Anda di halaman 1dari 5

A.

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponenkomponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.

Prinsip Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.Teknik. ini biasanya

menggunakan fase diam dari bentuk platsilika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Visualisasi. Proses berikutnya dari kromatografi lapis tipis adalah tahap visualisasi. Tahapan ini sangat penting karena diperlukan suatu keterampilan dalam memilih metode yang tepat karena harus disesuaikan dengan jenis sampel yang sedang di uji. Salah satu yang dipakai adalah penyemprotan denganlarutanninhidrin. Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) adalah suatu larutan yang akan digunakan untuk mendeteksi adanya gugus amina.Apabila pada sampel terdapat gugus amina maka ninhidrin akan bereaksi menjadi berwarna ungu. Biasanya padatan ninhidirn ini dilarutkan dalam larutan butanol.

Nilai Rf Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilaiperbandingan relatif antar sampel.Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut : Rf = Jarak yang ditempuh substansi/Jarak yang ditempuh oleh pelarut Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis.Saat

membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis.Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip.Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda. B. KROMATOGRAFI KOLOM

Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben terhadap suatu senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya. Sebelumnya dilakukan percobaan tarhadap kromatografi lapis tipis sebagai pencari kondisi eluen. Misalnya apsolsi yang cocok dengan pelarut yang baik sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya terpisah secara sempurna. Alat yang diinginkan adalah kolom gelas yang diisi dengan zat padat aktif sepertialumino dan selika gel sebagai fase diam. Zat yang dimasukan lewat puncak kolom akan mengalir kedalam zat penyerap. Zat diserap dari larutan secara sempurna oleh zat penyerapan berupa pita sempit pada ujung kolom dengan kecepatan yang berbeda, sehingga terjadi pemisahan dalam kolom. Hasil pemisahan ini disebut kromatogram. Umumnya pada kromatografi kolom digunakan campuran homogen seperti campuran gas dilakukan pada suatu penyerap (absorbent). Komponen penyusun campur akan diserap oleh adsoben adalah 1 : 50. Metode ini dapat memisahkan zat dari 100 mg sampai 5 mg bahkan lebih. Pemisahan campuran baik bila harga Rf = 0.6. Teknik kromatografi kolom paling sesuai untuk pemisahan hasil isolasi dari pengotornya. Pemisahan dengan kromatografi kolom biasanya digunakan absorben yang paling umum : alumunium oksida (Al2O3) yang mempunyai daya absorsi atau kereaktifan yang diatur secara cepat sehingga penggunaan memberikan hasil yang baik. Seberapa jauh komponen itu dapat diserap absorben tergantun pada sifat fisika komponen tersebut. Bila campuran cairan dilakukan dengan kolom yang berisikan absorben, komponen cairan lainya akan mengalir kebawah . Jadi semakin lemah kemungkinan cairan itu teradsopsi semakin cepat komponen itu mengalir ke bawah. Bila kecepatan gerak cairan itu lebih besar dari pada kecepatran absorbsi oleh absorben. Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat puncak kolom dan dibiarkan

mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat yang di serap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut / dengan tanpa tekanan udara masin-masing zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga terjadi pemisahan dalam kolom. Kromatografi kolom dilihat dari jenis fasa diam dan fasa geraknya dapat dibedakan : 1. Kromatografi Fase Normal Kromatografi dengan kolom konvensional dimana fase diamnya normal bersifat polar, misalnya silica gel, sedangkan fase geraknya bersifat non polar. 2. Kromatografi Fase Terbalik Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat non polar, sedangkan fase geraknya bersifat polar; kebalikan dari fase normal. Cara pengisian kolom terbagi dua , yaitu : 1. Cara basah Isi dasar kolom dengan kapas Masukkan eluen Campurkan dengan rata sebagai adsorben dan eluen menjadi homogen Jangan tersentuh atau diguncangkan 6 jam Setelah stabil, masukkan eluen dan zat, lalu keluarkan eluen 2. Cara kering Isi tabung dengan kapas Masukkan eluen Masukkan adsorben kering sedikit demi sedikit Lalu di aduk Faktor yang mempengaruhi kecepatan gerak zat: Daya serap adsorben. Sifat pelarut. Suhu sistem kromotografi.

Kecepatan turunan sampel dipengaruhi oleh : Tekanan didalam kolom semakin besar semakin cepat. Panjang absorben, makin panjan makin cepat turunnya senyawa. Ukuran artikel absorben. Rongga udara dalam absorben. Jika ada rongga udara dalam adsorben maka jalannya senyawa akan terganggu. Faktor yang mempengaruhi proses pemisahan: - Daya serap adsoben. - Jenis / sifat eluen. - Suhu kromatografi. - Pelarut yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai