Anda di halaman 1dari 26

Memberdayakan Peran Serta Masyarakat dalam Meningkatkan Kesehatan

Amelinda Vania S (102010001) Marvelius Liandry (102010008) Ardian (102010015) Nova (102010022) Sari Prasili Suddin (102010029) Sagas (102010036) Lius Gerald (102010043) Vonny Christy (102010050) Silvia (102010057) Kokila A/P Shungaran (102010364) Agung (102010396)

Kelompok A-1

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2010/2011

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1 ISI .......................................................................................................................................... 2 Paradigma Sehat............................................................................................................. 2 Gizi ................................................................................................................................ 4 Gizi Seimbang................................................................................................................. 4 Factor Kebutuhan Gizi ................................................................................................... 5 Gizi Buruk ..................................................................................................................... 5 Faktor-faktor Penyebab Gizi Buruk ............................................................................... 8 Posyandu........................................................................................................................ 9 Sistem Informasi Posyandu (SIP) ................................................................................ 11 KB ................................................................................................................................ 12 Imunisasi ....................................................................................................................... 15 IMR .............................................................................................................................. 18 IMPLEMENTASI ................................................................................................................. 21 PENUTUP .............................................................................................................................. 21 KESIMPULAN ..................................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 22

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga (kemampuan memperoleh makanan untuk semua anggotannya), masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan kerja. Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru. Masalah gizi di Indonesia terutama KEP (Kurang Energi Protein) masih lebih tinggi daripada Negara ASEAN lainnya.1 Sekarang ini masalah gizi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian. Sebagian besar anak di dunia 80% yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zat gizi, terlebih zat gizi mikro. 2 Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi buruk.3 Masalah gizi semula dianggap sebagai masalah kesehatan yang hanya dapat ditanggulangi dengan pengobatan medis/kedokteran. Namun, kemudian disadari bahwa gejala klinis gizi kurang yang banyak ditemukan dokter ternyata adalah tingkatan akhir yang sudah kritis dari serangkaian proses lain yang mendahuluinya.3 Gizi seseorang dapat mempengaruhi prestasi kerja dan produktivitas serta perkembangan mental anak. Hal ini sehubungan dengan terhambatnya pertumbuhan sel otak yang terjadi pada anak yang menderita gangguan gizi pada usia sangat muda bahkan dalam kandungan. Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada balita. Mulai dari masalah ekonomi keluarga, pendidikan yang rendah, posyandu yang tidak optimal, KB yang tidak berjalan dengan baik, dll. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah presentasi ini adalah ingin memberitahukan hal-hal apa saja yang menjadi ruang lingkup dari masalah gizi buruk, menambah pengetahuan penulis dan pembaca agar masalah gizi buruk dapat di mengerti dan di tanggulagi.

ISI Paradigma Sehat Paradigma memiliki arti sebagai teori, model, atau konsep.4 Sehat adalah suatu keadaan sejahtera badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social ekonomi (UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992). Paradigma sehat adalah kebijakan pembangunan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat promotif-preventif.5 Adapun inti dari paradima sehat mencakup tiga prinsip pokok, yaitu: 1. Pembangunan nasional yang dilaksanakan harus berwawasan kesehatan. 2. Upaya kesehatan yang lebih diutamakan adalah upaya promotif dan preventif. 3. kelompok sasaran yang lebih diutamakan adalah kelompok masyarakat yang sehat. Dari ketiga prinsip pokok diatas, untuk mewujudkan pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat, diperlukan setidaknya 2 pedoman, antara lain: 1. Berupaya mendorong peran serta sektor lain dalam pembangunan kesehatan. 2. berupaya untuk lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan. Paradigma sehat menurut H.L.Blum, ada empat faktor utama yang menentukan derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah, yaitu faktor genetik, pelayanan kesehatan perilaku masyarakat dan lingkungan. Sedangkan menurut Gordon dan Le Richt, terwujudnya kesehatan dipengaruhi oleh penjamu (host), bibit penyakit (agent), dan lingkungan. Dalam paradigma sehat tindakan promotif-preventif lebih ditekankan karena ada lebih banyak orang yang sehat dibandingkan dengan orang yang sakit ( sekitar 80%) dan juga tindakan preventif jauh lebih murah dibandingkan dengan pengobatan dan rehabilitasi pada orang yang sakit. Tindakan preventif atau pencegahan dipelajari dalm ilmu kedokteran pencegahan (Winslow 1920), yaitu ilmu dan keterampilan untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, memelihara kesehatan jasmani dan rohani serta meningkatkan efisiensi, adapun tujuannya untuk menciptakan positive health (mencegah timbulnya penyakit dan mewujudkan keadaan sehat yang optimal).5 Pencegahan penyakit, atau tindakan preventif, dibagi dalam lima tingkat dan dilakukan sesuai tahap perkembangan penyakit:

Tahap prepathogenesa, dilakukan ketika host dalam keadaan sehat Tahap pathogenesa, dilakukan ketika host dalam keadaan sakit

: Primary Prevention 1. Health Promotion 2. Specific protection :Secondary prevention 3. early diagnosis and prompt treatment 4. Disability of Limitation Tertiary prevention 5. Rehabilitation

Adapun program yang ditentukan pemerintah untuk mewujudkan paradigma sehat adalah visi Indonesia Sehat 2010. Indonesia Sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.5 Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi Pembangunan Kesehatan sebagai berikut: 1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. 3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. 4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Untuk melaksanakan misi demi terwujudnya visi Indonesia Sehat 2010, diperlukan strategi agar hasilnya dapat maksimal, yaitu: 1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan 2. Profesionalisme 3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) 4. Desentralisasi Sesuai dengan makna Indonesia Sehat 2010, maka penduduk Indonesia harus hidup dalam lingkungan yang sehat dan berperilaku hidup sehat.5 Gizi

Gizi berasal dari bahasa arab: al gizai yang artinya makanan dan manfaatnya untuk kesehatan. Dapat juga diartikan sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Manusia dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, dimulai dari saat pembuahan, berlangsung sepanjang masa hidupnya hingga dewasa sampai masa tua, memerlukan zat gizi yang terkandung dalam makanan. Jadi manusia mendapat zat gizi atau nutrien dalam bentuk makanan yang berasak dari hewan (hewani) dan tumbuh-tumbuhan (nabati). Zat gizi tersebut adalah karbohidrat, protein dan lemak yang disebut sebagai zat gizi makro serta vitamin dan mineral yang disebut dengan zat gizi mikro. Selain itu, untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh diperlukan air dan serat. Tubuh manusia membutuhkan aneka ragam makanan untuk memenuhi semua zat gizi tersebut. Kekurangan atau kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai kebutuhan masing-masing individu agar tercapai kondisi kesehatan yang prima.6 Gizi Seimbang6 Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Zat tenaga atau kalori diperlukan untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang sebagian besar dibutuhkan dari bahan makanan sumber karbohidrat dan lemak serta sedikit protein. Zat pembangun atau protein ini penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan makanan hewani atau tumbuh-tumbuhan (nabati). Bahan makanan sumber zat tenaga dari karbohidrat, antara lain: beras, jagung, gandum, ubi jalar, kentang, sagu, roti, mie, pasta` makaroni dan tepung-tepungan disamping gula murni, baik sukrosa, glukosa atau laktosa. Sedangkan bahan makanan sumber zat tenaga dari lemak antara lain: lemak hewani, minyak, santan, margarine dan mentega. Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari hewani antara lain: daging, ikan, ayam, telur, udang, kerang sari serta turunannya (seperti keju, yoghurt, dll). Sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung berbagai vitamin dan mineral yang berperan untuk proses metabolism atau bekerjanya fungsi organ tubuh. Selain itu, air juga diperlukan untuk proses metabolisme. Sedangkan serat juga dibutuhkan oleh tubuh terutama untuk memberikan isi perut (bulky) dan membantu memperlancar proses buang air besar. Selain itu serat juga mempengaruhi penyerapan zat gizi dalam usus.

Faktor Kebutuhan gizi6 Kebutuhan gizi setiap individu berbeda, dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini: 1. Umur Masa pertumbuhan dari janin, bayi, balita, usia remaja sampai dewasa muda membutuhkan zat gizi cukup. Kekurangan zat gizi pada masa tersebut akan mempengaruhi proses tumbuh kembang. Contoh: kurang yodium pada ibu hamil menyebabkan anak kretin. 2. Jenis Kelamin Pada umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih dibandingkan wanita karena luas permukaan tubuh maupun otot pada laki-laki lebih besar daripada wanita. Namun kebutuhan Fe pada wanita cenderung lebih tinggi karena wanita mengalami menstruasi. 3. Aktifitas Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari yang lebih aktif baik fisik maupun mental memerlukan energi/kalori yang lebih banyak. 4. Kondisi Kesehatan Wanita hamil dan orang yang baru sembuh dari sakit umumnya memerlukan zat gizi yang lebih banyak. Namun pada penderita penyakit-penyakit tertentut seperti jantung, diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit degeneratif lain memerlukan diet khusus dimana ada unsur zat gizi dengan jumlah tertentu yang harus dibatasi. 5. Lingkungan Yang dingin membutuhkan kalori dan protein yang lebih. Demikian pula orang yang berada di lingkungan bahan nuklir harus mendapatkan suplemen khusus (vitamin dan mineral) untuk melindungi sel-sel tambahan dari efek radiasi. Gizi Buruk (Defisiensi Kalori dan Protein) Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan kata lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita. Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat

yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan seharihari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar).7 Penyakit Kekurangan Kalori dan Protein (KKP) diberi nama internasional Calori protein Malnutrition (CPM) dan kemudian berganti dengan nama Protein Energy Malnutrition (PEM). Di dalam klinik sekarang dibedakan gambaran penyakit kwashiorkor, marasmus dan marasmickwashiorkor. Dalam pandangan ahli gizi, semua gambaran klinik yang termasuk pada berbagai variasi bentuk KKP kwashiorkor adalah penyakit KKP dengan kekurangan protein sebgai penyebab dominan, marasmus merupakan merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energy yang ekstrim, dan marasmickwashiorkor merupakan kombinasi kwashiorkor dan marasmus pada berbagai variasi.8 Ada tiga tipe gizi buruk, antara lain: 1. Marasmus Marasmus adalah bentuk malnutrisi protein terutama disebabkan oleh kekurangan kalori berat dalam jangaka lama, terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan, yang ditandai dengan retardasi pertumbuhan dan pengurangan lemak bawah kulit dan otot secara progresif, tetapi biasanya masih ada nafsu makan dan kesadaran. Marasmus biasanya terjadi pada kelompok anak umur 3 hingga 9 bulan.9 ciri-ciri marasmus adalah sebagai berikut: badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit wajah seperti orang tua mudah menangis/cengeng dan rewel kulit menjadi keriput jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar) perut cekung, dan iga gambang sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) diare kronik atau konstipasi (susah buang air)

2. Kwashiorkor Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi energi protein yang ditimbulkan oleh defisensi protein yang berat; masukan kalori mungkin adekuat, tetapi biasanya juga defisiensi.10 Kwashiokorkor merupakan bentuk parah dari gizi buruk, biasanya merupakan hasil dari asupan protein yang sangat kurang, dan ditandai oleh edema (khususnya pembengkakan pada abdominal). Pada pemeriksaan laboratorium, sering ditemukan penurunan kadar albumin.11 Kwashiorkor biasanya terjadi pada bayi dan anak-anak sampai sekitar usia 6, biasanya pada anak-anak yang telah disapih, setelah kelahiran anak baru.9 Kwashiorkor memiliki ciri: edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab pandangan mata sayu rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel terjadi pembesaran hati otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis) sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut anemia dan diare

3. Marasmic-Kwashiorkor Marasmic-kwashiorkor adalah suatu keadaan defisiensi kalori dan protein, dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan biasanya defidrasi.10 Marasmic-Kwashiorkor merupakan gabungan dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan Marasmus, disertai edema yang tidak mencolok.

Faktor-faktor penyebab Gizi buruk 9 Penyebab gizi buruk dibagi 2, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung: 1. Penyebab langsung Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang atau bahkan gizi buruk. Termasuk pula anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit. 2. Penyebab tidak langsung Ada berbagai penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu : 1. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya. Namun kemiskinan kadang menjadikan hambatan dalam penyediaan pangan bagi keluarga. 2. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial. Di masa modern ini pengasuhan anak kadang kita serahkan kepada pembantu yang belum tentu tahu perkembangan dan kebutuhan makan anak. 3 .Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan. Berbagai kesulitan air bersih dan akses sarana pelayanan kesehatan menyebabkan kurangnya jaminan bagi keluarga. Pokok masalah gizi buruk di masyarakat.

faktor keturunan keluarga yang kecil-kecil sehingga tidak membahayakan. Selain itu luasnya wilayah serta kesulitan petugas untuk melakukan screening merupakan juga hambatan sehingga data yang didapatkan kadang kurang valid. Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat ditanggulangi dengan adanya berbagai kegiatan yang ada di masyarakat seperti posyandu, pos kesehatan.Akar masalah gizi buruk. Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia. Keadaan tersebut teleh memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai. POSYANDU ( Pos Pelayanan Terpadu) Pelayanan kesehatan terpadu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun, balai kelurahan, RW dan sebagainya disebut dengan pos pelayan terpadu (posyandu). Pelayanan kesehatan yang dilaksanakn di posyandu adalah KIA, KB, P2M (Imunisasi dan Penanggulangan Diare), dan Gizi (penimbangan balita). 12 Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu hamil, melahirkan dan nifas), membudayakan NKKBS, meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera, dan berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.15,16 Sasaran penduduknya adalah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur (PUS) dan balita. Program pelayanan kesehatan terpadu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi (IMR), angka kelahiran (BR), dan angka kematian ibu (MMR). Turunnya IMR, BR, dan MMR di suatu wilayah merupakan stanar keberhasilan pelaksanaan program terpadu di wilayah tersebut. Keberhasilan ini dipantau setiap 5 tahun melalui Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes atau Survei Kesehatan Nasional

(SURKESNAS). Untuk mempercapat penurunan angka-angka tersebut, secara nasional dibutuhkan tumbuhnya peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan posyandu, karena posyandu adalah dari dan untuk masyarakat.12 Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini serta merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.13 Adapun pembagian jenjang posyandu sebagai berikut:14 1. posyandu pratama: belum mantap kegiatan belum rutin kader terbatas kegiatan lebih teratur jumlah kader 5 orang kegiatan sudah teratur cakupan program kegiatannya baik jmlah kader 5 orang mempunyai program tambahan kegiatan secara terautur dan mantap cakupan program kegiatannya baik memiliki dana sehat dan JPKM yang mantap

2. posyandu madia:

3. posyandu purnama

4. posyandu mandiri:

dari pembagian posyandu di atas, dapat disimpulkan beberapa indikator sebagai penentu jenjang antar strata posyandu adalah jumlah buku posyandu pertahun, jumlah kader yang bertugas, cakupan kegiatan, program tambahan, dan dana sehat dan JPKM yang memadai.

Pengelola Posyandu Penanggungjawab umum adalah kades/lurah, penanggungjawab operasional adalah tokoh masyarakat, ketua pelaksana adalah ketua tim penggerak PKK, sekretaris adalah ketua pokja IV kelurahan/desa dan pelaksana adalah kader PKK yang dibantu petugas KB-Kes (Puskesmas). Kegiatan pokok posyandu adalah KIA, KB, imunisasi, gizi dan penggulangan diare.15 Kegiatan atau pelayanan yang diberikan :17 Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita melalui : Penimbangan bulanan Pelayanan gizi Pencegahan terhadap penyakit Pengobatan penyakit Penyuluhan KB kesehatan

Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur (PUS) melalui: Pelayanan gizi Pencegahan terhadap penyakit Pengobatan penyakit Pelayanan kontrasepsi Penyuluhan KB-Kesehatan

Sistem Informasi Posyandu (SIP) Sistem informasi posyandu adalah rangkaian kegiatan untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan secara tepat guna dan tepat waktu bagi pengelola posyandu. Oleh sebab itu sistem informasi posyandu merupakan bagian penting dari pembinaan posyandu secara keseluruhan. Konkritnya, pembinaan akan lebih terarah apabila di dasarkan pada informasi yang lengkap, akurat dan aktual. Dengan kata lain pembinaan merupakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi karena didasarkan pada informasi yang tepat, baik dalam lingkup terbatas maupun lingkup yang lebih luas.15,16

Mekanisme operasional SIP adalah pemerintah desa atau kelurahan bertanggung jawab atas tersediannya data dan informasi posyandu dan pengumpul data dan informasi adalah tim penggerak PKK dengan menggunakan instrumen seperti catatan ibu hamil, kelahiran atau kematian dan nifas oleh ketua kelompok Dasa Wisma (kader PKK), register bayi dalam wilayah kerja posyandu bulan Januari s/d Desember, register anak balita dalam wilayah kerja posyandu bulan Januari s/d Desember, register WUS- PUS alam wilayah ketiga posyandu bulan Januari s/d Desember, register ibu hamil dalam wilayah kerja posyandu bulan Januari s/d Desember, data pengunjung petugas posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan kematian ibu hamil melahirkan dan nifas, dan data hasil kegiatan posyandu.16 KB Definisi keluarga berencana menurut WHO adalah menolong individu atau pasangan antara lain untuk: 1. mencegah terjainyanya kelahiran yang tidak dikehendaki atau sebaliknya bagi pasangan yang menginginkan anak. 2. mengatur interval kelahiran 3. mengontrol waktu kelahiran berhubungan dengan usia orang tua 4. menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.18 Ruang lingkup keluarga berencana yang modern tidak hanya sebatas pada definisi, tetapi juga melaksanakan program sterilisasi, pendidikan seks, tes skrining pada kelainan patologis sistem reproduksi, konsultasi sebelum dan sesudah perkawinan, mengajar masyarakat cara meningkatkan ekonomi dan gizi keluarga dan kegiatan lain.

Program KB sangat erat kaitannya dengan kesehatan. Tujuan keterpaduan KB dan kesehatan adalah untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi dan balita serta angka kelahiran, dalam rangka mempercepat terwujudnnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.19 Metode19 1. Metode Sederhana Kondom Spermiside (Zat pembunuh sperma yang digunakan saat melakukan hubungan intim) Sanggama terputus (Pria berejakulasi di luar vagina pada saat berhubungan intim) Pantang berkala (Tidak melakukan hubungan intim di saat masa subur) Menghitung masa tidak subur sebelum ovulasi adalah dengan cara mengurangkan masa haid terpendek dengan 21. Angka 21 berasal dari penjumlahan lama pematangan sel telur (16 hari) dan kemampuan hidup sel sperma dalam rahim (5 hari). Misalkan, masa haid terpendek adalah 28 hari, maka masa tidak subur sebelum ovulasi adalah hari pertama sampai hari ketujuh (28-21). Jika masa haid terpendek 25 hari, maka masa tidak subur adalah hari pertama sampai hari keempat (28-25). Penghitungan masa tidak subur setelah ovulasi tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya pada masa haid yang digunakan dan angka pengurang. Masa tidak subur setelah ovulasi dihitung dengan cara mengurangkan masa haid terpanjang dikurangi 9. Angka 9 diperoleh dari pengurangan lama pematangan sel telur terpendek (11 hari) dengan kemampuan hidup sel telur (2 hari). Misal, masa haid terpanjang adalah 28 hari, maka masa tidak subur setelah ovulasi mulai hari ke 19 sampai haid berikutnya. Jika masa haid terpanjang 30 hari, maka masa tidak subur mulai hari ke 21 sampai haid berikutnya. 2. Kontrasepsi hormonal pil Menggunakan obat-obatan hormonal untuk mengubah susunan hormonal untuk mencegah kehamilan. Berbagai jenis kontrasepsi hormional pil Pil kombinasi: merupakan gabungan hormone progesterone dan estrogen Pil sekuensial: gabungan antara pil kombinasi dan estrogen

Progesterone: Untuk ibu postpartum KB darurat: digunakan setelah berhubungan seks 3. Kontrasepsi suntik Ada 3 jenis konstrasepsi suntikan yang sering dipakai Depoprovera: interval 12 minggu Norigest: interval 8 minggu Cyclofem: interval 4 minggu Cyclofem lebih disukai karena selain efektif dan aman, wanita pengguna Cyclofem bisa mendapat menstruasi setiap bulan, tidak seperti jenis lainnya yang menyebabkan ketidakteraturan haid 3. Susuk KB Memiliki nama lain AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit). Biasanya dipasang di lengan kiri atas. Merupakan metode KB yang paling popular di Indonesia, karena tahan lama (1 susuk untuk 5 tahun) dan murah. Mekanisme kerjanya sama seperti progesterone, yaitu menghambat ovulasi dan menghalangi migrasi sperma. 3. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) Sama seperti susuk KB, AKDR ini cukup digemari di Indonesia, karena control medis yang ringan dan pemulihan kesuburan setelah pemberhentian penggunaan berlangsung dengan cepat. Mekanisme kerja AKDR adalah menghalangi proses nidasi dan menghalangi gerak sperma. 4. Kontrasepsi mantap (Kontap) Merupakan kontrasepsi yang bersifat permanent. Sehingga diperlukan pemikiran yang matang sebelum melakukan kontap. Untuk pria, Kontap-nya adalah Vasektomi dan untuk wanita adalah tubektomi.

Imunisasi20 Imunisasi merupakan kemajuan yang besar dalam usaha imunoprofilaksis serta menurunkan prevalensi penyakit. Cacar yang merupakan penyakit yang ditakuti, berkat imunisasi massal, sekarang telah dapat dilenyapkan dari muka dunia ini. Demikian dengan polio yang dewasa ini sudah dapat dilenyapkan di banyak negara. IgG biasanya efektif dalam darah, juga dapat melewati plasenta dan memberikan imunitas pasif pada janin. Imusasi dapat terjadi secara alamiah dan buatan. Lihat pada Skema 1: imunisasi Pasif: Antibodi alamiah via plasenta dan kolostrum Aktif: Infeksi kuman. Pasif: buatan antitoksin -antibodi Aktif: -Toksoid vaksinas i

Skema 1. Imunisasi Imunisasi pasif alamiah: 1. Imunitas maternal melalui plasenta: antibodi dalam darah ibu merupakan proteksi pasif kepada janin. IgG dapat berfungsi antitoksik, antivirus, dan antibakterial terhadap H. Influenza B atau S.agalacti B. Ibu yang mendapat vaksinasi aktif dapat memberikan proteksi pasif kepada janin dan bayi. 2. Imunitas maternal melalui kolostrum: ASI mengandung berbagai komponen sistem imun. Beberapa di antaranya berupa Enhancement Growth Factor untuk bakteriyang diperlukan dalam usus atau faktor yang justru dapat menghambat tumbuhnya kuman tertentu. Antibodi ditemukan dalam ASI dan kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum(ASI pertama setelah partus). Antibodi terdapat mikroorganisme yang menempati usus ibu dapat ditemukan dalam kolostrum sehingga selanjutnya bayi memperoleh proteksi terhadap mikroorganisme yang masuk saluran cerna. Antibodi terhadap patogen nonalimentari seperti antitoksin tetanus, difteri dan hemolisin anti-streptokok telah pula ditemukan dalam kolostrum.

Imunisasi pasif buatan: 1. Immune Serum Globulin nonspesifik: imunisasi pasif tidak diberikan secara rutin, hanya diberikan pada keadaan tertentu kepada penderita yang terpajan dengan bahan berbahaya terhadapnya dan sebagai regimen jangka panjang pada penderita dengan defisiensi antibodi. Preparat dibuat dari plasma atau serum yang dikumpulkan dari donor sehat atau plasenta tanpa memperhatikan sudah atau belum divaksinasi/dalam atau tidak dalam masa konvalesen suatu penyakit. Preparat harus bebas dari virus hepatitis dan HIV dan AIDS. Digunakan untuk imunisasi pasif terhadap berbagai penyakit atau untuk perawatan penderita imunokompromais dan pada keadaan tertentu. 2. Immune Serum Globulin spesifik: plasma atau serum yang diperoleh dari donor yang dipilih sesudah imunisasi atau booster atau konvalesen dar suatu penyakit, disebut sesuai dengan jenisnya misalnya: Hepatitis B Immune Globulin ISG hepatitis A ISG Campak Human Rabies Immune Globulin Human Varicella-Zoster Immune Globulin Antisera terhadap virus Sitomegalo Antibodi Rhogam Tetanus Immune Globulin Vaccinia Immune Globulin

Imunisasi Aktif: Dalam imunisasi aktif untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan vaksin hidup/dilemahkan atau yang dimatikan. Vaksin yang baik harus mudah diperoleh, murah, stabil dalam cuaca ekstrim dan nonpatogenik. Keuntungan dari pemberian vaksin hidup/dilemahkan ialah terjadinya replikasi mikroba sehingga menimbulkan pajanan dengan dosis lebih besar dan respons imun di tempat infeksi ilmiah. Resiko vaksin yang dilemahkan ialah oleh karena dapat

menjadi virulen kembali dan merupakan hal yang berbahaya untuk subyek imunokompromais. Respons antibodi terhadap virus dapt ditemukan invitro sebagai berikut: Menetralkan infektivitas virus dan melindungi pejamu yang rentan Mengikat komplemen Mencegah adherens dan aglutinasi eritrosit oleh beberapa jenis virus.

Beberapa vaksin yang diberikan adalah: Vaksin rubela Vaksin influenza Vaksin Campak Vaksin Poliomielitis Vaksin Hepatitis B Vaksin Hepatitis A Vaksin Varisela Vaksin Retro Vaksin Rabies Vaksin Papiloma

Ada 5 macam imunisasi yang wajib untuk bayi kita, yaitu : BCG atau Bacillus Cellmete Guerin, yaitu vaksinasi yang diberikan pada bayi saat usia 0-2 bulan, fungsi dari vaksin ini adalah untuk menghindari penyakit TBC alias Tuberkolosis. POLIO adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus poliovirus dari genus enterovirus, dan menyebabkan terjadinya kelumpuhan. Cara mencegah penyakit ini adalah sering cuci tangan bila selesai beraktivitas dan juga sebelum makan. Pada bayi imunisasi polio diberikan saat lahir, usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. DPT atau Dipteri Pentusis Tetanus, adalah sejenis penyakit yang bersumber dari bakteri bernama Corynebacterium Diphterie, yang hidup dalam selaput lendir hidung pada saluran pernapasan,dan membentuk membran putih sehingga menyumbat pernapasan. Pemberian vaksin untuk menghindari DPT ini pada bayi saat usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan.

HEPATITIS B, vaksinasi hepatitis B ditujukan untuk menghindari penyakit radang hati akut atau kerusakan pada hati, dan juga kanker hati. Vaksin ini diberikan pada bayi saat usia baru lahir, 1 bulan, dan 6 bulan.

CAMPAK, adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus yang biasanya hidup pada saluran pernapasan, dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorokan. Penyakit ini sangat menular, biasanya lewat udara. Pemberian vaksin ini saat bayi berusia 9 bulan.

Imunisasi lainnya : Hib B atau Haemophilus influenza tipe B, vaksin ini berfungsi untuk mencegah penyakit meningitis, pneumonia (radang paru) dan epiglotitis (radang tulang rawan tenggorokan). Vaksin ini diberikan pada saat bayi berusia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. IPD atau Invasive Pneumococal Disease, yaitu sejenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia, penularannya lewat bersin, percikan ludah atau udara. Bakteri ini menyerang saluran pernapasan dan otak. Pemberian vaksin ini disesuaikan dengan umur bayi anda. Usia dibawah 12 bulan diberikan 4 dosis (2, 4 & 6 bulan) dan booster 12-15 bulan, usia 7-11 bulan diberikan 3 dosis (2 dosis pertama dengan interval 4 minggu, dan dosis ke 3 saat usia 12 bulan), usia 12 23 bulan diberikan 2 dosis dengan interval 2 bulan, terakhir usia 2 tahun diberikan 1 dosis saja. MMR atau mumps, morbili, rubella, sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus, yang mengakibatkan penyakit gondongaan dan campak. Pemberian vaksin ini umumnya diberikan di atas 12 bulan. VARISELA, adalah imunisasi yang ditujukan untuk mencegah penyakit cacar air yang disebabkan oleh virus varisela. Pemberian vaksin ini pada bayi berusia diatas 1 tahun

IMR Angka kematian bayi umumnya digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan dalam suatu komunitas. Itu mengukur tingkat kematian pada anak-anak selama tahun pertama kehidupan. Penyebutnya adalah jumlah kelahiran hidup pada tahun yang sama. Penggunaan angka kematian bayi sebagai ukuran statusfor kesehatan secara keseluruhan populasi tertentu didasarkan pada asumsi bahwa khususnya sensitif terhadap perubahan sosial ekonomi dan intervensi kesehatan.21

Angka kematian balita. Upaya yang telah dilakukan selama ini untuk menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) berhasil menunjukkan perbaikan yang sangat berarti antara 1960 dan 1990. Pada 1960, AKBA masih sangat tinggi, yaitu 216 per 1.000 kelahiran hidup. Satu Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan terjadinya penurunan hingga mencapai 46 per 1.000 kelahiran hidup pada periode 19982002. Rata-rata penurunan AKBA pada dekade 1990-an adalah tujuh persen per tahun, lebih tinggi dari dekade sebelumnya, yaitu empat persen per tahun. Pada 2000 Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan dalam World Summit for Children (WSC), yaitu 65 per 1.000 kelahiran hidup.22 Angka kematian bayi. Indonesia juga telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam upaya penurunan kematian bayi dalam beberapa dekade terakhir. Pada 1960, Angka Kematian Bayi (AKB) Indonesia adalah 128 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini turun menjadi 68 per 1.000 kelahiran hidup pada 1989, 57 pada 1992 dan 46 pada 1995. Pada decade 1990-an, ratarata penurunan lima persen per tahun, sedikit lebih tinggi daripada dekade 1980-an sebesar empat persen per tahun. Walaupun pencapaian telah begitu menggembirakan, tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand. Disparitas Variasi AKBA antarprovinsi masih cukup besar. SDKI 2002 2003 menunjukkan provinsi dengan AKBA paling tinggi untuk periode 19982002.22 Tantangan Tiga penyebab utama kematian bayi menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal, dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil bagi 75 persen kematian bayi. Pada 2001 pola penyebab kematian bayi ini tidak banyak berubah dari periode sebelumnya, yaitu karena sebab-sebab perinatal, kemudian diikuti oleh infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), diare, tetanus neotarum, saluran cerna, dan penyakit saraf. Pola penyebab utama kematian balita juga hampir sama (penyakit saluran pernafasan, diare, penyakit syaraftermasuk meningitis dan encephalitisdan tifus).23,24 Kesehatan neonatal dan maternal

Tingginya kematian anak pada usia hingga satu tahun, yaitu sepertiganya terjadi dalam satu bulan pertama setelah kelahiran dan sekitar 80 persen kematian neonatal ini terjadi pada minggu pertama, menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir, rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya pada masa persalinan dan segera sesudahnya, serta perilaku (baik yang bersifat preventif maupun kuratif) ibu hamil dan keluarga serta masyarakat yang bersifat negatif bagi perkembangan kehamilan sehat, persalinan yang aman dan perkembangan dini anak.23 Angka kematian di Indonesia adalah 125-150 artinya bahwa 125-150 bayi dari 1000 bayi yang lahir hidup, meninggal dunia sebelum umur satu tahun. Kematian bayi di bagi 2 bagian : Kematian perinatal, yaitu jumlah kematian bayi yang lahir mati, dan bayi yang meninggal sebelum umur satu minggu. Penyebabnya : Umur ibu lebih dari 40 tahun atau lebih muda dari 18 tahun Kehamilan pertama Kehamilan kelima atau lebih Preeklamasi Pendarahan pascapartum Persalinan lama Kelahiran kembar Kelahiran dini atau kelahiran lama

Infant loss yaitu jumlah lahir mati dan kelahiran bayi atau jumlah kematian perinatal dan kematian bayi setelah seminggu pertama. Penyebabnya pada umur ini mudah diserang penyakit, misalnya penyakit alat pernapasan.17

IMPLEMENTASI Dokter Petermon mendapatkan tugas dokter PTT (pegawai tidak tetap) di Puskesmas kecamatn Tanjung Hulu (Papua). Kecamatan ini memiliki 15 desa, yang tersebar dipinggiran sungai dan pegunungan. Jumlah seluruh penduduk 9.000 jiwa. Pada akhir tahun lalu dilaporkan bahwa program posyandu tidak berjalan dengan optimal, tingkat gizi buruk (marasmic kwashiokor) pada balita mencapai 60%. Tingkat kematian bayi dan balita cukup tinggi (IMR = 80/1000). Hampir seluruh ibu-ibu mempunyai lebih dari 3 anak dan tidak mengenal program KB. Tingkat pendidikan rata-ata tidak lulus Sekolah Dasar. Dalam skenario tersebut kita dapat melihat bahwa terdapat masalah yaitu gizi buruk di desa Kecamatan Tanjung Hulu disebabkan oleh pendidikan yang rendah dan posyandu yang tidak optimal karena lingkungan yang terisolaso sehingga mengakibatkan IMR tinggi.

PENUTUP

Kesimpulan: Kesimpulan yang dapat saya ambil dari kepustakaan yang telah saya baca adalah memang benar tingginya angka kematian bayi di daerah tersebut disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan serta kurangnya kesadaran untuk berperilaku sehat. Maka dari itu, penyuluhan Puskesmas harus dilakukan untuk menambah pengetahuan kesehatan masyarakat serta menurunkan tingkat kematian bayi dan ibunya. Penyuluhan tersebut sangat mendukung tindakan promotif yang berfungsi untuk meningkatkan kesehatan dan preventif untuk mencegah penyakit tersebut menyerang masyarakat. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan pemenuhan

gizi yang cukup pada bayi dan ibunya, menyelenggarakan program KB, dan imunisasi untuk ibu dan balita. Sanitasi lingkungan pun turut diperhatikan agar lingkungan pun juga mendukung dalam menunjang kegiatan peningkatan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA 1. Fajar, Ibnu, dkk. Penilaian status gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2001. 2. Arisman. Gizi dalam daur kehidupan buku ajar ilmu gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2004. 3. Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. Kesehatan dan gizi. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. 4. Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan Undang-Undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Jakarta:Visimedia, 2009 5. Susanto A, Tamba E, Hidayat D, et al. Paradigma sehat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana; 2010. 6. Kurniawan A. Gizi seimbang untuk hipertensi. Disampaikan pada Seminar Hipertensi Senat Mahasiswa Kedokteran YARSI, Sabtu, 21 September, 2002 7. www.scribd.com/doc/39037272/Gizi-buruk 8. Sediaoetama AD. Ilmu Gizi. Jilid 2. Jakarta: Dian Rakyat; 2006.h. 48-52
9. Tulchinsky, TH, Varavikova. The new public health. UK: Academic press;2009.h.304 10. Dorland. Kamus kedokteran.EGC:2002. 11. Schwartz, M William. Pedoman klinis pediatri. Jakarta: EGC; 2004. h.310.

12. Carpenito, LJ. Diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC. 2009; 541 13. Efendy N, Yasmin A. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 1998.h.268-72. 14. http://library.usu.ac.id/download/fkm/biostatistik-nasap.pdf
15. Posyandu.

Diunduh

dari

http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com-

content&task=view&id=11541&Itemid=698 pada 2 Desember 2010. 16. Ridwan N, Herawati DMD, Hasanbasri M. Revitalisasi Posyandu, Pengaruhnya terhadap kinerja Posyandu. Majister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Juli 2007; 3: 11-6. 17. Suryanah. Keperawatan anak untuk siswa spk. Edisi 1. Jakarta: RGC; 1996. hal 109-11, 116

18. Lusa. Program kb di

indonesia. Lusa[Internet], [4 Desember 2010]. Tersedia dari :

http://www.lusa.web.id/program-kb-di-indonesia/Chandra, Budiman. Ilmu kedokteran pencegahan kominutas. Jakarta: EGC; 2009.h.243-50. 19. Manuaga IBG. Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998.h. 438-462 20. KG, Rengganis I. Imunologi dasar. Edisi ke-8. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,2009 21. Bonita R, Beagehole R, Kjellstom T. Basic epidemiology. Edisi 2. India: WHO ;2006. hal 26
22. Soesastro H, Budima A, Triaswati N, Alisjahbana A, Adiningsih S. Pemikiran dan

Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam setengah abad terakhir. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2005.h.480-1
23. Gabriel Duc, "The crucial role of definition in perinatal epidemiology," Sozial- und

Prventivmedizin/Social and Preventive Medicine, Vol. 40, No. 6 (November 1995): 357-360
24. Barbara A. Anderson; Brian D. Silver (December 1986). "Infant Mortality: regional

differences and measurement issues". Population and Development Review (Population and Development Review, Vol. 12;(4): 705737

Anda mungkin juga menyukai