Disusun oleh :
Mengetahui
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya sehingga kami berhasil merampungkan penelitian dengan
judul “ Gambaran Faktor – Faktor Sanitasi Dasar dan Pola Perilaku Pada
Penderita Diare Balita dan Anak Bulan Januari – Maret 2008 di Desa
Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo”.
Penelitian ini merupakan bagian dari Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Dengan
terselenggaranya kegiatan ini kami harapkan dapat menambah pengetahuan kami
tentang permasalahan kesehatan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan
judul penelitian ini.
Dalam penyusunan laporan penelitian ini kami mendapat bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Bambang Rahino S. selaku Rektor Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
2. Prof. Dr. dr. H. Soedijono T.,Sp.THT. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. Dr. Widianto Hadiwinoto, MS. selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo beserta staf.
5. Dr. H. Maulana M Fathir selaku Kepala Puskesmas Balongbendo,
Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo.
6. Atik Sri Wulandari, SKM. M.Kes. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberi arahan dan bimbingan pada kami.
7. Kepala Desa Kemangsen beserta staf.
8. Bidan Desa serta kader di Desa Kemangsen.
9. Rekan–rekan dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
10. Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan penelitian
ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan laporan penelitian ini.
Akhirnya semoga laporan penelitian ini dapat diterima dan memberi
mamfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
...................................................................................................................... i
................................................................................................................... iii
Daftar Isi.........................................................................................................
.................................................................................................................... iv
..................................................................................................................... v
1 ...................................................................................................
5 ...................................................................................................
15 .................................................................................................
19 .................................................................................................
46 .................................................................................................
51
Daftar Pustaka ................................................................................................
54
Kuisioner…………………………………………………………………… …
55
A. LATAR BELAKANG
Manusia dan lingkungan saling berhubungan satu dengan yang
lainnya,dimana lingkungan sangat berperan besar dalam usaha perbaikan
kesehatan. Lingkungan sebagai life suport sistem sangatlah berperan penting
dalam peranannya untuk memperbaiki kualitas hidup manusia oleh karena itu
sangatlah penting untuk menjaga kesehatan lingkungan supaya kesehatan pada
tiap individu juga tetap terjaga.
Upaya penyehatan lingkungan pemukiman adalah upaya untuk
meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum, termasuk pengendalian
pencemaran lingkungan dengan meningkatkan peran serta masyarakat dan
keterpaduan pengelolaan lingkungan melalui analisis dampak lingkungan.
Sanitasi dasar meliputi penyehatan air bersih, penyehatan pembuangan
kotoran, penyehatan lingkungan perumahan, penyehatan air buangan / limbah,
pengawasan sanitasi tempat umum dan penyehatan makanan dan minuman
(Didik saruji,Msc.2004 )
C. TUJUAN PENELITIAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor sanitasi dasar terhadap
terjadinya diare pada balita dan anak di Desa Kemangsen, Kecamatan
Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo.
2. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui gambaran keadaan lingkungan rumah dengan
terjadinya diare.
2. Untuk mengetahui gambaran keadaan sarana tempat pembuangan
sampah dengan terjadinya diare.
3. Untuk mengetahui gambaran keadaan air bersih dengan terjadinya
diare.
4. Untuk mengetahui gambaran keadaan sarana kamar mandi dan jamban
dengan terjadinya diare.
5. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan cuci tangan dengan sabun
setelah buang air besar dengan terjadinya diare.
6. Untuk mengetahui kebiasaan menyajikan makanan dengan terjadinya
diare.
7. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan memasak air dengan terjadinya
diare.
8. Untuk mengetahui gambaran jarak antara sumur dengan septictank
dengan terjadinya diare.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya fasilitas
sanitasi dasar.
2. Menambah wawasan bagi peneliti antara fasilitas sanitasi dasar dengan
timbulnya diare.
3. Memberi masukan kepada Puskesmas khususnya bagi tenaga kesehatan
dalam menyampaikan penyuluhan tentang sanitasi dasar dalam
hubungannya untuk menekan jumlah kasus diare serendah mungkin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI DIARE
Diare yaitu buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair, kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram
atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air
besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer atau air ini dapat
atau tanpa disertai lendir dan darah (Donowith M)
Hipocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak
normal dan cair. Dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI / RSCM, diare
diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dikatakan diare
bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi
berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali.
(Anonim)
B. PENYEBAB DIARE
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : (Anonim2,3,4)
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral yaitu enfeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak – anak, infeksi enteral ini meliputi
infeksi bakteri dan infeksi virus.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan seperti otitis media akut. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak dibawah umur 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat, pada anak terutama intoleransi laktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor Makanan
a. Makanan basi, beracun dan alegi terhadap makanan
4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas, bisa menimbulkan diare pada anak yang lebih
dewasa, namun kasus ini jarang ditemukan.
Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Cairan yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul
diare.
Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
F. KOMPLIKASI (Donowith,Anonim1,2)
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai macam komplikasi seperti :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala meterorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktosa
karena kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.
G. PENGOBATAN
Pengobatan Diare berdasarkan derajat dehidrasinya
Derajat Kebutuhan Jenis Cairan Cara/Lama
Dehidrasi Cairan Pemberian
Berat + 30 ml/kg/1jam C I T.I.V./3 jam atau lebih
(10 tts/ kg/menit) cepat
Sedang + 70 ml/kg /3 jam C I atau oralit T.I.V./3 jam atau
(+ 5 tts/kg/mnt) T.I.G./3 jam
Atau oral 3 jam
Ringan + 50 ml/kg/3 jam C II atau oralit T.I.V./3 jam atau
(+3-4 tts/kg/mnt) T.I.G./3 jam.
Keterangan :
T.I.V. : Tetes Intra Venous
T.I.G. : Tetes Intra Gastrik
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan bertujuan untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang
hilang dan untuk memenuhi kebutuhan. Pemberian ini tergantung pada
jenis cairan, jalan pemberian cairan, jumlah cairan dan jadwal / kecepatan
pemberian cairan.
B. HIGIENE ( Didik S)
1. Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah yang berada di tingkat pemukiman yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Penyimpanan setempat (onsite storage)
Penyimpanan sampah setempat harus menjamin tidak bersarangnya
tikus, lalat dan binatang pengganggu lainnya serta tidak menimbulkan
bau. Oleh karena itu persyaratan kontainer sampah harus mendapatkan
perhatian.
b. Pengumpulan sampah
Terjaminnya kebersihan lingkungan pemukiman dari sampah juga
tergantung pada pengumpulan sampah yang diselenggarakan oleh
pihak pemerintah atau oleh pengurus kampung atau pihak pengelola
apabila dikelola oleh suatu real estate misalnya. Keberlanjutan dan
keteraturan pengambilan sampah ke tempat pengumpulan merupakan
jaminan bagi kebersihan lingkungan pemukiman.
Sampah terutama yang mudah membusuk (garbage) merupakan
sumber makanan lalat dan tikus. Lalat merupakan salah satu vektor
penyakit terutama penyakit saluran pencernaan seperti Thypus
abdominalis, Cholera. Diare dan Dysentri.
2. Pembuangan Air Limbah
Idealnya sebelum air limbah dibuang ke saluran air harus diolah
terlebih dahulu dalam septic tank. Pengolahan ini bisa disatukan dengan
pengolahan tinja. Untuk perumahan di perkotaan, karena keterbatasan
lahan dianjurkan untuk dilakukan secara kolektif. Prinsip dasarnya adalah
bahwa air limbah yang dilepas ke lingkungan sudah tidak berbahaya lagi
bagi kesehatan lingkungan.
3. Pembuangan Tinja
Tinja dan limbah yang lain adalah limbah yang pasti dihasilkan oleh
setiap rumah. Oleh karena itu adalah kewajiban setiap rumah tangga untuk
mengelola tinja ini sebaik-baiknya. Prinsip dasarnya menganggap bahwa
tinja adalah sumber penyakit terutama penyakit saluran alat cerna.
Karenanya harus dilokalisasi untuk diolah sehingga setelah dilepas ke
lingkungan sudah tidak berbahaya lagi. Pengolahan yang umum dan baik
adalah dengan memanfaatkan fungsí septic tank.
Dalam membangun tempat pembuangan tinja diperlukan beberapa
persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak menimbulkan kontaminasi pada air tanah yang masuk ke dalam
sumber atau mata air dan sumur.
b. Tidak menimbulkan kontaminasi pada air permukaan.
c. Tidak menimbulkan kontaminasi pada tanah permukaan. Persyaratan
ini untuk mencegah penularan penyakit cacing.
d. Tinja tidak dapat dijangkau oleh lalat atau binatang-binatang lainnya.
e. Tidak menimbulkan bau dan terlindung dari pandangan, serta
memenuhi syarat-syarat estetika yang lain.
Pemilihan lokasi bangunan septic tank sesungguhnya tidak menjadi
masalah, karena bangunan ini kedap air, yang umumnya terbuat dari beton
(concrete) asalkan dijamin tidak bocor. Tapi yang menjadi masalah adalah letak
resapan air setelah melalui outlet. Lokasinya harus menjamin tidak mempunyai
kontribusi terhadap kontaminasi sumber air yang digunakan sebagai sumber air
minum. Dianjurkan setidak-tidaknya berjarak 50 feet antara resapan dengan
sumber air.( Didik S)
4. Penyediaan Air
Penyediaan air untuk rumah tangga bisa tergolong penyediaan air
bersih dan bisa juga penyediaan air minum. Rumah tangga yang
mencukupi kebutuhan airnya dari sumur atau sumber-sumber lainnya
termasuk penyediaan air bersih. Tetapi untuk perumahan/pemukiman
yang kebutuhan airnya dicukupi dari Perusahanan Air Minum yang
diusahakan oleh baik Pemerintah maupun Badan Hukum yang lain, maka
termasuk penyediaan air minum, karena kualitas air yang didistribusikan
telah memenuhi syarat sebagai air minum.
Persyaratan untuk penyediaan air bersih yang mengusahakan dari
sumur sendiri perlu memperhatikan kualitas air sumurnya dengan selalu
memperhatikan kontruksi sumur, sumber pencemar dan cara pengolahan
sebelum dikonsumsi. Sedangkan untuk yang bersumber dari PDAM, perlu
diperhatikan back siphonage dan cross conection.
Dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan lingkungan, perhatian air
dikaitkan sebagai faktor pemindah/penularan penyakit atau sebagai
vehicle. Dalam hal ini E.G. Wagner menggambarkan bahwa air berperan
dalam menularkan penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan. Air
membawa penyebab penyakit dari kotoran (faeces) penderita, kemudian
sampai ke tubuh orang lain melalui makanan, dan minuman. Air juga
berperan untuk membawa penyebab penyakit non mikrobial seperti bahan-
bahan toksik yang terkandung di dalamnya.
Penyakit-penyakit yang biasanya ditularkan melalui air adalah Thypus
abdominalis, Cholera, Dysentri basiler, Diare akut, Poliomyelitis, Dysentri
amoeba, penyakit- penyakit cacing seperti Ascariasis, Trichiuris, parasit yang
menggunakan air untuk daur hidupnya seperti Schistosoma mansoni.( Didik S)
5. Sanitasi Makanan
Makanan menjadi perhatian yang penting bagi para ahli lingkungan
karena tubuh selalu membutuhkan bahan-bahan dari luar untuk memenuhi
fungsinya baik dalam perannya untuk tumbuh, berkembang, reproduksi
maupun kesejahteraan. Makanan harus dimasak, disimpan, disajikan
menurut selera yang beranekaragam, sehingga ada hubungan yang lebih
erat antara bahan makanan dengan para penangan makanan (food
handlers). Ini juga menjadi sasaran perhatian bagi para ahli kesehatan
lingkungan. Secara umum agar faktor makanan ini tidak berbahaya bagi
kesehatan, maka perlu tindakan-tindakan terhadap makanan (food
protection).
Secara garis besar makanan dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat
dalam perannya sebagai berikut :
a. Kandungan zat-zat (gizi) makanan yang kurang karena rusak, misalnya
karena pemanasan yang tinggi atau penyimpanan yang terlalu lama.
a. Makanan berperan sebagai vehicle dari beberapa macam penyakit
infeksi.
b. Makanan mengandung toksin bakteri.
c. Bahan makanan mengandung racun (poisonous plant and animal)
d. Terdapatnya racun kimia yang berasal dari bahan pengawet, bahan
aditif pewarna atau penyedap, kontaminan, proses-proses pengolahan
dan pestisida.
Setelah makanan mengalami proses pengolahan, makanan yang akan
disajikan dan mungkin disimpan untuk beberapa waktu sebelum disajikan,
makanan sebagai vehicle dapat terkontaminasi pada proses penyimpanan ataupun
penyajian. Yang besar peranannya dalam kontaminasi ini adalah : 1) penangan
makanan (food handlers) dan 2) vektor berbagai macam penyakit saluran cerna,
seperti lalat, kecoa, dan juga binatang pengerat.( Didik S)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. BENTUK PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan tentang faktor -
faktor sanitasi dasar yang berhubungan dengan tingginya penderita diare
balita dan anak di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo.
F. VARIABEL PENELITIAN
a. Variabel Terikat
Kejadian diare dari keluarga di Desa Kemangsen sebagai responden.
b. Variabel Bebas
1. Pengetahuan tentang pengertian diare
2. Gambaran penggunaan air bersih
3. Penggunaan jamban pada penderita diare
4. Gambaran tentang penyehatan makanan dan minuman
5. Pengetahuan tentang pembuangan sampah
6. Gambaran tentang kebiasaan penyajian makanan
7. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
8. Pengetahuan tentang rumah layak tingg
F. DEFINISI OPERASIONAL
a. Responden adalah ibu dari penderita diare yang berumur kurang dari
lima belas tahun di desa Kemangsen Kecamatan Balongbendo.
b. Penderita diare yang dipakai dalam penelitian ini adalah anak/bayi
yang berusia di bawah 15 tahun.
c. Diare ditandai gejala klinis berupa : buang air besar dengan frekuensi
yang meningkat dari normal atau lebih dari 3 kali dalam 24 jam, dan
kosistensi tinja yang cair atau lembek. Disertai atau tanpa dehidrasi.
d. Pengukuran fly index (FI) dilakukan untuk mengevaluasi secara tidak
langsung kebauan dengan cara menghitung jumlah lalat dalam suatu
area, menggunakan fly glue. Kriteria :
- <5 : Tidak ada masalah
- 6-20 : Cukup padat
- > 20 : Padat
e. Dalam penelitian ini kami menggunakan syarat air bersih yaitu air
yang secara fisik jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Yang kami terangkan secara langsung pada responden.
f. Air minum yang penderita gunakan sudah dimasak sampai matang :
- Dimasak artinya dimasak sampai mendidih dengan tanda
adanya gelembung-gelembung udara dan uap air pada air yang
dimasak
g. Air mineral yang kami maksud dalam kuisioner adalah air dalam
kemasan seperti Aqua, Club, Total, Ades, Vit, dll. Air disini kami
anggap dimasak dan hal ini kami jelaskan secara lisan pada responden.
Air isi ulang bukan termasuk dalam kategori air mineral.
h. Jamban yang dimaksud disini dapat berupa kakus cemplung tanpa
leher angsa yang tertutup atau dengan leher angsa lengkap dengan
penampungan kotoran/septiktank. Jamban yang selalu bersih adalah
jamban yang selalu dibersihkan dengan alat pembersih yang terdiri dari
sikat, sapu lidi dan karbol, sehingga jamban tidak berbau.
i. Tempat sampah adalah suatu tempat yang terbuat dari seng, plastik,
semen, kayu, baik di dalam maupun di luar rumah . sampah yang
dimaksud disini adalah sampah yang 95 % bisa membusuk misalnya
sayuran, buah, dan makanan.
j. Septiktank yang dimaksud adalah lubang galian semacam sumur
sebagai tempat penampungan kotoran dari jamban, dengan dinding
dilapisi atau tanpa dilapisi batu merah atau batu kali. Jarak septiktank
dengan sumber air setidak-tidaknya 10 meter.
k. Lingkungan yang bersih disini secara sederhana ialah tidak adanya
sampah atau kotoran yang berserakan disekitar lingkungan rumah.
Sedangkan lingkungan yang tidak bersih diartikan sebagai banyaknya
sampah dan kotoran yang berserakan di sekitar lingkungan rumah.
l. Permasalahan dalam gambaran faktor-faktor sanitasi dasar pada
penderita diare balita timbul jika persentase dibawah 50% dan
dinyatakan tidak bermasalah jika persentase sama atau lebih dari 50%.
m. Penyuluhan kesehatan adalah setiap bentuk kegiatan yang
berhubungan dengan pemberian informasi tentang kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
n. Tenaga kesehatan adalah tenaga manusia yang berkecimpung dalam
bidang kesehatan dan memiliki pengetahuan tentang kesehatan, yang
dimaksud disini diantaranya dokter, bidan dan perawat.
G. Kerangka Konsep
Kejadian Diare
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
o Desa : Kemangsen
o Kecamatan : Balongbendo
o Kabupaten : Sidoarjo
o Propinsi : Jawa Timur
Desa Pabean termasuk daerah yang tidak rawan banjir, dan tanahnya
cukup subur. Semua kebutuhan air bersih penduduk dapat terpenuhi
dengan cukup baik. Keadaan desa Pabean sebagian besar jalannya sudah
beraspal dan bisa dilewati semua kendaraan, tetapi ada sebagian jalan yang
tidak beraspal. Sebagai sarana transportasi umum; sepeda motor, sepeda,
becak, mobil, truk, mikrolet. Desa Pabean sudah terdapat jaringan televisi,
radio, dan telepon. Hampir sebagian besar masyarakat sudah
memanfaatkannya.
a. Perangkat Desa
1) Kepala Kelurahan : 1 orang
2) Sekretaris Desa : 1 orang
3) Kaur Pemerintahan : 1 orang
b. Peranserta Masyarakat
1) Ketua RW : 8 orang
2) Ketua RT : 21 orang
3) Kader Posyandu : 25 orang
4) PPKBD : 9 orang
5) Dukun Bayi : - orang
c. Jenis Pekerjaan
1) Pegawai Negeri Sipil : 87 orang
2) TNI : 30 orang
3) Swasta : 600 orang
4) Petani : 405 orang
5) Buruh tani :-
6) Pengrajin : 3 orang
7) Pedagang : 24 orang
i. Prasarana Drainase
1) Saluran drainase / saluran pembuang air limbah : ada
2) Kondisi saluran drainase / saluran pembuang air limbah : mampet dan
kurang
j. Udara
1) Tercemar berat :-
2) Tercemar sedang :-
3) Tercemar ringan :√
4) Sehat :-
54.55%
Pernah
Tidak Pernah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu dari
balita penderita diare tidak pernah mendapat penyuluhan dari tenaga
kesehatan yaitu sebanyak 54,55% dan hanya sebagian yang pernah
mendapat penyuluhan yaitu 45,45%.
3. Penyuluhan tentang Kebersihan Lingkungan
1 Kali
2 Kali
3 Kali atau lebih
Tidak Pernah
54%
32%
14%
Ubin/keramik
tanah
tanah + ubin
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian besar tempat tinggal dari
balita dan anak penderita diare terbuat dari tanah dan ubin yaitu sebanyak
54,56% dan yang terbuat dari ubin/keramik 31,81 % sedangkan yang
terbuat dari tanah hanya 13,63%.
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen
Diagram 4. Distribusi Frekuensi Keadaan Kebersihan di Sekitar
Lingkungan Rumah
9%
91%
Bersih
Tidak bersih
9%
91%
Ada
Tidak Ada
63.64%
36.36%
14.28%
35.72%
50.00%
Sungai
Tanah Kosong
Dipendam
25.00%
75.00%
Selalu Tertutup
Selalu Terbuka
Berdasarkan tabel diatas kebanyakan tempat sampah responden dalam
keadaan selalu terbuka yaitu 75% dan hanya 25% yang selalu tertutup.
36.37%
22.72%
40.91%
13.63%
0.00%
31.81% 9.10%
Air Mineral
PDAM
Sumur
Air Beli Digerobak
Lain-lain
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa asal air bersih dari ibu
balita penderita diare untuk keperluan sehari-hari adalah dari berbagai
sumber namun sebagian besar berasal dari sumur yaitu 45,45% , PDAM
sebesar 31,81% dan air beli di gerobak 13,63% sedangkan air mineral
9,10%.
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen
Diagram 11. Distribusi Frekuensi Penggunaan Air untuk Mencuci
Alat-alat Dapur
90.91%
0.00% 9.09%
Sungai
Sumur
PDAM
Lain-lain
9%
91%
Ya
Tidak
54.55%
45.45%
4.55%
B
e
r
d
a 95.45%
s
a
r Ditutup
ta Tidak Ditutup
b
el
diatas hampir seluruh responden telah melakukan penyajian makanan yang
baik yaitu menutupnya dengan tudung saji sebelum dimakan sebesar
95,45% tapi masih ada yang tidak menutupnya yaitu 4,55%.
27%
73%
Ditempat Terbuka
Ditempat Tertutup
0%
100%
Masak Sendiri
Sering Membeli
Diluar
Berdasarkan tabel diatas seluruh responden mempunyai kebiasaan sering
memasak sendiri makanan untuk keluarganya daripada membeli makanan
di luar.
64%
Memiliki
Tidak
Memiliki
35.71%
Selalu di Jamban
Tidak Selalu di
Jamban
9.28%
90.72%
Selalu Bersih
Tidak Selalu
Bersih
0.00%
35.29%
64.71%
Jamban / WC umum
Sungai
Lain - lain
9.09%
90.91%
Ya
Tidak
Berdasar tabel diatas masih terlihat adanya responden yang tidak mencuci
tangannya dengan sabun namun hanya dengan air saja setelah buang air
besar yaitu 9,09% namun sebagian besar dari mereka telah mencuci tangan
dengan sebun setelah buang air besar yaitu 90,91%.
45.45%
54.55%
Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui sebagian besar jarak sumur
dengan sepik tank di rumah responden berjarak kurang dari 10 meter yaitu
54,54% dan yang 10 meter atau lebih sebanyak 45,45%.
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada ibu balita dan anak
penderita diare di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo, didapatkan gambaran sebagai berikut :
1. Lebih dari setengah responden ibu penderita diare sudah mengetahui
tentang faktor-faktor penyebab diare yaitu 54,55%.
2. Sebagian besar ibu penderita diare dalam setahun tidak pernah mendapat
penyuluhan tentang faktor sanitasi dasar yaitu 72,82%.
Gambaran ini memperlihatkan masih banyaknya ibu dari balita penderita
diare yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang diare dan faktor
sanitasi dasar, dan sebagian besar dari mereka tidak mengetahui tentang faktor
sanitasi dasar. Walaupun kebanyakan dari responden mengatakan sudah
mengetahui tentang faktor-faktor penyebab diare namun perlu diteliti lagi
apakah mereka sudah memiliki pemahaman yang benar mengenai hal tersebut.
Sehingga secara langsung maupun tidak langsung rendahnya pemahaman ibu
balita penderita diare dan keluarganya tentang diare dan sanitasi dasar dapat
mempengaruhi terjadinya diare.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada ibu balita dan anak
penderita diare di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo didapatkan gambaran sebagai berikut :
1. Lebih dari setengah lantai rumah ibu penderita diare terbuat dari
ubin/keramik dan dari tanah sekitar 54,56%.
2. Hampir keseluruhan lingkungan rumah responden tampak selalu dalam
keadaan bersih sebesar 91%.
3. Setiap ruangan di rumah responden telah mempunyai ventilasi sebesar
91 %.
Dari gambaran diatas dapat kita ketahui sebagian besar rumah dari
keluarga balita dan anak penderita diare dalam keadaan cukup baik dan
sebagian besar lingkungan rumah responden tampak bersih.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada ibu balita dan anak
penderita diare di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo, didapatkan gambaran sebagai berikut :
1. Lebih dari setengah ibu penderita diare telah membuang sampahnya tidak
pada tempat sampah yaitu 63,64%.
2. Setengah dari ibu penderita diare yang tidak mempunyai tempat sampah,
membuang sampah-nya di sungai yaitu sebesar 50%.
3. Sebagian besar tempat sampah ibu penderita diare dalam keadaan selalu
terbuka sekitar 75%.
4. Sebagian besar kepadatan lalat di sekitar rumah ibu penderita diare tinggi
sebesar 77,26%.
Gambaran hal-hal tersebut diatas memperlihatkan sebagian besar
responden dan keluarganya tidak membuang sampah pada tempat sampah dan
bila mempunyai tempat sampah kebanyakan tempat sampah tersebut dalam
keadaan terbuka, bahkan ada yang langsung membuang sampah di sungai
yang memungkinkan untuk menjadi sarang lalat dan kemudian lalat itu
hinggap pada makanan di rumah keluarga penderita diare. Hal ini dapat
menjadi faktor penyebab terjadinya diare.
D. GAMBARAN PENGGUNAAN AIR BERSIH UNTUK KEPERLUAN
SEHARI-HARI PADA IBU BALITA DAN ANAK PENDERITA DIARE
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada ibu balita penderita diare di
Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo, didapatkan
gambaran sebagai berikut :
1. Asal air bersih dari ibu balita penderita diare untuk keperluan sehari-hari
yang terbanyak berasal dari sumur yaitu 45,45%.
2. Hampir keseluruhan responden yaitu ibu dari balita penderita diare sudah
mengkonsumsi air minum yang telah dimasak sampai mendidih sebesar
91%.
3. Hampir keseluruhan ibu dari balita penderita diare mencuci peralatan
dapurnya dengan air sumur sebanyak 90,91%.
Gambaran diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar para ibu penderita
diare tidak memiliki kesadaran untuk memakai air bersih untuk minum dan
memasak serta mencuci peralatan dapur, tetapi telah memasaknya dengan
baik sebelum dikonsumsi. Sehingga mungkin karena faktor inilah yang
menyebabkan terjadinya diare.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada ibu balita dan anak
penderita diare di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo, didapatkan gambaran sebagai berikut :
1. Lebih dari setengah keluarga penderita diare belum mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan sebesar 54,55%.
2. Hampir keseluruhan ibu penderita diare telah melakukan penyajian
makanan yang baik dengan menutupnya dengan tudung saji sebelum
dimakan sebesar 95,45%.
3. Sebagian besar penyimpanan peralatan makan oleh ibu penderita diare
disimpan di tempat tertutup yaitu sebesar 73%.
4. Seluruh responden ibu balita penderita diare memiliki kebiasaan
memasak sendiri makanan untuk keluarganya daripada membeli
makanan di luar sebesar 100%.
Gambaran diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar keluarga
penderita diare tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, tetapi
sebagian besar ibu penderita diare telah melakukan penyajian makanan yang
baik bagi keluarganya. Meskipun semua responden menyatakan memasak
sendiri makanan untuk keluarganya tapi perlu lebih diteliti apakah mereka
sudah melakukannya dengan cara yang sehat dalam arti dari segi pemilihan
bahan, pengolahan, kebersihan tempat dan alat-alat untuk memasak,
penyimpanan, dan sebagainya. Sehingga mungkin karena kebiasaan yang
tidak mencuci tangan dengan sabun inilah yang dapat menimbulkan diare.
F. PENGGUNAAN JAMBAN PADA KELUARGA PENDERITA DIARE
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada ibu balita dan anak
penderita diare di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo, didapatkan gambaran sebagai berikut :
1. Lebih dari setengah responden ibu penderita diare telah memiliki jamban
atau WC di rumah yaitu sebesar 64%.
2. Lebih dari setengah, responden dan keluarganya tidak buang air besar di
jamban yaitu 64,29%.
3. Hampir keseluruhan yang memiliki jamban menyatakan jamban atau WC
dirumahnya selalu bersih sebesar 90,72%.
4. Lebih dari setengah responden buang air besar di sungai bila tidak
memakai jambannya sebesar 64,71%.
5. Hampir keseluruhan dari responden mencuci tangan setelah buang air
besar yaitu 90,91%.
Dari uraian diatas menunjukkan sebagian besar dari ibu penderita diare dan
keluarganya telah memiliki jamban tetapi tidak menggunakannya dengan baik.
Sebagian besar responden buang air besar di sungai bila tidak menggunakan
jamban. Tetapi responden telah mencuci tangannya dengan sabun sehabis
buang air besar. Melihat keadaan ini dapat dikatakan kemungkinan diare yang
diderita balita disebabkan karena tidak menggunakan jambannya dengan baik
dan buang air besar di sungai.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada ibu balita dan anak
penderita diare di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo didapatkan gambaran sebagai berikut :
1. Lebih dari setengah jarak sumur resapan dari sumur gali di rumah balita
penderita diare berjarak kurang dari 10 meter yaitu 54,54%
Melihat gambaran tersebut diatas karena jarak sumur resapan dari sumur
gali yang kurang dari 10 meter pada sebagian besar rumah responden bisa
menimbulkan pencemaran air sumur oleh tinja. Sehingga hal ini dapat
menjadi faktor yang cukup berpengaruh pada terjadinya diare.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil survey sebagian besar para ibu penderita diare tidak
memiliki kesadaran untuk memakai air bersih untuk minum dan memasak
serta mencuci peralatan dapur, tetapi telah memasaknya dengan baik
sebelum dikonsumsi. Sehingga mungkin karena faktor inilah yang
menyebabkan terjadinya angka kesakitan diare masih cukup tinggi.
Berdasarkan survey jarak antara sumur resapan dari sumur gali pada
rumah kelurga balita penderita diare sebagian besar berjarak kurang dari
10 meter. Sehingga hal ini dapat menjadi faktor yang cukup berpengaruh
pada terjadinya diare.
B. SARAN-SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Berilah tanda (x) pada salah satu jawaban dibawah ini yang anda anggap paling
benar.
1. Apakah anda pernah mendapat penyuluhan mengenai diare dan faktor-faktor
penyebabnya ?
a. Pernah, …… kali setahun
b. Tidak pernah
2. Apakah anda pernah mendapat penyuluhan tentang kebersihan lingkungan ?
a. Pernah, …… kali setahun
b. Tidak pernah
3. Menurut anda apakah disekitar lingkungan rumah anda bersih ?
a. Ya
b. Tidak
4. Terbuat dari apa lantai rumah anda ?
a. Ubin / Keramik
b. Tanah
c. Sebagian keramik dan sebagian tanah
5. Apakah ditiap ruangan rumah anda ada ventilasi/jendela ?
a. Tidak ada
b. Ada
6. Dimanakah anda membuang sampah ?
a. Pada tempat sampah
b. Tidak pada tempat sampah
7. Bila tidak pada tempat sampah, dimanakah anda membuang sampah ?
a. Sungai
b. Tanah kosong
c. Dipendam
8. Bila memiliki tempat sampah, apakah di rumah anda tempat sampah selalu
tertutup ?
a. Selalu tertutup
b. Selalu terbuka
9. Apakah disekitar rumah anda banyak lalat ?
a. Ya
b. Tidak
10. Di manakah anda memperoleh sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari
(untuk minum dan memasak) ?
a. Air mineral
b. PDAM
c. Air sumur
d. Air beli di gerobak
e. Lain-lain : ………………