapun segera menuju aula tengah untuk sarapan pagi bersama dewan guru dan

teman-teman yang lain. Di aula tengah teman-temanku dari Blackthorne sudah berada di depan meja depan seperti biasa dan tak lupa tentunya disitu juga ada Cammie dan teman-temannya. Sepertinya aku belum merasa siap untuk bertemu Cammie, aku rasa dia masih sangat sangat marah padaku. Aku tahu kesalahanku ini tak bisa dimaafkan, aku tahu aku kelewatan. Ku hembuskan nafasku dalamdalam sebelum berjalan menuju meja mereka semua. Kau tak apa Zayn? tanya Justin padaku. Ya, aku baik-baik saja. Jawabku tenang. Tak lama kami pun telah sampai di meja mereka semua. Tiba tiba Justin memeluk Cammie dari belakang dan mencium pipi Cammie aku masih berada di belakang tubuh Cammie, aku tak berani menampakkan diriku dihadapannya. Tiba-tiba Cammie menengok kebelakang untuk melihat Justin, namun secara tak sengaja Cammie juga melihat sosok ku ada di dekatnya. Cammie segera melepas pelukan Justin dan bangkit menghampiriku. Tiba-tiba sebuah tamparan jatuh di pipi kananku Apa lagi mau mu? Apa kah kau belum puas memfitnah Justin dengan keji seperti itu? Apa belum PUAS ! teriak Cammie tepat didepan wajahku. Dipukulnya tubuh kekarku ini, ya aku memang pantas mendapatkan ini Cam. Aku pantas :) Pikirku dalam hati. Semua orang yang ada di aula tengah ini seketika berhenti dari kegiatannya dan melihat kami yang sedang bertengkar ini. Pergi dari sini ! Aku membencimu Zayn! Sangat membencimu ! bentak Cammie padaku. Sudah Camm, hentikan. Aku sudah memaafkannya. ucap Justin dan mendekap Cammie dengan erat menjauhkannya dariku agar Ia berhenti memukuli ku. Dia itu terlalu jahat padamu Justin. Dia jahat! teriak Cammie padaku dan ku lihat air mata mengalir di pipinya. Ya memang Cammie benar-benar emosi sekarang. Aku sebelumnya belum pernah melihatnya seperti itu. Tampak sangat kebenciannya padaku. Sudah Cam, tenangkan dirimu. Aku mencintaimu. Ucap Justin menenangkan Cammie yang ada didekapannya sambil mengelus-elus rambutnya. Sebaiknya aku dan Cammie keluar dari aula tengah saja. Jika tidak, disini ia akan terus menjadi bahan pembicaraan. Ucap Justin padaku dan teman-teman kami yang lain. Baiklah, jaga Cammie baik-baik Just. Ucap Liz saat Justin dan Cammie akan meninggalkan kami semua. Justin terus mendekap Cammie saat berjalan keluar gedung ini. Ratusan pasang mata melihat kejadian itu. Namun untung saja dewan guru belum ada yang datang, jika tidak, mungkin ini akan menjadi kasus baru lagi bagi kita semua. Ku akui aku sangat malu tadi namun ini memang resiko yang harus ku tanggung. Aku duduk di sebelah Harry dan membenamkan wajahku di meja. Sabar bro, ini konsekuensimu. Ucap Harry sambil mengusap punggungku. Ku tarik nafas dalam-dalam dan ku angkat kepalaku dari meja. Aku tahu, memang ini salahku. Aku terlalu bodoh dalam mengambil tindakan. Maafkan aku semua. Aku terlalu menyebalkan dan merepotkan kalian semua. Ucapku memulai percakapan. Terutama padamu Niall, aku minta maaf. Jujur saja setelah kejadian itu aku sempat membencimu. Tambahku dan meminta maaf. Haha, itu wajar bro. mungkin kau menganggapku penghianat, namun ku akui. Ku lakukan ini bukan karna aku ingin membela Justin melainkan aku hanya ingin kebenaran berbicara disini. Maafkan aku juga Zayn. Ucap Niall panjang lebar dan memaafkanku. Ya kami semu a sudah memaafkanmu Zayn. Dan ku saranku baiknya kau segera berbicara pada Cammie untuk meminta maaf. Saran Bex padaku. Ya, aku tahu itu Bex. Setelah keadaan Cammie membaik aku akan segera meminta maaf padanya. Terima kasih atas saranmu. Ucapku dan mula i memunculkan senyumanku. Tak kusangka teman-teman disini masih peduli denganku walau yang ku lakukan itu sudahlah memalukan. Tak lama, para dewan guru dan kepala sekolah pun datang ke aula besar ini dan sarapan pagi bersama pun segera dimulai. Author POV Tampak seorang sejoli yang sedang duduk di kursi taman depan danau besar belakang sekolah. Sang gadis tampak kucal dan sedang tidur bersender pada bahu kekasihnya itu. Sang lelaki terus mengelus-elus kepala sang gadis dan terus menenangkannya. Ia tau bahwa pikiran sang gadis saat itu benar-benar sedang kalut. Justin? panggil sang gadis tiba-tiba pada kekasihnya. Ya shawty?

jawab Justin dan tersenyum menatap wajah kekasihnya dalam. Mengapa kau bisa memaafkan Zayn? Dia terlalu jahat padamu. Ucap sang gadis lagi. Ya, jujur saja aku memang marah kepadanya. Namun aku tak diajarkan untuk sebagai pembenci dan pendendam. Jawab Justin sambil tersenyum untuk memantapkan jawabannya. Sang gadis seketika diam mendengar jawaban Justin tersebut. Justru aku memaklumi mengapa Ia bertingkah seperti itu kepadaku. Apa kau tahu alasannya mengapa? tanya Justin pada gadisnya itu. Sang gadis hanya menggelengkan kepalanya tanda kebingungan. Ya itu semua karna kau. Jawab Justin sambil mencubit pelan hidung sang gadis. Mengapa bisa aku? tanya Cammie semakin kebingungan dengan pernyataan Justin tersebut. Tentu saja, kau itu gadis cantik. Zayn pun juga tertarik padamu dan mencintaimu, layaknya aku. Jelas Justin pada Cammie. Namun jika Ia juga ingin mendapatkan ku sebaikny a Ia tidak bertindak licik seperti itu Just. Jawab Cammie. Iya aku tau itu, namun aku sudah bisa memaafkannya. Jawab Justin lagi dan memberikan senyuman terbaiknya pada Cammie. Ya, aku memang salah sudah memaki Zayn seperti tadi itu. Kesalahan tidak seharusnya ku limpahkan pada Zayn, ini juga salahku, Ia seperti itu karnaku. Karna Ia mencintaiku. Justin pun sudah memaafkannya, seharusnya aku juga bisa memaafkan Zayn. Dan seharusnya aku justru malah bersyukur memiliki teman seperti Zayn, yang begitu menyayangiku, Ia selalu ada disaat sosok Justin kekasihku tak ada untukku. Terima kasih Zayn, maafkan aku. Batin Cammie dalam hati. Suasana hening tercipta ditengah -tengah mereka berdua, tiba-tiba bel tanda pelajaran telah selesai berbunyi. Tak terasa kedua sejoli itu sudah cukup lama terus bersama di danau tersebut. Haha. Kita membolos pelajaran hari ini Camm. Apa kau tak takut mendapat hukuman nantinya? goda Justin kepada Cammie. Tidak, kan aku membolos bersamamu. Apa yang perlu ditakutkan? jawab Cammie dengan senyuman yang mulai mengembang diwajahnya. Haha, dasar Cammie Cammie. Jawab Justin sambil mencubit kedua pipi Cammie. Awwww, sakit Justin. Sudah lepaskan. Jawab Cammie sambil kesakitan. Jika aku tidak mau bagaimana nona cantik? jawab Justin terus menggoda dan belum melepasakan cubitannya. Ampuuun, Justin. Ini sakit. Ucap Cammie memohon. Tampaknya Ia benar -benar kesakitan, haha. Haha. Iya iya, aku lepaskan kekasihku yang cantik. Jawab Justin dan melepaskan cubitannya itu. Kau jahat, jahat jahat jelek ! ucap Cammie sambil cemberut dang mengusap pipinya yang tampak merah. Haha, maafkan aku. Aku hanya bercanda sayang. Sudah jangan cemberut, kau jadi tampak terlihat sexy jika sedang manyun seperti itu, haha. Goda Justin pada Cammie. Cammie t idak menjawab hanya tambah mengerucutkan bibirnya itu. Justin yang geli dengan tingkah Cammie hanya tertawa kecil dan terus menatap wajah Cammie yang lucu itu. Tiba-tiba Justin mendekatkan wajahnya pada wajah Cammie dan hendak mencium bibir kekasihnya itu. Mau apa kau heh? Jawab Cammie tampak masih kesal.Justin tak menjawab namun Cammie sudah tau maksud dari Justin tersebut, saat wajah mereka sudah sangat dekat tiba-tiba Cammie lari menjauh dari Justin. Mau menciumku ya? Tak mau. Wekk :p goda Cammie da n berlari menjauh dari Justin sambil menjulurkan lidahnya tanda mengejek. Justin yang melihat sosok Cammie sudah cukup jauh mendengus kesal dan langsung mengejar kekasihnya itu. Awas ya kau Camm. Ucap Justin geregetan dan mengejar sosok Cammie yang berlari menuju hutan kecil yang masih berada disekitar danau itu. Saat Justin mengejar Cammie di dalam hutan kecil tersebut, sosok Cammie sudah tak tampak di pandangan matanya. Ya pasti gadis itu bersembunyi, pikir Justin. Cammie, aku akan segera menangkapmu. Haha. Ucap Justin dengan kikikan di akhir. Haha, coba saja cari aku. Jawab Cammie sambil berteriak dari tempat persembunyiannya itu. Justin masih menelusuri keberadaan Cammie. Tak lama tampak sosok yang sedari tadi sedang bersembunyi di samping pohon. Posisi Camme sedang membelakangi Justin saat itu. Justin tertawa kecil dan berjalan mengendap-endap menuju tempat Cammie tersebut. Bhaaaa, megapa kau berlari dariku nona cantik? Ucap Justin dan mengagetkan sambil menggendong tubuh Cammie belakang. Haha. Karna kau jelek. Wek :p ejek

Justin masih di gendongan Justin. Apa ucapkan sekali lagi, kalau berani? tantang Justin pada Cammie. Karna kau jelek, apa masih kurang jelas? Haha. jawab Cammi mengejek. Beraninya kau, mengataiku jelek. Ucap Justin sambil mengelitiki tubuh Cammie. Haha, memang kau jelek kan? ucap Cammie kegelian dan terus meronta dari gendongan Justin. Haha, terus saja katakana aku jelek sesukamu. Ucap Justin sambil terus mengelitiki tubuh Cammie. Tiba -tiba tubuh Cammie yang tak bisa diam karna kegelian pun jatuh dari gendongan Justin. Cammie pun tertidur dan Justin berada di atasnya. Apa kau masih mau mengataiku jelek? tanya Justin pada Cammie. Mengapa tidak? Dasar jelek :p ejek Cammie terus-terusan. Baiklah. Ucap Justin dan mulai mengelitiki tubuh Cammie lagi. Sudah Justin, sudah. Ampuuunn. Haha. Geli. Haha. Ampunnn. Pinta Cammie sambil terus tertawa karna kegelian. Bilang dahulu jika aku tampan? ucap Justin terus mengelitiki Cammie tanpa henti. Iya, iya. Haha. Kau sangat tampan. Haha. Justin. Ucap Cammie terus tertawa kegelian. Justin pun berhenti mengelitiki Cammie. Haha, terima kasih kekasihku yang cantik. Ucap Justin dan mulai mencium bibir Cammie yang sedang dalam posisi tidur menghadap Justin. Bibir merekaberdua bermain-main untuk beberapa saat. Tiba-tiba ponsel Justin berdering. Dan Justinpun mengakhiri ciuman itu dan mengecek ponselnya ternya bunyi dari reminder di pesannya. Cammie berdiri dari posisi tidurnya dan membersihkan pakaiannya. Dari siapa Just? tanya Cammie pada Justin. Bukan dari siapa-siapa. Ini hanya reminder ponselku, aku memiliki jadwal latihan basket sore ini. Untung saja reminer ini mengingatkanku, jika tidak aku pasti masih bersenang-senang disini bersamamu. Haha Jawab Justin dengan tertawa renyah di akhir. Oh, ya aku harus segera ke gym sekarang. Apa mau ikut melihatku berlatih? tawar Justin pada Cammie. Mmmmhh, aku mau mandi dan mengganti bajuku dulu saja nanti baru aku menyusulmu latihan. Jawab Cammie dan memberikan senyuman pada Justin.Yasudah terserah kau saja sayang. Ayo lekas pergi dari sini. Ajak Justin dan menggandeng tangan Cammie keluar dari hutan dan danau ini. Setelah perempatan ini, kau langsung belok kanan dan menuju gym saja. Biar aku ke dorm sendirian daripada kau terl ambat. Ucap Cammie pada Justin sambil terus berjalan. Tiba diperempatan Justin berhenti berjalan sebentar. Kenapa berhenti? tanya Cammie pada Justin. Apa kau serius tak mau kuantar ke dorm dahulu? tanya Justin meyakinkan pernyataan Cammie tadi. Iya, sayang. Aku akan baik-baik saja. Aku ini sudah besar, lagian ini kan masih lingkungan sekolah. Apa kau lupa? jawab Cammie dan tersenyum meyakinkan Justin. Yasudah jika itu maumu. Jawab Justin dan ikut memberikan senyumannya. Yasudah lekaslah ke gym. Kurasa kau sudah terlambat. Suruh Cammie pada Justin. Baiklah. Hati hati Camm. Ucap Justin. Sebelum Ia pergi, Ia mencium kening Cammie terlebih dahulu dan barulah Ia berlari menuju gym. Ya karna Justin memang sudah terlambat. Setelah Justin pergi meninggalkan Cammie, Cammie langsung berjalan menuju dorm girl dan segera mandi di kamar mandi yang berada dalam kamar tidurnya. Tak tau mengapa, kamar ini kosong. Mungkin teman-teman sekamar Cammieyang lain juga sedang menonton latihan basket tersebut, pikir Cammie dalam hati. Setelah mandi Ia segera mengganti pakaiannya dengan sebuah hoodie dan hotpant, ya pakaian yang cukup santai. Setelah mengganti pakaian Cammie segera memakai sepatu Coverses warior putihnya, dan barulah Ia keluar dari kamarnya. Saat Ia di luar dorm, Ia melihat Macey sedang membawa koper, backpack dan selembar beberapa kertas yang disatukan dalam map. Apakah Macey akan pindah hari ini juga? Pikir Cammie dalam hati. Hei Macey. Sapa Cammie pada Macey. O -oh ha-hai Cammie. Jawab Macey canggung pada Cammie. Kau mau kemana? tanya Cammie ramah pada Macey. Kau tau kan bahwa aku akan dikeluarkan dari sekolah ini karna perbuatanku. Jawab Macey dan menunduk karna merasa bersalah. Oh, ya aku tau. Maafkan aku Macey. Lalu mengapa kau pindah sekarang? Bukankah kau masih diberi waktu hingga akhir musim ini? tanya Cammie pada Macey. Iya, aku tau itu. Tapi jika aku disini terus aku akan semakin malu, namaku sudah jelek karna perbuatanku sendiri. Oh ya maafkan aku ya Cam, aku terlalu licik untuk menghalangi hubunganmu

dengan Justin. Oh ya, tadi aku juga mendengar pembicaraanmu dengan Zayn saat di aula tengah, maafkan Zayn juga ya. Jangan terlalu menyalahkan Zayn. Ini juga kesalahanku Camm, maafkan kami berdua. Pinta Macey meminta maaf pada Cammie. Iya a ku telah memaafkanmu. Aku tahu kalian melakukan itu karna kau mencintai Justin dan Zayn mencintaiku. Aku bisa memaklumi itu. Jawab Cammie dan tersenyum pada Macey. Ya, kau benar Camm. Namun sekarang aku sadar, aku hanyalah serpihan masa lalu dari Justin. Kini Justin telah menemukanmu, orang yang tepat dan tak kan menyia-nyiakannya sepertiku dulu. Jelas Macey panjang lebar pada Cammie. Terima kasih Macey. Oh ya, mau ku antar ke bandara? tawar Cammie pada Macey. Tak usah Cam, aku sudah meminta supirku untuk datang ke Virginia, sebentar lagi Ia akan datang dan kembali lagi ke Atlanta bersamaku. Jawab Macey menjelaskan. Baiklah kalau begitu, mari ku antar ke depan gerbang besar dan ku temani kau sampai supirmu datang. Ajak Cammie pada Macey. Ya, terima kasih Camm. Jawab Macey. Cammie pun membantu membawakan backpack Macey dan mereka berduapun berjalan menuju gerbang depan dan duduk di salah satu kursi taman yang tersedia. Di situ mereka bercakap-cakap lagi hingga supir yang ditunggu Macey datang. Disaat pembicaraan, tampak seorang laki-laki mengendari sebuah mobil Porche hitam dan langsung ketika sudah sampai didepan kami berdua. Lelaki itu langsung memasukkan barang-barang bawaan Macey kedalam mobil Porche itu. Selamat tinggal Camm. Jaga Justin baik-baik ya Cam, aku sangat yakin Ia tulus mencintaimu. Oh ya, sampaikan maafku pada Justin ya. Aku belum sempat bertemu dengannya tadi. Ucap Macey mengucapkan salam perpisahan padaku. Tentu saja Macey, aku akan menjaganya. Ya nanti pasti akan sampaikan salammu. Hati-hati di jalan ya. Jawab Cammie sambil memeluk Macey sebelum sosoknya benar-benar pergi nantinya. Terima kasih untuk segalanya Cammie. Ucap Macey dan melepas pelukan itu. Oh ya, ini kartu namaku. Jika kau sedang di Atlanta kau bisa sewaktu -waktu menghubungku dan aku akan menjemputmu. Ucap Macey sambil tersenyum dan memberikan kartu namanya pada Cammie. Pasti akan kuhubungi jika aku sedang disana. Ucap Cammie dan tersenyum meyaknkan. Baiklah Camm, aku pergi ya. Aku takut aku ketinggalan pesaw at. Hehe. Bye Camm. Ucap Macey dan pergi masuk ke dalam mobil Porche itu. Hati-hati Macey. Jaga dirimu. Ucap Cammie dan melambaikan tangannya ketika mobil Porche itu mulai melaju. Setelah mobil Porche hitam itu tak terlihat barulah Cammie masuk ke dalam sekolah lagi dan langsung menuju gym dengan berlari-lari kecil. Diluar gym sudah mulai berhamburan anak-anak, mungkin latihan ini sudah selesai. Apakah aku selama itu sehingga latihannya sudah selesai, gerutu Cammie dalam hatinya. Saat aku ingin masuk ke dalam gym, tiba-tiba Niall dan Bex baru ingin keluar dari gym. Oh, hai Camm. Sapa Bex padaku. Hai. Jawabku sambil memberikan senyumanku, Hai Camm, Justin sepertinya masih ada di dalam. Kami duluan ya. Pamit Niall pada Cammie. Terima kasih Niall informasinya dan hati-hati. Bye. Ucap Cammie dan masuk ke dalam gym. Ketika Cammie masuk di dalam gym sudah tampak sepi, hanya tinggal beberapa orang di bangku penonton. Dan terlihat Zayn sedang bercakap-cakap dengan seseorang berpakaian coach. Ya itu memang guru gym di sekolahan ini. Tapi dimana Justin, sosoknya terlihat. Cammie pun duduk dibangku penonton dan mencoba menghubungi Justin namun tak ada jawaban. Saat Cammie sibuk dengan ponselnya Zayn tiba-tiba datang dan duduk disebelahnya. Reflek Cammie mematikan hubungan ponselnya dan meladeni Zayn. Emmmh hai Camm, kau mencari Justin? Ia sedang mandi dan berganti pakaian di dalam ruang ganti. Jelas Zayn. Sepertinya Zayn sudah mengerti kegelisahan Cammie barusan karna apa. Mmh terima kasih. Jawab Cammie singkat. Kau masih marah kepadaku Camm? tanya Zayn pada Cammie. Namun tak ada jawaban dari Cammie. Zayn pun menggengam tangan Cammie dan menatap wajah Cammie. Maafkan aku Camm, aku memang salah. Aku kelewatan, aku memang pantas kau benci. Namun ku lakukan ini semua karna aku mencintaimu, karna aku menyayangimu. Maafkan aku Camm. Pinta Zayn memohon maaf kepada Cammie. Cammie menatap dalam Zayn dan

mulai mengembangkan senyumannya. Ya, aku telah memaafkanmu Zayn. Maafkan aku juga, aku sudah kelewatan tadi saat memakimu di aula tengah. Jawab Cammie pada Zayn. Terima kasih Camm. Jawab Zayn dan mencium tangan Cammie dan melepaskannya. Ya, namun maafkan aku Zayn, aku tak bisa membalas cintamu. Maafkan aku menyakitimu, maaf sekali aku sekarang sudah memiliki Justin. Aku tak bisa menjadi Cammie yang dulu, yang selalu manja kepadamu, aku tak mau menyakiti Justin kekasihku. Ucap Cammie menunduk dan menyesal mengatakan itu semua. Zayn yang mendengar pernyataan itu, jantungnya seperti baru saja ditusukkan pedang yang sangat besar dan tajam. Kau tahu betapa perihnya itu, ketika gadis yang kau cintai memiliki pasangan. Ya, namun Zayn harus tetap kuat, apapun itu asalkan Cammie bahagia Zayn akan ikut bahagia, ya walau itu sebenarnya sangat melukainya. Zayn tak menjawab pernyataan Cammie tersebut sama sekali. Zayn? panggil Cammie tiba-tiba karna melihat Zayn yang tiba-tiba berubah. Ya Camm? jawab Zayn dengan sedikit lemas. Maafkan aku? Namun aku juga sangat berterima kasih Zayn, selama ini kau sudah mau menjagaku saat Justin tak ada disampingku, terima kasih sudah mau menyayangiku, terima kasih sudah mencintaiku dengan apa adanya diriku. Ucap Cammie dan mencium kening Zayn sesaat. Ya, tak apa Camm. Walau kau telah bersama Justin sekarang, aku akan terus berusaha menjagamu. Aku akan tetap menyayangimu. Jawab Zayn dan memeluk Cammie untuk sesaat dan langsung melepasnya. Terima kasih Zayn. Oh ya aku juga mau mengembalikan ini, aku merasa tak pantas mendapat ini darimu Zayn. Ucap Cammie murung sambil melepas liontin cincin yang diberi Zayn padanya waktu lalu. Aku yakin suatu saat nanti kau akan mendapatkan gadis yang lebih baik dariku Zayn, ku yakin. Ucap Cammie meberi Zayn selamat dan menggengamkan cincin itu pada tangan Zayn. Terima kasih Camm untuk segalanya. Aku mencintaimu. Sangat. Ucap Zayn pada Cammie. Tiba-tiba saat pembicaraan Justin datang dari dalam ruang ganti. Oh hai Camm, hai Zayn. Sapa Justin pada Cammie dan Zayn. Oh, hai. Baiklah aku ganti baju dan mandi dulu ya. Aku duluan kawan. Pamit Zayn pada Cammie dan Justin. Ya, terima kasih Zayn sudah menemaniku menunggu Justin disini. Ucap Cammie pada Zayn. Dan Zayn pun segera pergi menuju ruang ganti. Sudah lama menungguku disini? tanya Justin pada Cammie sambil duduk disebelah Cammie. Ya, lumayan. Jawab Cammie sambil tersenyum pada Justin. Mengapa kau tak menontonku berlatih bertanding tadi? tanya Justin pada Cammie. Maafkan aku, aku ada sedikit urusan tadi. Maaf ya? dusta Cammie pada kekasihnya itu. Ya baiklah ku maafkan, asal kau mau menema niku makan malam di luar malam ini? tawar Justin pada Cammie. Baiklah, aku temani. Jawab Cammie sambil memberikan senyuman terbaiknya pada kekasihnya itu. Baiklah, ayo lekas berangkat. Ajak Justin dan menggandeng tangan Cammie dan keluar gym dan segera menuju parkiran mobil untuk ke tengah kota Cammie POV Malam ini, aku makan malam bersama Justin di tengah kota. Kami belum tahu restaurant mana yang akan kami kunjungi malam ini untuk mengenyangkan perut kami berdua ini. Kami berdua masih di dalam mobil Justin saat ini, kami masih dalam perjalanan menuju pusa t kota. Kau mau makan apa Camm? tanya Justin padaku tiba-tiba. Aku ingin sushi. Jawabku spontan pada pertanyaan Justin tersebut. Apa kau yakin? tanya Justin meyakinkan pertanyaan nya lagi padaku. Iya. Kenapa ? jawabku dan menatap wajah Justin. Baiklah. Tak apa. Jawab Justin sambil memberikan senyuman terbaiknya padaku. Kami pun berputar-putar kota untuk mencari restaurant makanan Jepang. Cukup sulit memang menemukan restaurant Jepang di kota ini. Namun tak lama mata kami tertuju pada sebuah restaurant dengan bamboo-bamboo dan lampion-lampion merah yang menjadi dekorasinya. Justin pun dengan reflek menghentikan laju mobilnya dan memarkirkan mobil Chevrolet Bumbble-bee nya di depan restaurant itu. Kami pun segera turun dari mobil dan segera memasuki restaurant itu.

Begitu kami berdua memasuki restaurant ini wangi aroma terapi langsung semerbak wanginya. Di meja kasir juga tampak boneka kucing yang sedang melambai-lambai kearah pelanggan. Kami pun duduk lesehan dengan bantal-bantal kecil sebagai alasnya dan ditengah-tengah meja ada lilin aroma terapi. Tak lama setelah kami duduk, seorang pramusaji datang dengan pakaian kimononya dan memberikan kami daftar menu. Kau mau makan apa Justin tanyaku pada kekasihku. Mmmmmh, aku tidak makan daging mentah. Hehe. Ucap Justin sambil meringis di akhir kalimat. Pantas saja kau tampak ragu saat ku ajak kesini. Maafkan aku sayang, aku tak tahu. Jawabku memohon maaf pada Justin. Sudah tak apa. Kau saja yang makan, aku akan menunggumu dan memesan minuman. Jawab Justin dan memberikan senyumannya meyakinkan ku. Apa kau serius? Disini juga ada Mie Ramen jika kau mau, itu dijamin tidak ada daging mentah. Jelasku pada Justin. Apakah itu enak? tanya Justin seperti anak kecil. Haha . Iya coba saja. Tak ada salahnya kan mencoba? Bagaimana? Apa kau mau coba? tawarku pada Justin. Baiklah aku mau coba. Jawab Justin mantab dan memebrikan senyumannya. Baikalah, kami memesan satu set Sushi dan satu mangkuk Mie Ramen. Ucapku pada pramusaji yang ada dihadapan kami ini. Baiklah, dan untuk minumannya? tanya pramusaji itu lagi. Mmmmmh, aku mau teh hijau. Dan kau mau minum apa Justin? tanyaku pada Justin. Aku mau minum sepertimu saja, aku tak tahu menu-menu yang tertera disini ._. jawab Justin polos. Haha. Baiklah teh hijau 2. Jawabku pada pramusaji itu. Baiklah, tunggu sebentar tuan dan nyonya. Ucap pramusaji itu dan segera masuk menuju dapur. Mata Justin tampak menatapi setiap inchi restaurant ini. mungkin Ia tak terbiasa makan di tempat seperti ini, ya karna Ia tak begitu menyukainya. Justin? panggilku dan berhasil mengagetkan Justin. O -oh ya Camm? jawab Justin sedikit terkaget. Apa kau tak terbiasa di tempat seperti ini? tanyaku dan menatap dalam Justin. Ya, kurasa. Hehe. Dahulu saat aku di Atlanta aku memang sering diajak Grandma dan Grandpa ku ke restaurant macam ini, namun aku tak pernah menyukai menunya. Hehe. Jelas Justin dengan tawa di wajahnya. Ya, menu disini memang banyak yang baik untuk kesehatan. Pantas saja grandma dan grandpa mu sering mengajakmu ke tempat seperti ini dulu. Jawabku atas pernyataan Justin tadi. Justin hanya menanggapi jawabanku itu dengan senyuman dan tawa diwajahnya. Mmmh Just? panggilku pada Justin. Ya shawty? jawab Justin dan menatap wajahku. Aku mau berkata jujur tapi kau jangan marah padaku ya? ucapku pada Justin. Silahkan shawty. Jawab Justin dan tersenyum padaku. Jadi begini, tadi aku tidak menemanimu latihan karna aku menemani Macey. Ia sudah kembali ke Atlanta sore tadi. Dan ia meminta maaf padamu soal kasus lalu. Ia tampak menyesal tadi, sebaiknya kau memaafkannya Jus. Ceritaku panjang lebar pada Justin. Benarkah? Mengapa ia tak berpamitan dan memintaa maaf langsung padaku? tanya Justin semakin menyelidiki. Iya karna ia tak sempat bertemu denganmu tadi. Oh ya jika kau mau menghubunginya, dia memberikanku kartu namanya. Ucapku sambil membuka dompetku mencari kartu nama Macey. Ini. Ucapku sambil memberikan kartu nama Macey pada Justin. Baiklah, aku telpon sekarang saja. Ucap Justin dan mengerluarkan ponselnya untuk menghubungi Macey. Tak perlu waktu lama panggilan langsung diterima oleh Macey. Halo, selamat malam? Dengan siapa saya bicara? jawab Macey ramah di sebrang telpon. Oh, hai Macey. Ini aku Justin. Justin Dew Bieber. Apakah kau sudah sampai di Atlanta? tanya Justin pada Macey tak kalah ramahnya. O -oh Te-ternyata kau Justin. Aku baru saja sampai di bandara Atlanta. Jawab Macey dengan sedikit canggung tak menyangka Justin yang menghubunginya. Oh begitu rupanya. Mengapa kau tak mau berpamitan da n meninta maaf padaku secara langsung? Heh? tanya Justin menyelidiki pada Macey. Hehe. Maafkan aku Justin. Aku tak sempat menemuimu tadi, aku terlalu sibuk mengurus surat keluarku. Maafkan aku. Jawab Macey menjelaskan. Baiklah tak apa Macey. Oh ya, aku juga sudah memaafkanmu. Ucap Justin dari telpon pada Macey. Terima kasih ya Justin. Oh ya selamat atas hubunganmu dengan Cammie, jaga dia baik-baik ya. Ucap Macey pada Justin sambil memohon. Tentu saja akan ku jaga kekasihku itu.

Haha. Jawab Justin sambil melirik kearahku sebentar. Baguslah kalau begitu, yasudah aku mau perjalanan pulang dahulu dari bandara. Nanti kuhubungi lagi ya. Bye, titip salam untuk Cammie. Ucap Macey mengakhiri panggilan telpon tersebut. Ya, hati-hati dijalan. Pasti akan kusampaikan, bye. Ucap Justin ikut mengakhiri pembicaraan. Tak lama setelah percakapan Justin dan Macey melalui telpon usai, pramusaji datang sambil membawakan pesanan kami. Terima kasih. Ucapku setelah makanan kami usai ditata oleh pramusaji itu. Ku tuangkan teh hijau yang masih ada di dalam poci ke gelas tanah liat milik Justin, baru kemudian ku tuangkan ke dalam gelasku sendiri. Setelah itu aku mengelap sumpit milik Justin dan barulah ku lap sumpit milikku. Sudah, makanlah. Selamat makan. Ucapku pada Justin sembari tersenyum padanya. Terima kasih. Selamat makan. Ucap Justin padaku dan mulai menyantap mie ramennya. Aku pun juga mulai menyatab sushi ku ini. Oh ya Camm, tadi Macey titip salam untukmu. Ucap Justin tiba -tiba disaat kami makan. Oh ya? Baguslah. Jawabku sambil tersenyum manis pada Justin dan kembali menyantap makan mala mini lagi. Oh yak au mau coba memakan sushi ini Justin? tawarku pada Justin. Tidak, terima kasih Camm. Tolak Justin pelan padaku. Ayolah, sekali ini saja. Coba ya? Siapa tau kau suka. Paksaku pada Justin sambil tersenyum. Biar ku suapi ya? tawarku pada Justin dan menyuapi sepotong sushi dengan sumpit ini kepada Justin. Namun mulut Jutsin tetap tak mau membuka. Ayolah buka mulutmu. Ucapku pada Justin. Dan mulut Justin pun terbuka dan langsung ku masukan sushi itu ke mulut Justin. Baiklah sekarang kunyah, bagaimana rasanya? tanyaku pada Justin. Justin terus mengunyah sushi yang ku suapi tadi, ku pandang terus wajahnya menunggu jawaban. Hmmmmm, ku rasa sushi disini lebih baik dibanding di Atlanta Camm. Ya tapi aku tetap saja tidak suka daging mentah. Hehe. Ucap Justin menjelaskan yang dirasakan padaku. Haha, mungkin lain kali kau harus mencoba sushi dengan daging matang sayang. Haha. Godaku pada Justin. Justin ha nya tersenyum renyah dan meneguk teh hijau yang telah ku siapkan tadi. Setelah kami selesai makan malam, Justin segera membayar di kasir dan kamipun segera kembali ke sekolah. Sepert biasa Justin selalu mengantarkanku tepat di depan dorm girl. Setelah Justin pergi aku langsung saja masuk ke dalam dorm dan menuju kamarku untuk beristirahat. Di dalam kamarku tampak kedua sahabatku sekaligus teman sekamarku Bex dan Liz sedang belajar. Oh hei, rajin sekali kalian. Haha. Godaku pada Bex dan Liz. Ya, apa kau tak tahu, seminggu lagi kita akan menjalani ujian? jelas Liz padaku. Apa kau serius? tanyaku meyakinkan pernyataan Liz tadi. Oh ya kami lupa jika tadi kau tidak ikut upacara saat sarapan pagi. Ya jadi memang minggu depan akan diadakan ujian tertulis, dan saat liburan musim depanpun kita akan tetap mendapat ujian praktek di lapangan masyarakat langsung. Dan well jika kita dapat lulus di ujian praktek kita bisa saja langsung lulus dari sekolah ini, ya dalam tanda kurung hanya siswa siswi angkatan kita yang bisa lulus. Jelas Bex panjang lebar padaku. Great, pantas saja kalian menjadi rajin sekarang. Oh ya terima kasih Bex untuk penjelasanmu. Ucapku pada Bex sambil memberikan senyum termanis padanya. Yap. Anytime Camm, oh ya satu pesanku jangan membolos pelajaran lagi dalam kurung waktu satu minggu ini! Akan banyak tugas dan latian yang diberikan pada guru. Tambah Bex memperingatkan ku. Iya Bex. Terima kasih sangat atas pengertianmu padaku yang sering membolos pelajaran ini. Haha. Ucapku pada Bex dan te rtawa renyah. Yak au itu memang Cam, anak kepala sekolah kerjaannya membolos saja. Apa tidak malu? Huh ? celetuk Liz dengan polosnya. Ya Liz memang gadis polos nan imut dan penuh keceriaan dihidupnya. Dasar Liz jahat! ucapku sambil menghampiri Liz dan mencubit kedua pipinya. Sudah Cam, aku mau belajar jangan cubit pipiku terus. Ucap Liz memohon padaku. Wajahnya sangat imut sekali saat seperti ini. Haha. Iya, gadis imut silahkan belajar. Ucapku mempersilahkan Liz. Akupun menuju kasurku dan membuka loker kecil di samping kasurku ini. Ku lihat checklist ku, ku lihat jadwal pelajaranku untuk esok hari. Yawn, esok pelajaran Mr.Solomon ternyata, kuambil buku tebal tentang ilmu pertahanan dan persenjataan dan mulai kubaca. Ya aku memang harus mulai prihatin sekarang,

aku harus mempersiapkan segala sesuatu untuk ujianku esok. Aku ingin segera lulus dari sekolahan ini dan segera menjadi mata-mata sejati. Ya harus bisa! Batinku menyemangati diriku sendiri. Disaatku sedang membaca buku pembelajaran ini tiba-tiba ponsel disaku ku berbunyi. Dari suaranya nada tanda pesan. Ku keluarkan ponselku dari dalam saku celana dan ku buka pesan itu, ternyata dari Justin. ------------------------------------------From : Justin :) xx Night my shawty. What are you doing? ------------------------------------------Ku biarkan pesan itu untuk beberapa saat dan melanjutkan untuk membaca buku tebal yang ada di pangkuanku ini. Ku selesaikan dahulu sampai bab yang ku baca terselesaikan. Setelah benar-benar selesai baru ku buka ponselku lagi dan membalas pesan Justin. ---------------------------------------To : Justin :) xx Night my boyfriend. Haha Maaf, baru membalas pesanmu. Aku baru saja selesai belajar dan sekarang sedang bersantai saja di ranjangku. --------------------------------------Tak lama ponselku sudah berdering lagi Justin sudah membalas pesanku dengan cepat. ---------------------------------------From : Justin Haha. Cammie Cammie. Oh ya tak apa, baguslah jika kau baru saja selesai belajar. Sudah lelah? Tidur saja lebih baik Camm :) xoxo ------------------------------------Ya kurasa aku memang harus segera istirahat sekarang. Aku tak boleh terlalu kelelahan, karena seminggu lagi aku harus ujian. Ku balas pesan Justin barulah aku akan tidur ------------------------------------To : Justin Baiklah, aku tidur. Jangan tidur terlalu malam sayang. Jaga kesehatanmu. Aku menyayangimu. Night :) xx --------------------------------------Setelah ku balas pesan Justin ku letakan ponselku di meja kecil dekat kepalaku. Dan aku berdoa sebentar barulah aku terlelap tidur. Hari telah berganti. Namun musim belum lah berganti, ini masih merupakan musim dingin. Ya lebih tepatnya akhir-akhir musim dingin. Ya dingin yang menusuk di kulit-kulit ku ini memaksaku untuk segera membuka mataku. Ku langkahkan kaki ku menuju kamar mandi, ku nyalakan kean air panas pada bathup pada kamar mandi ini dan mulai berendam. Setelah selesai mandi aku segera kembali ke dalam kamar dan mengambil buku dan ponselku yang ada di meja kecil diatas kepala ranjangku. Ku buka ponselku sambil berjalan keluar kamar dan dorm. Ada beberapa pesan yang masuk di ponselku tadi. Ya ada pesan dari Justin dan Liz. --------------------------------------

From : Liz Maaf kami meninggalkanmu Camm. Aku sedang menemui Mrs. Buckingham untuk memenuhi tugas. Dan Bex sedang belajar di perpustakaan bersama Niall. Have a nice day Camm. Much love xoxo ----------------------------------------------------------------------From : Justin :) xx Pagi shawty. Lekas ke aula tengah. Aku menunggumu disini untuk sarapan. ------------------------------------Tak ku balas semua pesan itu namun aku segera melangkahkan kaki menuju aula tengah untuk bertemu Justin. Ku rasa aula tengah akan sepi akhir-akhir ini karna akan banyak anak yang lebih mementingkan belajar dan memenuhi tugasnya terlebih dahulu. Dan benar saja ketika kakiku sudah sampai di dalam aula tengah memang sangatlah sepi tempat ini. Hanya beberapa meja senior yang terisi namun meja yang biasa ditempati para juniorku tampak tetap ramai. Ada sebagaian meja yang ada di dalamnya anak yang belajar namun sambil makan. Bisa-bisanya menyempatkan waktu walaupun sedang makan. Mataku berkeliling untuk mencari Justin, ternyata Justin ditempat biasanya dan Ia hanya sendiri disana, mana anak Blackthorne Academy yang biasanya meramaikan meja itu? Apa mereka juga belajar? Huh. Ku langkahkan kaki menuju meja Justn, aku duduk disampingnya dan mengambil sepotong roti dan menyantapnya. Sepi sekali. Ucapku pelan hampir berbisik sambil memakan roti ini. Ya aku juga merasa sangat sepi disini. Justin ternyata mendengar pernyataanku tadi sehingga Ia dapat menjawabnya. Kau dengar apa yang ku katakan barusan Justin? tanyaku pada Justin. Ya tentu saja aku dengar, apalagi ditempat se sepi ini. Ucap Justin men jelaskan padaku. Oh ya, mana anak-anak Blackthorne academy? tanyaku pada Justin. Entahlah, tapi setahuku ada sebagian anak Blackthorne yang sedang menemui Mr.Solomon, oh ya dan Niall sedang diperpustakaan. Jawab Justin menjelaskan padaku. Begitu rupan ya. Oh ya apa kau sudah tahu jika minggu depan kita akan ujian? tanyaku pada Justin sambil menatap wajahnya. Mmmmh, baru saja tahu darimu. Jawab Justin dengan ekspresi yang sama tanpa terkejut sedikitpun. Apa kau tidak terkejut sedikitpun? tanyaku melihat sikap Justin yang biasa saja mendengar penjelasanku tadi. Tidak, untuk apa terkejut? jawab Justin dan tesenyum menatapku. Aku masih menatap Justin dengan tatapan tak percaya, datar sekali hidupnya itu, terus mengalir dan dia tetap menikmatinya tanpa pusing-pusing. Hei? Why so serious shawty? Haha. Ucap Justin sambil mencubit hidungku dan berhasil mengagetkanku. Tidak, aneh saja dengan sikapmu itu. Ucaku seadanya. Aneh bagaimana? Ujian itu bukan untuk mengagetkan bukan? Kita harus lebih mempersia pkannya, isnt right ? jawab Justin padaku. Ya kata-katanya memang benar, kita memang harus lebih memepersiapkan daripada grogi menghadapinya. Sudah selesai yang makan? tanya Justin padaku. Sudah. Jawabku sambil tersenyum. Baiklah ayo segera ke kelas saja. Kita bisa belajar dahulu dikelas. Ajak Justin padaku. Baiklah ayo. Jawabku sambil bangkit dari tempat duduk. Dan kamipun belajar di kelas sambil menunggu guru pengajar kami masuk kelas. Ku baca buku tebal yang tadi kubawa dari kamar. Justin duduk disampingku sambil sibuk memainkan jemarinya dengan i-Phone nya. Ku lirik Justin sebentar. Kau tak belajar? tanyaku pada Justin. Aku sedang belajar. Jawab Justin singkat. Ku lihat layar i-Phone nya, sepertinya Ia sedang berusaha meretas jaringan milik FBI. Apa aku tak salah lihat itu benar-benar FBI yang sedang Justin akan retas jaringannya. Tak kusangka Justin benar-benar genius. Pantas saja Ia begitu santai ketika ujian akan segera datang pun. Itu sangat berbahaya Justin, jika kau berhasil dan koneksimu tertangkap mungkin kau akan masuk

penjara karna mencoba meretas jaringan FBI. Jelasku pada Justin. Aku sudah tau. Jawab Justin singkat dan tetap mengutak-atik i-Phone nya tetap berusaha meretas jaringan FBI. Terserah kau saja! kataku kesal. Justin benar-benar keras kepala rupanya, tak bisakah Ia sedikit menurut padaku? Aku kekasihnya, dan aku memberi nasihat yang baik bukan? Hell-oh. Batinku menggerutu sendiri dan mulai membaca buku tebal ini lagi. Oh Damn! Sekali langkah lagi! Ayo jangan macet j angan conection failed! Oh Holly God. Please. Pekik Justin tiba-tiba sambil menatap layar i-Phone nya serius. Kubiarkan saja Justin dan tetap serius membaca buku tebal ini. Shit! ucap Justin sambil membanting i-Phone nya kearah tembok. Cethaaarrrr bun yi i-Phone Justin yang sepertinya langsung hancur karna setelah mengenai tembok langsung jatuh ke lantai. Ku tatap wajah Justin dengan satu alis terangkat dan dengan tatapan What-The-Hell ku. Oh, sepertinya aku butuh ponsel baru. Hehe. Ucap Justin santai dan setelah itu langsung mencium pipi kananku. Mengapa kau banting ponselmu? Hah? tanyaku pada Justin. Koneksiku macet dan jika ku biarkan mungkin aku bisa saja tertangkap. Jadi ku banting saja supaya langsung mati. Haha. Jawab Justin menjelaskan padaku dan tertawa renyah setelah itu. Ya semoga kau tak tertangkap benar. Jawabku santai dan menatap buku tebal di depanku lagi. Hei hei girl. Kau marah padaku? Haha. Iya maafkan aku tidak menurut padamu. Ucap Justin sambil mengacak-acak rambutku. Hentikan Justin. Jawabku kesal sambil membenarkan rambutku. Iya, maaf. Jangan marah lagi ya. Ucap Justin dan memeluk kepalaku di letakkan tepat di depan dadanya dan mencium ujung kepalaku. Tak lama Justin melepaskan pelukannya itu. Sudah sana belajar lagi. Suruh Justin padaku, dan aku pun menurut dan mulai membaca buku yang ada dihadapanku lagi. Tiba-tiba saatku sedang belajar Justin mengambil ponselku yang ku letakkan di meja. Ku lirik sebentar namun ku biarkan saja. Krrrrrrrrrrrriiiiiiiiiiiingggggggggggggggggggggggggggggg. Bel sekolah ini pun berbunyi tandanya sebentar lagi guru akan memasuki kelas. Namun cukup lama Mr.Solomon tak masuk-masuk ke dalam kelas ini. Mungkin Ia akan terlambat masuk kelas. Ku tutup buku tebal ini, aku telah lelah membacanya. Ku sandarkan kepalaku di pundak Justin, ku lihat layar ponselku yang sedang dipakai Justin. Ternyata Ia juga sedang belajar, Ia sedang membaca materi dari web resmi sekolah ini. Kenapa berhenti membaca? Kau lelah? tanya Justin sambil tetap focus membaca artikel-artikel di ponselku. Eheee. Jawabku singkat. Tidurlah saja dulu jika kau lelah, mungkin Mr. Solomon masih meeting bersama anak-anak Blackthorne. Kata Justin menyuruhku. Tak menjawab ku coba pejamkan mataku, namun tetap saja aku tak bisa tidur, pikiranku melayang entah kemana. Aku mendesah kecil menghembuskan nafas. Kenapa? Tak bisa tidur? tanya Justin tiba tiba padaku. Ku buka mataku perlahan. Ya disini cukup berisik dan aku bosan. Jawabku asal. Ku lihat Justin mengunci ponselku dan meletakkannya di saku bajunya. Haha. Aku juga mulai bosan menunggu Mr. Solomon. Ucap Justin sambil mengelus punggungku. Hening ya suasana hening itu muncul lagi, menambah kebosanan saja. Tak lama Mr. Solomon sosok yang sedari tadi kami tunggu kehadirannya muncul dari balik pintu di ikuti Zayn, Niall dan Harry dibelakangnya sambil masing masing membawa box besar lalu diletakan di meja guru. Zayn melihat ke arah ku dan Justin dan memberikan senyumannya. Dan mereka bertigapun duduk di 3 kursi belakang yang memang disiapkan untuk siswa Blackthorne. Selamat pagi anak -anak. Maaf saya sedikit terlambat, saya baru saja memimpin meeting bersama anak-anak blackthorne. Ya tak usah berlama-lama lagi, hari ini kita akan belajar untuk membongkar dan memasang lagi senjata api. Majulah kemari dan ambil 2 senjata api untuk kalian dan teman sebangku kalian. Sebangku cukup satu anak yang maju. Perintah Mr.Solomon pada kita semua. Justin bangkit dari tempat duduk dan mengambil 2 buah senjata api untukku dan untuknya, anak-anak yang lain pun melakukan hal yang sama. Ya kami akan belajar membongkar pasang shotgun. Ya lihat instruksi dariku terlebih dahulu, oh ya anak -anak dari Blackthorne bisa membantuku nanti untuk memberi penjelasan pada teman-temanmu disini. Ucap

Mr. Solomon dan setelah itu memperagakan cara membongkar dan memasang lagi shotgun. Ya seperti itu caranya, apa aku terlalu cepat tadi? tanya Mr. Solomon pada kami semua. Maaf, apabisa diulangi lagi sir? tanya seorang murid sambil mengacungkan tangannya. Baikl ah sekali lagi saya ulang dengan sedikit slow motion. ucap Mr. Solomon dan mengulangi lagi kegiatannya tadi dengan sedikit pelan. Nah seperti itu, coba praktekan sendiri sekarang. Ya siswa Blackthorne kalian boleh membantu. Ucap Mr. Solomon pada kami semua, dan kami pun mulai membongkar dahulu shotgun ini, siswa Blackthorne mulai berkeliling kelas dan memberi instruksi pada siswa-siswa yang kesulitan. Aku cukup kesulitan untuk memasangnya lagi namun cukup mudah bagku untuk membongkarnya. Ku lirik Justin dengan cepat Ia sudah dapat membongkar dan memasang shotgun itu. Aku memandang nya takjub. Justin yang sdar sedaritadi ku tatap, melihat ke arahku. Kenapa? Ada yang janggal? tanya Justin sambil tersenyum padaku. Tidak tidak, tapi kau cukup cepat dalam mempelajari hal ini. Jawabku dan memberikan senyuman padanya. Haha. Ya shotgun memang mainanku sejak kecil. Bahkan aku nyaris membunuh momku dengan shotgun macam ini. Haha. Jawab Justin sambil terkekeh. Apa? jawabku kaget dan sontak aku melongo terkag et-kaget. Haha, bercanda shawty. Ya mom dan dadku dulu juga seorang mata-mata, saat umurku 6 tahun mereka sudah mengajariku untuk merakit senjata api sendiri. Ya mereka bilang hanya untuk menjaga diri. Jelas Justin padaku. Sudah, belajar lagi rakit shotgunmu. Ucap Justin sambil tersenyum memberiku semangat. Jika tak bisa nanti akan ku ajari, kerjakan sebisamu dulu. Ucap Justin padaku. Akupun mencoba merakit shotgun ini lagi. Oh ya anak-anak, jika kalian sudah bisa menguasainya kalian bisa maju kedepan sini dan aku akan menilai pekerjaan kalian. Ucap Mr. Solomon dari mejanya. Sebentar ya Camm, aku mau maju penilaian dahulu. Aku segera kembali. Ucap Justin dan pergi meninggalkanku sambil membawa shotgun nya. Aku terus mengutak-atik shotgun ini ketika Justin di depan. Kerja bagus Justin. Kau sangat cepat dalam melakukan hal ini. Oh ya kau bisa keluar dari kelas ini jika kau mau. Satu lagi aku mendapat pesan dari Rachel Morgan, kau ditunggu Grandma mu di ruang kepala sekolah, segeralah kesana Ia telah menunggu. Ucap Mr. Solomon pada Justin. Apa Grandma ku? Terima kasih sir untuk infonya. Ucap Justin terkejut namun juga menunjukkan ekspresi senang. Justin kembali ke meja kami berdua. Maaf Cam, aku keluar kelas dahulu ya ada Grandma ku di ruangan Mommu. Aku sangat senang Ia datang. Ucap Justin meminta maaf dan pamit padaku. Baiklah, nanti aku akan segera menyusulmu keluar. Ucapku pada Justin. Maafkan aku. Bye shawty. Pamit Justin padaku dan mencim sebentar keningku dan barulah Ia pergi. Ya hati -hati. Ucapku pada Justin dan sosoknya pun menghilang dari dalam kelas. Ku lanjutkan berusaha merakit shotgun ini. Cukup sulit dan sangat sulit untuk memasangnya lagi. Aku menyerah! Oh dasar benarbenar Shit! Gun batinku jengkel. Tiba-tiba Zayn datang menghampiriku, mungkin Ia melihatku kesusahan. Butuh bantuan Cam? tawar Zayn padaku. Tak perlu. aku sudah menyerah menghadapi Shit! Gun ini. Ucapku dengan sedikit kesal. Hei hei hei, jangan mudah menyerah seperti itu Camm. Ucap Zayn memberiku semangat. Lihat lihat aku, biar ku peragakan secara pelan untukmu. Ucap Zayn dan memperagakan cara merakit shotgun itu lagi. Bagaimana kau sudah paham? Mudah bukan? tanya Zayn padaku. Sekarang giliranmu, aku akan membimbingmu. Ucap Zayn sambil memberikan shotgunnya padaku. Ku lihat Zayn sebentar, Ia tersenyum sambil mengangkat satu alisnya meyakinkanku. Ku tarik nafas panjang lalu baru ku ambil shotgun itu. Kau harus ingat bagian-bagian shotgun itu terlebih dahulu Camm, ya ini Barrel, peganglah. Ucap Zayn sambi l memberikan bagian shotgun yang Ia sebut Barrel. Kemudian ini, Recoil Spring. Jelas Zayn sambil mengangkat benda itu dan memberikannya padaku. Dan ini Bullet atau peluru, kau harus memasukkan bullet ini ke dalam magazine ini dulu. Jelas Zayn sambil me masukan bullet ke dalam magazine dan memberikannya padaku. Yang ini breech block, ini hammer, dan ini trigger. Ucap Zayn sambil memberikan semua piranti dalam shotgun itu. Dan hampir terlupa ini magazine spring.

Ucap Zayn sambil memberikan benda terakhir yang hampir tertinggal. Sekarang pasang seperti urutan yang barusan ku jelaskan. Pinta Zayn padaku. Barrel, Recoil spring, Masukkan Bullet kedalam Magazine. Lalu apa aku lupa? tanyaku pada Zayn. Breech block, Hammer, Trigger dan magazine spring. Jawab Zayn. Ini breech block, dan ini Hammer. Ucapku sambil merakit shotgun yang kupegang ini. Lalu mana yang namanya Trigger dan Magazine Spring? tanyaku pada Zayn sambil membawa Trigger dan Magazine Spring di tangan kanan dan kiriku. Trigger yang ada di tangan kirimu, pasang dahulu. Ucap Zayn Oke, dan magazine spring. Selesai. Ucapku sambil memberikan shotgun itu pada Zayn. Bagus, ulangi sekali lagi tanpa bimbinganku. Ucap Zayn sambil memprotoli shotgun itu lagi. Menyebalkan. Ucapku pada Zayn d an memasang ulang shotgun itu lagi. Barrel,recoil spring , slide, breech block, hammer ,magazine spring , magazine, trigger ucapku reflek sambil memasang sshotgun yang sedang ku tangani ini. Sudah bukan? tanyaku pada Zayn. Kurang. Kau lupa memasukkan Bullet pada Magazine. Ulangi. Ucap Zayn sambil membongkar lagi shotgunnya. Kau ini menyebalkan sekai, aku kan hanya kurang satu bagian mengapa malah kau protoli lagi! ucapku kesal pada Zayn. Turuti saja jika kau mau berhasil. Ucap Zayn dingin. Benar benar bocah ini, jika aku tak mengenalmu mungkin shotgun ini sudah ku tembakkan ke kepalamu. Gerutuku dalam hati. Dan akupun mengambil seluruh bagian shotgun itu dan merakitnya lagi. Ku sebutkan tiap bagian shot gun itu dalam hati agar aku bisa dengan mudah memasangnya. Setelah shotgun itu jadi langsung ku sodorkan ke hadapan Zayn. Kerja bagus. Sekarang maju ke depan dan bawa shotgunmu. Perintah Zayn padaku. Apa-apaan kau? Mengapa kau jadi sebegitu menyebalkannya sih? Hah ? tanyaku padanya yang sangat menyebalkan hari ini. Aku benar-benar kesal padanya sekrang. Apa susahnya maju? Lagi pula Mr. Solomon hanya ingin menilaimu tak lebih. Ucap Zayn padaku. Aku tahu! Tapi aku belum siap, bagaimana jika tiba -tiba aku lupa? Aku malah akan mendapat nilai C! bentakku pada Zayn. Zayn bangkit dari duduknya dan tiba-tiba mencium keningku dan menatap mataku dalam. Aku percaya kau mampu. Kata Zayn sambil terus menatap mataku dan mendorong tubuhku untuk maju kedepan kelas. Dengan reflek akupun menurut pada Zayn dan maju ke hadapan Mr. Solomon. Ya nona Morgan, silahkan praktekan padaku. Ucap Mr. Solomon padaku. Baik sir. Ucapku dan memasang bagian-bagian shotgun itu dengan membatin tiap bagiannya dalam hati. Aku sudah selesai merakitnya sepertinya, ku tatap Zayn yang masih ada di mejaku, Ia juga menatapku, Ia memberikan senyuman padaku. Oh ya aku hampir lupa memasukan bullet ke dalam magazine, saat Zayn menatap dan memberikan senyuman padaku tadi Ia seakanakan mengingatkanku agar aku tak lupa memasang bulletnya, ku copot dahulu magazinenya dan memasukkan bulletnya. Setelah ku rasa benar-benar selesai baru kuberikan pada Mr. Solomon. Kerja bagus Nona Morgan, kau boleh keluar kelas jika kau mau. Ucap Mr. Solomon mempersilahkan padaku. Terima kasih sir. Apa aku lulus dalam pelajaran ini? tanyaku memperjelas. Ya tentu saja, kau sudah merangkainya dengan baik. Jelas Mr. Solomon sambil memberikan senyuman padaku. Terima kasih. Ucapku singkat dan memberikan senyuman pada Mr. Solomon barulah aku pergi menuju mejaku. Aku tak percaya aku berhasil, terima kasih Zayn aku tahu kau begitu menyebalkan saat mengajariku untuk kebaikanku juga ternyata, terima kasih. Batinku dalam hati. Saatku hampiri mejaku, sosok Zayn sudah tidak ada disitu, ku lihat seisi ruang kelas Zayn juga tidak ada, dimana dia, pikirku dalam hati. Sssstss Niall. Panggilku pada Niall yang sedang mengajari seorang siswi merakit shotgun. Niall menoleh padaku Ada apa? tanya Niall padaku. Apa kau lihat Zayn? tanyaku pada Niall. Entahlah bukannya daritadi mengajarimu? tanya Niall malah kebingungan. Yasudah, terima kasih lanjutkan pekerjaanmu. Ucapku dan memberikan senyumku pada Niall lalu pergi keluar kelas. Aku tak tahu mau pergi kemana, jika mau menyusul Justin, aku harus kemana menghubunginyapun tak bisa. Aku berjalan-jalan asal, saat aku berjalan di depan gym seperti terdengar suara pantulan bola dari dalam namun gym terlihat sepi dan gelap. Apa Zayn di dalamnya? Aku pun memasuki gym

karna penasaran. Dan tebakan ku benar, ya Zayn memang sering disini dan basket memang hobbynya. Aku berjalan kearah bangku penonton. Aku percaya kau memang mampu. Ucap Zayn tiba-tiba padahal Ia belum melihat sosokku. Ba-ba-gaimana kau tahu jika ini aku? tanyaku kebingungan. Instingku yang memberi tahu. Ucap Za yn sambil tersenyum miring kepadaku. Ya tampak ku lihat senyuman itu walau yang tampak dari sini hanya sebagian besar siluet tubuh Zayn. Insting? tanyaku memperjelas peryataan Zayn tadi. Ya, hanya kau yang tahu jika gym tempat persembunyianku. Jawab Zayn menjelaskan. Oh, begitu rupanya. Jawabku dan duduk di kursi penonton. Zayn terus bermain dengan bola basket yang ada di tangannya. Oh ya, terima kasih telah mengajariku tadi. Ucapku pada Zayn. Ya, sama-sama dan maaf jika aku terlalu menyebalkan bagimu. Jawab Zayn sambil terus bermain-main dengan bola itu. Aku tahu kau seperti itu tadi karna kebaikanku. Aku percaya itu, terima kasih untuk semuanya. Ucapku pada Zayn. Zayn tak menjawab, Ia hanya tersenyum kecil dan tetap bermain dengan bola basket. Oh ya, mengapa kau tiba-tiba pergi dari kelas tadi? Bukannya kau masih bertugas untuk mnegajari teman-teman lain yang kesulitan? tanyaku pada Zayn. Haha, tugasku telah selesai Camm. Zayn menjawab dengan tertawa. Maksudmu? tanyaku semakin kebingungan. Ya aku hanya mau mengajarimu saja, itu sudah cukup. Jawab Zayn seadanya. Baiklah terserah kau saja Zayn, pikirku dalam hati. Cukup lama aku disini melihat Zayn bermain basket dan tanpa diajaknya mengobrol, membosankan bukan? Ya Zayn memang berubah sekarang, Ia dingin ya Ia cuek. Ya Zayn memang sosok yang dingin, tapi tidak padaku dulu, dia tak pernah dingin padaku, tapi sekarang Ia dingin padaku. Ku lihat sosok Zayn menyudahi permainannya dan duduk menghadapku. Ia tetap diam saja padaku, Ia hanya mencoba mengatur nafas karna kelelahan. Aku bosan disini dengan suasana ini, aku tak betah, aku tak mau Zayn yang ini. Aku bangkit dan beranjak meninggalkan Zayn, aku sudah tidak betah, cukup kesabaranku. Aku melangkahkan kakiku, namun Zayn bangkit dan menarik ta nganku. Mau kemana? tanya Zayn sambil terus mengenggam tanganku keras. Aku bosan. Lepaskan tanganku, kumohon. Ucapku pada Zayn. Maafkan aku. Ucap Zayn padaku. Maaf untuk apa lagi? tanyaku pada Zayn. Jangan pergi. Pinta Zayn padaku masih belum melepaskan tanganku. Apa kau gila? Aku disini sedari tadi hanya melihatmu bersenang-senang dengan bola itu dan tanpa kau ajak bicara, kau pikir aku apa? Patung? Hah? ucapku mengutarakan perasaanku sedari tadi dengan sedikit emosi. Maafkan aku yang terlalu menyebalkan bagimu Camm. Ucap Zayn meminta maaf padaku. Ya kau memang sangat menyebalkan. Kau berubah Zayn! Kau begitu dingin padaku sekarang ! bentakku pada Zayn. Maafkan sikapku yang berubah ini, aku seperti ini hanya ingin mencoba melupakanmu Camm, melupakan semua perasaanku padamu dan menjalani hariku seperti dulu. Jelas Zayn panjang lebar. Jangan pernah berubah Zayn! Tetaplah menjadi Zayn yang menyayangiku, kumohon. Aku ingin Zayn yang tidak dingin kepadaku. Jangan berubah. ucapku memohon pada Z ayn dan tak sadar air mata mulai mengalir di pipi mulusku. Aku tahu Zayn, aku terlalu egois mungkin. Aku sudah memiliki Justin tapi aku aku tak ingin kehilanganmu. Jangan tinggalkan aku, aku membutuhkanmu disaat Justin tak ada untukku, seperti tadi. Jelasku panjang lebar dengan air mata yang terus mengalir dan suara yang parau. Dengan sigap Zayn memeluk tubuhku dan mengelus rambutku, ku benamkan kepalaku di dadanya dan membalas pelukannya dengan sangat erat, aku terus menangis di dekapannya. Maafkan aku, aku disini untukmu tak akan meninggalkanmu. Maafkan aku, jangan menangis lagi. Ucap Zayn padaku dan terus mengelus punggungku. Did you know it break my heart every time to see you cry. Im here to make you happy. Im here to make you smile. Ucap Zayn sambil bersenandung kecil tepat diatas kepalaku. Tiba-tiba saat kami sedang dalam keadaan seperti ini ponselku bordering suara panggilan telpon dari nadanya. Ku lepas pelukan Zayn dan mengeluarkan ponselku. Dari nomer yang tak dikenal namun ini nomer local daerah Virginia, siapa ini pikirku. Dari siapa kenapa tak diangkat? tanya Zayn padaku. Nomer tak dikenal. Jawabku sambil

melihatkan layar ponselku kepada Zayn. Angkat saja siapa tau penting. Ucap Zayn menyarankan padaku. Dan akhirnya aku pun mengangkat panggilan itu. Hallo? jawabku dengan suara parau. Hai Shawty, ini aku Justin, aku sedang di vila pantai bersama grandmaku dan ini aku menelpon dengan telpon yang ada di villa. Hei hei hei kau sedang menangis ya Camm? tanya Justin yang mendengar kejanggalan suaraku yang sedikit parau. Mmmmh tidak, aku flu. Hehe. Dustaku pada Justin. Oh ya? Sebaiknya kau segera ke dokter Camm. Ucap Justin menganjurkan. Hehe. Iya. Oh ya ada apa menelponku? tanyaku pada Justin yang ada di ujung telpon. Oh ya, maukah kau makan malam bersamaku dan grandmaku nanti malam? Dan setelah itu mengantarkannya ke airport, Ia akan take off ke Atlanta lagi nanti malam. Pinta Justin padaku melalui sambungan telpon ini. Baiklah sayang. Ucapku pada Justin tanda setuju. Terima kash shawty. Segeralah bersiap, aku akan menjemputmu. Berdandanlah yang cantik. Hehe. Ucap Justn menyuruhku ini itu. Iya iya. Yasudah aku bersiap dahulu. Bye sayang. Ucapku mencoba mengakhiri pembicaraan. Yep, bye sampai ketemu nanti. Muuaaah :* Haha. Ucap Justin dan mengakhiri panggilan ini. Dari Justin? tanya Zayn ketika panggilan ini tertutup. Iya. Maafkan aku Zayn aku harus segera ke dorm, Justin akan segera menjemputku, maafkan aku. Ucapku pada Zayn berpamitan. Ya tak apa. Ucap Zayn dengan senyuman miring tanda kekecewaannya. Maaf. Pintaku pada Zayn dengan wajah murung. Iya iya tak apa. Segeralah pergi. Usir Zayn padaku dengan sedikit enyuman yang mulai mengembang. Yasudah, maafkan aku Zayn, aku harus pergi. Ucapku pada Zayn dan mencium kening Zayn sebentar sambil berucap Jangan pernah berubah padaku. Ucapku setelah itu pergi meninggalkan Zayn. Zayn hanya terseyum dan tak menjawab. Aku pun segera keluar gym dan bersiap ke dorm. Aku harus menyiapkan semuanya, aku ingin bertemu wali Justin. Oh senangnya.

Justin POV Ku raih jaket baseball ku yang tergantung di dekat pintu keluar, ku hampiri grandmaku yang sedang terduduk di depan teras sambil menatapi pemandangan sunset petang ini. Apa kau serius mau kembali lagi ke Atlanta malam ini nek? tanyaku pada Grandmaku yang sedari tadi menatap jauh ke angkasa berwarna orange itu. Ya. Jawabnya singkat dan tetap focus pada titik yang di tatapnya. Untuk apa terburu-buru? Toh disana kau hanya dengan seorang Nanny dan supir bukan? bujukku pada Grandmaku agar tetap tinggal disini. Ya namun jiwaku tetap tertinggal disana. Aku lebih merasa aman disana, karna aku dapat lebih dekat dengan Grandpa, Ayah dan Ibumu. Jawab Grandmaku sambil memandang namun kemudian mengalihkan pandangannya menatap laut lepas. Grandpaku memang sudah meninggal sejak aku belum lahir, aku hanya bisa melihat rupanya dalam foto. Kedua orang tuaku? Mereka juga telah meninggal ketika umurku 7 tahun. Mereka meninggal saat tugas, ya tugas mata-matanya. Ledakan yang hebat yang terjadi pada mobil yang dikendarai kedua orang tuaku. Aku tak tahu jelas apakah ada bom di dalam mobil itu atau bagaimana, sampai saat ini aku belum mendapat kepastian yang jelas. Soal Nenek ku? Sebenarnya anak-anaknya juga banyak yang di Atlanta, ya namun Ia tak mau diasuh mereka Ia ingin terus menetap dalam rumahnya sendiri. Ayolah Nek, biar aku yang merawatmu nanti disini. Aku janji. Bujukku terus sambil menampakkan puppy faceku. Jangan menggodaku seperti itu, dasar genit. Sudah lekas jemput kekasihmu itu. Perintah Grandma padaku. Baiklah jika kau tak mau tinggal. Yasudah aku pergi dahulu, lekaslah masuk hari semakin dingin. Ucapku pada Grandma dan pergi meninggalkannya. Ku turuni tangga demi tangga untuk menuju mobilku. Setelah aku sudah ada di dalamnya ku stater Chevrolet bumble-bee ini. Ku lirik Grandma ku dari kaca spion ku klakson sebentar barulah aku melaju menjauhi villa pinggir pantai milik keluargaku ini. Oh ya aku lupa jika aku tak membawa ponsel, bagaimana jika aku menghubungi Cammie nanti jika aku telah sampai, sial! Pikirku dalam

perjalanan menuju sekolah ini. Biarlah nanti pasti aka nada jalan, ya pasti. Ku teruskan perjalananku ini, tak sampai 15 menit dengan mobil sport ini aku telah sampai halaman luas Gallagher Academy. Aku turun dari mobil ku ini dan duduk di kap mobil. Ku lihat sekeliling, dan catch it. Ku lihat sosok Liz yang sedang melompat-lompat kegirangan menuju ke arahku, ya menuju kearah luar sekolah. Liz! Liz ! panggilku berteriak sambil melambai-lambaikan tanganku padanya. Aku? jawab Liz sambil menunjuk dirinya sendiri dan menengok sekeliling. Iya, kau. Kemarilah. Panggilku pada Liz sambil memberi isyarat agar Ia mendekat padaku. Dengan melompat-lompat kecil Liz segera menghampiriku. Ada apa Just? tanya Liz sambil tersenyum ceria padaku. Oh ya, kau mau kemana dan apa kau tahu Cammie dimana? tanyaku pada Liz. Mmmmh aku mau ke toko buku di kota dan well sejak tadi pagi aku belum bertemu Cammie. Ada apa? jawab Liz atas segala pertanyaanku tadi. Benarkah? Oh ya apa kau membawa ponsel? tanyaku lagi pada Liz. Yep, ehe aku membawa. Jawab Liz sambil mengeluarkan ponselnya dari saku jas sekolahnya. Ini. Tambah Liz sambil memamerkan ponselnya padaku. Dapatkah aku meminjamnya untuk menelpon Cammie sebentar? tanyaku pada Liz. Pakai saja. Ucap Liz sambil tersenyum dan memberikan ponselnya padaku. Terima Kasih Liz. Ucapku dan mulai menghubungi Cammie dengan ponsel milik Liz ini. Hallo Liz ada apa? tanya Cammie dari sebrang telpon. Oh Hei shawty, ini aku Jutsin aku me minjam ponsel milik Liz. Hehe. Aku sudah ada di dekat gerbang pintu keluar cepatlah keluar ya. Ucapku panjang lebar melalui jaringan telpon ini. Oh ya. Baiklah aku segera keluar. Ucap Cammie dan memutuskan sambungan telpon ini. Ini, terima kasih ya Liz. Ucapku sambil mengembalikan ponselnya. Yep, anytime Justin. Yasudah aku pergi ke kota dahulu ya, hari mulai petang. Pamit Liz padaku. Kau mau ke kota bukan? Bagaimana jika kau bareng denganku saja? Aku setelah ini akan kembali ke kota bersama Cammie. Tawarku pada Liz yang telah menjadi Dewi Fortunaku hari ini. Apa tak merepotkanmu? tanya Liz sedikit ragu. Tentu saja tidak, tujuan kita sama bukan? jawabku sambil tersenyum pada Liz. Baiklah kalau begitu, aku ikut denganmu. Ucap Liz tampak ceria k embali. Tak lama sosok Cammie yang ku tunggu akhirnya datang. Ia menggunakan dress hitam tanpa lengan dengan panjang diatas lutut. Tak lupa dengan highee hitam pula yang menjadi alas kaki mulusnya. Dia tampak cantik mala mini, maksudnya menawan. Tidak tidak selalu cantik dan menawan bagiku. Pikirku saat melihat sosok Cammie yang tampak luar biasa malam ini. Hei shawty, kau cantik sekali malam ini. Ucapku sambil mencium pipi merahnya. Terima kasih. Oh ya ayo lekas berangkat. Oh hei Liz Ajak Cammie padaku dan menyapa sosok Liz. Hei Cammie, oh ya aku akan nebeng mobil Justin ya sampai kota. Hehe. Ucap Liz dengan gaya ceria biasanya. Oh begitu rupanya. Baiklah ayo. Ucap Cammie dan kami pun memasuki mobilku ini. Kami segera menuju pusat kota untuk mengantar Liz terlebih dahulu. Ternyata letak toko buku yang di tuju Liz bersebelahan dengan toko ponsel, aku dan Cammie pun ikut turun untuk melihat dan membeli ponsel untukku. Oh ya terima kasih ya Just, Camm atas tumpangannya. Ucap Liz pada kami berdua. Ya, sama-sama terima kasih juga atas ponselmu tadi Liz. Ucapku pada Liz. Yasudah aku masuk ke toko buku ini dahulu ya. Bye semua. Ucap Liz dengan gaya cerianya. Hati-hati Liz. Ucap Cammie saat Liz beranjak pergi. Ayo Cam masuk ke took ponsel ini sebentar, aku butuh ponsel baru. Ajakku pada Cammie sambil menggandengnya masuk. Selamat Malam tuan dan nyonya. Ada yang bisa kami bantu? tanya seorang Customer Service pada kami berdua. Mmmh ya saya sedang mencari ponsel baru. Ucapku sambil melihat-lihat ponsel yang ada di etalase toko tersebut. Mau ponsel jenis apa tuan? tanya Customer Service itu padaku. Cammie hanya berdiri di belakangku sambil memainkan i-Phone 5 nya. Oh ya daripada berlama-lama lebih baik aku membeli ponsel seperti milik Cammie saja. i-Phone 5 saja mmmh dengan warna seperti ini. Ucapku sambil menggandeng tangan Cammie yang sedang memegang ponsel pipih berwarna putih miliknya itu. Baiklah, tunggu sebentar tuan. Ucap sang customer service dan masuk mencari barang yang ku mau. Tak lama customer service itu keluar

dengan satu buah box ponsel. Ya itu pasti ponsel untukku. Silahkan tuan i -Phone 5 dengan kapasitas 64 GB, ini masih di dalam segel dan kartu garansi ada di dalam, anda mendapat garansi satu tahun dan jangan lupa di charge sekurang-kurangnya 8 jam dahulu sebelum pemakaian. Jelas sang customer service padaku. Lalu harganya? tanyaku pada customer service itu. Untuk i -phone 5 dengan 54 GB 399 USD tuan. Mau cash atau dengan kartu kredit? tanya customer service itu lagi. Mmmmh kartu kredit saja. Ucapku sambil membuka dompet dan mencari kartu kredit milikku. Ini. Ucapku sambil memberikan kartu kreditku pada customer service dihadapanku. Customer service itu menggesekkan kartuku pada mesin dan setelah itu aku memasukkan pinnya dan tak lama struk pembayaran keluar dari mesin kecil itu. Sang petugas langsung menyobek kertas yang keluar dan mengambil bolpoin. Silahkan tanda tangan disini tuan. Ucap sang petugas sambil memberiku struk pembayaran tadi dan bolpoin yang dipegangnya. Aku pun membubuhkan tanda tangaku di secraik kertas itu. Ya terima kasih tuan. Ini ponsel dan kartu kredit anda. Senang dapat melayani anda. Selamat malam. Ucap sang customer service. Aku pun segera mengambil ponsel dan kartu kreditku. Terima kasih. Ucapku sambil tersenyum dan mengajak Cammie keluar dari toko ini. Kamipun segera memasuki mobilku dan segera menuju villaku. Ya aku tak mau grandma ku marah dan ketinggalan pesawat malam ini. Setelah sampai di depan villa, aku dan Cammie segera turun dari m obil. Kau tunggu disini saja, kita akan makan malam diluar. Ucapku dan tersenyum meninggalkan Cammie di depan mobilku. Ku cari-cari grandma ku di dalam rumah ini, ternyata Ia sedang di dalam kamar. Grandma, ini aku Justin. Ayo segera keluar untuk makan malam lalu setelah itu aku akan mengantarmu ke bandara. Ucapku dari luar kamar sambil mengetuk pintunya pelan. Tak lama grandma ku keluar dari kamarnya sambil membawa tas di pergelangan tangannya. Apa tidak ada yang tertinggal, periksa lah dahulu. Ucapku pada grandmaku ini. Tidak. Aku hanya membawa tas ini saat berangkat. Jawab grandmaku dan tersenyum padaku. Baiklah ayo segera berangkat, Cammie sudah menunggu kita dibawah. Ucapku pada grandmaku dan menggandengnya untuk berjalan keluar. Cammie tersenyum ke arahku dan grandmaku dan berjalan mendekati kami. Camme menjabat tangan grandmaku dan setelah itu menggandeng grandmaku di sisi yang satunya. Selamat malam Maam. Sapa Cammie pada grandmaku dan tersenyum manis. Malam. Jawab grandma ku singkat dan tersenyum menatap Cammie. Ku buka kan pintu belakang untuk grandmaku dan menuntunnya untuk masuk ke dalamnya. Setelah itu ku buka kan pintu untuk Cammie dan tersenyum padanya. Terima kasih Justin. Ucap Cammie dan setelah itu masuk ke dalam mobilku dan aku segera menutup pintunya begitu Cammie terduduk di dalamnya. Aku segera berlari ke kursi mengemudiku. Ku lajukan mobilku pelan menuju restaurant yang telah ku pesan tadi siang. Restaurant ala Perancis yang sangatlah elegant dan romantic yang ku pilih. Setelah sudah sampai di depannya ku bukakan pintu untuk Cammie dahulu baru untuk Grandmaku, bertujuan Cammie dapat menggandeng Grandmaku setelah Ia turun. Disitu sudah ada petugas yang siap memarkirkan mobilku ternyata, ku berikan kunci mobilku pada petugas itu dan ikut menggandeng grandmaku masuk ke dalam restaurant ini. Ku hampiri meja recepsionist dahulu untuk membantu mencari meja yang ku pesan. Selamat malam tuan. Ada yang bisa saya bantu? tanya sang resepsionist. Malam, saya telah membooking meja untuk 3 orang malam ini. Ucapku pada resepsionist itu. Baik, atas nama siapa pemesanan dibuat tuan? tanya sang petugas. Justin, Justin Bieber. Jawabku singkat dan memberi senyuman pada sang petugas dengan ramah. Baiklah tuan Jutsin Bieber, anda mendapat meja nomer 6. Mari biar saya antar ke meja anda. Ucap sang petugas dan membimbing kami bertiga ke meja nomer 6. Silahkan. Ucap sang petugas sambil tersenyum dan meninggalkan kami bertiga. Tak lama seorang waiter datang sambil membawa sebotol wayne ditangannya dan tersenyum lalu menuangkan wayne itu di gelas kami. Terima kasih. Ucap Cammie ramah pada sang waiter. Waiter itu pun pergi berlalu setelah selesai dengan tugasnya. Kami bertiga mengangkat gelas

itu untuk cheers dan meneguknya sedikit. Perkenalkan aku Grandma dari Justin, aku Diane Mallette. Aku orang tua dari Ibu Justin. Ucap Grandmaku membuka percakapan sambil menatap Cammie dan tersenyum padanya. Mmmmh senang dapat berkenalan dengan anda nyonya. Perkenalkan aku Chammeron. Ucap Cammie sambil tersenyum. Grandma yang sedang meneguk wayne, mengangkat satu alisnya sepertinya menunggu Cammie menyebutkan nama marganya. Cammie yang tersadar akan tatapan Grandmaku itu melanjutkan pembicaraannya. Oh ya Maaf. Aku Chammeron Morgan. Maaf aku sedikit gugup. Ucap Cammie dan tersenyum kecil. Grandma ku yang sedang meminum wayne itu tiba-tiba tersedak ketika Cammie menyebutkan nama marganya. Seperti Grandma kaget akan suatu hal, ya aku yakin itu. Kau tak apa Grandma? tanyaku pada Grandmaku yang masih terbatuk-batuk. Ini nyonya minum air putih saja dulu. Ucap Cammie peduli sambil memberikan segelas berisi air putih pada Grandma ku. Grandma ku menegak air putih yang diberikan Cammie tadi hingga setengah bagian. Tak lama 2 orang pramusaji datang ke meja kami. Yang satu sedang mendorong troly berisi makanan kami yang satu disampingnya. Seorang pramusaji yang tadi tidak mendorong menata makanan yang telah ku pesan tadi di meja bulat kami ini. Selamat menikmati. Ucap sang pramusaji setelah tugasnya selesai dan meninggalkan meja kami ini. Cammie membantu grandma membersihkan piring serta sendok dan garpunya sebelum digunakan oleh grandma. Namun grandma hanya diam saja dan tak menampakkan sedikitpun senyumannya lagi. Perubahan sikap grandma begitu terlihat sekali, ada yang janggal ya sangat janggal. Selanjutnya Cammie mengelap piring dan sendok+garpuku. Terima kasih. Ucapku pada Cammie sambil tersenyum setelah Ia selesai membersihkan milikku. Cammie membantu mengambilkan makanan pula untuk grandma dan aku padahal piring miliknya saja belum tersentuh. Sudah biar aku ambil sendiri saja. Kau makan saja. Ucapku pada Cammie sambil memgang tangannya berusaha menghentikan pekerjaannya. Tak apa. Ucap Cammie sambil tersenyum dan membantu menaruh beberapa makanan d i piringku. Setelah tugasnya selesai Cammie baru membersihkan alat makannya dan mengambil beberapa makanan di piringnya. Kami pun makan bersama malam ini. Namun sedari tadi hingga kini usai makan pun Grandma tak angkat bicara sedikitpun, apa Grandma tak menyukai sosok Cammie? Namun apa salah Cammie? Ku lihat sedari tadi Cammie bersikap hangat pada Grandma walau Ia begitu dingin pada Cammie. Cammie tak henti-hentinya memberikan senyuman pada Grandma walau tak sedikitpun yang dibalas. Aku yang ikut canggung dengan keadaan ini pun tak mampu berkatakata banyak. Mmmmh, sebaiknya kita segera ke bandara sekarang. Pesawatmu take off 30 menit lagi bukan Nek? ucapku mulai angkat bicara. Grandmaku tak menjawab hanya berusah bangkit dari kursinya. Cammie berusaha membantu Grandma bangkit dari kursi dan akan menuntunnya namun Grandma menolaknya. Tak usah, aku bisa sendiri. Ucap Grandmaku dan melangkah dengan cepat menuju keluar dari Restaurant ini. Aku dan Cammie masih berada di depan meja kami tadi. Wajah Cammie mulai tampak murung. Mungkin Grandma hanya mulai kelelahan. Ucapku pada Cammie sambil tersenyum dan merangkul Cammie keluar dari Restaurant ini. Tidak, Grandma mu sepertinya tidak menyukai ku. Ucap Cammie tampak sedih. Sudah, jangan sedih. Tak mungkin Gr andma membencimu, sedari tadi kau bersikap baik padanya. Ucapku mencoba menghibur Cammie. Cammie tak menjawab hanya mencoba tersenyum kecil mendengar perkataanku tadi. Saat aku dan Cammie sedang berada di resepsionst untuk melunasi administrasi Grandma yang berjalan dengan langkah cepat saat menuruni tangga tiba-tiba terjatuh, sepertinya kakinya terkilir. Sontak Cammie yang sedang free langsung berlari menghampiri Grandma. Apa kau baik-baik saja nyonya? ucap Cammie khawatir sambil memijat kaki Grandma ku. Grandma tak menjawab hanya mengaduh kesakitan, setelah administrasi selesai aku langsung berlari menghampiri kedua wanita yang ku sayangi itu. Aku langsung membopong tubuh Grandma dan membawanya ke dalam mobilku. Cammie ikut duduk di kursi belakang sambil memijat kaki Grandma dan menemaninya. Sebaiknya kau tetap tinggal disini

Grandma hingga kakimu membaik. Akan ku bawa kau ke dokter saja sekarang. Ucapku pada Grandma yang sedari tadi mengaduh kesakitan. Tak usah aku akan segera membaik. Ucap Grandma sambil merngis kesakitan. Sudah, turuti aku sekali ini saja. Biar aku yang merawatmu disini. Ucapku memaksa dan mulai mengemudikan mobil ke hospital. Sampai di depan hospital ku parkirkan mobilku, Cammie turun untuk membuka kan pintu agar aku lebih mudah untuk mengeluarkan Grandma. Setelah pintu terbuka aku langsung membopong Grandma keluar mobil dan segera masuk hospital, begitu didepan hospital beberapa suster langsung membantuku, ada yang mengambilkan kursi roda pula. Setelah Grandma terduduk di kursi roda beberapa suster membantu mendorongnya menuju ruang periksa. Aku ikut masuk ke dalam ruang periksa namun Cammie tetap diluar, Ia lebih memilih berada di ruang tunggu. Biar ku periksa dahulu kakimu nyonya. Ucap sang dokter sambil mengeluarkan alat ronsen dan mulai memeriksa kaki Grandma ku. Grandma ku masih berada di kasur periksa dengan seorang suster yang menanganinya. Dokter itu kembali duduk menghadapku. Jika ku lihat sepertinya Grandma mu hanya terkilir biasa dan Ia hanya tampak kelelahan. Namun sebaiknya kita tunggu saja hasil ronsennya nanti. Susterku sudah menangani ronsenan nya. Tunggu sebentar ya. Ucap sang dokter menjelaskan padaku. Ku hampiri Grandmaku sebentar dan tersenyum padanya. Ia tak membalas senyumanku justru malah memejamkan matanya. Yasudah ku tinggal keluar saja untuk menemani Cammie toh di dalam Grandma sudah di temani seorang suster dan ditangani seorang dokter. Hei. Sapaku pada Cammie yang sedari tadi menunduk mentap lantai. Oh hei. Sapa Cammie tersenyum sesaat namum senyu man indah itu hilang lagi. Kenapa kau murung? tanyaku pada Cammie dan menyandarkan kepalanya di bahuku. Ini semua sepertinya salahku. Coba tadi grandma mu tidak marah padaku mungkin Ia tak akan seperti ini bukan? ucap Cammie mulai sedih. Sudahlah, gra ndma itu tidak marah padamu. Ia hanya kelelahan kata dokter tadi. Ucapku terus menenangkan kekasihku yang sedari tadi tampak murung. Apa kau serius? tanya Cammie meyakinkan. Iya sayangku. Jangan murung lagi ya? ucapku pada Cammie sambil memberikan senyuman terbaikku padanya. Senyuman mulai mengembang dari bibir Cammie. Ku cium keningnya sesaat dan menatap matanya dalam. Tuan Justin silahkan masuk ke dalam ruangan, hasil ronsen telah siap. Ucap seorang suster dan mempersilahkan ku masuk dalam ruangan dokter itu lagi. Sebentar ya. Pamitku pada Cammie dan meninggalkannya masuk ke dalam ruangan. Silahkan duduk tuan Justin. Ucap sang dokter mempersilahkan dan aku pun duduk menunggu penjelasan dari dokter itu. Ini hasil ronsennya. Ucap sang dokter sam bil memberiku amplop coklat besar dan aku pun membuka hasilnya. Ya dapat dilihat disitu tak tampak sedikitpun patah tulang. Grandma mu hanya terkilir biasa. Susterku sudah memerban kakinya yang terkilir itu. Ia hanya perlu istirahat yang cukup dan jangan berpergian terlalu jauh atau beraktifitas terlalu sibuk. Jelas sang dokter panjang lebar. Oh ya, ini ada beberapa obat dan vitamin yang harus ditebus di apotik. Ucap sang dokter sambil memberiku selembar kertas yang berisi resep dokter. Terima kasih dok. Oh ya saya juga membutuhkan seorang suster untuk merawat Grandma saya selama saya berada di sekolah. Ya saya mungkin akan sedikit sibuk dengan urusan sekolah karna sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir. Apakah saya bisa mendapatkan bantuan dari ruma h sakit ini? tanyaku pada sang dokter. Sebenarnya bisa, kau bisa mengaturnya dibagian administrasi sambil melunasi administrasinya di ruang administrasi yang berada di dekat pintu keluar hospital ini. Jelas sang dokter menjawab pertanyaanku tadi. Terima kasih dok atas bantuannya. Ucapku sambil tersenyum dan menjabat tangan lelaki di hadapanku ini. Senang dapat membantu. Ucapnya dan tersenyum dan membantu menurunkan grandma ku dan mendudukannya di kursi roda. Ku dorong kursinya dari dalam ruangan ini. Cammie yang melihat sosokku langsung bangkit dan menolongku. Setelah ini aku akan ke apotik dan mengurus administrasi sebentar, kau dan grandma ke mobil saja dahulu. Ini kunci mobilnya. Ucapku pada Cammie. Cammie hanya mengangguk kecil dan tersenyum pad aku. Setelah

berada di depan ruang administrasi aku meminta beberapa suster untuk membantu Cammie menaikkan Grandma ke dalam mobil, suter-suster yag kumintai tolong itu mulai mendorong kursi Grandma keluar rumah sakit. Suster itu akan membantu mu menaikka n Grandma ke mobil nantinya. Sana ke mobil dahulu dan temani Grandma. Ucapku pada Cammie dan mencium keningnya singkat. Cammie hanya tersenyum dan keluar mengejar langkah suster yang membawa Grandma tersebut. Hati-hati shawty. Ucapku sedikit berteriak pada Cammie dan barulah aku mengurus administrasi Grandma tadi dan menyerahkan resep dokter di apotik sebelah ruang administrasi ini. Diane Mallette POV Cucuku Justin masih tinggal di dalam rumah sakit untuk menebus resep dokter dan menyelesaikan administrasi. Suster-suster membantuku menaiki mobil Justin dan Chammeron membantu melipat kursi roda yang ku pakai tadi dan memasukkannya di bagasi. Mungkin Justin dan Chammeron bingung dengan perubahan sikapku ini pada mereka. Ya jujur saja aku shock ketika mengetahui cucuku Justin berpacaran dengan anak dari keluarga Morgan. Bisa-bisanya Rachel membiarkan anaknya merajut kasih dengan cucuku. Aku masih sedikit terpukul dengan keluarga itu, ya sangat terpukul. Keluargaku memang memiliki beberapa kenangan dengan keluarga Morgan. Tapi sudahlah biarkan menjadi suatu kenangan saja, selama keluarga Morgan masih bertanggung jawab atas Justin, selama mereka masih peduli dan membiayai Justin hingga sekolahnya tamat, ini bukanlah suatu masalah. Berarti mereka masih menepati janji mereka pada keluarga ku. Keluargaku bukan lah keluarga yang tak mampu untuk membiayai Justin, namun memang keluarga Morgan lah yang telah berjanji akan menanggung kehidupan Justin sampai Ia dapat menghasilkan uang sendiri. Ya itu janji keluarga Morgan setelah kejadian beberapa tahun lalu yang membuatku sedikit memiliki dendam di hati. Namun gadis cantik, anggun nan baik hati di kursi depanku ini sebenarnya tak bersalah, kedua orang tuanya lah yang bersalah bukan Ia. Tak sebaiknya aku bersikap dingin padanya. Namun tetap saja selama gadis ini bernama belakang Morgan aku juga membencinya. Keluarga yang membawa kehancuran di keluargaku. Walau keluarga kami sekarang dalam keadaan baik namun semua kenangan itu tetap tak dapat ku lupakan, tak dapat ku lupakan sampai kapanpun. Tiba-tiba Justin cucuku datang dan memasuki mobil ini sambil mengajak seorang suster dan duduk di sebelahku. Suster itu membawa satu buah tas yang menggantung di pundaknya, mungkn Ia yang akan merawatku nantinya selama Justin sekolah. Oh ya, ini suster yang akan merawat Grandma selama aku berada di sekolahan. Namanya Alice. Jelas Justin padaku. Benar saja suster ini yang akan merawatku nantinya. Suster itu tersenyum padaku ku balas senyumannya itu. Justin pun mulai mengemudikan mobilnya. Ia membawa kami semua ke villa pinggir pantai milik keluarga Bieber, ya keluarga almarhum menantuku. Sampai di depan villa Chammeron langsung turun dan menurunkan kursi roda untukku sedangkan Suster Alice dan Justin membantuku keluar dari dalam mobil. Kursi rodaku di dorong oleh Suster Alice menuju dalam rumah, Justin dan Chammeron sudah di depan untuk membukakan pintu rumahnya. Oh ya Alice tolong antar Grandma ke kamarnya agar Ia dapat istirahat, itu kamarnya yang di dekat Ruang keluarga. Dan jika kau lelah dan tugasmu selesai kau bisa tidur di kamar belakang. Jelas Justin pada susterku ini. Baik tuan Justin. Ucap Alice dan mulai mendorong kursi rodaku menuju dalam kamar. Oh ya sebentar, aku setelah ini akan mengantar Cammie dahulu kembali ke asrama sekolah, tak akan lama. Tambah Justin menghentikan laju susterku. Dan tiba-tiba Chammeron mendekat padaku dan menjabat tanganku berniat untuk berpamitan. Selamat malam nyonya. Saya pulang dahulu. Semoga lekas sembuh. Ucapnya sambil menjabat tanganku dan tersenyum menatapku. Aku tak menjawab ucapan gadis itu sama sekali. Ayo suster tolong antarkan aku ke kamar segera. Aku lelah. Ucapku dan meminta susterku pergi dari sini. Suster Alice pun mulai menjalankan kursi rodaku lagi menuju kamar. Di kamar suster Alice member ku beberapa obat dahulu sebelum aku akan tidur. Setelah meminum beberapa obat itu,

kantuk mulai menghampiri mataku, mungkin ada obat tidur disalah satu obat itu. Aku pun tertidur nyenyak dan aku tetap tinggal di Virginia sampai keadaanku membaik. Author POV Di perjalanan menuju sekolah Justin dan Cammie hanya terdam. Justin sibuk dengan jalannya dan mata Cammie selalu menghadap kaca sampingnya, entah apa yang Ia lihat sedari tadi namun Ia cukup konsen melihatinya. Ehemm. Justin berdeham kecil berusaha membuka percakapan. Cammie tetap focus dengan pandangan keluar jendelanya. Apa kau tak apa shawty? tanya Justin yang sedari tadi merasa janggal dengan situasi seperti ini. Ya. Ucap Cammie singkat dan tak mengalihkan pandangannya sama sekali. Justin menghentikan mobilnya dengan sembarang dan menepi, ya keadaan memang sudah cukup sepi saat ini. Cammie menatap Justin yang membuatnya kaget karna laju mobil yang dihentikan. Mengapa berhenti? tanya Cammie heran. Maafkan Grandmaku. Ucap Justin meminta maaf atas sikap Grandmanya yang sedari tadi bersikap dingin pada Cammie. Ya. Sekarang ayo jalan. Ucap Cammie tanpa perubahan sikap yang sedari tadi terlihat cuek dan lemah. Tidak, aku tahu kau kecewa dengan sikap Grandmaku tadi. Maafkan Ia, mungk in Ia hanya kelelahan. Ku mohon, maaf. Ucap Justin terus memohon dan menggengam tangan Cammie. Sepertinya Grandma mu tidak menyukai hubungan kita ini. Ia tak suka dengan ku. Ucap Cammie dan membuang mukanya ke luar jendela disampingnya dan mulai meneteskan butiran bening dari matanya. Kumohon jangan seperti ini. Aku menyayangimu. Ucap Justin sambil memegang kepala kekasihnya supaya kembali bisa berhadapan. Kau menangis? Jangan menangis, aku tak bisa melihatmu seperti ini. Ucap Justin dan mulai mendekap kepala Cammie pada dada bidangnya. Aku juga menyayangmu Just, namun sikap nenekmu padaku seperti tak menyetujui hubungan ini. Ucap Cammie dengan suara paraunya. Jika kau sayang padaku, rebut hati nenekku, pertahankan hubungan ini. Ucap Justin menyemangati Cammie melepaskan pelukannya dan menatap mata Cammie dalam. Kau gadis baik. Aku yakin kau bisa meluluhkan hati nenekku. Ucap Justin dan mencium kening Cammie hangat. Terima kasih Just, aku akan berusaha untuk hubungan ini. Untuk kita. Ucap Cammie mulai mempunyai semangat dan mulai mengembangkan senyuman indahnya. Justin pun membalas senyuman Cammie itu dan mulai menjalankan laju mobilnya kembali ke sekolah. Justin memarkirkan mobilnya asal di dalam sekolah lalu mengantarkan Cammie ke depan dormnya. Apa kau akan kembali ke villamu? tanya Cammie ketika langkah mereka telah sampai di depan dorm. Ya. Aku harus menjaga Grandma. Ucap Justin dan tersenyum di akhir. Lalu apa kau tidak sekolah? Ujian akan segera datang bukan? ucap Cammie tampak sedikit murung. Tidak, aku akan tetap berangkat sekolah. Tenang saja. Ucap Justin meyakinkan ke kasihnya. Aku akan berangkat pagi-pagi dari villa tenang saja. Tambah Justin dan tersenyum menambah keyakinan kekasihnya. Baiklah. Lekas kembali ke villa dan beristirahatlah. Ucap Cammie megusir kekasihnya. Kau mengusirku? Haha. Baiklah aku pergi, sampai jumpa besok. Jawab Justin dan mencubit hidung kekasihnya sebentar dan berbalik badan hendak pergi. Justin. Panggil Cammie tiba -tiba sambil memegangi tangan kekasihnya yang sudah beranjak akan pergi. Hati-hati di jalan. Aku mencintaimu. Ucap Cammie dan memeluk tubuh Justin erat. Iya, aku lebih mencintaimu. Ucap Justin melepas pelukan Cammie dan mencium kening Cammie. Yasudah aku pergi ya? tanya Justin pada Cammie sebelum beranjak pergi. Ya. Selamat malam. Ucap Cammie sambil tersenyum dan mulai melambaikan tangannya ketika kekasihnya mulai melangkahkan kaki dari depan dorm girl. Setelah sosok Justin benar-benar pergi Cammie baru masuk ke dalam kamarnya dan segera mengistirahatkan tubuhnya. Alarm sepertinya tak pernah lelah untuk menggangu tidur orang-orang. Seorang lelaki tampan, mengerjap-ngerjapkan mata hazelnya agar mau membuka dan segera mematikan alarm brengsek yang telah meggangu mimpi indahnya. Dengan menekan tombol off cukup kasar alarm itu sudah

berhenti mengoceh, seakan-akan telah puas berhasil membangunkan korbannya. Lelaki bermata hazel yang tak lain adalah Justin langsung bangkit dari kasurnya dan menuju jendela untuk membuka gorden yang menghalangi jalannya cahaya matahari masuk ke dalam ruangannya itu. Setelah gorden terbuka sang lelaki menatap pemandangan sunrise yang keluar dari lautan, sambil mengerang kecil. Setelah puas sang lelaki segera memasuki kamar mandi yang ada di kamarnya dan membasuh tubuh kekarnya agar terlihat lebih segar dan bersih. Setelah tubuhnya bersih dan telah dilap dengan handuk kering yang menggantung di kamar mandinya, lelaki itu keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan boxer. Ia membuka lemarinya untuk mencari kemeja putih yang tak lain adalah seragam sekolahnya. Setelah mendapatkannya langsung saja sang lelaki memakainya. Tak lupa dengan celana kotak-kotak merah hitam panjang yang segera Ia pakai di kakinya. Setelah seragamnya terpakai, sang lelaki langsung ke meja rias untuk memakai cologne dan menyisir rambutnya. Tampak dari kaca pantulan tubuh sang lelaki yang bergaya sedikit berantakan, kemeja yang keluar dan tatanan rambut yang sedikit acak-acakan. Sebelum pergi meninggalkan kamarnya sang lelaki tak lupa menarik dasi yang bergantung di balik pintu kamarnya. Sang lelaki berjalan ke meja makan sambil menggunakan dasi kotak-kotak yang senada dengan celananya. Ketika langkahnya telah berhenti di depan meja makan, pekerjaan menggunakan dasinya pun juga usai. Ketika sampai di meja makan Ia langsung duduk dan mengambil sepotong roti dan segera mengolesinya dengan selai kacang. Ketika Ia sedang mengolesi rotimya dengan selai kacang, Grandma nya datang bersama suster Alice di belakangnya yang setia membantu mendorong kursi rodanya. Setelah menaruh sang Grandma berhadapan dengan Justin, suster Alice segera pergi tak tau entah kemana. Selamat pagi Grandma. Sapa Justin sambil tersenyum dan menggigit roti selai kacangnya. Grandma nya hanya membalas dengan senyuman dan mengambil roti dan mulai mengolesinya dengan selai. Grandma? panggil Justin tiba-tiba. Grandmanya tidak menjawab namun hanya menatap Justin dan menunggu kelanjutan kata-kata Justin. Aku ingin bicara. Ucap Justin sambil terus mengunyah rotinya. Bicara saja. Ucap Grandma nya dan tersenyum pada Justin. Apa kau tidak menyukai Chammeron? Kekasihku? tanya Justin meminta penjelasan Grandmanya. Diane tidak menjawab pertanyaan cucunya Ia malah melahap rotinya. Grandma? ucap Justin lagi menunggu penjelasan Grandmanya. Diane justru malah terus melahap rotinya dan meminum segelas air putih di hadapannya. Jika aku tak menyukainya, kau juga tak akan berhenti mencintainya bukan? ucap Diane Mallette mulai angkat bicara dan menatap cucunya sambil mengangkat satu alisnya. Kau baru saja mengenalnya, bagaimana bisa kau membencinya? Sikapnya padamu juga baik bukan Grandma? tanya Justin panjang lebar. Sudahlah terserah kau saja. Lanjutkan hubunganmu jika memang membuatmu bahagia. Ucap Diane santai dan mulai mengolesi roti lagi dengan selai. Namun kau belum menjelaskan padaku apa alasanmu membenci Cammie? ucap Justin tetap ngotot meminta penjelasan. Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Suatu saat kau pasti akan tahu. Ucap Diane dengan sedikit emosi membanting rotinya kepiring dan menjalankan kursi rodanya pergi dari meja makan. Ya Diane pergi keluar rumah untuk menikmati semilir angin pantai di pagi hari. Di hirupnya udara yang sangat segar ini, yang berhasil menenangkan pikirannya untuk beberapa saat. Di ruang makan Justin masih terdiam dengan penuh tanya Apa yang akan kutahu suatu saat nanti? kalimat itu terus berputar di kepalanya. Sampai ponselnya berdering dan berhasil mengagetkan lamunannya. Panggilan dari Cammie kekasih Justin. Ya shawty? jawab Justin dengan nada sedikit lemas. Hei apa kau sakit Justin? tanya Cammie khawatir dengan nada suara Justin yang sedikit berbeda dari biasanya. Tidak. Haha. Aku baik-baik saja sayang. Ada apa menelpon? tanya Justin dengan sedikit tawa untuk menghilangkan ke khawatiran kekasihnya. Apa kau tak tahu jam berapa sekarang? Ayo lekaslah kesini, aku merindukanmu. Ucap Cammie dari ujung telpon. Justin reflek melirik jam di dinding ruangan ini. Jam menunjukkan pukul 07.45 a.m. Oh sudah jam 8 kurang

ternyata. Yasudah aku berangkat. Tunggu aku. Kau dimana? ucap Justin sambil bangkit dari duduknya mengambil kunci mobilnya dan berjalan keluar villa. Aku di depan perpustakaan. Ucap Cammie memberitahu lokasi keberadaannya. Baiklah. Nanti ku hubungi lagi. Ucap Justin dan mematikan panggilan. Langsung saja ditemuinya Grandmanya yang sedang termenung menatap jauh kearah lautan lepas. Grandma? Aku pergi ke sekolah dahulu ya. Pamit Justin sambil mengecup dahi Diane Grandma sekaligus keluarga terdekatnya yag tersisa. Hati -hati. Tuhan memberkati. Ucap Diane sambil tersenyum pada cucu dihadapannya itu. Justin tersenyum dan mulai melangkahkan kakinya turun dari villa menuju ke pantai dan mengambil mobilnya yang sedari semalam terparkir disana. Langsung saja Ia mengegas penuh mobilnya agar cepat sampai di sekolah berhubung jam pelajaran akan segera dimulai. Begitu mobil bumble-bee kuning milik Justin telah terparkir rapi dengan mobil-mobil yang lain Ia langsung menelpon Cammie sembari berjalan menuju kearah dalam sekolah. Ya sayang? jawab Cammie mengangkat panggilan dari Justin. Apa kau masih di perpustakaan? tanya Justin pada kekasihnya. Mmmmh tidak. Maaf aku sudah di dalam kelas, bel sudah berbunyi tadi. Kau segera ke kelas saja, guru juga belum datang. Lekaslah. Jelas Cammie pada Justin dengan sedikit menyur uh. Baiklah. Bye. Ucap Justin mengakhiri panggilan dan berlari kearah ruang kelasnya. Untung saja ketika Mrs. Buckingham sedang berjalan menuju ruang kelas Justin langsung berlari, jadi mereka berdua memasuki ruang kelas bersamaan. Ya kelas Justin dan Cammie sekarang diampu oleh Mrs. Buckingham yaitu ilmu penyamaran. Ketika Justin berada di depan kelas, Cammie sudah tersenyum dan melambai kecil agar Justin segera duduk disampingnya. Justin pun segera duduk bersebelahan dengan Cammie. Kau beruntung Justin. Haha. Ucap Cammie dengan sedikit berbisik dan tertawa lirih. Ya, untung saja aku datang bersamaan dengan Mrs. Buckingham. Jawab Justin ikut berbisik dan tersenyum kecil. Pelajaran pun dimulai. Kali ini hanya pelajaran materi bukan praktik seperti biasanya. Mungkin Mrs.Buckingham mau member beberapa materi yang akan diujikan untuk ujian akhir esok. Semua murid mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan dengan khitmat tanpa ada sedikit keributan pun. Bahkan Justin dan Cammie pun juga tak bercakap sedikitpun sedari tadi, keduanya terfocus pada materi yang disampaikan Mrs. Buckingham. Setelah lama mendengarkan penejelasan dari Profesor Buckingham, bel yang sedari tadi ditunggu para muridpun berbunyi tandanya pelajaran pun usai. Baiklah, anak-anak. Pelajaran saya akhiri, namun ada sedikit pesan dari saya. Waspadalah pada tiap orang yang kau kenal, baik teman dekatmu sendiri bahkan keluargamu. Bisa jadi mereka akan menjadi MUSUHmu suatu saat nanti. Ingatlah kalian ini siapa, kalian adalah calon mata-mata! Baiklah, selamat siang. Ucap Mrs. Buckingham dan keluar dari dalam kelas. Semua siswa pun mulai rebut dan berhambur keluar kelas. Apa kau akan menjadi musuhku suatu saat nanti? Haha. Tanya Cammie tiba -tiba pada Justin kekasihnya. Tentu saja tidak shawty. Haha. Dari dulu Profesor Buckingham memang misterius bukan? Tak perlu di tanggapi kata-katanya tadi. Ucap Justin dan terkekeh mendengar perkataan Justin tadi. Apa kau yakin? tanya Cammie tetap menggoda Justin. Tentu saja. Aku mencintaimu mana mungin aku akan memusuhimu tiba-tiba? Haha. Ucap Justin dengan mantapnya dan tertawa dengan renyahnya. Oh ya, setelah ini ikutlah aku ke villa. Kau akan berusaha merebut hati nenekku bukan? Ayo mulai praktek kan. Ajak Justin pada kekasihnya. Tapi aku ada beberapa tugas yang belum terselesaikan. Toh kita juga akan ujian Justin, aku sedikit sibuk untuk mempersiapkan. Maaf. Tolak Cammie halus pada kekasihnya. Ayolah, kau bisa membawa buku -bukumu dan belajar di villaku bukan? desak Justin agar kekasihnya mau menurut. Cammie menatap wajah Justin dalam. Justin tersenyum meyakinkan kekasihnya. Cammie membalas senyuman Justin tersebut. Baiklah. Ucap Cammie meng-iya-kan ajakan Justin tadi. Yasudah siapkan bukumu dahulu. Ayo. Ajak Justin pada Cammie. Cammie hanya tersenyum dan mengangguk kecil. Justin pun menggandeng tangan Cammie keluar kelas mengantarkannya menuju dorm girl. Sebentar ya aku masuk dulu. Ucap

Cammie berpamitan pada Justin dan meninggalkannya sebentar. Tak lama Niall dan Bex berjalan kearah Justin, Niall tersenyum dan melambaikan tangannya pada Justin. Hei bro, lama tak terlihat kemana saja kau? sapa Niall pada Justin. Oh, hei bro. nenek ku sedang datang ke Virginia saat ini dan dia sedang sakit jadi aku harus tinggal di Villa untuk merawat nya. Jelas Justin panjang lebar pada Niall. Oh ya? Aku turut prihatin Justin, semoga nenekmu lekas sembuh. Ucap Niall ikut perhatian. Tak lama Cammie datang dan telah mengganti bajunya. Ia membawa tas yang melingkar di bahu kirinya. Hei Niall, Hei Bex. Sapa Cammie pada kedua temannya. Hei, mau kemana kau Camm? tanya Bex pada Cammie. Aku mau menemani Justin merawat neneknya. Jawab Cammie tersenyum dan merangkul pinggang kekasihnya, Justin. Yasudah, kami duluan ya. Oh ya Niall aku titip salam untuk teman-teman Blackthorne yang lain. Mungkin aku tidak akan tidur di kamar dorm beberapa waktu ini. Ucap Justin pada Niall dan Bex. Baiklah bro, pasti akan ku sampaikan. Hati -hati di jalan ya. Ucap Niall pada Justin. Dan mereka semua pun berpisah, Cammie dan Justin langsung menuju parkiran mobil dan keluar sekolah. Sebelum menuju villa, Justin menyempatkan ke restaurant dahulu untuk mencari makan siang dan membelikan bubur untuk Grandmanya. Setelah itu barulah mereka menuju ke villa. Di villa suster Alice sedang menonton tv di ruang keluarga Justin. Grandma dimana Alice? tanya Justin pada Alice yang sedang asyik menonton serial move. Oh, maaf tuan Justin. Nyonya Diane sedang istirahat dikamarnya. Jawab Alice sambil bangkit dari duduknya. Baiklah, ini ada makan siang. Makanlah dahulu, biar aku dan Cammie nanti yang member Grandma makan siang. Ucap Justin ramah pada Alice. Baiklah, terima kasih Tuan Justin. Ucap Alice dan menerima bungkusan kardus sterofoam yang berisi makan siang.Setelah itu Justin dan Cammie menuju dapur untuk mengambil mangkuk dan memindahkan buburnya ke dalam mangkuk. Setelah itu menyusun mangkuk, sendok dan air minum di baki barulah mereka berdua menuju kamar Grandma. Tok.tok.tok Grandma? panggil Justin sambil mengetuk pintu. Tak ada jawaban dari dalam kamar, mungkin Grandma masih tertdur pikir Justin, Justin pun membuka pintunya dan mempersilahkan Cammie duluan yang membawa baki makan siang Grandma untuk masuk ke dalam kamar. Setelah itu, Justin membangunkan Diane untuk makan sia ng dahulu. Grandma? Bangunlah dan makan siang dahulu. Ucap Justin lirih sambil menggoyangkan bahu Grandmanya halus. Diane mulai mengerjapkan matanya dan terbangun. Saat Ia terbangun Ia melihat sosok Justin cucunya di sampingnya dan Cammie yang membawa baki makanan sambil tersenyum hangat padanya. Justin seperti memberi kode pada Cammie agar mendekat dan mulai memberikan makan siang Diane. Siang Nyonya. Apakah keadaan anda sudah membaik? sapa Cammie ramah pada Diane. Diane tak menjawab hanya tersenyum simpul pada Cammie. Baiklah sekarang makan siang dahulu ya nyonya. Biar kusuapi. Ucap Cammie dan mulai menyendok bubur dari mangkuknya. Tak usah. Aku tak lapar. Tolak Diane saat sendok itu sudah dekat dengan mulutnya. Cammie menengok kea rah Justin yang sedang terduduk di sofa di ujung ruangan. Grandma, Cammie sudah susah payah membuatkan bubur itu padamu, hargailah sedikit. Dusta Justin pada Grandmanya. Oh ya satu lagi, jika kau tak mau makan kau tak akan sembuh. Dan jika kau belum sembuh tak akan ku ijinkan untuk kembali ke Atlanta. Ancam Justin pada Diane. Diane pun menyerah dengan ancaman cucunya, akhirnya Ia menurut untuk disuapi oleh Cammie. Enak Ternyata Chammeron pintar memasak. Batin Diane saat menyantap bubur yang dimakannya. Nah, buburnya sudah habis nyonya. Sekrang saatnya anda meminum obat. Ucap Cammie sambil mengambilkan obat yang ada di meja kecil samping kepala Diane. Setelah mengambilkan tiap jenis satu buah, Cammie memberikan obatnya dan air putih pada Diane. Diane pun segera meminumnya. Setelah Diane selesai makan dan meminum obatnya Justin menghampiri Cammie dan Diane yang masih berhadapan itu. Nah, sekarang kau istirahatlah lagi

Grandma. Aku dan Cammie akan menunggu diluar sambil belajar. Biar suster Alice yang menemanimu setelah ini. Ucap Justin pada Grandmanya. Selamat istirahat nyonya. Ucap Cammie sambil berjalan mengikuti langkah Justin yang sudah mendahuluinya. Setelah meletakan perabot tadi di dapur Cammie segera menyusul Justin yang sudah ada di ruang tamu. Di ruang tamu Justin sedang membaca buku milik Cammie, mungkin Ia mengeluarkan dari tas Cammie barusan. Justin sedang membaca buku dalam posisi tiduran di sofa. Ketika menyadari sosok Cammie datang, Justin pun merubah posisinya menjadi duduk. Cammie pun mengeluarkan i-Padnya dari dalam tas dan duduk di samping Justin. Cammie mulai membuka web milik Gallagher Academy dan membaca beberapa materi. Kepala Cammie bersandar di bahu Justin dan kepala Justin bersandar di kepala Cammie. Ya meskipun begitu mereka tetap konsen dengan hal yang dipelajari masing-masing. Tak sadar Diane melihat tingkah cucunya dan Cammie yang terlihat bahagia dan sungguh terasa kebersamaan mereka di mata Diane. Diane pun pergi membiarkan Justin dan Cammie tetap belajar dan menuju ruang keluarga. Dinyalakannya tv dihadapannya. Pandangan Diane lurus menghadap layar tv tapi tidak dengan pikirannya. Pikirannya melayang memikirkan cucu kesayangannya itu. Baru saja kulihat kebersamaan dan kebahagiaan antara Cammie dan Justin cucuku. Ya Justin memang selalu tampak bahagia disaat bersama Chammeron beda saat aku melihatnya bersama Macey. Disaat bersama Macey, cucuku selalu tampak tertekan. Tapi tidak seperti barusan, walau Justin sedang focus dengan pelajaran, tapi rona bahagia tampak sangat pada wajahya. Jika Justin memang bahagia bersama dengan Chammeron, mau tidak mau aku harus mulai bisa menerima keberadaan keluarga Morgan dikehidupanku ini, ya ini demi kebahagiaan cucuku. Aku harus bisa membahagiakannya sampai ajal menjemputku nantinya. Chammeron juga gadis yang baik, tak sepantasnya aku membencinya seperti ini, aku harus mulai bersikap hangat padanya. Ya harus demi kebahagiaan cucuku. Pikir Diane dalam hatinya. Shawty, aku mandi dahulu ya? ucap Justin tiba-tiba sambil merengangkan otot-ototnya. Baiklah. Ucap Cammie sambil tersenyum dan mulai meletakkan i-Padnya. Justin pun meninggalkan Cammie sendiri di ruang tamu. Di ruang keluarga Justin sempat bertemu dengan Diane yang sedang menatap tv, Justin tersenyum pada Grandmanya sebelum menaiki tangga menuju kamarnya. Grandmanya membalas senyuman itu dan pergi menuju keluar rumah untuk bersiap menikmati pemandangan sunset sebentar lagi. Di ruang tamu Diane bertemu dengan Cammie yang sedang tiduran di sofa sambil bermain ponselnya, namun Ia membiarkannya dan tetap berjalan sambil mendorong kursi rodanya sendiri. Sore nyonya, hendak kemana? tanya Cammie saat melihat Diane lewat dihadapannya. Mencari udara segar. Jawab Diane singkat dan terus berjalan menuju luar villa. Biar ku temani nyonya. Ucap Cammie dan mengikuti langkah Diane di belakangnya. Cammiepun membantu mendorong kursi roda milik Diane dan mengajaknya berjalan-jalan keliling pantai sambil menunggu sunset. Ketika matahari mulai turun Cammie pun berhenti untuk menatap proses turunnya matahari dahulu. Diam ya suasana yang tercipta selama perjalanan ini. Jaga cucuku bak -baik. Jangan kecewakan dan sakiti hatinya. Ucap Diane tiba -tiba membuka percakapan. Sayangi Ia dengan baik. Jika kau mebuatnya sedih kau akan menerima konsekuensinya. Tambah Diane sambil memeberi ancaman pada Cammie. Pasti nyonya, aku akan menjaganya. Aku sangat menyayanginya, tak kan kusia-siakan. Ucap Cammie sambil tersenyum kecil. Aku sangat menyayangi cucuku, aku hanya ingin yang terbaik untuknya. Tambah Diane. Aku tahu nyonya, pasti tak kan ku sakiti Justin. Aku berjanji. Ucap Cammie berjanji pada Diane. Terima kasih sudah menyayangi cucuku dengan baik. Ya walau begitu ini semua bukan berarti aku telah menerimamu. Ucap Diane pada Cammie. Ya sama-sama nyonya. Matahari telah tenggelam nyonya, hari mulai petang dan angin semakin kencang sebaiknya kita segera kembali ke villa. Ajak Cammie dan mulai mendorong kursi roda Diane kembali ke villa. Saat kembali ke villa Justin sedang ada di luar villa ternyata, Justin langsung

membantu Cammie mendorong Diane ke atas villa. Ayo setelah ini kuantar kau kembali ke sekolah, aku juga mau mencarikan Grandma makan malam setelah itu. Ajak Justin pada Cammie. Setelah menaruh Grandma ke dalam dan menitipkan pada suster Alice, Justin pun mengantarkan Cammie ke sekolah. Setelah mengantarkan Cammie, Justin pun membeli makan malam dahulu barulah Ia kembali ke villa. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------Hei, memcehhhh. Aku sengaja kasih kalian part ini panjang-panjang karna aku pengen JD ini cepet selesai :D Gimana menurut kalian? No long comment, no next! :p Wayolooo~ Penasaran nggak nih part selanjutnya? Jangan lupa tinggalkan like+comment abis aja, abis baca nggak like+comment bintitan :p Makasih semua udh mau baca ;;) Love yaa readersku :*

Cammie POV Sudah beberapa hari ini aku selalu menemani Justin untuk merawat neneknya, ya seperti yang sudah-sudah setelah itu kami belajar bersama untuk menghadapi ujian akhir ya yang jelas-jelas telah di depan mata. Diane? Ya dia kini telah sembuh dan nanti siang aku dan Justin akan mengantarnya ke bandara. Apa kalian tahu sekarang hari apa? Ya ini hari Sabtu, ini sudah merupakan akhir pekan, aku masih punya sehari lagi untuk belajar. Hari ini aku tidak ada kelas sama sekali, aku hanya melengkapi tugas-tugasku pada para guru. Well, walau aku dan Justin sekelas namun pemenuhan tugas kami berbeda. Tugas-tugasku telah selesai sekarang, ku langkahkan kaki ku di lorong sekolah ini sendirian, tampak beberapa siswa yang mondar-mandir dengan beberapa lembar kertas ditangannya. Mungkin mereka juga sedang melengkapi tugas, pikirku sambil terus melangkahkan ku menaiki tangga demi tangga ini. Ku putuskan untuk ke atap sekolah ya hanya untuk penyegaran otak. Oh ya soal Justin, aku memang sengaja tidak menghubunginya langsung setelah tugasku selesai, aku ingin menenangkan diriku sebentar dahulu untuk menghadap ujian akhirku esok hari. Aku kini telah berada di atap gedung sekolah, semilir angin musim dingin sangat terasa di tempat ini. Tampak olehku seseorang yang sangat tak asing lagi. Orang yang sangat mencintaiku dengan apanya diriku. Orang yang tak pernah berubah walau kini akupun telah berubah. Ia sedang melihat kearah bawah sehingga Ia tak menyadari kehadiranku di belakangnya. Tampak dariku sini kepulan asap yang menandakan bahwa Ia sedang merokok. Ku berjalan pelan dan ku dekati sosok lelaki itu. Aku sedang berada di sampingnya sekarang. Ia melirik ke arahku dan memberikan senyumnya padaku. Hei. Sapanya ramah tersenyum ke arahku dan mengalihkan pandangannya ke langit sambil menghisap batang rokok yang ada ditangannya. Apa tempat persembunyianmu pindah disini sekaranng? Sudah bosan dengan gym dan permainan basket? Haha. Godaku pada sos ok disampingku ini. Ia terkekeh menghisap rokoknya, membuang kemudian menginjaknya. Tidak. Aku hanya berkeliling tadi dan well sampailah aku disini. Haha. Jawab sang lelaki sambil tertawa lagi, tawa yang sangat ku rindukan, yang sangat indah dan yang telah lama tak muncul untukku. Ku tatap wajah lelaki itu cukup lama untuk melihat rona wajahnya yang tampak bahagia, tampan. Hei, apa yang kau lihat heh? tanya nya sambil mengacak-acak poniku dan tertawa puas. Kau, kau sangat tampan dengan tawa dan senyuma n itu. Ucapku pada sosok di hadapnku ini dan kembali menatap wajahnya, mencoba untuk menatap mata coklatnya. Ia tak menjawab hanya menerbitkan senyuman indah di bibirnya dan menatap ke langit siang hari ini. Hening, tiba-tiba suasana disini menjadi hening. Langit biru itu seakan-akan menghipnotis kami berdua untuk terdiam dan menikmati

keindahan dirinya. Apa kau akan melupakan ku nantinya jika aku telah kembali ke Blackthorne Academy? ucap sang lelaki tiba-tiba dan menghilangkan suasana hening ini. Ku tatap wajahnya yang begitu tenang tetap terus memandang ke langit biru. Aku tersenyum kecil dan menghembuskan nafas. Apa kau akan berhenti menyayangiku saat kita berpisah nantinya Zayn? tanyaku balik pada Zayn, ya sosok yang sedari tadi bersamaku adalah Za yn. Apa kau akan percaya bila aku menceritakan ini semua? tanya Zayn meminta ijin untuk bercerita padaku. Aku tersenyum dan mengangguk kecil, menyetujui nya. Banyak gadis yang telah ku kencani selama ini, tapi aku hanya selalu bersenang-senang semata dengan mereka. Aku hanya memanfaatkan mereka untuk melayani hawa nafsuku semata. Aku tak pernah benar-benar menyayangi mereka semua. Mereka hanya wanita jalang bagiku, apa menurutmu aku ini brengsek? jelas Zayn dan bertanya padaku dengan senyuman miring di wajahnya. Ku balas senyuman itu dengan senyuman yang lebih tulus. Tidak. Kau lelaki baik Zayn. Jawabku dan tersenyum menatap mata Zayn dalam. Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Semua orang yang tahu sikapku ini mereka langsung membenciku mereka meremehkanku seakanakan aku ini hanya bajingan yang tak berarti di mata mereka. Jelas Zayn, tampak sedikit emosi dan kekecewaan di benaknya. Apa kau mencoba membuatku membencimu? tanyaku dan memberikan senyuman ini lagi padanya. Tidak, kau tidak mengenalku Camm. Kau tidak tahu bukan jika aku ini orang jahat. Bisa saja aku membunuhmu saat ini juga. Ucap Zayn sambil mengeluarkan pisau lipat dari jaket kulitnya dan menancapkannya di dinding pembatas ini. Ya seakan-akan Zayn mencoba menggertakku, namun tetap saja aku tak melihat dirinya yang sesungguhnya dengan sifat kasarnya seperti ini, ini bukan Zayn yang ku kenal biasanya. Aku tersenyum dan melipat lagi pisau yang tertancap di hadapan Zayn itu. Tidak, aku mengenalmu. Aku mengenal Zayn Javad Malik. Aku mengenal Ia sebagai sosok yang sangat hangat. Ia tidak pembunuh, Ia juga tidak jahat. Jawabku dan menggenggam tangan Zayn yang tampak mengepal mungkin Nampak geram. Zayn menatap mataku, menatapnya dengan hangat. Aku tersenyum hangat untuknya dan Zayn membalas pegangan tangaku lebih erat. Apa kau tahu? Aku sudah cukup bahagia dapat melihat senyuman itu. Senyuman yang indah, senyuman yang sangat bisa menenangkanku. Senyuman yang tak kan pernah bisa ku miliki. Ucap Zayn sambil tersenyum miring dan menatap ke langit. Aku akan terus tersenyum untukmu seperti ini jika kau mau. Ucapku dan tetap terus mengembangkan senyuman hangatku. Apakah aku boleh jujur padamu? tanya Zayn tetap tak mengalihkan pandangannya pada langit biru. Katakanlah. Ucapku dan tak henti-hentinya tersenyum untuk Zayn. Saat kau berjalan menuju keatas mimbar dengan senyumanmu yang terus mengembang di awal musim, itulah saatku pertama kali melihat senyuman indahmu, senyuman yang dapat menghipnotisku untuk pertama kali. Jujur saja, aku tak pernah berharap bisa memilikimu itu sangat berat menurutku, namun hanya satu yang ku harapkan Kau dapat selalu bahagia dan aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat menyayangimu. jelas Zayn panjang lebar dan tak mengalihkan pandangannya pada langit. Te rima kasih Zayn. Aku juga berharap kau selalu bahagia, dengan ada atau tidaknya diriku. Balasku sambil menatap langit biru dihadapanku ini. Tak terasa ya satu semester telah hampir berakhir itu tandanya aku akan segera meninggalkan sekolahan ini. Ucap Zayn dan tampak murung. Kau bisa kapan saja datng keari jika kau mau. Hiburku pada Zayn. Zayn menatap wajahku dan tersenyum hangat. Terima kasih sudah menerimaku kapan saja. Ucap Zayn dan tersenyum memandangi wajahku terus. Wajahnya makin lama makin mendekati wajahku, yap dan akhirnya Ia mencium dahiku hangat, cukup lama. Tiba-tiba saja ponsel di jasku ini berbunyi, Zayn langsung menjauh dariku dan aku mengangkat telpon ini, nama Justin terpampang pada pemanggil ini. Ya? jawabku pada sosok Justin. Apa tugasmu sudah selesai? Kau tidak lupa bukan jika, kau akan menemaniku mengantar Grandma ke airport. Ucap Justin mengingatkanku tentang hal ini. Oh iya, maaf aku hampir lupa. Kau dimana? tanyaku pada Justin. Aku sedang berjalan menuju parkiran, lekaslah ke parkiran.

Ucap Justin menjelaskan. Baiklah. Bye, sampai ketemu. Ucapku mengakhiri panggilan ini. Mmh maaf Zayn aku ada janji dengan Justin. Sepertinya aku harus pergi sekarang. Ucapku pamit pada Zayn yang sedar tadi melihat tingkahku saat mengang kat telpon ini. Baiklah, hati-hati. Ucap Zayn dan melambaikan tangannya ke arahku. Terima kasih. Sampai ketemu lagi Zayn. Ucapku pada Zayn, tersenyum dan berbalik untuk meninggalkan tempat ini. Zayn tampak ikut berbalik badan saat aku mulai pergi, ku langkahkan kakiku menuruni tangga demi tangga di tempat ini. Akhirnya aku sudah pada lantai dasar gedung sekolah ini, aku mendongak ke atas untuk melihat sosok Zayn yang ada tepat di atasku ini. Ku lambaikan ttanganku padanya sambil tersenyum, Zayn hanya membalas dengan senyuman dan mengacungkan ibu jarinya ke arahku. Aku pun segera ke parkiran untuk menemui Justin, aku tak sempat untuk mengganti pakaianku. Di parkiran tampak Justin sedang terduduk di kap mobilnya sambil meminum sekaleng soft drink. Aku tersenyum kearahnya dan segera Justin membukakan pintu mobilnya untukku. Aku pun segera masuk dan Justin pun ikut memasuki mobil ini. Langsung saja Justin mengemudikan mobil Chevrolet bumble-bee ini dengan kecepatan yang lumayan kencang di siang hari seperti ini disaat jalanan sedang ramai. Pelan-pelan saja. Dan berhati-hati jalanan sesak. Ucapku menasehati Justin. Justin tersenyum ke arahku dan memelankan laju mobinya. Akhirnya kami pun telah sampai di depan villa milik Justin, tampak Diane sedang ada di teras melihat kearah kami. Ia langsung memasuki rumah dan mengambil tasnya. Justin segera menjemput Diane, mengunci villanya dan berjalan ke arahku. Seperti biasa aku langsung berlari ke arah Justin untuk membantu menggandeng Diane dan membukakan pintu belakang untuknya. Setelah itu barulah aku dan Justin masuk. Justin langsung menjalankan mobilnya pergi dari pinggir pantai ini. Apa kau mau makan siang dulu Grandma? tanya Justin pada Grandmanya. Tidak usah, kita cari makan di airport saja. Ucap Diane menjawab pertanyaan Justin. Justin pun menurut dan menjalankan mobilnya langsung ke airport tanpa perlu mampir kemanapun. Begitu sampai di airport Justin parkir tepat di depan pintu masuk Airport agar lebih dekat. Aku membantu membukakan Diane pintu dan menggandengnya di sisi kirinya. Tak lama Justin mendekati kami dan menggandeng tangan kanan Diane. Dan kami pun memasuki airport ini. Tampak di papan keberangkatan, tujuan ke Atlanta masih 45 menit lagi. Kau tidak melupakan passport dan tiketmu bukan Grandma? t anya Justin sambil terus berjalan mencari kursi untuk kami duduk. Tidak, semuanya sudah ada di tasku. Jawab Diane pada Justin. Akhirnya kami pun menemukan tempat untuk kami bertiga duduk sambil menunggu keberangkatan Grandma. Oh ya, kalian belum makan siang bukan? tanya Justin padaku dan Grandma. Aku hanya menggelengkan kepala dan tersenyum pada Justin. Belum. Ucap Grandma menjawab pertanyaan Justin tersebut. Yasudah, ayo cari makan siang dulu. Ajak Justin, dan kami pun bangkit untuk mencari makan siang dahulu. Aku mau sushi. Ucap Grandma tiba-tiba dan berhenti di depan kedai sushi. Oh tidak, jangan lagi. Ucap Justin sambil menggelengkan kepala. Biar Cammie saja yang menemanimu ya Grandma? Ia juga suka sushi, aku mau ke McDonalld dan Starbucks saja. Ucap Justin dan pergi meninggalkan kami berdua. Mari biar ku temani nyonya. Ucapku tersenyum dan menggandeng tangan Diane memasuki kedai kecil ini. Aku dan Diane memesan jenis sushi yang berbeda namun teh hijau yang sama. Teh hijau telah diantarkan ke meja kami. Ku tuangkan teh dalam poci itu ke gelas tanah liat Diane dan baru ke gelasku. Ku angkat gelas ini dengan dua tangan dan tersenyum pada Diane baru aku meminumnya. Baru meminum satu tegukan sushi kami berduapun datang. Ku lap sumpit milik Diane baru ku berikan padanya, ku lap sumpit milikku baru aku mulai memakan sushi milikku. Terima kasih untuk semuanya. Ucap Diane tiba-tiba padaku, aku berhenti makan dan tersenyum padanya. Terima kasih telah merawatku untuk beberapa hari ini. Tambah Diane dan memberikan senyuman padaku. Senyuman yang tampak tulus dari sebelum-sebelumnya, senyuman Diane yang terindah yang ditujukan kepadaku. Aku tersenyum padanya. Sama-sama nyonya, senang bisa membantu anda. Ucapku dan mulai memakan sushi ini

lagi. Emmh, panggil saja aku grandma jika kau mau. Jangan panggil nyonya. Ucap Diane padaku tersenyum dan memakan sushinya. Terima kasih nyonya. Emmh maaf maksudku grandma. Ucapku dengan sedikt canggung karna belum percaya. Kamipun melanjutkan acara makan siang kami ini. Tiba-tiba Justin datang dengan membawa Big Burger dan a cup Coffe dari Starbuck. Justin langsung duduk d sebelahku. Junk food lagi? ucap Diane pada cucunya yang baru saja datang itu. Sudahlah grandma, jangan memulai lagi. Jawab Justin sambil m endengus kesal dan memakan Big Burgernya. Jika kau menjadi istrinya kau harus bisa merubah kebiasaan buruknya itu Cham. Kau harus membiasakannya meninggalkan junk food itu. Ucap Grandma sambil tersenyum kepadaku. Aku hanya terkikik kecil dan menatap wajah Justin yang sudah terlihat geram namun terus memakan Big Burgernya. Setelah makan siang kami telah habis, kami pun segera keluar dari kedai kecil ini dan menuju tempat pemberangkatan Grandma. Di depan pintu masuk, kami bertiga berpamitan terlebih dahulu. Ya kalian pasti tahu, batas pengantar hanya sampai tempat ini, dan jelas penjaga akan melarangmu untuk ikut masuk. Jaga dirimu baik-baik Grandma. Setelah ujianku selesai aku janji akan segera mengunjungimu. Ucap Justin dan memelukku. Iya pasti, semoga sukses dalam ujianmu nak. Banggakan kedua orang tuamu. Bisik Grandma tepat di telinga Justin, cucunya. Grandma melepas pelukan Justin tersebut untu sebentar. Oh ya Cham, kemarilah dan ikut peluk Grandma. Ucap Diane memanggilku agar aku ikut memeluknya b ersama Justin. Aku menghampiri mereka dan memeluk Grandma. Kalian berdua harus saling menjaga ya. Sekuat apa pun aku berusaha memisahkan kalian, namun sikapmu yang berhasil membuatku luluh Chammeron. Ucap Diane melepas pelukan kami bertiga dan menatapku sambil terus menggenggam kedua tanganku. Baiklah, pesawatku sudah akan berangkat. Aku harus pergi sekarang. Bye my lovely grandson, by Chammeron. Ucap Grandma sambil mencium kening kami satu-satu dan barulah Ia pergi meninggalkan kami berdua dan menuju petugas sambil memberikan passport dan tketnya. Ketika sosoknya sudah masuk ke ruangan yang berbeda dengan kami, Ia melambaikan tangannya kearah kami sambil terus berjalan dan tersenyum indah pada kami. Dari kaca besar bening ini kami terus mengamati kepergian Diane. Sampai akhirnya sosoknya menghilang barulah kami berdua meninggalkan bandara ini. Justin merangkul pinggulku saat kami berjalan keluar dari tempat umum ini. Kami segera menaiki mobil Justin yang terparkir tak jauh dari pintu keluar ini. Justin pun segera mengendarai mobilnya ini menuju keluar lokasi bandara. Aku tahu kau sanggup Camm. Ucap Justin tiba-tiba sambil terus menyetir mobilnya. Ini semua ku lakukan demi kita. Ucapku dan tersenyum menatap wajah Justin. Terima kasih. Jawab Justin da n tersenyum menatapku sesaat dan kembali focus dengan jalannya. Kita mau kemana Just? tanyaku pada Justin yang sedang menyetir sambil bersenandung kecil mengikuti alunan music yang di putar di dalam mobil ini. Ke villa ku ya? tanya Justin dan menatapku meminta persetujuan. Untuk apa? tanyaku pada Justin memperjelas. Belajar. Haha. Ucap Justin asal sambil tertawa di akhir. Aku tahu pasti kami tidak akan hanya sekedar belajar disana, ya itu pasti. Tak ku jawab lagi pernyataanya itu dan ikut focus pada jalanan dihadapan kami berdua ini. Setelah perjalanan yang cukup panjang, akhirnya kami sampai di hamparan pasir putih dekat villa milik Justin. Justin memarkirkan mobilnya tepat di depan villa mewahnya itu. Ini memang sudah sore hari ya tepatnya hampir sunset. Justin masih termenung di pantai ini sambil menatap kearah matahari itu. Ku langkahkan kaki ku untuk masuk ke dalam villanya, namun tanganku tiba-tiba ditarik oleh Justin. Mau kemana kau? Apa kau tidak mau menikmati sunset bersamaku? tanya Justin padaku. Tidak, sudah bosan. Ucapku asal yang mulai merasakan kelelahan. Ayolah, sekali ini lagi saja? mohon Justin padaku dengan muka puppy facenya. Tidak, aku lelah dan bosan. Ucapku dan mulai melangkahkan kaki lagi menuju villa Justin. Namun lagi -lagi Justin menarik tanganku, dan langsung mencium bibirku ketika wajahku sudah menghadap ke arahnya. Justin mulai memainkan lidahnya di dalam bibirku namun Ia tampak kesusahan karna

bibirku yang masih tertutup. Ya jujur saja aku memang tak meresponnya, aku membiarkannya bermain-man sendirian. Mungkin Justin mulai kesal tanpa berpikir panjang Ia menggigit kecil bibir bawahku dan reflek aku langsung membuka bibirku itu. Justin tampak tersenyum saat bibirku berhasil terbuka, Ia pun kembali bermain-main dengan bibir mungilku ini. Di telusurinya tiap inci dalam bibirku ini dengan lidahnya. Ku rasakan Ia mengajak bermain lidahku pula. Haha aku merasa kasian pada Justin yang sedari tadi tak ku beri tanggapan, Ia hanya bermain-main sendirian. Aku pun mulai mengikuti permainan Justin itu, ku ikut bermain-main dengan lidahnya. Cukup lama kami bermainmain bersama, ku hentikan kegiatan ini untuk menarik nafas. Justin sepertinya mengeri jika aku mulai kehabisan nafas, Ia pun juga menghentikannya dan tersenyum padaku. Ku balas senyumannya itu dengan senyuman yang lebih manis. We kiss in the sunset. Ucap Justin dan tersenyum kembali padaku. Haha, baiklah ayo sekarang masuk. Pantai sudah sepi dan hai sudah gelap. Ajakku pada Justin dan menggandeng tangannya. Tidak mau, aku masih ngin bermain-main denganmu. Ucap Justin dan tiba-tiba menggendongku menuju arah air pantai. Ketika kami sudah berada di air, Justin berusaha melepaskan tubuhku, namun aku terus memeganginya dan akhirnya kami pun terjatuh bersama. Kami pun tetawa riang dan mulai menghujani satu sama lain dengan air pantai ini. Kami cukup lama bermain di air pada malam hari ini. Saat kami berdua telah lelah, kami pun terduduk di pasir pantai dan saling menghangatkan. Tak sadar butiran berwarna putih menghujani kami berdua, yes snow its coming. Lama-kelamaan mereka datang semakin deras kepada kami. Justin salju turun. Ucapku memberi tahu Justin. Ya aku tahu, ayo lekas masuk villa. Ajak Justin dan menggandeng tanganku sambil berlari. Begitu sampai di dalam villa kami segera masuk ke dalam kamar Justin untuk membersihkan diri kami. Justin mandi terlebih dahulu dan setelah itu memakai baju hangatnya. Oh ya, mandilah, aku sudah menyiapkan air hangat untukmu. Oh ya, aku juga sudah menyiapkan pakaian untukmu sudah ada di kamar mandi semua. Ucap Justin mempersilahkanku. Terima kasih. Ucapku dan masuk ke dalam kamar mandi. Ketika aku keluar dari kamar mandi, sosok Justin sudah tidak ada d kamar. Ku sisir rambut basahku ini di depan meja rias milik Jutsin. Tampak dipantulan cermin diriku yang sedang memakai kemeja besar berwarna putih milik Justin dengan celana hotpant sepaha. Kemeja Justin ini sangan besar ditubuhku, bahkan panjangnya sampai menutupi hotpant yang ku kenakan ini. Setelah menyisir rambutku aku keluar kamar dan mencari sosok Justin. Ku tengok ke dapur, tak tampak ada sosok Justin nampun kompor menyala dengan teko diatasnya. Aku menuju ruang tamu, ya sosok Justin sedang ada di situ, tepatnya di depan perapian. Ia tampak menggigil kedinginan, ku dekati Justin lalu duduk disampingnya di depan perapian. Ia menoleh kearahku dan tersenyum padaku, bibirnya tampak bergetar saat senyuman itu muncul. Kau kedinginan? tanyaku pada Justin dan bersandar di bahunya sembari memeluk pinggulnya. Yy-a-a se-dii-ki-tt. Ucap Justin, suaranya tampak menggigil kedinginan. Oh ya, aku hampir lupa. Jika aku merebus air hangat tadi. Aku mau membuat hot chocolate. Sebentar ya. Ucap Justin dan ingin bangkit meninggalkanku. Kau disini saja, biar aku yang buatkan. Kau tampak sangat kedinginan. Ucapku dan menarik tangan Justin untuk kembali duduk di depan perapian ini, dan akupun pergi ke dapur untuk membuat hot chocolate untuk kita berdua. Tak lama setelah berkutik di dapur akhirnya aku menghampir Justin dengan membawa 2 buah gelas hot chocolate. Justin tampak masih menghangatkan dirinya dengan mengusap-usap kedua telapak tangannya di depan perapian. Ini, minumlah. Ucapku sambil memberikan gelas hot chocolate pada Justin. Terima kasih. Jawabnya sambil tersenyum dan meneguk hot ch ocolate yang ku beri tadi. Malam ini tidur bersamaku ya disini. Ucap Justin sambil menaruh kepalaku di bahunya. Aku mengangguk kecil dan tersenyum padanya. Apa kau kedinginan? tanya Justin padaku. Iya, lumayan. Jawabku dan mempererat rangkulanku di tubuh Justin. Baiklah sebaiknya kita segera ke kamar saja, diatas ada penghangat ruangan. Ajak Justin dan menggandengku untuk bangkit. Kami

pun segera menuju kamar Justin yang berada di lantai dua. Di kamar Justin langsung meraih remote penghangat ruangan dan menyalakannya di suhu tinggi. Aku duduk di kasur Justin dengan selimut yang menutupi kakiku dan tanganku masih menggengam segelas hot chocolate. Justin mengambil iPad nya dari meja belajarnya barulah mengahmpiriku, dan ikut menaiki kasur dan menjejeriku. Sudah lebih hangat? tanya Justin padaku sambil terus memainkan iPadnya. Its better. Ucapku sambil meletakkan gelas hot chocolate yang ku bawa di meja samping kasur. Kau tidak belajar? tanyaku sambil melirik layar iPad Justin yang sedang dipakai untuk bermain games Angry Bird. Tidak, masih ada besok. Jawabnya sambil tetap focus dengan permainannya. Hoam. Aku menguap kecil. Kau sudah mengantuk? tanya Justin dan meletakkan iPadnya di meja samping kasur. Ehem. Ucapku dan mulai menidrukan tubuhku di kasur empuk milik Justin ini. Yasudah tidurlah. Ucap Justin sambil menyelimuti tubuhku. Justinpun ikut tertidur disampingku. Kepalaku ku benamkan di dalam selmut dan Justin terus mengusap puncak kepalaku ini dengan cukup lembut agar aku dapat cepat terlelap dalam tidur tapi nyatanya cuaca dingin yang menusuk kulitku ini selalu saja mengangguku. Aku mendesah kecil dan mengelus-elus sendiri tanganku, agar tidak kedinginan lagi. Kenapa belum tidur? Kau masih kedinginan? tanya Justin yang menyadari a ku masih belum bisa tertidur. Iya, malam semakin dingin kurasa. Jawabku dan memunculkan kepalaku yang sedari tadi ku benamkan di dalam selimut. Baiklah, biar ku ambilkan baju hangat dulu. Ucap Justin sambil berjalan menuju lemarinya untuk mencarikanku baju hangat. Ini pakailah. Ucap Justin sambil mengulurkan baju hangat miliknya padaku. Aku pun langsung memakainya dan kembali tertidur lagi, Justin juga sudah ada disampingku lagi seperti tadi. Bagaimana kau masih kedinginan? tanya Justin padaku. Sudah mendingan, apa kau tidak kedinginan Justin? tanyaku balik pada Justin. Ya dingin, sangat dingin yang kurasa. Ucap Justin dan menatap wajahku dan tersenyum. Sudah, tidur saja, mungkin akan mendingan jika kita tidur. Ajak Justin padaku dan mulai meng elus rambutku lagi agar aku tertidur. Apa aku boleh memelukmu dengan erat Camm, agar menetralisir rasa dingin ini? tanya Justin meminta ijin padaku. Lakukan saja jika akan membuat keadaan lebih baik. Ujarku dan tersenyum memberikan perijinan pada Justin. Tanpa menyaut pun Justin langsung menaruh kepalaku di dada bidangnya dan memeluk erat tubuhku. Ya nyaman dan hangat yang kurasakan saat berada di dekapan Justin ini, di keheningan malam ini aku bahkan dapat mendengarkan detak jantung Justin yang sangat cepat tepat di telingaku. Ku balas pelukan Justin, aku ikut merangkulkan satu tanganku di punggungnya dan barulah aku ikut terlelap tidur bersama Justin. Author POV Selamat pagi terang. Suhu pagi ini di Virginia sepertinya tak menaik justru semakin menurun. Butiranbutiran salju terus saja menghujani Negara bagian ini sejak semalam. Kedua pasangan kekasih masih tampak terlelap di kasurnya, suhu dingin ini mungkin membuat keduanya bermalasan menjalankan aktifitas. Sang lelaki tampak mengerang kecil dan mencoba membuka matanya, di liriknya kekasihnya yang masih berada di dekapnnya itu dan mencium puncak kepala kekasihnya itu. Justin bangkit dari tempat tidurnya dan menuju jendela kamarnya, Ia ingin melihat keadaan di luar sana. Dan wala, tampak dari pemandangan di jendela kamar bahwa di luar sedang badai salju. Salju turun dengan derasnya. Dan well pasti tak memungkinkan untuk keluar rumah pada keadaan seperti ini. Justin kembali ke tempat tidurnya dan menutupi semua badannya hingga kepalanya pun ikut masuk di dalam selimut. Justin kembali mendekap tubuh Cammie dan menatap wajah kekasihnya itu yang masih tampak tenang terlelap dalam tidurnya. Cammie mendesah kecil, Justin masih menatap wajah Cammie namun mulai melepaskan pelukannya. Cammie tampak sedang mengucek matanya agar mau membuka. Cammie tersenyum ketika mendapati Justin sedang menatapnya. Pagi. Sapa Justin

dan tersenyum pada Cammie. Tidurlah lagi saja, diluar badai. Kita bangun nanti siang saat suhu mulai menurun. Ucap Justin pada kekasihnya dan mulai memejamkan matanya lagi. Jadi kita terjebak di villa mu ini? tanya Cammie sambil memeluk kekasihnya yang kembali terlelap lagi itu. Iya. Ucap Justin singkat dengan mata yang masih terpejam. Cammie mendesah pelan dan akhirnya ikut memejamkan matanya lagi. BeepBeep.Beep Jam digital di kamar Justin berbunyi. Itu menandakan bahwa sekarang telah tengah hari. Justin mengerang dan menyibakkan selimut yang sedang dipakainya. Cammie yang sedari tadi berlindung di selimut itu pun akhirnya ikut terbangun karna merasakan dingin di kakinya. Ayo bangun pemalas. Mandi dan sarapan ini sudah siang. Haha. Ejek Justin pada Cammie yang tampak sedang cemberut dan mengambil selimut yang dibuang Justin tadi. Kau mandi dulu saja. Kakiku terasa membeku. Ucap Cammie sambil menyelimuti kaki mungilnya itu. Dasar pemalas. Yasudah aku mandi dulu. Ucap Justin sambil mencubit kecil hidung kekasihnya itu dan barulah Ia pergi ke kamar mandi. Cammie kembali terlelap saat sosok Justin meninggalkannya untuk mandi. Justin telah keluar dari dalam kamar mandi dengan celana panjang dan baju hangat yang membalut tubuh kekarnya. Ia melihat Cammie yang kembali terlelap lalu tertawa kecil. Hei bangun shawty. Ucap Justin yang telah ada di samping Cammie sambil menggengam tangan Cammie. Cammie pun terduduk menghadap Justin yang masih menggenggam tangannya sambil tersenyum indah. Lekaslah mandi, setelah itu makan dan ayo kita belajar. Besok kita ujian bukan? ucap Justin mengingatkan kekasihnya itu. Cammie hanya tersenyum dan segera bangkit menuju kamar mandi. Justin segera turun dar kamarnya dan menuju dapur, Ia membuat coffe panas dan memakan roti dengan selai kacang. Tak lama Cammie turun dari lantai atas dan menghampiri Justin yang sedang menyantap roti berlapis selai kacang itu. Cammie duduk di sebelah Justin dan meneguk gelas coffe milik Justin. Makanlah seadanya. Tawar Justin pada Cammie agar segera mengganjal perutnya dengan beberapa lapis roti di depannya itu. Cammie tak menjawab Ia langsung mengoleskan selai kacang di rotinya dan memakannya. Jika kau masih lapar, ada chocolate di kulkas untuk mengganjal laparmu dahulu. Ucap Justin pada Cammie yang sedang meneguk coffe hangat milik Justin itu. Aku ke ruang tamu sebentar mau menyalakan perapian. Ucap Justin dan meninggalkan Ca mmie yang masih makan dan minum itu. Setelah selesai sarapan sekaligus makan siang Cammie kembali ke kamar Justin diruang atas untuk mengambil beberapa buku dan iPad milik Justin, barulah Ia menyusul kekasihnya di ruang tamu. Di ruang tamu tampak Justin sedang menghangatkan tubuhnya di depan perapian sambil menghisap rokok. Cammie menatap Justin sebentar barulah Ia duduk di sofa dan membaca sebuah buku tebal. Maaf aku merokok. Hanya untuk penghangat saja aku janji. Ucap Justin sambil mematikan rokoknya diatas asbak metal di meja. Cammie tak menjawab hanya tersenyum dan melihat Justin sebentar barulah Ia melanjutkan membaca buku tebal dihadapannya itu. Justinpun mengambil buku tebal yang ada diatas meja, yang tadi dibawa Cammie. Justin mulai membukanya dan membacanya secara serius. Setelah bab yang dipelajari selesai Justin meletakkan buku tebal itu dan menggantinya dengan iPad miliknya. Justin membuka web milik Gallagher Academy dan membaca beberapa materi. Tak terasa kedua pasangan itu telah cukup lama dengan kesibukan masing-masing. Justin sudah mulai merasakan lelah, bosan dan kantuk mulai menyerangnya. Ia pun meluruskan kakinya di sofa dan mencoba untuk istirahat sebentar. Cammie hanya melirik Justin sebentar yang mulai tampak memejamkan matanya dan melanjutkan membaca buku tebal yang sedari tadi dipegangnya. Tak terasa Cammie yang sedari tadi membaca buku tebal itu mulai menyenderkan kepalanya diatas meja di hadapannya dan terlelap disitu dalam posisi terduduk dan kepalanya disenderkan di meja. Hari semakin larut sekarang, kedua pasangan itu belum ada yang terbangun juga. Sampai pada akhirnya ponsel disaku Justin yang bergetar dan berhasil

membangunkan tidur sore Justin. Justin mengucek-ngucek matanya mengeluarkan ponsel yang ada di sakunya. Sudah jam 9 malam, tampak di layar ponsel Justin itu. Ada sebuah pesan ternyata dari Grandma Justin ----------------------------------------------------From : Grandma Apakah di Virginia sudah turun salju? Di Atlanta, salju baru saja turun. Jangan lupa pakai baju hangatmu. Jaga kesehatan. ---------------------------------------------------Ucap Grandma melalui pesan singkat itu. Justin melihat kekasihnya yang sedang tertidur dengan posisi kepala disangga oleh meja. Ia meletakkan poselnya diatas meja dan menengok keluar jendela untuk memastikan suasana diluar. Salju masih turun tampak deras namun tidak sederas tadi pagi. Justin kembali ke sofa dan mencoba membangunkan kekasihnya itu. Hei shawty. Ayo pindah ke kamar saja. Gugah Justin pada kekasihnya sambil menggoyangkan bahu kekasihnya pelan. Cammie mengerang dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Kita mnginap di sini lagi saja, dluar salju masih turun dengan deras. Pagi-pagi baru kita berangkat dari sini. Ucap Justin menjelaskan pada kekasihnya dan tersenyum. Baiklah. Terserah. Ucap Cammie sambil menggaruk rambutnya dan tersenyum pada Justin. Kau lapar atau mau langsung tidur saja dikamar? tanya Justin sambil bangkit dari sofa dan membereskan buku-buku dimeja. Aku mau minum susu hangat saja baru tidur. Ucap Cammie sambil berjalan ke dapur sendirian dan meninggalkan Justin yang sedang sibuk dengan ponselnya. Justin sedang membalas pesan dari Grandmanya. ---------------------------------------------------To : Grandma Salju sudah turun sejak kemarin malam Grandma. Ya aku sudah memakai baju hangat, terima kasih telah mengingatkan. Doakan aku untuk ujan besok. God Bless Us :) -----------------------------------------------Balas Justin pada Grandma nya. Setelah selesai berurusan dengan ponselnya, Ia segera mengantongi smartphone pipih itu dan segera menyusul kekashnya di dapur yang sedang menikmati susu hangat. Kau mau? tawar Cammie sambil terus meniupi susu hangat di genggaman tangannya. Kau saja. Ucap Justin tersenyum dan duduk di hadapan kekasihnya. Cammie tampak meneguk susu hangat itu dan menyisakan beberapa bagian di dalamnya. Itu minumlah. Ucap Cammie sambil meletakkan susu hangat itu di meja dan mempersilahkan Justin meminumnya. Terima kasih. Ucap Justin sambil mengambil gelas itu dan meminumnya hingga habis. Ayo ke atas. Ajak Justin sambil menggandeng Cammie menuju kamarnya di lantai atas. Cammiepun menurut pada gandengan tangan Justin. Di kamar kedua pasangan itu langsung saling mendekap di bawah selimut dan tertidur, mereka segera tidur karna mereka tahu harus beraktifiitas di pagi-pagi dan mengikuti ujian disekolah. Author POV Tampak ribuan anak menuju ke aula tengah untuk melaksanakan ujian. Ujian memang sudah biasa dilaksanakan di aula tengah ini. Seperti biasa sebelum bel tanda masuk ruangan ujian, pintu besar aula tengah ini masih terkunci dengan rapat. Di depan aula tengah ribuan anak sedang berkumpul disitu menunggu bel tanda masuk sambil belajar. Tampak beberapa anak lelaki berseragam berbeda

juga sedang tampak bergurau ria di tangga depan aula tengah. Ya mereka adalah anak-anak Blackthorne Academy. Tampak pula 3 orang gadis dan seorang lelaki berseragam kotak-kotak merah hitam juga sedang berkumpul menjadi satu bersama dengan para anak Blackthorne. Ya dapat disebutkan satu persatu, gadis yang sedang memegang buku sambil bersandar di bahu lelaki bermata hazel itu Ia lah Cammie dan kekasihnya Justin. Dan sepasang lagi yang sedang memakan keripik kentang dengan anak Blackthorne mereka adalah Niall dan Bex. Dan sisanya adalah Liz, Harry, Liam, Zayn dan Louis. Ketiga anak Blackthorne itu tampaknya sedang bergurau dan menggoda Liz. Liz yang sedari tadi dikerjai dan digoda hanya tertawa riang, ya memang sudah bawaan Liz yang selalu tampak riang seperti itu. Oh ya hampir saja aku melupakan Zayn, Ia sedang membaca buku tebal di ujung dan sambil tertawa kecil melihat tingkah teman-temannya yang sedang mengerjai Liz itu. Krinnnnnnggggg Bel sudah berbunyi sangat kencang ke segala arah. Dan seketika pintu besar aula tengah yang megah itu pun membuka. Dengan cekatan beberapa ,murid berlari ke dalam dan mencari tempat duduk mereka masing-masing. Ya tiap bangku ujian di ruangan ini memang sudah bernama dan bernomor peserta. Semua murid sudah berhamburan masuk dan menempati tempatnya masingmasing. Hanya Zayn yang tersisa di luar ruangan itu. Ia berjalan memasuki ruangan ini dengan santainya, matanya menyelusuri tiap ruangan. Tertangkap oleh matanya banyak sekali kamera cctv di ruangan ini, kursi-kursi makan yang biasa untuk sarapan pagi pun hilang entah kemana dan tergantikan oleh kursi-kursi ujian. Ada beberapa guru dan staff di ujung tiap ruangan, dan tentunya Mrs. Rachel Morgan sudah siap ada diatas mimbar d depan ruangan. Ia tampak tersenyum hangat dan menatap murid-muridnya yang sedang terduduk itu. Ketika Zayn sudah ada di dalam ruangan seketika pintu besar aula tengah pun tertutup dengan rapat lagi. Zayn tampak sedang berjalan mencar tempat duduknya yang tampak berada di tengah-tengah murid lainnya. Saat Ia sedang berjalan menuju tempatnya Ia melihat sosok Cammie yang sudah terduduk dengan beberapa alat tulis di mejanya sambil terus memamerkan senyuman indahnya kepada tiap orang di sekitarnya. Cammie juga sempat menatap Zayn dan tersenyum padanya. Zayn membalas senyuman itu sembari berkata God Bless You. Dengan terus berjalan menuju tempatnya. Setelah semua murid telah terduduk di tempatnya, Rachel Morgan membuka ujian ini dan membacakan beberapa peraturan dalam ujian. Setelah peraturan selesai dibacakan Rachel Morgan memimpin doa untuk kelancaran ujian ini dan mempersilahkan para muridnya untuk mengerjakan soal yang telah disiapkan di meja masing-masing siswa. Selamat pagi. Selamat mengerjakan. Ucap Rachel Morgan mengakhiri, turun dari mimbarnya terduduk di depan jam besar di aula tengah sambil mengawasi tiap siswanya ketika mengerjakan soal. Suasana ujian ini sangat tenang dan tegang. Beberapa siswa sudah mulai mengisi lembar jawab computer itu dengan membulati jawaban yang paling tepat. Ujian ini diberi waktu 180 menit, dan jika siswa yang telah menyelesaikan pekerjaanya dapat meninggalkan ruangan dan membiarkan lembar jawabnya tetap berada di mejanya dalam posisi tertutup. Menit demi menit berlalu, tampak beberapa siswa sudah ada yang meninggalkan aula tengah ini. 120 menit telah berlalu tampak seorang pemuda bermata Hazel mulai bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu keluar. Tampak senyuman yang indah mengembang dari bibirnya, menandakan bahwa Ia sukses dalam mengerjakan soal-soal yang diujikan. Teng. Teng . Teng .. Jam besar di aula tengah telah berdentang sebanyak 3 kali, itu tandanya waktu ujian telah berakhir. Rachel Morgan tampak menaiki mimbarnya lagi dan tampak pula beberapa siswa yang mulai

membereskan peralatannya dan meninggalkan ruangan aula tengah ini. Selamat siang. Semoga hasilnya memuaskan. Dan kalian boleh meninggalkan ruangan aula tengah ini. Ucap Rachel Morgan mempersilahkan. Seketika pintu keluarpun sesak dengan beberapa murid, Zayn yang malas dengan keramaian den sesak Ia tampak keluar akhir. Mata Zayn melihat sekeliling, adakah yang sama dengannya yang malas berdesakan dan memilih untuk menetap hingga pintu terlihat longgar. And catch it, Cammie sedang berada di ujung ruangan sambil memakai headset ditelinganya dan smartphone pipih di genggaman tangannya. Cammie. Pekik Zayn hampir berteriak memangil Cammie dari jarak yang cukup jauh. Namun panggilan Zayn tak terdengar sama sekali, selain ruangan yang sangat berisik ditambah lagi telinga Cammie yang disumbat dengan benda kecil yang menghasilkan suara. Akhirnya Zayn pun berlari kecil dan menghampiri Cammie. Hei Camm. Sapa Zayn dengan suara lumayan keras di depan Cammie. Oh, hei maaf. Jawab Cammie sambil mencopot headset di telinganya dan mematikan lagu yang berputar di ponsel pipihnya. Kau tidak keluar? tanya Zayn pada Cammie. Mmmmh tidak, lihatlah pintu keluar sangat sesak, aku malas. Haha. Jelas Cammie sambil menunjuk pintu keluar yang masih tampak sangat ramai. Haha, sama aku juga malas jika harus berdesakan. Ucap Zayn dan tersenyum pada Cammie. Kedua teman itu pun menunggu suasana menjadi sepi sambil berbincang-bincang kecil. Sepertinya kita cukup lama bergurau. Lihatlah ruangan telah sepi. Ucap Zayn sambil menunjuk pintu keluar dan tertawa kecil. Haha. Iya, yasudah ayo keluar. Panitia ujian juga sedang tampak membereskan kertas-kertas ujian jangan sampai kita mengganggu. Haha. Ucap Cammie sambil menarik tangan Zayn keluar sambil terus tertawa dan bersenda gurau bersama. Di depan pintu aula tengah ternyata sosok Justin masih menunggu keluarnya Cammie. Justin melihat raut wajah Cammie yang tampak bahagia saat bergurau bersama Zayn. Oh hei. Sapa Cammie canggung dan berhenti tertawa saat melihat sosok Justin yang ada di depan pintu tengah menunggu. Oh seper tinya tak ada gunanya aku menunggumu sedari tadi, maaf mengganggu kesenangan kalian. Ucap Justin dan berbalik badan meninggalkan Cammie dan Zayn. Justin berjalan dengan langkah cepat. Oh maafkan aku Zayn soal ini. Aku harus mengejar Justin sepertinya. Pamit Cammie pada Zayn sambil tersenyum canggung. Iya, maafkan aku yang telah membuat Justin marah dan cemburu. Ucap Zayn merasa bersalah. Ini bukan salahmu, mungkin Justin saja yang sedikit sensitive. Baiklah Zayn aku harus pergi. Bye. Pamit Cammie dan berlari kecil mengejar Justin. Dengan berlari kecil sosok Justin sudah ada di samping Cammie, Justin melirik Cammie dan mempercepat jalannya. Cammie pun menyeimbangi jalannya Justin lagi. Kau cemburu? tanya Cammie sambil terus berlari kecil mengimbangi langkah besar Justin. Tidak. Jawab Justin singkat sambil terus berjalan. Iya kau cemburu. Ucap Cammie sambil terkikik kecil dan terus menyamai langkah Justin. Justin tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menatap Cammie dengan tatapan tajam. Apa? tanya Cammie yang binggung dengan tatapan Justin itu. Aku tidak cemburu, aku hanya tidak suka kau bisa bercanda lepas selain dengan aku. Jelas Justin tiba-tiba dengan mendengus kesal. Itu sama saja kau cemburu. Haha. Ucap Cammie dan tertawa. Terserah kau saja. Ucap Justin dan membalikkan badannya mengganti arah tujuan. Cammie tidak mengikuti Justin, Ia hanya tertawa saat melihat ekspresi Justin tadi. Justin terus melangkah, Ia menyadari bahwa Cammie tidak mengikutinya lagi. Justin berhenti berbalik melihat Cammie yang masih berdiri ditempat semula sambil tertawa menatap dirinya. Kau tidak mengejarku lagi? tanya Justin sambil melipat tangannya didepan dada. Tidak. Haha. Pergilah. Teriak Cammie dengan nada penuh tawa mengejek. Justin tidak menjawab dan langsung melenggang pergi meninggalkan Cammie dengan penuh kejengkelan. Justin berjalan kearah parkiran mobil, ternyata Cammie sudah mengikut Justin kali ini. Ketika Justin mulai menaiki mobilnya, Cammie juga mulai ikut menaiki mobil Justin. Mau apa kau dimobilku? Hah? tanya Justin sewot. Mau pergi. Jawab Cammie asal sambil menahan tawa. Pergi saja sendiri. Aku akan tetap disini kalau begitu. Ucap

Justin nadanya masih tampak kesal. Baiklah aku juga akan tetap disini. Ucap Cammie dan melipat tangannya di depan dada sambil bersender di jok mobil. Justin melirik sinis Cammie yang malah mengikuti dirinya. Turun dari mobilku. Usir Justin pada Cammie dengan nada sedikit tinggi. Kau mengusirku? tanya Cammie meyakinkan pernyataan Justin barusan. Tidak, a ku hanya memintamu turun dari mobilku. Ucap Justin dengan santainya sambil memainkan stang mobil didepannya. Tidak mau. Ucap Cammie tak mau pergi dari mobil Justin. Baiklah kalau begitu, aku yang keluar. Ucap Justin sambil membuka pintu mobilnya dan keluar. Justin terduduk diatas kap mobilnya sambil memainkan ponsel pipihnya, tiba-tiba Cammie keluar dan ikut duduk disampingnya sambil menyenderkan kepalanya di bahu Justin. Kau marah sungguhan padaku? tanya Cammie pada Justin yang sedang sibuk dengan ponselnya. Hmmmmmmmmmmm. Jawab Justin tak megalihkan pandangan dari ponselnya. Maafkan aku. Aku hanya bercanda tadi. Ucap Cammie menjelaskan pada Justin. Hmmmm. Lagi-lagi Justin hanya menjawab seperti itu. Kau menyebalkan. Ucap Cammie sambil merebut ponsel Justin. Justin menatap wajah Cammie masih dengan tatapan sinis. Kau lebih menyebalkan, kembalikan ponselku. Ucap Justin meminta ponselnya. Tidak mau. Ucap Cammie sambil melihat layar ponsel pipih milik Justin itu, ternyata Justin sedang membuka web untuk mencari tiket pesawat terbang. Kau mau kemana? tanya Cammie dengan nada kagetnya. Bukan urusanmu. Ucap Justin acuh dan memalingkan pandangannya. Kau akan meninggalkanku? Hah? tanya Cammie dengan nada yang sangat tinggi. Namun tetap saja Justin tak memberikan jawaban dan menghasilkan kesunyian diantara mereka. Ayo. Masuk kedalam mobilku. Ajak Justin sambil menggandeng tangan Cammie. Cammie menatap tangannya yang di gandeng Justin lalu menatap wajah Justin. Justin sudah mulai memberikan senyuman padanya. Cammie tak membalasnya, melepaskan pegangan tangan Justin dan masuk ke dalam mobil dengan sedikit kasar. Justin hanya tersenyum miring melihat tingkah Cammie dan mulai ikut memasuki mobilnya dan mengendarainya. Justin membawa mobilnya cukup jauh, Ia bahkan melewati perbatasan kota pula. Suasana dalam mobil masih tampak hening. Salah satu diantara mereka tak ada yang berinisiatif membuka pembicaraan. Tiba-tiba Justin menghentikan laju mobilnya, Ia berhenti tepat di depan jurang yang bawahnya adalah lautan. Angin berhembus sangat kencang ditempat ini, ditambah lagi ini adalah musim dingin. Justin membuka pintu miliknya dan melangkahkan kakinya mendekati jurang yang berpagar besi sebagai pembatasnya. Cammie ikut keluar dari mobil, namun Ia hanya duduk diatas kap mobil sambil menatap tingkah Justin dari belakang. Justin tampak merentangkan kedua tangannya dam menikmati hembusan angin yang menerpa tubuh kekarnya. Apa maumu membawaku sejauh ini? tanya Cammie mulai angkat bicara. Kau akan tahu sendiri. Diamlah. Ucap Justin tak menatap Cammie, terus menghadap ke jurang sambil menghembuskan nafasnya dalam. Justin mulai memejamkan matanya, menikmati suasana yang ada. Keheningan, ketenangan dan ketentraman. Ya itu semua yang dapat dirasakan ditempat ini. Ya tempat ini sudah berhasil membuat pikiran Justin sedikit lebih tenang dari sebelumnya. Justin mulai membuka matanya, menatap lautan dihadapannya lalu berbalik dan menatap Cammie dari kejauhan. Justin memancarkan senyumannya pada Cammie. Maafkan aku. Ucap Justin pada Cammie. Cammie tak mejawabnya hanya terus menatap ketenangan yang muncul pada wajah Justin. Kemarilah. Ucap Justin sambil memberi kode agar Cammie mau mendekat padanya. Dengan sedikit malas Cammie bangkit dari duduknya dan menghampiri Justin. Justin menyambut Cammie dengan senyuman yang sangat hangat beda dari sebelumnya. Lihatlah pemandangan di hadapanmu. Ucap Justin tersenyum dan menggandeng tangan Cammie. Rentangkan kedua tanganmu. Perintah Justin pada Cammie. Cammie menoleh pada Justin, Justin mengangguk kecil dan tersenyum pada Cammie meyakinkan. Cammie pun merentangkan kedua tangannya. Pejamkan kedua matamu. Perintah Justin lagi pada Cammie. Cammie menoleh lagi pada Justin. Ikutilah perintahku. Aku akan selalu dibelakangmu. Tenanglah.

Ucap Justin dan melingkarkan tangannya ditubuh Cammie. Cammie pun mulai memejamkan kedua matanya dengan perlahan. Sekarang tarik nafas yang panjang dan keluarkan. Lakukan berulang kali. Ucap Justin dan mulai hening. Hanya terdengar deburan om bak dan hembusan nafas Cammie. Sekarang apa yang kau rasakan setelah melakukannya? tanya Justin tepat dibelakang telinga Cammie. Tentram. Jawab Cammie singkat masih memejamkan kedua matanya. Kau sudah tau apa tujuanku mengajakmu kemari? tanya Justin lagi pada Cammie. Tentu saja. Maafkan aku. Aku mencintaimu. Ucap Cammie dan berbalik untuk mendekap tubuh Justin. Aku hanya tidak ingin kehilanganmu Just, aku tidak mau kau meninggalkanku. Ucap Cammie didekapan Justin. Itu juga yang kurasakan saat kau bersama Zayn. Aku takut Zayn berusaha merebutmu lagi, hanya itu. Maaf. Ucap Justin dan mempererat pelukannya. Maafkan aku. Aku terlalu bersikap kekanak -kanakan tadi. Ucap Cammie dan melepaskan pelukannya dan menatap lautan luas. Maafkan aku, terlalu pencemburu. Ucap Justin sambil menggandeng tangan Cammie dan ikut menikmati pemandangan dihadapannya. Kedua pasangan itupun menikmati keindahan ciptaan Tuhan bersamaan. Tiba-tiba ponsel milik Justin berdering, suara panggilan masuk. Ya Zayn? Ada apa? tanya Justin pada sosok disebrang telpon yang tak salah lagi adalah Zayn. Maaf jika mengganggu. Tapi aku hanya ingin memberitahu kan jika hasil ujian sudah keluar dan hasilnya sudah ditempel didepan aula tengah. Dan well disini ramai sekali, kau tau lah ribuan anak sedang berusaha melihat hasilnya. Jelas Zayn panjang lebar disambungan telpon ini. Baiklah terima kasih Zayn informasinya. Aku segera datang. Ucap Justin pada Zayn. Oke bro, anytime. Ucap Zayn dan mematikan sambungan telpon itu. Ayo kembali ke sekolah, hasil ujian sudah keluar. Ajak Justin pada Cammie yang sedari tadi memandang lurus ke depan lautan. Cammie tersenyum menatap Justin dan mulai melangkahkan kakinya berjalan menuju mobil. Pakai sabuk pengamanmu. Kita akan berjalan cepat kali ini. Ucap Justin saat sudah berada di dalam mobil. Cammie pun menurutinya dan dengan cepat Justin mengendarai mobilnya itu. Perjalanan pulang ini lebih cepat daripada saat berangkatnya. Justin hanya tidak mau sampai terlalu larut. Dalam waktu 40 menit mobil sport ini telah sampai dihalaman parkir Gallagher Academy. Kedua pasangan itu langsung segera menuju halaman luas di depan aula tengah. Dan falaaa halaman masih ramai ribuan murid yang berduselan mencoba melihat hasil ujiannya. Dari kejauhan Louis dan Zayn melambaikan kedua tanganya kearah Justin dan Cammie. Mereka berdua pun menghampiri kedua siswa Blackthorne Academy tersebut. Hei bro. kau sudah melihat hasil ujianmu? tanya Justin pada Zayn dan Louis. Haha. Kau tahu bukan jika aku malas mengantri, aku lebih baik nanti terakhir daripada harus berhimpit-himpitan seperti itu. Jelas Zayn dengan tertawa renyah. Dan kau Louis? tanya Justin pada Louis. Ya, aku hanya menemani si pemalas yang satu ini. Biasalah. Haha. Ucap Louis mengejek Zayn dan memukul lengan kekar Zayn pelan. Zany pun membalasnya dan kedua siswa itu pun bercanda pukul-pukulan. Kau mau melihat hasilnya sekarang atau nanti? tanya Justin pada Cammie. Nanti saja, aku juga malas mengantri. Ucap Cammie sambil tersenyum pada Justin dan duduk disebelah Zayn. Oh ya ponselku ketinggalan diatas dashboard mobil. Kuambil sebentar. Ucap Justin berpamitan. Apa perlu kutemani? tanya Cammie pada kekasihnya itu. Tidak usah. Kau tunggu disini saja. Ucap Justin tersenyum meyakinkan dan berlari kecil meninggalkan halaman luas ini. Cammie pun mengobrol dan bercerita sedikit tentang permasalahannya dengan Justin tadi pada Zayn. Ya karna Zayn yang memintanya bercerita. Louis sedang asik melahap kripik kentang milik Niall. Hei hei hei. Cheers. Ucap Liz tiba-tiba yang sedang membawa kamera DSLR di genggamannya. Zayn dan Cammie pun otomatis menebarkan senyuman di hadapan kamera yang dibawa Liz tersebut. Great. Kalian tampak cocok, ya kau memang lebih cocok dengan Zayn. Ucap Liz sambil melihat hasil jepretannya. Ya Liz itu memang sedikit bersifat kekanakan dan bahkan kadang apa yang diucapkan itu secara reflek terlontar dengan jujurnya tanpa memikirkan perasaan orang yang diajak berbicara, ya Liz memang polos lebih tepatnya. Zayn dan Cammie yang kaget

dengan kata-kata Liz tadi bersamaan menatap Liz dengan tatapan tajam. Apa aku salah? tanya Liz dengan tampang tanpa dosanya. Zayn dan Cammie tak menjawab malah saling melihat satu sama lain dengan sedikit kikuk. Shot bunyi blitz dari kamera Liz dengan sedikit cahaya terdengar. Kalian romantis sekali. Hihi. Ucap Liz dan berjalan menjejeri Louis. Hei aku minta keripik kentangnya ya? ucap Liz pada Louis. Ambil lah. Tinggal sedikit habiskan saja Ucap Louis sambil memberikan bungkus kerpiki kentang itu pada Liz. Liz pun memakan keripik kentang itu. Tiba-tiba Niall datang bersama Bex. Hei! Keripik kentangku! ucap Niall sambil merebut bungkusan itu dari tangan Liz. Kau menghabiskannya? Kau jahat! Itu keripik kentangku! ucap Niall sedikit membentak pada Li z. Aku mendapatkannya dari Louis tadi dan saat aku memakannya pun sudah tinggal sedikit. Ucap Liz dengan tampang tak bersalah dan berkata jujur. Louis! Aku menitipkannya malah kau habiskan! Kau menyebalkan. Ucap Niall dan memukul-mukul tubuh Louis dengan perasaan sedikit sebal. Sudah, sakit bodoh. Nanti ku ganti. Ucap Louis sambil menghindar dari pukulan-pukulan Niall. Tidak mau. Aku marah padamu! ucap Niall menjauh dari Louis dan mendekati Zayn dan Cammie. Maklumi saja, dia memang sedikit kekanak-kanakan bukan? Haha. Ucap Bex pada Louis. Ya aku sudah terbiasa dengan sikapnya itu. Ucap Louis sambil mengelus-ngelus tubuhny yang baru saja dipukuli Niall. Tak lama Justin datang dengan menggengam ponsel pipihnya dan duduk menjejeri Cammie. Lamakelamaan suasana semakin sepi. Ayo kita lihat hasilnya, sudah mulai sepi. Ajak Justin pada yang belum melihat hasil ujiannya. Zayn, Louis dan Cammepun bangkit dan mulai melangkahkan kaki menuju papan besar di depan aula tengah. Disaat keempat orang itu pergi Harry dan Liam datang bergabung dengan anak yang lainnya. Keempat itupun mencari namanya di deretan table-tabel nilai itu. Justin! Nilai ujianku lulus semua. Ucap Cammie dengan sedikit senang. Justin hanya tersenyum dan kembali focus mencari namanya. Camm! Lihatlah! Apakah ini benar namaku? tanya Justin dengan suara senang dan tak percaya. Justin Drew Bieber. Ya itu benar namamu dan kau peraih nilai tertinggi! Selamat Justin. Ucap Cammie ikut bangga pada kekasihnya. Aaaaa, aku tidak percaya ini. Ucap Justin memeluk Cammie erat dan menggendong dan memutar-mutarkannya. Haha, turunkan aku. Pusing. Ucap Cammie dengan sedikit meronta. Justin pun menurunkan Cammie. Sudah menemukan namamu Zayn? tanya Cammie pada Zayn. Ya. Aku urutan terakhir diantara siswa Blackthorne yang lain. Ucap Zayn dengan senyuman miring. Jangan sedih. Tetap semangat. Ucap Cammie menyemangati Zayn. Tapi semua mata pelajaranmu lulus semua bukan? tanya Cammie lagi pada Zayn. Iya, tentu saja. Ucap Zayn dan mulai memunculkan s enyuman indahnya. Ayo kembali ke anak-anak lain. Ajak Louis pada ketiga temannya itu. Semuanya pun kembali ketempat berkumpul tadi lagi. Selamat ya bro. kau peringkat pertama. Ucap Harry sambil menjabat tangan Justin dan bertos ala lelaki. Selamat Justin. Selamat bro. Congratulation bro. ucap beberapa anak menyelamati Justin. Terima kasih semua. Ucap Justin dan tersenyum ramah. Oh ya, besok sudah upacara perpisahan berarti besok sore kita sudah harus kembali ke Blackthorne Academy. Jelas Harry sang ketua grup dari anak-anak Blackthorne. Secepat itukah? tanya Liam tidak percaya. Ya, aku diberitahu Mr. Solomo. Jawab Harry ,menjelaskan lagi. Sebagai perpisahan bagaimana jika kita mengadakan pesta di villaku? Karna mendadak hanya sederhana tapi atau jika kalian mau bagaimana jika kita ke bar saja? tawar Justin pada teman -temannya. Aku mau ke bar saja. Ucap Louis dengan penuh semangat. Sebaiknya ke bar saja. Agar tidak merepotkanmu. Ucap Zayn dengan sedikit bijaksana. Ya sebaiknya ke bar saja, jika pulangnya terlalu larut baru kita bersinggah di villa Justin saja. Ucap Harry memberi solusi. Ya aku setuju dengan ide Harry. Ucap Liam antusias. Baiklah jika seperti itu. Ayo sebaiknya kita menyiapkan diri dulu. Ajak Justin. Semuanya pun berpisah dan menyiapkan diri masing-masing. Para gadis kembali ke dormnya dan para lelaki pun juga kembali ke dormnya.

HABIS BACA WAJIB LIKE NGGAK LIKE BISULAN :p Peliss jangan jadi silent readers :( Hati-hati dengan part ini, jangan sampai kejebak :p Santai ini no omes kok :p Sorry for typos and not good enough story. Happy Reading! Bekictoooottt~~~~ ----------------------------------------------------------------------------------Cammie POV Setelah aku membasuh tubuhku dengan bersih. Bex membantu memulas sedikit wajahku ini, sedangkan Liz membantu memilihkan dress. Ya mereka memang sudah lebih dahulu merias tubuh mereka masing-masing tadi. Kau pakai ini saja bagaimana? tanya Liz sambil meng angkat dress berwarna biru gelap berlengan panjang namun hanya selutut itu. Terserah pilhanmu saja. Ucapku tersenyum dan melihat Liz dari pantulan kaca. Kemudian Liz menaruh dress itu di dekat meja rias ini. Have done. Sekarang pakai dressmu. Ucap Bex tersenyum padaku dan memberikan dress berwarna biru gelap itu kepadaku. Aku tersenyum dan lekas mengganti pakaianku dengan dress yang sudah dipilihkan Liz itu. Oh ya sebaiknya kau memakai dark blue higheels milikku agar lebih senada warnanya. Tawar Bex dan berlari mencari kardus berisi sepatu yang dicarinya. Ini pakailah. Ucap Bex sambil mengeluarkan sepatu dari dalam kardusnya. Aku pun langsung memakainya. Well, you look so beautiful Camm. Puji Liz sambil mengambil kamera DSLRnya dan memfoto Cammie Shot. Shot kamera Liz berbunyi dan mengeluarkan blitz beberapa kali. Tiba -tiba ponsel milikku berbunyi suara panggilan. Ku lihat layar ponsel pipihku panggilan dari Justin. Ku tekan tombol hijau untuk mengangkatnya. Hello? ucapku memulai pembicaraan. Hei Ladies, come on. Kami sudah menunggu kalian semua di parkiran. Jangan berlama-lama. Haha. Ucap Justin sambil cekikikan. Haha, baiklah baiklah kami segera kesana. Jawabku dengan riang dan segera mengakhiri panggilan itu. Come on girls, mereka telah menunggu di parkiran. Ajakku pada teman-teman sekamarku ini. Kami bertiga pun segera menuju parkiran. Di parkiran tampak para lelaki sedang bercanda dan bercakap-cakap ria. Mereka tampak tampan sekali petang ini. Mereka juga tampak semakin dekat dan kompak. Justin tampak melihat kearahku, tatapan matanya sangat berbeda, Ia seperti takjub dan sangat senang. Ia menghampiriku dan merangkul pinggulku. Kau tampak sangat sangat sangatlah cantik. Bisik Justin tepat di belakang telingaku. Aku hanya terkikik kecil dan tetap berjalan menghampiri anak-anak Blackthorne yang lain. Sebaiknya kita segera berangkat guys. Ajak Harry kepada semuanya. Baiklah, ayo jika ada yang mau berangkat bersama mobilku. Tawar Justin dan menaiki mobilnya. Rupanya Niall dan Bex lah yang ikut bersama kami berdua. Kami ikut mobilmu ya Just. Ucap Niall meminta ijin. Lalu mobilmu? tanya Justin pada Niall. Biar nanti anak lain yang memakainya. Ucap Niall sambil tersenyum manis. Justin pun langsung mengemudikan mobilnya menuju bar di pinggir pantai. Justin memarkirkan mobil sportnya itu di pinggir jalan. Ternyata di belakang mobil kami anak-lanak lain juga melakukan hal yang sama. Begitu turun dari mobil Justin langsung menggandengku masuk ke dalam bar ini. Seperti yang lalu, begitu masuk suara gedebum music yang keras memasuki gendang telinga kami. Banyak pula orang yang sedang menari ria di lantai dansa. Justin terus menggandeng tanganku ketika melalui lantai dansa ini seakan takut aku akan hilang diantara orang-orang ini. Akhirnya kami semuapun sudah mendapat meja bar untuk kami semua. Tampak Zayn dan Liam sedang bercakap dengan bartender, mungkin mereka sedang memesan minuman untuk kami semua. Setelah bercakap dengan bartender mereka tak langsung menghampiri meja kami, mereka justru menuju lantai dansa dan menari mengikuti irama alunan

music. Tak lama seorang pelayan mengantarkan sebotol Whiskey, Red label, dan JimBeam dengan beberapa gelas kecil. What the hell, batinku. Ini terlalu banyak dan berlebihan ku kira. Benar-benar Zayn dan Liam. Louis dan Harry memulai membuka minuman itu dan menuangkan ke gelas-gelas itu. Minumlah guys. Lets do the party. Ucap Louis dan mengajak Harry bersulang. Justin tampak mengambil segelas mengangkatnya dan meminumnya sedikit, aku hanya meliriknya. Sepertinya Ia mengerti maksud lirikanku itu. Apa? Kau mau minum? tanya Justin dan menawariku minuman yang dibawanya. Aku hanya menjawabnya dengan tersenyum miring. Pasti Justin benar-benar paham maksudku. Justin merangkul pinggulku dan merapatkan dengan badannya agar jarak kami semakin dekat kemudian Ia menyandarkan kepalaku di bahunya. Sudahah, nikmati malam ini. Jangan seperti itu. Bersenang-senanglah. Hanya malam ini. Bisik Justin tepat di telingaku. Ya ini memang pesta untuk kita semua tak seharusnya aku melarang Justin seperti tadi kecuali jika memang Justin sudah berlebihan. Aku juga harus bersenang-senang bersama mereka, pikirku sejenak setelah mendengar perkataan Justin tadi. Aku pun tersenyum dan bangkit dari bahu Justin dan mengambil segelas minuman lalu ku teguk sedikit. Justin tampak menatapku dengan tatapan anehnya namun akhirnya tersenyum padaku. Tiba-tiba Liam dan Zayn menghampiri meja kami. Mereka langsung meneguk minuman di beberapa gelas yang ada di meja namun menuangkannya lagi ketika yang digelas telah bersih. Kalian berdua kesetanan atau apa? Hah? Haha. Tanya Harry yang bingung dengan tingkah Zayn dan Liam. Kami hanya haus. Haha. Jawab Liam dengan nyeleneh dan tertawa. Haha. Tidak kami sedang bertarung banyak-banyakan minum. Iya tidak Liam? Haha. Jawab Zayn asal juga. What? Kau serius menantangku lomba minum? Ayo aku tidak takut. Jawab Liam menanggapi pernyataan Zayn tadi dengan serius. Haha. Ayo! ucap Zayn dan menuangkan minuman di gelasnya dan gelas Liam. Tingkah mereka berdua memang sedikit GILA ku kira. Mereka terus berlomba minum sambil terus tertawa ria, laki-laki Blackthorne yang lain tidak menghentikan justru memberi dukungan kepada Liam dan Zayn agar jangan mau kalah. Well. Ini sudah melewati batas guys. Stop it! ucap Bex tiba-tiba dan menarik semua botol yang ada di meja. Ah Bex berikan pada kami. Aku ingin menang. Ucap Liam tampak sedikit ngelantur. Tampaknya Liam sudah mulai mabuk. Ku lihat Zayn sudah tampak diam dan termenung saja di kursinya, mungkin Ia juga sudah merasakan pusing. Zayn POV Kepalaku sudah mulai terasa berat sekarang, mungkin gara-gara aku minum banyak dan langsung bersamaan tidak dengan waktu yang lama. Oh shit, ini pesta kita aku harus kuat. Haha. Aku mulai bangkit dari dudukku. Ku rasakan tubuhku hampir saja jatuh barusan namun Niall memegangi tanganku. Aku berdiri dan mengajak Liam ikut berdiri bersamaku. Heh! Kau lihat gadis sexy ditengah itu? tanyaku pada Liam sambil memukul-mukul pipinya. Liam hanya tampak mengangguk-angguk paham padaku. Ayo dekati dia. Kita taruhan siapa yang bisa mendapatkan gadis sexy itu dahulu dia menang dan yang kalah harus membayar semua minuman itu. Bagaimana kau setuju? bisikku tepat ditelinga Liam. Ayo! ucap Liam lantang dan mulai melangkahkan kakinya den gan cepat menuju lantai dansa. Aku mengikutinya dari belakang sambil menar-nari kecil di lantai dansa. Pantau tingkah mereka berdua guys. Mereka sudah mabuk sepertinya. Jangan sampai mereka membuat onar. Ucap Harry sambil melihat kearah lantai dansa. Tampak Liam sedang menari-nari disamping gadis sexy yang ku maksud tadi. Jarakku dan Liam memang sedikit berjauhan sekarang. Ku langkahkan kakiku agar lebih dekat sedikit dengan Liam. Hei, manis. Ucap Liam pada sang gadis sambil terus menar nari mengikuti irama. Sang gadis hanya menanggapi Liam dengan senyuman yang tak kalah sexynya pula. Haha. Aku mulai mendekati gadis itu. Aku menari-nari didekatnya sambil terus meliriknya dengan tatapan memikatku. Aku yakin Ia pasti akan menghampiriku, tak pernah aku gagal dengan

tatapanku ini. Haha. Ku berikan senyuman menggodaku pada sang gadis, kulihat sang gadis tampak menggigit bibir bawahnya dan berjalan menghampiriku. Tiba-tiba Ia mengalungkan kedua tangannya di leherku. Kau sangat nakal. Ucap gadis itu sambil menari-nari dan bergelayutan ditubuhku. Haha, kau sangat sexy girl. Ucapku pada sang gadis sambil terus menari-nari mengikuti irama music. Ku lirik Liam sebentar, mukanya tampak menyerah dengan keadaan. Aku berbisik kecil padanya. I got it boy. Dengan tampang yang sedikit mengejek Liam. Hei, aku Jessica. Mau bersenang -senang denganku? godanya dengan suara sexynya. Mmmh. Aku Zayn. Baiklah, berapa yang kau mau? Hah? Haha. Tanyaku padanya dengan tatapan sedikit menantang. Wajah sexymu semakin membuatku terangsang boys. Haha. Ayo ikut aku. Ucap Jessica sambil menarikku keluar dari lantai dansa ini. Gadis dihadapnku ini memang benar-benar sexy, lihatlah bodynya tampak seperti gitar spanyol ditambah lagi dengan dress merah ketat yang Ia pakai. Itu tampak membuatnya semakin sexy. Rawrrrr. Haha, batinku dalam hati. Ia mengajakku di ujung ruangan tepatnya dekat kamar mandi. Ia mulai menggerayangi tubuhku, Ia menciumi tubuhku, namun aku tak membalasnya biar dia saja yang merasa terangsang dahulu. Ia mulai bermain-main dengan kancing kemejaku. Haha, stop it. Kau sungguh nakal sexy. Berapa yang kau mau? Aku hanya mempunyai 50 $ aku tak punya cukup banyak uang. Ucapku merendah dan hanya mengeluarkan uang yang ada di saku kemejaku saja bukan yang ada di dompet. Sebenarnya bayaranku lebih dari itu tampan, namun dirimu saja sudah membuatku cukup horny. Lets do it. Ucap Jessica padaku dan mulai mencopoti kancing kemejaku lagi. Haha.Bitch! batinku berteriak dalam hati. Jessica sudah tampak akan membuka dressnya, namun Ia nampak kesusahan karna bajunya yang amat ketat itu. Aku sengaja tak mau membantunya dan membiarkannya. Dia memang benar-benar pelacur, apa dia tidak malu akan bertelanjang ditempat ramai ini. Dasar gila. Haha, batinku sambil terus menatap aktifitas Jessica. Zayn? ada suara seorang gadis dibelakangku yang memanggil namaku. Aku menoleh untuk memastikan siapa itu. Dan ternyata Ia adalah Cammie. Bitch! Hes my boy! Stop it! ucap Cammie tiba-tiba dan menggandeng tanganku. Jadi kau sudah punya gadis Zayn? Persetan kau! Apa bagusnya Ia dari aku? Ia tak seseksi aku bukan? Haha. Ucap Jessica meladeni pernyataan Cammie tadi. Plak tamparan mulus jatuh di pipi Jessica. Jaga perkataanmu pelacur murahan! ucap Cammie hampir berteriak karna emosi. Persetan denganmu dan gadismu Zayn! ucap Jessica dan hampir menyerang Cammie. Namun aku segera melindungi Cammie, dengan serempak banyak orang yang medatangi kami dan berusaha melerai kami. Seorang penjaga bar tampak sedang memegangi Jessica, namun Jessica terus meronta. Ayo keluar. Kau selalu saja membuat onar ditempat ini Jessica. Ucap sang keamanan bar sambil menggendong Jessica keluar. Apa yang kau lakukan disini? tanyaku sambil menatap Cammie. Aku hanya ingin ke kamar mandi, dan well aku malah melihat kau hampir bermesum disini. Ucap Cammie sambil memutarkan kedua bola matanya. Haha, ya jika kau tahu aku sudah membayarnya bodoh. Ucapku sambil tertawa dan mengacak -acak poninya. Ya, tahu begitu aku tadi tidak menghentikannya agar kau malu bercinta di te mpat umum seperti ini. Ucap Cammie dengan nada sedikit mengejek. Haha, aku bersyukur kau datang jika tidak aku akan bersama pelacur gila itu disini dan tak dapat kembali. Ucapku asal sambil tertawa renyah pada Cammie. Cammie juga tampak tertawa atas per nyataanku barusan. Apa kau serius tidak menyesal karna aku datang? lagi-lagi Cammie menggodaku. Tentu saja tidak. Tadi aku dan Liam hanya taruhan merebutkan gadis tadi, setelah aku berhasil ternyata dia hanya seorang wanita murahan ternyata. Haha. Jelasku pada Cammie dan tersenyum riang. Jadi kalian taruhan lagi -_- ucap Cammie dengan muka datarnya. Hehe, iya. Ayo kembali. Ajakku pada Cammie sambil menggandeng tangannya. Namun Ia menahanku agar tetap ditembok, aku sangat kaget apa yang akan Ia lakukan padaku. Jantungku berdegub sangat kencang berbeda saat aku berdekatan dengan wanita jalang tadi (re:Jessica). Tiba-tiba Cammie membenarkan kancing kemejaku satu persatu. Kau

mau kembali dengan keadaan masih seperti ini. Ucap Cammie menatapku sambil te rsenyum dan terus mengancingkan kemejaku. Shot tiba-tiba cepretan kamera dan cahaya blitz nampak kearah kami. Aku berpaling untuk mencari sumbernya ternyata Liz. Hei, kalian habis melakukan apa? Sampai kemeja Zayn terlepas semua seperti itu? tanya Liz dengan polosnya. Oh hei Liz. Mau apa kau kemari? ucap Cammie kaget dan melepaskan kemejaku. Aku disuruh Justin menyusulmmu, karna kau terlalu lama disini. Ucap Liz dengan polosnya, aku hanya mendengarkannya dan sambil mengancingkan kemejaku ini. Yasudah ayo kembali girls. Ajakku sambil menggandeng kedua gadis itu kembali ke meja kami. Wow, wow, wow. Super. Kau darimana saja Zayn? tanya Liam mencurigaiku. Haha, mau tau saja kau. Ucapku sambil tertawa mengejek kekalahan Liam. Aku tahu pasti kau baru saja ber--- ucap Liam namun langsung kututupi mulutnya dengan tanganku ini ketika pembicaraannya hampir saja ngelantur. Jangan bicara aneh -aneh. Atau pesanan minuman kutambah dan kau yang membayarnya. Ucapku menggertak pelan di telinga Liam. Sial kau Zayn tau saja dompetku sedang tipis. Ucap Liam dan tertawa renyah. Aku pun duduk disamping Liam dan meneguk segelas whiskey. Ku lihat Cammie sudah terduduk disamping Justin lagi yang sedang merokok sambil memegang kamera milik Liz. Tiba-tiba mata Justin membulat sambil menatap kamera itu. Pandangannya beralih kearahku. Dan tatapannya itu penuh dengan kebencian. Tatapan Justin sekarang mengarah ke wajah Cammie, tatapannya pun tak beda dengan tatapannya padaku. Namun Cammie masih belum menyadari tatapan Justin itu padanya. Muka Justin tampak memerah dan sedikit geram sekarang. Diberikannya kamera itu pada Liz secara kasar dan meminum minuman keras yang ada dimeja berulang-ulang dan cukup banyak dalam tiap gelasnya. Apa yang salah dengan Justin, tiba-tiba saja sikapnya berubah dengan cepat. Oh damn it! Apa jangan-jangan Ia melihat fotoku dengan Cammie tadi saat didepan kamar mandi. Oh jangan lagi terjadi salah sangka. Justin masih terus meneguk minuman keras itu tanpa henti. Hei bro. What are you doin? tanya Niall sambil menatap Justin dengan tatapan bingung. Justin hentikan. Ucap Cammie melarang kekasihnya sambil merebut gelas ditangan Justin. Justin menatap Cammie dengan tatapan tajam dan Justin meminum lagi dengan gelas lain yang ada di meja. Stop it, please Justin! Kau kelewatan. Ucap Cammie merebut gelas yang ada di tangan Justin dan meminumnya. Justin menuang lagi dengan gelas yang lain dan meneguknya lagi. Seperti itu berulang-ulang kali. Cammie sudah tak dapat menghentikan Justin lagi, Cammie tampak melemah, namun diwajahnya seperti tersirat sebuah pesan. Help him, please. Okey party is offer! ucapku sambil menarik tubuh Justin berdiri. Bayar minumannya sekarang Liam, kita pergi sekarang! ucapku memerintah dan mengajak teman -teman yang lain keluar dari sini. Lepaskan aku. Aku tak sudi digendong olehmu. Ucap Jutsin sedikit ngelantur dan meronta. Ia berusaha berjalan sendiri namun tiba-tiba Ia terjatuh, reflek teman-teman yang lain dan Cammie menangkapnya. Harry membantu Cammie membopong tubuh Justin disebelah kanannya. Lepaskan aku murahan! ucap Justin menggertak sambil melepaskan pegangan tangan Cammie ditubuhnya dan berjalan keluar bersama teman yang lain. Sebelah tubuh Justin pun sekarang dipengangi oleh Louis. Anak-anak yang lain mulai keluar mengikuti Harry dan Louis yang membawa tubuh Justin didepan. Dia hanya mabuk. Ia tak sadar. Jangan sedih, tenanglah. Hiburku pada Cammie dan mengajaknya keluar dari bar. Saat kami keluar mobil anak-anak lain ada yang sudah mulai menyala meninggalkan bar ini. Ayo naik mobilku. Ajakku pada Cammie. Dan kamipun mengikuti laju mobil anak-anak lainnya yang menuju villa Justin. Cammie langsung turun dan memasuki villa Justin begitu mobil berhenti di bawah villa. Tempati saja kamar yang ada. Aku tidur dahulu, kepalaku berat. Ucap Justin tampak masih sedikit sadar sambil berjalan sempoyongan ke kamarnya yang ada diatas. Cammie tampak mengikuti langkah Justin keatas, Ia memang gadis yang tak pantang menyerah, menurutku. PERGI DARI KAMARKU! Jangan ganggu aku lagi! ucap Justin sangat kencang dari kamarnya. Ya sangat kencang sehingga suara teriakan itu terdengar hingga

ruang tv ini. Tampak Cammie menuruni tangga sambil menangis. Riasan wajahnya tampak berantakan sekali. Justin benar-benar marah rupanya. Dimana Bex? tanya Cammie sambil menatap kami para lelaki yang sedang bermain kartu ini. Ia sudah tidur dengan Niall. Ucap Louis bersimpati. Liz? tanya Cammie lagi. Harry hanya menunjuk pintu kamar di depan ruang tv ini, sebagai isyarat bahwa Liz ada disitu. Cammie pun segera menyusul Liz dikamar itu. Dikamar, Cammie langsung memeluk erat punggung Liz dari belakang, Liz yang belum tidur pun menengok memastikan siapa orang yang ada dibelakangnya itu. Cammie. Kau tidak tidur dengan Justin? tanya Liz halus p ada Cammie. Cammie hanya menggeleng dan sesenggukan. Kau menangis? tanya Liz dengan polosnya. Cammie tidak menjawab sama sekali hanya terus menangis. Yasudah. Tidurlah. Ucap Liz sambil mengelus-elus punggung sahabatnya itu. HABIS BACA WAJIB LIKE NGGAK LIKE BISULAN :p Sorry for typos and not good enough story. Happy Reading! Bekictoooottt~~~~ -------------------------------------------------------------------------------------Justin POV Matahari sudah tersenyum hangat lagi padaku. Namun tetap saja hangatnya tak dapat mengalahkan dinginnya musim dingin ini. Aku masih ingat betul dengan kejadian semalam, kejadian di bar sampai akhirnya aku membentak Cammie dikamar ini. Namun aku tak bisa memaafkanya kali ini, ini senua tentang foto itu. Foto di kamera Liz. Hah, berhenti memikirkannya. Ini sudah cukup membuat pagiku cukup penat. Ku langkahkan kakiku ke kamar mandi dan mengguyur tubuh dan rambutku. Setelah selesai ku kenakan kemeja sekolahku. Namun aku menutupi kemeja itu dengan jaket baseball milik tim Gallagher Academy, tim baseball sekolahanku. Ku langkahkan kaki ku ditiap tangga rumahku ini. Ada tampak Harry sedang membuat coffe didapurku. Aku medekatinya dan ikut membuat coffe. How are you bro? tanya Harry padaku san tersenyum. Good enough. Jawabku sambil tersenyum dan menyeruput hot coffe ini. Aku dan Harrypun berjalan keluar dapaur dan menuju ruang tamu, dimana letak anak-anak lain sedang berkumpul. Mereka sepertinya sudah mandi pagi semua namun hanya saja pakaian mereka yang belum berganti. Cammie juga tampak sudah segar, namun tetap saja mukanya masih tampak lusuh karna kesedihan pada dirinya. Ia tampaksedang bersender di pundak Bex. Dan itu Zayn, Ia sedang menatap kearahku dengan senyuman yang menggembang dengan tulusnya, kubalas senyuman itu hanya dengan senyuman miring tanpa arti. Aku masih benci dengannya, sepertinya Ia tak pernah ada habisnya mencoba merebut gadisku. Haha, bangsat kau Zayn! Pikiranku mula meracau jauh lagi. Guys sau jam lagi kita sudah upacara. Sebaiknya sekarang kita kembali ke sekolah saja untuk packing dan mengganti seragam. Bagaimana? tanya Harry sang leader meminta pendapat. Aku setuju denganmu Hazza. Haha. ucap Liam nyeleneh sambil tertawa renyah. Ya itu ide yang baik agar kita tak terlalu repot nantinya. Ucap Zayn member jawaban. Baiklah. Kalau begitu ayo guys berangkat. Ucap Harry mengajak teman -temannya. Dan anak-anak yang lainpun menurut dan segera keluar dari villaku ini. Namun tampak Cammie masih tinggal duduk diatas soffaku itu, Ia masih malas bangkit sepertinya. Ku tinggalkan Cammie keluar villa, anak-anak Blackthorne, Liz dan Bex sudah dengan cepat meninggalkan villaku ini. Mereka sudah tampak berjalan menjauhi villa pinggir pantaiku ini. Aku turun untuk memanasi mobilku, Cammie sudah tampak berada di depan pintu. Hah, sebaiknya aku segera ke sekolah saja daripada harus berdua

dengan Cammie dalam kondisi seperti ini. Tinnnn ku klakson Cammie, memberi kode agar ikut bersamaku. Gadis itu tampak mengunci rumahku kemudian menyusulku ke dalam mobil. Begitu Ia duduk langsung saja ku kemudikan mobil sport milikku ini menuju Gallagher Academy. Mobilku ini sangat sepi rasanya, Cammie tampak tak berani membuka pembicaraan. Aku juga hanya mendiamkannya saja daritadi. Ku lirik Cammie, Ia sedang menatap lurus ke jalan disampingnya. Ku biarkan saja Ia lalu kembali focus dengan jalanan dan mobil yang ku kemudikan ini. Tak lama kami berdua sudah sampai di parkiran Gallagher Academy. Ku buka pintu mobilku dan turun, Cammie masih terdiam di dalam mobilku. Aku berjalan menjauhi mobilku, tak lama Cammie mulai keluar dari mobilku dan akupun memencet remote control mobilku ini untuk menguncinya. Aku berjalan menuju dorm boy dan tak memedulikan Cammie sama sekali, terserah Ia saja mau kemana. Di dorm teman sekamarku Niall dan Zayn sedang sibuk packing, ya walau begitu mereka sudah memakai seragam Blackthorne Academy d tubuh mereka. Aku duduk di kasurku sambil menatap mereka berdua yang sedang packing, tidak maksudku aku hanya menatap Niall, aku masih sama seperti kemarin aku masih tak peduli dengan Zayn pula. Have done. Ucap Niall ceria sambil menutup zipper kopernya. Kemudian Ia membuka seplastik keripik kentang favoritnya dan duduk disampingku. Tak terasa ya, satu semester telah berlalu. Ucap Niall sambil memakan keripik kentangnya. Ya, sebentar lagi aku akan sendirian lagi di kamar ini. Ucapku sedikit malas dengan kesepian yang akan kuhadapi nantinya di kamar ini. Haha, kau akan lulus semester ini Just, jadi kau tak perlu repot -repot menghabiskan waktumu di kamar ini. Hibur Niall sambil menepuk-nepuk bahuku. Ya semoga saja. Ucapku dan tersenyum menatap Niall. Krinnnnnnnnnnngggggggggggggggggggggggggggg~ Bel sekolah kami yang amat nyaring dan merdu suaranya telah berkumandang, menandakan bahwa kami harus segera ke aula tengah untuk upacara penutupan semester dan perpisahan dengan siswa Blackthorne. Ayo segera ke aula tengah. Ajak Niall pada kami bertiga. Kalian duluan saja. Aku menyusul. Ucap Zayn masih memasukkan beberapa barang di backpacknya. Yasudah kami duluan. Ucap Niall sambil membawa kopernya. Biar ku bawakan backpackmu. Ucapku dan menggendong backpack Niall di punggungku. Terima kasih. Ucap Niall tersenyum padaku sambil berjalan keluar dorm dan menuju aula tengah. Di aula tengah kami duduk ditempat seperti biasa, dibagian depan bersama dengan ketiga gadis itu. Ya mereka sudah ada disana terduduk menunggu kehadiran siswa lain. Aku duduk bersebelahan dengan Niall di meja ini. Cammie tepat berada dihadapanku, Ia sedari tadi menatapku, wajahnya masih seperti tadi masih muram tak berubah sama sekali. Apa kau siap untuk pidatomu nanti Camm? tanya Liz pada Cammie dan berhenti menatapku. Cammie hanya tersenyum dan mengangguk untuk menjawabnya. Tersenyumlah saat di mimbar, aku akan memotretmu nanti. Ucap Liz dengan cerianya. Tak lama anak-anak Blackthorne lain datang menghampiri meja kami. Membuat meja kai ini semakin ramai, ini mungkin kali terakhir kita bersama di meja ini. Kau siap menggantikanku pidato nanti kan? tanya Harry pada Zayn untuk yan g kesekian kalinya. Jika kau bertanya seperti itu, aku akan terus menjawab tidak. Mengapa harus aku yang pidato? Biasanya juga kau. Ucap Zayn menjawab pertanyaan Harry tadi. Mr. Solomon mengatakan bahwa harus salah satu dari pewaris Blackthorne yang membawakan pidato. Jelas Harry lagi pada Zayn. Zayn menarik nafas panjang dan tampak mulai merangkai kata-kata. Mrs. Rachel Morgan dan guru-guru lainnya sudah tampak datang di ruangan ini. Suasana berubah menjadi hening ketika Mrs. Rachel Morgan mulai menaiki mimbarnya dan menebarkan senyuman dermawannya. Selamat pagi siswa-siswaku. Sapa sang kepala sekolah ramah. Ya, kalian dikumpulkan disini untuk penutupan akir semester serta perpisahan dengan tamu kita dari Blackthorne Academy. Satu semester telah

berlalu, ujian akhir juga telah terlampaui. Dan hasilnya pun telah keluar, ada beberapa kalian yang mungkin akan mengulangi semester kalian disini dan untuk para senior kalian akan lulus dari sini jika hasil ujian praktek kalian juga memuaskan. Banyak suka duka yang telah kita lalui bersama siswa Blackthorne Academy, dan semoga progam pertukaran pelajar ini dapat menambah pengalaman kita semua. Saya akhiri pidato singkat ini. Selamat siang dan saya persilahkan untuk perwakilan dari siswa Gallagher Academy. Ucap Mrs. Rachel Morgan dan turun dari mimbarnya. Cammie yang sedaritadi duduk dihadapanku langsung bangkit dan maju ke depan mimbar. Sontak aula tengah menjadi ramai tepuk tangan ketika Cammie berjalan ke depan. Cammie tampak mengetuk-ngetuk microphone dan suasana pun menjadi hening kembali. Hai. Ucap Cammie sambil tersenyum kearah kami semua. Ratusan anak menanggapi sapaan Cammie tersebut dengan tepuk tangan. Hehe. Jujur aku merasa sedikit nervous setelah satu semester tak pernah berada di mimbar ini. Ucap Cammie jujur, dan ribuan anak ikut tertawa oleh kata-kata Cammie barusan. Ya. Aku tak punya banyak kata untuk kalian. Selamat bagi kita semua yang telah menjalani satu semester ini, dan selamat juga yang telah lulus di ujian akhir ini. Dan untuk teman-teman yang masih mengulang janganlah berkecil hati. Dan yang terakhir terima kasih untuk para siswa Blackthorne yang telah menghabiskan waktunya disini selama satu semester. Terima kasih telah menjadi teman yang baik untuk kami semua dan terima kasih untuk persahabatan yang telah kita bina ini. Dan dengan berat hati ku ucapkan selamat tinggal kawan! Youre the best. Ucap Cammie mengakhiri sambutan tersenyum dan turun dari mimbar. Setelah turun dari mimbar Cammie tak langsung kembali duduk disini lagi, Ia masih berdiri di depan bersama ibunya dengan senyuman palsu yang terus menghiasi wajahnya. Mrs. Rachel kembali keatas mimbarnya. Saya persilahkan dari Blackthorne Academy. Tuan Zayn Javad Malik say persilahkan. Ucap Mrs. Rachel sopan menebar senyumnya dan kembali menjejeri Cammie lagi. Dengan senyumannya Zayn terus berjalan menuju mimbar. Rbuan gadis bersorak histeris ketika Zayn maju kedepan, sangat berbeda ketika awal semester Harry yang berpidato. Hes so hot! terdengar suara seorang gadis di sekitarku yang memekik histeris. Diatas mimbar Zayn terus menebarkan senyumannya dan ribuan siswi disinipun semakin keras bersorak sorai. Haha. Stop it girls. Ucap Zayn memohon pada para gadis disini. Dan suasana pun nampak sedikit hening. Yeah, ini kali pertama aku pidato disini bukan? Haha. Aku gerogi dengan teriakan kalian semua girls. Semua katakata yang telah kususun diotakku seakan lenyap karna hysteria kalian semua. Ucap Zayn jujur dan ribuan gadis nampak tertawa histeris lagi. Enough enough kalian berhasil membuatku mati kutu di mimbar ini. Yeah, aku hanya mau berkata terima kasih kalian telah menerima kehadiran kami semua disini dengan cukup baik. Terima kasih atas semua pelajaran yang telah kalian beri pada kami disini. Kalian memberi kami banyak pelajaran dan inspirasi guys. Thanks a lot, love ya. Ucap Zayn singkat dan mengakhiri pidato dengan tersenyum dan mengedipkan satu matanya kearah para gadis dan membuat suasana ramai kembali. Zayn turun dari mimbar dan berdiri bersebelahan dengan Cammie. Ibu kepala sekolah kembali lagi keatas mimbarnya dan seketika suasana cukup hening muncul. Ya itu memang kebiasaan siswa disini yang sangat menghormati Mrs. Rachel Morgan. Haha. Youre right girl, hes so hot I think. Ucap Mrs. Morgan membuat lelucon da n membuat Zayn ikut terkekeh geli mendengarnya. Ya. Cukup sekian acara penutupan akhir semester ini. Selamat jalan bagi para siswa Blackthorne, hati-hati dijalan. Dan untuk para senior Gallagher Academy dapat melihat website resmi kita untuk melihat ujian praktek yang akan kalian hadapi. Oke God Bless Us guys. Happy winter. Ucap Mrs. Rachel Morgan turun dari mimbarnya dan bersalaman dengan Zayn. Disusul dengan Cammie yang bersalaman dengan Zayn dan suasana menjadi sangat ramai ketika para murid mencoba keluar dari aula tengah ini. Para murid Blackthorne tampak pergi meninggalkanku menuju atas panggung. Mereka tampak berjabat dengan para guru dan Mrs. Rachel Morgan. Bex dan Liz ikut bergabung bersama mereka namun aku tetap disini mengawasi mereka dari jauh. Ruangan mulai sepi

sekarang namun diluar sekolah nampak mobil-mobil terparkir disana. Ya liburan tiba untuk para juniorku, para orang tua mereka sudah tampak menjemput dengan mobil-mobil mewah mereka. Pandanganku kembali kearah panggung. Para guru dan siswa Blackthorne nampak sedang berfoto. Ya Liz sang juru Kamera yang mengatur posisi mereka semua dan memotretnya. Setelah berfoto para guru nampak pergi dari ruangan aula tengah ini, hanya tersisa Cammie, Liz, Bex dan siswa Blackthorne yang ada diatas panggung. Mereka nampak sedang bercakap namun sebagian juga sedang berfoto. Hei Justin kemarlah! panggil Harry padaku. Ia mengajakku berfoto bersama. Aku tersenyum menatapnya dan berlari kecil menghampiri mereka dan kamipun berfoto bersama. Setelah menjalani sesi foto sudah saatnya untuk kita semua berpisah sekarang. Kami semua sudah ada di depan aula tengah. Guys. Thanks for everthing. Now its time to say goodbye. Forget me not, okay? ucap Harry sambil bersalaman denganku dan tiga gadis Gallagher Academy y ang ada disini. Kau lebay keriting! ucap Liam sambil memukul lengan Harry dan bersalaman denganku dan gadis gadis. Harry dan Liam sedang bermain kejar-kejaran sekarang di depan lapangan luas aula tengah. Terima kasih kawan untuk pesta semalam. Ucap Lou is berjabatan denganku dan tos ala lelaki denganku. Jaga dirimu bro. ucapku sambil menjitak pelan kepala Louis bercanda. Louis berusaha mebalasku namun aku berlari dan kita malah kejar-kejaran juga seperti Liam dan Harry. Haha. Tampak dariku Bex sedang dalam dekapan Niall. Ia seperti tak mau berpisah dengan Niall. Honey. Dont leave. Ucap Bex dalam dekapan Niall. Niall tak menjawab hanya terus mengusap punggung Bex halus. Aku dan Louis sudah berhenti berkejaran, sekarang kami sedang terduduk di air mancur tengah lapangan ini. Tertangkap oleh mataku Zayn mulai mendekati Cammie dan mulai bercakap. Aku tahu begitu sakit saat melihat ini semua, tapi aku tak bisa mengalihkan pandanganku dari mereka. Louis mengajakku bercakap namun tetap saja tak berhasil mengalihkan pandanganku pada mereka. Aku becakap dengan Louis namun mataku terus menatap tajam kearah gadisku dan Zayn disana. Zayn POV Ku manfaatkan sisa waktu ini untuk berucap perpisahan pada Cammie. Camm? panggilku pada Cammie dan tersenyum menatapnya. Ia membalas senyumanku itu dengan senyumannya yang lebih manis. Terima kasih untuk segalanya. Terima kasih telah mengajariku banyak hal. Aku beruntung dapat bertemu denganmu disini, aku jadi lebih mengerti apa arti menyayangi dengan tulus tanpa meminta balasan. Ya aku rasa baru ini aku tahu mengerti arti kata sayang. Ketika aku berada di posisi ini, ketika aku menyayangimu namun kau telah dimiliki Justin aku belajar lebih mengikhlaskan dan menyayangi walau tanpa balas. Terima kasih Camm, terima kasih sekali. Ucapku pada Cammie sambil tersenyum siakhir kalimat. Maafkan atas sikapku yang tak bisa membalas cintamu Zayn. Aku juga berterima kasih kau tetap menyayangiku. Jangan pernah berubah dan jangan pernah lupakan aku. Ucap Cammie tersenyum dan menatap mataku dalam. Aku mengeluarkan kalung dengan liontin cincin yang dahulu pernah kuberikan pada Cammie namun Ia mengembalikannya. Kuharap kau tetap mau menyimpannya. ucapku sambil memasangkan kalung ini di leher Cammie. Mmmh, anggap saja kenang-kenangan dariku. Tambahku sambil tersenyum manis menatap kalung itu telah bergelantungan di leher panjang Cammie. Terima kasih. Ucap Cammie te rsenyum padaku sambil memegangi kalung pemberianku itu. Mmmmhh. Let me kiss you, for the ending. Ucapku pada Cammie meminta ijin. Cammie tak menjawabnya sama sekali. Ku dekatkan wajahku dengan wajahnya, kulihat mata Cammie mulai menutup. Dan kucium bibir mungilnya itu sebagai perpisahan kami. Aku hanya menciumnya sesaat, tak tahu mengapa bibirku berasa bergetar ketika bibir kami berdua menyatu. Rasa ini sungguh lah berbeda. Sungguh selalu begini ketika aku berhubungan dekat

dengan Cammie. Guys. Kita harus segera ke bandara sekarang. Pesawat kita akan take off 30 menit lagi. Bergegaslah aku ke parkiran dahulu. Ucap Harry mengambil tasnya dan berjalan ke parkiran bersama Liz, Liam, Louis dan Justin. Disini tinggal aku, Cammie, Niall dan Bex. Honey, aku h arus pergi sekarang. Maafkan aku. Ucap Niall melepas pelukannya dengan Bex yang sedari tadi tak terlepas. Kau jangan nakal ya disana. Jangan selingkuh dan segera hubungi aku begitu telah sampai disana. Ucap Bex menasehati Niall. Niall hanya tersenyum da n menggandeng Bex menuju parkiran. Aku dan Cammie mengikuti langkah mereka dari belakang. Jaga dirimu baik -baik Camm. Ucapku menasehati Cammie. Ia hanya mengangguk-angguk kecil dan tersenyum. Long last ya dengan Justin. Tambahku lagi. Jujur saja cukup berat bagiku mengatakan hal ini pada Cammie. Cammie hanya terus tersenyum kecil padaku sambil tetap focus dengan jalannya. Kami sudah ada di parkiran. Mobil sewaanku sudah dinaiki Harry sekarang. Mereka benar tampak terburu-buru kulihat. Godbye Gallagher Girls bisikku tepat di belakang telinga Cammie tersenyum padanya dan menaiki mobilku bersama Harry dan Liam. Niall dan Louis menaiki mobil sewaan milik Niall. Dan kamipun segera menuju ke bandara. Justin, Liz, Bex dan Cammie tampak mendadahi kepergian kami semua. Dan mobil kami pun keluar dari komple Gallagher Academy dan melesat cepat ke bandara. Aku akan sangat merindukan Virginia terutama Gallagher Academy, batinku dalam hati. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------HABIS BACA WAJIB LIKE NGGAK LIKE BISULAN. Yang silent readers nanti jerawatan :p *candawey* Sorry for typos and not good enough story. Happy Reading! Bekicoooottt~~~~ --------------------------------------------------------------------------------------

Cammie POV Mereka telah pergi. Mereka semua telah meninggalkan Gallagher Academy. Aku akan sangat merindukan kebersamaan bersama mereka semua. Terutama Zayn, seseorang yang ada saat Justin meninggalkanku layaknya sekarang ini. Tak akan ada lagi sosoknya yang menghiburku dan menenangkanku disaat sedih seperti ini. Ayo Camm. Ajak Bex sambil menggandengku. Pandanganku masih terpaku pada gerbang besar Gallagher Academy di hadapanku ini. Aku tersadar lalu membalikkan badanku untuk masuk ke dalam sekolah ini. Tampak dari mataku Justin sudah pergi meninggalkan parkiran ini. Sosoknya sudah berjalan di depan cukup jauh. Ia pergi tanpa berpamitan padaku, tanpa menyapaku dan tanpa mempedulikanku. Apa salah yang telah aku perbuat sehingga Justin mendiamkanku seperti ini? Pikiranku terus berkecamuk, tak sadar tubuhku telah sampai di dalam perpustakaan. Ya Bex dan Liz yang sedaritadi menggandengku, hingga aku sampai ditempat ini. Aku tak tahu mau apa kedua sahabatku ini mengajakku kemari. Aku duduk dikursi yang tersedia di dalam perpustakaan ini, ruangan ini sangatlah sepi. Hanya ada seorang petugas perpustakaan di mejanya dengan kaca mata tebal yang mengamat gerak-gerik kami yang baru saja datang ini. Bex terduduk di hadapanku sambil bermain dengan ponselnya. Entahlah apa yang sedang Bex lakukan diponselnya itu. Liz? Ia sedang berjalan menyelusuri tiap inchi rak-rak buku. Ku mainkan jemariku di

atas meja dan berhasil mengeluarkan suara ketukan-ketukan kecil. Liz sudah datang dengan membawa sebuah buku tentang photography ditangannya. Ia duduk, membacanya dan tampak sedang mencoba tiap langkah panduan dibuku pada Camera DSLRnya. Aku hanya termenung menatap kedua sahabatku sambil terus mengetuk-ngetuk meja. Yeah! London! pekik Bex tiba-tiba. Suaranya bergema keseluruh penjuru ruangan. Kulirik sang penjaga perpustakaan tampak mendelik tajam kearah Bex. Maaf. Ucap Bex sambil memukul pelan mulutnya. Hei, hei. Apa kalian tahu, bahwa ujian praktek kita akan diadakan di London? ucap Bex histeris sambil menunjuk -nunjuk ponselnya. Liz yang penasaran spontan langsung menarik ponsel milik Bex dan membacanya. Aku hanya mengerutkan dahiku sambil menatap kearah Liz menunggu mendapat penjelasan. Oh begit u. Jadi kita akan di London selama seminggu untuk ujian praktek dan sekaligus berlibur. Ucap Liz menyimpulkan artikel yang baru saja Ia baca tersebut. London? Ini pasti semua rencana Mom, pasti Ia memilih London agar Ia dapat bertemu dengan Grandma dan Grandpa, batinku langsung peka dengan tebakan itu -_-. Yep, dan kita akan berangkat seminggu lagi. Untuk seminggu ini kita hanya harus mengurus administrasi, seperti visa, passport, tiket dan hal lain. Ucap Bex ceria. Aku hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Bex. Jujur saja ini bukan kali pertama aku ke London jadi aku tak akan sehisteris Bex. Apa kau tak senang? Kita akan keluar negri Camm. Ucap Bex kesal dengan ekspresiku yang sedaritadi tak tampak sedikitpun terkejut. Tidak. Andai itu Paris, i tu akan lebih baik. Ucapku tak mengubah ekspresi wajahku. Bex memutarkan kedua bola matanya dan terpaku kembali dengan ponselnya. Liz kembali serius dengan buku dan kameranya. Tiba-tiba aku teringat kembali dengan sosok Justin, berdiaman dengannya beberapa jam saja cukup membuatku gila. Ku keluarkan ponselku dan berniatan untuk menghubungi Justin terlebih dahulu. Justin, Justin, Justin, batinku dalam hati sambil mencari nama Justin di kontak telponku. Setelah ketemu langsung ku tekan tombol hijau dengan keragu-raguan. Aku masih cukup ragu Justin akan mengangkatnya, lebih baik tak jadi saja, pikirku sambil memencet tombol merah di ponselku ini dengan cepat. Ku letakkan ponselku di atas meja besar ini dengan cukup kasar sambil mendesah pelan. Ada apa? tanya Bex sambil mengangkat satu alisnya menatapku. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku dan menyembunyikan wajahku menghadap meja. Oh Justin. Dia masih marah? tanya Bex tiba -tiba padaku. Aku memunculkan wajahku dan menatap Bex yang sudah memegangi ponsel pipihku. Apa kau sudah minta maaf? tanya Bex lagi padaku. Belum, aku juga bahkan tak tahu apa salahku. Jelasku pada Bex sambil menatap lurus kedepan tanpa arah. Sepertinya Justin tak akan marah lama. Tunggu saja dia menghubungimu dahulu, jangan hubungi dia dahulu siapa tau dia tak mau diganggu. Ucap Bex memberi saran padaku. Apa kau yakin? tanyaku sambil menatap Bex penuh harap. Semoga saja. Hehe. Ucap Bex sambil menyengir tanpa dosa. Setelah berlama -lama di perpustakaan tanpa kegiatan aku mulai merasakan bosan. Sebaiknya aku menyiapkan dataku saja untuk mendaftarkan diri untuk berangkat ke London minggu depan. Ku raih ponselku dari meja besar dan mulai bangkit dari dudukku. Kau mau kemana? tanya Bex sambil menatapku penuh tanya. Mau menyiapkan dataku untuk melengkapi administrasi. Jelasku pada Bex dan memberikan senyumanku. Administrasi? tanya Bex tampak sedikit bingung. London. Ucapku sambil mulai berjalan meninggalkan mereka berdua. Apa? London? Aku ikut. Ucap Bex dan bangkit menyusulku . Jangan tinggalkan aku. Tega kalian. Ucap Liz meraih kameranya dan berlari kecil menyusul kami berdua. Kamipun menuju dorm untuk prepare segala berkas. Kami menyiapkan dan mencari berkas itu hingga larut malam, ya berarti esok hari kita baru bisa mengumpulkannya ke petugas administrasi. Setelah beberapa data terkumpul, akupun meninggalkan pekerjaan itu dan mulai terlelap dalam tidur malamku.

Dingin yang sangat menusuk memaksaku untuk membuka mata di pagi hari ini. Ya walau matahari mulai tersenyum bahagia, salju tetap turun seakan tak takut bersaing dengan matahari. Salju turun lagi pada hari ini. Ku lirik kasur milik Liz dan Bex sudah tampak rapi, ya aku memang sengaja bangun siang hari ini. Ku bangunkan tubuhku dan mulai melawan rasa malas dan dingin yang menyerangku ini. Aku segera mandi dan mengganti bajuku dengan pakaian hangat. Ku ambil berkas-berkas yang semalam telah kusiapkan dan mulai berjalan meninggalkan dorm untuk ke ruang administrasi. Adimistrasi pertamaku telah siap, tinggal mengurus yang lain. Sedari tadi mengantri aku tak melihat sosok Justin sama sekali. Aku sangat merindukan wajah tampannya, ya sangat. Hari-hari terus berlalu dan aku masih disibukkan untuk packing dan melengkapi administrasi untuk di London. Ku langkahkan kakiku di koridor kelas yang membeku, tampak dari mataku seseorang yang sangat ku kenal. Orang yang sangat ku sayangi, ya dia Justin. Tampak dari sini Ia sedang membawa beberapa berkas, membacanya sambil mendengarkan music, terlihat jelas dengan adanya headset yang menutupi telinganya. Justin berjalan kearahku dan begitupun sebaliknya, aku tersenyum senang dapat melihatnya lagi setelah beberapi hari tak bertemu dan tak berkomunikasi. Aku terus tersenyum menatapnya yang tetap focus membaca sambil berjalan. Lihatlah, sekarang kami sedang berpapasan. Melirik kearahkupun tidak Justin lakukan. Aku berhenti dan melihat punggung Justin yang tetap berjalan menjauhiku, betapa sakitnya tak dianggap oleh kekasihku sendiri. Senyumanku yang tadi mulai mengembang mulai pupus lagi bersama turunnya beberapa butir salju. Ku mulai melangkahkan kakiku pergi dari koridor ini, kuputuskan untuk kembali ke dorm saja toh administrasi baru saja selesai terurus. Di dalam kamar Bex tampak sedang membaca majalah sambil tiduran. Ku rebahkan badanku dan menarik nafas dalam. Sampai kapan Justin akan terus seperti ini padaku. Aku sudah mengikuti saran Bex dan hasilnya malah nihil. Ku jambak-jambak sendiri rambutku karna mulai frustasi dengan keadaan ini. Tak terasa air mataku mulai mengalir membasahi pipi mulusku. Tak tahu mengapa aku tak kuat jika harus hidup tanpa Justin seperti ini. Biasanya Justin yang bersamaku disaat aku sedang bosan seperti ini. Biasanya kami juga sudah menghabiskan waktu bersama di villanya. Aku merindukannya, merindukan kenangan bersamanya, merindukan semua tentangnya. Air mataku mengalir semakin deras, aku membutuhkan Justin untuk menenangkanku sekarang. Kau kenapa? tanya Bex yang baru sadar dengan keadaanku. Oh jangan lagi. Justin masih belum berubah? tanya Bex terus mengintrogasiku. Aku tak menjawab pertanyaan Cammie namun malah tangisanku makin menjadi. Kau tahu, kau menyuruhku mendiamkan Justin hasilnya malah nihil. Ini semua salahmu, saranmu sangatlah menyesatkan! ucapku marah -marah pada Bex sambil sesenggukan. Jadi kau menyalahkanku? tanya Bex suaranya tampak sedikit meninggi. Aku hanya memberi saran jika kau tak menerimanya kemarin aku juga tak apa. Kau ini terlalu emosional. Yang bukan sebab orang lain, malah kau ikut salahkan. Jelas Bex malah mengata -ngataiku. Aku rindu Jutsin. Tak lebih. Ucapku dan mulai menyeka air mataku. Hah. Justin juga terlalu keras kepala sekali. Mengapa tak mau mengalah dahulu padamu dan mengajak bicara dahulu -__- gerutu Bex malah mulai ikut emosi. Lalu aku harus bagaimana sekarang? Aku bingung. Tanyaku pada Bex dengan tatapan memohon. Temui dia sekarang! ucap Bex sambil menarik tanganku dan mengajakku pergi untuk mencari Justin. Dimana biasanya Ia berada? tanya Bex sambil terus menarik tanganku dengan sedikit emosi. Danau belakang. Ucapku memberi tahu Bex sambil berjalan menyeimbangi langkah Bex yang terburu-buru itu. Kami sudah ada di gerbang depan danau, tak tampak sama sekali ada orang disini, jelas saja musim dingin siapa yang mau di danau. Dimana Justin? Merepotkan saja. Ucap Bex emosi mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Justin. Kau dimana? tanya Bex tiba-tiba ketika sambungan terhubung. A.aaku di dorm. Ucap Justin kaget dengan suara Bex yang sedikit membentak-bentak. Keluar dorm sekarang! Tak pakai

lama! ucap Bex membentak dan mematikan panggilan telepon itu. Aku dan Bexpun segera menuju dorm boy. Justin sudah tampak terduduk di anak tangga depan dorm. Bex terus menggeretku menuju Justin dengan cepat. Heh! Apa kau tahu? Temanku ini menjadi sedikit psyc o karna kau diamkan beberapa hari! Dan aku menjadi terkena dampaknya. Sekarang selesaikan masalah kalian berdua dan jangan merepotkanku lagi! ucap Bex membentak kami berdua dan meninggalkan kami berdua disini. Justin masih belum menatapku, sikap dinginnya padaku ini melebihi dinginnya musim ini. Keheningan tercipta diantara kami berdua, Justin tak mau memulainya dahulu sepertinya. Ya aku yang harus memulainya. Aku minta maaf. Ucapku mulai angkat bicara. Justin masih terdiam dan tak meresponku. Gila ya, aku minta maaf dan bahkan aku tak mengerti salahku sendiri itu apa. Tiba-tiba kau malah menganggapku seperti bukan kekasihmu. Sebenarnya apa maumu? Kau ingin mengakhiri ini semua? tanyaku sambil mengedip-ngedipkan mataku mencegah air mata ini untuk keluar. Introspeksi Camm! Pekalah sedikit jadi orang! Kau yang tak pernah menganggapku menjadi kekasihmu, atau aku memang hanya selingkuhanmu ya? Haha. Aku selama ini telah bersikap cuek atas kedekatanmu dengan Zayn! Tapi kau malah memanfaatkan kepercayaanku itu! Kau malah semakin menjadi! Aku ini siapamu hah? Kau pikir aku patung yang tak bisa merasa? ucap Justin panjang lebar dengan nada yang cukup tinggi. Tampak matanya sangat berkaca-kaca. Jangan menangis Justin, jangan menangis hanya karna aku seorang gadis yang tak bisa peka kepada keadaan. Setetes cairan bening melesat cepat dari mataku, aku menangis lagi. Ya, namun langsung ku usap air mata ini, aku harus kuat dihadapan Justin. Maafkan aku. Aku tahu aku salah dekat dengan Zayn. Ucapku lirih tak berani menatap mata Justin yang sedang menatapku tajam. Kau anggap aku apa? Hah? tanya Justin sambil terus menatapku tajam. Kau kekasihku. Kau ayahku. Kau juga kakakku. Kau selalu bisa menjadi apapun bagiku, kau selalu melindungiku dan membimbingku. Ucapku dan memberanikan diri menatap Justin. Bullshit! Dengarkan aku! Sudah cukup aku bersandiwara sekarang, aku tak bisa selalu memasang wajah senang ketika kau bersama Zayn. Aku juga tak bisa langsung memaafkanmu setelah melihat fotomu bersama Zayn yang entahlah kalian habis bercinta atau apa, aku tak peduli! Aku ingin kau tahu, sudah cukup kau menghancurkan hatiku! Sudah cukup aku melihatmu bercumbu dengan Zayn! Apa kau tak sadar kau semakin menyakitiku ketika kau dan Zayn berciuman! Aku kekasihmu Camm! K E K A S I H M U! jelas Justin, tampak sekali emosinya semakin menjadi ketika Ia menyentakkan tiap kata di wajahku. Maaf. Ucapku dan spontan langsung memeluk Justin dengan erat. Aku merindukan hangat tubuh ini, aku merindukan aroma tubuh ini, rinduku padamu sangatlah dalam Justin, batinku menjerit tak karuan. Tenangkan pikiranmu. Berubahlah. Ucap Justin melepaskan pelukanku dan meninggalkanku masuk kedalam dorm, ia mennggalkanku bersama rasa dingin ini. Hatiku semakin terasa tersayat ketika tahu isi hati Justin tadi, jelas sekali Justin cemburu dan salah sangka. Aku berasa sangat murahan jika seperti ini, maafkan aku Justin, maafkan kesalahanku. Aku berjalan kembali ke dormku dengan langkah berat, begitu sampai kamarku langsung menuju kamar mandi dan mengguyur tubuhku dengan shower, tak memedulikan Bex dan Liz yang menatapku tadi saat di pintu. Ku pikirkan setiap kata yang terlontar dari mulut Justin tadi, aku masih ingat matanya yang berkaca-kaca hampir menangis karnaku. Aku memang tak pantas untukmu Justin, aku tak bisa membuatmu bahagia. Maafkan aku berulang kali menyakitimu. -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------HABIS BACA WAJIB LIKE NGGAK LIKE BISULAN. Yang SILENT READERS nanti jerawatan :p *candawey* Sorry for typos and not good enough story. Happy Reading!

Bekicoooottt~~~~ -----------------------------------------------------------------------------------

Justin POV Ku langkahkan kakiku menuju gate keberangkatan bersama teman-teman sekolahku yang lain. Ya ini hari keberangkatan kita semua menuju London untuk ujian praktek. Aku dan Cammie masih dalam keadaan yang tidak baik, jujur saja aku lelah dengan semua ini. Aku sudah cukup lelah menghdapinya. Kalian berpikir aku sudah tak mencinta Cammie? Salah besar, aku seperti ini karna rasa sayangku yang teramat dalam padanya. Hari-hari sungguh teramat sepi tanpa adanya senyuman darinya, aku merindukan senyuman manis yang terkembang di bibir Cammie. Kini aku sudah berada di dalam pesawat, pesawat pribadi yang telah sengaja disewa oleh sekolahanku. Di dalam pesawat aku duduk menyendiri, aku memikirkan permasalahan beratku dengan Cammie ini. Aku tak bisa membiarkan masalah ini harus terus berlarut. Aku harus menyelesaikannya dengan baik-baik. Aku hanya ingin Cammie bahagia, itu juga merupakan kebahagiaan bagiku. Ya begitu sampai di London aku harus membicarakan ini semua dengan Cammie, ini untuk kebaikan kita semua. Ku tarik nafas panjang setelah berhasil menemukan penyelasaian atas masalah ini. Ku balikan badanku menjadi menghadap jendela, sehingga aku dapat menatap gumpalan awan dari sini. Sejak berangkat tadi headset setia menempel di telingaku, beberapa lagu terus berputar di iPhoneku ini. Tiba-tiba saat aku sedang asik bersenandung kecil sambil terus menatap awan seseorang menepuk bahuku, spontan aku langsung memalingkan wajahku kearah datangnya sentuhan tadi. Boleh aku duduk disini nak? tanya Mr. Solomon ramah kepadaku. Aku mencopot sebelah headsetku dan tersenyum mengijinkannya duduk disebelahku. Coffe? tawar Mr. Solomon padaku sambil mengangkat cup coffe miliknya. Terima kasih, sir. Ucapku menolak dengan halus. Kau tak berkumpul denga n teman-temanmu yang lain, nak? tanya Mr. Solomon sambil menyerutup coffenya dan melirikku. Tidak. Jawabku singkat dan memainkan ponselku. Ya ponselku sudah ku offline kana tau berada pada airplane mode, sehingga aku tetap dapat menggunakannya didalam p esawat. Tumben juga kau tidak bersama dengan kekasihmu nak. Ucap Mr. Solomon tiba -tiba sambil meneguk habis coffenya dan membuang cup plastic itu. Aku hanya menggeleng dan tersenyum menatap Mr. Solomon. Yasudah, aku mau tidur dulu perjalanan masih jauh. Ucap Mr. Solomon dan tertidur di kursi disebelahku. Ya perjalanan masih cukup lama, sebaiknya aku mengikuti langkah Mr. Solomon saja. Dan akupun tertidur di pesawat ini selama perjalanan. Ya kami berangkat dari Virginia sore hari waktu Virginia dan diprediksikan kita akan sampai di London pagi hari. Tak terasa aku terlelap cukup lama dan badanku mulai merasakan pegal-pegal. Mungkin ini effect dari JetLag. Ku lirik Mr. Solomon sudah tidak ada di sebelahku. Ku renggangkan otot-ototku yang terasa kaku ini. Aku bangkit dari dudukku dan sedikit berjalan-jalan agar tak terlalu pegal. Aku menuju kamar kecil sebentar lalu meminta coffe dan beberapa snack pada pramugari. Setelah itu barulah aku kemballi lagi ke kursiku tadi. Di kursiku aku langsung menyerutup coffe dan melahap beberapa snack yang minta tadi, ya aku merasakan lapar karna semalam aku tak makan dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 3.30 a.m waktu setempat. Perhatian, para penumpang diharapkan duduk di kursinya masing-masing dan memakai sabuk pengamannya. Sebentar lagi kita akan mendarat. Sekali lagi para penumpang diharapkan duduk di kursinya masing-masing dan memakai sabuk pengamannya. Terima kasih. Suara seorang wanita keluar keseluruh bagian pesawat ini melalui speakers. Dengan cepat aku membereskan semua makananku ini dan memakai sabuk pengamanku. Tampak beberapa pramugari berkeliling untuk memastikan sabuk pengaman kami telah terpakai dengan benar semua. Sang pramugari datang kearahku, tersenyum manis dan membantu mengencangkan sabuk pengamanku. Setelah pekerjaannya selesai, sang pramugari kembali duduk ke tempatnya, memakai sabuk pengamannya sendiri. Tak lama kurasakan pesawat ini mulai bergerak

turun. Setelah pesawat kami telah berada di daratan lagi, kami segera turun dan berjalan menuju ke dalam London Airport. Disana kami mengambil tas kami mengurus beberapa surat dan barulah kami pergi dengan bis besar merah bertingkat menuju penginapan. London juga diguyur salju hari ini. Di penginapan kami ini tampak terpampang jelas di gerbang bertuliskan B Mess. Ya mungkin itu nama dari penginapan yang kita singgahi ini. Setelah pembagian kamar, kami diperbolehkan untuk beristirahat menghilangkan lelah yang ditimbulkan oleh JetLag. Barulah esok hari kita akan melakukan kegiatan-kegiatan. Akupun mandi untuk menghilangkan lengket dibadan mengambil sarapan yang telah disiapkan dan barulah berisitirahat lagi. 2nd day in London Pagi ini Rachel Morgan sang kepala sekolah akan memberikan sambutan dan beberapa penjelasan. Aku telah bangun dan sudah siap dengan seragam sekolahku. Ya disaat upacara memang semua siswa diwajibkan memakai seragam. Kami upacara berada di halaman luar Mess ini, ya karna Mess ini tidak memiliki aula yang cukup besar untuk kami semua, layaknya di Gallagher Academy. Kami melakukan upacara dengan posisi berdiri tidak seperti biasanya ketika berada di Gallagher Academy. Rachel Morgan telah berada dihadapan kami semua sekrang dengan microphone yang berdiri tegak dihadapannya. Good morning my lovely student. Ucap sang kepala sekolah menyapa kami semua. Bagaimana keadaan kalian semua? Ku harap baik. Selamat datang di London saya ucapkan dan sebentar lagi Mr. Solomon akan memberi beberapa penjelasan penting untuk kalian semua menghadapi ujian praktek yang akan datang. Mr. Solomon saya persilahkan. Ucap sang kepala sekolah mempersilahkan Mr. Solomon menggantikannya berbicara. Selamat pagi. Langsung pada intinya, ujian praktek yang akan kalian hadapi Ia lah penyamaran. Jadi kalian akan kami lepas di lapangan dan kalian harus pergi menuju suatu objek tanpa ada yang mengikuti sama sekali. Baik itu warga sipil, polisi, atau apa saja karna saya telah menyiapkan beberapa teman saya untuk mengintai gerak-gerik kalian semua ketika di London. Dan jika kalian berhasil datang ke objek yang akan dituju dengan tertangkap oleh teman kami, maka kalian dinyatakan gagal dan mengulang semester kedepan. Ada yang perlu ditanyakan? Jelas Mr. Solomon dengan sejelas -jelasnya. Setelah penjelasan singkat tadi selesai kamipun dibubarkan untuk mempersiapkan hari ujian praktek kami esok hari. 3rd days in London Author POV Hari ujian praktek untuk para murid Gallagher Academy akhirnya tiba. Semua murid telah berkumpul di halaman lagi sebelum diperbolehkan keluar dari penginapan ini. Yang akan melepaskan kepergian kami dari penginapan ini adalah Mr. Solomon karna tampak Ia sudah berada di depan kami sambil membenarkan posisi microphone dihadapannya. Pagi. Penjelasan tambahan untuk kalian semua. Setelah ini kalian akan dilepas dikota London ini, tujuan akhir kalian dalam misi in adalah Museum di dekat Big Ben yang berada di tengah kota. Kalian dapat melihat Big Ben dari sini. Ucap Mr Solomon sambil menunjuk ke belakang kea rah BigBen yang amatlah tinggi menjulang itu. Baiklah anak -anak, berhati-hatilah selama perjalanan. And good luck. Ucap Mr. Solomon mempersilahkan semua murid keluar dari penginapan ini. Dan seketika murid-muripun berpencar dan berjalan dengan niat masingmasing kearah BigBen. Tampak dari mereka ada yang berjalan mengendap-ngendap namun ada sebagian yang berjalan santai dan ada pula yang berjalan tergesa-gesa. Ya itu beberapa cara penyamaran yang sebagian murid lakukan agar sampai di menara BigBen dengan selamat. Disisi lain tampak seorang pemuda tampan sedang terduduk diluar caf bersama seorang gadis, mereka tampak sedang bercakap dan bercanda bersama. Jadi bagaimana liburanmu saat di Virginia kemarin Zayn? tanya sang wanita pada sosok yang Ia panggil Zayn itu. Ya sangat menyenangkan tentunya. Aku mempunyai beberapa teman baru disana dan mereka sangatlah baik padaku Perrie. Ucap Zayn

menjelaskan pada teman wanitanya yang Ia sapa dengan panggilan Perrie itu. Apa kau juga mengencani wanita lain selain aku disana? tanya Perrie curiga sambil menaikkan satu alisnya menatap Zayn tajam. Sudahlah, kau itu bukan ibuku bahkan bukan pacarku berhentilah untuk mencurigaiku. Jawab Zayn dengan ketus dan ekspresi wajahnya berubah menjadi badmood. Maaf, maafkan aku. Aku tak ingin bertengkar lagi denganmu. Maaf ya? ucap Perrie sambil menggenggam tangan Zayn dan tersenyum tulus menatapnya. Zayn hanya membalas permintaan maaf Perie tersebut dengan senyuman sesaat dan melepas genggaman tangan Perrie. Perrie sedari tadi mengajak Zayn mengobrol namun Zayn tampak cuek dan mengabaikan Perrie, masih tampak jelas sikap Zayn yang cukup badmood dibuat Perrie pagi ini. Zayn tampak melihat pemandangan disekitarnya, melihat jalanan yang masih tampak sepi di pagi dingin ini. Ketika matanya menyelusuri tiap jalanan besar ini, matanya tertuju pada seorang gadis yang sangat tak asing lagi baginya. Ia bertemu dengan Cammie disini, di London di kampong halaman Ibunya, tak sia-sia ternyata Zayn berada disini. Senyuman mulai mengembang kembali diwajah tampan Zayn, Ia bangkit dari duduknya mengambil cup hot chocolate nya dan menyerutupnya. Aku harus pergi, ada urusan. Nanti ku hubung kau lagi. Pamit Zayn pada Perrie sambil tersenyum -senyum senang mencium pipi Perrie sesaat dan berlari kecil meninggalkannya sendiri. Perrie menatap kepergian Zayn itu dengan tatapan cukup aneh dan membiarkannya Ia pergi. Zayn menyusul langkah Cammie, Zayn mengikuti Cammie dari belakang berusaha mengejutkannya. Hai. Ucap Zayn sambil mendekap Cammie dari belakang. Cammie terlonjak kaget melepaskan pelukan Zayn dengan kasar. Zayn! pekik Cammie his teris ketika menyadari lelaki yang baru saja mengagetkannya adalah sosok yang sangat Ia kenal. Kau berlibur disini juga? tanya Cammie mulai nampak ceria. Iya momku asli dari Inggris. Jelas Zayn pada Cammie dengan ekspresi yang sangat senang. Aku senang bisa bertemu disini, oh ya dank au mengapa di Inggris? tanya Zayn lagi pada Cammie. Mmmmh liburan. Dusta Cammie pada Zayn sambil menyengir. Oh ya kau sepertinya terburu-buru. Kau mau kemana? tanya Zayn menyelidiki. Cammie nampak berpikir sejenak dan terdiam ak menjawab pertanyaan Zayn tersebut. Aku tak mungkin memberi informasi pada orang tentang tujuanku ke Big Ben. Ini kan misi rahasia. Bagaimana jika Zayn itu suruhan Mr. Solomon. Mmmh tapi tak mungkin Ia saja kaget dengan keberadaanku disini. Baiklah tak apa aku beritahu tujuanku, toh tak mungkin Zayn suruhan itu. Zayn bisa kupercaya. Pikir Cammie dalam benaknya. Hei kau melamun? ucap Zayn sambil menjetikkan tangannya di depan wajah Cammie. Hehe. Iya maaf. Ucap Cammie dengan tertawa canggung dan menatap Zayn. Jadi kau mau kemana? Mau aku antar? tanya Zayn menawari bantuan pada Cammie. Aku mau ke Big Ben. Kau mau mengantarku? Sungguh? Kedengarannya akan menyenangkan. Ucap Cammie tampak ceria. Ya. Aku mau mengantarmu. Baiklah ayo jalan. Uc ap Zayn sambil menggandeng tangan Cammie berjalan menuju Big Ben. Selama perjalanan mereka terus bercerita dan bercanda. Cammie juga sempat menceritakan hubungannya dengan Justin dan jika masalahnya belum selesai Zayn mau membantu menyelesaikannya. Setelah perjalanan akhirnya Cammie dan Zayn telah sampai di pusat kota, tepatnya ada di daerah Big Ben. Tampak Justin sedang melapor pada Mr. Solomon atas telah sampai dirinya di Big Ben tanpa pengikut. Setelah melapor Justin duduk di kursi taman yang ada dan Ia menangkap gadisnya sedang berjalan kerah sini bersama Zayn. Super! Lagi-lagi Cammie bersama dengan Zayn. Tiap bersama Zayn, Cammie juga selalu ceria. Zayn memang tahu caranya membahagiakan Cammie, tak sepertiku. Hatiku lagi-lagi hancur melihat orang yang kusayangi bersama orang lain. Ku kuatkan diriku untuk tersenyum manis melihat ini semua, aku harus kuat. Aku harus bahagia jika Cammie juga bahagia. Pikir Justin dalam hatinya tampak wajahnya tersenyum dengan terpaksa dan tangannya telah mengepal sangat kuat. Cammie sedang melapor pada Mr. Solomon sekarang. Nona Morgan. Ucap Mr. Solomon sambil mencari nama Cammie di dalam daftar yang Ia bawa. Apa kau selamat hingga sini? tanya Mr. Solomon sambil tersenyum pada Cammie. Tentu saja. Ucap Cammie dengan sangat mantap. Apa kau yakin? tanya Mr. Solomon lagi pada Cammie sambil tersenyum miring. Emmh entahlah sir. Tapi aku yakin. Ucap Cammie sambil mengernyitkan dahinya seperti ada yang janggal. Haha. Oh hai Mr. Malik terima kasih atas kerja samanya. Ucap Mr. Solomon sambil menjabat tangan Zayn bersalaman.

What? Kerja sama? Maksud kalian? ucap Cammie semakin bingung. Ya, saya memang mengadakan kerja sama dengan Blackthorne Academy nona Morgan. Dan dengan sangat terpaksa anda gagal, dan harus mengulang semester depan. Jelas Mr. Solomon dan tersenyum bangga pada Zayn. Oh. Holly shit. Beri aku kesempatan lagi sir. Ucap Cammie memohon pada Mr. Solomon. Ya kesempatanmu semester depan nona. Tenanglah temanmu Bex juga gagal, Ia juga dibuntuti oleh Mr. Horan. Jelas Mr. Solomon sambil menunjuk kearah Bex dan Niall yang sedang bercanda dan memakan keripik kentang di anak tangga depan museum. Haaah. Yasudah terima kasih sir. Ucap Cammie kecewa dan berjalan menghampiri Bex dan Niall. Zayn tampak sedang bercakap dengan Mr. Solomon. Bagaimana ujianmu Camm? tanya Niall ramah pada Cammie. Hei, buruk. Bagaimana kabarmu? ucap Cammie tampak lesu. Haha, kau juga gagal Camm? tanya Bex pada Cammie dan tersenyum senang bahwa Ia memiliki teman mengulang semester. Y eah! Itu semua gara-gara Tuan Javad Malik -_- ucap Cammie sambil menyebutkan nama Zayn dengan suara yang jelek. Hei aku dengar itu! ucap Zayn berteriak dari tempatnya bersama Mr. Solomon. Haha, yasudah kan masih ada aku Camm yang akan mengulang bersamamu. Hibur Bex menenagkan Cammie. Ya. Terpaksa :3 ucap Cammie sambil memanyunkan bibirnya. Tampak beberapa anak lain mulai datang, anak anak Blackthorne Academy juga mulai datang. Liam, Harry, Louis mereja langsung bergabung bersama Bex Niall dan Cammie. Oh ya Zayn setelah bercakap dengan Mr. Solomon, Ia tak kemari Ia justru mendekati Justin yang terduduk sendiri di kursi taman. Hei bro. nice to see you again. Ucap Zayn menyapa Justin ramah dan duduk disamping Justin. Justin hanya melirik Zayn dan tersenyum sesaat. Bagaimana ujianmu? tanya Zayn memulai pembicaraan lagi. Berhasil. Ucap Justin singkat dan mengedarkan pandangannya menikmati suasana musim dingin siang hari kota London. Aku ingin bicara padamu. Ucap Zayn tampak serius. Bicaralah. Ucap Justin dan menatap orang yang mengajaknya bicara. Maafkan aku yang berulang kali membuatmu cemburu. Dan untuk masalah foto, kau hanya salah paham. Biar ku jelaskan, malam saat di bar waktu itu aku dan Liam bertaruh untuk mendapatkan seorang gadis, aku berhasil mendapatkannya dan ternyata Ia hanyalah seorang wanita jalang. Ia hampir saja melucuti bajuku namun Cammie datang dan menyelamatkanku. Cammie juga hanya berusaha membantuku memasangkan kancing kemeja saat itu karna aku hamir lupa membetulkannya. Jelas Zayn panjang lebar pada Justin. Justin hanya mengangguk-angguk akan penjelasan Zayn tersebut. Well mungkin saat itu salah sangka. Namun itu bukan kali pertama aku menahan rasa cemburuku atas kau dan Cammie. Berulang kali aku merasakan itu Zayn dan baru saja aku juga melihatnya. Kau memang lebih bisa menjaga dan menghibur Cammie daripada aku. Jagalah Cammie untukku? pinta Justin pada Zayn. Maksudmu? Ya aku memang akan menjaga Cammie selalu, Ia sudah seperti adikku sendiri. Jawab Zayn dengan tatapan s edikit bingungnya. Nanti kau akan tahu maksudku. Ucap Justin dan membuang pandangannya kearah lain. Baiklah, ayo bergabung dengan anak Blackthorne lain. Ajak Zayn pada Justin. Dan mereka pun berkumpul bersama kembali seperti saat di Gallagher Academy dahulu.

4th day in London Author POV Ujian praktek telah dilalui para senior dan hasilnya pun langsung diketahui. Berarti sisa hari di London dapat dipergunakan untuk berlibur. Kalian masih ingat B Mess di palang depan penginapan? Ternyata itu adalah inisial dari Blackthorne. Ya letak Blackthorne Academy memang berada di London ternyata. Hari ini Cammie telah memiliki janji untuk menemani Zayn berkeliling. Zayn telah menunggu Cammie di depan gerbang penginapan dengan mobilnya. Tampak dari mobil Cammie baru saja keluar dari dalam dorm, Ia menggunakan sweater berwarna soft pink dan juga topi rajutan di kepalanya. Cammie langsung memasuki mobil Zayn dan tersenyum menatap Zayn. Kau sudah siap? tanya Zayn

sebelum menjalankan mobilnya. Yep. Mau kemana kita hari ini? tanya Cammie pada Zayn. Lih at saja nanti, kau akan tahu. Ucap Zayn dan menjalankan mobilnya. Setelah perjalanan beberapa menit mobil Zayn memasuki sebuah gerbang besar dengan beberapa gedung dibalik gerbang itu. Zayn memarkirkan mobilnya di parkiran kemudian mengajak Cammie memasuki sebuah gedung. Di dalam gedung ini banyak sekali anak-anak dan anak-anak kecil itu juga langsung mengerubungi Zayn ketika mereka melihat sosok Zayn. Hei, hei hei. Apa kabar kalian anak-anak? sapa Zayn sambil mengednong seorang gadis kecil dengan rambut yang dikucir dua. Kami merindukanmu Zayn, lama sekali kau tak mengunjungi kami. Ucap sang gadis yang berada di gendongan Zayn. Haha. Iya maafkan aku, aku baru saja dari luar negri anak-anak. Ucap Zayn menjelaskan sambil mencubit pipi tembam gadis kecil digendongannya itu. Apa wanita cantik yang bersamamu ini kekasihmu Zayn? tanya sang gadis kecil dengan polosnya. Haha, oh ya aku lupa kenalkan. Dia Cammie, dia temanku dari luar negri. Cantik bukan? jelas Zayn sambil tersenyum menatap Cammie. Ya dia sangat cantik dan cocok denganmu Zayn. Ucap seorang anak kecil laki-laki yang menggandeng tangan Zayn. Oh ya. Dimana suster Dolores? tanya Zayn pada anak -anak itu. Sepertinya dia ada dikantornya. Jelas anak-anak kecil itu pada Zayn. Baiklah, aku mau menemuinya dulu. Kalian bermain dulu ya disini. Ucap Zayn sambil menurunkan gadis kecil di gendongannya itu dan menggandeng Cammie menuju kantor kecil milik Suster Dolores. TokTokTok Zayn mengetuk pintu ruangan kantor

Ya masuklah. Ucap seorang wanita dari dalam dengan suara lembutnya. Zayn dan Cammie pun memasuki ruangan itu. Tampak seorang suster sedang membaca buku tebal di mejanya. Sang suster melihat kearah Zayn dan Cammie kemudian tersenyum. Selamat pagi suster. Sapa Zayn dan berjalan kearah meja suster itu. Senang melihatmu kembali nak. Ucap sang suster sambil menjabat tangan Zayn dan bergantian pada Cammie. Duduklah. Ucap sang suster mempersilahkan Zayn dan Cammie. Keduanya pun langsung duduk bersebalah di sofa yang ada di kantor itu. Bagaimana kabarmu nak setelah dari luar negri? tanya sang suster pada Zayn. Sangat baik. Dan bagaimana keadaan dipanti ini? Semua baik-baik saja bukan? tanya Zayn pada sang suster balik. Ya ternyata Zayn mengajak Cammie ke sebuah panti asuhan. Ya semua berjalan dengan baik-baik saja. Oh ya apakah Ia gadis beruntung yang mendapatkan cintamu nak? tanya Suster Dolores menyelidiki sambil melirik Cammie dan tersenyum. Haha. Tidak tidak Ia hanya temanku, kenalkan Ia Cammie dan Ia dari Virginia. Jelas Zayn sambil menatap wajah Cammie sesaat. Saya suster Dolores. Wow, Virginia ya? Cukup jauh dari London. Apa kau kesini memang sengaja menemui Zayn nona? ucap Sang Suster sambil memberikan senyumannya pada Cammie. Aku disini untuk berlibur suster. Dan w ell Grandma dan Grandpaku juga berasal dari London. Jelas Cammie dan ikut memberikan senyumannya yang lebih manis. Teng Teng Teng Sebuah lonceng besar berbunyi dengan nyaringnya. Saatnya ke gereja. Apa kau Kristiani nona? tanya sang suster sambil menatap Cammie. Ya, tentu saja. Jawab Cammie dengan tersenyum bangga. Baiklah, ayo ikut bersamaku untuk berdoa bersama di gereja kecil/kapel yang ada d ipanti asuhan ini. Ajak sang suster sambil bangkit dan mengajak Cammie. Lalu aku bagaimana? tan ya Zayn sambil menatap suster Dolores dan Cammie yang berjalan meninggalkannya. Kau bisa bermain bersama anak lainnya bukan, seperti biasanya? jawab sang suster sambil terus berjalan bersama

Cammie menuju kapel yang berada di luar dari gedung panti. Zayn berjalan keluar dari kantor dan bermain dengan beberapa anak yang tidak ikut ke Gereja. Maaf tadi telah mengiramu kekasih dari Zayn. Karna Zayn sebelumnya tak pernah mengajak teman perempuannya kemari. Ucap sang suster pada Cammie sambil terus berjalan. Cammie hanya menjawab dengan menggangguk dan tersenyum. Ya Zayn memang seorang muslim namun perannya sangat besar dipanti asuhan yang beryayasan Katolik ini. Ia bahkan tak segan mengajarkan anak-anak latihan koor untuk pentas di gereja. Ucap sang suster menjelaskan sosok Zayn dimatanya. Cammie terus mendengarkan penjelasan sang suster sambil terus berjalan dan tersenyum. Jika orang yang tak mengenal Zayn secara dalam mungkin hanya menganggapnya orang yang arogan karna sikapnya yang begitu cuek dan keras tapi itu bukan Zayn yang sebenarnya. Ia selalu bersikap hangat pada anak-anak disini. Kau akan sangat beruntung jika mendapatkan hatinya nak. Jelas sang suster lagi sambil menatap wajah Cammie dan berhenti didepan pintu Kapel. Aku hanya mengganggapnya sebagai seorang kakak. Ya aku tahu Zayn dia juga bersikap hangat padaku. Ucap Cammie dan balas menatap suster Dolores dengan tatapan hangat. Baiklah, ayo masuk. Ajak sang suster sambil membuka pintu kapel dan memasukinya. Cammie mengikuti dibelakangnya. Di depan altar sudah ada seorang pendeta yang akan memimpin misa pagi hari ini. Cammie dan suster Dolores langsung duduk di kursi jemaat dan mengikuti jalannya misa dengan khitmat. Beberapa lagu pujian dinyanyikan bersama-sama dalam misa singkat ini. Setelah kurang lebih 30 menitan misa singkat ini usai. Beberapa anak dan suster mulai meninggalkan kapel ini. Tampak Cammie masih duduk memejamkan matanya dan melipat tangannya. Ya Cammie masih berada dalam posisi doa. Suster Dolores mulai bangkit dari duduknya dan meninggalkan Cammie dan menunggunya di luar kapel. Cukup lama Cammie tak kunjung keluar dari dalam Kapel, tiba-tiba Zayn datang menyusul sambil menggendong seorang anak kecil perempuan yang tadi pagi bersamanya. Dimana Cammie? tanya Zayn pada suster Dolores. Dia masih didalam. Masih berdoa. Masuklah saja tak apa. Baiklah aku kembali ke kantor dahulu. Pamit sang suster dan meninggalkan Zayn dan gadis kecil itu di luar kapel. Zayn dan gadis kecil itu pun memasuki kapel untuk menjemput Cammie. Setelah ada disamping Cammie mereka berdua terduduk sambil menatap Cammie yang sedang berdoa. Cammie tampak semakin cantik ya Harper ketika wajahnya tenang? tanya Zayn pada anak kecil yang Ia panggil Harper itu sambil berbisik. Eheee. Ucap Harper sambil menggangguk-angguk dan tersenyum. Tak lama setelah itu Cammie mulai membuka matanya dan langsung menengok kearah Zayn dan Harper. Kalian sudah lama disini? tanya Cammie sambil tersenyum menatap Zayn dan Harper. Tidak, baru saja. Ucap Zayn dan tersenyum pada Cammie. Apa yang kau minta dalam doa? Kau berdoa cukup lama. Tanya Zayn sambil tersenyum dan menunggu penjelasan dari Cammie. Aku hanya ingin yang terbaik aku dan Justin. Dan aku hanya ingin Justin bahagia. Ucap Cammie dan tersenyum menatap patung sal ib besar yang berada di atas altar. Tentu saja Tuhan akan memberikan yang terbaik dalam hidupmu Cammie. Aku juga akan mendoakanmu. Ucap Harper tiba-tiba menanggapi ucapan Cammie tadi. Terima kasih gadis manis. Ucap Cammie sambil mencubit pip chubby Harper. Oh ya kau sudah tau namaku tapi aku belum mengetahui namamu. Bagaimana bisa? tanya Cammie dan menatap Harper hangat. Ya Zayn banyak cerita tentangmu tadi. Oh ya aku Harper. Harper Beckham, ayah dan ibuku telah bercerai. Dan ayahku juga seorang mata-mata seperti Zayn sehingga aku hau dititipkan disini ketika Ia bertugas. Jelas Harper beceloteh panjang lebar. Uhhhh, kau pasti sedih selalu ditinggal orang tuamu. Ucap Cammie ikut prihatin pada Harper. Tidak terlalu, disini aku punya banyak teman dan Zayn juga selalu menjenguk biasanya. Itu sudah cukup membuatku bahagia. Ucap Harper sambil tersenyum manis pada Cammie. Tiba-tiba Cammie termenung, Ia teringat dengan sosok Justin. Justin juga sudah tak pernah bertemu dengan kedua orang tuanya namun Ia kadang tak mempunyai teman, tidak seperti gadis ini. Ia mempunyai teman banyak disini. Cammie? Apa aku ada salah kata?

Maafkan aku. Ucap Harper merasa Ia telah berbuat salah pada Cammie sehingga membuat Cammie terdiam seperti ini. E..eh tidak. Kau tidak bersalah, aku hanya teringat dengan sosok Justin. Ucap Cammie ekspresi wajahnya tampak murung, Baiklah sebaiknya kita pergi saja dari panti asuhan ini jika suasana hatimu sedang tak baik. Ucap Zayn bangkit dan menurunkan Harper dan menggandeng tangannya. Maaf. Ucap Cammie sambil berjalan dan ikut menggandeng Harper disisi yang lain. Cammie dan Zayn pun segera kembali ke ruangan suster Dolores untuk berpamitan dahulu. Mengapa terburu-buru? Kau tidak suka disini ya? tanya suster Dolores tampak kecewa s aat mereka berdua berpamitan. Bukan begitu, tapi Cammie harus segera menemui Grandparentnya, mereka sudah merindukan Cammie. Bual Zayn pada suster Dolores. Baiklah kalau begitu. Jangan kapok bermain dipanti asuhan ini ya. Aku punya kenang-kenangan untukmu. Ucap suster Dolores sambil membuka laci mejanya dan mengeluarkan sebuah Rosario. Pakailah ini, gunakan juga berdoa. Tuhan memberkatimu. Ucap Suster Dolores memberikan Rosario itu pada Cammie dan tersenyum menatap Cammie. Terima kasih suster. Tuhan besertamu juga. Ucap Cammie tersenyum memakai Rosario itu dan berpamitan pada suster Dolores. Suster Dolores mengantarkan Cammie dan Zayn hingga parkiran mobil. Aku akan berkunjung lagi besok. Ucap Zayn dari dalam mobil pada suster Dolores. Ya, berhati-hatilah. Ucap suster Dolores sambil melambaikan tangannya. Zayn pun mulai menjalankan mobilnya meninggalkan gerbang besar panti asuhan ini. Kita mau kemana setelah ini? tanya Cammie pada Zayn. Bersenang-senang. Ucap Zayn singkat tersenyum dan terus menjalankan mobilnya menuju sebuah tempat. Tak lama Zayn memarkirkan mobilnya di pinggiran jalan. Di sepanjang jalan ini banyak sekali pengamen-pengamen jalanan. Ada berbagai karya yang mereka tampilkan untuk menghibur dan mendapatkan uang. Begitu turun dari mobil Zayn langsung menarik tangan Cammie kesebuah hiburan yaitu sepasang orang sedang bermain Salsa dengan beberapa iringan dibelakangnya. Zayn langsung mengajak Cammie menari-nari dan tertawa bersama disana, seketika suasana disekitar mereka ikut meramai. Banyak pasangan juga yang ikut menari disitu, banyak yang mengerubungi mereka semua saat ini. Tak jauh dari situ seorang pemuda bermata Hazel sedang berjalan-jalan sendirian dengan membawa kamera DSLR miliknya tak tahu mengapa Ia tiba-tiba tertarik dengan photography karna banyak objek menarik di eropa ini. Pemuda itu melihat kerumunan orang dengan suara music yang merdu mengiringinya. Pemuda itu tertarik dan mendekatinya, saat didekati betapa terkejutnya bahwa kekasihnya dan Zayn lah yang sedang menjadi tontonan saat itu. Ia cukup terkejut namun Ia tetap bisa tersenyum ketika melihat gadisnya sedang tertawa bahagia disitu, dengan kamera DSLRnya Ia segera memotret wajah gadisnya ketika sedang tertawa bahagia, tak tahu mengapa kini hatinya mulai tak merasa sakit ketika melihat Cammie dengan Zayn. Ia justru ikut senang ketika melihat gadisnya dapat tertawa lepas seperti sekarang ini. Ia menjauh dari kerumunan itu dan terduduk di trotoar sambil melihat hasil fotonya barusan. Foto ketika gadisnya dapat tertawa dengan lepas, Ia tersenyum-senyum sendiri melihat tiap jepretan fotonya itu. Tak sadar kerumunan itu mulai menyepi, Zayn dan Cammie mulai berjalan-jalan lagi. Justin menatap sosok gadisnya itu tersenyum dan menghampirinya. Boleh aku meminjam Cammie? tanya Justin meminta ijin pada Zayn agar Ia dapat pergi dengan Cammie. Tentu saja. Ucap Zayn mengijinkan dan tersenyum pada Justin. Cammie tampak menatap Zayn meyakinkan, namun Zayn hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Cammie membalas senyuman Zayn itu dan barulah Ia pergi dengan Justin kekasihnya. Kedua pasangan itu pun berjalan-jalan bersama di pinggiran jalan kota London. Kau tampak bahagia sekali hari ini. Ucap Justin membuka pembicaraan sambil tersenyum menatap wajah Cammie. Tidak terlalu. Ucap C ammie dan tersenyum sesaat. Justin tersenyum dan terus berjalan, suasana menjadi hening sekarang. Hanya suara langka kaki mereka berdua saja yang terdengar. Tak tahu mengapa, aku tidak merasakan sakit lagi tadi ketika kau bersama Zayn menari bersama. Uca p Justin mencoba memulai kembali

percakapan. Cammie tiba-tiba berhenti berjalan dan menatap wajah Justin. Maksudmu kau sudah mengihlaskan ku dengan Zayn begitu? tanya Cammie melipat tangannya di depan dada dan menatap Justin dengan satu alis terangkat. Bukan begitu, aku hanya ikut senang ketika melihatmu dapat tertawa lepas. Sudah jangan seperti itu, aku sedang tak mau bertengkar lagi denganmu. Ku mohon? ucap Justin dengan tatapan memohon pada Cammie. Kau sudah memaafkanku? tanya Cammie dan mulai berjalan lagi bersama Justin. Tidak tahu. Ucap Justin singkat dengan ekspresi datar dan tetap terus berjalan. Kau jadi suka fotografi sekarang? tanya Cammie sambil melihat Camera yang menggantung di leher Justin. Ya tiba-tiba saja, banyak objek yang bagus di Eropa. Arsitektur bangunan bagus-bagus. Ucap Justin menjelaskan sambil memegangi Cameranya. Cukup lama mereka berjalan-jalan dan akhirnya berhenti disebuah caf yang tak jauh dari B Mess untuk istirahat dan membeli minuman. Mau kah kau berjalan-jalan denganku esok hari? tanya Justin sambil menyedot Orange Juice miliknya. Kemana? tanya Cammie sambil menatap wajah Justin meminta penjelasan. Berkeliling, temani aku ya? tanya Justin meminta jawaban YA dari Cammie. Baiklah, ku temani. Jawab Cammie sambil tersenyum menatap Justin. Terima kasih. Ucap Justin tersenyum membalas tatapan Cammie dan menyedot Orange Juicenya lagi. Hari sudah sore, sebaiknya kau segera kembali ke Mess. Ucap Cammie menyuruh Justin. Lalu kau? tanya Justin sedikit bingung dengan pernyataan Cammie barusan. Mala mini aku mau menjenguk Grandma dan Grandpa ku. Jelas Cammie dan tersenyum. Baiklah, biar ku antar. Ayo. Ucap Justin dan mulai bangkit dari duduknya. Tidak usah. Kau kembali saja ke mess. Aku bisa naik taxi se ndiri daripada kau repot. Ucap Cammie dengan senyuman yang terus mengembang. Baiklah, berhati -hati lah. Ucap Justin mulai berjalan menjauhi caf dan menuju mess. Cammie berada di depan caf sambil menunggu taxi dan melambaikan tangannya ketika melihat sosok Justin mulai menjauh. Di depan caf inilah kedua pasangan itu berpisah dengan tujuan masing-masing.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Heihooo this is part 24. Gue stuck lagi ternyata jadi agak nggak jelas kan part ini?-_Kira-kira kemana Justin dan Cammie akan pergi? Apakah Justin masih marah atau tidak? Dan bagaimana kah kelanjutan hubungan mereka berdua? Apakah baikan? Apa tidak? Yang pembaca setia gue mesti tetap ngerasa janggal dengan hubungan Cammie dan Justin barusan karna masih sama-sama cuek dan belum so sweet. Ye nggak? Yang readers setia gue pasti jawab Iya deh :p Gue ngerasa readers gue makin turun deh :( Comment and Like to keep support me :) xx Tetep staytune guys! Thanks for reading the GAJEest story ever ini -_v Laaafffff ya :* {} Cammie POV 5th day in London Hari ini, aku akan pergi bersama Justin. Feelingku merasakan terdapat rasa janggal diantara Justin kemarin. Justin tampak berbeda di mataku, Ia bukan seperti yang aku kenal lagi. Ku habiskan sarapan buatan Grandma ku ini bersama Mom, Grandma dan Grandpa. Kali pertama kami makan

bersama di musim dingin tahun ini. Ku teguk segelas susu yang telah disiapkan Grandma dan mengelap mulutku tanda aku telah menyelesaikan makan pagiku ini. Tiba-tiba saja ponselku berdering, ku rogoh aku celanaku dan melihat layar ponselku, Justin memanggil. Langsung kupencet tombol hijau dan menempelkan ponselku ini di telingaku. Morning, sudah siap pergi denganku hari ini? Ku tunggu di stasiun ya. Ucap Justin melalui panggilan ini. Ya, aku segera kesana. Morning. Ucapku segera menutup panggilan ini. Mom, Grandma and Grandpa aku harus pergi sekarang. Justin telah menungguku. Pamitku pada ketiga keluargaku ini sambil mencium pipinya satu -satu. Apa perlu kuantar? Aku akan ke B Mess juga setelah ini. Tawar momku. Baiklah, ayo. Ucapku mengajak Momku segera berangkat. Momku mengendarai mobil milik Grandpa ini menuju stasiun. Tak lama perjalanan kami telah sampai di depan stasiun. Terima Kasih mom, berhati -hatilah. Ucapku sambil melambaikan tanganku pada Momku. Ya, sampai bertemu nanti. Bye. Ucap Momku dan melajukan mobilnya meninggalkan tempat ini. Aku melihat sekelling untuk mencari sosok Justin. And catch it Ia sedang berdiri dengan bersender di lampu kota dengan jaket kulit berwarna hitam melindungi tubuhnya dari hawa dingin. Ku langkahkan kakiku untuk mendekatinya. Hai. Sapaku ketika aku telah berada di hadapan Justin. Oh, hai. Ayo berangkat. Ajak Justin sambil menggandeng tanganku. Kita mau kemana? tanyaku bingung dan tak berpindah dari tempatku sambil menatap tanganku yang digandeng Justin. Ke Paris." Jawab Justin singkat sambil menyengir pada padaku. "What? Paris? Aku tidak membawa passport Justin." Ucapku dengan ekspresi tak percaya pada ucapan Justin barusan. "Tenanglah aku telah menyiapkan semuanya. Tadaaaaa. Ucap Justin tertawa ceria sambil mengeluarkan passport, visa dan tiket dari dalam kantong jaket kulitnya. "Yasudah ayo cepat berangkat." Ajak Justin padaku. Dan kami pun masuk ke dalam stasiun, di stasiun kami mengikuti pemeriksaan imigrasi dahulu dengan memberikan passport dan visa untuk di cek terlebih dahulu. Setelah mengantri dan pemeriksaan imigrasi selama 30 menitan kami langsung menaiki kereta Euro Star. Euro Star adalah kereta tujuan London-Paris dengan perjalanan melalui terowongan yang berada di 100 meter dari dasar laut. Dalam perjalanan kami mendapat fasilitas yaitu diberi makan dan minum. Kira-kira kami menempuh perjalanan selama 3 jam an, di dalam perjalanan aku dan Justin duduk bersebelahan. Kami berdua bercanda bersama dan kami juga sempat tertidur sebentar selama perjalanan. Begitu sampai di Paris kami berhenti di stasiun Gare du Nord. Setelah mengurus passport dan visa di stasiun Gare du Nord kami berdua segera keluar dari stasiun dan kami beristirahat sejenak di sebuah cafe untuk sekedar mengisi perut dan merenggangkan otot yang habis menempuh perjalanan selama kurang lebih 3 jam. "Aku tak menyangka kita bisa pergi sejauh ini di negri orang." Ucapku sambil menyantap lasagna di piringku ini. "Haha. Apa kau senang?" Tanya Justin sambil menatapku dan tersenyum. "Tentu saja, aku sudah lama menginginkan pergi ke Paris jika kau tahu." Ucapku sambil tertawa sumringah melihat keluar jendela cafe ini. "Aku ikut senang jika kau senang." Ucap Justin sambil mengutak-atik Camera DSLR miliknya melirikku sebentar dan kembali fokus dengan Camarenya. "Lekas habiskan makananmu. Kita akan berjalan-jalan setelah ini." Ucap Justin sambil memotretku beberapa kali. Aku tak menjawab dan langsung menghabiskan makananku ini. Setelah makananku habis, Justin menyerutup Orange Juice miliknya dan barulah kami pergi dari cafe kecil ini. Begitu keluar cafe Justin mencari rental mobil untuk kami berkeliling di Paris nantinya. Mobil Lamborghini Aventador berwarna merah lah yang akan menemani perjalanan kami di Paris. Dengan kecepatan yang santai Justin membawaku berkeliling Paris, aku tak tahu akan kemana Ia membawaku. Ku nikmati perjalanan ini dengan melihat arsitektur-arsitektur bangunan di Paris yang sangat indah. "Setelah ini kita berjalan-jalan saja ya. Banyak objek menarik yang wajib di foto. Hehe." Ucap Justin tiba-tiba sambil tertawa renyah padaku. Aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum menanggapi pernyataan Justin barusan. Justin memarkirkan mobil ini di pinggiran jalan dan kamipun berjalan-jalan di kota Paris ini berdua. Justin mengambil beberapa objek foto melalui

Camera yang sedari tadi menggantung di lehernya itu. Sering kali Justin juga memintaku menjadi objek fotonya. Setelah berjalan-jalan dan berfoto cukup lama aku dan Justin berada di sebuah jembatan. Di jembatan ini banyak sekali pasangan yang sedang bermesraan dan juga banyak gembok yang tergantung di pagar jembatan ini. Justin berhenti sejenak dan menatapku dengan hangat dan tersenyum. "Apakah kau tahu jembatan ini sebelumnya Camm?" Tanya Justin tak hentihentinya memlayangkan senyuman indahnya padaku. "Ponts des Arts?" Jawabku dengan sedikit ragu. "Yep, kau benar. Menurut legenda, pasangan yang mengunci gembok dengan inisial mereka dan membuang kuncinya ke Sungai Seine, maka cintanya akan abadi selamanya." Ucap Justin sambil menggengam tanganku. "Oh ya ayo kita gantungkan disana." Ucap Justin sambil merogoh kantung jaket kulitnya mengeluarkan gembok yang telah diukir namaku dan nama Justin. Kamipun menggantungkan gembok ini bersama di pagar jembatan Ponts Des Arts ini. Setelah kami gantungkan Justin langsung membuang kuncinya di sungai Siene atau sungai yang mengalir tepat dibawah jembatan ini. "Aku yakin jika kita memang berjodoh kita akan kembali bersama lagi. Maafkan kesalahanku." Ucap Justin dan langsung mendekapku di pelukannya. Ku balas pelukannya ini, pelukan yang sudah cukup lama tak aku dapatkan. Ku hirup nafasku di dekapannya ini dan aroma semerbak tubuhnya memasuki celah-celah lubang hidungku. "Tidak maafkan aku. Aku menyayangimu." Balasku dalam dekapan Justin. Justin mengelus-elus kepalaku, mencium puncak kepalaku dan melepaskan pelukan ini. Ia tersenyum kearahku dan memegangi Cameranya. "Aku ingin mengabadikan moment ini." Ucap Justin dan mulai memotret kami berdua. Ia memegangi kamera dengan kedua tangannya dan memencet tombol beberapa kali untuk mengambil gambar. Setelah berfoto disini kami berduapun segera pergi dari jembatan ini untuk mencari penginapan karna hari mulai sore. Kami kembali untuk mengambil mobil dan barulah mencari penginapan. Cukup lama kami berputar-putar untuk mencari penginapan sesuai selera Justin, pilihannya jatuh di penginapan yang dekat dengan Menara Eiffel. Ya selera Justin memang tak pernah berubah, Ia selalu dapat memilih yang terbaik. Di kamar hotel ketika kita membuka jendela kamar pemandangan menara Eiffel langaung menghiasi, betapa indahnya. Kami berdua beristirahat sejenak dan membersihkan badan. Ya tadi aku dan Justin sempat pergi ke butik sebentar saat berputar mencari hotel untuk mencari baju karna kami berdua tak membawa baju ganti. Aku sedang berada di balkon sekarang sambil memainkan kamera DSLR milik Justin, Justin sedang mandi sekarang. Betapa indahnya menara Eiffel apalagi disaat petang seperti ini, ku ambil beberapa gambarnya dengan kamera ini. Tiba-tiba Justin memelukku dari belakang dan kepalanya tampak sedang mengintip kearah layar kamera DSLR yang ku pegang ini. Ya layar kamera ini memang sedang mempertunjukan hasil foto menara Eiffel. "Apa kau mau kesana?" Tanya Justin tepat di telingaku. "Sangat." Ucapku dengan ceria. "Lekaslah mandi dan ganti pakaianmu, kita akan kesana dan mencari makan malam nantinya." Ucap Justin menyuruhku. "Baiklah, aku mandi dahulu. Ini bawa." Ucapku memberikan kamera pada Justin dan segera masuk ke dalam kamar meninggalkan Justin di balkon.

Author POV 'Aku sangat senang hari ini dapat kembali bersenang-senang dengan Cammie, aku senang Ia dapat bahagia bersamaku lagi. Namun semua kata yang telah kurangkai saat berada di pesawat saat perjalanan menuju London tetap harus ku utarakan pada Cammie, ini demi kebaikan kita berdua. Terutama untuk kebaikan Cammie. Ya aku harus mengutarakannya pada Cammie malam ini juga. Ya aku akan mengutarakannya saat berada di Eiffel nanti, pikir Justin di dalam hatinya.' "Hei kau melamun." Ucap Cammie tiba-tiba keluar dari dalam kamar. "Haha. Iya aku memikirkanmu." Jawab

Justin asal pada Cammie. "Dasar kau, ayo berangkat." Ajak Cammie Justin dan menarik tangannya agar bangkit. "Iya iya ayo." Jawab Justin sambil mengalungkan kamera DSLR dilehernya . Justin dan Cammie langsung keparkiran untuk mengambil mobil dan mencari makan malam terlebih dahulu. Justin memilih restaurant yang berada di dekat menara eiffel agar nanti mereka tak perlu waktu lama untuk menuju sana. Malam hari ini kedua pasangan ini hanya memesan pasta untuk mengenyangkan perut mereka. Tampak Cammie sudah dengan cepat menghabiskan pasta miliknya. "Tumben kau cepat sekali yang makan." Ucap Justin sambil menatap Cammie yang sedang meneguk wine di gelasnya. "Aku ingin segera ke menara Eiffel. Hehe. Cepat habiskan makananmu ya ya ya ya ya?" Ucap Cammie memaksa Justin segera menghabiskan makanannya aambil terus menatap menara Eiffel di dekatnya. "Yasudah, ayo sekarang saja. Kita kesana." Jawab Justin meminum sisa wine digelasnya dan bangkit dari duduknya. "Tapi makananmu belum habis?" Tanya Cammie kebingungan menatap Justin. "Tak apa. Aku sudah kenyang. Ayo." Ajak Justin sambil menggandeng tangan Cammie pergi dari restaurant ini. Kedua pasangan itu pun segera menuju menara Eiffel, mereka kesana hanya dengan berjalan kaki karna jarak yang cukup dekat. Tak lama keduanya telah berada dibawah menara Eiffel yang bersinar terang karna hiasan dari lampu-lampu yang sangat indah. Cammie tampak sangat terpukau dengan pemandangan yang ada di depannya ini, begitu besar indah dan menawan menara ini. Justin dengan spontan langsung bermain-main dengan Cameranya. Memotret keindahan Menara Eiffel di malam hari ini. "Camm, aku ingin berfoto denganmu disini." Ucap Justin tiba-tiba sambil menatap Cammie. Disaat bersamaan ada seorang turis yang sedang lewat, Justin langsung memberhentikan turis itu dan meminta toling agar memotretkannya bersama Cammie. Turis itupun mau membantu Justin, dan akhirnya Justin langsung menjejeri Cammie merangkul pinggulnya dan memasang senyumnya di Camera. Setelah turis itu membantu Justin mengambilkan beberapa foto, Justin meminta kembali Cameranya dan berterima kasih atas bantuan turis itu. Justin kembali menjejeri Cammie lagi menatap matanya dalam sambil menggenggam tangannya erat. Justin mendekatkan wajahnya, semakin dekat dan akhirnya mencium bibir Cammie. Cammie pun membalas ciuman hangat Justin itu namun tak lama Justin melepasnya dan menundukkan kepalanya tak menatap wajah Cammie lagi. "Ada apa?" Tanya Cammie bingung sambil menatap Justin dengan senyuman hangat yang tergambar di wajahnya. "Ada yang ingin ku bicarakan padamu?" Ucap Justin mulai berani menatap manik mata Cammie lagi dan memberikan senyumannya. "Bicaralah saja, pasti ku dengarkan." Ucap Cammie tak henti-hentinya memberikan senyumannya itu pada kekasihnya. Justin menundukkan kepalanya lagi tak berani menatap wajah Cammie yang begitu tampak bahagia malam hari ini. Suasana malah menjadi hening hingga Justin memberanikan diri memulai pembicaraan lagi. "Maafkan aku." Ucap Justin tiba-tiba pada Cammie masih membuang wajahnya tak berani menatap Cammie . Cammie tampak senakin bingung dengan sikap dan kata-kata Justin ini. "Minta maaf untuk apa lagi?" Tanya Cammie meminta penjelasan sambil menggenggam tangan Justin erat. Justin melihat tangannya yang sedang di genggam Cammie, mempererat genggaman tangan itu dan memberanikan diri menatap manik mata indah milik kekasihnya lagi. "Aku memulai segalanya dalam keadaan yang baik dan aku rasa aku juga harus mengakhirinya dengan akhir yang baik juga." Ucap Justin sambil menatap mata Cammie dalam dan hangat. "Maksudmu? Aku semakin tidak jelas dengan semua ini." Ucap Cammie dengan ekspresi wajah yang nampak bingung. Justin terdiam sesaat tak menatap Cammie lagi, menunduk dan menarik nafasnya dalam. "Maafkan aku tak pernah bisa menjadi kekasih yang baik untukmu. Maaf, aku ingin mengakhiri hubungan kita ini. Aku rasa ini yang terbaik untuk kita, terutama untukmu. Aku hanya ingin kau lebih bahagia." Ucap Justin sambil menggenggam tangan Cammie semakin erat dan menatap manik kata Cammie. Sontak Cammie langsung melemas dan melepaskan gandengan tangan Justin. Tampak wajah Cammie menunjukkan ekspresi tidak percaya, karna baru saja Ia merasa

bahagia karna dapat bersama dengan kekasihnya lagi namun seketika itu semua tak berarti lagi. Mata Cammie nampak mulai berkaca-kaca, namun tak ada setetes butiran bening pun yang keluar dari bola matanya. "Mengapa kau ingin mengakhirinya? Kau sudah mempunyai penggantiku?" Tanya Cammie meminta penjelasan, dari wajahnya Ia berusaha untu tetap tampak tegar dimata Justin namun jika kau tahu hatinya telah sangat tercabik-cabik, Ia sangat terpukul. "Tidak, kau tak akan pernah terganti Camm. Aku hanya merasa tak pantas untukmu. Aku terlalu pencemburu dan terlalu protective padamu. Maafkan aku, aku hanya ingin kau bebas dan tidak tertekan karnaku." Jelas Justin sambil menunjukkan wajah menyesal dan bersalahnya pada Cammie. "Jika memang itu yang kau inginkan aku menurut. Semoga ini memang jalan yang terbaik untuk kau dan aku." Ucap Cammie tetap mencoba tegar walau suaranya mulai terdengar parau. "Maafkan aku. Bukan maksudku menyakitimu, aku hanya ingin kau bahagia tak lebih." Ucap Justin dan langsung mendekap Cammie sangat erat tak terasa tetesan air mata malah keluar dari mata Justin namun Justin langsung mengelapnya, Ia tahu bahwa gadis di dalam dekapannya ini sangat terluka namun Ia tetap mencoba tetap tabah dan kuat dihadapannya. "Aku menyayangimu, sangat menyayangimu." Ucap Cammie dalam dekapan Justin suaranya seperti hampir menghilang. Justin melepas pelukannya dan menatap mata Cammie yang masih tampak berkaca-kaca. "Aku yakin kau bisa walau tanpa aku. Tetaplah menjadi Cammie yang ku kenal, tetap teruskan cita-citamu walau tanpa aku, aku akan selalu menyuportmu. Berjanjilah padaku, kau akan menjadi sukses nantinya dan kau akan menemuiku saat kau sudah sukses nantinya?" Ucap Justin menasehati sambil mengacungkan jari kelingkingnya dihadapan Cammie. "Aku berjanji." Ucap Cammie mengangguk sambil mengaitkan kelingkingnya pada jari kelingking milik Justin. Air mata Cammie tak kuat terus membendung dan akhirnya sekarang barulah jatuh saat kelingking mereka berdua masih saling terkait. "Dan jadilah pribadi yang kuat, jangan cengeng seperti ini ya?" Ucap Justin mengusap air mata Cammie dengan punggung tangannya dan mencubit pipi Cammie agar membentuk sebuah senyuman. Cammie menganggukangguk dan mulai tersenyum menatap Justin. Ya walau berat untuk Cammie memunculkan senyuman itu namun ini Ia lakukan untuk Justin, ini semua agar Justin juga tetap bahagia. "Yasudah ayo kembali ke hotel, angin berhembus makin kencang. Besok kita bisa kesini lagi." Ucap Justin mengajak Cammie kembali ke hotel. Cammie mengangguk-angguk dan berjalan mendahului Justin, Justin tersenyum menatap Cammie dari belakang menyusulnya, menggenggam tangan Cammie dan berjalan bersama menuju mobil dan barulah mereka kembali ke hotel. Di kamar hotel Cammie langsung terduduk di kasurnya dan melamun tampak masih terpukul, Justin menjejerinya dan menatap Cammie memberikan senyuman terindahnya. "Yasudah tidurlah saja disini jangan melamun terus. Aku akan tidur di sofa saja." Ucap Justin menyuruh Cammie segera tidur dan hendak bangkit menuju sofa. "Kau tidur disini saja, disampingku. Ku mohon?" Ucap Cammie meminta Justin agar tetap bersamanya disini. "Jika membuatmu segera istirahat dan tak bersedih lagi akan aku lakukan. Tidurlah." Ucap Justin tersenyum pada Cammie, menyelimuti tubuh Cammie dan berbaring disamping Cammie. Tak lama Cammie mulai memejamkan matanya, Ia membalik posisinya menjadi membelakangi tubuh. Justin mendekati tubuh Cammie dan mengelus punggung Cammie. "Kau sudah tidur?" Tanya Justin memastikan. Namun tak ada jawaban dari Cammie. Justin mengira bahwa Cammie sudah tidur, Ia langsung mendekap tubuh Cammie dari belakang sangat erat. "Aku menyayangimu. Maaf menyakitimu, maaf juga merusak harimu ini." Ucap Justin mulai terisak di punggung Cammie. Ia juga tak tega memperlakukan Cammie seperti ini sebenarnya, tapi Ia hanya ingin yang terbaik, Ia hanya ingin Cammie bahagia san terbebas darinya yang over protective. Tanpa Justin sadari Cammie juga meneteskan air matanya, Ia mendengar semua perkataan Justin barusan, Ia juga tahu jika Justin sedang menangis sekarang. Cammie mengelap air matanya san membalikkan posisi tidurnya menghadap Justin, Ia membalas pelukan Justin lebih erat dan membenamkan

wajahnya di dada bidang Justin. "Please stay with me." Ucap Cammie lirih di dekapan Justin. "I'll always here. In your heart, I promise." Balas Justin sambil mengelus rambut Cammie. Tak lama suasana pun menjadi hening dan akhirnya keduanya terlelap dalam tidurnya.

-----------------------------------------------------------Oh Girl, I cry cry. Youre my all, say goodbye bye Oh my love, dont lie lie Youre my heart, say goodbye- Haru haru-Bigbang Author POV Sepasang remaja masih tampak terlelap dalam tidurnya. Keduanya masih saling memeluk satu sama lain untuk menghangatkan. Nampaknya kicauan burung di pagi buta ini tidak berhasil untuk mengganggu tidur nyenyak mereka berdua, hingga ponsel milik Justin berbunyi barulah mereka terbangun. Dengan mata yang masih tertutup Justin meraih ponselnya yang berada di meja kecil samping kepalanya. Ya, hallo? jawab Justin dengan mata yang masih terkatup. Selamat pagi, maaf mengganggu liburan dan tidurmu tuan Justin. Saya Sarah nanny dari rumah Grandma anda. Saya disuruh keluarga yang berada disini untuk mengabarkan pada anda bahwa nyonya Diane sedang kritis di rumah sakit dan kami harap anda dapat segera datang ke Atlanta. Jelas seseorang yang mengaku bernama Sarah pada Justin. Justin yang kaget mulai membuka matanya melihat layar ponselnya untuk memastikan nomer si pemanggil. Dan ternyata saat Justin melihat layar ponselnya nomer si pemanggil menunjukkan kode area +404. Ya memang benar +404 adalah kode area untuk daerah Atlanta. Baiklah Sarah, setelah ini aku akan langsung take off menuju Atlanta. Terima kasih untuk informasinya. Selamat pagi. Ucap Justin mengakhiri panggilan telepon dan langsung merapikan barang-barangnya dengan tergesa-gesa. Tampaknya kekhawatiran mulai tergambar di wajah Justin. Cammie yang sedari tadi tertidur di kasur menatap Justin dengan tatapan bingungnya. Siapa yang menelponmu pag-pagi buta begini? tanya Cammie dan mulai terduduk di kasur. Aku harus ke Atlanta segera, Grandmaku kritis. Jelas Justin mulai tampak sibuk mengutak -atik ponselnya mencari tiket pesawat online. Aku turut prihatin. Ucap Cammie sambil menatap Justin yang tampak sedang sibuk dengan ponselnya. Catch it. Jam 8.30 am. Ucap Justin mulai t ampak senang dan meletakkan ponselnya. Aku akan berangkat dari Paris menuju Atlanta nanti jam 8.30 am. Jika kau kembali ke London sendiri apakah tidak apa-apa? tanya Justin sambil mendekati Cammie dan tersenyum menatapnya. Ya tidak apa-apa. Ini semua demi kebaikanmu dan keluargamu. Ucap Cammie dan memberikan senyuman hangatnya pada Justin. Yasudah aku mandi dahulu, nanti kuantar kau dahulu ke stasiun baru aku akan berangkat. Ucap Justin mencium kening Cammie dan menuju kamar mandi. Tak lama setelah Justin keluar dari kamar mandi, Cammie kemudian masuk ke kamar mandi dan segera membasuh tubuhnya. Tampak Justin sedang memisah passport dan visa milknya dan milik Cammie. Setelah selesai Ia memasukkan visa dan passport miliknya di jaket kulit hitam yang telah bertengger di tubuh kekarnya. Beberapa menit kemudian tampak Cammie mulai keluar dari kamar mandi, Ia menyisir rambutnya sejenak dan menjejeri Justin yang tampak sedang terduduk di sofa kamar hotel. Kau sudah siap meninggalkan Paris? Jika kau mau, kau bisa tetap tinggal disini dahulu. tanya Justin meyakinkan Cammie. Tidak usah, aku lebih baik kembali ke London daripada harus disini sendirian. Ucap Cammie sambil tersenyum menatap Justin. Senyuman Cammie tampak beda dari sebelum-sebelumnya, kesedihan masih tergambar jelas diwajahnya. Sebenarnya batinnya masih belum terima jika harus berpsah dengan Justin, namun inilah keputusan akhir dari hubungan mereka ini. Yasudah ayo kita check out dari hotel dan sarapan pagi dahulu. Ajak Justin sambil mengalungkan kameranya dan menggandeng tangan Cammie keluar dari kamar

hotel. Mereka berdua sarapan pagi di restaurant yang berada di hotel, ini juga sudah merupakan fasilitas dari hotel yaitu sarapan pagi. Oh ya ini passport dan visamu. Ucap Justin menaruh passpor t dan visa milik Cammie di meja dan melanjutkan memakan omellete miliknya. Cammie hanya mengangguk-angguk dan terus memakan omellete miliknya dengan malas-malasan. Cammie tak menghabiskan sarapannya dan langsung meneguk orange juice di gelasnya. Tak kau h abiskan sarapanmu? tanya Justin sambil menatap piring Cammie yang masih tersisa omellete diatasnya. Tidak, tidak nafsu makan. Ucap Cammie tersenyum miring dan terus meminum orange juicenya. Kau lupa janjimu semalam? tanya Justin sambil menatap Cammie dengan satu alis yang terangkat. Tidak, aku masih ingat. Tenang saja. Ucap Cammie dan tersenyum pada Justin. Jika kau ingat, habiskan sarapanmu. Aku tak ingin kau sakit. Ucap Justin dan mengambil piring omellete milik Cammie dan menyuapi Cammie hingga sarapan paginya habis. Ayo segera berangkat ke stasiun sudah jam 7.00 am, kau juga belum mendapat tiket bukan? ajak Justin dan mulai bangkit dari duduknya. Cammie meraih passport dan visanya yang masih berada di meja dan bangkit berjalan bersama Justin menuju parkiran mobil. Di dalam mobil Cammie dan Justin hanya salng berdiaman. Justin focus dengan jalanan dan mobil yang dikendarai sedangkan Cammie sibuk termenung menatap jalanan kota Paris melalui jendela di sampingnya. Tak lama perjalanan mereka telah sampai di stasiun stasiun Gare du Nord. Justin langsung menggandeng tangan Cammie memasuki stasiun ini dan menuju loket tiket untuk membeli tiket kereta Euro Star tujuan London. Tampak ribuan orang berlalulalang di stasiun ini, wajar saja ini merupakan liburan sehingga stasiun menjadi sangat sesak dan padat. Setelah mengantri cukup lama Justin telah berhasil mendapatkan tiket. Justin langsung kembali ke Cammie yang sedang terduduk di kursi tunggu. Kau beruntung mendapat tiket keberangkatan jam 8 dan ini tiket terakhir. Ucap Justin sambil memberikan tiketnya pada Cammie. Terima kasih. Ucap Cammie sambil menerima tiket itu dan mengantunginya. Kemudian Justin mengantar Cammie untuk melakukan pemeriksaan imigrasi terlebih dahulu. Kurang lebih 30 menitan waktu yang digunakan untuk pemeriksaan, sekarang jam sudah menunjukkan pukul 7.45 am. Lekaslah naik ke kereta sebentar lagi kau akan berangkat. Ucap Justin menyuruh Cammie. Baiklah. Aku pergi. Hati-hati dijalan. Semoga Grandma mu cepat sembuh. Aku menyayan gimu. Ucap Cammie dan memeluk Justin sesaat. Ya, terima kasih. Berhati-hati lah juga. Ucap Justin dan tersenyum sambil melambaikan tangannya. Hubungi aku jika kau telah sampai Atlanta. Ucap Cammie hampir berteriak sambil terus berjalan dan melambaikan tangannya. Justin hanya mengangguk dan mengacunkan ibu jarinya. Cammie sudah tak tampak lagi Ia sudah menyatu bersama orang-orang yang sedang berlalu-lalang. Justin langsung menuju kembali ke mobil dan segera menuju airport Charles de Gaulle untuk segera take off. Diperjalan Justin sempat menghubungi pemilik mobil agar mobilnya dapat diambil di airport. Di airport Justin memarkirkan mobil sewaan itu diparkiran khusus pengunjung hotel airport agar sang pemilik lebih mudah mencarinya. Setelah itu Justin langsung segera memasuki airport dan mengurus tiket yang telah di bokingnya tadi, mengurus visa dan passport dan barulah Ia dapat memasuki gate keberangkatan dan segera menaiki pesawat. Di pesawat Justin duduk dengan rang-orang lain yang juga bertujuan sama dengannya. Diperkirakan Justin akan tiba di Atlanta esok dini hari atau tengah malam. Disisi lain Cammie sedang berada di kereta Euro Star, Ia juga sedang terduduk bersama penumpang lain dengan tujuan London. Selama perjalanan Ia hanya duduk termenung menatap keluar jendela, pikirannya pun melayang tak karuan. Ia masih cukup terpukul dengan perpisahan ini. Tak terasa 3 jam telah berlalu kini Cammie sudah berada di stasiun London, Ia tampak sedang menelpon seseorang melalui telponnya. Bisakah kau menjemputku di Stasiun sekarang? pinta Cammie pada seseorang disebrang telepon. Ya tunggulah sebentar. On my way. Jawab orang itu dan mengakhiri panggilan ini. Cammie menunggu sambil terduduk dan melamun di kursi taman yang berada di pinggiran jalan depan stasiun. Tin... TinTin suara klakson mobil berhasil mengagetkan lamunan Cammie. Tampak seseorang tersenyum pada Cammie dari dalam mobil dan otomatis Cammie langsung masuk ke dalam mobil itu. Mau kemana kita setelah ini? tanya orang disamping Cammie. Aku ingin ke panti asuhan Zayn. Ucap Cammie pada orang yang menjemputnya itu. Baiklah kalau begitu. Ucap Zayn tersenyum dan

mengemudikan mobilnya menuju panti asuhan. Selama perjalanan Cammie masih saja tetap terdiam. Tumben kau diam saja. Ucap Zayn sambil melirik kearah Cammie. Cammie tak menjawab hanya tersenyum simpul dan kembali menatap jalanan di hadapannya dengan pandangan kosong. Tak lama perjalanan mobil Zayn sudah berada di dalam halaman luas panti asuhan. Aku ingin ke kapel sebentar. Pamit Cammie pada Zayn ketika mereka telah berada di luar mobil. Baiklah, perlu kutemani? tawar Zayn sambil menatap Cammie yang sedari tadi tampak murung. Cammie hanya mengangguk kecil dan berjalan duluan. Zayn mengikuti dibelakang Cammie, Zayn merasakan ada yang aneh dengan Cammie. Sosok yang biasanya selalu bersinar terang dengan senyuman yang selalu terlukis diwajahnya kini seketika menjadi redup. Di dalam kapel Cammie berdoa dengan Zayn yang berada di sampingnya. Zayn hanya duduk termenung sambil melihat gerak-gerik Cammie yang tampak tenang dalam doanya. Saat Zayn amati tampak cairan bening keluar dari kelopak mata Cammie yang terkatup itu. Lama-kelamaan air mata itu mengalir semakin deras di mata Cammie, namun Cammie masih terus memejamkan matanya. Ia masih terus berdoa. Mata Cammie mulai membuka, ketika matanya terbuka Ia langsung mendekap tubuh Zayn erat. Zayn sangat bingung dengan tingkah Cammie ini. Ia hanya membalas pelukan Camme itu dan sambl terus mengelusngelus rambut Cammie untuk berusaha menenangkannya. Apa yang telah terjadi? ucap Zayn menanyakan semuanya pada Cammie. Justin, Justin mengakhiri hubungan kami. Ucap Cammie masih terdengar terisak. Zayn tak menjawab pernyataan Cammie tersebut namun tampak dari wajahnya Ia cukup geram. Tangan Zayn telah mengepal dengan bulat sekarang, Ia tidak terima perlakuan Justin kepada Cammie ini, sama saja Justin memusnahkan kepercayaan yang diberikan Zayn. Zayn telah mempercayakan Cammie pada Justin namun Justin malah menyakiti Cammie lagi. Dimana Justin sekarang? tanya Zayn pada Cammie, suaranya nampak terdengar tinggi. Ia sedang dalam perjalanan menuju Atlanta sekarang. Ucap Cammie melepas pelukannya dan mengusap air matanya. Sudah jangan menangis lagi. Ucap Zayn sambil memberikan senyumannya pada Cammie. Cammie mulai mengembangkan senyumannya lagi, Cammie ingat Ia harus menepati janjinya pada Justin, Ia tak boleh menjadi anak yang cengeng lagi. Yasudah ayo ke panti kita bisa bermain dengan anak-anak disana. Ajak Zayn agar Cammie sedikit terhibur dan melupak an sedikit demi sedikit kesedihannya ini. Seharian ini Zayn dan Cammie habiskan waktu mereka untuk bermain dan membimbing anak-anak di panti asuhan. Ketika hari mulai petang Zayn dan Cammie segera meninggalkan panti asuhan ini, Zayn mengantarkan Cammie pulang ke rumah Grandma dan Grandpa nya. Terima kasih untuk hari ini. Ucap Cammie ketika mobil Zayn telah berada di depan gerbang rumah Grandma dan Grandpa Cammie. Yep, anytime. Oke well, Good night and good bye. Pamit Zayn pada Cammie. Bye. Ucap Cammie sambil melambaikan tangannya ketika mobil Zayn mulai melaju meninggalkan rumah ini. Ketika mobil Zayn mulai tak tampak Cammie langsung memasuki rumah Grandma dan Grandpa nya ini. Tampak keluarganya sedang menonton tv bersama. Cammie langsung hendak menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Kau darimana saja? tanya Rachel Morgan pada Cammie saat Cammie masih berada di tangga. Berkeliling eropa. Maaf aku lelah, aku mau istirahat. Ucap Cammie dan tetap berjalan menuju kamarnya. Tak perlu waktu lama Camm ie langsung terlelap dalam tidurnya, ya karna Cammie kelelahan. Selain karna perjalanan Paris-London namun juga karna Ia habis bermain dengan anak-anak panti asuhan tadi.

Justin POV Selama perjalanan kurang lebih 12 jam akhirnya aku telah sampai di Atlanta Airport. Aku sampai di Atlanta pagi buta waktu Atlanta. Di airport supir pribadi Granmdaku telah menjemput di pintu keluar. Kami berdua langsung menuju rumah Grandma agar aku dapat beristirahat terlebih dahulu, ya aku memang cukup lelah akibat Jet Lag yang kurasakan ini. Sampai di rumah Grandma aku istirahat sejenak hingga pagi datang. Setelah beristirahat beberapa jam aku segera mandi, sarapan pagi dan menjenguk Grandma ku yang berada di rumah sakit sekarang. Di luar ruangan Grandma, Steve

sedang terduduk dengan cup cofe di tangannya. Hei, kapan kau sampai disini nak? tanya Steve sambil menjabatku dan memeluk tubuhku. Tadi pagi jam 1.30 am. Jawabku pada pamanku ini. Ku lirik melalui jendela kecil di kamar Grandma tampak Tammy sedang tertidur disamping Grandma dengan posisi terduduk. Wajah Grandma yang sedang terlelap tampak tenang namun terlihat begitu pucat. Masuklah saja, Ia telah mencarimu sedari kemarin. Ia selalu menjerit -jerit memanggil namamu ketika dokter sedang menanganinya. Ucap Steve menyuruhku masuk ke dalam ruangan Grandma. Akupun segera memasuki ruangan Grandma ini ku tatap wajah Grandma lekat. Ku pegangi tangannya dan mencium tangannya. Tammy yang sedari tadi tertidur tiba-tiba terbangun dan menatapku. Hei Justin. Bagaimana kabarmu? tanya Tammy dan mulai bangkit dari duduknya. Baik. Ucapku singkat dan tersenyum padanya. Duduklah disini, Grandma mu masih belum sadarkan diri. Ia sempat koma kemarin dan belum siuman. Jelas Tammy padaku. Grandma sakit apa? tanyaku meminta penjelasan pada Tammy. Biasa, hanya penyakit orang tua. Wajar saja jika sudah tua mudah sakit. Kemarin gula darah grandma juga sempat tak stabil, tiba-tiba naik dan turun secara drastic. Tapi tenanglah, Ia pasti dapat sembuh. Jelas Tammy menenangkanku. Aku tersenyum mendengar penjelasannya dan menatap wajah Grandma yang masih terlelap. Kau jaga Grandma dahulu ya. Aku mau mandi dan mencari sarapan dahulu. Setelah ini akan ada suster dan dokter yang mengecek Grandma. Jelas Tammy dan pergi meninggalkanku bersama Grandma di ruangan ini. Tak lama setelah Tammy pergi benar saja suster dan dokter memasuki ruangan Grandma. Selamat pagi. Biarku periksa dahulu kesehatan Diane. Ucap sang dokter padaku. Aku hanya tersenyum dan mempersilahkan dokter dan suster ini memeriksa Grandmaku. Gula darahnya kembali tak stabil, tiba-tiba saja malah menurun drastic. Ucap sang suster menjelaskan pada dokter. Sepertinya Diane membutuhkan tambahan glukosa dan Ia harus dirawat lebih intensif. Harus masuk ruangan ICU agar kami dapat lebih mengontrol keadaan gula darahnya tiap saat. Dapat berbahaya jika tidak cek rutin. Ucap sang dokter menjelaskan padaku. Lakukan saja yang terbaik untuk Grandmaku dokter. Ucapku dan menatap wajah Grandma yang masih terlelap itu. Baiklah setelah ini Grandmamu akan kai pindahkan di ruang ICU. Ucap sang dokter dan meninggalkanku bersama suster ini. Tak lama suster lain datang membantu untuk memindahkan Grandma di ruang ICU. Aku hanya mengikutinya dari belakang sambil mencoba menghubungi Cammie memberitahunya bahwa aku telah sampai di Atlanta. ---------------------------------------To : Cammie Aku telah sampai di Atlanta. Aku sudah memesan tiket untuk ke Atlanta saat hari terakhir liburan atau besok itu ada di tasku di Mess. Pakai saja jika kau ingin menyusulku. Aku juga minta tolong bawakan tasku jika hendak meningglkan London. Tolong bantu doakan Grandmaku juga, keadaannya semakin parah. Terima kasih untuk semuanya. Much love :) {} --------------------------------------------Ucapku pada Cammie melalui pesan singkat Seharian ini aku menunggui Grandmaku yang masih terbaring sakit. Hari sudah petang saat ini dii ruangan ICU grandma kini ditunggui oleh Steve. Di ruangan ICU hanya diperbolehkan seorang saja yang menunggui. Terpaksa kami bertigapun bergantian untuk menunggui grandma. Aku dan Tammy sedang berada di luar ruang tunggu ICU sekarang. Kau pulang saja dan beristirahatlah, biar aku dan Steve yang menjaga malam ini. Kau kembali lah esok hari saja. Ucap Tammy menyuruhku untuk pulang. Tapi aku ingin menunggui Grandma. Ucapku menolak perintah Tammy padaku. Percayalah pada kami, kami akan menjaga Grandma mu dengan baik. Beristirahatlah dan terus doakan grandmamu. Ucap Tammy meyakinkanku. Akupun akhirnya menurut dan segera pulang ke rumah

Grandmaku. Ketika aku sedang bersantai di ruang tv sambil terus mendoakan grandmaku, ponselku bordering, Cammie baru membalas pesanku yang tadi pagi. ---------------------------------------------------From : Cammie Baiklah aku akan menyusulmu besok. Ya akan ku urus semua barangmu yang masih tertinggal disini. Akan selalu kudoakan Grandma mu agar lekas sembuh. Love you more :* --------------------------------------------------Langsung saja ku balas pesan singkat Cammie itu tanpa berlama-lama. --------------------------------------------------To : Cammie Ya jika aku sedang menunggui Grandma biar supirku yang menjemputmu di airport. Akan kuberi nomer ponselmu padanya agar lebih mudah nantinya Ku tunggu kau, terima kasih atas bantuan doanya :) --------------------------------------------------Cammie sudah tak membalas pesanku lagi. Aku pun segera menuju kamar untuk beristirahat agar esok aku mempunyai cukup tenaga saat menjaga Grandma. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Author POV The last day in Europe Ini merupakan hari terakhir para murid Gallagher Academy di London. Sebentar lagi mereka akan pergi meninggalkan benua Eropa ini dan kembali ke Virginia, sebagian siswa Blackthorne juga akan ikut kembali ke Virginia lagi untuk berlibur. Tapi tidak dengan Cammie, Ia tidak akan langsung kembali ke Virginia melainkan Ia akan menyusul Justin ke Atlanta. Ia akan pergi ke Atlanta ditemani dengan Zayn, lelaki yang telah menganggapnya adik perempuannya sendiri. Hati -hati di jalan Camm. Ucap Rachel Morgan sambil mendekap putri semata wayangnya itu. Ya, jaga dirimu juga Mom. Balas Cammie sambil melepas pelukan itu. Jaga cucuku baik-baik ya nak. Ucap Grandma Cammie pada Zayn. Zayn hanya tersenyum untuk membalas ucapan Grandma tersebut. Setelah saling berpamitan merekapun berpisah di airport London ini. Cammie dan Zayn menaiki pesawat umum tujuan Atlanta sedangkan yang lain dengan pesawat pribadi dengan tujuan Virginia. Di perjalanan Zayn dan Cammie duduk bersebelahan. Setelah 12 jam perjalanan mereka akhirnya telah mendarat dan berada di ATL Airport. Mereka berdua sampai di Atlanta pada tengah malam, layaknya Justin kemarin saat perjalanan. Begitu turun dari pesawat Cammie langsung menghubungi supir Justin dan Zayn yang mengurus tas, passport dan visa milik mereka. Saat ini Justin sedang menjaga Grandmanya di rumah sakit, namun Ia berada di luar dan Tammy lah yang berada di dalam ruang ICU, Steve sedang pulang ke rumah sekarang gilirannya beristirahat. Tiba-tiba lorong rumah sakit yang tadinya sepi menjadi agak sedikit berisik ketika terdengar suara Tammy menjerit meminta tolong agar dokter dan suster segera datang ke dalam ruang ICU, Ia juga tampak memencet-mencet tombol berulang kali agar dokter dan suster segera datang sekarang. Justin yang berada di luar mendengar jeritan Tammy itu ikut khawatir dan hendak memasuki ruang ICU, namun saat Ia hendak

masuk suster dan dokter telah datang dan melarang Justin untuk masuk. Justin tetap bersikeras memaksa untuk masuk. Dari raut wajahnya Justin nampak khawatir bingung dan juga sedih, Ia takut terjadi sesuatu yang buruk pada Grandmanya. Serang suster terus memegangi Justin agar Ia tak nekat untuk masuk. Percayalah Tuhan akan memberi yang terbaik untuk Grandma mu nak. Ucap sang suster menenangkan Justin. Justin mulai terduduk lemas di lantai, Ia tampak sangat stress sekarang. Ia melipat tangannya dan mulai memejamkan matanya, tiap doa Ia lontarkan pada Tuhan. Ia memohon pada Tuhan agar diberi jalan terbaik untuk Grandma nya. Justin mulai membuka matanya, Ia masih terduduk lemas di lantai depan ruang ICU, Tammy yang sedari tadi berada di dalam ruang ICU juga diharap untuk menunggu di luar. Dia sempat sadar barusan namun keadaannya malah semakin tidak stabil. Ucap Tammy yang melihat keponakannya duduk termenung di lantai rumah sakit yang dingin ini. Gula darahnya naik sangat tinggi melebihi batas normal, terus berdoa untuknya. Ucap Tammy sambil mengelus rambut coklat emas keponakannya itu. Tampak dari ruang tunggu depan ICU Steve sedang berlari-lari di lorong menghampiri Justin dan Tammy. Bagaimana keadaan mom? tanya Steve tampak khawatir dan bingung juga, nafasnya tersenggal senggal karna habis berlarian. Semakin kritis. Ucap Tammy singkat dan menunduk menutupi kedua wajahnya dengan tangannya. Tiba-tiba seorang suster keluar dari ruang ICU dengan tergesa-gesa dan ikut nampak bingung. Justin tuan Justin. Diane ingin bertemu denganmu cepatlah! ucap sang suster tampak terburu-buru dan bingung mencari sosok Justin. Justin yang merasa dipanggil dengan cepat segera memasuki ruang ICU dan menemui Grandmanya. Justin menjejeri Grandmanya yang sedang ditangani seorang dokter dan beberapa suster dan tersenyum menatap Grandmanya itu. Apa kabarmu? ucap Justin sambil menatap Grandmanya dengan tatapan khawatir. Aku akan baik -baik saja Justin. Ucap Grandma sambil menggenggam tangan Justin erat. Sembuhlah aku akan menetap disini dan tinggal serumah denganmu, aku akan menjagamu. Ucap Justin dan tak terasa cairan bening menetes dari mata Justin, Ia tak tega melihat grandmanya tampak kesakitan seperti ini. Jangan menangis, kemarilah ada yang ngin kuberitahukan kepadamu. Ucap Grandma menyuruh Justin agar mendekat. Justin pun mengelap air matanya sendiri dan mendekat pada Grandmanya. Nak, apa kau masih ingat sikapku pada kekasihmu Chammeron dahulu? Aku dahul u tak menyukainya namun walau aku membencinya tak berhasil membuatmu berpisah dengannya. Kau begitu menyayanginya dan begitu sebaliknya. Yang perlu kau tahu sekarang sebabku membencinya karna kedua orang tua mereka lah yang telah membuat ayah dan ibumu meninggal nak. Itu sebab rasa benciku muncul, namun kini aku mengatakan ini bukan agar kau membenci mereka seperti aku namun aku hanya ingin kau tahu kebenarannya. Tetaplah menjadi Justin yang selalu ceria saat bersama Chammeron, jangan Justin yang penyendiri dan pendiam. Aku menyayangimu nak, jaga dirimu dan tetaplah jaga Chammeron. Ucap Diane panjang lebar. Tiba -tiba saja nafas Diane menjadi tersenggal-senggal dan keadaanya semakin menjadi kritis. Grandma jangan tinggalkan aku! Kau satu-satunya keluarga dekat yang ku punya! teriak Justin sambil menangis histeris di samping Grandmanya. Seorang suster menarik tubuh Justin agar Ia keluar dari ruangan ICU ini, para dokter dan suster berusaha semaksimal mereka lagi untuk menangani Diane. Di luar Justin kembali terduduk lemas lagi di lantai dengan bersandar tembok rumah sakit berwarna putih ini. Ia menjambak-jambak rambutnya sendiri dan terus menangis, Ia juga tak henti-hentinya melayangkan doa untuk Grandmanya. Para dokter dan suster sudah berusaha keras namun percuma saja, Tuhan telah menyiapkan jalan yang indah untuk Diane. Tuhan lebih menyayangi Diane sehingga Tuhan memanggilnya agar bersama-Nya di kerajaan surga yang kekal. Maafkan kami. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Ucap sang dokter sambil menatap Justin yang sudah layaknya orang gila sekarang. Dokter meninggalkan Steve, Tammy dan Justin di lorong rumah sakit ini, sedangkan beberapa suster masih merawat jasad Diane di dalam ruang ICU. Tampak di lorong rumah sakit Zayn, Cammie dan Sarah (Nanny rumah Grandma) sedang berlari-lari menghampiri ketiga orang yang sedang berada di depan ruang ICU itu. Bagaimana keadaannya? tanya Sarah pada Tammy dan Steve. Tammy tak menjawab hanya menggeleng-geleng dan terus menangis. Tanpa meminta penjelasan Sarah sudah tahu maksudnya. Justin, bersabarlah. Tuhan lebih menyayangi Grandma

mu. Ucap Cammie menghibur Justin sambil mengelus kepala Justin. Justin hanya tersenyum simpul dan menatap Cammie dengan tatapan kebencian. Justin masih terus meneteskan air matanya. Ak u turut prihatin Justin. Ucap Cammie lagi sambil terus menatap Justin yang masih terduduk di lantai. Pergi kau pembunuh! Aku sangat membencimu sekarang! Pergilah!" Ucap Justin hampir berteriak sambil mendorong tubuh Cammie. Apa masalahmu? Hah? Belum pua s kau menyakiti Cammie? Belum puas? tanya Zayn sambil menghajar wajah tampan Justin. Tampak setetes darah segar keluar dari sudut mulut Justin. Bajingan kau! Tak usah campuri urusanku! Kau hanya seorang destroyer! ucap Justin suaranya semakin tinggi sambil memegangi bibirnya yang terasa pegal bekas hantaman Zayn. Persetan kau Justin! ucap Zayn semakin emosi dan akan menghajar Justin lagi. Sudah hentikan Justin! Grandma mu tidak akan bangga dengan sikapmu itu. Ucap Steve memisah antara Zayn dan Justin. Cammie masih terduduk di lantai setelah di dorong oleh Justin tadi, nampak Cammie meneteskan air matanya lagi karna Justin. Orang tua ku dan Grand parents ku tidak ada, itu semua karnamu! Karnamu Morgan! ucap Justin masih mengumpat dan terus menangis d alam pegangan Steve. Sebaiknya kita pergi saja. Justin memang sakit jiwa ku kira. Ucap Zayn sambil menarik tangan Cammie agar bangkit. Zayn dan Cammie pun keluar dari rumah sakit meninggalkan Justin dan keluarganya. Cammie masih sangat bingung dengan kata-kata Justin tadi, apa maksud dari pembunuh itu? Cammie lagi-lagi tak mengerti kesalahannya pada Justin. Cammie terus menangis ketika berjalan bersama Zayn dan itu lama kelamaan membuat Zayn gila. "Diamlah! Berhenti menangis! Kau tak pantas menangisi lelaki brengsek seperti Justin lagi!" Bentak Zayn pada Cammie dan berhasil membuat Cammie tercengang. "Kau tidak tahu rasanya jadi aku! Aku selalu salah dimata Justin dan aku selalu tidak tahu apa salahku sendiri! Apa salahku? Apa maksud pembunuh? Hah?" Ucap Cammie tampak kesal dan air matanya malah mengalir semakin deras. "Tenanglah. Aku tak ingin melihatmu seperti ini. Jangan menangis lagi, kumohon? Kau hampir saja membuatku gila jika kau seperti ini terus." Ucap Zayn sambil menggenggam tangan Cammie erat dan menatap matanya hangat. Tangan Zayn mengelus pipi mulus Cammie dan menghapus air matanya. Mereka berduapun kembali berjalan-jalan lagi di Atlanta, keheningan menyelimuti mereka berdua ketika berjalan-jalan. Di saat Zayn dan Cammie berjalan-jalan diluar mereka berdua menghubungi anak-anak Blackthorne dan Gallagher Academy tentang berita duka ini. Rachel Morgan, Mr. Solomon dan guru yang lain juga akan segera datang ke Atlanta untuk mengucapkan bela sungkawa pada keluarga Justin. Setelah beberapa jam semua tamu dari manapun datang untuk melihat upacara penghormatan terakhir untuk nenek Justin. Cammie telah berada di upacara dengan Bex disampingnya. Pastur nampak telah memulai upacara pemakaman ini, Justin masih terus menangis dengan Tammy yang bersandar di pundaknya dan Steve yang terus mengelus pundaknya menenangkan Justin. Setelah upacara selesai peti segera dimasukkan ke dalam liang lahap. Tangis Justin tampak semakin menjadi-jadi ketika peti Grandmanya mulai tak nampak. Justin menjadi penabur bunga pertama di atas makam ini dan kemudian disusul dengan Tammy, Steve dan barulah beberapa tamu yang datang. "Aku turut berduka nak." Ucap sang Pastur yang memimpin jalannya upacara pemakaman sambil mengelus pundak Justin dan berjalan pergi meninggalkan makam. Beberapa tamu nampak mulai mendekat pada Justin, Tammy dan Steve untuk memberikan ucapan bela sungkawa pada mereka. Setelah memberikan ucapan bela sungkawa sebagian tamu langsung segera meninggalkan tempat pemakaman ini. Anak-anak Blackthorne dan Gallagher Academy juga mulai mendekati Justin. "Bersabarlah bro, nenekmu telah senang disurga sana." Ucap Niall dan memeluk tubuh Justin. "Terima kasih Niall sudah datang. Ya semoga ini yang terbaik untuk Grandmaku." Ucap Justin dalam dekapan Niall sambil masih terisak dan melepaskan pelukan itu. "Smile bro. Jangan terlalu terlarut dalam kesedihan. Grandmamu akan ikut sedih jika kau seperti ini terus." Ucap Liam sambil menjabat tangan Justin dan bertos ala lelaki. "Terima kasih sudah datang dan terima kasih atas semangatnya." Ucap Justin sambil mengelap air matanya dan mulai memancarkan senyumannya. Setelah beberapa murid mengucapkan rasa bela sungkawanya sekarang saatnya Mr. Solomon, Rachel Morgan, san beberap guru yang lain mulai mendekati Justin. "Aku ikut berbela sungkawa nak, bersabarlah. Tuhan lebih menyayangi nenekmu." Ucap Mr. Solomon sambil tersenyum pada Justin. "Terima kasih sir

sudah mau jauh-jauh datang." Ucap Justin dan tersenyum pada Mr. Solomon dan menatap gundukan tanah yang merupakan makam Grandmanya itu. Rachel Morgan mulai mendekati Justin, menjejerinya dan ikut menatap makam Diane Mallete. "Dia sosok yang baik, dia sosok yang kuat. Tuhan sangat menyayanginya sehingga memanggilnya terlebih dahulu." Ucap Rachel Morgan sambil menatap Justin hangat. Justin melirik tajam sosok yang berada disampingnya ini dan tertawa licik. "Beraninya memunculkan wajahmu dihadapanku. Belum kau telah menbunuh keluargaku? Belum puas? Hah? Pembunuh! Pergi kau dari makam Grandmaku! Pergilah!" Ucap Justin dengan suara yang tinggi dan berhasil menarik perhatian banyak orang. "Kau sudah tau semuanya? Biar kujelaskan. Kau hanya salah paham." Ucap Rachel Morgan sambil mengelus kepala Justin mencoba menenangkannya. "Aku tak perlu penjelasan darimu lagi! Menjauhlah, jangan dekati lagi keluargaku!" Bentak Justin mengusir Rachel Morgan. Cammie tampak mendengar dan melirik kejadian itu, kini Ia tahu pasti orang tuanya lebih mengerti tentang permasalahan ini, Cammie berniat menanyakan semuanya nantinya. "Ayo sebaiknya kita pulang saja san tenangkan dirimu Justin." Ajak Tammy sambil menggandeng keponakannya ini hendak meninggalkan pemakaman. "Terima kasih para tamu yang telah datang. Terima kasih, selamat siang dan berhati-hatilah di jalan." Ucap Steve mempersilahkan para tamu untuk pulang dan Ia, Justin dan Tammy pun segera meninggalkan pemakaman Diane Mallete ini. Beberapa tamu yang datang juga mulai meninggalkan pemakaman ini. Para siswa Gallagher Academy dan Blackthorne pun juga mulai berjalan keluar dari pemakaman ini. Diluar pemakaman mereka semua masih sempat bercakap sebentar sebelum benar-benar meninggalkan Atlanta lagi. Cammie berjalan mendekati Ibunya dengan mata yang sedikit sembab. "Mom ada yang ingin kutanyakan padamu." Ucap Cammie dan menggandeng tangan Rachel Morgan meninggalkan para guru yang sedang bersama Rachel. "Apa yang ingin kau tanyakan?" Ucap Rachel sambil memberikan senyumannya pada anaknya itu. "Apa maksud dari kata 'pembunuh' yang dimaksud Justin tadi?" Ucap Cammie sambil melipat tanganya di depan dada menunggu penjelasan dari Ibunya. Seketika senyum yang berada di wajah Rachel Morgan menjadi luntur seketika. "Suatu hari kau akan tahu." Ucap Rachel Morgan tampak tak mau menjelaskan dan berjalan meninggalkan Cammie menuju para guru lagi. "Tapi mom aku harus mengetahuinya sekarang." Paksa Cammie sambil menarik tangan Momnya agar tetap bersama dengan dirinya. "Waktunya belum tepat Camm, nanti pasti akan ku jelaskan." Ucap Rachel dan tetap berjalan meninggalkan Cammie. Mereka semuapun segera kembali ke Virginia lagi dengan pesawat pribadi milik Gallagher Academy. Justin POV Musim demi musim terus berjalan. Dan aku tetap terus menjalankan hidupku lagi walau tanpa ada Grandma disisiku. Aku kini telah mendapat pekerjaan di FBI dan aku juga tinggal di rumah Grandma sekarang. Ku dengar ini tahun terakhir Cammie berada di Gallagher Academy, aku masih memiliki cukup besar dendam pada keluarganya. Mereka adalah pembunuh, mereka telah mengambil semua orang yang kusayang dan aku harus membalas mereka semua ya harus. Mereka harus mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan mereka kepadaku, ucap Justin sambil terduduk di meja kerjanya sambil menggenggam dan meremas foto Cammie yang dulunya ada di dalam dompet Justin. Aku harus mengambil cuti khusus dan berlibur di Virginia sekaligus membalaskan dendamku ini. Kutemui atasanku dan meminta cuti sebulan padanya. Ya Ia langsung mengijinkanku karna aku tak pernah mengambil cuti sebelumnya dan aku juga termasuk pegawai yang cekatan dalam menjalankan tiap tugas. Setelah mendapatkan ijin aku langsung menuju rumahku dan menyiapkan segalanya untuk segera meluncur ke Virginia. Ku masukkan visa dan passportku di tas polo kecil yang akan ku bawa ke Virginia nantinya, aku tak membawa selembar pakaian sama sekali karna banyak pakaianku yang masih tersimpan di villa ku. Ku buka laci lemari kecil di dekat kasur kamarku dan mencari pistol handgun milikku. Ya walau aku tak dalam tugas aku harus tetap berjaga-jaga dan berhati-hati saat di Virginia nantinya. Ku langkahkan kakiku menuju ruang kerjaku dirumah dan mencari identitas FBI ku, kubawa agar jika ada apa-apa yang darurat aku bisa memakainya. Sebelum

berangkat ku pakai jaket kulit hitam dan kaca mata hitamku. Aku berpamitan pada Sarah sebentar dan segera menuju bandara. Ya Sarah masih bekerja ditempat ini, aku sengaja tetap memperkerjakannya agar Ia dapat menjaga rumah saat aku bepergian keluar kota saat bertugas biasanya. Aku akan menaiki pesawat pribadiku menuju Virginia. Ku lajukan mobil chevrolete bumblebee ku menuju bandara. Aku juga akan membawa mobil ini di dalam pesawat pribadiku nantinya, aku akan sangat membutuhkan mobil ini untuk transportasi di Virginia. Aku sudah berada di dalam pesawat sekrang, beberapa petugas nampak sedang mengurus mobilku dibawah. Tak lama akhirnya pesawat ini mulai lepas landas meninggalkan bandara Atlanta, karna pesawatku ini termasuk pesawat Jet maka tak perlu waktu lama Virginia sudah tercapai. Setelah sampai di Virginia aku segera menuju ke Villaku. Ku jalankan mobil sport milikku ini di jalanan Virginia dengan kecepatan yang sedang, ku nikmati pemandangan pantai di sepanjang jalan ini. Aku sudah cukup lama tak kesini, aku merindukan panas matahari disaat musim panas di pantai. Ku hentikan mobilku di depan villa dan segera naik keatas villa. Aku duduk termenung di depan villa sambil menatap sunset. Aku merindukan suasana seperti ini. Setelah hari makin petang aku segera memasuki villaku ini, tampak debu dimanamana. Ku angkat gagang telpon villaku ini dan menyewa pembantu harian agar membersihkan rumahku ini secara rutin. Aku segera ke kamarku yang berada di ruang atas dan segera membersihkan diri setelah ini aku akan belanja untuk mengisi kulkasku dengan beberapa minuman dan makanan kaleng. Setelah selesai mandi aku langsung menuju mobilku dan melaju ke MC Donalld mencari makan malam terlebih dahulu dan barulah aku berbelanja di supermarket. Di dalam supermarket ku ambil beberapa box susu cair siap saji, beberapa camilan dan beberapa makanan kaleng. Ku dorong troli ku ini yang telah penuh menuju kasir, mataku masih berkeliling untuk mencari barang lain yang mungkin kubutuhkan hingga aku tak sadar aku tak sengaja menabrak seseorang. "Awwww." Ucap gadis yang ku tabrak dengan troli sambil memunguti barangnya yang berserakan di lantai. "Ohh maafkan aku. Aku tidak sengaja." Ucapku membantu gadis itu mengambili barangnya. "Iya. Tak apa-apa." Ucap gadis itu dan menoleh kearahku. "Justin?" Panggil gadis disampingku ini dengan ekspresi kaget. "Oh, hai. Apa kabarmu?" Tanyaku padanya sambil memberikan barangbarangnya kembali. "Well cukup baik. Apa kau telah bekerja sekarang dan kenapa kau kembali ke Virginia?" Ucapnya langsung melontarkan beberapa pertanyaan padaku. "Yep aku bekerja di FBI sekarang. Aku kesini hanya untuk berlibur sebulan." Jelasku pada gadis cantik dihadapanku ini. "Oh ya kudengar ini musim terakhirmu di Gallagher Academy, apakah benar?" Tanyaku padanya sambil berjalan kearah kasir bersamaan. "Yep aku akan lulus musim ini." Jelasnya tampak ceria padaku. "Oh ya jadikan satu saja barangmu. Biar aku yang membayar sekalian." Tawarku pada gadis di hadapanku ini. "Benarkah tak apa? Terima kasih Justin kau baik sekali." Ucapnya dengan senyuman yang terus mengembang. Aku mengantri di kasir dan langsung membayarnya. Aku meminta petugas kasir untuk memisah antara barangku dan milik Bex. Ya gadis yang tadi kutabrak adalah Bex. Ia sedang berada di depan pintu keluar menungguku. "Ini barangmu." Ucapku sambil memberikan sekantung kertas cokat berisi belanjaan padanya. "Terima kasih ya." Ucapnya, menerima kantung belanjaan itu dan tersenyum padaku. "Yep, you're welcome. And well ayo pulang ini sudah larut biar ku antar kau ke Gallagher Academy." Ucapku mengajaknya keluar dari supermarket ini. Ku antar Bex dahulu ke Gallagher Academy sebelum aku kembali ke Villa. "Oh ya bagaimana keadaanmu dan Niall?" Tanyaku pada Bex selama perjalanan. "Kami baik-baik saja. Dia sering mengunjungiku kemari." Jelasnya, tampak seulas senyuman tergambar di wajah cantiknya itu. "Good, long last Bex." Ucapku dan tersenyum padanya. "Oh ya apakah Cammie sudah memiliki pacar baru?" Tanyaku tibatiba pada Bex. "Sejak putus denganmu Ia selalu dekat dengan Zayn dan bahkan Zayn juga sering mengunjunginya tapi mereka tidak jadian. Sepertinya Ia masih belum bisa melupakanmu." Jelas Bex panjang lebar dan menebarkan senyuman manisnya kepadaku. Aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum mendengarkannya. "Oh ya satu lagi ku dengar Zayn sedang ada di Virginia juga." Tambah Bex sambil terus menatap jalanan di hadapan kami. Aku tak menanggapinya dan terus fokus dengan jalanan dihadapanku ini. "Well sudah sampai. Turunlah dan segera masuk sebelum kau melanggar jam malam." Perintahku menyuruh Bex. "Ayayy sir." Ucap Bex sambil hormat kepadaku dan tertawa

renyah. "Terima kasih ya untuk semuanya." Ucap Bex sambil mengambil kantung belanjaanya yang berada di jok belakang. "Iya sama-sama Bex." Ucapku dan tersenyum padanya. "Oh ya apa kau ingin titip salam pada Cammie?" Tanya Bex sebelum Ia turun dari mobilku. "Mmmhh tidak usah." Tolakku pada Bex dan tersenyum padanya. "Baiklah. Selamat malam Justin, nice to see you again." Ucap Bex dan turun dari mobilku. "Oke night. Bye." Ucapku dan melambaikan tanganku pada Bex dan berjalan meninggalkan gerbang besar Gallagher Academy ini. Ku lajukan mobilku dengan cepat menuju Villa. Setelah sampai di villa ku bawa masuk belanjaanku dan meletakannya di dapur. Ku keluarkan sebox susu dan beberapa camilan. Kuambil gelas menuangkan susu itu dan membawa camilan dan susu ini ke ruang kerjaku. Di ruang kerjaku aku langsung menyalakan laptop milikku dan langsung membrowsing web resmi milik Gallagher Academy, aku harus mencari beberapa informasi tenang riwayat Cammie yang baru. Ku buka data siswa dan langsung ku ketik kan nama 'Chammeron Morgan' di kotak pencarian. Tak perlu waktu lama web ini langsung memberikan data Cammie secara lengkap, tampak foto Cammie dan beberapa informasi di dalamnya. Ku baca informasi yamg tertera sambil menyerutup susu cair di gelasku ini sedikit demi sedikit. Di web ini aku mendapatkan beberapa informasi terbaru tentang Cammie dan juga mendapat nomor telpon baru dan e-mail milik Cammie. Langsung ku keluarkan ponselku memasukan nomer ponsel dan e-mail Cammie dan langsung mencari posisi Cammie dalam GPS. Well mesin GPS diponselku ini langsung menunjukkan letak Cammie yang sekarang sedang berada di koordinat yang menunjukkan Gallagher Academy. Aku tersenyum miring dan meletakkan ponselku di meja dan meneguk habis susu di gelasku ini. Haha, dengan perkembangan jaman aku dapat dengan mudah mendapatkan banyak informasi. Ku tutup laptopku dan segera keluar dari kantor pribadiku ini. Jam di kantorku sudah berdentang berulang kali memaksaku untuk tidur karna hari sudah larut malam. Justin POV Hari ini tepat 100 hari kepergian grandmaku. Aku tak sempat untuk ke makamnya dahulu kemarin, maka ku putuskan untuk mendoakannya di gereja saja setelah ini. Ketika aku selesai mandi aku langsung menuju dapur untuk membuat sarapan pagi. Saat di dapur sudah nampak seorang pembantu yang sedang membereskan barang yang berada di kantung belanjaanku semalam. Selamat pagi, sir. Sapanya tersenyum padaku. Pagi, oh ya panggil saja aku Justin. Jawabku dan mengambil makanan kaleng dari lemari dan memanaskannya di microwave. Tak lama microwave berdenting langsung saja ku keluarkan makananku dan mulai memakannya. Setelah makananku habis ku buka kulkas dan mengambil botol orange juice dan menuangkannya sedikit di gelasku dan meminumnya. Setelah itu aku langsung menuju ruang tv meraih kunci mobilku yang berada di meja dan memanasi mobilku sebentar barulah aku meluncur ke gereja. Ku parkirkan mobil sportku ini di halaman gereja, suasana gereja tampak sedikit ramai karna ini merupakan hari libur dan akan ada gladi bersih untuk misa nanti sore dan esok pagi. Ku langkahkan kakiku memasuki gereja, tampak ada petugas koor yang sedang latihan di samping altar, ada juga petugas yang sedang merangkai bunga untuk menghiasi altar. Ku dudukan tubuhku di sembarang kursi, menatap patung Tuhan Yesus yang berada di atas altar dan memejamkan mataku dan mulai berdoa. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-mu. Datanglah kerajaan-Mu. Jadilah kehendakMu, diatas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rejeki pada hari ini. Dan ampunilah kesalahan kami, Seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan janglah masukkan kami ke dalam percobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Tuhan, berilah dia istirahat kekal. Dan sinarilah dia dengan cahaya abadi. Semoga semua orang yang sudah meninggal beristirahat dalam damai. Amin. Ucapku menghaturkan doa, ku buka mataku perlahan terduduk sebentar sambil mendengarkan suara merdu para petugas koor dan barulah aku bangkit meninggalkan gereja tua ini. Ku pakai kaca mata hitamku dan segera menaiki mobil sportku. Aku tak tahu harus kemana setelah ini, ku rasa aku lebih baik bersantai di rumah dan berjemur. Terik matahari mulai muncul di pinggiran

pantai nampaknya, pikirku dalam hati dan langsung melajukan mobilku kembali ke villa. Di villa ku parkirkan mobilku di dalam garasi villaku dan mengganti celanaku dahulu dengan celana pendek dan hanya memakai singlet berwarna hitam yang membalut tubuh kekarku. Ku pakai lagi kaca mata hitamku, mengambil orange juice dari kulkas dan tiduran di kursi panjang yang berada di teras villaku. Hah Paradise, sudah lama rasanya aku tak bersantai seperti ini, aku selalu disibukkan dengan tugas-tugas dilapangan, sekarang aku bukan anak kecil lagi yang hanya bersenang-senang semata. Ku tengok kearah bawah villaku, pantai memang cukup ramai kali ini, wajar saja ini musim panas dan ini merupakan weekend. Cukup lama aku berjemur disini, kini hari mulai sore dan pantai pun mulai menyepi, sepertinya tak banyak yang akan menyempatkan waktu mereka untuk menunggu sunset yang nampak indah disini. Tampak pada mataku sepasang orang yang sangat ku kenal, ya itu gadis yang dulunya sangat ku cintai bersama dengan Body Guardnya, haha, Zayn Javad Malik, pikirku dalam hati sambil tersenyum simpul. Aku langsung memasuki villaku ini, aku tak mau bertemu dengan mereka berdua atau bisa-bisa saja semua rencana yang telah ku siapkan akan gagal jika mereka mengetahui keberadaanku disini. Aku langsung memasuki kamarku dan segera membasuh tubuhku yang sudah mulai nampak kecoklatan setelah berjemur seharian tadi. Selesai mandi hari sudah sangat petang, ku pikir aku akan membutuhkan makan malam setelah ini. Ku putuskan untuk mencari makan malam di luar saja, karna ini masih merupakan 100 hari kepergian grandmaku tak ada salahnya jika ku peringati di restaurant masakan Jepang, ya restaurant favorit grandmaku. Segera ku keluarkan mobilku dari dalam garasi dan segera melajukannya ke pusat kota untuk menuju restaurant masakan Jepang. Restaurant yang dulunya pernah ku kunjungi bersama Cammie, haha. Tiba-tiba memori di otakku teringat pada sosoknya. Di dalam restaurant ini aku langsung terduduk di bantal-bantal kecil di lantai dan seorang waitress dengan kimono langsung mendatangi mejaku sambil memberikan daftar makanan. Ummmh green tea dan sushi dengan daging matang bisa? tanyaku sambil menatap daftar menu dihadapanku ini. Tentu saja bisa tuan, sebentar biar kami siapkan. Ucap sang Waitress dan kembali menuju dapur. Sambil menunggu aku bermain -main dengan ponselku, ku lihat koordinat pada GPS letak Cammie, wow Ia nampaknya juga sedang berada di pusat kota. Ku kunci ponselku dan ku masukkan di kantung ketika sang waitress kembali dengan poci green tea dengan gelas tanah liat dan sepiring berisi sushi. Selamat menikmati. Ucapnya dan pergi meninggalkanku. Aku tersenyum sesaat dan menuangkan greentea yang berada di poci ke gelas tanah liat, ku serutup sedikit teh hangat ini dan mengelap sumpit yang akan ku gunakan. Setelah ku lap aku mulai memakan sushiku ini, tiba-tiba saja saat aku memakan sushi ini aku teringat dengan sosok grandma, ketika Ia berulang kali memaksaku memakan sushi. Lo ok Grandma, your grandson eat your favorite food, look and smile. batinku dalam hati dan tersenyum sendiri. Ku makan lagi sushi lagi di piringku ini. Disaatku sedang makan tiba-tiba lonceng di pintu restaurant ini berdenting, menandakan ada seseorang yang datang. Aku duduk menghadap kearah dalam restaurant ini dan membelakangi pintu masuk jadi aku tak dapat memastikan siapakah yang datang, aku tetap serius dengan makanan di piringku dan tidak mempedulikan siapakah yang datang. Ternyata yang datang juga seorang tamu, tamu itu duduk tepat disamping mejaku, ku lirik sedikit sang tamu dan ini benar-benar mengagetkanku mereka adalah Zayn dan Cammie. Cammie tampak melihat kearahku dengan serius seperti meyakinkan dirinya apakah ini benar-benar diriku, Zayn yang bingung dengan tatapan Cammie kearahku ikut memalingkan wajahnya dan menatapku. Ku buang mukaku dari mereka dan focus dengan sushi-sushi yang menatapku berharap untuk dimakan ini. Ku lirik sedikit sepertinya Cammie menghampiri mejaku dan terduduk di depanku. Ummmh, hei. Kau sekarang suka makan sushi? tanyanya ramah padaku. Tak ku perhatikan tiap kata -katanya dan terus melahap makananku. Bagaimana kabarmu? Kau sudah mendapatkan pekerjaan? tanyanya lagi padaku. Aku masih terdiam dan melahap sushi terakhirku. Ku tatap wajah Cammie dengan tatapan menghina dan tersenyum miring kearahnya. Kau masih marah padaku? tanyanya lagi dan menatapku hangat. Ku buang mukaku dan berhenti menatapnya dan meminum greentea di gelasku, Zayn nampak menghampiri mejaku juga, ku tatap Ia yang sedang berdiri di hadapanku dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. Heh, kau tuli? Sedari tadi Cammie mengajakmu bicara! Atau jangan -

jangan kau bisu? ucap Zayn sambil menatapku tajam dengan tangan yang tampak telah mengepal. Malas sekali aku jika harus ribut dengannya lagi, aku bangkit dari dudukku dan hendak keluar meninggalkan mereka berdua. Namun tangan Zayn mencengkram pergelangan tanganku sangat kuat. Ku tatap wajahnya dengan tatapan tajam dan menghentakan tanganku yang di peganginya. Apa masalahmu? tanyaku padanya dan melipat tanganku didepan dada sambil menatapnya. Kau tak pernah berubah ya Bieber, kau masih saja layaknya Bajingan. Haha. Ucap Zayn merendahkanku dengan tawa yang dibuat-buat. Shut the fuck up! ucapku sambil meninju pipi tirus milik Zayn. Kedua kalinya Ia merendahkanku hari ini, hari pertama kita bertemu lagi. Ku pukuli terus tubuhnya dengan kepalan-kepalan yang kencang hingga Ia terjatuh. Baru saja kita bertemu lagi dan kau telah menghinaku dua kali tuan M A L I K. Haha. Lihatlah kau begitu lemah. Oh ya dan satu lagi ini balasan untukmu untuk bibirku yang dahulu kau lukai saat di Atlanta! ucapku merendahkannya dan menendang perutnya dan meninggalkannya yang tergeletak di lantai kesakitan. Ku tatap Cammie tajam sebelum benar-benar meninggalkan restaurant ini, Ia terus menatap kepergianku dari ekspresi wajahnya Ia seperti tak mempercayai kejadian yang baru saja dilihatnya. Aku segera menaiki mobil sportku ini dan kembali ke villaku. Gila benar-benar gila, baru saja bertemu Ia langsung mengajakku berkelahi seperti ini, kau pikir aku akan terus kalah jika kau rendahkan dan kau pikir aku akan diam saja jika kau hajar, tidak Zayn tidak akan, pikirku dan tersenyum licik sendiri sambil mengemudikan mobilku ini menuju villaku. Setelah memarkirkan mobilku di garasi, aku langsung memasuki villaku dan menuju kamar mandi. Ku cuci mukaku di wastafel dan menatap wajahku sendiri dari cermin dihadapanku. Penuh kebencian dan murka yang meluap-luap di wajahku, ya memang itu yang ku rasakan. Aku tersenyum miring sendiri sambil menatap pantulan wajah tampanku ini dan keluar dari kamar mandi segera menuju kantor pribadiku dibawah. Aku harus memikirkan rencana baru untuk membalaskan dendamku ini, ya karna mereka telah mengetahui keberadaanku di Virginia sekarang. Cukup lama aku terus memikir-mikirkan hal ini, aku harus lebih berhati-hati dalam menjalankan rencanaku selanjutnya jangan sampai gagal lagi seperti ini. Ku sangga kepalaku dengan kedua tanganku di meja, ku tutupi wajahku sendiri sambil terus berpikir. Tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang terbuka dan ada suara langkah kaki, siapa yang datang malam-malam seperti ini tanpa mengetuk pintu pula. Jangan-jangan Zayn datang dan juga ingin membalas dendamnya padaku soal tadi di restaurant. Ku buka laci di meja kantorku ini pelan-pelan dan mencari handgunku. Ku masukkan pelurunya dan menguncinya, aku berjalan perlahan-lahan menuju keluar dari kantorku ini, dengan sangat hati-hati ku langkahkan kakiku ini menuju pintu depan. Lampu di villaku ini memang sudah sebagian padam, jadi agak sulit juga untuk melihat. Ku intip sedikit dari tembok yang menghubungkan ruang tv dan ruang tamu, ada sesosok yang sedang berdiri disana dan hendak berjalan masuk, tak cukup jelas siapakah Ia. Langsung saja aku berjalan keluar dari persembunyianku dan ku arahkan pistolku ini kearahnya yang sedang menatapku. Dorrrrrrr peluru di pistolku ini meluncur keluar dan berhasil mengeluarkan suara yang sangat keras. Wohhh Justin! Kau gila! ucap orang itu sambil menjongkok dan menatap ke arahku. Ku nyalakan segera lampu ruang tamu ini untuk memastikan siapa orang yang tadi ku tembak. Niall? ucapku dengan tatapan kaget menatap Niall. Kau hampir saja membunuhku! Dasar psyco! umpat Niall padaku sambil mengelus ngelus dadanya menunjukkan keterkejutannya padaku. Kau sendiri datang ke villaku sudah layaknya maling saja. Malam-malam tak mengetuk pintu terlebih dahulu lagi. Ucapku sambil menggaruk rambutku sendiri yang kurasa tak gatal sama sekali. Aku ingin memberimu kejutan bodoh, malah kau yang mengejutkanku. Ucapnya dengan tampang polos namun masih tampak panic. Maafkan aku, maaf. Oh ya ayo duduk. Ucapku menggandeng tangan Niall agar bangkit dan mempersilahkannya duduk di sofa ruang tamuku. Mau apa kau malam -malam kesini? Hah? tanyaku sambil menatap Niall meminta penjelasan. Ku dengar dari Bex kau sedang di Virginia dan tak ada salahnya bukan jika aku mengunjungimu? ucap Niall sambil tersenyum padaku. Haha, tentu saja bro. Rumahku selalu terbuka untukmu, asal jangan seperti maling lagi saja yang datang. Ucapku dan tertawa renyah menatap Niall yang masih tampak menetralisir rasa kagetnya. Haha, iya maafkan aku kurang sopan tadi. Dan karna ketidak sopananku sendiri aku jadi hampir saja terbunuh olehmu

Justin. Kau benar-benar psyco ku kira. Ucapnya masih meggerutu padaku. Haha. Oh ya sekarang kau kerja dimana? tanyaku pada Niall. Well aku tidak kerja pada siapa -siapa, aku tidak mau terikat kontrak yang akan membebaniku sendiri, aku jadi mata-mata bayaran yang freelance. Jelas Niall dengan bangganya. Ya pemikiranmu ada benarnya juga. Aku sekarang bekerja di FBI tapi aku baru memakai masa cutiku sekarang, aku memang selalu disibukkan tugas. Keluhku pada Niall. Wow, jadi sekarang kau bekerja di FBI bro? Cool man! ucap Niall sambil meninju lenganku pelan. Haha, ya beginilah hidupku sekarang. Oh ya hari sudah sangat malam sekarang, kau mau bagaimana? Mau tinggal disini terlebih dahulu? tawarku pada Niall. Jika tak merepotkanmu, aku ingin menginap disini boleh? tanyanya meminta ijin padaku. Tentu saja, sudah ku bilang kau selalu ku terima dirumahku bro. ucapku lagi dan tersenyum pada Niall. Baiklah kau tempati saja kamar yang masih kosong. Aku akan ada di kamarku diatas jika kau membutuhkanku. Ucapku pada Ni all dan berjalan meninggalkannya. Baik Justin. Terima kasih. Good night. Ucap Niall padaku dan ikut pergi mencari kamar untuknya. Di kamarku aku tak langsung tertidur, aku masih memikirkan rencana balas dendamku yang masih belum terpecahkan. Hingga pukul 3.15 am aku juga masih terjaga untuk terus berpikir, namun percuma saja otakku masih belum bisa menemukan ide itu. Sebaiknya aku tidur saja agar esok pikiranku lebih jernih dan aku dapat menemukan ide itu dengan mudah. Oke well, night world. HABIS BACA WAJIB LIKE NGGAK LIKE BISULAN. Yang SILENT READERS nanti jerawatan :p *candawey* Sorry for typos and not good enough story. Happy Reading! Bekicoooottt~~~~ ----------------------------------------------------------------------------------Author POV Matahari telah bersinar lagi, mengganggu kenyenyakan tidur orang-orang di hari libur seperti ini. Namun lelaki yang sudah cukup umur disebut dewasa itu masih terlelap di bawah selimut tebalnya. Sepertinya matahari tak berhasil mengganggu tidur nyenyaknya, ya wajar saja Ia baru tidur pukul 3.00 am. Hingga pukul 11.00 am lelaki itu juga tak kunjung-kunjung terbangun juga, Niall teman yang sedang tinggal di rumah Justin ingin meninggalkan rumah ini untuk berlibur namun karna Ia tak kunjung bangun dengan sangat terpaksa Niall harus membangunkannya untuk berpamitan. "Justinnn?" Ucap Niall sambil mengetuk pintu kamar Justin. "Justinnnnn?" Panggil Niall lagi sambil mengetuk pintu. Karna tak ada jawaban Niall pun langsung memasuki kamar Justin dan membangunkannya. "Justin?" Ucap Niall sambil menggoyang-goyangkan pelan tubuh Justin. "Errrgggghhhh." Justin hanya mengerang pelan dan masih menutupi seluruh tubuhnya dalam selimut. "Bangunlah, sudah siang." Ucap Niall sambil mengoyak-oyak tubuh Justin agar segera bangun. "Hahhhhh." Ucap Justin membuka sedikit selimutnya dan membuka sebelah matanya untuk melihat sosok Niall. "Aku ingin pergi, apa kau ingin ikut? Aku akan berjalan-jalan bersama dengan Bex, Cammie dan Zayn. Ayo ikutlah." Ajak Niall pada Justin yang tampak sedang mengerjap-ngerjapkan matanya. "Pergilah, aku masih ngantuk, aku juga malas." Ucap Justin mulai bangkit dari tidurnya terduduk di kasur dan menguap lebar. "Baiklah kalau begitu, oh ya nanti malam aku juga akan ke bioskop bersama mereka menyusul saja jika kau membutuhkan hiburan." Ucap Niall sebelum benarbenar meninggalkan kamar Justin. "Ya, nanti lihat saja." Ucap Justin dan tersenyum menatap Niall. "Baiklah, good bye Justin. Have a nice day." Ucap Niall dan pergi meninggalkan kamar Justin. "Have fun!" Teriak Justin dari dalam kamarnya pada Niall. Justin kemudian melempar selimutnya sembarangan dan berdiri menatap ke jendela luar, matahari sangat terik saat ini, cahayanya sangat

menyilaukan. Justin kemudian langsung turun dan ke dapur. Ia mengoleskan roti tawar dengan selai kacang dan memakannya untuk sarapan paginya, ya walau hari mulai siang saat ini. Setelah kenyang dengan sarapannya Justin menuju kantornya untuk berpikir lagi untuk rencana selanjutnya. Diputarputarkannya globe kecil di meja kantornya sambil terus berpikir. Setelah berpikir lama, Justin tiba-tiba tersenyum miring sambil menatap foto Cammie yang tampak telah lusuh dengan penuh tekukan. Sepertinya otaknya telah benar-benar menemukan solusi yang matang. Ya Justin memang selalu berpikir kritis, Ia selalu memperhitungkan dengan teliti tiap rencana yang dibuatnya, tak salah jika Ia menjadi pegawai terbaik FBI di wilayah Atlanta. Setelah menemukan jawaban atas segala rencananya Ia langsung mandi dan bersiap-siap untuk melaksanakan rencana itu. 'Brak' seorang laki-laki memasuki ruangan kerja Rachel Morgan dengan sedikit kasar. Rachel Morgan yang terduduk di kursinya menatap lelaki itu dengan tatapan kaget dan bingung. "Sejak kapan kau berada di Virginia? Dan untuk apa kau kemari secara tiba-tiba seperti ini?" Tanya Rachel Morgan sambil menatap gerak-gerik lelaki itu yang tampak menghisap rokok dengan mondar-mandir di hadapannya, raut wajah lelaki itu nampak kebingungan juga. "Ku dengar Justin kembali ke Virginia! Aku hanya khawatir dengan kedatangannya itu, perasaanku jadi tak enak ketika mengetahui keberadaannya. Terutama aku khawatir denganmu dan Chammeron." Ucap sang lelaki tampak terus menghisap rokoknya dan menatap keluar jendela. "Oh ya dimana Chammeron?" Tanya sang lelaki kebingungan. Rachel Morgan tak menjawab pertanyaan suaminya tersebut karna Iapun tak tahu dimana keberadaan anaknya sekarang. "Dimana Chammeron?!" Tanya lelaki itu nampak sedikit membentak wanita dihadapannya. "Tenanglah Thomas. Tenanglah sedikit, biar ku hubungi Chammeron." Ucap Rachel Morgan masih nampak tenang dan mengangkat gagang telpon kantornya dan memencetkan beberapa nomor. "Ya, mom?" Suara gadis menjawab telpon tersebut. "Kau ada dimana nak sekarang?" Tanya Rachel hangat. "Aku sedang di kota, bersama dengan Zayn, Bex dan Niall. Ada apa?" Jawab Cammie lagi melalui telponnya. "Oh baiklah kalau begitu. Aku hanya ingin memastikan keadaanmu saja." Ucap Rachel Morgan. "Apa kau yakin mom?" Tanya Cammie meyakinkan yang juga nampak bingung karna momnya yang tiba-tiba saja menghubunginya. "Iya sayang, have fun. Enjoy your day." Ucap Rachel mengakhiri panggilan ini. "Kau dengar sendiri bukan Thomas? Chammeron baik-baik saja dan Ia sedang bersama dengan teman-temannya dan tidak bersama Justin sama sekali." Ucap Rachel Morgan santai dan meyakinkan suaminya itu. "Terserah aku saja Rachel! Kau tak tampak mengkhawatirkan anakmu sama sekali, biar aku yang mengawasi dan menjaga Chammeron sendiri!" Ucap Thomas dengan sedikit emosi dan meninggalkan ruangan kerja ini dengan membanting pintunya kasar. Lelaki bermata hazel nampak telah berpakaian rapi dengan kaca mata hitam bergelantungan di wajahnya. Ia nampak memakai jas berwarna biru di tubuhnya dengan celana jeans biru pula di kaki panjangnya. Sang lelaki bermata hazel itu sedang berada di dalam mobilnya sambil memainkan ponselnya mengaktifkan mesin GPS mencari letak koordinat seseorang. Setelah mesin GPS menunjukkan letak koordinat orang yang dimaksud Justin langsung melajukan mobilnya menuju posisi tersebut. Justin mengikuti gerak-gerik Cammie dari jarak yang cukup jauh, Cammie sedang berada di dalam toko boneka bersama Zayn, Bex dan Niall. Tampak dari kaca bening luar toko mereka semua sedang bergurau bersama sambil memainkan boneka-boneka lucu disana. Tak lama mereka semua keluar dari toko boneka itu, nampak Cammie keluar toko itu sambil memeluk erat boneka teddy bear besar berwarna pink. Mereka meneruskan berjalan-jalan kembali, Justin masih nampak mengamati dari dalam mobilnya dengan koran yang menutupi sebagian wajahnya. Justin tak langsung mengikuti mereka namun mendiamkannya hingga mereka berjalan cukup jauh. Keempat

anak muda itu nampak memasuki sebuah restaurant, ya hari memang sudah mulai nampak petang sekarang wajar saja jika mereka mulai mencari makan malam. Justin masih setia membuntuti mereka semua, Ia masih berada dalam misi balas dendamnya. Cukup lama mereka semua berada di dalam restaurant ini, Justin nampaknya mulai merasa bosan berada di dalam mobilnya terus. Ia melangkahkan kaki keluar dari mobilnya dan menuju mesin minuman kaleng yang berada tak jauh dari restaurant tempat Cammie berada. Justin memasukan sebuah koin dan tak lama sekaleng minuman dingin keluar dari mesin tersebut. Justin membuka minuman tersebut dan meneguknya. Tiba-tiba keempat pemuda itu nampak keluar meninggalkan restaurant, Justin reflek langsung bersembunyi dan memasuki sebuah toko pakaian yang dekat dengan dirinya. Justin bersembunyi diantara pakaian-pakaian ketika mereka semua berjalan melewati depan toko pakaian tersebut, namun ketika Justin bersembunyi ponselnya berdering dan berhasil mengejutkannya. "Ya ya ada apa?" Tanya Justin terdengar sedikit canggung. "Aku dan anak-anak lainnya sedang berjalan menuju bioskop sekarang, kau jadi bergabung? Jika iya biar ku pesankan tiket sekalian setelah ini." Ucap seseorang yang menelpon Justin tersebut. "Mmmmh maafkan aku Niall, aku sedang sibuk sekarang. Bagaimana lain kali?" Ucap Justin dengan suara sedih yang dibuat-buat. "Oh baiklah kalau begitu, yasudah next time." Ucap Niall pada Justin melalui sambungan telepon itu. "Ya baiklah. Bye have fun." Ucap Justin mengakhiri panggilan tersebut dan berjalan keluar dari toko pakaian ini. Justin ternyata tak langsung mengikuti mereka semua, Justin justru memasuki restaurant yang tadi ditempati keempat orang yang sedari tadi dibuntutinya, dimeja yang ditempati keempat pemuda tadi nampak boneka teddy bear yang tadi Cammie bawa masih tertinggal dibawah meja, Justin mengambilnya dan membawanya di meja makannya. Nampaknya Justin juga ingin mengisi perutnya dahulu malam ini. Sambil memakan makan malamnya Justin memainkan ponselnya dan terus mengamati gerak-gerik Cammie. Sepertinya Cammie sudah tak bergerak lagi, Ia mungkin sudah berada di dalam studio film. Setelah selesai dengan makan malamnya Justin keluar dan membawa boneka besar itu dan langsung memposisikan dirinya berada di daerah bioskop, cukup lama Justin terus terjaga di dalam mobilnya menatap kearah pintu masuk bioskop. Ada satu jam lebih Justin berada di dalam mobil sportnya. Sekumpulan orang mulai nampak keluar dari dalam bioskop, film yang diputar mungkin telah usai. Dengan cepat Justin langsung keluar dari dalam mobilnya dan mencari persembunyian untuk mengamati Cammie lebih dekat. "Zayn aku ingin balon-balon itu." Ucap Cammie sambil menunjuk-nunjuk tukang balon yang berada cukup jauh dari gedung bioskop ini. Ya mereka memang sedang berada di depan gedung bioskop sekarang. "Kau serius?" Tanya Zayn meyakinkan kata-kata Cammie barusan. "Eheee." Ucap Cammie sambil mengangguk-angguk dan tersenyum pada Zayn. "Baiklah biar ku belikan kau tunggu disini saja ya bersama Niall dan Bex." Ucap Zayn tersenyum dan meninggalkan gedung bioskop ini menuju tukang balon. Bex dan Niall tampak sedang bercanda sendiri dan bermesraan di depan gedung bioskop ini sedangkan Cammie hanya menatap mereka berdua dan memainkan ponselnya mencari kesibukan sendiri sambil menunggu Zayn kembali. 'Wow, Cammie tampak sedang sendirian disana tanpa ada Zayn disampingnya. Sepertinya ini kesempatan yang sangat tepat untukku membalaskan dendamku. Haha.' Ucap Justin dalam hatinya dan tersenyum licik sambil terus melihat kearah Cammie dengan tajam. Justin masih berada di tempat persembunyiannya, Ia keluar dikit demi sedikit namun masih bermaksud tak memperlihatkan dirinya di banyak orang agar tak ada saksi yang akan melihat kejadian yang akan diperbuat Justin nantinya. Justin mengeluarkan handgun dari balik jas birunya dan segera mengunci handgun tersebut agar siap untuk dipakai. Justin mengarahkan pistolnya dan mengeker tepat kearah Cammie, setelah pistol tersebut tepat mengarah pada diri Cammie, Justin hendak memencet pelatuknya namun tangannya nampak bergetar hebat, pada hati

kecilnya ada sepercik rasa tak tega melukai gadis yang pernah mengisi hari-harinya. Namun egonya yang besar mengabaikan suara hatinya dan memberanikan dirinya untuk memencet pelatuk pistolnya. Dan 'dorrrrrrrrr' sebuah peluru melayang cepat menuju sasaran. 'Bruk' Seseorang tiba-tiba tergeletak di aspal dan bersimpuh banyak darah. Seketika banyak orang yang berteriak-teriak dan menghambur meninggalkan wilayah ini. Pada saat suara pistol terdengar tampak juga beberapa balon beterbangan bebas di udara. "Justinnnnnnn?!" Teriak Cammie yang menatap Justin telah tergeletak di aspal dengan banyak darah segar mengalir di kaki kanannya dengan pistol yang berada di genggaman tangannya. "Ayo pergi dari sini Camm!" Ucap Bex sambil menarik tangan Cammie erat berlari meninggalkan depan gedung bioskop ini. Cammie masih menatap kearah Justin yang nampak telah tak berdaya saat tangannya ditarik-tarik oleh Bex. Rasanya Ia ingin menolong lelaki yang Ia sayangi tersebut, namun Bex menarik tubuhnya sangat keras. Tampak dari mata Cammie, Zayn sedang berlari kearah Justin dan segera menggendong tubuh Justin dari jalanan ini menuju mobilnya. Zayn langsung membawa mobil Justin dengan cepat menuju hospital sebelum tubuh Justin benar-benar kehilangan banyak darah. Justin tertidur di kursi belakang, Ia terus menjerit-jerit kesakitan dan nampak wajahnya berkeringat menahan rasa sakit tersebut. Di rumah sakit Zayn memarkirkan mobil itu tepat di pintu IGD dan beberapa suster langsung keluar menolong dengan sebuah kasur dorong. Mereka langsung membawa tubuh Justin ke ruang IGD dan dokter segera memasuki ruangan tersebut untuk menangani Justin. Dari luar ruangan IGD, Zayn berulangulang kali mendengar Justin berteriak kesakitan. Tak lama dokter keluar dari ruangan IGD tersebut dan menemui sosok Zayn yang setia menunggui Justin dari luar sedari tadi. "Dia kehilangan banyak darah, namun tenang saja saya telah berhasil menanganinya. Ia sudah saya beri obat penenang agar Ia dapat beristirahat sejenak. Oh ya setelah ini Ia dapat langsung dipindahkan ke kamar biasa." Ucap sang dokter panjang lebar pada Zayn. "Terima kasih dok, atas segalanya." Ucap Zayn berterima kasih dan menjabat tangan sang dokter. Kemudian sang dokter pergi meninggalkan Zayn dan disaat yang bersamaan tampak beberapa suster mendorong Justin yang sedang terlelap. Para suster itu memindahkan Justin ke ruang rawat biasa dan meninggalkan Zayn dan Justin sendirian di ruangan itu. Zayn terduduk di samping Justin dan menatap wajah Justin yang begitu tenang saat terlelap seperti ini. Zayn pun memutuskan untuk menemani Justin disini, dan Zayn pun tertidur di kursi samping kasur Justin. Pagi-pagi sekali seorang lelaki yang telah cukup umur untuk di panggil ayah datang memasuki ruangan inap milik Justin, Ia mengamati Justin dan Zayn yang masih nampak terlelap. Ia kembali keluar dari kamar inap itu dan menunggu diluar hingga keduanya terbangun, Ia nampak sedang menghubungi seseorang dari ponselnya. "Hallo? Temui aku segera di Virginia Hospital Center sekarang. Morning." Ucapnya singkat tak meminta jawaban dari lawan bicarnya dan langsung mematikan sambungan telepon tersebut. Tak lama seorang wanita dewasa yang sangat cantik dan nampak berwibawa berjalan di lorong rumah sakit menghampiri sosok lelaki yang berada di ruang tunggu. "Ada apa kau menyuruhku datang ke rumah sakit pagi-pagi?" Tanya sang wanita sambil menatap lelaki dihadapannya dengan tatapan penuh tanya. "Lihat saja." Ucap sang lelaki sambil memberi isyarat menunjuk ruang rawat Justin. Sang wanita yang tak salah lagi bernama Rachel Morgan langsung mengintip dari jendela kecil pintu kamar itu. "Justin? Dan mengapa kakinya terperban?" Tanya Rachel bingung menatap suaminya penuh tanya menunggu penjelasan. "Sebaiknya kita segera menjelaskan padanya tentang kejadian yang telah menimpa kedua orang

tuanya." Ucap Thomas pada istrinya tak menjawab pertanyaan istrinya sebelumnya. "Ya kau benar, tunggu saja hingga Ia siuman." Ucap Rachel Morgan dan terduduk di samping suaminya. "Ehhhhh." Ucap Justin mengerang kecil merasakan kesakitan di kakinya. Justin memegang-megang kaki kanannya sendiri sebentar dan menatap sosok yang sedang tertidur di sampingnya. Zayn yang merasakan tubuh Justin bergerak-gerak membuka matanya sedikit demi sedikit dan tersenyum menatap kearah Justin. "Bagaimana keadaanmu?" Tanya Zayn bersikap hangat pada Justin. Justin tak menjawab dan membuang mukanya tak menatap Zayn. Keduanya terdiam tak bersuara lagi. "Mengapa kau masih mempedulikanku?" Ucap Justin tiba-tiba masih tak menatap Zayn. "Aku memang tak menyukai sikapmu kepada Cammie yang terlalu kelewatan, tapi aku sama sekali tak pernah menganggapmu musuh Justin." Ucap Zayn dan tersenyum hangat pada Justin. Justin memalingkan wajahnya menatap Zayn tak percaya dengan kata-katanya barusan. "Apa kau tak dendam padaku setelah kejadian kemarin?" Tanya Justin sambil mengangkat satu alisnya menatap Zayn. "Tidak, kemarin memang salahku. Aku lancang mencari masalah dengamu terlebih dahulu. Maafkan aku." Ucap Zayn mengakui kesalahannya namun tetap dengan sikap dingin khasnya. Justin tak menjawab lagi pernyataan Zayn tersebut dan tercipta suasana hening diantara mereka. "Maaf. Dan terima kasih masih peduli kepadaku." Ucap Justin memecahkan keheningan di ruangan ini. Zayn tak menjawab lagi hanya tersenyum dan mengangguk pada Justin. Tak lama setelah itu, Thomas dan Rachel mengetuk pintu ruang rawat Justin dan segera memasukinya. "Selamat pagi nak, bagaimana keadaanmu?" Tanya Rachel Morgan peduli pada Justin. Justin tak menjawab pertanyaan itu sama sekali hanya tersenyum miring menatap kedua orang tua dihadapannya itu. "Maafkan kesalahan kami berdua, biar ku jelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada kedua orang tuamu. Kedua orang tuamu sebenarnya kerabat dekat kami saat dalam tugas, semua yang terjadi beberapa tahun silam hanyalah kecelakaan semata. Disaat itu kami sedang bertugas untuk menyelidiki penjahat kelas kakap terbesar di USA ini dengan komplotannya, namun mereka semua mengetahui jika gerak-geriknya kami pantau, mereka menjebak kami terutama ayah dan ibumu, mereka memasang bom pada mobil yang mereka gunakan dan saat aku dan Rachel mengetahui hal itu saat kami akan menyelamatkan kedua orang tuamu tapi mereka telah cukup jauh mengendarai mobil itu dan meledaklah mobil itu tepat di hadapan kami. Kami lah yang berada di lokasi kejadian kami berdua lah yang menjadi saksi dan kami berdua lah ang pertama kali merasakan kehilangan itu Justin. Percayalah pada penjelasanku ini, aku juga menyayangi kedua orang tuamu, percayalah?" Jelas Thomas panjang lebar pada Justin dan tampak kejujuran dan ketulusan pada tiap kata yang di ucapkan Thomas. Justin menatap Thomas cukup dalam, tak terasa air mata Justin telah diujung matanya namun tak berani menetes keluar. "Maafkan aku juga, aku yang telah menembak kaki kananmu semalam. Aku hanya berusaha melindungi Cammie dari egomu yang besar itu." Ucap Thomas tampak menyesal dan sedih menatap keadaan Justin sekarang. Justin masih terdiam tak bergeming, kini Ia telah mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Ia kini benar-benar merasa bersalah pada semua orang. Ia merasa sangatlah hina sekarang, terutama pada Cammie gadis yang masih sangat mencintainya dengan tulus. "Maafkan aku Thom, Rachel. Maafkan aku." Ucap Justin dan meneteskan air matanya. Rachel menghampiri Justin dan memeluknya erat dan mengelus kepalanya hangat. Mereka sudah layaknya anak dan ibu jika dilihat. Rachel terus mencoba menenangkan Justin dalam dekapan hangatnya itu. "Terima kasih Rachel." Ucap Justin sambil melepas pelukan hangat Rachel tersebut.

Kini Justin telah mengetahui semua kebenarannya yang sesungguhnya. Namun itu membuatnya semakin terpuruk pada rasa bersalah yang sangat mendalam pada Cammie. 2 hari setelah di rawat di rumah sakit ini kesehatan Justin semakin memulih ya walaupun Justin harus berjalan dengan bantuan kursi roda selama masa pemulihan ini. Justin memutuskan untuk segera kembali ke Atlanta, Ia memutuskan untuk memulai hidup baru agar Ia tak terlalu terpuruk dalam jurang penyesalan. -Yeah, I finally realize That I'm nothing without you I was wrong Forgive me- Bigbang~Haru haru

Cammie POV

Justin telah pergi, Zayn telah pergi, mereka telah meninggalkanku. Mereka meninggalkanku dengan sisa kenangan tentang mereka. Aku masih ingat benar disaat Justin meninggalkan Virginia dengan kursi rodanya tanpa berpamitan denganku, disaat hari itu juga Zayn berpamitan denganku untuk meninggalkanku. Ya Zayn meninggalkanku dengan alasan Ia telah mendapatkan pekerjaan yang tetap di Eropa.

5 tahun telah berlalu. Kini aku telah mempunyai pekerjaan sebagai mata-mata bayaran freelance namun aku juga mengajar di Gallagher Academy. Ya lebih tepatnya aku menggantikan posisi momku sebagai kepala sekolah sekaligus pewaris utama Gallagher Academy. 5 tahun berlalu namun semua kenangan tentang Justin belum benar-benar hilang dari dalam benakku, aku telah berulang kali mencoba melupakannya namun percuma saja Ia selalu terbayang dalam pikiranku. Aku bahkan masih ingat betul akan janji-janjiku saat kami berdua di Paris. Dan ku kira ini saatnya aku memenuhi semua janjiku pada Justin.

Ku nyalakan laptop di meja kerjaku dan mencari informasi tentang Justin, ku cari namanya di web FBI daerah Atlanta. Tak perlu waktu lama mesin pencarian ini langsung memunculkan data lengkap sang pemilik nama 'Justin Drew Bieber' itu. Tertera nomer identitas FBI Justin pula disana, ku pikir dengan nomer identitas itu aku akan lebih mudah menemukan posisi Justin sekarang karna identitas FBI itu pasti dibawa oleh para anggota tiap bertugas. Ku ketikkan nomer identitas itu di mesin GPS khusus milikku dan mesin itu langsung menunjukan titik koordinat posisi Justin. Tampak di mesin GPS itu Justin sedang berada di Paris sekarang. Paris? Apakah Ia kembali kesana? Atau mungkin kini Ia telah menetap disana? Pikiranku melayang jauh tentang Justin. Aku harus menyusul Justin ke Paris! Harus! Aku harus memenuhi semua janjiku padanya. Ku cari passport dan visaku yang berada di laci meja kerjaku ini dan segera packing untuk segera meluncur ke Paris. Aku akan kesana dengan pesawat jet pribadi milik Gallagher Academy. Aku berangkat ke Paris masih siang hari jadi ku prediksikan aku akan sampai di Paris malam hari atau pagi buta waktu Paris. Kurang lebih 12 jam telah berlalu, aku telah mendarat di bandara Charles de Gaulle, Paris. Dengan taxi aku segera mencari hotel untuk meginap, aku memutuskan untuk menginap di hotel yang dahulu pernah ku

kunjungi bersama Justin, beruntungnya aku juga bisa mendapat kamar yang sama seperti dahulu. Ku buka pintu kamar ini, ku lihat setiap inchi dari ruangan ini tak ada yang berubah sama sekali. Ku langkahkan kaki ku memasuki kamar dan terduduk diatas ranjangnya. Ke elus kasur ini sambil menatapnya lekat, ini tempat tidur terakhir yang ku singgahi bersama Justin dahulu. Ku rebahkan tubuhku di kasur ini dan memejamkan mataku sejenak, aku tertidur untuk menghilangkan rasa lelah yang ditimbulkan oleh jet lag perjalanan tadi. Ketika aku terbangun dari tidurku hari sudah nampak siang, ku buka pintu balkon untuk melihat view yang indah dari sini, ya menara Eiffel. Aku terduduk di kursi yang ada di balkon dan menatap jauh ke arah menara Eiffel itu, disana lah Justin mengakhiri hubungan kita berdua. Aku tersadar dari lamunanku dan mengingat tujuan utamaku kemari, ya aku kesini untuk menemui Justin bukan hanya untuk bersenang-senang semata.Aku masuk ke dalam kamar hotel dan segera membasuh tubuhku. Aku harus mencari Justin segera, aku sudah sangat merindukannya sekarang. Sebelum memulai mencari Justin aku menuju ke restaurant yang berada di hotel ini terlebih dahulu untuk sarapan. Aku memakan sarapan pagiku sambil mencari lagi koordinat titik Justin melalui mesin GPS di ponselku. Letak titik Justin sedari kemarin tak berubah sepertinya. Ku teguk habis susu yang berada di gelasku dan berjalan keluar dari hotel ini, ku cegat sebuah taxi dan menaikinya. "Bonjour, mau kemana nyonya?" Tanya sang supir taxi kepadaku. "Tolong pergi ke titik koordinat ini ya." Ucapku sambil memberikan ponselku kepada supir taxi ini. Sang supir seperti mengamati ponselku sejenak, mengembalikannya dan langsung melajukan mobilnya. Cukup jauh taxi ini membawaku pergi, akhirnya sang supir menghentikan laju mobilnya. Ku lihat daerah sekitarku ini sepertinya perumahan, ku lihat ponselku dan memang benar aku telah sangat dekat dengan koordinat tersebut. "Terima kasih, sir." Ucapku sambil memberikan tips pada sang supir. Sang supir hanya tersenyum padaku dan aku langsung keluar dari dalam taxi ini.

Ku langkahkan kakiku menuju sebuah rumah yang elegant namun minimalis. Ku tarik nafas panjang dan memencet belnya. Tak lama seorang wanita cantik seumuranku membukakan pintu dihadapanku ini dan tersenyum ramah padaku. "Mmmh bonjour. Ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya ramah padaku. "Maaf saya ingin memastikan, apakah ini benar alamat dari Justin Drew Bieber?" Tanyaku pada wanita dihadapanku ini. Dari ekspresi wajahnya wanita ini nampak kebingungan. "Siapa yang datang sayang?" Tanya seorang laki-laki dengan suara yang berat dan keluar dari balik pintu. "Cammie?" Ucap sang lelaki dihadapanku terkejut. Aku yang melihat sosoknya juga terkejut, Ia bukan sosok yang selama ini menjadi incaranku. "Bagaimana kau tahu alamat rumahku?" Tanya lelaki itu padaku. Ya kami sudah ada di dalam rumahnya sekarang lebih tepatnya berada di ruang tamunya. "Aku mencari melalui GPS aku membrowsing dengan nomer identitas FBI Justin, apa kau dapat menjelaskan semuanya kepadaku?" Ucapku pada Zayn yang tampak telah rapi dengan jas yang membalut tubuhnya, sepertinya Ia telah bersiap akan berangkat kerja. "Sebentar tunggu disini. Aku segera kembali." Ucap Zayn meninggalkanku sejenak. Saat Zayn pergi seorang wanita yang tadi membukakan ku pintu datang sambil membawa segelas minuman untukku. Sepertinya Ia adalah kekasih Zayn atau bahkan istrinya. "Terima kasih." Ucapku dan tersenyum padanya. Ia membalas senyumanku dan kembali ke dalam rumah ini. Ku serutup sedikit minuman dingin di gelasku ini. Tak lama Zayn telah kembali dengan sebuah amplop putih yang mulai tampak lusuh. "Ini untukmu." Ucap Zayn sambil memberikan amplop itu padaku. Ku buka amplop itu dan melihat isi di dalamnya. Di dalam amplop itu terdapat sebuah surat dan kartu identitas FBI milik Justin. Ku buka surat itu dan mulai membacanya.

'Aku tahu suatu hari kau akan datang untuk mencariku. Maafkan semua kesalahanku padamu. Maaf aku tak berani untuk menemuimu untuk mengucapkan semua ini. Aku terlalu hina untuk bertemu denganmu lagi. Aku tak pantas untuk mengenalmu lagi kau terlalu baik. Terima kasih atas cinta yang telah kau berikan padaku secara tulus maafkan aku, aku tak pernah bisa membalasnya dengan indah. Namun satu yang perlu kau tahu aku akan selalu menyayangimu. I'm so sorry but I love you. *Justin* '

Ya itulah isi surat dari Justin, tak terasa aku meneteskan air mataku saat membaca tiap ulasan kata di dalam surat ini. "Dia terlalu terpuruk dalam jurang penyesalan. Ia begitu merasa bersalah padamu." Ucap Zayn padaku dan menatap mataku hangat. "Apa kau tahu dimana Justin sekarang?" Tanyaku dan mengelap air mataku sendiri. "Ia kini telah meninggalkan dunia mata-mata. Ia telah memulai hidup barunya dan ku dengar Ia sekarang sedang sibuk mengurus galery photonya di Atlanta." Ucap Zayn menjelaskan padaku. "Atlanta? Aku harus segera kembali ke USA, aku harus menemuinya." Ucapku menanggapi ucapan Zayn tersebut. "Terima kasih Zayn atas segala informasi yang telah kau berikan. Aku harus segera pergi sekarang." Ucapku sambil memasukan identitas FBI Justin dan surat yang Ia tulis tadi ke dalam saku jaketku. "Ya sama-sama. Maaf aku tak bisa mengantarmu ke Atlanta aku mempunyai pekerjaan yang tak dapat ku tinggalkan disini, namun jika kau mau aku bisa mengantarmu ke bandara setelah ini." Ucap Zayn padaku menawari pertolongan. "Iya tak apa Zayn, baiklah ayo segera berangkat aku harus check out dahulu juga di hotel." Ucapku mengajak Zayn. "Perrie aku akan pergi mengantarkan temanku ini dahulu ya? Setelah itu aku juga akan langsung ke kantor." Ucap Zayn sambil berteriak dari ruang tamu ini. Wanita iyu berlari menuju ruang tamu dan menghampiri kita berdua. "Oh baiklah, berhati-hatilah sayang." Ucap sang wanita yang dipanggil Perrie itu dan mencium tangan Zayn. Aku tersenyum pada sang wanita itu dan Zayn segera mengambil kunci mobilnya dan mengantarku kembali ke hotel terlebih dahulu. Ku tatap wajah Zayn yang sedang menyupir tersebut, wajahnya tetap tampan namun hanya tampak sedikit kedewasaan tergambar diwajahnya itu. "Hei mengapa menatapku seperti itu?" Tanyanya yang sadar jika sedang ku amati. "Kau tampak lebih dewasa namun kau tetaplah tampan. Kau tak berubah." Ucapku dan tersenyum menatap Zayn. "Terima kasih, kau juga tampak semakin cantik dan dewasa." Ucapnya sambil melirikku sebentar dan kembali fokus mengendarai mobilnya. Aku hanya tersenyum tersipu malu dan tak menjawab pernyataan Zayn tersebut. Tak lama kami telah sampai di hotel tempatku menginap, Zayn tak mau ikut masuk Ia lebih memilih menunggu di dalam mobilnya. Aku segera mengambil tasku dan check out dari hotel ini. Ku hampiri mobil Zayn kembali dan memasukinya. "Kita mencari makan dahulu ya. Kau belum makan siang bukan? Padahal hari sudah sore sekarang." Ucap Zayn padaku. Ya aku dan Zayn memang cukup lama berbincang di rumahnya tadi. Aku hanya mengangguk setuju dengan pernyataan Zayn tersebut. Zayn membawaku ke restaurant eropa dengan menu pasta terbaik di Paris ini. Aku memesan fetucini untuk makan siangku ini sedangkan Zayn memesan macaroni scotel. Aku melahap makanan di piringku ini sambil bercapak-cakap dengan Zayn. "Oh ya sekarang kau bekerja dimana?" Tanya Zayn padaku. "Aku menggantikan momku di Gallagher Academy namun kadang juga menjalankan tugas sebagai mata-mata freelance." Ucapku sambil mengunyah makananku. "Oh ya kau sendiri tidak mengurus Blackthorne Academy? Bukannya kau pewaris juga?" Tanyaku sambil menatap Zayn meminta penjelasan. "Tidak. Aku tidak tertarik mengurus sekolahan jadi ku alihkan hak warisku pada adikku." Jelas Zayn tersenyum padaku dan meneguk coffe di cangkirnya. Aku hanya mengangguk-angguk mengerti. "Oh ya jika aku boleh tau siapa wanita dirumahmu tadi?" Tanyaku menyelidiki. "Dia tunanganku." Ucapnya menjelaskan dan

tersenyum padaku. "Dia cantik." Ucapku dan membalas senyuman Zayn tadi. "Tapi tak secantik dirimu. Haha." Goda Zayn kepadaku, aku hanya terkekeh kecil mendengarkan pernyataan Zayn barusan. Setelah selesai dengan makan siang disaat sore hari ini kami berdua langsung melaju ke bandara. Zayn mengantarkanku hingga gate keberangkatan. "Hati-hati ya. Jaga dirimu baik-baik. Jika Justin melukaimu lagi segera hubungi aku." Ucap Zayn sambil mengelus-ngelus rambutku. "Iya terima kasih Zayn, jaga dirimu juga. Jaga kesehatan juga jangan terlalu serius dalam pekerjaanmu." Ucapku dan memeluk Zayn sesaat. "Ya, God Bless you." Ucap Zayn dan melambaikan tangannya saat aku berjalan menjauhinya. Ku balas lambaian tangannya itu sambil tersenyum dan tetap berjalan.

Pesawatku telah lepas landas dari airport Charles de Gaulle. Ku prediksikan aku akan sampai Atlanta ketika matahari telah terbit dengan sempurna. Ku istirahatkan tubuhku di pesawat agar aku esok ketika sampai Atlanta dapat langsung beraktifitas. Benar saja aku sampai di Atlanta jam telah menunjukan pukul 9.00 am waktu Atlanta. Aku keluar dari bandara dan langsung mencari taxi untuk menuju kediaman mendiang Grandma Justin.

'Tok... tok... tok...' ku ketuk pintu besar dihadapanku ini. Tak ada jawaban dari dalam rumah ini,
apakah Justin telah pindah dari rumah ini, pikirku dalam hati.

'Tok... tok... tok...' ku ketuk lagi pintu besar di hadapanku ini. "Ya ya, tunggu sebentar!" Teriak
seseorang dari dalam rumah ini, terdengar juga suara langkah kaki yang berlari-lari dari dalam rumah ini.

'Cklek' pintu rumah ini terbuka dan tampak seorang wanita tua yang pernah ku kenali. "Hai Sarah."
Sapaku pada Nanny rumah mendiang Diane ini. "Oh hai, kalau tidak salah kau Chammeron ya? Ayo ayo silahkan masuk." Ucapnya ramah menyuruhku masuk ke rumah besar ini. Aku tersenyum dan mengikuti Sarah memasuki rumah ini. Ku amati tiap sudut rumah ini sepertinya sangatlah sepi. "Oh ya ada apa kau jauh-jauh ke Atlanta?" Tanyanya dan tersenyum padaku. "Aku ingin bertemu Justin, apa dia ada?" Tanyaku sambil menatapnya menunggu jawaban darinya. "Oh iya Justin, Justin sudah berangkat kerja setengah jam yang lalu. Ia sedang di galery photonya." Jelas Sarah sambil tersenyum padaku. "Apakah aku bisa mengetahui alamatnya?" Tanyaku pada Sarah. "Oh tentu saja, ini lihat saja dari sini." Ucapnya sambil memberikan selembar kartu nama milik Justin. "Baiklah aku langsung ke Justin ya?" Tanyaku dan berpamitan padanya. "Kau yakin tidak ingin beristirahat sejenak disini setelah perjalananmu?" Tanyanya perhatian padaku. "Tidak usah terima kasih atas tawarannya. Yasudah aku pergi dulu Sarah. Terima kasih bye." Ucapku padanya menjabat tangannya dan pergi dari rumah Justin ini. Ku cari taxi lagi untuk menuju galery photo Justin. Tak lama sebuah taxi berwarna kuning berhenti di hadapanku dan langsung saja ku naiki. Ku berikan kartu nama Justin pada sang supir dan sang supir langsung melajukan mobilnya menuju alamat yang dituju. Tak lama perjalanan kami berhenti di sebuah gedung dengan bertuliskan 'Bieber Galery Art' di atasnya, gedung ini tampak lumayan cukup luas dan dari luar banyak hasil-hasil foto berfigura yang dipamerkan di galery ini. Aku turun dari taxi yang ku naiki, menarik nafas dalam sebelum memasuki galery photo ini. Ku lihat setiap inchi dari gedung ini tak tampak sosok Justin di dalam gedung ini, ku putuskan untuk melihat-lihat foto yang di pamerkan disini. Aku berhenti disebuah foto yang dipamerkan, ku lihat secara lebih dekat ku pegangi dan ku elus foto itu. Itu fotoku bersama Justin ketika kami berada di Paris tepatnya di menara eiffel, kuamati lebih dalam foto itu seketika memory

ku kembali tentang hari itu. Ketika kami berdua bahagia bersama dan seketika aku terpuruk karna Justin mengakhiri hubungan kita berdua. Tak terasa cairan bening mengalir di pipi mulusku. "Ada yang bisa kami bantu nyonya?" Tanya seorang gadis dengan seragam berwarna kuning cerah, sepertinya Ia petugas di galery ini. Ku alihkan wajahku dari foto itu dan menatap wajah gadis itu. "Apakah anda wanita di foto itu nyonya?" Ucap sang gadis kaget saat menatap wajahku. Aku hanya tersenyum menjawab pernyataan sang gadis. "Apakah Justin sang pemilik Gallery ada disini?" Tanyaku pada gadis dihadapanku ini. "Tuan Justin ada di kantornya di ruang atas. Biar ku antar nyonya." Ucap sang gadis dan mempersilahkanku menaiki lantai atas gedung ini. "Diatas hanya ada satu ruangan. Jadi nyonya naik saja, silahkan saya harus menjaga gallery ini." Ucap sang gadis dan tetap berada di bawah dan tersenyum padaku. "Terima kasih." Ucapku dan menaiki tangga demi tangga. Aku telah berada di atas sekarang ku tarik nafasku berulang kali untuk menetralisir rasa gugupku, aku sangat gugup aku belum siap untuk bertemu Justin, namun aku sangat merindukannya, aku harus segera masuk ke ruangan kerjanya. Sebelum ku masuki ruangan kerjanya ku intip ke dalam melalui jendela kecil yang ada di pintu ini. "Kemari kemari nak peluk daddy." Ucap Justin pada seorang gadis kecil yang juga ada di ruangan Justin. Sang gadis langsung berlari kecil dan mendekap Justin erat. Aku terdiam sesaat dan seakan tak dapat bergerak berucap atau melakukan apapun. Seakan seluruh saraf ditubuhku mati, apakah itu anak Justin? Aku tak percaya Ia telah mempunyai keluarga baru namun Ia tak pernah mengundangku. Apakah Ia telah benar-benar melupakanku? Pikiranku melayang tak karuan, aku menangis turun dari lantai dua ini dan keluar dari gallery Justin ini, gadis ramah yang tadi berbicara padaku menatapku dengan tatapan kebingungan. Ku langkahkan kakiku dijalanan luas Atlanta ini, aku masih belum mempercayai Justin telah mempunyai anak. Ya anak tadi itu memang terlihat manis dan tampak sedikit kemiripan pada Justin. Aku terduduk di trotoar dengan memutar-mutarkan ponselku. Ku coba menenangkan diriku sendiri, aku harus ingat aku kesini untuk memenuhi janjiku pada Justin. Aku juga tak boleh menangis dan cengeng seperti yang Justin pinta padaku. Ku hapus air mataku sendiri dan mencoba tersenyum tegar. Aku akan menemui Justin lagi nanti saja ketika Ia sudah ada di rumah, jika memang Justin sudah menikah tak ada salahnya jika nanti aku berkunjung untuk mengucapkan selamat sekaligus. Oh ya aku kan sedang di Atlanta bagaimana jika selama aku menunggu Justin pulang bekerja aku mengunjungi Macey saja, Ia kan juga berasal dari Atlanta. Ku cari kartu nama Macey di dompetku dan masih ada kartu nama itu walau tampak sudah lusuh. Ku cegat taxi dan segera menuju rumah Macey. Ternyata alamat itu tak cukup jauh dari gallery photo Justin jadi tak perlu waktu lama aku telah sampai. Ku pencet bel yang menempel di tembok untuk memanggil sang pemilik rumah. Tak lama wanita yang sangat ku kenal keluar membukakan ku pintu rumahnya. Ku berikan senyuman manisku saat Ia melihat kedatanganku. "Cammmieee!" Pekiknya dan memeluk tubuhku erat. "Aku sangat merindukanmu! Ayo masuklah." Ucapnya sambil menggandeng tanganku memasuki rumahnya. Kami sekarang berada di ruang tv atau ruang keluarga miliknya. Tampak banyak bonekaboneka dan mainan anak-anak di ruangan ini, sepertinya Macey telah mempunyai momongan sekarang. Pandanganku tertuju pada sebuah boneka teddy bear besar berwarna pink, ku amati lebih detail sepertinya ini boneka ku dahulu saat Zayn membelikannya di toko boneka beberapa tahun silam namun aku malah menghilangkannya . Ku elus boneka itu, bagaimana bisa boneka itu sampai di rumah Macey? Pikirku dalam hati kebingungan. "Kenapa Camm? Itu boneka milik malaikat kecilku, hehe." Ucapnya dan tertawa renyah padaku. "Tidak papa, boneka ini sangatlah lucu." Bualku pada Macey. Kami bercerita tentang kehidupan kami masing-masing. Kami juga bercanda bersama mengingat masa lalu kita. Cukup lama aku berada di rumah Macey, kini hari juga telah mulai petang. Dari dalam rumah ini terdengar suara mobil yang datang. "Oh mungkin itu malaikatku yang datang." Ucap Macey sambil tersenyum.

Tiba-tiba suara anak kecil tertawa girang sambil berlari masuk rumah milik Macey ini. "Mommmmy!" Ucap anak itu dan memeluk ibunya. What? Bukankah itu anak yang bersama Justin tadi? Jadi Macey kini menikah dengan Justin dan itu anak mereka? Pikiranku menyimpulkan semuanya. "Dimana daddy kesayanganmu itu? Hah?" Tanya Macey sambil mencubit pipi tembam milik anaknya. Tak perlu menjawab pertanyaan ibunya, lelaki yang dimaksud telah masuk dan berada di ruang tv juga sekarang, mata lelaki di hadapanku itu membulat saat melihat diriku. Aku pun juga terkejut saat melihatnya, jadi ternyata benar mereka telah menjadi sepasang suami istri sekarang. "Hei Justin. Lihatlah siapa yang datang?" Ucap Macey tampak ceria pada Justin. "O.ohh hai." Ucapku gugup sambil melambaikan tanganku kearah Justin. "Ha.haiii.ii ." Jawab Justin juga tampak gugup saat aku menyapanya. "Ja.jadi sekarang kalian suami istri?" Ucapku dengan perasaan yang masih sangat terpukul, rasanya aku ingin meneteskan air mataku lagi namun aku harus kuat di hadapan Justin aku harus memenuhi janjiku pada Justin untuk tidak cengeng. "Haha. Tentu saja. Haha." Ucap Macey dan tertawa keras menanggapi pertanyaanku tadi. "Ma.maksudmu?" Tanyaku lagi, bibirku terasa bergetar tiap mengeluarkan beberapa kata. "Haha. Sudah sana biar Justin yang jelaskan. Aku mau menemani Caitlin tidur dulu sudah malam." Ucap Macey dan pergi meninggalkanku bersama Justin.

"Ayo ikut aku berjalan-jalan ke taman." Ucap Justin dengan ragu-ragu mengajakku pergi. Justin berjalan keluar dahulu dan aku mengikutinya di belakang. Kami berdua berjalan-jalan malam dalam keheningan, akhirnya aku telah bertemu dengan Justin lagi ya walau kini Ia telah beristri dan itu cukup menyakitiku. Justin terduduk di sebuah kursi yang berada di taman. Aku pun menjejerinya. Justin tampak melipat tangannya dan menundukan kepalanya. Kami masih berdiaman ketika kami telah ditaman sekarang. Ku dongakkan kepalaku dan menatap langit malam yang indah."Apa kabarmu?" Ucap Justin tiba-tiba memecahkan keheningan. "Baik. Dan kau?" Tanyaku balik padanya. "Sangat baik." Ucapnya singkat dan kembali hening. "Mmmmh maafkan semua kesalahanku dahulu. Aku sangat menyesal hampir melukaimu dahulu." Ucapnya masih menunduk tak berani menatapku. "Aku tahu, mungkin aku juga akan melakukan hal serupa jika berada di posisimu." Ucapku dan memberikan senyuman terbaikku pada sosok disebelahku ini. "Maaf juga telah meninggalkanmu tanpa alasan dahulu. Maaf telah melukai perasaanmu berulang kali. Maafkan aku." Ucapnya berulang kali meminta maaf tanda begitu dalam penyesalannya. "Sudahlah Justin, tak apa. Aku sudah memaafkanmu sejak dahulu." Ucapku sambil mengelus pundaknya hangat. Ia menoleh menatap wajahku dan ku berikan senyumanku padanya dan menatapnya hangat. "Oh ya apa tujuanmu ke Atlanta?" Tanya Justin padaku menatapku lama meminta penjelasan. "Hanya mencoba menepati janjiku pada seseorang." Jawabku dan tersenyum kepada sosok yang masih sangat ku cintai ini. "Kau sudah sukses pasti sekarang. Aku turut senang mendengarnya." Tebak Justin dan memberikan senyuman manisnya kepadaku. Senyuman yang begitu indah, senyuman yang 5 tahunan sangat ku rindukan. Aku hanya mengangguk-angguk menandakan menjawab iya pada Justin. "Terima kasih masih ingat akan janji-janjimu. Apa kau masih menjadi anak cengeng?" Ucapnya menggodaku sambil mencubit hidungku keras. "Hentikan Justin, kau masih saja seperti anak-anak-_- aku tetap berusaha memegang janjiku, aku belajar menjadi pribadi yang kuat karnamu." Jawabku dan memberikan senyumanku lagi sambil menatap mata Justin di akhir kalimat. Justin hanya menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang ku pastikan sebenarnya tidak terasa gatal. "Bagaimana hubunganmu dengan Zayn?" Tanya Justin tiba-tiba padaku. "Aku juga tak pernah bertemu dengannya, aku juga baru bertemu dengannya setelah 5 tahun. Dan kini Ia telah mempunyai tunangan." Jelasku pada

Justin. "Apa kau sudah mempunyai pasangan baru juga?" Tanya Justin menatapku meminta kepastian jawaban. Aku hanya tersenyum dan menggelengkan kepalaku ini. "Aku belum bisa benarbenar melupakanmu." Tambahku dan tertenduk malu mengakuinya. "Bagaimana dengan dirimu sendiri?" Tanyaku masih tertunduk tak berani menatap wajah Justin. Justin tak menjawab pertanyaanku sama sekali. Aku sudah tahu jawabanmu Justin aku sudah tahu, kau sudah mempunyai keluarga baru yang membuatmu bahagia bukan, batinku menangis menerima kenyataan yang teramat pahit ini."Kenapa kau meninggalkan dunia mata-mata? Berarti ilmu yang kau miliki tak ada gunanya bukan?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan. Lagi-lagi Justin hanya terdiam, tertunduk dan tak menjawab pertanyaanku sama sekali. Kenapa kau meninggalkan dunia mata -mata? tanyaku lagi pada Justin berharap kali kedua ini dia mau menjawab pertanyaanku. "Aku bertemu denganmu, mengenalmu, mencintamu, bertengkar denganmu, putus denganmu, membencimu, semua karna dunia mata-mata ini. Alasanku meninggalkankan dunia itu karna aku tak ingin jatuh cinta lagi padamu." Ucapnya dan membuang wajah tak menatapku lagi. Ternyata Ia juga berusaha keras untuk melupakanku, namun bedanya Ia telah berhasil melupakanku dan lihatlah Ia telah mempunyai keluarga kecil sekarang. Aku terdiam tak bergeming terus mencoba menahan air mataku ketika Ia menjelaskan semuanya. "Aku mengerti. Aku senang bisa melewati beberapa moment yang sangatlah indah denganmu. Terima kasih Justin." Ucapku mencoba mengikhlaskan semuanya walau sebenarnya cukup berat untuk ku ungkapkan ini semua. Aku bangkit dari kursi taman ini dan berjalan menjauhi Justin. Sudah sangat jelas Justin sudah melupakanku, aku harus memulai hidup baruku juga jika Justinpun sudah bisa memulai hidup barunya. Aku sudah tak kuat terus berakting menjadi sosok yang tegar seperti ini di depan Justin. Aku juga gadis biasa yang lemah dan bisa merasakan sakit hati ketika apa yang aku harapkan sudahlah tidak sejalan, ku langkahkan kakiku meninggalkan taman ini dengan air mata yang telah membanjiri wajahku. Camm? panggil Justin hampir berteriak dan berhasil membuat langkahku terhenti. Aku terdiam di tempatku ini tak berani menatap Justin lagi. Menurutmu apa kita bisa saling mencintai lagi? tanya Justin dan membuatku cukup terkejut dengan pertanyaan yang baru saja Ia lontarkan. Aku berbalik dan menatap matanya dalam sangat dalam dan berhasil membuatku terhipnotis di dalamnya. Menurutmu apa kita bisa saling mencintai lagi? tanya Justin untuk yang kedua kalinya padaku. Justin! Sudah hentikan Justin. Kau sudah memiliki hidup baru sekarang. Kau sudah memiliki Macey dan Caitlin sekarang. Teruskan hidupmu, aku bisa jika kaupun bisa Justin. Ucapku dan masih terisak, suaraku seperti hilang disetiap katanya. "A.. A.Apa? Tidak tidak biar ku jelaskan semuanya. Macey memang telah mempunyai suami sekarang namun suaminya terlalu sering meninggalkan mereka berdua. Caitlin bahkan tak pernah bertemu dengan ayahnya sehingga Ia telah menganggapku sebagai ayahnya sendiri dan begitu pula sebaliknya aku juga telah menganggap Caitlin sebagai anakku sendiri." Jelas Justin panjang lebar kepadaku. "Berarti kalian tidak menikah? Lalu apa maksud Macey tadi padaku?" Tanyaku sedikit bingung sambil mengusap air mata yang membasahi pipi mulusku ini. "Dia hanya membohongimu, kau lihat bukan ekspresinya saat membohongimu tadi? Dia malah tertawa terkekeh saat menjawab pertanyaanmu." Ucap Justin menjelaskan lagi padaku. Aku hanya mengangguk-angguk menanggapi penjelasan Justin barusan. "5 tahun juga bukan waktu yang mudah untukku melupakanmu Camm." Ucapnya menatapku berjalan ke arahku dan memeluk tubuhku erat sangat erat. Pelukan yang sudah lebih dari 5 tahun ku rindukan dapat aku dapatkan lagi, bau tubuh yang khas ini juga salah satu hal yang sangat aku rindukan. "Yeah, I finally realize that I'm nothing without you. I was wrong, forgive me?" Ucapnya sambil memegang tanganku erat dan menciumnya. Aku hanya tersenyum dan menganggukangguk menanggapi kata-kata Justin tersebut. "I want kiss you right now." Ucapnya dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Ku pejamkan mataku dan membiarkannya melakukannya. Namun Justin tak menciumku Ia hanya menempelkan hidungnya dengan hidungku, ku buka mataku

lagi dan menatap mata Justin sangat dekat dan begitu indah manik bola mata berwarna hazelnya ini. Justin tersenyum padaku hangat. "No no no, I will kiss you if you want to be my wife, please?" Ucapnya sambil mengenggam tanganku dan menatapku hangat. Aku tak percaya dengan kata-kata yang diucapkan Justin barusan, Ia melamarku? Secepat inikah? Aku sangat terharu namun aku juga senang dan mataku mulai berkaca-kaca lagi saat aku menatap lekat mata hazelnya itu. "Yes, I will be future Mrs. Bieber." Ucapku sambil tersenyum pada Justin. "Thanks dear." Ucap Justin memeluk tubuhku erat melepaskannya kemudian mencium bibirku hangat dan penuh kasih sayang.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Chammeron Morgan

Hei my name Chammeron Morgan. I'm lucky cuz so many people love me. And I don't scared with anything cuz God always inside me :) Thanks God for wonderful life that you give to me. Thanks for the adventure in my life. And big thanks for people who love me so much, especially my future husband Justin Drew Bieber =)) One thing that you must remember : 'Don't be a weak person God always inside you' :) xx

Justin Drew Bieber

5th year is not easy to forget some memorize. Especially deepest thing in your life. Think first before do it if you don't want to regrets. Thanks for my beloved future wife, thanks for your sincere love and thanks so faithful keeping your promise. Love you so much. One note for you : 'Keep the person who love you and don't squandered his/her love.' :) xx

Zayn Javad Malik

Love can really change your life. There's something magic in my world when you come. Love is not only for happy moment and not just to pander but it is for forever. We must keep him/her altought he/she does not love you back. Yeah, this struggle love. Thanks Cammie teach me how to fly with broken wings, you're the best friend I ever had. One sentence for you : 'Having you next to me suddenly it's magic altought I can't have you.' :) xx

Anda mungkin juga menyukai