Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN PENELITIAN

GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR SANITASI DASAR DAN


POLA PERILAKU PADA PENDERITA DIARE BALITA DAN
ANAK
BULAN JANUARI – MARET 2008
DI DESA KEMANGSEN KECAMATAN BALONGBENDO
KABUPATEN SIDOARJO
(STUDI KASUS)

Disusun oleh :

Erva Yusi Aida, S.Ked 01700072


Viegas Genano, S.Ked 01700100
Diah Agsari, S.Ked 01700130
Michael S. Kawilarang 01700135

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
2008
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal pengesahan dengan judul “ GAMBARAN FAKTOR -


FAKTOR SANITASI DASAR DAN POLA PERILAKU PADA
PENDERITA DIARE BALITA DAN ANAK BULAN JANUARI – MARET
2008 DI DESA KEMANGSEN KECAMATAN BALONGBENDO
KABUPATEN SIDOARJO ” ini telah disetujui sebagai salah satu prasyarat
untuk dapat mengikuti ujian profesi dokter di Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Tahun 2008.

Surabaya, Juni 2008

Mengetahui

Kepala Puskesmas Balongbendo Dosen Pembimbing

( dr. H. Maulana M. Fathir ) (Atik Sri Wulandari,SKM.M.Kes)


NIP 140224890
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya sehingga kami berhasil merampungkan penelitian dengan
judul “ Gambaran Faktor – Faktor Sanitasi Dasar dan Pola Perilaku Pada
Penderita Diare Balita dan Anak Bulan Januari – Maret 2008 di Desa
Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo”.
Penelitian ini merupakan bagian dari Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Dengan
terselenggaranya kegiatan ini kami harapkan dapat menambah pengetahuan kami
tentang permasalahan kesehatan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan
judul penelitian ini.
Dalam penyusunan laporan penelitian ini kami mendapat bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Bambang Rahino S. selaku Rektor Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
2. Prof. Dr. dr. H. Soedijono T.,Sp.THT. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. Dr. Widianto Hadiwinoto, MS. selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo beserta staf.
5. Dr. H. Maulana M Fathir selaku Kepala Puskesmas Balongbendo,
Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo.
6. Atik Sri Wulandari, SKM. M.Kes. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberi arahan dan bimbingan pada kami.
7. Kepala Desa Kemangsen beserta staf.
8. Bidan Desa serta kader di Desa Kemangsen.
9. Rekan–rekan dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
10. Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan penelitian
ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan laporan penelitian ini.
Akhirnya semoga laporan penelitian ini dapat diterima dan memberi
mamfaat bagi kita semua.

Sidoarjo, Juni 2008

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ................................................................................................

...................................................................................................................... i

Lembar Pengesahan ........................................................................................

................................................................................................................... iii

Daftar Isi.........................................................................................................

.................................................................................................................... iv

Daftar Tabel dan Diagram ...............................................................................

..................................................................................................................... v

Bab I Pendahuluan .................................................................................

1 ...................................................................................................

Bab II Tinjauan Pustaka...........................................................................

5 ...................................................................................................

Bab III Metode Penelitian .........................................................................

15 .................................................................................................

Bab IV Hasil dan Analisis .........................................................................

19 .................................................................................................

Bab V Pembahasan ..................................................................................

46 .................................................................................................

Bab VI Kesimpulan dan Saran ..................................................................

51
Daftar Pustaka ................................................................................................

54

Kuisioner…………………………………………………………………… …
55

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM

Tabel 1. Tabel Distribusi Frekuensi Ibu Balita dan anak


yang Pernah Mendapat Penyuluhan tentang Pengertian
dan Faktor-Faktor Penyebab Diare…………..…………………
24
Tabel 2 Tabel Distribusi Frekuensi Ibu Balita dan anak
yang Pernah Mendapat Penyuluhan tentang
Kebersihan Lingkungan dalam Setahun………………………...
25
Tabel 3 Tabel Distribusi Frekuensi Bahan Pembuat Lantai Rumah
Balita dan Anak............................................................................
26
Tabel 4 Tabel Distribusi Frekuensi Keadaan Kebersihan
di Sekitar Lingkungan Rumah......................................................
27
Tabel 5 Tabel Distribusi Frekuensi Keadaan ventilasi
pada tiap ruangan di rumah..........................................................
28
Tabel 6 Tabel Distribusi Frekuensi Tempat
Membuang Sampah……………………………………………...
29
Tabel 7 Tabel Distribusi Frekuensi Tempat Membuang
Sampah bila Tidak Ada Tempat Sampah......................................
30
Tabel 8 Tabel Distribusi Frekuensi Keadaan Tempat Sampah di Rumah..
31
Tabel 9 Tabel Distribusi Frekuensi Lalat di Sekitar Rumah.....................
32
Tabel 10 Tabel Distribusi Frekuensi Asal Air Bersih
untuk Keperluan Sehari-hari……………………………………..
33
Tabel 11 Tabel Distribusi Frekuensi Penggunaan Air untuk
Mencuci Alat-alat Dapur………………………………………....
34
Tabel 12 Tabel Distribusi Frekuensi Pengolahan Air Minum
yang Sudah Dimasak sampai Mendidih………………………….
35
Tabel 13 Tabel Distribusi Frekuensi Kebersihan Tangan Sebelum Makan..
36
Tabel 14 Tabel Distribusi Frekuensi Penyajian Makanan.............................
37
Tabel 15 Tabel Distribusi Frekuensi Penyimpanan Alat – Alat Makan……
38
Tabel 16 Tabel Distribusi Frekuensi Kebiasaan Memasak Sendiri
atau Membeli di Luar......................................................................
39
Tabel 17 Tabel Distribusi Frekuensi Kepemilikan
Jamban atau WC di Rumah……………………………………….
40
Tabel 18 Tabel Distribusi Frekuensi Kebiasaan Penggunaan Jamban
atau WC di Rumah untuk Buang Air Besar……………………...
41
Tabel 19 Tabel Distribusi Frekuensi Kebersihan jamban
atau WC di rumah………………………………………………..
42
Tabel 20 Tabel Distribusi Frekuensi Kebiasaan Buang Air Besar
Selain di Jamban atau WC Rumah……………………………….
43
Tabel 21 Tabel Distribusi Frekuensi Kebiasaan Mencuci Tangan
dengan Sabun Setelah Buang Air Besar………………………….
44
Tabel 22 Tabel Distribusi Frekuensi Jarak Sumur dengan Septik Tank.......
45

Diagram 1 Diagram Distribusi Frekuensi Ibu Balita yang Pernah Mendapat


Penyuluhan tentang Pengertian dan Faktor-Faktor
Penyebab Diare…………………………………………………...
24
Diagram 2 Diagram Distribusi Frekuensi Ibu Balita yang Pernah Mendapat
Penyuluhan tentang Faktor-Faktor Sanitasi Dasar dalam
Setahun……………………………………………..……………
25
Diagram 3 Diagram Frekuensi Bahan Pembuat Lantai pada Rumah
Penderita Diare Anak dan Balita……………………..………….
26
Diagram 4 Diagram Distribusi Frekuensi Keadaan Kebersihan
di Sekitar Lingkungan Rumah…………………………………...
27
Diagram 5 Diagram Keadaan ventilasi pada tiap ruangan di rumah...............
28
Diagram 6 Diagram Distribusi Frekuensi Tempat Membuang Sampah.........
29
Diagram 7 Diagram Distribusi Frekuensi Tempat Membuang Sampah
Bila Tidak Ada Tempat Sampah...................................................
30
Diagram 8 Diagram Distribusi Frekuensi Keadaan Tempat Sampah
di Rumah………………………………………………………...
31
Diagram 9 Diagram Distribusi Frekuensi Lalat di Sekitar Rumah………....
32
Diagram 10 Diagram Distribusi Frekuensi Asal Air Bersih untuk
Keperluan Sehari-hari…………………………………………..
33
Diagram 11 Diagram Distribusi Frekuensi Penggunaan Air untuk
Mencuci Alat-alat Dapur............................................................
34
Diagram 12 Diagram Distribusi Frekuensi Penggunaan Air Minum yang
Sudah Dimasak sampai Mendidih …………………….……....
35
Diagram 13 Diagram Distribusi Frekuensi Kebersihan Tangan
Sebelum Makan...........................................................................
36
Diagram 14 Diagram Distribusi Frekuensi Penyajian Makanan......................
37
Diagram 15 Diagram Distribusi Frekuensi Penyimpanan Alat – Alat Makan.
38
Diagram 16 Diagram Distribusi Frekuensi Kebiasaan Memasak Sendiri
atau Membeli di Luar…………………………………………...
39
Diagram 17 Diagram Distribusi Frekuensi Kepemilikan Jamban atau
WC di Rumah…………………………………………………..
40
Diagram 18 Diagram Distribusi Frekuensi Kebiasaan Penggunaan
Jamban atau WC di Rumah untuk Buang Air Besar……...……
41
Diagram 19 Diagram Distribusi Frekuensi Kebersihan jamban atau
WC di rumah……………………………………………………
42
Diagram 20 Diagram Distribusi Frekuensi Kebiasaan Buang Air Besar
Selain di Jamban atau WC Rumah……………………………...
43
Diagram 21 Diagram Distribusi Frekuensi Kebiasaan Mencuci Tangan
dengan Sabun Setelah Buang Air Besar………………………..
44
Diagram 22 Diagram Distribusi Frekuensi Jarak Sumur dengan Septik Tank.
45
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia dan lingkungan saling berhubungan satu dengan yang
lainnya,dimana lingkungan sangat berperan besar dalam usaha perbaikan
kesehatan. Lingkungan sebagai life suport sistem sangatlah berperan penting
dalam peranannya untuk memperbaiki kualitas hidup manusia oleh karena itu
sangatlah penting untuk menjaga kesehatan lingkungan supaya kesehatan pada
tiap individu juga tetap terjaga.
Upaya penyehatan lingkungan pemukiman adalah upaya untuk
meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum, termasuk pengendalian
pencemaran lingkungan dengan meningkatkan peran serta masyarakat dan
keterpaduan pengelolaan lingkungan melalui analisis dampak lingkungan.
Sanitasi dasar meliputi penyehatan air bersih, penyehatan pembuangan
kotoran, penyehatan lingkungan perumahan, penyehatan air buangan / limbah,
pengawasan sanitasi tempat umum dan penyehatan makanan dan minuman
(Didik saruji,Msc.2004 )

Keadaan lingkungan fisik dan biologis pemukiman penduduk


Indonesia belum baik, hal ini berakibat masih tingginya angka kesakitan dan
kematian karena berbagai penyakit.
Salah satu penyakit terbanyak yang disebabkan oleh buruknya sanitasi
dilingkungan masyarakat adalah diare. Dimana diare diartikan sebagai buang
air besar yang tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi diare lebih
dari 4 kali, sedangkan pada bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila
frekuensi lebih dari 3 kali. Penyakit diare akut 70 – 90% dapat diketahui
dengan pasti penyebabnya, penyebab langsung dan tidak langsung. (anonym,2002
)
Penyebab tidak langsung dipengaruhi oleh hygiene sanitasi, keadaan
gizi, kepadatan penduduk, sosial ekonomi, sosial budaya dan faktor lain
seperti iklim, sedangkan penyebab langsung diare terkait dengan masalah
infeksi (bakteri, virus, parasit), gangguan malabsorbsi, makanan basi atau
beracun, alergi, dan imunodefisiensi .(anonym,2002 )
Patogenesa diare akut dimulai dengan masuknya kuman kedalam usus
halus kemudian bermultiplikasi didalamnya, mengeluarkan toksin sehingga
kekurangan cairan. Bila tidak dilakukan pertolongan sesegera mungkin dengan
cara yang benar, maka dapat menyebabkan kematian.(anonim,2002)
Oleh karena itu pertolongan pertama pada diare berupa pemberian
cairan yang bertujuan untuk menggantikan cairan yang hilang dan untuk
memenuhi kebutuhan sangat diperlukan. Kebiasaan penduduk desa yang suka
membuang kotoran disungai, tidak mencuci tangan dengan air sabun sebelum
memberi makan pada anak, tidak menjaga kebersihan makanan, serta perilaku
yang tidak mencerminkan pola hidup sehat dapat menjadi menyebab
timbulnya diare. Pemberian makanan tambahan yang dini pada bayi sebelum
usia 4 – 6 bulan tak jarang dapat menimbulkan diare.
Berdasarkan data yang kami dapat dari Puskesmas Balongbendo,
penderita diare balita dan anak pada bulan Januari sampai Maret menunjukkan
jumlah yang cukup tinggi. Sedangkan di desa Kemangsen termasuk salah satu
desa yang cukup tinggi jumlah balita dan anak yang menderita diare, data dari
Puskesmas Balongbendo tercatat 22 balita yang datang berobat karena
menderita diare.
Dengan tingginya angka kejadian diare ini peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana gambaran faktor – faktor sanitasi dasar pada penderita
diare balita di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo. Berdasarkan hal tersebut maka kami mengadakan penelitian dengan
judul “ Gambaran Faktor-Faktor Sanitasi Dasar pada Penderita Diare Balita
dan Anak Bulan Januari sampai Maret 2008 di Desa Kemangsen, Kecamatan
Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. MASALAH UMUM
Bagaimana gambaran faktor-faktor sanitasi dasar terhadap terjadinya diare
pada balita dan anak di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo,
Kabupaten Sidoarjo.
2. MASALAH KHUSUS
1. Bagaimana gambaran keadaan lingkungan rumah dengan terjadinya diare?
2. Bagaimana gambaran keadaan sarana tempat pembuangan sampah dengan
terjadinya diare?
3. Bagaimana gambaran keadaan air bersih dengan terjadinya diare?
4. Bagaimana gambaran keadaan sarana kamar mandi dan jamban dengan
terjadinya diare?
5. Bagaimana gambaran kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan
terjadinya diare?
6. Bagaimana gambaran kebiasaan menyajikan makanan dengan terjadinya
diare?
7. Bagaimana gambaran kebisaan memasak air dengan terjadinya diare?
8. Bagaimana gambaran jarak antara sumur dengan septictank dengan
terjadinya diare?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor sanitasi dasar terhadap
terjadinya diare pada balita dan anak di Desa Kemangsen, Kecamatan
Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo.

2. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui gambaran keadaan lingkungan rumah dengan
terjadinya diare.
2. Untuk mengetahui gambaran keadaan sarana tempat pembuangan
sampah dengan terjadinya diare.
3. Untuk mengetahui gambaran keadaan air bersih dengan terjadinya
diare.
4. Untuk mengetahui gambaran keadaan sarana kamar mandi dan jamban
dengan terjadinya diare.
5. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan cuci tangan dengan sabun
setelah buang air besar dengan terjadinya diare.
6. Untuk mengetahui kebiasaan menyajikan makanan dengan terjadinya
diare.
7. Untuk mengetahui gambaran kebiasaan memasak air dengan terjadinya
diare.
8. Untuk mengetahui gambaran jarak antara sumur dengan septictank
dengan terjadinya diare.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya fasilitas
sanitasi dasar.
2. Menambah wawasan bagi peneliti antara fasilitas sanitasi dasar dengan
timbulnya diare.
3. Memberi masukan kepada Puskesmas khususnya bagi tenaga kesehatan
dalam menyampaikan penyuluhan tentang sanitasi dasar dalam
hubungannya untuk menekan jumlah kasus diare serendah mungkin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI DIARE
Diare yaitu buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair, kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram
atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi yaitu buang air
besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer atau air ini dapat
atau tanpa disertai lendir dan darah (Donowith M)
Hipocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak
normal dan cair. Dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI / RSCM, diare
diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dikatakan diare
bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi
berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali.
(Anonim)
B. PENYEBAB DIARE
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : (Anonim2,3,4)

1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral yaitu enfeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak – anak, infeksi enteral ini meliputi
infeksi bakteri dan infeksi virus.
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan seperti otitis media akut. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak dibawah umur 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat, pada anak terutama intoleransi laktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor Makanan
a. Makanan basi, beracun dan alegi terhadap makanan

4. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas, bisa menimbulkan diare pada anak yang lebih
dewasa, namun kasus ini jarang ditemukan.

C. MEKANISME dan PATOGENESIS DIARE


Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah (Anonim,Arief Mansjoer,2,3,4,5)

Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Cairan yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul
diare.

Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Gangguan Motilitas Usus


Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuhan berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare.

Patogenesis Diare Akut(Anonim,Arief Mansjoer2,3,4,5) :


1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.
2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus
halus.
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.

Patogenesis Diare Kronis ( Anonim,Arief Mansjoer2,3,4,5):


Lebih komplek dan faktor – faktor yang menimbulkannya ialah infeksi
bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain – lain.

D. PATOFISIOLOGI (Arif Mansjoer, Suparto3,4,5,6)


Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :

1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya


gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik, hipokalemia dan
sebagainya).
2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,
pengeluaran bertambah).
3. Hipoglikemia.
4. Gangguan sirkulasi darah.

E. GEJALA KLINIS (Arif Mansjoer, Suparto 3,4,5,6)


1. Frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali
2. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
3. Tinja cair dan mungkin disertai lendir atau darah
4. Bila penderita kehilangan banyak cairan dan elektrolit maka gejala dehidrasi
mulai tampak
5. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare dan dapat disebabkan
oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam basa elektrolit.

F. KOMPLIKASI (Donowith,Anonim1,2)
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai macam komplikasi seperti :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia (dengan gejala meterorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram)
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktosa
karena kerusakan vili mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.

Derajat Dehidrasi Diare


Dehidrasi
Ringan Sedang Berat
Keadaan Umum
Kesadaran Baik Gelisah Apatis koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi Normal Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernapasan Biasa Agak cepat Kussmaul
(Cepat dan dalam)
Kulit
Ubun – ubun besar Agak cekung Cekung Cekung sekali
Mata Agak cekung Cekung Cekung sekali
Tugor dan tonus Biasa Agak kering Kering sekali
Diuresis Normal Oliguria Anuria
Selaput Lendir Normal Agak kering Kering / asidosis
Sumber : Anonim., 2000, Ilmu Kesehatan Anak I. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

G. PENGOBATAN
Pengobatan Diare berdasarkan derajat dehidrasinya
Derajat Kebutuhan Jenis Cairan Cara/Lama
Dehidrasi Cairan Pemberian
Berat + 30 ml/kg/1jam C I T.I.V./3 jam atau lebih
(10 tts/ kg/menit) cepat
Sedang + 70 ml/kg /3 jam C I atau oralit T.I.V./3 jam atau
(+ 5 tts/kg/mnt) T.I.G./3 jam
Atau oral 3 jam
Ringan + 50 ml/kg/3 jam C II atau oralit T.I.V./3 jam atau
(+3-4 tts/kg/mnt) T.I.G./3 jam.

Tanpa + 10-20 ml / kg Oralit atau cairan Oral sampai diare


Dehidrasi setiap kali diare rumah tangga berhenti

Sumber : Suparto, Pitono, et.al,2002, Gastroenterologi Diare Pedoman Diagnosis


dan Terapi LAB / UPF Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Dr.
Soetomo,Surabaya

Keterangan :
T.I.V. : Tetes Intra Venous
T.I.G. : Tetes Intra Gastrik

Sedangkan dasar pengobatan diare adalah.

1. Pemberian cairan
Pemberian cairan bertujuan untuk menggantikan cairan dan elektrolit yang
hilang dan untuk memenuhi kebutuhan. Pemberian ini tergantung pada
jenis cairan, jalan pemberian cairan, jumlah cairan dan jadwal / kecepatan
pemberian cairan.

2. Dietetik / pemberian makanan


3. Obat – obatan
4. Mengobati penyakit penyerta

H. CARA PENCEGAHAN DIARE (Handwasing)


1 Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting :
a. Sebelum makan
b. Sesudah buang air besar
c. Sebelum memegang bayi
d. Setelah menceboki anak
e. Sebelum menyiapkan makanan
2 Meminum air minuman sehat atau air yang sudah diolah atara lain dengan
cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari, atau proses klorinasi
3 Pengolahan sampah yang terbaik supaya makanan tidak tercemar serangga
(lalat, kecoa, kutu, lipas,dan lain-lain)
4 Membuang air besar dan kecil pada tempatnya , sebaiknya menggunakan
jamban dengan septictank

I. HUBUNGAN SANITASI DAN HIGIENE TERHADAP DIARE

A. PENGERTIAN SANITASI (Didik S)


Sanitasi berasal dari kata sanitation yang secara harafiah diartikan
sebagai pemeliharaan kebersihan, penjagaan kesehatan( Freil JP., 1996 ).
Seiring berkembangnya pengetahuan, pengertian sanitasi menjadi lebih
luas sehingga pengertian adalah suatu kondisi faktor-faktor dilingkungan
yang mempunyai pengaruh terhadap kesehatan seseorang atau kelompok
orang.
Sanitasi lingkungan dalam perkembangan selanjutnya telah lebih
luas jangkauannya menjadi upaya kesehatan lingkungan sebagaimana
telah menjadi salah satu usaha kesehatan masyarakat sekarang. Ruang
lingkup sanitasi lingkungan terbatas pada penyakit-penyakit menular
(infeksi), sementara kesehatan lingkungan di samping memiliki ruang
lingkup yang berkaitan dengan penyakit infeksi juga penyakit non infeksi.
Menurut Ehler dan Steel, Sanitation is the preventing disease by
eleminating or controling the environment factors which form the link in
the chain of transmission. Sedangkan sanitasi dasar sendiri meliputi
penyehatan air bersih, penyehatan pembuangan kotoran, penyehatan
lingkungan perumahan, penyehatan air buangan/ limbah, pengwasan
sanitasi tempat umum dan penyehatan makan dan minuman. (Anonim)

B. HIGIENE ( Didik S)
1. Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah yang berada di tingkat pemukiman yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Penyimpanan setempat (onsite storage)
Penyimpanan sampah setempat harus menjamin tidak bersarangnya
tikus, lalat dan binatang pengganggu lainnya serta tidak menimbulkan
bau. Oleh karena itu persyaratan kontainer sampah harus mendapatkan
perhatian.
b. Pengumpulan sampah
Terjaminnya kebersihan lingkungan pemukiman dari sampah juga
tergantung pada pengumpulan sampah yang diselenggarakan oleh
pihak pemerintah atau oleh pengurus kampung atau pihak pengelola
apabila dikelola oleh suatu real estate misalnya. Keberlanjutan dan
keteraturan pengambilan sampah ke tempat pengumpulan merupakan
jaminan bagi kebersihan lingkungan pemukiman.
Sampah terutama yang mudah membusuk (garbage) merupakan
sumber makanan lalat dan tikus. Lalat merupakan salah satu vektor
penyakit terutama penyakit saluran pencernaan seperti Thypus
abdominalis, Cholera. Diare dan Dysentri.
2. Pembuangan Air Limbah
Idealnya sebelum air limbah dibuang ke saluran air harus diolah
terlebih dahulu dalam septic tank. Pengolahan ini bisa disatukan dengan
pengolahan tinja. Untuk perumahan di perkotaan, karena keterbatasan
lahan dianjurkan untuk dilakukan secara kolektif. Prinsip dasarnya adalah
bahwa air limbah yang dilepas ke lingkungan sudah tidak berbahaya lagi
bagi kesehatan lingkungan.
3. Pembuangan Tinja
Tinja dan limbah yang lain adalah limbah yang pasti dihasilkan oleh
setiap rumah. Oleh karena itu adalah kewajiban setiap rumah tangga untuk
mengelola tinja ini sebaik-baiknya. Prinsip dasarnya menganggap bahwa
tinja adalah sumber penyakit terutama penyakit saluran alat cerna.
Karenanya harus dilokalisasi untuk diolah sehingga setelah dilepas ke
lingkungan sudah tidak berbahaya lagi. Pengolahan yang umum dan baik
adalah dengan memanfaatkan fungsí septic tank.
Dalam membangun tempat pembuangan tinja diperlukan beberapa
persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak menimbulkan kontaminasi pada air tanah yang masuk ke dalam
sumber atau mata air dan sumur.
b. Tidak menimbulkan kontaminasi pada air permukaan.
c. Tidak menimbulkan kontaminasi pada tanah permukaan. Persyaratan
ini untuk mencegah penularan penyakit cacing.
d. Tinja tidak dapat dijangkau oleh lalat atau binatang-binatang lainnya.
e. Tidak menimbulkan bau dan terlindung dari pandangan, serta
memenuhi syarat-syarat estetika yang lain.
Pemilihan lokasi bangunan septic tank sesungguhnya tidak menjadi
masalah, karena bangunan ini kedap air, yang umumnya terbuat dari beton
(concrete) asalkan dijamin tidak bocor. Tapi yang menjadi masalah adalah letak
resapan air setelah melalui outlet. Lokasinya harus menjamin tidak mempunyai
kontribusi terhadap kontaminasi sumber air yang digunakan sebagai sumber air
minum. Dianjurkan setidak-tidaknya berjarak 50 feet antara resapan dengan
sumber air.( Didik S)

4. Penyediaan Air
Penyediaan air untuk rumah tangga bisa tergolong penyediaan air
bersih dan bisa juga penyediaan air minum. Rumah tangga yang
mencukupi kebutuhan airnya dari sumur atau sumber-sumber lainnya
termasuk penyediaan air bersih. Tetapi untuk perumahan/pemukiman
yang kebutuhan airnya dicukupi dari Perusahanan Air Minum yang
diusahakan oleh baik Pemerintah maupun Badan Hukum yang lain, maka
termasuk penyediaan air minum, karena kualitas air yang didistribusikan
telah memenuhi syarat sebagai air minum.
Persyaratan untuk penyediaan air bersih yang mengusahakan dari
sumur sendiri perlu memperhatikan kualitas air sumurnya dengan selalu
memperhatikan kontruksi sumur, sumber pencemar dan cara pengolahan
sebelum dikonsumsi. Sedangkan untuk yang bersumber dari PDAM, perlu
diperhatikan back siphonage dan cross conection.
Dalam dunia kesehatan khususnya kesehatan lingkungan, perhatian air
dikaitkan sebagai faktor pemindah/penularan penyakit atau sebagai
vehicle. Dalam hal ini E.G. Wagner menggambarkan bahwa air berperan
dalam menularkan penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan. Air
membawa penyebab penyakit dari kotoran (faeces) penderita, kemudian
sampai ke tubuh orang lain melalui makanan, dan minuman. Air juga
berperan untuk membawa penyebab penyakit non mikrobial seperti bahan-
bahan toksik yang terkandung di dalamnya.
Penyakit-penyakit yang biasanya ditularkan melalui air adalah Thypus
abdominalis, Cholera, Dysentri basiler, Diare akut, Poliomyelitis, Dysentri
amoeba, penyakit- penyakit cacing seperti Ascariasis, Trichiuris, parasit yang
menggunakan air untuk daur hidupnya seperti Schistosoma mansoni.( Didik S)

5. Sanitasi Makanan
Makanan menjadi perhatian yang penting bagi para ahli lingkungan
karena tubuh selalu membutuhkan bahan-bahan dari luar untuk memenuhi
fungsinya baik dalam perannya untuk tumbuh, berkembang, reproduksi
maupun kesejahteraan. Makanan harus dimasak, disimpan, disajikan
menurut selera yang beranekaragam, sehingga ada hubungan yang lebih
erat antara bahan makanan dengan para penangan makanan (food
handlers). Ini juga menjadi sasaran perhatian bagi para ahli kesehatan
lingkungan. Secara umum agar faktor makanan ini tidak berbahaya bagi
kesehatan, maka perlu tindakan-tindakan terhadap makanan (food
protection).
Secara garis besar makanan dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat
dalam perannya sebagai berikut :
a. Kandungan zat-zat (gizi) makanan yang kurang karena rusak, misalnya
karena pemanasan yang tinggi atau penyimpanan yang terlalu lama.
a. Makanan berperan sebagai vehicle dari beberapa macam penyakit
infeksi.
b. Makanan mengandung toksin bakteri.
c. Bahan makanan mengandung racun (poisonous plant and animal)
d. Terdapatnya racun kimia yang berasal dari bahan pengawet, bahan
aditif pewarna atau penyedap, kontaminan, proses-proses pengolahan
dan pestisida.
Setelah makanan mengalami proses pengolahan, makanan yang akan
disajikan dan mungkin disimpan untuk beberapa waktu sebelum disajikan,
makanan sebagai vehicle dapat terkontaminasi pada proses penyimpanan ataupun
penyajian. Yang besar peranannya dalam kontaminasi ini adalah : 1) penangan
makanan (food handlers) dan 2) vektor berbagai macam penyakit saluran cerna,
seperti lalat, kecoa, dan juga binatang pengerat.( Didik S)

6. Perumahan dan pemukiman


Ditinjau dari aspek kesehatan, maka perumahan/pemukiman harus
mendapat perhatian karena beberapa alasan sebagai berikut :
a. Perumahan/pemukiman dapat menimbulkan kemudahan untuk
terjadinya proses penularan penyakit baik antar anggota keluarga
maupun dengan anggota keluarga orang lain (tetangga). Hal ini
disebabkan oleh karena komunikasi yang terjadi dalam anggota
keluarga yang dekat atau erat disamping juga jalinan komunikasi
dengan tetangganya, baik karena kedekatan aspek sosial maupun
kedekatan fisiknya. Beberapa jenis penyakit yang dapat menular antar
anggota keluarga ataupun dengan tetangga adalah :
a) Penularan langsung : Penyakit kulit, mata, cacar, tuberkulosis, dan
sebagainya.
b) Penyakit yang menular atau ditimbulkan karena makan yang
dimakan secara bersama, misalnya terjadi penyakit saluran
pencernaan makanan, keracunan makanan (food poisoning) karena
penanganan makanan keluarga yang tidak memenuhi syarat higiene
dan sanitasi.
c) Penyakit yang ditularkan oleh vektor, karena sanitasi rumah dan
lingkungan yang tidak baik, seperti pes, malaria, DHF, dan
sebagainya.
c. Pencemaran lingkungan, misalnya oleh limbah rumah tangga, sampah,
kotoran manusia dan sebagainya.
b. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan karena masalah lingkungan
sosial, seperti stres karena konflik sosial, sulit beradaptasi dengan
masyarakat sekitar.( Didik S)

BAB III
METODE PENELITIAN

A. BENTUK PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan tentang faktor -
faktor sanitasi dasar yang berhubungan dengan tingginya penderita diare
balita dan anak di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


Pelaksanaan penelitian ini berada Desa Kemangsen, Kecamatan
Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 3 juni 2008 – 14 juni 2008.
C. POPULASI
1. Populasi adalah jumlah semua penderita diare anak dan balita yang ada di
Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo pada
periode bulan Januari – Maret 2008 sebanyak 22 penderita.
2. Besarnya Sampel
Sampel seluruh populasi.

D. CARA PENGUMPULAN DATA


a. Data Primer
Dikumpulkan dengan tehnik wawancara menggunakan acuan
kuesioner dan pengamatan langsung.
b. Data Sekunder
Meliputi gambaran umum daerah penelitian didapat dari kantor
Kelurahan Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo,
Kabupaten Sidoarjo.

E. CARA MENGOLAH DATA


Editing Data
Meneliti lengkap tidaknya koesioner yang sudah diisi, kejelasan
jawabannya, kesesuaian antara jawaban yang satu dengan yang lainnya,
serta relevansi jawaban dan keseragaman satuan data.
Coding
Mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya.
Tabulasi Data
Memasukkan data-data yang terkumpul kedalam tabel sehingga
menghasilkan tabel-tabel distribusi frekuensi secara manual.
Analisa
Analisa data dengan mengunakkan metode deskriptif yaitu : analisa data
difokuskan untuk mendapatkan gambaran sanitasi dasar di desa
Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo.

F. VARIABEL PENELITIAN
a. Variabel Terikat
Kejadian diare dari keluarga di Desa Kemangsen sebagai responden.
b. Variabel Bebas
1. Pengetahuan tentang pengertian diare
2. Gambaran penggunaan air bersih
3. Penggunaan jamban pada penderita diare
4. Gambaran tentang penyehatan makanan dan minuman
5. Pengetahuan tentang pembuangan sampah
6. Gambaran tentang kebiasaan penyajian makanan
7. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
8. Pengetahuan tentang rumah layak tingg

F. DEFINISI OPERASIONAL
a. Responden adalah ibu dari penderita diare yang berumur kurang dari
lima belas tahun di desa Kemangsen Kecamatan Balongbendo.
b. Penderita diare yang dipakai dalam penelitian ini adalah anak/bayi
yang berusia di bawah 15 tahun.
c. Diare ditandai gejala klinis berupa : buang air besar dengan frekuensi
yang meningkat dari normal atau lebih dari 3 kali dalam 24 jam, dan
kosistensi tinja yang cair atau lembek. Disertai atau tanpa dehidrasi.
d. Pengukuran fly index (FI) dilakukan untuk mengevaluasi secara tidak
langsung kebauan dengan cara menghitung jumlah lalat dalam suatu
area, menggunakan fly glue. Kriteria :
- <5 : Tidak ada masalah
- 6-20 : Cukup padat
- > 20 : Padat
e. Dalam penelitian ini kami menggunakan syarat air bersih yaitu air
yang secara fisik jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
Yang kami terangkan secara langsung pada responden.
f. Air minum yang penderita gunakan sudah dimasak sampai matang :
- Dimasak artinya dimasak sampai mendidih dengan tanda
adanya gelembung-gelembung udara dan uap air pada air yang
dimasak
g. Air mineral yang kami maksud dalam kuisioner adalah air dalam
kemasan seperti Aqua, Club, Total, Ades, Vit, dll. Air disini kami
anggap dimasak dan hal ini kami jelaskan secara lisan pada responden.
Air isi ulang bukan termasuk dalam kategori air mineral.
h. Jamban yang dimaksud disini dapat berupa kakus cemplung tanpa
leher angsa yang tertutup atau dengan leher angsa lengkap dengan
penampungan kotoran/septiktank. Jamban yang selalu bersih adalah
jamban yang selalu dibersihkan dengan alat pembersih yang terdiri dari
sikat, sapu lidi dan karbol, sehingga jamban tidak berbau.
i. Tempat sampah adalah suatu tempat yang terbuat dari seng, plastik,
semen, kayu, baik di dalam maupun di luar rumah . sampah yang
dimaksud disini adalah sampah yang 95 % bisa membusuk misalnya
sayuran, buah, dan makanan.
j. Septiktank yang dimaksud adalah lubang galian semacam sumur
sebagai tempat penampungan kotoran dari jamban, dengan dinding
dilapisi atau tanpa dilapisi batu merah atau batu kali. Jarak septiktank
dengan sumber air setidak-tidaknya 10 meter.
k. Lingkungan yang bersih disini secara sederhana ialah tidak adanya
sampah atau kotoran yang berserakan disekitar lingkungan rumah.
Sedangkan lingkungan yang tidak bersih diartikan sebagai banyaknya
sampah dan kotoran yang berserakan di sekitar lingkungan rumah.
l. Permasalahan dalam gambaran faktor-faktor sanitasi dasar pada
penderita diare balita timbul jika persentase dibawah 50% dan
dinyatakan tidak bermasalah jika persentase sama atau lebih dari 50%.
m. Penyuluhan kesehatan adalah setiap bentuk kegiatan yang
berhubungan dengan pemberian informasi tentang kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
n. Tenaga kesehatan adalah tenaga manusia yang berkecimpung dalam
bidang kesehatan dan memiliki pengetahuan tentang kesehatan, yang
dimaksud disini diantaranya dokter, bidan dan perawat.

G. Kerangka Konsep

Faktor sosial ekonomi: Faktor peran serta masyarakat:


 Tingkat pendidikan  Penyuluhan
 Jenis pekerjaan  Kerja bakti
 Kebersihan lingkungan

Kejadian Diare

Faktor pemahaman tentang Diare: Faktor pelayanan kesehatan


 Pengetahuan tentang masyarakat:
penyebab penyakit diare  Penyuluhan
 Pengetahuan tentang bahaya  Pengobatan
komplikasi penyakit diare

BAB IV
HASIL DAN ANALISIS

A. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN : DESA KEMANGSEN


I. Data Desa

o Desa : Kemangsen
o Kecamatan : Balongbendo
o Kabupaten : Sidoarjo
o Propinsi : Jawa Timur

II. Keadaan Geografi

Desa Pabean termasuk daerah yang tidak rawan banjir, dan tanahnya
cukup subur. Semua kebutuhan air bersih penduduk dapat terpenuhi
dengan cukup baik. Keadaan desa Pabean sebagian besar jalannya sudah
beraspal dan bisa dilewati semua kendaraan, tetapi ada sebagian jalan yang
tidak beraspal. Sebagai sarana transportasi umum; sepeda motor, sepeda,
becak, mobil, truk, mikrolet. Desa Pabean sudah terdapat jaringan televisi,
radio, dan telepon. Hampir sebagian besar masyarakat sudah
memanfaatkannya.

o Luas wilayah : 203,456 Ha


o Batas-batas desa
- Utara : Desa Kraton
- Selatan : Desa Seketi
- Barat : Desa Watesari
- Timur : Desa Magersari,Krian
o Letak desa terhadap pusat fasilitas / kota :
- Ibukota Kecamatan : 15 km
- Ibukota Kabupaten : 25 km
- Ibukota Propinsi : 18 km

III. Data Khusus Desa Kemangsen

a. Perangkat Desa
1) Kepala Kelurahan : 1 orang
2) Sekretaris Desa : 1 orang
3) Kaur Pemerintahan : 1 orang

b. Peranserta Masyarakat
1) Ketua RW : 8 orang
2) Ketua RT : 21 orang
3) Kader Posyandu : 25 orang
4) PPKBD : 9 orang
5) Dukun Bayi : - orang

c. Jenis Pekerjaan
1) Pegawai Negeri Sipil : 87 orang
2) TNI : 30 orang
3) Swasta : 600 orang
4) Petani : 405 orang
5) Buruh tani :-
6) Pengrajin : 3 orang
7) Pedagang : 24 orang

d. Tingkat Pendidikan Penduduk


1) Tidak tamat SD : 13 orang
2) Tamat SD : 528 orang
3) Tamat SLTP : 561 orang
4) Tamat SMU : 620 orang
5) Perguruan Tinggi : 42 orang

e. Potensi Prasarana Kesehatan


1) Puskesmas Pembantu :-
2) Poliklinik : 1 buah
3) Apotik :-
4) Posyandu : 7 buah
5) Praktek Dokter Swasta : 2 buah
6) Bidan Praktek Swasta : 2 buah

f. Potensi Prasarana Air Bersih


1) Jumlah sumur pompa :-
2) Jumlah sumur gali : 900 unit
3) Jumlah hidran umum :-
4) Jumlah MCK umum :-
5) PAM : 500 unit

g. Potensi Pengguna Prasarana Air Bersih


1) Pengguna air sumur gali : 900 KK
2) Pengguna air sungai :-
3) Pengguna hidran umum :-
4) Pengguna sumur pompa :-
5) Pengguna perpipaan :-
6) Pengguna PAM : 500 KK
7) Pengguna MCK umum :-

h. Kualitas Air Minum


1) Mata air :-
2) Sumur gali : baik
3) Sumur pompa :-
4) Hidran Umum :-
5) PAM : baik
6) Pipa :-
7) Sungai : tercemar

i. Prasarana Drainase
1) Saluran drainase / saluran pembuang air limbah : ada
2) Kondisi saluran drainase / saluran pembuang air limbah : mampet dan
kurang

j. Udara
1) Tercemar berat :-
2) Tercemar sedang :-
3) Tercemar ringan :√
4) Sehat :-

k. Pertamanan dan Lingkungan Hidup (kebersihan)


1) Lokasi pembuangan sampah sementara : 10 buah
2) Lokasi pembuangan sampah akhir :-
3) Sarana angkutan sampah : 1 unit
4) Personil kebersihan : 10 orang

l. Perumahan dan Jenis Komplek Pemukiman


a) Rumah permanen : 728 buah
b) Rumah semi permanen : 73 buah
c) Rumah non permanen :-
B. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

I. Pengetahuan tentang Faktor Penyebab Diare dan Sanitasi Dasar

1. Penyuluhan tentang faktor-faktor penyebab diare

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ibu Balita dan anak yang Pernah


Mendapat Penyuluhan tentang Pengertian dan Faktor-Faktor
Penyebab Diare
No. Mendapat Penyuluhan Diare Jumlah %
1 Pernah 10 45,45
2 Tidak pernah 12 54,55
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey di Desa Kemangsen

Diagram 1. Distribusi Frekuensi Ibu Balita yang Pernah Mendapat


Penyuluhan tentang Pengertian dan Faktor-Faktor Penyebab Diare
45.45%

54.55%

Pernah

Tidak Pernah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu dari
balita penderita diare tidak pernah mendapat penyuluhan dari tenaga
kesehatan yaitu sebanyak 54,55% dan hanya sebagian yang pernah
mendapat penyuluhan yaitu 45,45%.
3. Penyuluhan tentang Kebersihan Lingkungan

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ibu Balita dan anak yang Pernah


Mendapat Penyuluhan tentang Kebersihan Lingkungan dalam
Setahun
Mendapat Penyuluhan
No. tentang Kebersihan Jumlah %
Lingkungan dalam setahun
1 1 kali 4 18,18
2 2 kali 2 9
3 3 kali atau lebih - -
4 Tidak pernah 16 72,82
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey di Desa Kemangsen

Diagram 2. Distribusi Frekuensi Ibu Balita yang Pernah Mendapat


Penyuluhan tentang Faktor-Faktor Sanitasi Dasar dalam Setahun
72.82%

0.00% 9.00% 18.18%

1 Kali
2 Kali
3 Kali atau lebih
Tidak Pernah

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa frekuensi penyuluhan tentang


faktor sanitasi dasar bagi ibu balita penderita diare dalam setahun
menunjukkan bahwa sebagian besar tidak pernah mendapat penyuluhan
yaitu 72,82% dan hanya 27,18% yang telah mendapat penyuluhan.

II. Keadaan Rumah dan Lingkungan Responden

1. Bahan pembuat lantai rumah

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Bahan Pembuat Lantai Rumah


Balita dan Anak
No. Bahan Pembuat Lantai Jumlah %
1 Ubin/keramik 7 31,81
2 Tanah 3 13,63
3 Sebagian tanah dan sebagian 12 54,56
ubin/keramik
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey di Desa Kemangsen
Diagram 3. Frekuensi Bahan Pembuat Lantai pada Rumah Penderita
Diare Anak dan Balita

54%

32%

14%

Ubin/keramik
tanah
tanah + ubin

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui sebagian besar tempat tinggal dari
balita dan anak penderita diare terbuat dari tanah dan ubin yaitu sebanyak
54,56% dan yang terbuat dari ubin/keramik 31,81 % sedangkan yang
terbuat dari tanah hanya 13,63%.

2. Keadaan kebersihan di sekitar lingkungan rumah

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Keadaan Kebersihan di Sekitar


Lingkungan Rumah
No Keadaan Kebersihan di Sekitar Jumlah %
Lingkungan Rumah
1 Bersih 20 91
2 Tidak Bersih 2 9

Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen
Diagram 4. Distribusi Frekuensi Keadaan Kebersihan di Sekitar
Lingkungan Rumah

9%

91%

Bersih
Tidak bersih

Berdasarkan tabel diatas bahwa di sekitar lingkungan rumah responden


selalu dalam keadaan bersih (91%) dan hanya sebagian kecil lingkungan
rumah responden tidak bersih (9%)

3. Keadaan ventilasi pada tiap ruangan di rumah

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Keadaan ventilasi pada tiap ruangan di


rumah
No Keadaan ventilasi pada tiap Jumlah %
ruangan di rumah
1 Ada ventilasi 20 91
2 Tidak ada 2 9
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen

Diagram 5. Keadaan ventilasi pada tiap ruangan di rumah

9%

91%

Ada
Tidak Ada

Berdasarkan tabel diatas tiap ruangan di rumah responden telah


mempunyai ventilasi (91%) dan hanya sebagian kecil yang tidak
mempunyai ventilasi (9%).

III. Gambaran tentang Sarana Tempat Pembuangan Sampah


1. Tempat membuang sampah

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Tempat Membuang Sampah


No Tempat Membuang Sampah Jumlah %
1 Pada Tempat Sampah 8 36,36
2 Tidak Pada Tempat Sampah 14 63,64
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen

Diagram 6. Distribusi Frekuensi Tempat Membuang Sampah

63.64%

36.36%

Pada Tempat Sampah

Tidak Pada Tempat


Sampah

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa sebagian besar responden


membuang sampah tidak pada tempat sampah yaitu 63,64% dan 36,36%
yang membuang sampahnya pada tempat sampah.
2. Tempat Membuang Sampah Bila Tidak Ada Tempat Sampah

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Tempat Membuang Sampah Bila Tidak


Ada Tempat Sampah
No Tempat Membuang Sampah Jumlah %
1 Sungai 7 50
2 Tanah Kosong 5 35,72
3 Dipendam 2 14,28
Total 14 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen

Diagram IV.7 Distribusi Frekuensi Tempat Membuang Sampah Bila


Tidak Ada Tempat Sampah

14.28%

35.72%

50.00%

Sungai
Tanah Kosong
Dipendam

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa sebagian besar responden yang


tidak memiliki tempat sampah membuang sampah di sungai yaitu 50% dan
35,72% membuang sampahnya di tanah kosong, sedangkan 14,28%
memendam sampahnya.

3. Keadaan tempat sampah di rumah

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Keadaan Tempat Sampah di Rumah


No Keadaan Tempat Sampah Jumlah %
1 Selalu Tertutup 2 25
2 Selalu Terbuka 6 75
Total 8 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen

Diagram 8. Distribusi Frekuensi Keadaan Tempat Sampah di Rumah

25.00%

75.00%

Selalu Tertutup

Selalu Terbuka
Berdasarkan tabel diatas kebanyakan tempat sampah responden dalam
keadaan selalu terbuka yaitu 75% dan hanya 25% yang selalu tertutup.

4. Frekuensi Lalat di Sekitar Rumah

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Lalat di Sekitar Rumah


No Lalat di Sekitar Rumah Jumlah %
1 Tidak ada masalah 5 22,72
2 Cukup padat 9 40,90
3 Padat 8 36,36
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen

Diagram 9. Distribusi Frekuensi Lalat di Sekitar Rumah

36.37%

22.72%

40.91%

Tidak ada masalah


Cukup padat
Padat
Berdasarkan tabel diatas terlihat masih banyaknya lalat di sekitar rumah
responden yaitu sekitar 68,18% dan hanya 31,82% yang menyatakan tidak
ada banyak lalat di sekitar rumahnya.

IV. Gambaran Penggunaan Air Bersih Untuk Keperluan Sehari-hari

1. Asal air bersih untuk keperluan sehari-hari (memasak dan minum)


pada penderita diare

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Asal Air Bersih untuk Keperluan


Sehari-hari
No. Asal Air Bersih Jumlah %
1 Air Mineral 2 9,1
2 PDAM 7 31,81
3 Sumur 10 45,45
4 Air beli di Gerobak 3 13,63
5 Lain-lain - -
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen

Diagram 10. Distribusi Frekuensi Asal Air Bersih untuk Keperluan


Sehari-hari
45.45%

13.63%
0.00%
31.81% 9.10%

Air Mineral
PDAM
Sumur
Air Beli Digerobak
Lain-lain

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa asal air bersih dari ibu
balita penderita diare untuk keperluan sehari-hari adalah dari berbagai
sumber namun sebagian besar berasal dari sumur yaitu 45,45% , PDAM
sebesar 31,81% dan air beli di gerobak 13,63% sedangkan air mineral
9,10%.

2. Penggunaan air untuk mencuci alat-alat dapur

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Penggunaan Air untuk Mencuci Alat-


alat Dapur
No. Penggunaan Air untuk Jumlah %
Mencuci Alat-Alat
Dapur
1 Sungai - -
2 Sumur 20 90,91
3 PDAM 2 9,09
4 Lain-lain - -

Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen
Diagram 11. Distribusi Frekuensi Penggunaan Air untuk Mencuci
Alat-alat Dapur

90.91%

0.00% 9.09%

Sungai
Sumur
PDAM
Lain-lain

Berdasarkan tabel diatas terlihat sebagian besar responden mencuci


peralatan dapurnya dengan air sumur sebanyak 90,91%; dengan air PDAM
9,09%; dan tidak ada yang memakai air sungai.

3. Pengolahan Air Minum pada Penderita Diare

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Pengolahan Air Minum yang Sudah


Dimasak sampai Mendidih
No Penggunaan Air Minum Jumlah %
yang Sudah Dimasak
1 Ya 20 91
2 Tidak 2 9
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen
Diagram 12. Distribusi Frekuensi Penggunaan Air Minum yang
Sudah Dimasak sampai Mendidih

9%

91%

Ya
Tidak

Berdasarkan tabel diatas diketahui hampir seluruh responden sudah


memasak air yang digunakan untuk minum sampai mendidih.

V. Gambaran tentang Penyehatan Makanan dan Minuman

1. Kebersihan Tangan Sebelum Makan

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Kebersihan Tangan Sebelum Makan


No Mencuci tangan dengan Jumlah %
sabun sebelum makan
1 Ya 10 45,45
2 Tidak 12 54,55
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen

Diagram 13. Distribusi Frekuensi Kebersihan Tangan Sebelum


Makan

54.55%

45.45%

Cuci tangan dengan


sabun

Tidak cuci tangan


dengan sabun

Berdasarkan tabel diatas lebih dari setengah responden tidak mencuci


tangan dengan sabun sebelum makan tapi hanya menggunakan air saja
yaitu sebesar 54,55% sedangkan yang mencuci tangan dengan sabun
hanya sebesar 45,45% .

2. Penyajian Makanan (ditutup dengan tudung saji)

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Penyajian Makanan


No Penyajian Makanan Jumlah %
Dimeja
1 Ditutup 21 95,45
2 Tidak Ditutup 1 4,55
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen

Diagram 14. Distribusi Frekuensi Penyajian Makanan

4.55%

B
e
r
d
a 95.45%
s
a
r Ditutup

ta Tidak Ditutup

b
el
diatas hampir seluruh responden telah melakukan penyajian makanan yang
baik yaitu menutupnya dengan tudung saji sebelum dimakan sebesar
95,45% tapi masih ada yang tidak menutupnya yaitu 4,55%.

3. Penyimpanan Alat – Alat Makan


Tabel 15. Distribusi Frekuensi Penyimpanan Alat – Alat Makan
No Penyimpanan Alat – Jumlah %
Alat Makan
1 Di tempat Terbuka 6 27
2 Di tempat Tertutup 16 73
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen

Diagram 15. Distribusi Frekuensi Penyimpanan Alat – Alat Makan

27%

73%

Ditempat Terbuka

Ditempat Tertutup

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden


menyimpan peralatan makan di tempat tertutup yaitu sebesar 73% dan
hanya 27% yang menyimpan peralatan makannya di tempat yang terbuka.
4. Kebiasaan memasak sendiri atau membeli di luar

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Memasak Sendiri atau


Membeli di Luar
No Kebiasaan Memasak Jumlah %
atau Membeli di Luar
1 Masak Sendiri 22 100
2 Sering Membeli di Luar - -
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen

Diagram 16. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Memasak Sendiri atau


Membeli di Luar

0%

100%

Masak Sendiri

Sering Membeli
Diluar
Berdasarkan tabel diatas seluruh responden mempunyai kebiasaan sering
memasak sendiri makanan untuk keluarganya daripada membeli makanan
di luar.

VI. Gambaran Penggunaan Jamban pada Penderita Diare

1. Kepemilikan jamban atau WC di rumah

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Kepemilikan Jamban atau WC di


Rumah
No Memiliki Jamban/WC di Jumlah %
Rumah
1 Memiliki 14 64%
2 Tidak Memiliki 8 36%
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa kemangsen

Diagram 17. Distribusi Frekuensi Kepemilikan Jamban atau WC di


Rumah
36%

64%

Memiliki

Tidak
Memiliki

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar responden telah


memiliki jamban atau WC di rumah yaitu sebesar 64%, sedangkan sekitar
36% tidak memiliki jamban atau WC.

2. Kebiasaan penggunaan jamban atau WC di rumah untuk buang air


besar

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Penggunaan Jamban atau


WC di Rumah untuk Buang Air Besar
No Kebiasaan Penggunaan Jumlah %
Jamban
1 Selalu di Jamban 5 35,71
2 Tidak Selalu di Jamban 9 64,29
Total 14 100
Sumber : Hasil Survey Desa kemangsen

Diagram 18. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Penggunaan Jamban


atau WC di Rumah untuk Buang Air Besar
64.29%

35.71%

Selalu di Jamban

Tidak Selalu di
Jamban

Berdasar tabel diatas dapat diketahui sebagian besar responden dan


keluarganya tidak selalu buang air besar di jamban yaitu 64,29% dan
hanya 35,71% yang selalu buang air besar di jamban.

3. Kebersihan jamban atau WC di rumah

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Kebersihan jamban atau WC di


rumah
No Kebersihan jamban atau Jumlah %
WC di rumah
1 Selalu bersih 13 90,72
2 Tidak selalu bersih 1 9,28
Total 14 100
Sumber : Hasil Survey Desa kemangsen
Diagram 19. Distribusi Frekuensi Kebersihan jamban atau WC di
rumah

9.28%

90.72%

Selalu Bersih

Tidak Selalu
Bersih

Berdasar tabel diatas dapat diketahui sebagian besar responden yang


memiliki jamban atau WC mengatakan bahwa jamban atau WC di
rumahnya selalu bersih yaitu 90,72% dan hanya 9,28% yang jamban atau
WC di rumahnya tidak selalu bersih.

4. Kebiasaan Buang Air Besar Selain di Jamban atau WC Rumah

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Buang Air Besar Selain di


Jamban atau WC Rumah
No Kebiasaan BAB selain di Jumlah %
jamban atau WC
1 Di Jamban / WC Umum 6 35,29
2 Sungai 11 64,71
3 Lain – lain - -
Total 17 100
Sumber : Hasil Survey Desa kemangsen

Diagram 20. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Buang Air Besar Selain


di Jamban atau WC Rumah

0.00%

35.29%

64.71%

Jamban / WC umum
Sungai
Lain - lain

Berdasar tabel diatas dapat diketahui responden dan keluarganya selain


buang air besar di jamban / WC rumah , mereka lebih banyak yang buang
air besar di sungai yaitu sebesar 64,71%, sedangkan yang 35,29% buang
air besar di jamban / WC umum.

5. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Mencuci Tangan dengan


Sabun Setelah Buang Air Besar
No Mencuci Tangan dengan Jumlah %
Sabun
1 Ya 20 90,91
2 Tidak 2 9,09
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen

Diagram 21. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Mencuci Tangan dengan


Sabun Setelah Buang Air Besar

9.09%

90.91%

Ya
Tidak

Berdasar tabel diatas masih terlihat adanya responden yang tidak mencuci
tangannya dengan sabun namun hanya dengan air saja setelah buang air
besar yaitu 9,09% namun sebagian besar dari mereka telah mencuci tangan
dengan sebun setelah buang air besar yaitu 90,91%.

VII. Gambaran jarak sumur resapan dari sumur gali


Tabel 22. Distribusi Frekuensi Jarak Sumur dengan Septik Tank
No Jarak Sumur dengan Septik Jumlah %
Tank
1 Kurang dari 10 meter 12 54,54
2 10 meter atau lebih 10 45,45
Total 22 100
Sumber : Hasil Survey Desa Kemangsen

Diagram 22. Distribusi Frekuensi Jarak Sumur dengan Septik Tank

45.45%

54.55%

Kurang dari 10 meter


10 meter atau lebih

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui sebagian besar jarak sumur
dengan sepik tank di rumah responden berjarak kurang dari 10 meter yaitu
54,54% dan yang 10 meter atau lebih sebanyak 45,45%.
BAB V
PEMBAHASAN

A. PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR PENYEBAB DIARE DAN


SANITASI DASAR PADA IBU BALITA DAN ANAK PENDERITA
DIARE

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada ibu balita dan anak
penderita diare di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo, didapatkan gambaran sebagai berikut :
1. Lebih dari setengah responden ibu penderita diare sudah mengetahui
tentang faktor-faktor penyebab diare yaitu 54,55%.
2. Sebagian besar ibu penderita diare dalam setahun tidak pernah mendapat
penyuluhan tentang faktor sanitasi dasar yaitu 72,82%.
Gambaran ini memperlihatkan masih banyaknya ibu dari balita penderita
diare yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang diare dan faktor
sanitasi dasar, dan sebagian besar dari mereka tidak mengetahui tentang faktor
sanitasi dasar. Walaupun kebanyakan dari responden mengatakan sudah
mengetahui tentang faktor-faktor penyebab diare namun perlu diteliti lagi
apakah mereka sudah memiliki pemahaman yang benar mengenai hal tersebut.
Sehingga secara langsung maupun tidak langsung rendahnya pemahaman ibu
balita penderita diare dan keluarganya tentang diare dan sanitasi dasar dapat
mempengaruhi terjadinya diare.

B. GAMBARAN TENTANG KEADAAN RUMAH DAN


LINGKUNGANNYA PADA TEMPAT TINGGAL IBU BALITA DAN
ANAK PENDERITA DIARE

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada ibu balita dan anak
penderita diare di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo didapatkan gambaran sebagai berikut :
1. Lebih dari setengah lantai rumah ibu penderita diare terbuat dari
ubin/keramik dan dari tanah sekitar 54,56%.
2. Hampir keseluruhan lingkungan rumah responden tampak selalu dalam
keadaan bersih sebesar 91%.
3. Setiap ruangan di rumah responden telah mempunyai ventilasi sebesar
91 %.

Dari gambaran diatas dapat kita ketahui sebagian besar rumah dari
keluarga balita dan anak penderita diare dalam keadaan cukup baik dan
sebagian besar lingkungan rumah responden tampak bersih.

C. GAMBARAN TENTANG SARANA TEMPAT PEMBUANGAN


SAMPAH PADA RUMAH IBU BALITA DAN ANAK PENDERITA
DIARE

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada ibu balita dan anak
penderita diare di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo, didapatkan gambaran sebagai berikut :
1. Lebih dari setengah ibu penderita diare telah membuang sampahnya tidak
pada tempat sampah yaitu 63,64%.
2. Setengah dari ibu penderita diare yang tidak mempunyai tempat sampah,
membuang sampah-nya di sungai yaitu sebesar 50%.
3. Sebagian besar tempat sampah ibu penderita diare dalam keadaan selalu
terbuka sekitar 75%.
4. Sebagian besar kepadatan lalat di sekitar rumah ibu penderita diare tinggi
sebesar 77,26%.
Gambaran hal-hal tersebut diatas memperlihatkan sebagian besar
responden dan keluarganya tidak membuang sampah pada tempat sampah dan
bila mempunyai tempat sampah kebanyakan tempat sampah tersebut dalam
keadaan terbuka, bahkan ada yang langsung membuang sampah di sungai
yang memungkinkan untuk menjadi sarang lalat dan kemudian lalat itu
hinggap pada makanan di rumah keluarga penderita diare. Hal ini dapat
menjadi faktor penyebab terjadinya diare.
D. GAMBARAN PENGGUNAAN AIR BERSIH UNTUK KEPERLUAN
SEHARI-HARI PADA IBU BALITA DAN ANAK PENDERITA DIARE

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada ibu balita penderita diare di
Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo, didapatkan
gambaran sebagai berikut :
1. Asal air bersih dari ibu balita penderita diare untuk keperluan sehari-hari
yang terbanyak berasal dari sumur yaitu 45,45%.
2. Hampir keseluruhan responden yaitu ibu dari balita penderita diare sudah
mengkonsumsi air minum yang telah dimasak sampai mendidih sebesar
91%.
3. Hampir keseluruhan ibu dari balita penderita diare mencuci peralatan
dapurnya dengan air sumur sebanyak 90,91%.
Gambaran diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar para ibu penderita
diare tidak memiliki kesadaran untuk memakai air bersih untuk minum dan
memasak serta mencuci peralatan dapur, tetapi telah memasaknya dengan
baik sebelum dikonsumsi. Sehingga mungkin karena faktor inilah yang
menyebabkan terjadinya diare.

E. GAMBARAN TENTANG PENYEHATAN MAKANAN DAN


MINUMAN PADA KELUARGA BALITA DAN ANAK PENDERITA
DIARE

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada ibu balita dan anak
penderita diare di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo, didapatkan gambaran sebagai berikut :
1. Lebih dari setengah keluarga penderita diare belum mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan sebesar 54,55%.
2. Hampir keseluruhan ibu penderita diare telah melakukan penyajian
makanan yang baik dengan menutupnya dengan tudung saji sebelum
dimakan sebesar 95,45%.
3. Sebagian besar penyimpanan peralatan makan oleh ibu penderita diare
disimpan di tempat tertutup yaitu sebesar 73%.
4. Seluruh responden ibu balita penderita diare memiliki kebiasaan
memasak sendiri makanan untuk keluarganya daripada membeli
makanan di luar sebesar 100%.
Gambaran diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar keluarga
penderita diare tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, tetapi
sebagian besar ibu penderita diare telah melakukan penyajian makanan yang
baik bagi keluarganya. Meskipun semua responden menyatakan memasak
sendiri makanan untuk keluarganya tapi perlu lebih diteliti apakah mereka
sudah melakukannya dengan cara yang sehat dalam arti dari segi pemilihan
bahan, pengolahan, kebersihan tempat dan alat-alat untuk memasak,
penyimpanan, dan sebagainya. Sehingga mungkin karena kebiasaan yang
tidak mencuci tangan dengan sabun inilah yang dapat menimbulkan diare.
F. PENGGUNAAN JAMBAN PADA KELUARGA PENDERITA DIARE

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada ibu balita dan anak
penderita diare di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo, didapatkan gambaran sebagai berikut :
1. Lebih dari setengah responden ibu penderita diare telah memiliki jamban
atau WC di rumah yaitu sebesar 64%.
2. Lebih dari setengah, responden dan keluarganya tidak buang air besar di
jamban yaitu 64,29%.
3. Hampir keseluruhan yang memiliki jamban menyatakan jamban atau WC
dirumahnya selalu bersih sebesar 90,72%.
4. Lebih dari setengah responden buang air besar di sungai bila tidak
memakai jambannya sebesar 64,71%.
5. Hampir keseluruhan dari responden mencuci tangan setelah buang air
besar yaitu 90,91%.
Dari uraian diatas menunjukkan sebagian besar dari ibu penderita diare dan
keluarganya telah memiliki jamban tetapi tidak menggunakannya dengan baik.
Sebagian besar responden buang air besar di sungai bila tidak menggunakan
jamban. Tetapi responden telah mencuci tangannya dengan sabun sehabis
buang air besar. Melihat keadaan ini dapat dikatakan kemungkinan diare yang
diderita balita disebabkan karena tidak menggunakan jambannya dengan baik
dan buang air besar di sungai.

G. GAMBARAN JARAK ANTARA SUMUR RESAPAN DARI SUMUR


GALI PADA RUMAH KELUARGA BALITA DAN ANAK
PENDERITA DIARE

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada ibu balita dan anak
penderita diare di Desa Kemangsen, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten
Sidoarjo didapatkan gambaran sebagai berikut :
1. Lebih dari setengah jarak sumur resapan dari sumur gali di rumah balita
penderita diare berjarak kurang dari 10 meter yaitu 54,54%
Melihat gambaran tersebut diatas karena jarak sumur resapan dari sumur
gali yang kurang dari 10 meter pada sebagian besar rumah responden bisa
menimbulkan pencemaran air sumur oleh tinja. Sehingga hal ini dapat
menjadi faktor yang cukup berpengaruh pada terjadinya diare.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pengetahuan tentang Faktor Penyebab Diare dan Faktor Sanitasi


Dasar pada Ibu Balita Penderita Diare

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan didapatkan masih kurangnya


penyuluhan tentang diare dan faktor sanitasi dasar, dan hampir semua ibu
balita penderita diare tidak mengetahui tentang faktor-faktor sanitasi dasar.
Sehingga secara langsung maupun tidak langsung rendahnya pemahaman
ibu balita penderita diare dan keluarganya tentang diare dan sanitasi dasar
dapat mempengaruhi terjadinya diare.

2. Gambaran tentang Keadaan Rumah dan lingkungannya pada


Tempat Tinggal Ibu Balita Penderita Diare
Berdasarkan survey keadaan rumah keluarga balita penderita diare
cukup baik dan selalu dalam keadaan bersih, sehingga kecil kemungkinan
keadaan rumah penderita dapat menimbulkan diare.

3. Gambaran tentang Sarana Tempat Pembuangan Sampah pada Ibu


Balita Penderita Diare

Berdasarkan survey sebagian besar responden dan keluarganya tidak


membuang sampah pada tempat sampah dan bila mempunyai tempat
sampah kebanyakan tempat sampah tersebut dalam keadaan terbuka,
bahkan ada yang langsung membuang sampah di sungai yang
memungkinkan untuk menjadi sarang lalat dan kemudian lalat itu hinggap
pada makanan di rumah keluarga penderita diare. Hal ini dapat menjadi
faktor penyebab terjadinya diare.

4. Gambaran Penggunaan Air Bersih untuk Keperluan Sehari-hari


pada Ibu Balita Penderita Diare

Berdasarkan hasil survey sebagian besar para ibu penderita diare tidak
memiliki kesadaran untuk memakai air bersih untuk minum dan memasak
serta mencuci peralatan dapur, tetapi telah memasaknya dengan baik
sebelum dikonsumsi. Sehingga mungkin karena faktor inilah yang
menyebabkan terjadinya angka kesakitan diare masih cukup tinggi.

5. Gambaran tentang Penyehatan Makanan dan Minuman pada


Keluarga Balita Penderita Diare

Berdasarkan hasil survey sebagian besar keluarga penderita diare tidak


mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, tetapi sebagian besar ibu
penderita diare telah melakukan penyajian makanan yang baik bagi
keluarganya. Meskipun semua responden menyatakan memasak sendiri
makanan untuk keluarganya tapi perlu lebih diteliti apakah mereka sudah
melakukannya dengan cara yang sehat dalam arti dari segi pemilihan
bahan, pengolahan, kebersihan tempat dan alat-alat untuk memasak,
penyimpanan, dan sebagainya. Sehingga mungkin karena kebiasaan yang
tidak mencuci tangan dengan sabun inilah yang dapat menimbulkan diare.

6. Penggunaan Jamban pada Keluarga Balita Penderita Diare


Berdasarkan hasil survey sebagian besar dari ibu penderita diare dan
keluarganya telah memiliki jamban tetapi tidak menggunakannya dengan
baik. Sebagian besar responden buang air besar di sungai bila tidak
menggunakan jamban. Tetapi responden telah mencuci tangannya dengan
sabun sehabis buang air besar. Melihat keadaan ini dapat dikatakan
kemungkinan diare yang diderita balita disebabkan karena tidak
menggunakan jambannya dengan baik dan buang air besar di sungai.

7. Gambaran Jarak antara Sumur Resapan dari Sumur Gali pada


Rumah Keluarga Balita Penderita Diare

Berdasarkan survey jarak antara sumur resapan dari sumur gali pada
rumah kelurga balita penderita diare sebagian besar berjarak kurang dari
10 meter. Sehingga hal ini dapat menjadi faktor yang cukup berpengaruh
pada terjadinya diare.

B. SARAN-SARAN

1. Meningkatkan penyuluhan- penyuluhan tentang faktor-faktor sanitasi dasar


dan penyebab-penyebab diare bagi masyarakat baik secara langsung atau
melalui kader-kader posyandu.
2. Meningkatkan peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam kebersihan
lingkungan, seperti kegiatan gotong royong rutin atau jumat bersih,
membuat jamban atau tempat pembuangan sampah yang tertutup.
3. Memberi teladan bagi masyarakat melalui para tokoh masyarakat di desa
tersebut, misalnya membuat jamban – jamban percontohan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Didik Saruji,M.Sc . 2004. Kesehatan Lingkugan. Cetakan 1. Media Ilmu


Mitra Meraih prestasi. Sidoarjo.
2. Anonim., 2000, Ilmu Kesehatan Anak I. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
3. Donowitz M (1995).Evaluation of Patients with Chronic Diarrhea.N Engl
J Med.332(11).
4. http: /diare%20tinj%20pust.html
5. Pedoman Diagnosis dan Terapi UPF Ilmu Kesehatan Anak .2002. Diare.
Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo. Surabaya
6. Arief Mansjoer Dkk. 2001. Diare. Edisi Ketiga. Media Aesculapius.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
7. Suparto, Pitono, et.al,1994, Gastroenterologi Diare Pedoman Diagnosis
dan Terapi LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya
8. Handwashing, http://www.esp.or.id/handwashing/media/diare.pdf.
LEMBAR KUISIONER

Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :

Berilah tanda (x) pada salah satu jawaban dibawah ini yang anda anggap paling
benar.
1. Apakah anda pernah mendapat penyuluhan mengenai diare dan faktor-faktor
penyebabnya ?
a. Pernah, …… kali setahun
b. Tidak pernah
2. Apakah anda pernah mendapat penyuluhan tentang kebersihan lingkungan ?
a. Pernah, …… kali setahun
b. Tidak pernah
3. Menurut anda apakah disekitar lingkungan rumah anda bersih ?
a. Ya
b. Tidak
4. Terbuat dari apa lantai rumah anda ?
a. Ubin / Keramik
b. Tanah
c. Sebagian keramik dan sebagian tanah
5. Apakah ditiap ruangan rumah anda ada ventilasi/jendela ?
a. Tidak ada
b. Ada
6. Dimanakah anda membuang sampah ?
a. Pada tempat sampah
b. Tidak pada tempat sampah
7. Bila tidak pada tempat sampah, dimanakah anda membuang sampah ?
a. Sungai
b. Tanah kosong
c. Dipendam
8. Bila memiliki tempat sampah, apakah di rumah anda tempat sampah selalu
tertutup ?
a. Selalu tertutup
b. Selalu terbuka
9. Apakah disekitar rumah anda banyak lalat ?
a. Ya
b. Tidak
10. Di manakah anda memperoleh sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari
(untuk minum dan memasak) ?
a. Air mineral
b. PDAM
c. Air sumur
d. Air beli di gerobak
e. Lain-lain : ………………

11. Darimana anda memperoleh air untuk mencuci alat-alat dapur ?


a. Sungai
b. Sumur
c. PDAM
d. Lain –lain :…………..
12. Apakah anda selalu memasak air sampai mendidih ?
a. Ya
b. Tidak
13. Apakah setelah buang air besar anda selalu mencuci tangan anda dengan
sabun ?
a. Ya
b. Tidak
14. Apakah anda mencuci tangan dengan sabun sebelum makan ?
a. Ya
b. Tidak
15. Apakah saat menyajikan makanan dimeja, anda menutupnya dengan tudung
saji sebelum menghidangkannya ?
a. Ditutup
b. Tidak ditutup
16. Bagaimana anda menyimpan peralatan makan ?
a. Ditempat terbuka
b. Ditempat tertutup
17. Untuk makan apakah anda sering memasak sendiri atau makan diluar ?
a. Masak Sendiri.
b. Sering membeli diluar
18. Apakah dirumah anda mempunyai jamban/ WC ?
a. Ya
b. Tidak
19. Bila anda mempunyai jamban/WC, dipergunakan atau tidak?
a. Ya
b. Tidak
20. Bila dipakai apakah jamban/ WC anda selalu bersih dan tidak berbau ?
a. Bersih
b. Tidak bersih
21. Bila tidak ada jamban/ WC dirumah, dimana anda dan keluarga buang air
besar ?
a. WC/jamban umum
b. Sungai
c. Lain-lain :…………….
22. Bila anda memiliki sumur, berapa jarak antara sumur dengan septictank anda
?
a. Kurang dari 10 meter
b. 10 meter atau lebih

Anda mungkin juga menyukai