Kuantitas
Gambar 4. Kurva Penawaran dan Permintaan (Sumber: Hendro, 2011: 482)
Dari gambar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Untuk posisi kepuasan S,
Bila harga suatu barang yang ditawarkan dengan sejumlah barang sebesar Q[
maka akan memenuhi kepuasan konsumen dengan harga produk sebesar P, dan
bila lebih dari harga P, maka konsumen akan berpikir panjang untuk membeli
sehingga ada kemungkinan tidak terjadi kepuasan pada konsumen.
2) Untuk posisi kepuasan S
2
Sama halnya dengan S
p
untuk permintaan barang dengan harga P
2
akan dipenuhi
oleh produsen atau pasar dengan jumlah barang sebesar Q
2
dan tingkat kepuasan
marginal konsumen terpenuhi.
Hukum Gossen atau sering disebut dengan law of diminishing marginal utility
(kepuasan bisa diukur) adalah semakin banyak suatu barang yang dikonsumsikan, maka
tambahan kepuasan marginal yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsi
akan menurun (Dr. Budiono. Pengantar Ekonomi Mikro. Penerbit BPFE-Yogyakarta).
Jadi, dalam mencapai kepuasan marginalnya konsumen akan selalu berusaha untuk
mencapai kepuasan total yang maksimal dengan kuantitas dan harga yang seimbang. Hal ini
yang disebut dengan customer satisfaction equilibrium dan bila kondisi telah tercapai maka
ada beberapa hal yang bisa terjadi, yaitu konsumen akan semakin loyal. Konsumen akan
berlaih ke barang yang lebih baik karena konsumen mulai merasa bosan dan membuat
konsumen meminta lebih kepada produsen atas bargaining power-nys.
2. Mekanisme Harga di Pasar
Telah kita ketahui bahwa keseimbangan pasar akan terjadi apabila jumlah barang yang
diproduksi itu sama dengan jumlah permintaan suatu barang dari konsumen untuk mencapai
kepuasannya dengan harga tertentu. Inilah yang menjadi dasar terciptanya sebuah transaksi.
Untuk itu, di dalam pasar akan terjadi pertemuan antara kurva permintaan dengan kurva
penawaran sehingga tercipta titik keseimbangan (equilibrium). Dalam hal ini hukum
penawaran adalah semakin tingginya harga suatu barang di pasar akan diharapkan jumlah
barang yang ditawarkan akan semakin tinggi juga (dari sisi produsen). Namun, hukum
penawaran tidak akan menciptakan terjadinya sebuah transaksi jika tidak terjadi pertemuan
(interaksi) dengan hukum permintaan. Mekanisme keseimbangan harga di pasar yang terjadi
antara hukum pemintaan {demand) dan hukum penawaran (supply) adalah sebagai berikut:
Marginal Utility
Gambar 5. Kurva Huku Permintaan, Kurva Permintaan, dan Kurva Keseimbangan (Sumber:
Hendro, 2011: 483)
Dari grafik 3, diketahui telah terjadi keseimbangan (equilibrium) antara jumlah yang
diminta oleh konsumen (Q
E
) dengan jumlah yang ditawarkan oleh produsen (Q
E
) (tidak ada
kelebihan atau kekurangan) dengan harga keseimbangan pasar (P
E
) dengan koordinat E
(P
E
;Q
E
). Berikut ini adalah contoh soal:
Dari hasil analisis data secara statistik di pasar telah diperoleh persamaan fungsi
penawaran dan fungsi permintaan sebagai berikut: Fungsi Penawaran (S) = Y = 10 + 20X
- (naik) Fungsi Permintaan (D) = Y = 60 - 5X -+ (turun)
Hitung berapa harga keseimbangan (P
E
) yang terjadi di pasar dan berapa jumlah barang
keseimbangan (Q
E
) sehingga akan menyebabkan di pasar di mana X adalah jumlah barang
(Q) dan Y adalah harga (P)?
Jawab:
Keseimbangan akan terjadi pada saat:
Dengan nilai X = 2, maka harga keseimbangannya adalah:
Y = 10 + 20(2)
Y = 10 + 20
Y = 50
Jadi, titik keseimbangan kepuasan konsumen terjadi pada saat jumlah permintaan dan jumlah
yang ditawarkan (Q
E
) = 2 unit dengan harga keseimbangan (P
E
) = 50. Bila digambarkan
dengan grafik akan tampak sebagai berikut:
Gambar 6. Titik Keseimbangan (Sumber: Hendro, 2011: 484)
Dengan mengetahui konsep mekanisme harga, hukum permintaan, hukum penawaran,
dan keseimbangan pasar, maka seorang wirausahawan diharapkan dalam menetapkan
kebijakan harga barang yang akan dijual di pasar pada akhirnya diharapkan dapat
menentukan harga dan jumlah barang yang akan menyebabkan terjadinya Break Event Point
(BEP) untuk menentukan strategi kebijakan harga dalam rencana bisnis.
MENGENAL TEORI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENENTUKAN
STRATEGI PEMASARAN DAN PROMOSI
Sering produk yang diproduksi, dijual, dan dilempar ke pasar tidak berkembang
dengan baik. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Benarkah produk tersebut belum
dibutuhkan? Atau tidak masuk standar kualitas yang disyaratkan di pasar? Atau mungkin
karena harganya yang terlalu mahal? Semua itu adalah karena alasan yang berikut ini. Alasan
yang utama ialah apakah telah mempelajari perilaku konsumen sebelum menentukan strategi
bisnisnya dan memasarkan produknya? Tujuan dalam memulai sebuah bisnis adalah
memasarkan dan menumbukan usaha, yaitu produk dapat memenuhi kebutuhan konsumen,
keinginan konsumen, dan kepuasan konsumen. Model perilaku konsumen dapat dilakukan
melalui riset dan survei di pasar sebelum dilakukan perencanaan strategi bisnis. Ada beberapa
faktor yang menentukan perilaku konsumen, yaitu:
1. Siapa yang membentuk pasar? - Target konsumen
2. Apa yang dibeli pasar? - Objek sasarannya
3. Mengapa pasar mau membeli? - Tujuan pemasaran
4. Siapa yang ikut serta dalam - Faktor-faktor yang memengaruhi proses
pembelian? keputusan membeli
5. Bagaimana cara pasar membeli? - Perilaku konsumen dalam membeli
6. Di mana pasar mambeli? - Tempat transaksi
7. Media apa yang digunakan? - Media promosi yang sering
dibacanya untuk menentukan gaya,
status, peringkat, dan cara membeli
Hendro (2011:485) mengatakan hal yang penting untuk dipelajari adalah faktor-
faktor utama perilaku konsumen dalam membeli dan apa yang memengaruhinya. Faktor-
faktor penting tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor budaya
Faktor budaya dari target konsumen yang dibidik sangat penting untuk diketahui dalam
proses pembuatan perencanaan strategi pemasaran. Faktor ini sangat mendasar dalam
menentukan perilaku pembelian. Sebagai contoh adalah budaya Asia yang
mempertahankan adat ketimurannya, sikap sopan santun, dan makanannya. Bangsa
Indonesia gemar daging sapi namun berbeda dengan negara India yang mayoritas
melarang untuk memakan daging sapi.
2. Kelas sosial
(
Budaya feodalisme yang diwariskan sejak zaman dahulu akan sulit dihilangkan
sehingga permasalahan kasta dan kelas sosial begitu melekat dalam kebudayaan
Indonesia. Untuk itu kelas sosial menentukan perilaku pembelian dari masyarakat
Indonesia di mana anggota setiap kasta akan dibesarkan dengan sistem, tata krama,
karakter, dan gaya yang berbeda
3. Keluarga
Keluarga juga dapat memengaruhi perilaku pembelian seseorang.
4. Usia dan tahap siklus hidup
Perilaku pembelian konsumen yang berusia muda akan berbeda dengan perilaku
pembelian konsumen yang berusia tua, sehingga terdapat produk yang berdasarkan
usia dan siklus hidupnya, seperti produk untuk balita dan anak-anak yang berbeda
dengan gaya remaja, produk remaja dengan produk dewasa, produk dewasa dengan
produk orang tua, dan produk orang tua dengan produk untuk usia uzur.
5. Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan juga memengaruhi perilaku pembelian. Perilaku membeli seorang
wirausahawan akan berbeda dengan perilaku membeli seorang pegawai. Seorang
pegawai memiliki perilaku membeli yang berbeda dengan buruh.
6. Kondisi ekonomi
Kondisi ekonomi sudah pasti akan berpengaruh pada perilaku membeli seseorang.
Orang yang memiliki kondisi ekonomi yang baik tentu berbeda perilaku membelinya
dengan orang yang kondisi ekonominya lemah, begitu juga dengan orang yang kaya
raya akan berbeda perilaku membelinya dengan orang yang ekonominya biasa-biasa
saja.
7. Gaya hidup
Gaya hidup orang kota yang kosmopilitan dalam perilaku membelinya akan berbeda
dengan orang di desa yang terbiasa sederhana, dan sebagainya.
Proses Keputusan Pembelian dari Konsumen
Betapa pentingnya proses pengambilan keputusan membeli seseorang atau konsumen
yang harus dipelajari oleh seorang wirausahawan, khususnya dalam menentukan strategi
promosinya. Hendro (2011:486) mengatakan ada 5 peran yang dimainkan seseorang dalam
mengambil keputusan pembelian, yaitu:
1. Pencetus ide (initiator)
Orang yang pertama kali mengusulkan untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu.
2. Pemberi pengaruh (influencer)
Orang yang pendapatnya dapat memengaruhi keputusan pembelian seseorang.
3. Pengambil keputusan (dcider)
Orang yang memutuskan untuk membeli atas input, pengaruh, dan pemikirannya
sendiri.
4. Pembeli (buyer)
Orang yang melakukan pembelian aktual baik bersifat administratif atau prosesnya.
5. Pemakai (user)
Orang yang menggunakan secara langsung suatu barang atau jasa tertentu dari proses
keputusan membeli dan dapat memberikan feedback atau saran kepada keempat
pemberi pengaruh di atas.
Menurut The Adapters Curve dari Everett Rogers, diterangkan bahwa keputusan
membeli produk yang baru diluncurkan akan sangat bergantung pada karakter pasar atau
pembeli dalam menanggung atau mengahadapi sebuah risiko dari keputusan tersebut.
Hendro (2011:487) mengatakan tahapan ini disebut dengan tahapan adopsi dari pembeli
dalam mengambil keputusan membeli yang terdiri dari:
1. Innovator adalah orang yang berani mengambil keputusan membeli dan menyerap
produk untuk mengawali pembelian dengan segala risikonya. Seorang innovator adalah
seorang yang berani berspekulasi (speculator).
2. Early adopter (penyerap awal) adalah orang yang mengambil keputusan membeli
karena melihat innovator menggunakan barang atau jasa tersebut. Seorang early
adopter adalah seorang consultator yang mengevaluasi risiko dalam memutuskan untuk
membeli.
3. Early majority (mayoritas awal) adalah orang yang berani mengambil keputusan
membeli karena banyak orang yang telah membeli dan menggunakannya. Ciri early
majority sedikit melakukan calculation dalam mengambil risiko (risk calculation and
consultation).
4. Late majority (mayoritas akhir) adalah orang yang menghadapi keputusan membeli
karena seluruh masyarakat telah menggunakannya. Seorang late majority adalah
seorang risk calculation.
5. Late user (pengguna akhir) adalah orang yang terakhir menggunakan produk karena
benar-benar berpikir untuk tidak mau berisiko dan menghindari risiko dari barang yang
dibeli sehingga pada saat teknologi yang baru muncul atau produk baru muncul orang
tipe ini baru akan membeli dan menggunakan produk lama yang jelas manfaatnya. Ciri
late user adalah menghindari risiko (risk avoidance).
Gambarnya adalah sebagai berikut:
Gambar 7. Tahapan Adopsi dari pembeli dalam mengambil keputusan (Sumber: Hendro, 2011:
487)
Daur hidup produk merupakan tahapan-tahapan penting dari produk yang menegaskan
bahwa sifat-sifat produk itu akan menentukan pertumbuhan produknya, yaitu:
1. Sebuah produk mempunyai waktu hidup yang terbatas karena konsumen dapat bosan
dalam pemakaian atau munculnya produk lain yang lebih inovatif.
2. Produk selalu tumbuh dan berkembang sehingga melewati tahapan-tahapan yang
berbeda dalam waktu dan prosesnya.
3. Pertumbuhan produk akan memberikan perbedaan jumlah laba atau kontribusi
keuntungannya. Strategi perencanaan promosi dan pemasaran akan berbeda juga untuk
setiap tahapan pertumbuhan produknya.
4. Pertumbuhan produk memengeruhi kinerja organisasi, kapasitas produksi, keuangan,
permodalan, arus kas, dan strategi penjualannya.
Tingkat Adopsi
Waktu Adopsi Inovasi Lama Adopsi
DAUR HIDUP PRODUK
Hendro (2011:488) mengtakan daur hidup produk sangat penting untuk diketahui
oleh wirausahawan ketika memulai usaha, khususnya tahapan-tahapannya. Daur hidup
produk terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
1. Tahap perkenalan (introduction)
Pada tahapan ini biasanya terjadi pertumbuhan penjualan yang lambat karena produk
baru diperkenalkan ke pasar. Laba juga mungkin belum bisa menutup biaya overhead
dari keseluruhan usaha. Jadi, wirausahawan harus mempersiapkan modal yang tidak
terduga dan kesabaran yang tinggi. Satu hal penting yang dibutuhkan adalah komitmen
yang kuat untuk menumbuhkannya. Strateginya adalah inovasi strategi pemasaran dan
penjualan dalam menciptakan perbedaan yang jelas antara produknya dengan produk
pesaing.
2. Tahap pertumbuhan (growth)
Setelah biaya overhead mampu ditutup oleh laba yang tinggi dari tingkat penjualan
yang mulai meningkat cepat, maka muncul pertumbuhan produk dan juga bisnisnya.
Gunakanlah laba yang diperoleh dengan tepat-guna dan berhematlah (saving the profit)
untuk mengantisipasinya situasi yang tak terduga.
3. Tahap kedewasaan (mature)
Satu tahapan yang telah banyak memberi tingkat penjualan yang besar, cepat, dan
tinggi serta memberikan jumlah laba yang lumayan besar. Tahapan ini harus
dioptimalkan oleh wirausahawan dengan baik.
4. Tahap penurunan (decline)
Tahapan ini adalah tahapan yang paling berbahaya karena tingkat pertumbuhan laba
dan laju pertumbuhan penjualan mulai menurun sehingga diharapkan wirausahwan
melakukan peluncuran produk baru atau re-positioning produk baru. Strategi yang
dibutuhkan adalah pengembangan produk baru.
TEORI 7-W TENTANG CARA PELANGGAN MENILAI BISNIS
Faktor-faktor yang memengaruhi kesan kualitas dari calon pembeli adalah meng-
optimalkan apapun atau semua kontak dengan pancaindra dari calon pembeli untuk
menciptakan kesan kualitas yang akan diolah dan dirasakan di dalam hati dan pikirannya.
Masing-masing jenis dan tipe bisnis berbeda jenis faktor serta jumlah faktor dari 7-W yang
menentukan kesan kualitas dari calon pelanggan. Tetapi, hampir sebagian besar dari faktor-
faktor berikut ini selalu digunakan sebagai acuan evaluasinya, namun urutannya untuk
masing-masing jenis bisnis berbeda. Hendro (2011:489)
Faktor-faktor itu adalah:
1. What do you see
Apa yang calon pelanggan lihat tentang produk, tempat, kantor, dan bisnis Anda? Indra
pertama yang menangkap sinyal-sinyal kualitas yang Anda tawarkan adalah indra
penglihatan (mata). Indra penglihatan akan mengevaluasi:
a. Apa yang dilihat dari produk atau jasa yang Anda tawarkan, kesannya
bagaimana?
b. Kemasan atau tempat yang dilihat: apakah berkualitas atau tidak?
c. Alat yang digunakan oleh jasa yang Anda tawarkan atau hal-hal lainnya.
d. Brosur, leaflet, label, warna produk, dan sebagainya akan dievaluasi oleh indra
penglihatan terlebih dahulu sebagai wakil dari bisnis sebelum melihat yang
sebenarnya.
e. Appearance, performance, style, attitude, dan hal-hal lain mengenai si pembawa
barang juga akan dievaluasi oleh indra penglihatan. Apakah mewakili kesan
kualitas yang akan ditawarkan kepada konsumen? Sesuaikah dengan harganya?
2. What do you smell
Indra kedua yang sering digunakan oleh calon pelanggan setelah indra penglihatan
adalah indra penciuman, yaitu hidung. Indra penciuman akan mengevaluasi kesan
kualitas akan hal-hal sebagai berikut:
a. Masakan atau minuman (bila berbau) akan bisa dinilai melalui indra penciuman
calon pelanggan, apakah menimbulkan kesan kualitas atau tidak, bila produk berbau
tidak sedap maka konsumen menilai tidak baik.
b. Indra penciuman bisa mendeteksi apakah produk sudah kadaluwarsa atau
berjamur, misalnya bisnis roti, makanan kalengan, minuman, dan lain-lain.
c. Ruangan kantor yang mengeluarkan bau yang tidak enak dan tidak nyaman
untuk didatangi, sehingga akan menciptakan kesan kualitas yang semakin
menurun (negatif). Hal ini akan membuat calon pelanggan enggan datang
d. Kamar mandi atau WC yang menebarkan aroma yang kurang sedap akan
menimbulkan citra kualitas yang negatif dan buruk. Ingatlah kata pepatah
yang mengatakan bahwa bila ingin melihat kualitas dari sebuah bisnis, bisa
dilihat dari kamar mandi atau WC-nya.
e. Faktor who will deliver, yaitu personil yang membawa produk untuk ditawarkan
kepada calon konsumen, yaitu sales personnya, misalkan hanya karena bau keringat
yang kurang sedap atau penampilan yang lusuh, citra positif kualitas produk dan
bisnis bisa menurun.
3. What do you feel
Apa yang orang rasakan tentang pelayanan dan hal-hal lain dari bisnis Anda? Faktor
ini adalah kunci sukses di dalam menawarkan produk secara experienced and
emotional marketing. Indra perasa bisa berasal dari hati atau melalui indra perasa yang
sebenarnya, yaitu lidah dan mulut. Dapatkah dibayangkan bila suatu produk yang
ditawarkan itu terlihat bagus tetapi konsumen tidak jadi membelinya, misalnya saja
makanan dan minuman secara penglihatan baik dan secara indra penciuman oke, yaitu
berbau harum, segar, enak, nyaman, namun ketika seorang calon pelanggan mulai
merasakan produknya ternyata produk tersebut tidak enak? Hal seperti ini akan
menciptakan kekecewaan yang sangat dalam.
4. What do you think about your product
Ini hampir sama dengan what do, you feel, tetapi what do you think itu bersifat
rasional, misalnya:
a. Fungsinya
b. Jaminannya
c. Kekuatannya
d. Daya tahannya
e. Kemasannya
f. Orangnya bagaimana (big Q)
g. Perusahaannya bagaimana (large Q)
h. Apakah sistem manajemennya bagus
i. Dan lain-lain
5. What do you touch
Apa yang orang sentuh dan rasakan? Sepertinya hal ini cukup menarik untuk dibahas
lebih lanjut. Bayangkan kembali kasus Levina pada cerita di atas. Begitu ia tertarik,
melihat, merasakan, dan mencium bau makanan, ia mulai berpikir bahwa ini adalah
restoran yang berkualitas. Ketertarikan itu membuat ia mulai makan dan menemukan
bahwa ini makanan yang enak. Namun ketika ia datang ke tempat itu lagi beberapa hari
kemudian dan ia menyentuh kursi-kursinya, dindingnya, dan meja yang ada di restoran
itu, setelah menyentuhnya ternyata ia menjumpai debu yang cukup tebal di sana. Wow,
kotor sekali! Apa yang ada di pikiran dan benak Anda? Pasti dalam waktu singkat bisa
terhenyak dan badan terangkat naik, lalu mengundang pelayan atau waitress untuk
membersihkan semuanya itu, atau bahkan bisa meninggalkan tempat itu. Tetapi, apa
cukup sampai di sini? Tidak, karena kesan kualitas telah tertancap pada benak tamu
yang akan menjadi kenangan membekas kuat di dalam pikiran bahwa meja, kursi, dan
dindingnya kotor.
6. What do you hear
Hampir sebagian besar bisnis bergerak di tujuh sektor bisnis komoditi, yaitu makanan
dan minuman, pakaian dan aksesoris, kesehatan dan pendukungnya, pendidikan dan
kursus-kursus, perumahan dan raw material, informasi dan teknologi, serta
entertainment. Bisnis-bisnis ini akan mengandalkan popularitas yang tentunya
membutuhkan waktu. Bisnis ini akan cepat berkembang bila mengandalkan konsep
kualitas dengan meningkatkan kesan kualitas dari "What did you hear". "What do you
hear" juga bisa menjadi penarik awal bagi calon pelanggan baru yang dahulunya belum
mau atau pernah datang ke suatu tempat, misalkan early majority adaptor, latest
majority, dan tipe avoid a risk. Ia bisa datang setelah mendapat kabar dari teman,
saudara, kerabat, atau yang lainnya. Tentunya ingat ada 4 strategi marketing secara
mouth to mouth dengan mengubah posisi pelanggan terhadap bisnis Anda, yaitu dari:
a. Sekedar menginginkan transaksi saja.
b. Menjadi influencer bagi sekelilingnya.
c. Kemudian, ubahlah menjadi advocator untuk orang lain di sekitarnya (lebih
besar lagi).
d. Akhirnya, berkembang menjadi provocator bagi nama bisnisnya.
7. What do you get
Apa yang calon pelanggan dapatkan itu berawal dari enam kesan kualitas sebelumnya:
see.feel, think, smell, touch, dan hear. Yang didapatkan oleh calon pelanggan pertama
kalinya haruslah positif, di mana value of satisfaction-nya. (kepuasan harga diban-
dingkan biaya yang harus dikeluarkannya) sebanding, bahkan melebihi kepuasan yang
diharapkan. Akhirnya, kita menyadari bahwa faktor harga itu merupakan bagian dari
konsep kualitas yang merupakan dampak dari kesan kualitas. Bila tidak ada faktor-
faktor yang menyebabkan keuntungan lainnya atau tidak ada yang ditawarkan, maka
bisnis praktis hanya mengandalkan satu faktor, yaitu produk yang diterima dan
dimanfaatkan oleh konsumen. Kondisi ini tentunya sangat berbahaya bagi
kelangsungan sebuah bisnis. Yang calon pelanggan dapatkan (get) bisa bersifat
rasional atau material (uang, benefit biaya), serta emosional (status, gengsi,
kebanggaan, suasana, kenyamanan, aroma harum, enak, santai, dan sebagainya).
MENJALANKAN DAN MENGELOLA USAHA
1. Pelajari dan Pahami Siklus Hidup Bisnis
Dalam siklus hidup bisnis, masalah-masalah kritis yang penting akan dialami oleh
seorang wirausahawan bersamaan di saat peluncuran produknya. Tahap-tahap penting
dalam siklus hidup bisnis dan masalah yang perlu diketahui oleh seorang
wirausahawan adalah sebagai berikut:
1. Tahap pengenalan bisnis
Masalah-masalah yang sering dihadapi oleh seorang wirausahawan di saat mulai
memperkenalkan bisnisnya adalah sebagai berikut:
a. Produknya tidak diterima di pasar
Produk yang tidak diterima oleh pasar akan mengakibatkan modal kerja terserap
banyak pada biaya overhead. Hal ini dikarenakan tingkat laba yang belum dapat
memberikan kontribusi yang cukup. Hal lain yang sering terjadi adalah peluncuran
produk ke pasar pada saat yang tidak tepat karena adanya tren yang baru.
b. Strategi promosi tidak dapat meyakinkan konsumen
Hal ini akan membuat konsumen mempersepsikan produk yang jelek yang pada
akhirnya sama dengan mempersepsikan perusahaan yang jelek juga.
c. Pemilihan lokasi usaha yang tidak mewakili persepsi konsumen
Banyak wirausahawan yang menjual produk untuk kalangan kelas menengah-atas
tetapi kantor, lokasi, dan hal penunjang lainnya tidak dapat diasosiasikan dengan
kelas produknya, yaitu terpencil, di kampung atau bahkan di gang yang sempit.
d. Ketidakcukupan kualitas produk untuk bersaing
Banyak bisnis yang gagal di tahun-tahun awalnya sekalipun telah didukung dengan
modal yang besar untuk mempromosikannya agar popularitas merek produk
perusahaannya tercipta. Namun tetap saja ditinggalkan konsumen. Hal ini
dikarenakan kualitas produk yang tidak memiliki daya saing sehingga tidak mampu
bersaing dengan produk berkualitas lainnya. Kondisi ini sering dialami oleh
wirausahawan pemula.
e. Ketidakcukupan modal untuk menumbuhkan bisnis
Faktor penting di awal bisnis yang dapat nemumbuhkan bisnis adalah manajemen
modal dan investasi karena banyak wirausahawan muda yang 'dikubur' impiannya
karena faktor ketidakcukupan modal. Di dalam bisnis, kebutuhan modal untuk
investasi bisnis di bagi 3 tahap, yaitu:
Tahap kebutuhan modal untuk persiapan hingga peluncuran sebuah bisnis agar
bisa dimulai.
Tahap kebutuhan modal yang dipersiapkan untuk menutup ketidakmampuan
laba dalam menutup biaya yang harus dikeluarkan saat diperkenalkan di pasar.
Tahap kebutuhan modal untuk investasi dan ekspansi, namun hal ini dapat
didukung dari lembaga keuangan bank atau investor baru.
2. Tahap pertumbuhan Bisnis
Dalam tahap ini, bisnis dapat berada dalam kondisi menghasilkan laba (profitable).
Jadi wirausahawan mulai berpikir untuk mengamankan bisnis dari setiap kejadian dan
perubahan di pasar yang dapat menyebabkan kondisi perusahaan tidak stabil, salah
satunya adalah dengan berhemat dan menabung guna mengantisipasi hal-hal yang
mungkin terjadi.
3. Tahap puncak bisnis
Tahapan ini merupakan tahapan yang paling baik di antara tahapah-tahapan yang lain.
Ini berarti wirausahawan harus melakukan kreativitas-kreativitas usaha agar tidak
terjadi penurunan bisnis. Salah satunya dengan cara berpikir kreatif untuk
mengembangkan dan mempertahankan bisnis.
4. Tahap penurunan bisnis
Perubahan bisnis, pasar, dan tren pasar tidaklah pasti dan tidak dapat ditentukan
kondisinya sehingga wirausahawan harus terus mengamati dan mengikuti arah
perubahan pasar, bisnis, dan tren pasar sebagai antisipasi terhadap kesulitan, tantangan,
dan masalah untuk mendapatkan inspirasi guna mendapatkan peluang bisnis untuk
membawa bisnis keluar dari krisis. Pada tahap ini bisnis telah mengalami kemerosotan.
Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya tingkat penjualan dan berkurangnya kepuasan
pelanggan sehingga dibutuhkan kerja keras, kreativitas, dan strategi baru untuk
membangkitkannya kembali.
2. Faktor-faktor Penting dalam Menjalankan Bisnis
Hendro (2011:497) mengatakan ada 6 faktor penting yang mempengaruhi laju
pergerakan dan pertumbuhan usaha, yaitu:
1. Menjaga Kualitas Adalah Kunci Utama untuk Bertahan (Survive)
Hasil survei tentang aksioma mengenai kualitas (lihat Al Ries dan Hermawan
Kertajaya, Fokus: Masa Depan Perusahaan Anda Ditentukan oleh Fokus. Elex
Media Computindo, 1996) adalah sebagai berikut:
a) Setidak-tidaknya 87% dari perusahaan-perusahaan Amerika mempraktikkan
Total Quality Management (TQM).
b) Delapan puluh persen (80%) manajer dari pemimpin perusahaan di Amerika
berpendapat bahwa kualitas akan menjadi sumber fundamental keunggulan
bersaing di tahun-tahun mendatang.
c) Ketika 455 manajer senior di industri elektronika ditanya mengenai apa yang
menjadi faktor utama keberhasilan bersaing, maka kualitas adalah jawaban
nomor satu.
d) Kualitas menempati urutan nomor satu sebagai faktor kesuksesan sebuah bisnis
dalam survei selama 6 tahun terakhir.
2. Fokus sebagai Salah Satu Kunci Sukses Menjalankan Bisnis
Ada beberapa hal penting yang harus dilakukan agar berpikir fokus bisa membuat
bisnisnya terus tumbuh. Caranya adalah:
a) Persempit fokus pertumbuhan bisnis. Ini sering berlawanan dari filosofi
pertumbuhan bisnis yang cenderung mencari kontribusi laba dari strategi
memperbanyak produk yang ditawarkan ke pasar, sedangkan fokus justru
melakukan pemusatan startegi pada bisnis intinya dengan produk yang
mendatangkan laba.
b) Fokus pada kualitas terlebih daulu, bukan pada kuantitas. Terkadang
wirausahawan lupa pada dasar utama pertumbuhan suatu bisnis yang dibangun
dengan fondasi kualitas, tetapi lebih mementingkan untuk mengejar omzet
sebanyak-banyaknya hingga tidak terasa bisnisnya ambruk. Ingat! Pelanggan
tidak mau membeli barang yang tidak berkualitas atau dibohongi oleh promosi.
c) Fokus pada usaha-usaha untuk mencari sumber bahan baku yang berkualitas
dengan harga yang lebih baik. Caranya adalah dengan menawarkan kerja sama
jangka panjang, pemusatan pemasok untuk tumbuh bersama-sama, dan jaringan
yang kuat.
d) Mendapatkan harga yang lebih rendah akan dapat menjual produk dengan harga
yang lebih baik. Suatu cara untuk membuat bisnis dapat bersaing dengan yang
lain adalah menjual produk dengan harga yang lebih baik dibanding yang
lainnya.
e) Fokus pada saat mendominasi kategori produk. Fokus pada kategori produk
diyakini dapat sukses di pasar dan melakukan dominasi pasarnya sehingga dapat
tumbuh dengan cepat dan menguntungkan.
f) Fokus pada pertumbuhan bisnis. Caranya adalah dengan terus berinovasi karena
jika tidak terus berinovasi maka bisnis akan 'mati.
g) Fokus dengan cara menanamkan nama yang mudah dikenal di benak konsumen.
Hal ini digunakan agar konsumen dapat dengan mudah mengingat merek dengan
baik di dalam benaknya.
3. Manfaat Fokus pada Pertumbuhan Bisnis
Manfaat dari fokus pada pertumbuhan bisnis adalah:
a) Efek persepsi dari pelanggan terhadap bisnis Anda menciptakan efek 'spesialis'
atau ahli di bidangnya. Fokus pada pertumbuhan bisnis akan membuat
pelanggan akan berpikir bahwa perusahaan adalah perusahaan yang spesialis
dalam bisnis tertentu.
b) Efek persepsi 'pemimpin' (leader). Fokus pada pertumbuhan bisnis akan
membuatnya lebih ahli dan terus menjadi yang terbaik hingga tidak terasa
bisnisnya telah menjadi pimpinan di pasar (market leader).
c) Efek harga premium (price leadership). Semua orang tahu bahwa harga yang
mahal belum tentu berkualitas, namun untuk menjadi berkualitas tentu
membutuhkan biaya. Harga yang mahal bisa diperoleh dari faktor persepsi
kualitas yang prima dari perusahaan. Jadi, fokus pada bisnis akan membuat
persepsi spesialis sehingga harga yang ditawarkan kepada konsumen dapat lebih
tinggi dari produk lain yang sejenis. Kualitas secara langsung menjadi peningkat
harga dari produk yang ada di pasar dan filter persepsi kualitas dalam pikiran
konsumen.
d) Efek merek dan nama yang dikenal. Fokus pada bisnis akan membuat konsumen
manganggap bahwa perusahaannya adalah perusahaan yang lebih ahli,
berkualitas dan terkenal, untuk itu harganya berbeda. Hal ini akan membuat
merek dan nama perusahaan semakin meroket dan populer hingga tercipta
sebuah reputasi.
e) Efek 'Energizer' dan sumber energi. Telah diketahui bahwa fokus akan
memberikan kekuatan dan energi tambahan bagi seorang wirausahawan untuk
menjadi lebih mengetahui bisnis tersebut, berpengalaman, dan menjadi lebih ahli
sehingga sentuhan kreativitas akan membuat wirausahawan mudah melakukan
inovasi-inovasi terbaik di bidangnya.
4. Mengibarkan Popularitas untuk Sebuah Reputasi dengan Mempertahankan
Kualitasnya
Cara jitu untuk membuat bisnis berjalan dengan baik adalah dengan menumbuhkan
aspek popularitas dan kualitas secara bersama-sama, yaitu:
a) Aspek popularitas dengan strategi pemasaran dan inovasi.
b) Aspek kualitas dengan menerapkan sistem mutu (quality system) di dalam
proses dan perencanaan produknya.
Hendro (2011:500) mengatakan iklan sebuah bisnis dinyatakan akan berhasil
memengaruhi konsumen dan mempopulerkan sebuah bisnis apabila memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a) Bersifat pengulangan (repetition). Dengan pengulangan, benak kosumen akan
terisi nama (merek) perusahaan dan pesan yang dikomunikasikan kepadanya.
b) Bersifat melindungi (protecting). Iklan harus bisa melindungi pesan-pesan yang
disampaikan kepada konsumen agar tidak mudah terpengaruh dan dipengaruhi
oleh iklan dari produk dan bisnis lain.
c) Bersifat menghapus (eraser). Kekuatan utama sebuah iklan akan dapat membuat
bisnis dan produknya semakin populer bila pesan, kesan, dan kata-kata yang
disampaikannya bisa menghapus dari ingatan, pikiran, dan kesan atau persepsi
tentang produk lain dan terkikis perlahan-lahan seiring dengan efek pengulangan
dan efek perlindungan yang dilakukan perusahaan.
d) Menciptakan kesan yang sensasional (sensational effect). Popularitas tercipta
dengan proses bukan secara instan dan waktu yang pendek. Oleh sebab itu,
popularitas membutuhkan strategi iklan yang terpadu (integrated marketing
communication) dan berkelanjutan (continuous advertising concept).
e) Menciptakan motivasional dan keyakinan (motivational). Pesan iklan yang
disampaikan kepada calon konsumen bila tidak menimbulkan motivasi yaitu
keyakinan, kepercayaan, dan kesadaran akan kebutuhan suatu produk maka
iklan tersebut tidak efektif dan ditinggalkan konsumen.
5. Membangun Keunggulan Proses dan Operasional yang Prima dengan Sistem
Kualitas
Hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang wirausahawan agar bisnisnya tetap dan
terus dipercaya oleh pelanggan adalah membangun bisnis berkualitas. Itu berarti membangun
sistem manajemen kualitas, konsep ini disebut dengan building trust to retain your customer
dan inilah cikal bakal dari konsep membangun popularitas. Jadi, semakin populer karena
semakin banyak 'koin reputasi' yang telah dikumpulkan oleh sistem pelayanan dan
operasional yang berkualitas hingga menumpuk tinggi seperti gunung 'koin emas' yang tidak
mudah runtuh bila terjadi keluhan-keluhan pelanggan terhadap kelemahan sebuah bisnis.
6. Mengenal Manfaat Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 dalam Kesuksesan
Sebuah Bisnis
Dalam hal ini yang dibahas dan perlu diketahui oleh seorang wirausahawan adalah
Standar Manajemen Mutu Ref: ISO 9000 untuk menjaga konsistensi mutu produk yang
dihasilkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar dan konsumen. Hal-hal penting dalam
sistem manajemen mutu yang perlu diketahui oleh seorang wirausahawan dalam membangun
bisnisnya adalah:
1. Dalam sistem manajemen mutu diperlukan adanya departemen sistem
pengendalian mutu (quality control department) yang ditugaskan untuk
mengendalikan, mengawasi, mengaudit, dan memastikan bahwa sistem
manajemen mutu bisa berjalan dengan baik.
2. Konsentrasi pengendalian mutu diawali dari:
a) Aktivitas inspeksi yaitu memeriksa produk dan menerima yang memenuhi
syarat serta menolak yang tidak memenuhi syarat.
b) Aktivitas proses dan memastikannya,
c) Aktivitas pengendalian produk akhir.
3. Melakukan review dan tindakan perbaikan sistem mutu.
4. Memastikan semua kegiatan pekerjaan dicatat dan yang dicatat itu dikerjakan.
Hendro (2011:503) mengatakan manfaat diterapkannya sistem manajemen mutu
bagi wirausahawan ketika memulai penerapan sistem ini:
1. Memberikan 'kemampuan telusur' (traceability) bagi manajer atau pengusaha
ketika menghadapi masalah cacat produk, keluhan atas tidak berfungsinya
sebuah produk seperti apa yang dijanjikannya dan terhadap sistem pelayanan
sehingga bisa ditelusuri dan menemukan bagian mana atau proses mana yang
menjadi sumber masalah.
2. Memberikan cara praktis dan sistematis dalam memastikan mutu produk yang
dihasilkan dari setiap proses produksi dan pelayanannya.
3. Memastikan konsistensi operasional dalam setiap proses pekerjaan di semua
atau pada bagian yang ingin diterapkan sistem mutu.
4. Membuat mutu produk atau jasa dapat bersaing dengan pesaing di pasar nasional
atau pasar global, sehingga wirausahawan UMKM bisa menghadapi CAFTA
atau mengekspor produknya ke luar negeri (tidak jago kandang).
5. Menentukan secara jelas siapa, apa, dan bagaimana sistem pertanggungjawaban
serta wewenang dari staf dan karyawan dalam mengerjakan pekerjaannya.
6. Mendokumentasikan prosedur kerja secara baik melalui sebuah mekanisme audit
(pemeriksaan).
7. Menjadi nilai tambah pemasaran untuk menyakinkan dan membentuk
kepercayaan bagi konsumen bahwa bahan baku yang dibeli itu diproses, dipilih,
dan diseleksi secara ketat dalam proses pembelian.
8. Meningkatkan citra dan daya saing positif bagi perusahaan.
9. Membuat sistem pengendalian mutu yang prima, efisien, dan efektif.
10. Meningkatkan produktivitas kerja.
11. Mengadakan pelatihan yang baik.
12. Meningkatkan pertumbuhan bisnis dikarenakan adanya tindakan perbaikan,
inovasi, dan perencanaan proses secara terus menerus.
Manuver Taktik Bisnis Selama Menjalankan Bisnis
Hendro (2011:506) mengatakan manuver-manuver bisnis yang sering dilakukan
oleh seorang wirausahawan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan inovasi produk yang mampu memberikan nilai tambah kepuasan bagi
konsumen secara terus-menerus.
2. Meningkatkan nilai tambah bisnis bagi konsumen dengan meningkatkan fasilitas-
fasilitas baru yang bisa mempermudah bagi konsumen untuk membeli,
menerima, mencari, mengakses informasi, dan menikmati hal-hal lain' yang
perusahaan tawarkan.
3. Meningkatkan citra, gengsi, status, dan nilai emosional atas kepemilikan produk
perusahaan oleh konsumen dengan cara promosi, iklan yang tepat, komunikasi
merek dan sponsorship yang didukung oleh pengasosiasian fitur yang tepat.
Contohnya adalah dengan bintang film atau selebritis yang mempunyai citra
yang mendukung posisi produk, iklan di majalah yang tepat, kemasan yang
ditingkatkan kualitasnya, lokasinya, dan lain-lain.
4. Menciptakan jaringan untuk menguatkan merek dan pasar. Menciptakan jaringan
akan membuat konsumen merasa memiliki dan menjadi bagian dari perusahaan,
sehingga tidak mudah diubah pilihan produknya ke produk lain. Contohnya
adalah BCA Peduli, Peluk Asa dari Telkomsel, Polygon Community, Harley
Davidson Club, Djarum Black Community, dan lain-lain.
5. Melakukan program CSR (Corporate Social Responsibility) untuk meningkatkan
citra perusahaan. Dilakukannya CSR, maka citra positif perusahaan akan
terbentuk dan mengesankan bagi konsumen bahwa perusahaan sangat peduli
akan masalah sosial dan lingkungannya.
DAFTAR RUJUKAN
Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta: Erlangga