Anda di halaman 1dari 4

Nama : Windasari Putri Septarina NRP : 1511100023 Take Home Test 1.

Mana yang merupakan faktor biotik yang dapat mempengaruhi ukuran populasi dalam suatu ekosistem tertentu ? c. Jumlah dan jenis predator dalam ekosistem ALASAN/PENJELASAN : Karena semakin besar jumlah predatornya atau sebaliknya semakin sedikit jumlah predatornya dibandingkan jumlah populasi hewan itu sendiri maka kemungkinan akan mempengaruhi ukuran dari populasi dalam suatu ekosistem tertentu, hal tersebut sesuai dengan pernyataan Poinar (2003) tentang disamping faktor abiotik, populasi kumbang juga dipengaruhi faktor biotik. Faktor biotik yang mempengaruhi populasi kumbang diantaranya adalah predator, parasitoid, dan penyakit. Predator yang menyerang larva dan pupa E. kamerunicus adalah tikus. Cacing parasit yang menyerang kumbang E. kamerunicus, yaitu Cylindrocorpus inevectus, dan nematoda Elaeolenchus parthenonema. Alikodra (2002) menyatakan bahwa adanya asosiasi antara mangsa (prey) dan pemangsa (predator) menunjukkan bahwa populasi mangsa akan ditentukan oleh ukuran populasi predator, dan populasi predator akan ditentukan oleh ketersediaan mangsa. Selama periode waktu yang lama saat tidak ada hujan, singa gunung sementara dapat meninggalkan wilayah berburunya yang biasa untuk minum dari kolam di peternakan. Perilaku ini dimungkinkan karena b. Perubahan faktor abiotik dalam lingkungannya ALASAN/PENJELASAN : Faktor biotik dalam hal ini makhluk hidup dan faktor abiotik dalam hal ini air memiliki keterkaitan yang erat hal tersebut dinyatakan oleh Odum (1983) bahwa lingkungan abiotik diantaranya adalah suhu, air, udara dan sinar matahari. Lingkungan abiotik dapat dilihat dari dua hal, yakni komponen atau sumber daya abiotik dan faktor abiotik. Sumber daya abiotik merupakan suatu lingkungan abiotik yang diperlukan oleh organisme dan ketersediaannya akan berkurang jika dimanfaatkan oleh organisme, misalnya air, udara, tanah, dan sebagainya. Sedangkan menurut Smith (1990) faktor abiotik tersebut menentukan keberadaan atau ketersediaan suatu organisme di suatu habitat maka faktor tersebut dikenal sebagai faktor pembatas yang menentukan distribusi dan sebaran suatu organisme. Suhu dan kelembaban merupakan dua faktor abiotik yang sangat penting dalam mempengaruhi interaksi organisme dengan lingkungannya. Pendapat lain dinyatakan Alikodra (2002) faktor-faktor dari komponen fisik yang berperan dalam pertumbuhan populasi satwaliar antara lain air dimana ketersediaan air pada suatu habitat secara langsung dipengaruhi oleh iklim lokal, dan iklim tidak hanya menentukan kuantitas total air yang tersedia per tahun, tetapi juga keadaan hujan yang merata sepanjang tahun atau hanya beberapa bulan saja.

2.

3.

Beberapa spesies burung warblers dapat hidup di pohon cemara yang sama hanya karena mereka : a. Memiliki habitat yang berbeda di pohon tersebut ALASAN/PENJELASAN : Burung warblers tersebut dapat hidup di pohon cemara yang sama karena memera memiliki mikrohabitat yang berbeda. Menurut Wheye (19998) Lima spesies warblers kayu pemakan serangga Cape May, kuning-rumped, Kaban hijau, Blackburnian, dan Bay-breasted adalah subjek studi klasik ekologi komunitas (interaksi spesies). Spesies ini sering berbagi tempat berkembang biak di hutan termasuk pohon cemara. Mereka telah dianggap oleh beberapa ornithologists menempati relung yang sama dengan kata lain, mereka muncul untuk mengasumsikan peran identik dalam komunitas burung yang sama. Tidak ada dua spesies dapat menempati niche yang sama di habitat yang sama, pada waktu yang sama pula c. Karena prinsip kompetisi eksklusi (competitive exclusion principle) ALASAN/PENJELASAN : Relung atau niche suatu spesies merupakan peran fungsional spesies tersebut dalam suatu komunitas, hal ini terutama berkaitan dengan tingkatan tropik (Elton, 1927 dalam Wiens, 1989). Spesies dengan lebar relung yang lebih besar cenderung akan tumpang tindih dengan spesies lain dibandingkan spesies yang mempunyai lebar relung yang sempit. Dalam tingkatan intraspesifik, lebar relung ini bisa saja disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh (Kurniati, 2001). Kebutuhan hidup minimal bagi setiap spesies satwaliar berbeda-beda satu sama lain (Odum 1993), atau dapat dikatakan bahwa setiap organisme mempunyai habitat yang sesuai dengan kebutuhannya (Indriyanto 2006). Perbedaan tersebut mengakibatkan tidak seluruh wilayah kawasan hutan secara potensial sesuai bagi setiap spesies satwaliar. Oleh karena itu masing-masing spesies memperlihatkan perbedaan dalam lokasi keberadaannya, sehingga masing-masing spesies memiliki relung atau ruangan habitat yang berbeda (Odum 1993). Dari prinsip kompetisi eksklusi menyatakan bahwa dua spesies dengan pada dasarnya relung yang sama tidak dapat hidup berdampingan karena satu akan selalu keluar-bersaing dan menggantikan yang lain (Wheye, 1998). Manakah dari pernyataan berikut ini tidak akan dimasukkan dalam deskripsi dari niche organisme? a. Tingkat trofiknya ALASAN/PENJELASAN : Colinvaux (1986) mengemukakan bahwa ada beberapa pengertian yang berbeda tentang relung, meskipun semua saling berhubungan. Penjelasannya sebagai berikut: Relung sebagai fungsi komunitas (disebut relung kelas 1). Dalam pengertian ini, relung berarti tempat hewan didalam lingkungan biotiknya, dalam hubungannya dengan makanan dan musuh. Relung ini juga dapat disebut relung komunitas. Misalnya, ular berperan sebagai pemangsa katak dan merupakan makanan burung elang. Dalam rantai

4.

5.

makanan, relung dalam pengertian ini dinyatakan sebagai tingkat trofik, artinya jika suatu hewan menduduki suatu tingkat trofik tertentu maka tingkat trofik tersebut merupakan relungnya didalam rantai makanan. Relung dalam definisi jenis (relung kelas II). Relung dapat didefinisikan dari sudut pandang individu diantara populasinya. Maka relung adalah sejumlah kemampuan khusus dari individu untuk memenfaatkan sumber daya, bertahan dari bahaya dan berkompetisi sesuiai dengan keperluannya. Kemampuan-kemampuan individu yang sudah teradaptasi merupakan ciri dari populasi atau sejenisnya, dan ciri itu merupakan relung jenis (species niche). Sebagai contoh: Burung Robin yang aslinya hidup di Amerika (Turdus migratorius) mempunyai kemampuan yang sudah teradaptasi yaitu menarik cacing dari liangnya, berburu serangga, menerima panggilan alarm dari sesamanya, dan mempunyai ketrampilan navigasi untuk bermigarsi ketempat yang jauh sebanyak dua kali dalam setahun. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan cara hidup yang khas dari burung Robin, dan merupakan relung burung Robin. Relung kelas I dan kelas II sama-sama menjelaskan tentang profesi hewan, tetapi dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya relung kelas I menyoroti burung Robin sebagai pemangsa cacing dan menjadi makanan elang (perannya dalam komunitas), sedangkan relung kelas II memandang peran burung Robin bagi didinya sendiri (relung jenis) yaitu menarik cacing, menghindarkan diri dari elang dan lain-lain Relung sebagai kualitas lingkungan (Relung kelas III). Relung jenis ini hanya dapat dijalankan pada kondisi-kondisi tertentu saja. Misalnya kemampuan burung Robin untuk menarik cacing hanya dapat dilakukan dilingkungan yang banyak cacingnya. Maka dari itu pengertian relung jenis ini ada hubungannya dengan kondisi-kondisi lingkungan khusus. Organisme dari suatu jenis dapat bertahan hidup, tumbuh dan berkenbang biak, serta mempertahankan populasinya hanya dalam batas temperatur tertentu. Rentangan temperatur itu merupakan relung hanya dalam satu dimensi yaitu dimensi suhu Daftar Pustaka Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan. Colinvaux, Paul A. 1973. Introduction to Ecology. John Willey & Sons, New York Kurniati, H. 2001. Perbedaan relung intraspesifik kadal (Sphenomorphus variegatus): ditinjau dari variasi morfometrik (Lacertilia: Scincidae). Biota VI (3): 105-108. Odum, E.P. 1983. Basic Ecology. Saunders College Publishing. United States America. Poinar GO, Jackson TA, Bell NL, Wahid MB. 2003. Cylindrocorpus inevectus sp. n. associated with the oil palm weevil Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae), with s synopsis of the family Cylindrocorporidae and establishment of Longibuccidae n. fam. (Diplogastroidea:Nematoda). Nematology 5:183-190. Smith, R.L. 1990. Ecology and Field Biology Fouth Edition. Harper Collins Publishers. New York.

Wheye Darryl, Paul R. Ehrlich, and David S. Dobkin. 1998. MacArthur's Warblers. Diakses dari http://www.stanford.edu pada tanggal 09 April 2013 pukul 13.00 WIB Wiens, J.A. 1989. The ecology of bird communities. Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai