Anda di halaman 1dari 11

Kata pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan atas selesainya refarat yang berjudul sinusitis maxillaris akut ini. Tujuan pembuatan referat ini adalah untuk lebih memahami tentang penyakit sinusitis yang banyak ditemui pada pasien, terutama sinusitis maxillaris akut yang lebih sering ditemui dibandingkan sinusitis tipe lainya. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan referat ini, khususnya kepada dr Amir M. Sebayang, Sp THT-KL selaku dosen pembimbing. Akhir kata saya memohon kritik dan saran yang membangun demi kemajuan kita semua.

Jakarta , Mei

penulis

Bab I
Pendahuluan
Sinusitis adalah penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter seharihari, bahkan dianggap sebagai penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia. Sinusitis sering juga disebut sebagai rhinosinusitis. Sinusitis sendiri adalah suatu peradangan pada mukosa sinus paranasal yang disebabkan oleh adanya sumbatan atau blokade pada ostio-meatal complex. Penyebab terjadinya sumbatan sendiri bermaca-macam, antara lain adanya kelainan bentuk pada hidung, adanya deviasi septum, polip, hipertrofi konka , infeksi dari gigi ( dentogen) dan rinitis. Sinus paranasal adalah rongga yang terbentuk pada tulang kepala dan berhubungan dengan cavum nasi. Sinus paranasal terhubung dengan hidung melalui lubang yang disebut sebagai ostio-meatal complex. Sinus paranasal terbagi menjadi 4 yaitu, sinus maksila kiri dan kanan, sinus frontal kiri dan kanan, sinus etmoid anterior dan posterior, dan sinus sphenoid. Sinus maksila,sinus frontal dan sinis etmoid anterior bermuara pada meatus media, sementara sinus sphenoid dan sinus etmoid posterior bermuara pada meatus superior. Sinus paranasal dilapisi oleh mukosa yang sama dengan mukosa hidung oleh sebab itu sinusitis sering juga disebut sebagai rhinosinusitis. Sinusitis maksilaris adalah sinusitis yang paling banyak ditemui dibandingkan dengan sinusitis yang lain. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti letak anatomis sinus maksilaris dan bahwa sinusitis maksilaris adalah sinus paranasal yang paling besar dan dasarnya terletak lebih rendah daripada meatus media . Sinus maksila sudah terbentuk sejak seseorang lahir, dan pada umumnya perkembangannya mencapai volume maksimal pada usia remaja. Sinusitis maksilaris dapat terjadi secara bilateral maupun unilateral, pada umumnya pasien sinusitis maksila datang dengan keluhan hidung tersumbat, nyeri di daerah pipi yang menjalar hingga ke gigi, dan adanya sekret hidung yang jatuh ke tenggorokan (post nasal dripping). Sinusitis maksilaris diklasifikasikan menjadi 3, yaitu sinusitis maksilaris akut, sinusitis maksilaris sub-akut dan sinusitis maksilaris kronik. Pada pembahasan yang berikutnya kita akan membahas secara lebih rinci tentang sinusitis maksilaris sebagai sinusitis dengan insidens tertinggi.

Bab II
Tinjauan pustaka
Anatomi dan fisiologi sinus maksilaris

Sinus paranasal adalah sinus yang berada di sekitar hidung. Bentuk dan ukurannya pun bervariasi. Ada 4 pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sphenoid.1 Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.1 Sinus maksila bermuara pada pada meatus media. Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa.1

Sinus maksila yang telah terbentuk sempurna mencapai dasar orbita dan terbentang dari premolar 1 hingga molar 3. Sinus maksila berbentuk piramid. Dinding anterior sinusnya ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-temporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung, dinding superiorna ialah dasar orbita.dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.1 Apapun fungsi asli sinus (tak pernah ada ketentuan yang pasti), sinus paranasal merupakan lanjutan langsung dari bagian traktus respiratorius bagian atas dan karenanya sering terlibat infeksi daerah tersebut. 3

Definisi sinusitis
Sinusitis adalah inflamasi mukosa sinus paranasal.1 Maka berdasarkan definisi tersebut sinusitis maksilaris adalah inflamasi mukosa sinus maksilaris.

Etiologi
Penyebab lokal antara lain adalah adanya penyakit adenotonsilar,atresia koana, diskinesia silia, dan barotrauma.4 Menurut penelitian bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophylus influenza, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, dan Moraxella catarrhalis.1,2,4

Faktor predisposisi sinusitis maksillaris akut


Semua keadaan anatomik atau fisiologik yang dapat menimbulkan sumbatan drainase dari sinus , menyebabkan stasis sekret, dan hal ini menyebabkan infeksi.3 Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada sindroma Kartagener, dan di luar negeri adalah penyakit fibrosis kistik.1

Penyebab lokal lain yang merupakan predisposisi terjadinya sinusitis adalah polip alergi dengan lokasi yang tidak menguntungkan.3 Infeksi apikal dari akar gigi yang menonjol ke dalam sinus maksila dapat menyebabkan infeksi. Hal ini terutama terjadi jika gigi yang terinfeksi seperti ini diangkat dan terjadi fistel ke dalam sinus maksila.3 Faktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.1

Klasifikasi sinusitis maksilaris akut


Konsensus internasional tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronuk jika lebih dari 8 minggu.1 Konsensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, sub-akut antara 4 minggu sampai 3 bulan, dan kkronik jika lebih dari 3 bulan.1

Patofisiologi sinusitis maxillaris akut


Sinusitis maksilaris akut biasanya terjadi menyusul suatu infeksi saluran napas atas yang ringan. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya edema pada ostio-meatal complex sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan mengakibatkan sumbatan pada ostium meatus media. Tersumbatnya ostium meatus media mengakibatkan terjadinya tekanan negatif dalam rongga sinus sehingga terjadilah transudasi serous. Hal ini dapat dianggap sebagai rhinosinusitis non bacterial dan biasanya dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan dalan beberapa hari. Namun jika kondisi tersebut menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus akan menjadi media bagi berkembangnya bakteri di dalam rongga sinus sehingga mengakibatkan terjadinya sinusitis maksilaris akut.1,2,6

Gejala dan tanda


Keluhan utama rinosinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai rasa nyeri/rasa tekanan pada muka dan ingus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip). Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila. Pada sinusitis maksila kadang-kadang ada nyeri alih ke gigi.1 Gejala terbagi menjadi dua yaitu : 1. Gejala subjektif

Gejala subjektif adalah gejala yang dirasakan/dikeluhkan oleh pasien. Gejala subjektif sinusitis maksilaris akut antara lain adalah nyeri di daerah pipi, sakit kepala hebat yang tidak hilang dengan beristirahat, nyeri tekan di daerah sinus maksilaris, malaise, nyeri gigi pada gerakan kepala, dan gangguan penghidu ( anosmia ).1,2,3,4,5 2.Gejala objektif Gejala objektif adalah gejala yang dapat dilihat oleh pemeriksa. Gejala objektif sinusitis maksilaris meliputi, demam, oedema di kulit di bagian maksila, pus di meatus media, dan transiluminasi terlihat suram.1,2,3,4,5

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso-endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang leih tepat dan dini.1 Selama berlangsungya sinusitis maksilaris akut, pemeriksaan fisik akan mengungkapkan adanya pus dalam hidung, biasanya dari meatus media, atau pus atau sekret mukopurulen dalam nasofaring. Sinus maksilaris terasa nyeri pada palpasi dan perkusi. Pada pemeriksaan transiluminasi sinus, transiluminasi berkurang bila sinus penuh cairan. Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Transiluminasi sinus memberikan informasi yang objektif atas kondisi sinus maksila dan frontal. Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunaannya.1,2,3 a. Anamnesis Pada anamnesis pada umunya ditemui keluhan berupa : 1) Nyeri yang menjalar dari pipi hingga ke gigi, terutama pada bagian molar dan premolar 2) sakit kepala, pada pasien sinusitis biasanya sakit kepala tidak bertambah ringan dengan memejamkan mata. 3) Adanya gangguan penghidu, rasa penuh dan tersumbat pada hidung, namun sekret tidak dapat keluar.

4) Post nasal dripping, yaitu jatunhya sekret hidung ke tenggorokan. Gejala yang dikeluhkan oleh tiap-tiap pasien biasanya bervariasi dan tidak selalu sama. Namun secara umum adanya gejala-gejala tersebut dapat menjadi acuan untuk mencurigai bahwa pasien menderita sinusitis maksilaris akut.1,3,4,5

b. Pemeriksaan fisik Jenis pemeriksaan hidung dan sinus paranasalis terdiri atas : 1) Pemeriksaan dari luar, yang bisa didapati dalam pemeriksaan ini adalah adanya nyeri tekan di daerah sinus maksilaris, adanya oedema kulit ringan, nyeri perkusi di daerah sinus maksilaris, dan ada tidaknya kelainan bentuk hidung . 2) Rinoskopi anterior, bisa didapati adanya pus dari meatus media, pada pasien rhinosinusitis didapati mukosa hidung oedema dan hiperemis. 3) Pemeriksaan transiluminasi, bisa didapati hasil yang suram. Namun kesuraman pada hasil permeriksaan transiluminasi tidak selalu berarti sinusitis. 4) Pemeriksaan sinuscopy

c. Pemerisaan radiologi Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan adalah foto polos dengan posisi waters, PA, dan lateral, umumnya hanya mampu menilai sinus maksila dan frontal. Gold standard untuk diagnosis sinusitis adalah CT-scan.1

a. Foto sinus normal tampak depan, b. Foto sinus normal tampak samping

c.foto sinusitis maksilaris

Diagnosis banding
Diagnosis banding sinusitis maksilaria akut meliputi : sinusitis maksilaris kronik, polip, tumor maligna dan benigna hidung , tumbuhya gigi molar 3.5

Penatalaksanaan
Tujuan terapi sinusitis ialah 1) mempercepat penyembuhan; 2) mencegah komplikasi; dan 3) mencegah perubahan menjadi kronik.1 A. Terapi medikamentosa Sinusitis maksilaris akut umumnya diterapi dengan antibiotik spektrum luas seperti amoksisilin, ampisilin, penisilin-G atau eritromisin lus sulfonimid, dengan alternatif lain berupa amoksilon/klavulanat, sefaklor, sefuroksim, dan trimetropimplus sulfonamid. Dekongestan seperti pseudoefedrin juga bermanfaat, dan tetes hidung poten seprti fenilefrin (Neo-Synephrine) atau oksimetazolin dapat digunakan selama beberapa hari pertama infeksi namun kemudian harus dihentikan.1,2,4,5 B. Terapi non-bedah Irigasi sinus maksila, dilakukan melalui ostium antrum, menggunakan kanula antrum dari Pierce. Setelah daerah di bawah pertengahan konka media dianestesi, kanul dimasukan ke arah atas dan belakang dengan ujung bengkoknya pada posisi vertikal.

C. Terapi bedah Terapi bedah dengan cara Caldwell-Luc

Bedah sinus endoskopi fungsional Tampon Argyrol Lavase

Komplikasi
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukan antibiotik. Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut.1 Komplikasi yang dapat terjadi antara lain Eksoftalmus, Nyeri orbita, Pembengkakan kelopak mata, Selulitis dan abses orbita, Sindroma fisura orbitalis superior, Osteomielitis dari maksila superior, Mucocoele, Ekspansi sinus maksilaris, Komplikasi gigi, Kelainan intrakranial, dan kelainan paru.1,2,3,4,5,8

Bab III
Kesimpulan dan saran

Kesimpulan
Sinusitis maksilaris akut adalah peradangan mukosa sinus yang terjadi pada sinus maksila yang terjadi dalam waktu belum melebihi 3 minggu. Sinusitis maksilaris akut dapat disebabkan oleh rinitis,barotrauma,infeksi bakteri dan infeksi gigi. Pada sinusitis maksilaris akutdapat ditemui gejala klinis berupa pus yang keluar dari meatus media, mukosa hidung hiperemis, nyeri di sekitar sinus maksila yang dapat menjalar sampai ke gigi, rasa penuh di pipi, rasa penuh di hidung, post nasal dripping, gangguan penghidu, nyeri tekan dan nyeri perkusi. Terapi yang dapat diberikan adalah terapi medikamentosa dengan penggunaan antibiotik dan dekongestan baik oral ataupun topikal selama 10 hari. Terapi invasif non-bedah seperti irigasi sinus dan terapi operatif.

Saran
Sebaiknya penanganan sinusitis maksilaris akut tidak ditunda-tunda, agar sinusitis tidak berubah menjadi kronik. Bagi pasien yang menderita sinusitis yang disebabkan oleh rinitis, sebainya menjauhi faktor- faktor yang memicu rinitisnya juga.

Daftar pustaka
1. Buku ajar THT UI 2. Buku ajar penyakit THT Boies 3. Ballenger 4. Disease of sinuses 5. Penyakit telinga hidung dan tenggorokan 6. Disease if the nose,throat,and ear and headand neck 7. Lang anatomy 8. The complication of sinusitis 9. Teknik pemeriksaan telinga hidung dan tenggorokan 10. www.google .co.id/picture

Anda mungkin juga menyukai