Anda di halaman 1dari 3

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI JEMBATAN DI INDONESIA

Dalam 60 tahun Indonesia merdeka, tidak kurang 98 ribu buah jembatan atau ekivalen panjang kurang lebih 1.200 km yang telah di inventarisir dan sebagian telah di bangun serta diperbaiki. Dari jumlah tersebut tidak kurang dari 32 ribu buah jembatan berada di ruas jalan nasional dan provinsi atau ekivalen panjang kurang lebih 550 km dan sisanya berada di ruas jalan kabupaten.

Pembangunan jembatan di Indonesia sejak awal era kemerdekaan sampai saat ini lebih didominasi menggunakan teknologi bangunan atas standar diantaranya: konstruksi Rangka Baja, 35m s/d 100m; Gelagar Komposit 20m s/d 30m; Balok T, 6m s/d 25m; Balok Beton Pratekan 16m s/d 40m; Voided Slab (Balok Beton Berongga), 5 s/d 16m dan lain sebagainya. Intensive kebijaksanan di bidang jembatan dalam menggunakan konstruksi bangunan atas standar pada saat itu merupakan pilihan yang tepat karena kebutuhan akan pembangunan jembatan yang sangat mendesak mengingat banyaknya bagianbagian daerah di Indonesia yang perlu dihubungkan dengan prasarana jalan darat.

Saat

ini

teknologi

pembangunan

jembatan

bentang

panjang

juga

mengalami

perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun di Indonesia meliputi peraturan perencanaan, teknologi bahan (beton, baja, kabel, dll) teknologi perencanaan dan pembangunan.

Perkembangan peraturan perencanaan khususnya untuk konstruksi jembatan selama kurun waktu 1971 sampai dengan dekade 90-an tidak banyak berarti dan masih terbatas pada upaya penyempurnaan-penyempurnaan seperti penyempurnaan Peraturan Muatan Jalan Raya dan pengembangan Peraturan Perencanaan Gempa untuk Jalan Raya dan Jembatan dan lain sebagainya. Upaya penyusunan peraturan perencanaan jembatan secara lengkap baru terlaksana pada tahun 1992 yang dikenal dengan Bridge Manajemen System, BMS 92 terdiri dari 17 modul. Keseluruhan modul tersebut diperuntukkan untuk semua kegiatan penanganan jembatan mulai dari manajemen aset, kegiatan perencanaan, pelaksanaan sampai dengan operasionalisasi jembatan. Mulai dari tahun 2001, sebagian dari modul BMS tersebut mulai di SNI-kan khususnya untuk peraturan perencanaan jembatan seperti peraturan pembebanan, peraturan beton, peraturan baja untuk jembatan dan lain sebagainya. Perkembangan pembangunan jembatan panjang di Indonesia sekarang berupa jembatan dengan teknologi kabel, Penggunaan kabel sebagai elemen utama jembatan umumnya dipakai dalam bentuk konfigurasi suspension (gantung) dan cable-stayed atau kombinasi kedua sistem tersebut.

Tantangan ke depan yang dihadapi untuk infrastruktur jembatan di Indonesia adalah pembangunan jembatan yang melintasi sungai-sungai besar dan lembah yang dalam serta jembatan-jembatan yang menghubungkan pulau-pulau dengan mempertimbangkan kemudahaan teknik pelaksanaan, baik ditinjau dari aspek ketersediaan bahan, material pendukung, peralatan kerja maupun teknologi yang sudah berkembang di Indonesia. Pertimbangan ini harus menjadi dasar mulai tahap pra-rencana sampai dengan tahap perencanaan mendetail (DED) dan pemeliharaan.

Beberapa jembatan panjang yang telah di studi maupun telah dilaksanakan dan menjadi tantangan dimasa yang akan datang diantaranya sebagai berikut: a) Jembatan Selat Sunda, diperkirakan bentang utama 2.000m s/d 5.000m

menggunakan tipe jembatan gabungan (hybrid) b) Jembatan Selat Bali direncanakan dengan menggunakan tipe jembatan gabungan (hybrid) dengan bentang utama 2.100m c) Jembatan Teluk Balikpapan direncanakan dengan menggunakan tipe jembatan Cable stayed dengan bentang utama 370 m d) Penyelesaian pembangunan Suramadu dengan panjang total 5,4 Km dengan jembatan utama Cable-Stayed dengan bentang 414 meter. e) Jembatan yang menghubungkan Malaka dengan daratan Sumatera di provinsi Riau.

2. Penutup

Jembatan yang merupakan bagian dari jalan sangat diperlukan dalam sistem tansportasi nasional mempunyai peranan penting dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional menuju masyarakat yang adil dan sejahtera.

Penguasaan

teknologi

jembatan

bentang

panjang

mutlak

diperlukan

untuk

mengantisipasi pembangunan jembatan di Indonesia yang mengarah pada penggunaan bentang-tunggal ultra panjang yang dapat melintasi sungai dan menghubungkan pulaupulau di nusantara serta kondisi aliran, palung sungai dan kondisi navigasi yang menuntut jembatan dengan bentang tunggal yang besar.

Anda mungkin juga menyukai