1
(2)
Mengacu pada kerja Chin dan Orlando (1988), persamaan Ginzburg-Landau linear yang
sesuai dengan permasalahan di atas adalah :
) ( ) ( ) ( 2
2
1
2
3
,
r T r e
x
i
m
e
x
i
j
j ij j i
i
i
1
1
]
1
1
]
1
A A
(3)
dan syarat batasnya adalah :
0
0
,
_
x
x
(4)
3
isolator superkonduktor
0
x
z
Gambar 1 Keadaan superkonduktor an-isotropik yang hendak diteliti
Persamaan (3) dapat diselesaikan dengan membuat permisalan harga
sebagai :
cos
) , (
y k i
e y x f (5)
dan memilih parameter-parameter berikut :
x
y
x
m
m
dan
z
y
z
m
m
(6)
x
H e
x X
cos 4
0
(7b)
z
H e
z Z
sin 4
0
(7b)
H e
k X
0
0
cos
(7c)
H e
m
H
T H
y
c
0
2
) (
(8)
Dengan mensubstitusikan persamaan (1), (2), (5) dan parameter-parameter di atas ke dalam
persamaan (3) dan (4) akan diperoleh :
f
X
X
f
Z
Z
f A
x z
,
_
,
_
4
cos 2
4
sin 2
2
2
2 2
2
2
f XX f X
x z x
cos cos sin
0
f f
X
f ZX
z
+ +
2
sin
2
0
0
(9)
dan
0
X
f
di X = 0 (10)
4
Selain keadaan syarat batas persamaan (10), menurut Nurwantoro (1998), superkonduktivitas
bahan mulai ada di batas permukaan irisan bahan dan menghilang di jarak yang jauh dari
permukaan, sehingga didapat syarat batas tambahan :
f (X,Z) 0 jika X (11)
Persamaan (9) di atas berbentuk fungsi eigen, di mana merupakan harga eigennya. Menurut
persamaan (8), jika harga eigen tersebut diberikan harga terkecilnya, maka akan diperoleh harga
H terbesar. Harga H terbesar ini menunjukkan batas harga medan magnet luar terbesar yang
mengenai permukaan superkonduktor di mana tepat pada saat itu, sifat superkonduktif mulai timbul
di permukaan bahan. Dengan demikian, harga H terbesar ini dapat diartikan sebagai medan nukleasi
permukaan dan persamaan (8) dapat dituliskan dalam bentuk lain, yaitu :
0
3
2
c
c
H
H
(12)
di mana
,
_
wy qy
dx
dy
p
dx
d
(13)
yang mempunyai syarat batas :
0
dx
dy
py pada batas x = x
0
dan x = x
1
(14)
akan mempunyai harga eigen yang sebanding dengan fungsional F[y] berikut :
5
dx w y
dx qy
dx
dy
p
dx
d
y
y F
x
x
x
x
1
]
1
,
_
1
0
1
0
2
] [
(15)
di mana p,q dan w merupakan fungsi dari x. Jika dapat dipilih suatu fungsi coba y yang sesuai
dengan persamaan (13) dan syarat batas persamaan (14), maka nilai minimum harga eigen akan
sebanding dengan nilai minimum fungsional F[y] yang telah disubstitusi fungsi coba y tersebut.
Mengacu pada uraian di atas, dipilih suatu fungsi coba sebagai berikut :
z x
N
i
N
j
i
j X
i
Z
ij
i
X e Z H e a
Z X g
0 0
2 4 /
2 ! 2
) (
) , (
2 2
(16)
di mana H
i
(Z) merupakan polinomial Hermite, a
ij
dan merupakan parameter variasi yang akan
ditentukan dalam proses minimisasi, sedangkan Nx dan Nz merupakan bilangan bulat yang akan
menentukan jumlah suku-sukunya. Dengan mengkombinasikan persamaan (9), (15) dan (16), maka
dapat diperoleh suatu fungsional F[y] yang analog dengan persamaan (15) sebagai berikut :
[ ]
,
_
,
_
+
+
+ +
+
0
2
2
2
2
0
2
2
2
2 2
0
4
cos 2
4
sin 2
2
g
X
X
g
g dXdZ g
Z
Z
g
g dXdZ
X
g F
x z
+
+ +
+
0
2
0
0
2
cos cos sin Xg dXdZ f X ZXg dXdZ
x z x
1
0
2
0
2
0
sin
+
+ +
+
,
_
1
]
1
+
g dXdZ Zg dXdZ X
z
(17)
Secara analitik, harga F[g] minimum jika
0
0
] [
X
g F
dan
0
2
0
2
] [
>
X
g F
. Dengan cara tersebut, diperoleh
harga X
0
: sebagai :
+
+
0
2
0
cos Xg dXdZ f X
x
6
1
0
2
0
2
sin
+
+ +
+
,
_
1
]
1
+
g dXdZ Zg dXdZ
z
(18)
Jika ada persamaan integral berikut :
0
2
2
X n
n
e dXX I
(19)
Harga I
n
dapat diselesaikan dengan hubungan rekursi sebagai :
2
4
1
n n
I
n
I
(20)
dengan
4
1
1
I
dan
8
0
I (21)
Dengan memperhatikan cara menyelesaikan integral dengan hubungan rekursi tersebut dan
sifat-sifat Polinomial Hermite, persamaan fungsional (17) dapat diselesaikan sehingga menjadi :
{ } ( )
( )
1
1
]
1
+ +
2
7
2
6 5
7
4 3 2 1
2
,
T
T T
T
T T T T
a F
ij
(22)
di mana :
( )
+
+
Nz
i
Nx
j
Nx
l
il ij l j z
a a I i T
0 0 0
2 2 2
1
1
sin 2
[
+
Nz
i
Nx
j
Nx
l
l j x
I jl T
0 0 0
) 1 ( 2 2
cos 8 ]
il ij l j l j
a a I l j I
) ( 2 ) 1 ( 2
2
) (
+ + +
+ +
+ +
Nz
i
Nx
j
Nx
l
il ij l j
x
a a I T
0 0 0
) 1 ( 2 3
2
cos
+ + + +
+ +
1
0 0 0
1 1 1 ) ( 2 4
) ( 1 cos sin
Nz
i
Nx
j
Nx
l
l i ij il j i l j z x
a a a a I i T
7
+ +
Nz
i
Nx
j
Nx
l
il ij l j x
a a I T
0 0 0
1 ) ( 2 5
cos
+ + +
+ +
1
0 0 0
1 1 ) ( 2 6
) ( 1 sin
Nz
i
Nx
j
Nx
l
l i ij il j i l j z
a a a a I i T
+
Nz
i
Nx
j
Nx
l
il ij l j
a a I T
0 0 0
) ( 2 7
dan I
n
sama dengan persamaan (20) dan (21) di atas.
Jika fungsional F(,{a
ij
}) persamaan (22) tersebut diminimisasikan terhadap satu set
parameter variasi (,{a
ij
}), maka akan diperoleh harga eigen terkecil
0
yang berhubungan dengan
harga medan kritis permukaan H
c3
seperti berikut :
0
= harga minimum F(,{a
ij
}) (23)
0
2
3
c
c
H
H
atau
0
3
2
c
c
H
H
(24)
Secara tidak langsung, harga Hc
2
/Hc
3
persamaan (24) tersebut merupakan fungsi dari sudut ,
parameter an-isotropik
x
dan
z
, satu set parameter a
ij
dan , serta Nx dan Nz. Sudut digunakan
untuk menentukan arah medan magnet luar H. Harga
x
dan
y
dipakai untuk menentukan sifat
isotropik atau an-isotropik superkonduktor, di mana jika harga
x
dan
z
bernilai satu, maka akan
diperoleh harga Hc
2
/Hc
3
superkonduktor isotropik, sebaliknya jika diberi nilai pecahan, maka akan
diperoleh harga Hc
2
/Hc
3
superkonduktor an-isotropik. Satu set parameter a
ij
dan merupakan
parameter variasi dalam proses minimisasi. Harga Nx dan Nz digunakan untuk menentukan panjang
deret fungsi coba persamaan (16).
Adapun cara mencari harga minimum F(,{a
ij
}) dalam penelitian ini dilakukan dengan
memakai program komputer. Program tersebut memakai Procedure Amoeba dari buku Numerical-
8
Recipes (Press, 1987), yaitu suatu procedure yang digunakan untuk mencari nilai minimum suatu
fungsi berdasarkan Metode Minimisasi Downhill Simplex.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari metode komputasi yang digunakan, dapat diperoleh data harga Hc
2
/Hc
3
untuk berbagai
sudut serta untuk berbagai harga
x
dan
z
. Untuk mengetahui kebenaran metode komputasi ini,
hasilnya perlu dibandingkan dengan hasil para peneliti sebelumnya. Jika harga
x
dan
z
dipilih
berharga satu serta sudut = 0
0
dan = 90
0
, maka harga Hc
2
/Hc
3
metode komputasi ini dapat
dibandingkan dengan hasil penelitian Saint-James dan de Gennes (Tinkham, 1996), seperti dapat
dilihat di Tabel 1.
Tabel 1 Harga Hc
2
/Hc
3
superkonduktor isotropik (
x
=1 dan
z
=1) hasil
penelitian Saint-James dan de Gennes serta penelitian ini.
Jenis Penelitian
Harga Hc
2
/Hc
3
pada
= 0
0
= 90
0
Penelitian Saint-James dan de Gennes 0,59 1
Penelitian ini
Nx = 1 dan Nz = 1 1,183622 1,000000
Nx = 2 dan Nz = 2 0,890298 1,000000
Nx = 3 dan Nz = 3 0,750128 1,000000
Nx = 4 dan Nz = 4 0,602810 1,000000
Nx = 5 dan Nz = 5 Sulit menentukan harga awal a
ij
dan di program komputer
Dari tabel tersebut terlihat bahwa dengan metode ini, harga Hc
2
/Hc
3
akan semakin mendekati
hasil penelitian Saint-James dan de Gennes, jika harga Nx dan Nz dipilih berharga semakin besar.
Harga terbesar yang bisa dipilih adalah empat, karena di atas harga tersebut, harga awal a
ij
dan
yang harus diberikan di program komputer sulit ditentukan. Dengan demikian dapat disimpulkan
9
bahwa metode komputasi ini akan memberikan hasil yang optimal jika dipilih Nx=4 dan Nz=4, di
mana dengan pilihan tersebut, parameter variasi akan berjumlah 26 buah.
Untuk parameter variasi berjumlah 26 buah serta
x
dan
z
berharga satu, gambar grafik hasil
penelitian ini dibandingkan dengan hasil penelitian Nurwantoro dapat dilihat di Gambar 2 berikut
Dari gambar tersebut terlihat kurva data Hc
2
/Hc
3
penelitian ini berharga lebih besar
dibandingkan dengan data Nurwantoro, namun mempunyai kecenderungan grafik yang sama.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode komputasi di dalam penelitian ini secara umum
sudah benar, namun hasilnya sedikit kurang teliti. Meski demikian, sampai dengan satu angka di
belakang koma, hasil penelitian ini dapat dianggap benar. Kekurangtelitian metode ini diperkirakan
karena harga Nx dan Nz yang kurang besar. Selain itu, faktor pembulatan dalam perhitungan
10
Gambar 2 Grafik perbandingan harga H
c2
/H
c3
antara penelitian ini dan
penelitian Nurwantoro (1998)
H
c2
/H
c3
0.5
0.7
0.9
1.1
1.3
0 15 30 45 60 75 90
data penelitian
data Nurwantoro
sudut
numerik juga ikut mempengaruhi kekurangtelitian, namun diperkirakan pengaruhnya jauh lebih
kecil dibandingkan dengan faktor harga Nx dan Nz.
Setelah dibandingkan dengan hasil peneliti lain untuk superkonduktor isotropik, metode ini
akan dibandingkan dengan hasil penelitian lain untuk superkonduktor an-isotropik. Ketika hasil
perhitungan dibuat dalam bentuk H
c3
/H
c2
dengan harga
x
= 1 dan
z
= 0,7 maka dalam batas sudut
antara 0
0
sampai 90
0
, keadaannya sama dengan hasil penelitian Chin dan Orlando (1988) seperti
terlihat di Gambar 3. Jika kedua gambar tersebut dibandingkan, maka terlihat kurva H
c3
hasil
penelitian ini mempunyai kecenderungan grafik yang sama dengan kurva H
c3
tanpa efek proksimitas
hasil penelitian Chin dan Orlando, tetapi dengan harga yang sedikit berbeda. Hasil ini memperkuat
kesimpulan bahwa metode komputasi di dalam penelitian ini sudah benar, namun hasilnya sedikit
kurang teliti.
11
1
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,7
0 45 90
Gambar 3 Grafik H
c3
/H
c2
superkonduktor an-isotropik sebagai fungsi
sudut pada
x
=1 dan
z
=0.7
sudut
H
c3
/H
c2
Selanjutnya, jika harga H
c2
/H
c3
sebagai fungsi
x
dan
z
dianalisa lebih jauh lagi, tampak jika
x
dan
z
berharga tidak satu, ternyata bisa menaikkan atau menurunkan harga H
c2
/H
c3
superkonduktor isotropik. Dengan membuat grafik tiga dimensinya, terlihat di Gambar 4 grafik H
c2
/
H
c3
berbanding lurus dengan harga
x
dan
z
untuk sudut tertentu. Dari analisa terhadap gambar
tersebut, dapat diperkirakan suatu rumus umum H
c2
/H
c3
untuk superkonduktor an-isotropik sebagai
berikut :
sin ) ( ) 1 , 1 ( ) , (
3
2
3
2
x z x
c
c
z x
c
c
H
H
H
H
+
(24)
12
0 . 5
1
1 . 5
2
2 . 5
3
3 . 5
4
4 . 5
5
0 . 5
1
1 . 5
2
2 . 5
3
3 . 5
4
4 . 5
5
1
2
3
4
5
Gambar 4 Grafik tiga dimensi H
c2
/H
c3
sebagai fungsi
x
dan
z
untuk sudut = 40
0
x
H
c2
/H
c3
di mana
) 1 , 1 (
3
2
c
c
H
H
adalah H
c2
/H
c3
superkonduktor isotropik (
x
= 1dan
z
=1) untuk sudut tertentu,
dan
) , (
3
2
z x
c
c
H
H
adalah H
c2
/H
c3
superkonduktor an-isotropik untuk sudut yang sama dengan
) 1 , 1 (
3
2
c
c
H
H
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa metode komputasi di dalam
penelitian ini sudah benar, namun hasilnya kurang teliti. Mengingat sebab utama kekurangtelitian
adalah deret fungsi coba yang kurang panjang, maka jika hendak dilakukan penelitian serupa perlu
dicoba memakai metode minimisasi lain yang memungkinkan digunakannya fungsi coba dengan
deret yang lebih panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Arfken, G., 1985, Mathematical Methods for Physicist, Third Edition, Academic Press. Inc.,
Orlando.
Burger, J.P., Deutscher G., Guyon, E. dan Martinet, A., 1965, Behavior of First- and Second-kind
Superconducting Films Near Their Critical Fields, Phys. Rev., 137A, 835 - 859.
Chin, C. C. dan Orlando, T.P., 1988, Angular Dependence of H
c3
for an Anisotropic Superconductor
with Proximity Effect, Phys. Rev. B, 37, 5811 - 5813.
Cyrot, M. dan Pavuna, M., 1992, Introduction to Superconductivity and High Tc Material, World
Scientific Publication co. Ptc. Ltd., Singapore.
Nurwantoro, P., 1998, A Theoritical Study of The Surface Nucleat Addisson on Field at Hc3 and of
Superconducting Surface Sheaths in Isotropic Type-II Superconductors, Doctor of
Philosophys Thesis, University of Birmingham, Birmingham, tidak dipublikasikan.
Press, W.H., Flannery, B.P., Teukolsky, S.A. dan Vetterling, W.T., 1989, Numerical Recipes, The
Art of Scientific Computing, Cambridge University Press, Cambridge.
13
Suzuki, M., 1989, Angular Dependence of The Upper Critical Field of La
1.85
Sr
0.15
CuO
4
Single-
Crystal Thin Films, Jap. J. Appl.Phys., 28, L1541-L1544.
Tinkham, M., 1996, Introduction to Superconductivity, McGraw-Hill Inc. , Singapore.
Tinkham, M., 1963, Effect of Fluxoid Quantization on Transition of Superconducting Films, Phys.
Rev., 129, 2413 - 2422.
Tomasch, W.J. dan Joseph, A.S., 1964, Experimental Evidence for a New Superconducting Phase
Nucleation Field in Type-II Superconductors, Phys. Rev. Lett., 12, 148 - 150.
Welp, U., Kwok, W.K., Crabtree, G.W., Vandervoort, K.G. dan Liu, J.Z., 1989, Angular
Dependence of The Upper Critical Field of YBa
2
Cu
3
O
7-
Single Crystals, Phys. Rev. B, 40,
5263-5265.
Yamafuji, K., Kusayanagi., E. dan Irie, F., 1966, On the Angular Dependence of the Surface
Superconducting Critical Field, Phys. Lett., 21, 11 13.
14