Anda di halaman 1dari 34

KELUARGA BERENCANA

A.

Definisi Keluarga Berencana Menurut BKKBN artinya mengatur jumlah anak sesuai

kehendak anda dan menentukan sendiri kapan anda ingin hamil atau salah satu usaha masalah kependudukan sekaligus merupakan bagian yang terpadu dalam program Pembangunan Nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, sosbud penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi Nasional. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan

kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan Program Keluarga Berencana.
Pelayanan keluarga berencana bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui pengaturan jumlah keluarga secara terencana dalam upaya mewujudkan keluarga kecil. Keluarga berencana memiliki peranan dalam menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan atau membatasi kehamilan bila anak sudah dianggap cukup. Dengan demikian pelayanan keluarga berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama.

B.

Macam-macam metode Keluarga Berencana (KB) Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan adalah 1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan 2. Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita 3. Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida 4. Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant)

5. Kontrasepsi dengan AKDR 6. Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi)

1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan a) Senggama terputus (coitus interuptus) Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai sekarang. Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik keluar penis dari vagina. Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat maupun persiapan, akan tetapi

kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria dan bisa mengurangi kenikmatan/kepuasan dalam berhubungan seksual. Selanjutnya

penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni. Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun). Dan efektivitasnya akan jauh menurun jika sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis. Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh: 1. Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory fluid) yang dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang (repeated coitus); 2. Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina; 3. Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan.

b) Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)

Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka atau obat lain) segera koitus merupakan cara yang telah lama sekali dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermasida serta menjaga asiditas vagina. Cara ini mengurangi kemampuan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu karena sebelum pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam jumlah besar telah memasuki servik uteri. c) Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation) Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil lebih kecil apabila mereka menyusui anaknya segera setelah melahirkan. Menyusui secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama ibu belum mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektivitasnya dapat mencapai 98 %. Hal ini dapat efektif bila ibu menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup asupan per laktasi; ibu belum mendapat haid, dan atau dalam 6 bulan pasca persalinan. Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan adanya ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat mendahului haid pertama sehingga apabila hanya mengandalkan pemberian ASI saja dapat memberikan resiko kehamilan untuk itu dapat dipertimbangan pemakaian kontrasepsi lain. d) Pantang berkala (rhythm method) Cara ini awalnya diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan Hermann Knaus dari Jerman, pada saat yang sama, kira-kira tahun1931. Oleh karena itu cara ini sering juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak dari hasil penyelidikan bahwa seorang wanita hanya dapat hamil selama beberapa hari saja dalam tiap daur haidnya. Masa subur yang disebut Fase Ovulasi mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu, wanita tersebut berada dalam masa tidak subur. Kesulitan cara ini ialah bahwa

waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk ditentukan; ovulasi umumnya terjadi 14 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Berikut ini cara mengetahui dan menghitung masa subur: Bila siklus haid teratur (28 hari) : Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid Pada wanita dengan haid yang tidak teratur: Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus). Satu siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini hingga hari pertama haid berikutnya. Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur. Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek 18 Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang 11 2. Kontrasepsi secara mekanis a. Pria Kondom Penggunaan kondom mempunyai tujuan perlindungan terhadap penyakit kelamin yang telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Kini paling umum dipakai ialah kondom dari karet; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. Kini telah tersedia berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. Pada waktu sekarang kondom telah dipergunakan secara luas di seluruh dunia dalam program keluarga berencana. Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus, dan mencegah tumpahnya sperma dalam vagina.

Bentuk kondom adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm dan panjang lebih kurang 19 mm. Kondom dilapisi dengan pelicin yang mempunyai sifat spermatisid. Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat memberi perlindungan terhadap penyakit kelamin. Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Sebab-sebab kegagalan memakai kondom ialah bocor atau koyaknya alat itu atau tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak dikeluarkannya penis segera setelah terjadi ejakulasi. Efek sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk membuat karet. Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam penggunaannya. Mengenai pemakaian kondom perlu diperhatikan hal-hal berikut : 1. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik. 2. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada pria yang tidak bersunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu. 3. Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung sperma. Pada kondom yang mempunyai kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah udara terlebih dahulu sebelum kondom dipasang. 4. Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk mencegah terjadinya robekan. 5. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan tahanlah kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina, supaya sperma tidak tumpah.

b. Wanita Diafragma vaginal Dewasa ini diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang tidak dapat berkarat, ada pula yang dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti per. Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma, obat spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya. Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal seperti : 1. keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik. 2. jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan perlindungan yang terus-menerus. 3. jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara waktu oleh karena sesuatu sebab. Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan. Efek sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obat spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi perkembangbiakan bakteri yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama terpasang di situ. Efektivitas nya sedang (bila digunakan dengan spermasida angka kegagalan 6-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama).

3. Kontrasepsi dengan menggunakan obat spermatisid Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen, yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan vehikulum yang nonaktif dan yang dipergunakan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin erat hubungan antara zat kimia dan sperma, makin

tinggi efektivitas obat. Oleh sebab itu, obat yang paling baik ialah yang dapat membuat busa setelah dimasukkan ke dalam vagina, sehingga kelak busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida umumnya digunakan bersama-sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada kontraindikasi terhadap cara lain. Efek sampingan jarang terjadi dan umumnya berupa reaksi alergi. Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam bentuk : suppositorium : Lorofin suppositoria, Rendel pessaries.

Suppositorium dimasukkan sejauh mungkin ke dalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru mulai aktif setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam. jelly atau cream. 1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, 2) Delfen vaginal cream. Jelly lebih encer daripada cream. Obat ini disemprotkan ke dalam vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam. tablet busa : Sampoon, Volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet terlebih dahulu dicelupkan ke dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam vagina sejauh mungkin. Lama kerjanya 3060 menit. Efektivitas KB spermatisid ini kurang (3 21 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama).

4. Kontrasepsi hormonal Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk, oral, injeksi, dan implant. Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya progestin mini pil. Kontrasepsi injeksi atau implant hanya mengandung progestin atau kombinasi estrogen dan progestin. Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi)

Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron dapat diberikan per oral, suntikan IM. Kontrasepsi oral paling sering digunakan dan sering terdiri dari kombinasi suatu zat estrogen dan bahan prosgestasional yang diminum tiap hari selama 3 minggu dan berhenti selama 1minggu, agar terjadi perdarahan lucut (with drawal bleeding) dari uterus. Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan

dalam tahun pertama penggunaan). Mekanisme kerja Efek kontraseptif obat-obat yang mengandung steroid bersifat multiple, tetapi efek yang terpenting adalah mencegah terjadinya

ovulasi dengan menekan gonadotropin releasing factors dari hypothalamus. Yang mana hal ini dapat menghambat sekresi follicle stimulating hormone dan lutenizing hormone dari hipofisis. Estrogen saja dalam dosis yang memadai akan menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin. Estrogen ini juga mungkin akan menghambat implantasi dengan mengubah pematangan endometrium. Estrogen mempercepat transportasi ovum; namun, progestin menyebabkan perlambatan. Karena itu, peran keduanya dalam mengubah motilitas tuba dan uterus masih belum jelas. Progestin menyebabkan terbentuknya mucus servik yang kental, sedikit, selular, dan menghambat jalannya sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin terhambat. Seperti estrogen, progestin menyebabkan endometrium menjadi kurang memungkin kan untuk implantasi blastokista. Akhirnya progestin juga dapat menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin. Efek gabungan dari estrogen dan progestin dalam kaitannya dengan kontrasepsi adalah supresi ovulasi yang sangat efektif, blockade penetrasi sperma oleh mucus serviks, dan penghambatan implantasi di endometrium apabila dua mekanisme pertama gagal.

Kontrasepsi oral kombonasi estrogen plus progestin, apabila diminum setiap hari selama 3 dari 4 minggu, menghasilkan proteksi terhadap kehamilan yang hampir absolute. Kontrasepsi progestasional Progestin oral Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 g atau kurang yang diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh karena insiden perdarahan ireguler dan angka kehamilannya jauh lebih tinggi. Pilihan yang baik bagi ibu yang menyusui, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah melahirkan. Pil ini mengganggu kesuburan tapi tidak selalu menghambat penetrasi ovulasi. Kemungkinan sebabnya adalah terbentuknya mukus serviks yang menghambat penetrasi sperma dan perubahan pematangan endometrium sehingga dapat menolak implantasi blastokista. Keuntungan Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum terbukti, lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan darah atau nyeri kepala, tidak berefek pada metabolisme karbohidrat dan diperkirakan lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala premenstruasi. Kekurangan Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik apabila kontrasepsi gagal, perdarahan uterus yang tidak jelas, kista ovarium fungsional menjadi sering, dan pil ini harus diminum paa waktu yang sama atau hampir sama tiap harinya, yang jika terlambat sekalipun hanya 3 jam untuk 2 hari berikutnya harus digunakan kontrasepsi lain sebagai tambahan. Kontraindikasi

Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas, riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional. Kontrasepsi progestin suntik Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang setara dengan atau lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek bertahan lama dengan hanya 4 6 kali penyuntikan setahun, dan gangguan laktasi yang minimal. Depo medroksiprogesteron asetat (Depo provera) dan

Noretindron etantat (Norgest) telah banyak dipakai secara luas diseluruh dunia, mekanisme kerja kedua obat tampaknya multipel, termasuk inhibisi ovulasi, peningkatan kekentalan mukus serviks, dan pembentukan endometrium yang kurang ramah bagi implantasi ovum. Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral. Kekurangannya mencakup amenorea berkepanjangan,

perdarahan uterus selama dan setelah pemakaian, dan anovulasi yang lama setalah penghentian kontrasepsi. Pemulihan kesuburan akan lambat namun tidak terhambat, pada pemakaian jangka panjang trigliserida dan kolesterol HDL menurun tetapi kolesterol LDL tidak meningkat, hanya terjadi sedikit modifikasi

metabolisme glukosa, insiden anemia defisiensi besi menurun. Disamping itu terjadi juga peningkatan berat badan yang nyata. Depo medroksiprogesteron disuntikan dalam-dalam di kuadran luar atas bokong tanpa dipijat untuk memastikan agar obat dilepaskan secara perlahan-lahan. Dosis lazim adalah 150 mg setiap 90 hari. Noetindron etantat disuntikan dengan cara yang sama dalam dosis 200mg, tetapi penyuntikan obat ini harus diulang setiap 60 hari.

10

Implan progestin (sistem Norplant) Sistem norplant menyalurkan levonorgestrel dalam wadah silastik yang diimplantasikan dijaringan subdermal. Setiap wadah memiliki panjang 34mm, garis tengah 2,4mm, dan mengandung 36 mg levonorgestrel. Dosis kombinasi sebesar 216 mg menghasilkan pembebasan ke dalam plasma sekitar 85 g/hari untuk 6 sampai 8 hari pertama dan menghasilkan kontrasepsi yang efektif. Ini merupakan salah satu metode yang paling efektif yang tersedia. Dan yang paling utama, bahwa setelah penghentian pemakaian fertilitas akan segera pulih dengan segera. Keunggulan dan kekurangan hampir identik dengan progestin oral, kecuali efek pada metabolisme karbohidrat. Dilaporkan bahwa setelah pemakaian 6 bulan, kadar glukosa dan insulin mengalami perubahan bahkan pada wanita nondiebetik. Pada wanita normal perubahan ini tidak bermakna, tetapi akan sangat mengkhawtirkan pada orang yang berpotensi untuk diabetik. Injeksi Medroksiprogesteron asetat/ Estradiol Sipionat Obat kontrasepsi baru yang disuntikan setiap bulan. Obat ini mengandung 25mg Medroksiprogesteron asetat plus 5 mg estradiol sipionat yang dipasarkan dengan nama Lunelle atau Cyclo-Provera. Mekanisme kerja obat ini dengan menghambat ovulasi dan menekan proliferasi endometrium. Kadar estrasdiol mencapai puncak pada 3 sampai 4 hari pascainjeksi dengan nilai yang setara dengan lonjakan praovulasi dalam siklus menstruasi ovulatorik normal. Kadar estradiol menetap setinggi ini selama sekitar 10-14 hari, dan penurunannya menyebabkan perdarahan lucut 10 sampai 20 hari pasca penyuntikan. Frekuensi penyuntikan merupakan masalah yang nyata. Timbulnya perdarahan yang tidak teratur, namun setelah 3 bulan pemakaian, ketidakteraturan perdarahan tampaknya menjadi lebih jarang terjadi dibandingkan dengan

11

injeksi depomedroksiprogesteron asetat. Pulihnya kesuburan setelah penghentian berlangsung cepat, dengan hampir 83% wanita menjadi hamil dalam 12 bulan setelah penghentian. Angka pemulihan kesuburan jauh lebih cepat daripada penghentian dengan suntikan Depomedroksiprogesteron asetat.
Kontrasepsi oral jangan digunakan pada wanita yang mengalami salah satu keadaan dibawah ini : Gangguan tromboflebitis atau tromboembolus Riwayat tromboflebitis vena dalam atau gangguan tromboembolus Penyakit sereborvaskular atau arteria koroner Diketahui atau dicurigai mempunyai karsinoma payudara Karsinoma endometrium atau diketahui atau dicurigai mempunyai neoplasma dependen estrogen Perdarahan genital abnormal yang tidak diketahui penyebabnya Ikterus kolestatik pada kehamilan atau riwayat ikterus setelah menggunakan pil Adenoma atau karsinoma hati Diketahi atau dicurigai hamil Peringatan : Merokok meningkatkan resiko efek samping kardiovaskular yang serius akibat pemakaian kontrasepsi oral. Resiko meningkat seiring usia dan merokok dalam jumlah besar (15 batang atau lebih per hari) dan sering mencolok pada wanita berusia 35 tahun atau lebih. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral harus benar-benar diingatkan untuk tidak merokok. kontraindikasi dan peringatan tentang pemakaian Kontrasepsi ora kombinasi 3 Dari Physicians Desk Reference (2000)

5. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Mekanisme kerja Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista dan sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga sering timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus pada wanita tersebut.

12

Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion logam tembaga (Cu); pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama makin berkurang. Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan). Jenis-jenis AKDR Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang paling banyak digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis copper T dan spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral (Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C, dan NovaT), tulang ikan (MLCu350 dan 375), dan batang (Gynefix). Unsur tambahan adalah tembaga (cuprum), atau hormon (Levonorgestrel). Keuntungan-keuntungan AKDR AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena : 1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali motivasi 2. Tidak menimbulkan efek sistemik 3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal 4. Efektivitas cukup tinggi 5. Reversibel 6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI Efek samping AKDR Perdarahan Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulan-bulan pertama pemakaian Rasa nyeri dan kejang di perut Gangguan pada suami Ekspulsi (pengeluaran sendiri) 13

Komplikasi AKDR Infeksi AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan disucihamakan. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR. Perforasi Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi pula kemudian. Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera dikeluarkan segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu pula dengan yang mengandung logam. Pengeluaran dapat dilakukan dengan laparotomi jika dengan laparoskopi gagal, atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR yang menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear, dan tidak mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera. Kehamilan Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan, sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jka benangnya tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus. Pemasangan AKDR AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut : 1. Sewaktu haid sedang berlangsung Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir haid. Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu sedang terbuka dan lembek, rasa nyeri

14

tidak

seberapa

keras,

perdarahan

yang

timbul

akibat

pemasangan

tidak

seberapa

dirasakan,

kemungkinan

pemasangan pada uterus yang sedang hamil tidak ada. 2. Sewaktu postpartum Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan: a. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit. b. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan setelah partus atau abortus. c. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortus. Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 6-8 minggu

postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar. 3. Sewaktu postabortum Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan kontraindikasi 4. Beberapa hari setelah haid terakhir Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR dipasang. Sebelum dipasang, sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk AKDR yang dipasang dan bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan dijelaskan pula kemugkinan efek samping yang dapat terjadi seperti perdarahan, rasa sakit , AKDR yang keluar sendiri.

15

Tehnik pemasangan AKDR Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor

dibaringkan diatas meja ginekologi dalam posisi litotomi. Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan betadine Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar uterus Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik. Lalu dengan tenakulum dijepit bibir depan porsio uteri, dan dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah dan panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri. AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa sentuh, lalu dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai uterus. Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga AKDR bebas. Setelah selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan tenakulum juga dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2 - 3 cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat.

16

selah

pemasangan

AKDR

dilakukan

minggu

sesudahnya; pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan. Cooper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun

pemasangan, tetapi apabila diinginkan.

dapat dilepaskan lebih awal

6. Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi) Tubektomi Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi. Tindakan tersebut dapat dilakukan setelah persalinan atau pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas dari pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan untuk tetap memilih tubektomi, dilakukan 68 minggu persalinan atau pada masa interval. Keuntungan tubektomi ialah : Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang Efektivitas hampir 100% Tidak mempengaruhi libido seksualis Kegagalan dari pihak pasien tidak ada ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak

Kerugiannya

reversibel, walaupun ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang masih menginginkan anak lagi dengan operasi Rekanalisasi. Indikasi dilakukannya tubektomi : Penghentian fertilitas atas indikasi medik 17

Kontrasepsi permanen

Syarat-syarat tubektomi : Syarat sukarela Syarat bahagia Syarat medik

Vasektomi Di Indonesia, vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga berencana nasional. Dan masih banyak pria di Indonesia menganggap vasektomi tersebut identik dengan dikebiri dan dapat menimbulkan impotensi. Vasektomi, selain aman dari kegagalan dengan tingkat keberhasilan 79%, menurut Kasmiyati, juga mampu menaikkan libido seks. Ini berarti, vasektomi sama sekali tak menimbulkan impotensi atau ketidak jantanan. Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki tindakan kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa dilakukan pada dirinya.Kontraindikasi,

kontrasepsi

sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelainan lokal yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus

disembuhkan dahulu. Keuntungan vasektomi : Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental Tidak mengganggu libido seksualitas Operasinya hanya berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit

Sehabis operasi, peserta vasektomi baru boleh melakukan hubungan intim dengan pasangannya setelah enam hari. Itupun harus wajib menggunakan kondom selama 12 kali hubungan demi pengamanan. Komplikasi vasektomi : infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit, terjadinya hematom oleh karena perdarahan kapiler, epididimitis, terbentuknya granuloma.

18

Kegagalan dapat terjadi karena: terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan memotong vas deferens, tidak diketahi adanya anomali vas deferens, koitus dilakukan sebelum kantong seminalnya betul-betul kosong.

19

SIKLUS MENSTRUASI

A.

Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,

disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus mentruasi ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas. Lama menstruasi biasanya antara 3-5 hari, tetapi kadang bervariasi tiap individu. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 16 cc. Siklus menstruasi dibagi menjadi dua bagian yaitu siklus ovarium dan siklus uterus.

1. Siklus Ovarium Ovarium mengalami perubahan-perubahan dalam besar, bentuk dan posisinya sejak bayi dilahirkan hingga masa tua seorang wanita. Di samping itu, terdapat perubahan-perubahan histologik yang disebabkan oleh rangsangan berbagai kelenjar endokrin.

Gambar Siklus ovarium

20

Fase Folikuler Fase folikuler bermula setelah haid. Pada mulanya terdapat peningkatan hormon perangsang folikel (FSH), yang merangsang pertumbuhan dan pematangan folikel-folikel, dan transisi dari frekuensi kadar LH rendah ke yang tinggi. Sintesis dan pelepasan LH dan FSH diatur oleh LH-RH (luteinizing hormome releasing hormone). LH-RH dibuat dalam neuron di hipotalamus, dilepaskan ke dalam pembuluh darah portal hipofisis, dan diangkut oleh aliran akoplasma ke bagian depan kelenjar hipofisis. Rekrutmen folikel terjadi dalam 4 sampai 5 hari pertama fase folikuler, dan pada hari ke 5 sampai 7 terjadi seleksi dari subuah folikel yang dominant. Folikel-folikel yang tersisa bisa mengalami tambahan pertumbuhan yang terbatas tetapi pada akhirnya akan mengalami atresia. Pematangan sebuah folikel yang dominant terjadi antara hari ke 8 dan 12. Folikel yang dominan itu mencapai diameter rata-rata 20mm beberapa hari sebelum lonjakan LH. Folikel tersebut mengandung sel-sel teka dan sel-sel granulose. Sel-sel teka memiliki reseptor LH dan bereaksi terhadap perangsangan LH dengan memproduksi androgen, terutama androstenedion dan testosterone. Sel-sel granulose, yang terletak di bagian dalam folikel, adalah penghasil utama estrogen.

21

Seringkali ovulasi terjadi antara hari ke-13 dan 15. Fase ovulasi mulai 2 sampai 3 hari sebelum gejolak pertengahan siklus dari LH ketika terjadi peningkatan 17 -estradiol yang sejajar dengan kenaikan kecil dari progesterone, 17-hidroksiprogesteron, dan inhibin. Kenaikan progesterone merefleksikan proses luteinisasi dari sel-sel granulose setelah penambahan dari reseptor-reseptor LH dan yang membuat LH mampu untuk memulai biosintesis dari progesterone dan 17-hidroksiprogesteron. Lonjakan LH dan FSH mulai tiba-tiba dan disertai sementara oleh kadar 17 -estradiol puncak dan permulaan kenaikan yang cepat dari progesterone 12 jam lebih awal. Durasi lonjakan LH berkisar 48 jam. Ovulasi terjadi sekitar 36 jam setelah lonjakan LH dimulai. Pertumbuhan Folikel Pada saat seorang anak perempuan lahir, masing-masing ovum dikelilingi oleh selapis sel-sel granulosa, dan ovum, dengan selubung sel granulosanya disebut folikel primordial. Sepanjang masa kanak-kanak, sel-sel granulosa diyakini berfungsi memberi makanan untuk ovum dan untuk mensekresi faktor yang menghambat pematangan oosit, yang membuat ovum tetap dalam keadaan primordial, menahan ovum sepanjang waktu ini dalam fase profase pembelahan

22

meiosis. Kemudian, sesudah pubertas, bila FSH dan LH dari kelenjar hipofisis anterior mulai disekresikan dalam jumlah besar, seluruh ovarium, dengan folikelnya, akan memulai pertumbuhannya. bersama

Gambar Folikel primordial

Tahap pertama pertumbuhan folikel berupa pembesaran sedang dari ovum itu sendiri, yang meningkat diameternya menjadi dua sampai tiga kali lipat, kemudian diikuti dengan pertumbuhan lapisan sel-sel granulosa tambahan, dan folikel menjadi apa yang disebut folikel primer. Sekurang-kurangnya beberapa perkembangan ke tahapan ini dapat terjadi walaupun tidak ada FSH dan LH, tetapi perkembangan melebihi titik ini tidak mungkin terjadi tanpa kedua hormon tersebut. Selama beberapa hari pertama sesudah dimulainya menstruasi, konsentrasi FSH dan LH meningkat dari sedikit menjadi sedang, di mana peningkatan FSH sedikit lebih besar dan lebih awal beberapa hari dari LH. Hormon-hormon, ini, khususnya FSH, dapat mempercepat pertumbuhan 6-12 folikel primer setiap bulan. Efek awalnya adalah proliferasi yang berlangsung cepat dari sel granulosa, menyebabkan lebih banyak sel-sel berbentuk kumparan yang dihasilkan dari interstitium ovarium berkumpul dalam beberapa lapisan di luar sel granulosa, membentuk kelompok sel kedua yang disebut teka. Teka terbagi menjadi dua sublapisan: teka interna, sel-selnua mempunyai karakteristik epitelium yang mirip dengan sel-sel granulosa dan membentuk suatu kemampuan untuk mensekresi hormon steroid, yang mirip dengan kemampuan sel granbulosa untuk mensekresi sejumlah kecil hormon-hormon yang berbeda. Lapisan luar, teka eksterna, berupa 23

kapsul jaringan ikat yang sangat vaskuler. Kapsul ini akan berkembang menjadi kapsul dari folikel yang sedang tumbuh.

Gambar Folikel primer

Sesudah tahap awal pertumbuhan proliferasi, yang berlangsung selama beberapa hari, massa sel granulosa mensekresi cairan folikular yang mengandung estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Pengumpulan cairan ini menyebabkan munculnya antrum di dalam massa sel granulosa. Sekali antrum sudah terbentuk, sel granulosa dan sel teka berproliferasi lebih cepat, laju kecepatan sekresinya meningkat, dan masing-masing folikel yang tumbuh menjadi folikel antral.

Gambar Folikel antral

24

Pertumbuhan awal dari folikel primer menjadi tahap antral dirangsang oleh FSH sendiri. Kemudian peningkatan pertumbuhan secara besar-besaran terjadi di dalam folikel antral, menuju ke arah folikel yang lebih besar yang disebut folikel vesikular. Peningkatan pertumbuhan ini terjadi sebagai berikut: 1. Estrogen disekresikan ke dalam folikel dan menyebabkan sel-sel granulosa membentuk jumlah reseptor FSH yang semakin banyak; keadaan ini menyebabkan suatu efek umpan balik positif karena estrogen membuat sel-sel granulosa jauh lebih sensitif terhadap FSH yang disekresikan oleh hipofisis anterior. 2. FSH dari hipofisis dan estrogen bergabung untuk memacu reseptor LH terhadap sel-sel granulosa juga, sehingga LH dapat merangsang sel-sel ini sebagai tambahan terhadap rangsangan oleh FSH dan membentuk peningkatan sekresi folikular yang cepat. 3. Peningkatan jumlah estrogen dari folikel ditambah dengan peningkatan LH dari kelenjar hipofisis anterior bersama-sama bekerja untuk menyebabkan proliferasi sel-sel teka folikular dan juga meningkatan sekresi folikular. Oleh karena itu, sekali folikel antral mulai tumbuh, pertumbuhan lebih lanjut folikel-folikel tersebut terjadi dengan cepat. Diameter ovum sendiri juga masih membesar tiga sampai empat kali lipat lagi, menghasilkan peningkatan diameter total dari awal sampai menjadi 10 kali lipat, atau peningkatan massa sebesar 1000 kali lipat.

Ketika folikel vesikular membesar, ovum sendiri tetap tertanam di dalam massa sel granulosa yang terletak pada sebuah kutup dari folikel. Ovum bersama dengan sel granulosa di sekelilingnya disebut kumulus ooforus. Setelah pertumbuhan selama satu minggu atau lebih-tetapi sebelum terjadi ovulasi-salah satu dari folikel mulai tumbuh melebihi semua folikel yang lain; sisanya mulai berinvolusi, dan sisa folikel ini dikatakan mengalami atretik. Penyebab atresia masih belum diketahui, tetapi diduga dikarenakan sebagai berikut: satu-satunya folikel yang sangat berkembang daripada folikel yang lain juga menyekresikan lebih banyak estrogen. Lebih jauh lagi, estrogen

25

menyebabkan satu efek umpan balik positif dalam folikel tunggal setempat tersebut karena FSH (1) meningkatkan proliferasi sel granulosa dan sel teka, yang menimbulkan produksi estrogen lebih lanjut dan siklus proliferasi sel yang baru, dan (2) kombinasi dari FSH dan estrogen menyebabkan peningkatan jumlah reseptor FSH dan LH pada sel-sel granulosa dan lebih banyak pada sel-sel teka, sehingga menghasilkan suatu siklus umpan balik positif yang lain Efek-efek ini bersama-sama akan menyebabkan suatu ledakan peningkatan kecepatan sekresi cairan dan hormon dalam folikel yang berkembang dengan cepat ini. Pada waktu yang sama, sejumlah besar estrogen yang berasal dari folikel ini bekerja pada hipotalamus untuk lebih menekan kecepatan sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis anterior, diyakini dengan cara ini dapat menghambat pertumbuhan dari folikelfolikel yang kurang berkembang, yang belum memulai rangsangan umpan balik positifnya sendiri. Oleh karena itu, folikel yang paling besar dapat melanjutkan pertumbuhannya karena pengaruh efek-efek umpan balik positif intrinsik yang dimilikinya sementara semua folikel yang lain berhenti tumbuh, dan berinvolusi. Proses atresia ini penting karena hanya membuat satu folikel tumbuh sampai cukup besar untuk berovulasi. Folikel tunggal tersebut mencapai ukuran 1 sampai 1,5 cm pada saat ovulasi dan disebut sebagai folikel yang matang.

Gambar. Folikel yang matang

26

Ovulasi LH diperlukan untuk pertumbuhan akhir dari folikel dan ovulasi. Tanpa hormon ini, bahkan walaupun FSH tersedia dalam jumlah besar, folikel tidak akan berkembang ke tahap ovulasi. Sekitar dua hari sebelum ovulasi, laju kecepatan sekresi LH oleh kelenjar hipofisis anterior meningkat dengan pesat, menjadi 6 sampai 10 kali lipat dan mencapai puncaknya 16 jam sebelum ovulasi. FSH juga meningkat kira-kira dua sampai tiga kali lipat pada saat yang bersamaan, dan kedua hormon ini akan bekerja secara sinergistik untuk mengakibatkan pembengkakan folikel yang berlangsung cepat selama beberapa hari sebelum ovulasi. LH juga mempunyai efek khusus terhadap sel granulosa dan sel teka, yang mengubah kedua jenis sel tersebut menjadi lebih bersifat sel yang mensekresikan progesteron dan sedikit mensekresikan estrogen. Oleh karena itu, sekresi estrogen mulai menurun kirakira 1 hari sebelum ovulasi, sementara sejumlah kecil progesteron mulai disekresikan. Pada lingkungan dimana terjadi folikel yang berlangsung cepat, berkurangnya sekresi estrogen sesudah fase sekresi estrogen yang berlangsung lama, dan dimulainya sekresi progesteron, terjadi ovulasi. Sekresi LH dalam jumlah besar menyebabkan sekresi hormon-hormon steroid folikular dengan cepat, yang mengandung sejumlah kecil progesteron untuk pertama kalinya. Dalam waktu beberapa jam akan berlangsung dua peristiwa yang diperlukan untuk ovulasi: Teka eksterna (kapsul folikel) mulai melepaskan enzim proteolitik dari lisosim yang mengakibatkan pelarutan dinding kapsul dan akibatnya yaitu melemahnya dinding, menyebabkan makin membengkaknya seluruh folikel dan degenerasi dari stigma. Secara bersamaan, akan terjadi pertumbuhan pembuluh darah baru yang berlangsung cepat ke dalam dinding folikel, dan pada saat yang sama, prostaglandin akan disekresi dalam jaringan folikular. Kedua efek ini selanjutnya akan mengakibatkan transudasi plasma ke dalam folikel, yang juga berperan pada pembengkakan folikel. Beberapa saat

27

sebelum ovulasi, dinding luar folikel yang menonjol akan membengkak dengan cepat, dan daerah kecil pada bagian tengah kapsul, yang disebut stigma, akan menonjol. Dalam waktu 30 menit kemudian, cairan mulai mengalir dari folikel melalui stigma. Sekitar 2 menit kemudian, ketika folikel menjadi lebih kecil karena kehilangan cairannya, stigma akan robek cukup besar, dan cairan yang lebih kental yang terdapat di bagian tengah folikel mengalami evaginasi keluar ke dalam abdomen. Cairan kental ini membawa ovum bersamanya, yang dikelilingi oleh beberapa ratus sel granulosa kecil yang disebut korona radiata.

Gambar Ovulasi

Ovulasi pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari, terjadi 14 hari sesudah terjadinya menstruasi.

Fase Luteal Selama beberapa jam pertama sesudah ovum dikeluarkan dari folikel, selsel granulosa dan teka interna yang tersisa berubah dengan cepat menjadi sel lutein. Diameter sel ini membesar dua kali atau lebih dan terisi dengan inklusi lipid yang memberi tampilan kekuningan. Proses ini disebut luteinisasi, dan seluruh massa dari sel bersama-sama disebut sebagai korpus luteum. Suatu suplai vaskular yang berkembang baik juga tumbuh ke dalam korpus luteum. Sel-sel granulosa dalam korpus luteum mengembangkan sebuah retikulum endoplasmik halus yang luas, yang akan membentuk sejumlah besar hormon progesteron dan estrogen tetapi lebih banyak progesteron. Sel-sel teka terutama lebih membentuk hormon androgen, androstendion dan testosteron daripada

28

hormon seks wanita. Akan tetapi, sebagian besar hormon tersebut akan dikonversi oleh sel-sel granulosa menjadi hormon-hormon wanita. Pada wanita normal, diameter korpus luteum tumbuh menjadi kira-kira 1,5cm, tahap perkembangan ini dicapai dalam waktu kira-kira 7 sampai 8 hari setelah ovulasi, menjadi pada yang disebut korpus albikans; selama beberapa minggu korpus albikan akan digantikan oleh jaringan ikat. Perubahan sel-sel granulosa dan sel teka menjadi sel lutein sangat bergantung pada LH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior. Luteinisasi sel-sel granulosa juga bergantung pada pengeluaran ovum dari folikel. Sebuah hormon setempat yang masih belum ditemukan pada cairan folikel, yang disebut faktor penghambat luteinisasi, berfungsi menahan proses luteinisasi sampai sesudah ovulasi. Karena alasan inilah, korpus luteum tidak berkembang pada folikel yang tidak berovulasi. Korpus luteum adalah organ yang sangat sekretorik, yang mensekresi sejumlah besar progesteron dan juga mensekresi estrogen. Sekali LH (terutama yang disekresi selama ovulasi) bekerja pada sel granulosa dan sel teka untuk menimbulkan luteinisasi, maka sel-sel lutein yang baru terbentuk kelihatannya diprogram untuk meneruskan tahapan yang sudah diatur, yaitu (1). Proliferasi, (2). Pembesaran, dan (3). Sekresi, kemudian diikuti dengan (4) degenerasi. Bahkan pada keadaan tidak ada sekresi LH lebih lanjut oleh kelenjar hipofisis anterior, proses ini masih tetap berlangsung, tetapi hanya selama 4 sampai 8 hari. Sebaliknya, adanya Lh akan meningkatkan tingkat pertumbuhan korpus luteum, sekresinya bertambah banyak, dan masa hidupnya bertambah lama. Estrogen, khususnya, dan progesteron, dalam jumlah sedikit, yang disekresi oleh korpus luteum selama tahap luteal dari siklus ovarium mempunyai efek umpan balik yang kuat terhadap kelenjar hipofisis anterior dalam mempertahankan kecepatan sekresi FSH maupun LH yang rendah. Selain dari itu, sel lutein juga akan mensekresi sejumlah kecil hormon inhibin. Hormon ini menghambat sekresi kelenjar hipofisis anterior, khususnya FSH. Sebagai akibatnya, konsentrasi FSH dan LH dalam darah turun menjadi rendah, dan hilangnya hormon ini menyebabkan korpus luteum berdegenerasi secara

29

menyeluruh, suatu proses yang disebut involusi korpus luteum. Involusi akhir terjadi pada hampir tepat 12 hari dari masa hidup korpus luteum, yang merupakan hari ke-26 dari siklus seksual wanita normal, 2 hari sebelum menstruasi dimulai. Kurangnya sekresi estrogen, progesteron dan dihasilkannya inhibin dari korpus luteum akan menghilangkan umpan balik negatif dari kelenjar hipofisis anterior, memungkinkan kelenjar kembali meningkatkan sekresi FSH, dan setelah beberapa hari kemudian sedikit meningkatkan jumlah LH. FSH dan LH akan merangsang pertumbuhan folikel baru untuk memulai siklus ovarium yang baru. Tetapi sebelum folikel-folikel ini dapat berlanjut secara bermakna, sejumlah kecil sekresi progesteron dan estrogen akan menyebabkan menstruasi oleh uterus.

2.

Siklus Uterus Uterus terdiri dari 2 lapisan dasar; yang sebelah luar, tebal, miometrium

yang berotot, dan yang sebelah dalam, tipis, jaringan berkelenjar, endometrium. Endometrium berespon terhadap estrogen dengan mengalami pembelahan mitosis yang cepat dan pembentukan struktur kelenjar (endometrium fase proliferasi). Setelah ovulasi, korpus luteum menghasilkan sejumlah besar progesterone, yang bekerja terhadap endometrium untuk memperbesar ukuran kelenjar-kelenjar pada endometrium dan meningkatkan pembuatan dan pengeluaran protein-protein dan factor-faktor lain (endometrium fase sekresi) dalam persiapan untuk implantasi dan kehamilan. Endometrium fase sekresi dipertahankan oleh sekresi estrogen dan progesterone dari ovarium. Penurunan kadar perifer dari steroid-steroid ini menyebabkan degenerasi dan nekrosis dari endometrium fase sekresi, dan terjadilah menstruasi.

30

Gambar . Siklus Menstruasi Normal Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lender uterus mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan aktivitas ovarium. Dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid, yaitu: a. Fase menstruasi atau deskuamasi Kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus menstruasi, korpus luteum tiba-tiba berinvolusi dan hormon-hormon ovarium, estrogen dan progesteron menurun dengan tajam sampai kadar sekresi yang rendah, kemudian terjadi menstruasi. Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesteron secara tiba-tiba, terutama progesteron, pada akhir siklus ovarium bulanan. Efek pertama adalah penurunan rangsangan terhadap sel-sel endometrium oleh kedua hormon ini, yang diikuti dengan cepat oleh involusi endometrium sendiri menjadi kira-kira 65% dari ketebalan semulan. Kemudian selama 24 jam sebelum terjadinya menstruasi, pembuluh darah yang berkelok-kelok mengarah ke lapisan mukosa endometrium, akan menjadi vasospastik, mungkin disebabkan oleh efek involusi, seperti pelepasan bahan vasokonstriktor dan prostaglandin yang terdapat dalam jumlah sangat banyak pada saat ini. Vasospasme dan hilangnya rangsangan hormonal menyebabkan dimulainya proses nekrosis

31

pada endometrium, khususnya dari pembuluh darah. Sebagai akibatnya, darah akan merembes ke lapisan vaskuler dari endometrium, dan daerah perdarahan akan bertambah besar dengan cepat dalam waktu 24 sampai 36 jam. Perlahan-lahan, lapisan nekrotik bagian luar dari endometrium terlepas dari uterus pada daerah perdarahan tersebut, sampai, kira-kira 48 jam setelah terjadinya menstruasi, semua lapisan superfisial dari endometrium sudah berdeskuamasi. Massa jaringan deskuamasi dan darah di dalam kavum uteri, mungkin ditambah efek kontraksi dari prostaglandin, akan merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan dikeluarkannya isi uterus. Selama menstruasi normal, 40 ml darah dan tambahan 35 ml cairan serus dikeluarkan. Cairan menstruasi normalnya tidak membentuk bekuan, karena fibrinolosin dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik

endometrium. Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi, pengeluaran darah akan berhenti, karena pada saat ini endometrium sudah mengalami epitelisasi kembali.

Gambar Fase Menstruasi

32

b. Fase regenerasi Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium 0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung 4 hari. c. Fase proliferasi Dibawah pengaruh estrogen, yang disekresi dalam jumlah lebih banyak oleh ovarium selama bagian pertama siklus ovarium, sel-sel stroma dan sel epitel berproliferasi dengan cepat. Permukaan endometrium akan mengalami epitelisasi kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi. Kemudian, selama satu setengah minggu

berikutnya, yaitu sebelum terjadi ovulasi, ketebalan endometrium sangat meningkat karena jumlah sel stroma bertambah banyak dan karena pertumbuhan kelenjar endometrium serta pembuluh darah yang progresif ke dalam endometrium. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai ke hari ke-14 dari siklus menstruasi. Kelenjar endometrium, khususnya dari daerah serviks, akan mengsekresi mukus yang encer mirip benang yang akan terususun di sepanjang kanalis servikalis, membentuk saluran yang membantu mengarahkan sperma ke arah yang tepat menuju ke dalam uterus.

33

DAFTAR PUSTAKA
1. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Pertama cetakan Keempat. Jakarta , Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003

2. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002

3. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006

4. www.pikas.bkkbn.go.id/article_detail.php?aid=498

5. Everett, Suzanne. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta : EGC

34

Anda mungkin juga menyukai