Anda di halaman 1dari 72

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika sebagai ilmu dasar baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya mempunyai peranan penting dalam segala jenis dimensi kehidupan. Tujuan pembelajaran matematika secara nasional menggambarkan pentingnya pelajaran matematika sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum 2006, yaitu : 1 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luas, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4 Mengkomunikasikan gagasan dan simbol, tabel, diagram atau media lain

untuk memperjelas masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).

Memperhatikan tujuan pembelajaran matematika berdasarkan Depdiknas, 2006 di atas diperoleh petunjuk bahwa matematika merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari dari tingkat pendidikan dasar sampai menengah. Matematika juga merupakan pengetahuan dasar yang menunjang keberhasilan dalam menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Pentingnya penguasaan terhadap matematika memberikan andil bagi pencapaian tujuan pendidikan secara umum yaitu pembentukan manusia yang mampu berfikir logis, sistematis dan cermat serta berfikir objektif dan terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan. Memahami tujuan pembelajaran matematika tersebut maka sudah sewajarnyalah pelajaran matematika seharusnya disenangi oleh siswa yang diwujudkan dengan hasil belajar yang baik. Untuk mencapai hasil belajar yang baik dibutuhkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung secara edukatif. Interaksi atau hubungan timbal balik antar guru dan siswa merupakan cara utama untuk kelangsungan proses pembelajaran. Dari tujuan pembelajaran matematika di atas tujuan pembelajaran matematika pada intinya pembelajaran matematika melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan dalam menarik kesimpulan, kreatif, mampu menyelesaikan masalah, dan pembentukan keterampilan matematika untuk mengubah tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa akan terlihat pada akhir proses pembelajaran yang mengacu pada hasil belajar. Hasil belajar

dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses pembelajaran (Sudjana, 2002). Berdasarkan peranan penting dan tujuan pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka diharapkan kepada siswa agar dapat memahami dengan baik materi-materi pembelajaran matematika yang telah diberikan selama mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman dan pengusaan siswa adalah melalui hasil belajar matematikanya. Penguasaan materi siswa tersebut dapat dilihat melalui hasil belajar matematika yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran matematika (Sudjana, 2004). Hasil belajar matematika yang diharapkan setiap sekolah adalah hasil belajar yang mencapai ketuntasan belajar matematika. Ketuntasan tersebut dapat dilihat dari skor hasil belajar yang diperoleh setelah mengikuti proses belajar matematika. Siswa dikatakan tuntas apabila skor hasil belajar matematika siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (Depdiknas, 2006). Agar tercapainya tujuan pembelajaran tersebut, hendaknya seorang guru dapat menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa memahami makna dari bahan-bahan pelajaran melalui proses balajar dan menyimpan dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut (Piaget dalam Lie, 2002). Selanjutnya keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dengan variasi metode dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa (Slameto, 2003). Proses pembelajaran atau

pembelajaran kompetensi dikatakan berhasil atau bermutu apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (7 5%) siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2005). Kenyataan menunjukkan bahwa, berdasarkan data dari guru matematika SMP PGRI Pekanbaru bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VIII-C pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 belum sesuai dengan yang diharapkan. Masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 60. Data tersebut dapat dilihat dari tabel 1 di bawah ini, dengan jumlah siswa 44 orang. Tabel 1. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-C SMP PGRI Pekanbaru Semester Ganjil Tahun Ajaran 2009/2010
No 1. 2. 3 4 5.

Materi Poko Faktorisasi Aljabar Fungsi Persamaan Garis Lurus Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Dalil Phytagoras

Jumlah Siswa Yang Tuntas 20 21 23 18 19

Persentas e ketuntasa 45,4 % 47,7 % 52,2% 40,9 % 43,1%

Lebih lanjut guru bidang studi matematika kelas VIII-C SMP PGRI Pekanbaru menyatakan bahwa, rendahnya hasil belajar matematika siswa SMP PGRI Pekanbaru khususnya kelas VIII-C disebabkan oleh : kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan, siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran, pada saat diberikan tugas banyak siswa yang hanya mencontoh pekerjaan temannya dan tidak berusaha menyelesaikan sendiri, kurangnya keaktifan siswa dalam mengkomunikasikan ide atau pendapatnya. Hal ini menyebabkan terciptanya suasana yang tidak mendukung proses pembelajaran.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, peneliti melihat pada saat proses pembelajaran guru tidak ada memotovasi siswa pada awal pembelajaran dan seharusnya guru menegur siswasiswanya, jika ada siswa yang tidak memperhatikan materi pelajaran. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh guru matematika untuk memperbaiki hasil belajar matematika. Salah satu usaha yang dilakukan oleh guru adalah membentuk kelompok siswa dalam menyelesaikan latihan yang diberikan, namun kelompokkelompok tersebut tidak terorganisir dengan baik, hal ini diduga karena dalam kelompok belajar hanya berpusat pada siswa yang aktif dan pintar, sementara siswa yang lain kurang berperan aktif. Dan pada awal pertemuan guru tidak pernah memberi motivasi kepada siswa, sehingga siswa kurang tertarik untuk mengikuti materi pelajaran dan guru tidak memberi tahukan apa manfaatnya kita mempelajari materi pelajaran yang diajarkan. Menurut Djamarah dan Zain (2002) keberhasilan proses belajar dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam aktivitas belajar. Slameto (2003) juga mengatakan bahwa proses pembelajaran yang efektif dapat dicapai bila guru menggunakan strategi pembelajaran yang baik. Mengingat pentingnya penguasaan matematika oleh siswa maka guru perlu berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melakukan beberapa usaha perbaikan, terutama dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, efektif, dan menyenangkan bagi siswa. Sehingga siswa tertarik untuk mengikuti proses belajar mengajar.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menumbuhkan sendiri

7 minat belajar siswa untuk tertarik belajar. Oleh karna itu peneliti ingin melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran Quantum Teaching dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Hubungan dinamis yang tercipta berguna untuk menarik keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (Deporter dkk, 2000). Quantum Teaching adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar (Deporter dkk, 2000). Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi ilmu yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang pembelajaran menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar (Deporter, dkk, 2000). Menurut Deporter (2000) Kerangka pembelajaran TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) dalam model pembelajaran Quantum Teaching mencerminkan gaya mengajar progresif dan menjamin siswa menjadi tertarik, karena kerangka TANDUR memastikan bahwa mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi diri mereka dan mencapai sukses. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VIII-C SMP PGRI Pekanbaru

setelah menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-C SMP PGRI Pekanbaru. D Rumusan Masalah Rumusan dalam masalah penelitian ini adalah Apakah model Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas VIII-C SMP PGRI Pekanbaru khususnya pada materi pokok prisma dan limas pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010 ? . E Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa VIII-C SMP PGRI Pekanbaru khususnya pada materi pokok prisma dan limas semester genap tahun pelajaran 2009/2010. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1 Bagi guru, sebagai salah satu alternatif pembelajaran bagi guru bidang studi matematika untuk menggunakan penerapan model Quantum Teaching sehingga dapat menvariasikan model pembelajaran pada proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII-C SMP PGRI Pekanbaru pada materi prisma dan limas. 2 Bagi siswa, melalui penerapan model Quantum Teaching diharapkan dapat meningkatkan perhatian terhadap materi yang diajarkan dalam pelajaran matematika sehingga dapat memahami materi yang diajarkan sehingga

mengakibatkan meningkatnya hasil belajar matematika siswa kelas VIII-C SMP PGRI Pekanbaru. 3 Bagi sekolah SMP PGRI Pekanbaru, penerapan model Quantum Teaching dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menetapkan suatu kebijakan dalam upaya memperbaiki mutu pendidikan. 4 Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam penelitian selanjutnya dengan cakupan yang lebih luas.

10

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Hasil Belajar Matematika Tugas utama dari seorang siswa adalah belajar. Menurut Baharuddin dan Wahyuni (2008) belajar adalah memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman dan mendapatkan informasi atau menemukan. Usman (2008) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu dan individu dengan lingkungannya. Belajar menurut Slameto (2003) adalah sustu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri dengan lingkungannya. Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa belajar adalah proses yang terjadi sebagai suatu pengalaman sehingga menyebab terjadinya perubahan tingkah laku. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Sudjana, 2004). Menurut Dimyati, dkk (2006) hasil belajar adalah usaha seseorang untuk menguasai bahan pelajaran yang diberikan atau suatu kegiatan yang disengaja melalui suatu proses sehingga menghasilkan suatu perubahan. Perubahan itu bisa langsung dirasakan oleh siswa dan guru. Pendapat lain mengenai hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesankesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar (Djamarah dan Zain, 2002).

11

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan usaha seseorang untuk menguasai bahan pelajaran yang diberikan atau suatu kegiatan yang disengaja melalui suatu proses yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap sehingga menghasilkan suatu perubahan. Hasil belajar matematika pada penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki siswa yang terlihat dari nilai yang diperoleh siswa dalam bentuk skor atau angka pada materi pokok Prisma dan Limas setelah diterapkannya model Quantum Teaching.
B. Model Pembelajaran Quantum Teaching

DePorter, dkk (2000) mengatakan model Quantum Teaching adalah model yang digunakan dalam rancangan, penyajian dalam belajar yang dirangkai menjadi sebuah paket yang multi sensoris, multi kecerdasan, dan kompatibel dengan otak, mencakup petunjuk yang spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Hasil penelitian yang dilakukan Bobbi Deporter, dkk (2000) di supercamp dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching diperoleh hasil penelitian bahwasanya 73% dapat meningkatkan hasil belajar anak, 68% dapat meningkatkan motivasi, 81% dapat meningkatkan percaya diri, 84% dapat meningkatkan harga diri, dan 98% meningkatkan keterampilan. Keunggulan dari Quantum Teaching ini adalah model pembelajaran ini secara jitu mengidentifikasikan strategi belajar mengajar yang kompetibel dengan otak. Dengan format yang mudah sehingga menciptakan suatu lingkungan belajar yang

12

meriah. Quantum Teaching memberikan sugesti agar guru dan siswa timbul rasa idealis, gairah, dan cinta belajar belajar mengajar dengan model Quantum Teaching. Quantum Teaching berasaskan pada bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka (DePorter dkk, 2000) artinya seorang guru harus dapat memasuki dunia muridnya untuk mendapat hak mengajar. Tindakan ini akan memberikan guru izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya dengan mengaitkan apa yang guru ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, guru dapat membawa murid kedalam dunia guru, dan memberi informasi sesuai apa yang ia miliki serta membangun pengetahuan siswa. Quantum Teaching mempunyai lima prinsip yaitu: (a) segalanya berbicara (b) segala bertujuan (c) pengalaman sebelum pemberian nama (d) akui setiap usaha (e) jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan (DePoter 2000). Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dan kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran semuanya mengirim pesan tentang belajar, semua yang terjadi dalam perubahan kita mempunyai tujuan, otak berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan digerakkan rasa ingin tahu, sehingga proses belajar paling baik terjadi jika siswa telah mengalami informasi sebelum memperoleh nama untuk apa mereka pelajari, siswa patut mendapat pengakuan atas

13

kecakapan dan kepercayaan diri mereka, perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi dengan belajar (DePorter, 2000). Dalam pelaksanaan model Quantum Teaching di dalam kelas menggunakan kerangka TANDUR menurut DePorter, 2000 adalah sebagai berikut: 1
Tumbuhkan

Tumbuhkan minat dengan memuaskan Apakah Manfaatnya Bagi Ku (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar. Seorang guru harus mampu menciptakan suasana yang meriah, dengan suasana ini guru harus mampu menumbuhkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran tersebut, serta memanfaatkan pengalaman mereka agar proses belajar berjalan dengan baik. (Sardiman, 2006) mengatakan bahwa seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, belajar ini perlu ada dorongan motivasi yang menyangkut dalam dua hal (1) mengetahui apa yang akan terjadi dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut diperlajari. Kemudian ia mengatakan bahwa hasil belajar itu akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. 2
Alami

Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Pengalaman siswa yang telah ada akan menciptakan ikatan emosional. Dengan pengalaman ini guru dapat memberikan informasi yang dapat membantu siswa dalam menterjemahkan pengalaman tersebut dan mengetahui keingintahuan siswa dengan pengalaman itu.

14

Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukkan. Setelah membuat siswa penasaran dan penuh pertanyaan, dengan pengalaman mereka, saat inilah guru besama siswa memberikan identitas, penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan untuk keterampilan berpikir dan strategi belajar. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Yang biasanya dimulai dengan isi pelajaran . 4
Demonstrasikan

Sediakan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Setelah mengaitkan pengalaman dan namai tadi, dengan cara menunjukkan dan melakukan, siswa diberi kesempatan yang sama untuk membuat kaitan berlatih dan menunjukkan apa yang mereka ketahui. Demonstrasi dalam proses belajar berguna untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu dan dapat mengimplementasi, memperjelas apa yang diuraikan, baik secara verbal maupun secara tekstual. 5
Ulangi

Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, Aku tahu karna aku memang tahu ini.Seusai siswa memperagakan sebagai bukti ia dapat melakukannya, guru harus dapat memastikan bahwa siswa tersebut sudah menguasainya, untuk memastikannya, dapat mengulanginya dalam bentuk latihan. Sardiman (2006) mengatakan bahwa mengulangi sesuatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari, kemampuan para siswa untuk mengingat materi akan semakin 3. Namai

15 bertambah. Mengulangi atau memeriksa dan mempelajari kembali apa yang

16

dipelajari, maka kemungkinan untuk mengingat bahan pelajaran menjadi lebih besar.
6. Rayakan

Perayaan Memberikan rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan, kesuksesan. Memberikan pujian, hadiah adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motifasi yang baik. Oleh karna itu, ia harus dilakukan dengan tepat sehingga memupuk suasana menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri(Sardiman , 2006).
C. Penerapan Model Quantum Teaching

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching di dalam pembelajaran dilaksanakan melalui beberapa tahap sebagai berikut : 1. Pendahuluan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap pendahuluan adalah: a b Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru memberikan motivasi kepada siswa (Tumbuhkan).

c. Guru meminta siswa menceritakan pengalaman yang dialami yang berhubungan dengan materi (Alami). 2. Kegiatan Inti a b Guru menyajikan materi (menjelaskan) pelajaran (Namai) Guru memberikan LKS pada masing-masing siswa untuk dikerjakan dan membimbing siswa dalam mengerjakannya (Demonstrasi) c d Guru bersama siswa membahas LKS (Demonstrasi) Guru memberikan latihan lanjutan kepada siswa (Ulangi).

17

e. Bagi siswa yang dapat mengerjakan latihan lanjutan, diminta untuk menunjukkan hasil kerjanya (Ulangi). 3. Kegiatan Akhir a Guru memberikan pujian kepada siswa yang mampu mengerjakan latihan lanjutan (Rayakan). a Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari (Rayakan). c. Guru memberikan pekerjaan rumah. D. Hubungan Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching dengan Hasil Belaj ar Syah (2000) menyatakan bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam belajar matematika sangat dipengaruhi oleh model dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa guru haruslah tepat memilih model dan metode pembelajaran yang akan disampaikan pada siswa dan sesuai dengan materi yang akan dipelajarinya. Selain itu, pemilihan model dan metode pembelajaran yang tepat juga akan dapat meningkatkan semangat belajar siswa sehingga siswa menyukai pelajaran matematika. Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam rangka memilih model pembelajaran yang tepat bagi siswa adalah dengan menerapkan model Quantum Teaching. Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model Quantum Teaching.

18

Dalam penelitian ini, model Quantum Teaching mempunyai kerangka tandur (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan) memiliki faktor yang mendukung dalam pencapaian hasil belajar yang baik sesuai KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Pada tumbuhkan, guru mengajukan masalah nyata yang berkaitan dengan pengalaman siswa sehari-hari. Dengan demikian muncul rasa keingintahuan dalam diri siswa. Oleh karena itu, guru semestinya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam dirinya. Pada alami, setelah diberi rangsangan yang diberikan guru, siswa merasakan masalah tersebut sudah pernah ia alami. Apabila siswa sudah memiliki pengalaman. Maka tugas seorang guru mengajak siswa dalam memahami suatu konsep agar lebih mudah dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada namai, dari pengalaman siswa, siswa diajak untuk memberi identitas pengalaman, mendefinisikan, dan mengorganisasikan. Dengan menamai, siswa dapat lebih memahami konsep yang ingin disampaikan oleh guru. Pada demonstrasi, siswa diberi kesempatan untuk menunjukkan

kemampuannya. Demonstrasi dalam proses belajar berguna untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu dan dapat mengimplementasi, memperjelas apa yang diuraikan, baik secara verbal maupun secara tekstual. Pada ulangi, setelah siswa menguasai materi yang diajarkan perlu dilakukan pengulangan atau pengecekkan terhadap pemahaman siswa tentang materi pelajaran

19

yang telah dipelajari. Hal ini untuk memperdalam ingatan siswa tentang materi yang telah dipelajari. Pada rayakan, perayaan memberikan rasa puas atas usaha yang telah dilakukan siswa. Perayaan dapat berupa pujian, hadiah atau lain-lain. Hal ini meruapakan tindakan yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model Quantum Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menjadi faktor pendukung hasil belajar yang baik. Dengan minat, rasa keingintahuan, keikutsertaan dalam mencari suatu konsep kemudian mendemonstrasikannya, maka pengetahuan yang diperoleh akan lebih mudah dipahami dan akan mudah diingat. Dengan menerapkan pembelajaran model Quantum Teaching dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa untuk belajar, sehingga nantinya hasil belajar siswa menjadi meningkat.
E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitan ini adalah dengan penerapan model Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas VIII-C SMP PGRI Pekanbaru tahun pelajaran 2009/2010 pada materi pokok prisma dan limas.

20

BAB III METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelasVIII-C SMP PGRI Pekanbaru pada

semester genap tahun pelajaran 2009/2010. A Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut

Sukayati (2001) bahwa PTK adalah suatu penelitian yang praktis yang bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas secara propesional. PTK terkait erat dengan persoalan praktek pembelajaran yang dialami guru sehari-hari. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu peneliti dan guru

21

bekerjasama dalam proses pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti sendiri dan guru sebagai pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Tindakkan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penerapan model Quantum Teaching. C
Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di kels VIII-C SMP PGRI Pekanbaru pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII 1 SMP PGRI Pekanbaru sebanyak 44 orang dengan kemampuan akademis yang heterogen. D
Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari dua siklus. Berdasarkan Arikunto (2008), mengatakan bahwa model penelitian tindakan kelas(PTK), yaitu (1) perencanaan,(2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Siklus dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan terlihat pada gambar berikut :

Refleksi

SIKLUS I Pengamatan Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi Awal Perencanaan

22

Refleksi

SIKL US II

Pelaksanaan

23 Pengamatan

24 Gambar 1: Bagan Siklus PTK

25

Kegiatan yang dilakukan pada tiap tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Refleksi awal Tahap pertama dimulai dengan refleksi awal yang telah dikemukakan pada latar belakang. Hasil refleksi awal menunjukkan bahwa pembelajaran dilakukan masih terpusat pada guru sehingga dalam proses pembelajaran siswa hanya menerima informasi dari guru.

Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti merancang perangkat pembelajaran seperti, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP), LKS, lembar pengamatan, serta merencanakan tes hasil belajar siswa.

Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari perencanaan. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah upaya memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model Quantum Teaching.

Pengamatan Bertujuan untuk menentukan apakah ada hal-hal yang harus segera diperbaiki agar tindakan sesuai dengan yang ingin dicapai. Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung dan sebagai pengamat adalah guru yang lain.

26

5. Refleksi Refleksi dilakukan setelah tindakan berakhir yang merupakan perenungan bagi guru atau peneliti atas dampak dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini akan menimbulkan pertanyaan yang bisa dijadikan sebagai acuan berhasil atau tidaknya tindakan tersebut. Hasil refleksi ini dapat dijadikan pertimbangan untuk merencanakan tindakan baru pada pelaksanaan pembelajaran selanjutnya.

E. Instrumen Penelitian a. Perangkat pembelajaran Perangkat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP), dan lembar kerja siswa. 1 Silabus

Silabus disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut maka silabus pembelajaran matematika dimulai identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, indikator, kegiatan pembelajaran, penilaian yang terdiri dari jenis tagihan, bentuk tagihan dan contoh instrumen, serta alokasi waktu dan sumber belajar. 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun secara sistematis yang berisi : Identitas (Nama Sekolah, Mata Pelajaran, Kelas/Semester, standar kompetensi,

27

kompetensi dasar, indikator dan alokasi waktu), Tujuan Pembelajaran, materi ajar, Sumber/Alat, model dan metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran yang memuat kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini berfungsi sebagai acuan peneliti dalam melaksanakan satu kali proses pembelajaran. Dalam penelitian ini dibuat RPP sebanyak 6 untuk setiap kali pertemuan. Tujuannya agar proses pembelajaran berjalan sebagaimana semestinya sesuai dengan silabus yang disusun. 3 Lembar Kerja Siswa (LKS)

Setiap pertemuan akan membahas satu lembar kerja siswa, jadi jumlah LKS yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 6 untuk setiap kali pertemuan. LKS yang digunakan dalam proses pembelajaran bertujuan untuk mengecek tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan dan tidak dinilai melainkan diberi penguatan bagi yang berhasil dan diberi bimbingan bagi yang mengalami kesulitan. Setiap lembar kerja siswa memuat wacana singkat mengenai materi yang akan dipelajari, alat/sumber yang digunakan siswa, kegiatan pembelajaran, langkahlangkah kegiatan yang harus diselesaikan oleh siswa, dan kesimpulan. 3 Lembar Tugas Siswa (LTS)

LTS merupakan lembar tugas yang diberikan kepada siswa yang bertujuan untuk menambah pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Dengan mengerjakan LTS siswa mampu menerapkan konsep yang telah diperoleh sehingga siswa

28 mampu menyelesaikan permasalahan secara individu. Banyaknya LTS yang dibuat dalam penelitian ini berjumlah 6 untuk setiap kali pertemuan.

b. Instrumen pengumpul data

29

Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data tentang aktivitas siswa dan guru serta data tentang hasil belajar matematika siswa selama proses pembelajaran. Data tersebut dapat dikumpulkan melalui: 1 Lembar pengamatan Lembar pengamatan disusun berdasarkan penerapan model Quantum
Teaching. Lembar pengamatan yang digunakan adalah lembaran pengamatan terfokus

yang ditujukan untuk melihat kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga dapat diperbaiki pada siklus

pembelajaran berikutnya. 2 Tes hasil belajar siswa Data tentang hasil belajar matematika siswa diperoleh setelah proses pembelajaran berlangsung dengan mengugunakan tes hasil belajar matematika pada materi pokok prisma dan limas. Tes hasil belajar dibuat berdasarkan kisi-kisi (lampiran F) penulisan soal tes hasil belajar yang mengacu pada indikator yang ingin dicapai. Tes diberikan pada ulangan harian I dan ulangan harian II.
F. Teknik Pengumpulan data

1. Teknik Observasi Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara melakukan observasi kelas yang dilakukan pengamat. Observasi ini dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan cara mengisi lembar pengamatan yang telah

30 disediakan untuk setiap kali pertemuan. Pengisian lembar pengamatan pada aspek guru dilakukan dengan cara menuliskan kesalahan

b. Instrumen pengumpul data

31

kesalahan yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran untuk dapat diperbaiki di pertemuan selanjutnya. 2. Teknik Tes Data tentang hasil belajar matematika siswa dikumpulkan melalui tes tertulis berupa ulangan harian pada materi pokok bangun ruang. Ulangan harian terdiri ulangan harian I dan ulangan harian II. Ulangan harian I dilaksanakan pada pertemuan keempat, memuat materi ruang prisma. Ulangan harian II dilaksanakan pada pertemuan kedelapan, memuat materi bangun limas. Tes tertulis ini dilakukan untuk menilai keberhasilan dari tindakan. G. Teknik Analisis Data. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan maupun tes hasil belajar matematika siswa kemudian dianalisis. Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan data tentang aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dan data tentang ketuntasan hasil belajar matematika siswa pada materi pokok Prisma dan Limas. 1. Analisis Data tentang Aktivitas Guru dan Siswa Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dan ketercapaian KKM. Analisis data tentang aktivitas guru dan siswa didasarkan pada lembar pengamatan selama proses pembelajaran. Pada lembar pengamatan akan terlihat kekurangankekurangan pada saat pelaksanaan tindakan. Kekurangan tersebut akan direfleksikan dan diperbaiki pada pertemuan berikutnya. Kemudian data tersebut

32

dianalisis secara kualitatif guna melihat kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan tindakan. 2.
Analisis Keberhasilan Tindakan

Analisis keberhasilan tindakan merupakan analisis data hasil tes ulangan harian I pada materi Prisma dan ulangan harian II pada materi Limas. Sebagai tolok ukur perkembangan nilai siswa, juga dikumpulkan hasil tes skor dasar pada materi pokok Kubus dan Balok yang diperoleh dari guru bidang studi matematika subjek penelitian ini. Adapun analisis keberhasilan tindakan pada penelitian ini terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, antara lain : a Analisis Ketercapaian KKM Indikator Analisis data tentang ketercapaian kriteria ketuntasan indikator pada materi prisma, dan limas dilakukan dengan melihat hasil belajar siswa secara individual yang diperoleh dari ulangan harian I dan ulangan harian II. Skor ulangan harian siswa untuk setiap indikator dihitung dengan menggunakan rumus berikut. Skor ________ 100 = SM Dimana: SP = skor yang diperoleh siswa SM = skor maksimal Pada penelitian ini siswa dikatakan telah mencapai kriteria ketuntasan untuk setiap indikator apabila siswa mencapai skor 60 pada setiap indikator. a Analisis Ketercapaian KKM Analisis data tentang ketercapaian KKM pada materi pokok Prisma dan Limas
SP

dilakukan dengan membandingkan banyak siswa yang mencapai KKM pada skor dasar

33 dan banyak siswa yang mencapai KKM pada skor hasil belajar siswa

34

yang menerapkan model Quantum Teaching yaitu skor ulangan harian I dan ulangan harian II. Pada penelitian ini siswa dikatakan mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah apabila memperoleh hasil belajar lebih dari atau sama dengan 60.

c.

Analisis Distribusi Frekuensi dan Poligon Frekuensi Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum tindakan

dengan hasil belajar siswa setelah tindakan yaitu ulangan harian I dan ulangan harian II. Frekuensi siswa yang bernilai rendah menurun dari skor dasar ke ulangan harian I dan dari ulangan harian I ke ulangan harian II atau sebaliknya frekuensi siswa yang bernilai tinggi meningkat dari skor dasar ke ulangan harian I dan dari ulangan harian I ke ulangan harian II. Demikian juga dengan gambar poligon frekuensi, peningkatan hasil belajar tampak jika grafik skor ulangan harian I dan ulangan harian II semakin naik apabila dibandingkan dengan skor dasar. Gambar poligon frekuensi merupakan bentuk penyajian dari tabel daftar distribusi frekuensi skor dasar ulangan harian I dan ulangan harian II.
3. Keberhasilan Tindakan

Peningkatan hasil belajar matematika siswa dapat dilihat dengan perolehan nilai hasil belajar siswa secara individu. Analisis pencapaian KKM dilakukan dengan membandingkan nilai hasil belajar dengan KKM yang telah ditetapkan

35

sekolah. Pada penelitian ini siswa dikatakan mencapai KKM apabila perolehan nilai hasil belajar 60. Menurut Suyanto (1997), apabila skor hasil belajar siswa setelah tindakan lebih baik, maka dapat dikatakan bahwa tindakan berhasil. Akan tetapi, jika tidak ada bedanya, dan bahkan lebih buruk maka tindakan belum berhasil. Dengan kata lain, jika hasil belajar siswa yang mencapai KKM meningkat maka tindakan dikatakan berhasil. Oleh karna itu, hasil belajar matematika siswa dikatakan meningkat jika jumlah siswa yang mencapai KKM setelah tindakan lebih banyak dibandingkan sebelum tindakan.

36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Tindakan Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah penerapan model Quantum
Teaching dalam pembelajaran matematika. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini

melalui beberapa tahap yaitu: 1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, peneliti telah menghasilkan instrumen penelitian yang terdiri dari perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpul data. Perangkat pembelajaran terdiri dari silabus (lampiran A), rencana pelaksanaan pembelajaran (lampiran B) yang disusun untuk enam kali pertemuan, lembar kerja siswa (lampiran C), dan lembar tugas siswa (lampiran D) untuk setiap kali pertemuan. Instrumen pengumpul data yang digunakan adalah lembar pengamatan (lampiran E) untuk setiap kali pertemuan dan tes hasil belajar matematika yang terdiri dari kisi-kisi penulisan soal ulangan harian I dan II (lampiran F), naskah soal ulangan harian I dan II (lampiran G), serta alternatif kunci jawaban (lampiran H).

37

Pada tahap ini ditetapkan juga kelas yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan model Quantum Teaching, yaitu kelas VIII-C SMP PGRI Pekanbaru, yang selanjutnya disebut kelas tindakan.

2.

Tahap Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Pelaksanaan proses pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Siklus pertama terdiri dari tiga kali pertemuan dan ulangan harian I. Siklus kedua terdiri dari tiga kali pertemuan dengan ulangan harian II. Siklus
Pertama:

Siklus pertama terdiri dari tiga kali pertemuan dan satu kali tes (ulangan harian I).
a. Pertemuan pertama (Senin, 19 April 2010)

Pada pertemuan ini, kegiatan pembelajaran membahas tentang unsur-unsur dan jaring-jaring prisma dengan berpedoman pada RPP 1 (lampiran B1), LKS 1 (lampiran C1) dan LTS 1 (lampiran D1). Sebelum pembelajaran dimulai peneliti menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah yang akan mereka lakukan selama proses pembelajaran dan guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan pertama ini. Selanjutnya peneliti memotivasi siswa dengan memberi beberapa informasi manfaat dari kita mempelajari materi ini (Tumbuhkan), selanjutnya guru menanyakan apakah meraka pernah melihat bendabenda yang berbentuk prisma didalam kehidupan sehari-hari. Langkah selanjutnya guru mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

38 dengan materi yang akan dipelajari dan mengajukan pertanyaan tentang materi persegi, persegi

39

panjang, dan teorema Phytagoras (Alami). Materi persegi, persegi panjang, dan teorema Phytagoras merupakan materi prasyarat pada materi pokok prisma dan limas. Selanjutnya peneliti menginformasikan materi pembelajaran tentang unsurunsur dan jaring-jaring prisma (Namai). Kemudian peneliti memberikan LKS 1 kepada setiap siswa, pada langkah ini, peneliti membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengisi LKS 1 (Demonstrasi). Karena LKS yang biasa mereka gunakan selama ini berbeda, maka banyak siswa yang bertanya kepada peneliti dan waktu belajar habis untuk mengerjakan LKS 1. Tahap berikutnya peneliti memberikan LTS 1 kepada masingmasing siswa dengan waktu yang telah ditentukan dan dikerjakan secara mandiri (Ulangi), pemberian LTS ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi ajar. Selama siswa mengerjakan LTS 1 peneliti berkeliling mengamati dan memperhatikan siswa dalam pengerjaan LTS 1. Setelah selesai mengerjakan LTS 1, peneliti meminta siswa mengumpulkan hasil kerjanya dan membahasnya di depan kelas. Bagi siswa yang mendapatkan poin atau nilai tertinggi, maka peneliti akan memberikan penghargaan berupa hadiah (Rayakan.). Pada langkah ulangi dan rayakan pada pertemuan pertama ini tidak terlaksana karena siswa belum terbiasa mengisi LKS dan waktu proses pembelajaran habis hanya untuk mengerjakan LKS 1 saja.
b. Pertemuan kedua (Selasa, 20 April 2010)

Pada pertemuan ini, kegiatan pembelajaran membahas tentang luas permukaan prisma berpedoman pada RPP 2 (lampiran B2), LKS 2 (lampiran C2) dan

40 LTS 2 (lampiran D2). Sebelum pembelajaran dimulai peneliti menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah yang akan mereka lakukan selama proses pembelajaran dan guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan kedua ini. Selanjutnya peneliti memotivasi siswa dengan memberi beberapa informasi manfaat dari kita mempelajari materi ini (Tumbuhkan), selanjutnya guru menanyakan apakah meraka pernah milihat kerangka dari atap rumah, dengan mengetahui kerangka atau jarring-jaring dari prisma kita bisa menentukan luas permukaan prisma. Langkah selanjutnya guru mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari dan mengajukan pertanyaan tentang materi persegi, persegi panjang, dan teorema Phytagoras (Alami). Materi persegi, persegi panjang, dan teorema Phytagoras merupakan materi prasyarat pada materi pokok prisma dan limas. Selanjutnya peneliti menginformasikan materi pembelajaran tentang luas permukaan prisma (Namai). Dalam tahap ini, peneliti merasa kurang bisa mengelola kelas dengan baik karena dilihat banyaknya siswa yang ribut ketika peneliti menginformasikan materi pembelajaran. Kemudian peneliti memberikan LKS 2 kepada setiap siswa, pada langkah ini, peneliti membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengisi LKS 2. Tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak mengerjakan LKS 2 (Demonstrasi). Pada tahap berikutnya peneliti memberikan LTS 2 kepada masing-masing siswa dengan waktu yang telah ditentukan dan dikerjakan secara individu (Ulangi), pemberian LTS 2 ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa

terhadap materi ajar. Selama siswa mengerjakan LTS 2 peneliti berkeliling mengamati

41 dan memperhatikan siswa dalam pengerjaan LTS 2. Setelah selesai mengerjakan LTS 2, peneliti meminta siswa mengumpulkan hasil kerjanya dan membahasnya didepan kelas. Bagi siswa yang mendapatkan poin atau nilai tertinggi, maka peneliti akan memberikan penghargaan berupa hadiah (Rayakan.).
c. Pertemuan ketiga (Senin, 26 April 2010)

Pada pertemuan ini, kegiatan pembelajaran membahas tentang volume prisma berpedoman pada RPP 3 (lampiran B3), LKS 3 (lampiran C3) dan LTS 3 (lampiran D3). Sebelum pembelajaran dimulai peneliti menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah yang akan mereka lakukan selama proses pembelajaran dan guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan ketiga ini. Selanjutnya peneliti memotivasi siswa dengan memberi beberapa informasi manfaat dari kita mempelajari materi ini (Tumbuhkan), selanjutnya guru menanyakan apakah meraka pernah milihat kolam renang yang berbentuk balok yang isinya penuh dengan air. Langkah selanjutnya guru mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari dan mengajukan pertanyaan tentang materi persegi, persegi panjang, dan teorema Phytagoras (Alami). Materi persegi, persegi panjang, dan teorema Phytagoras merupakan materi prasyarat pada materi pokok prisma dan limas. Selanjutnya peneliti menginformasikan materi pembelajaran tentang volume prisma (Namai). Dalam tahap ini, peneliti merasa kurang bisa mengelola kelas dengan baik karena dilihat banyaknya siswa yang ribut ketika peneliti menginformasikan materi pembelajaran dan ada beberapa siswa yang keluar masuk kelas.

Kemudian peneliti memberikan LKS 3 kepada setiap siswa, pada langkah ini,

42 peneliti membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengisi LKS 3. Tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak mengerjakan LKS 3 (Demonstrasi). Pada tahap berikutnya peneliti memberikan LTS 3 kepada masing-masing siswa dengan waktu yang telah ditentukan dan dikerjakan secara individu (Ulangi), pemberian LTS 3 ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi ajar. Selama siswa mengerjakan LTS 3 peneliti berkeliling mengamati dan memperhatikan siswa dalam pengerjaan LTS 3. Setelah selesai mengerjakan LTS 3, peneliti meminta siswa mengumpulkan hasil kerjanya dan membahasnya didepan kelas. Bagi siswa yang mendapatkan poin atau nilai tertinggi, maka peneliti akan memberikan penghargaan berupa hadiah (Rayakan.). d. Pelaksanaan ulangan harian I (Selasa, 27 April 2010) Pada pelaksanaan ulangan harian ini peneliti memberikan tes hasil belajar tentang materi pokok prisma ( lampiran I1). Tes dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Setelah tes berakhir semua kertas jawaban dikumpulkan. Refleksi Siklus Pertama: Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi peneliti dengan pengamat, pada siklus pertama ini masih ada perencanaan yang tidak sesuai, antara lain adalah : 1 Pengelolaan kelas yang kurang maksimal oleh peneliti menyebabkan

siswa ribut. 2 Alokasi waktu yang direncanakan pada beberapa langkah tidak

sesuai dengan waktu pelaksanaan.

43

Peneliti kurang memantau dan membimbing siswa sehingga beberapa siswa ada

yang tidak mengerjakan LKS. 4 Peneliti kurang tegas dengan siswa yang sering keluar

Rencana yang akan peneliti lakukan selanjutnya adalah: 1 2 Mengatur waktu seefisien mungkin agar sesuai dengan RPP Memantau dan membimbing siswa secermat mungkin dalam mengerjakan

LKS. 3 4 Mengusahakan agar mengelola kelas dengan baik sehingga siswa tidak ribut. Peneliti tidak mengizinkan siswa keluar selama jam mata pelajaran

matematika, kecuali dengan alasan yang jelas.


Siklus Kedua:

Siklus kedua dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan satu kali tes (ulangan harian II). a.
Pertemuan keempat (Senin, 03 Mei 2010)

Pada pertemuan ini, kegiatan pembelajaran membahas tentang unsur-unsur dan jaring-jaring limas dengan berpedoman pada RPP 4 (lampiran B4), LKS 4 (lampiran C4) dan LTS 4 (lampiran D4). Sebelum pembelajaran dimulai peneliti menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah yang akan mereka lakukan selama proses

pembelajaran dan guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan ini. Selanjutnya peneliti memotivasi siswa dengan memberi beberapa informasi

44 manfaat dari kita mempelajari materi ini (Tumbuhkan), selanjutnya guru

45

menanyakan apakah meraka pernah milihat benda-benda yang berbentuk limas didalam kehidupan sehari-hari. Langkah selanjutnya guru mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari dan mengajukan pertanyaan tentang materi persegi, persegi panjang, dan teorema Phytagoras (Alami). Materi persegi, persegi panjang, dan teorema Phytagoras merupakan materi prasyarat pada materi pokok prisma dan limas. Selanjutnya peneliti menginformasikan materi pembelajaran tentang unsur-unsur limas dan jaring-jaring limas (Namai). Namun, pada tahap ini masih ada siswa yang ribut dan tidak memperhatikan peneliti pada saat menginformasikan materi pembelajaran. Kemudian peneliti memberikan LKS 4 kepada setiap siswa. Pada langkah ini, peneliti membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengisi LKS 4

(Demonstrasi).Tahap berikutnya peneliti memberikan LTS 4 kepada masingmasing siswa dengan waktu yang telah ditentukan dan dikerjakan secara mandiri (Ulangi), pemberian LTS ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi ajar. Selama siswa mengerjakan LTS 4 peneliti berkeliling mengamati dan memperhatikan siswa dalam pengerjaan LTS 4. Setelah selesai mengerjakan LTS 4, peneliti meminta siswa mengumpulkan hasil kerjanya dan membahasnya didepan kelas. Bagi siswa yang mendapatkan poin atau nilai tertinggi, maka peneliti akan memberikan penghargaan berupa hadiah (Rayakan.). b. Pertemuan kelima (Selasa,04 Mei 2010) Pada pertemuan ini, kegiatan pembelajaran membahas tentang luas permukaan limas berpedoman pada RPP 5 (lampiran B5), LKS 5 (lampiran C5) dan LTS 5 (lampiran

46 D5). Sebelum pembelajaran dimulai peneliti menjelaskan kepada

47

siswa tentang langkah-langkah yang akan mereka lakukan selama proses pembelajaran dan guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan ini. Selanjutnya peneliti memotivasi siswa dengan memberi beberapa informasi manfaat dari kita mempelajari materi ini (Tumbuhkan), selanjutnya guru menanyakan apakah meraka pernah melihat kerangka dari atap rumah, dengan mengetahui kerangka atau jarring-jaring dari limas kita bisa menemukan rumus dari luas permukaan limas. Langkah selanjutnya guru mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari dan mengajukan pertanyaan tentang materi persegi, persegi panjang, dan teorema Phytagoras (Alami). Materi persegi, persegi panjang, dan teorema Phytagoras merupakan materi prasyarat pada materi pokok prisma dan limas. Selanjutnya peneliti menginformasikan materi pembelajaran tentang luas permukaan prisma (Namai). Dalam tahap ini, peneliti merasa kurang bisa mengelola kelas dengan baik karena dilihat banyaknya siswa yang ribut ketika peneliti

menginformasikan materi pembelajaran. Kemudian peneliti memberikan LKS 5 kepada setiap siswa. Pada langkah ini, peneliti membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengisi LKS 5 (Demonstrasi).Pada tahap berikutnya peneliti memberikan LTS 5 kepada masingmasing siswa dengan waktu yang telah ditentukan dan dikerjakan secara individu (Ulangi), pemberian LTS 5 ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi ajar. Selama siswa mengerjakan LTS 5 peneliti berkeliling mengamati dan memperhatikan siswa dalam pengerjaan LTS 5. Setelah selesai mengerjakan LTS 5, peneliti meminta siswa mengumpulkan hasil kerjanya

48

dan membahasnya didepan kelas. Bagi siswa yang mendapatkan poin atau nilai tertinggi, maka peneliti akan memberikan penghargaan berupa hadiah (Rayakan.). c.
Pertemuan keenam (Senin, 10 Mei 2010)

Pada pertemuan ini, kegiatan pembelajaran membahas tentang volume limas berpedoman pada RPP 6 (lampiran B6), LKS 6 (lampiran C6) dan LTS 6 (lampiran D6). Sebelum pembelajaran dimulai peneliti menjelaskan kepada siswa tentang langkahlangkah yang akan mereka lakukan selama proses pembelajaran dan guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan ketiga ini. Selanjutnya peneliti memotivasi siswa dengan memberi beberapa informasi manfaat dari kita mempelajari materi ini (Tumbuhkan), selanjutnya guru menanyakan apakah mereka pernah melihat salah satu keajaiban dunia salah satunya piramida, tahukah kalian berapa banyak batu yang harus disusun untuk membuat sebuah piramida tersebut. Langkah selanjutnya guru mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari dan mengajukan pertanyaan tentang materi persegi, persegi panjang, dan teorema Phytagoras (Alami). Materi persegi, persegi panjang, dan teorema Phytagoras merupakan materi prasyarat pada materi pokok prisma dan limas. Selanjutnya peneliti menginformasikan materi pembelajaran tentang volume prisma (Namai). Kemudian peneliti memberikan LKS 6 kepada setiap siswa, pada langkah ini, peneliti membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengisi LKS 6 (Demonstrasi). Pada tahap berikutnya peneliti memberikan LTS 6 kepada masingmasing siswa dengan waktu yang telah ditentukan dan dikerjakan secara individu (Ulangi),

49 pemberian LTS 6 ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

50

pemahaman siswa terhadap materi ajar. Selama siswa mengerjakan LTS 6 peneliti berkeliling mengamati dan memperhatikan siswa dalam pengerjaan LTS 6. Setelah selesai mengerjakan LTS 6, peneliti meminta siswa mengumpulkan hasil kerjanya dan membahasnya didepan kelas. Bagi siswa yang mendapatkan poin atau nilai tertinggi, maka peneliti akan memberikan penghargaan berupa hadiah (Rayakan.). Peneliti merasa siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran ini sehingga peneliti sudah terlihat pada pertemuan keenam kali ini, siswa memperhatikan informasi dari guru siswa sudah tertib dan mengerjakan LKS dan LTS dengan baik. d. harian II (Selasa,11 Mei 2010) Pelaksanaan ulangan harian II ini, tidak berbeda dengan pelaksanaan ulangan harian I. Peneliti memberikan ulangan harian II dengan memberikan tes hasil belajar (lampiran I2). Tes dilaksanakan selama 2 40 menit. Setelah tes berakhir semua kertas jawaban dikumpulkan. Refleksi Siklus Kedua: Untuk siklus kedua sudah lebih baik dari pada siklus pertama, siswa pada umumnya sudah paham dan terbiasa dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa sudah berani dan terbiasa mengkomunikasikan dan Pelaksanaan ulangan

mempersentasikan hasil kerja mereka didepan kelas. Meskipun peneliti masih kesulitan dalam pengelolaan kelas sehingga siswa masih ada yang ribut. Dari refleksi siklus kedua ini peneliti tidak melakukan perencanaan untuk siklus selanjutnya karena penelitian ini hanya dilakukan sebanyak dua siklus.

51 B. a. Analisis Hasil Tindakan Analisis Data Tentang Aktivitas Guru dan siswa

52

Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model Quantum
Teaching dilakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Data aktivitas guru dan siswa yang diperoleh melalui lembar pengamatan (lampiran E) dianalisis. Pengamatan pertama, aktivitas guru dan siswa belum sesuai rencana. Masih banyak kelemahan dan kekurangan yang ditemui. Ada beberapa kendala yang ditemui pada pertemuan pertama diantaranya, pada langkah ulangi dan rayakan tidak terlaksana siswa belum terbiasa mengisi LKS, sehingga waktu bayak terpakai untuk mengerjakan LKS saja, pengelolaan kelas yang kurang maksimal sehingga siswa banyak yang ribut dan tidak terkontrol oleh peneliti, pada saat pengerjaan LKS banyak siswa yang tidak mengerjakan, dikarnakan peneliti kurang memantau dan membimbing siswa. Sehingga perlu perbaikan untuk pertemuan selanjutnya. Pengamatan kedua, kelemahan-kelemahan yang terdapat pada pertemuan pertama sudah mulai diperbaiki walaupun belum sempurna. Hal ini dapat dilihat dari lembar pengamatan (lampiran E2). Siswa telah bisa mengerjakan LKS, meskipun ada beberapa orang yang tidak mengerjakan LKS, siswa acuh tak acuh terhadap penjelasan materi oleh peneliti, siswa sering kelur masuk dengan alasan ingin ketoilet dan membeli perlengkapan tulis. Pengamatan ketiga, aktivitas guru sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dan langkah-langkah yang diterapkan,walaupun pengelolahan kelas masih kurang. Pada aktivitas siswa berdasarkan lembar pengamatan (lampiran E3). Siswa sudah mulai berinteraksi dengan dengan guru, walaupun masih ada beberapa

53

siswa belum bisa berinteraksi dengan pengamatan. Pada langkah rayakan siswa sangat antusias untuk mendapatkan hadiah dari peneliti. Pengamatan keempat, aktivitas guru dan siswa sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Walaupun pengelolahan kelas masih kurang maksimal, dimana masih ada beberapa siswa yang masih ribut. Pertemuan kelima dan keenam, aktivitas guru sudah sesuai dengan perencanaan dan berjalan baik. Hal ini dapat dilihat pada lembar pengamatan (lampiran E 5 dan E6). Mengenai aktivitas siswa pada pertemuan ini peneliti menyimpulkan bahwa secara keseluruhan sudah baik. b. 1. Analisis Keberhasilan Tindakan Analisis Data Ketercapaian KKM Indikator Berdasarkan skor untuk setiap indikator pada ulangan harian I (lampiran I 1) dan ulangan harian II (lampiran I2) yang diperoleh siswa, dapat dinyatakan jumlah siswa yang mencapai KKM Indikator. Jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan indikator pada ulangan harian I dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Ketercapaian Indikator pada Ulangan Harian I


No Indikator Diberikan gambar prisma segi-lima, siswa dapat menentukan unsur-unsur pada prismanya Jumlah siswa yang mencapai KKM Indikator 38 P ersent ase Jumlah siswa yang mencapai KKM 86,3

54
2 3 Menghitung luas permukaan prisma, jika diketahui panjang rusuk alas dan Diberikan keliling dan panjang salah satu diagonal alas dan volume prisma, siswa dapat 32 3 72,7 6.8

55

Skor Dasar

Ulangan Harian I

Ulangan Harian II

menghitung tinggi prisma

Sumber : Lampiran I 3

Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak semua siswa mencapai KKM Indikator. Pada indikator ketiga hanya 3 orang, pada indikator ketiga, kesalahan siswa banyak terdapat pada penggunaan rumus Phytagoras dan banyak siswa tidak dapat mencari tinggi dari rumus volume prisma. Peneliti mencoba mengulangi membahas soal pada indikator ketiga secara garis besar pada pertemuan berikutnya. Tabel 3. Ketercapaian Indikator pada Ulangan Harian II
No 1 2 3 4 Indikator Melukis limas, jika diberikan panjang rusuk alas dan tingginya Disajikan gambar limas yang memuat panjang rusukrusuk alasnya dan panjang rusuk tegak limas, siswa dapat menentukan rumus luas permukaan limas tersebut Diberikan panjang rusuk alas dan panjang rusuk tegak, siswa dapat menghitung volume limas Menghitung luas alas dan tinggi limas jika diketahui panjang rusuk alas dan volumenya Jum l ah si sw a yang mencapai KKM 44 3 37 17 Persentas e Jumlah siswa yang mencapai KKM 100 6,8 84,09 38,6

Sumber : Lampiran I 4

Pada ulangan harian II seperti halnya ulangan harian I, tidak semua siswa mencapai KKM untuk setiap indikator. Dari tabel diperoleh jumlah siswa yang mencapai KKM sudah lebih meningkat dibandingkan dengan ulangan harian I.

56

Meskipun pada indikator 2 jumlah siswa yang memiliki skor 60 hanya 3 orang, setelah siswa mengerjakan ulangan harian II, peneliti menanyakan pada soal berapa mereka mengalami kesulitan dan peneliti membahas soal secara garis besar. Namun jumlah siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan dari ulangan harian I. 2. Analisis Ketercapaian KKM Tabel 4. Frekuensi Skor Hasil Belajar Siswa

57

Jumlah Siswa yang mencapai KK Persentase (%)


Sumber : Lampiran I 3

18

20 45,4

23 52,2

40,9

Dari Tabel Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan hasil belajar. Frekuensi siswa yang mencapai KKM pada Ulangan Harian I lebih banyak dari skor dasar, Ulangan Harian II lebih banyak dari skor dasar dan Ulangan Harian I. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan dari skor dasar ke Ulangan Harian I dan dari Ulangan Harian II juga mengalami peningkatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan hasil belajar kearah yang lebih baik. Dengan demikian dapat dikatakan model Quantum Teching dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3.

Analisis Distribusi Frekuensi dan Poligon Frekuensi Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari tabel

distribusi frekuensi berikut : Tabel 5. Distribusi Frekuensi Skor Dasar, Ulangan Harian I, Ulangan Harian II

58
Interval 36 - 43 44 - 51 52 - 59 Titik Tengah (Xi) 39,5 47,5 55,5 Frekuensi Skor Dasar (fSD) 4 18 4 Frekuensi UH I ( f UH I) 3 7 14 Frekuensi UH II (fUH II) 1 20

59

60 - 67 68 - 75 76 - 83 84 - 91

63,5 71,5 79,5 85,5

10 7 1 -

13 3 3 1

6 13 3 1

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat perubahan hasil belajar siswa. Frekuensi siswa yang bernilai rendah yang terdapat pada interval 36- 43 dan 44-51 berkurang, pada skor dasar banyak siswa yang bernilai rendah berjumlah 22 orang namun pada ulangan harian I tinggal 10 orang dan pada ulangan harian II tinggal 1 orang saja, artinya semakin berkurangnya jumlah siswa yang memperoleh nilai rendah pada penerapan model pembelajaran Quantum Teaching. Sedangkan frekuensi siswa yang bernilai sedang yang terdapat pada interval 5259, 60-67 dan 68-75 semakin bertambah banyak. Pada skor dasar jumlah siswa yang bernilai sedang berjumlah 21 orang, pada ulangan harian I 30 orang dan ulangan harian II jumlah siswanya makin meningkat menjadi 39 oarang. Pada frekuensi siswa yang bernilai tinggi yang terdapat pada interval 76-83 dan 84-9 1 juga mengalami peningkatan pada skor dasar jumlah siswa yang bernilai tinggi hanya 1 orang sedangkan pada ulangan harian I dan ulangan harian II jumlah siswa yang bernilai tinggi 4 orang. Peningkatan hasil belajar juga dapat dilihat dari poligon frekuensi. Berikut gambar poligon frekuensi yang merupakan bentuk penyajian dari tabel daftar distribusi

60 frekuensi skor dasar, ulangan harian I, dan ulangan harian II.

61

Gambar 2. Poligon Frekuensi

Grafik distribusi hasil belajar siswa dari skor dasar, ulangan harian I, ulangan harian II terdapat peningkatan. Garis yang berwarna biru yang dimisalkan dengan skor dasar, terlihat bahwa pada bagian sebelah kiri interval poligon frekuensi skor dasar berada diatas ulangan harian I dan ulangan harian II. Artinya semakin berkurangnya jumlah siswa yang memperoleh nilai rendah. Sedangkan pada bagian sebelah kanan interval poligon frekuensi terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang bernilai tinggi dibandingkan dengan skor dasar. Secara umum dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran

62
Quantum Teaching pada materi pokok prisma dan limas dalam poses pembelajaran terjadi

peningkatan hasil belajar matematika siswa, dibandingkan

63

sebelum menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching pada proses pembelajaran. Sehingga tindakan yang dilakukan dianggap berhasil.
C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan di lapangan, maka selanjutnya akan dikemukakan pembahasan dari hasil penelitian tersebut. Berdasarkan

ketercapaian KKM pada materi Prisma dan Limas, tidak semua siswa mencapai KKM untuk setiap indikator pembelajaran. Ketercapaian KKM ini dipengaruhi oleh nilai yang diperoleh untuk setiap indikator pada setiap ulangan harian. Dari ulangan harian I siswa untuk indikator-indikator yang tidak tercapai, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman konsep materi pokok, konsep dalil phytagoras, kurang teliti dan cermat dalam operasi aljabar, terutama dalam memasukkan angka-angka sehingga hasil yang dibuat tidak sesuai dengan yang diinginkan. Berdasarkan hasil ulangan harian I, hanya 20 orang siswa (45,45%) yang mencapai KKM. Berdasarkan ulangan harian II, siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 23 orang (52,2%). Dalam ulangan harian II ini siswa kurang memahami cara mencari volume limas yang belum diketahui tinggi limasnya. Siswa kurang teliti dalam memberikan tafsiran terhadap rumus volume limas apabila mencari tinggi. Berdasarkan analisis hasil penelitian diperoleh data bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I lebih banyak dari pada jumlah siswa yang mencapai KKM sebelum tindakan. Demikian juga jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus II lebih banyak daripada jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I. Hal ini

64 menunjukkan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII-C SMP PGRI Pekanbaru

65

pada tahun pelajaran 2009/2010 pada materi pokok prisma dan limas. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung hipotesis tindakan yang diajukan yang berbunyi jika dilaksanakan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII-C SMP PGRI Pekanbaru. Berdasarkan pengamatan aktivitas guru dan siswa pada pertemuan pertama struktur yang diinginkan dalam pembelajaran ini belum tercapai.. Masih banyak siswa yang belum terbiasa dengan langkah-langkah pembelajaran Quantum Teaching dan dalam mengerjakan LKS. Pada saat peneliti memberikan informasi tentang materi pelajaran, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan, berbicara dengan teman sebangkunya, dan tidak mengerjakan LKS, siswa ribut dan susah diatur. Tetapi kelemahan-kelemahan yang ditemukan ini belum semuanya dapat diperbaiki dan dilaksanakan dengan baik pada pertemuan berikutnya. Peneliti merefleksi kesalahan-kesalahan siswa yang ditemukan dan memperbaiki pada pertemuan selanjutnya. Kelemahan dalam penelitian ini adalah pada saat pelaksanaan pembelajaran. Guru dalam hal ini peneliti menghadapi kendala dalam pengelolaan kelas, hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa menjalani strategi pembelajaran ini sehingga peneliti kesulitan dalam hal pengelolaan kelas. Selain itu tidak seluruh siswa terbiasa menggunakan LKS sehingga waktu banyak terpakai untuk

66 mengerjakan LKS.

67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil

68 belajar matematika siswa pada materi pokok prisma dan limas di kelas VIII-C SMP PGRI Pekanbaru pada tahun pelajaran 2009/2010.

69

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan hasil penelitian di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran antara lain: 1 Penerapan model Quantum Teaching dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif strategi pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah. 2 Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya dapat mengatur waktu sebaik

mungkin sehingga semua kegiatan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. 3. Peneliti selanjutnya, penerapan model Quantum Teaching pada materi pokok yang berbeda atau pada mata pelajaran lainnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai pedoman.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S.,2008. Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta. Baharuddin dan Wahyuni, E.N., 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran, Ar-ruzz Media, Yogyakarta. Bumiselan, 2005, Pen erapan Model Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X MA Darel Hikmah

70 Pekanbaru, Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Pekanbaru (tidak diterbitkan) BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), 2006, Standar Isi KTSP, Jakarta.

71

Depdiknas, 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, Jakarta. DePorter,Bobbi., Reardon, Mark., and Norie,Singer Sarah., 2000, Quantum Teaching : Orchestrating Student Success, Terjemahan Ary Nilandari , PT Mizan Pustaka, Bandung. Dimyati, Dkk., 2006, Belajar dan Pembelajara, Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Direktorat Pendidikan Tinggi, Depdikbud, Jakarta. Djamarah dan Zain., 2002, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta. Lie, A., 2002, Cooperative Learning, Grasindo, Jakarta. Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi. PT Remaja Rusdakarya, Bandung. Sardiman, A.M., 2006, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta. Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. PT Remaja Rosda Karya, Bandung. Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil dan proses Pembelajaran. PT Remaja Rosda Karya, Bandung. Suyanto., 1997, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Dikti, Yogyakarta. Sukayati. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Depdiknas. Jakarta Syah, M., 2000, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

72 Usman, M.U., 2008, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai