Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 LATAR BELAKANG Kista merupakan kantong berisi cairan seperti balon berisi air (Owen, 2005). Menurut Arianto (2009), kista dapat tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacammacam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium. Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa ukuran dan jenis kista ovarium bisa bervariasi, ada yang berisi cairan jernih yang biasanya disebut kista fungsional, berisi darah seperti kista merah (rubrum), kista berisi gigi, rambut, dan cairan lemak yang disebut kista dermoid, berisi jaringan ikat yang padat seperti fibroma. Kebanyakan kista ini jinak, sementara sebagian kecil lainnya bisa berupa kista yang ganas. Di antara kista ovarium ini ada yang bersifat neoplastik (memerlukan operasi) dan ada yang bersifat nonneoplastik (tidak memerlukan operasi). Di Asia Tenggara di mana Indonesia termasuk didalamnya, insiden kista ovarium mencapai 6,6%, kanker endometrium mencapai 4,8% dari 670.587 kasus kanker pada perempuan, sementara kanker payudara sebanyak 30,9%, dan serviks 19,8%. Sebagian besar wanita tidak menyadari dirinya menderita kista. Jika menimbulkan gejala maka keluhan yang paling sering dirasakan adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah dan pinggul. Rasa nyeri ini timbul akibat dari pecahnya dinding kista, terjadinya perdarahan di dalam kista, tangkai kista yang terpeluntir dan pembesaran kista yang terlampau cepat sehingga organ disekitarnya menjadi teregang (Sukmamerati, 2008). Kista ovarium tidak berbahaya selama kondisi jinak dan biasanya dapat hilang dengan sendirinya, namun juga dapat terus berkembang dan semakin besar. Kista ovarium dapat berbahaya bila kista berubah menjadi ganas sehingga memerlukan tindakan pengangkatan kista. Oleh karena itu, penulis berminat untuk membuat karya tulis yang berjudul Kista Ovari. 1.2 TUJUAN PENULISAN 1.2.1 Tujuan Umum Dengan disusunnya karya tulis ini diharapkan mahasiswa mampu memahami Kista Ovari 1.2.2 Tujuan Khusus Dengan disusunnya karya tulis ini diharapkan: 1.2.2.1 Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah pada kasus Kista Ovari 1.2.2.2 Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah diberikan pada kasus Kista Ovari

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 KONSEP DASAR CYSTOMA OVARII 2.1.1 Definisi Cystoma ovarii adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah dimana pada kehamilan yang disertai kista ovarium seolah-olah terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar. (Wiknjosastro, 2007) Kista Ovarium ( indung telur ) adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan didalam jaringan ovarium. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi.Kista fungsional akan mengkerut dan menyusut setelah beberapa waktu ( setelah 1 3 bulan ). Demikian pula yang terjadi bila seorang perempuan sudah menopause, kista fungsional tidak terbentuk. (Yatim. 2005 ) 2.1.2 Etiologi a. Belum jelas diketahui, terutama terjadi pada daerah industri, diperkirakan partikel talk dan abses melalui vagina uterus masuk rongga peritonium meupakan bahan perangsang pada ovarium untuk menjadi neoplasma. b. Asal usul tumor belum jelas, tetapi pada teori yang menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat arang, bahan-bahan tambang, virus, hormon, dan stress. (Manuaba, 2010) 2.1.3 Patofisiologi Terjadinya kista berasal dari folikel yang mengalami pembesaran yang berlanjut menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel primer setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim. Setiap bulan banyak folikel yang rusak dari kematian oocyte diikuti segera dengan degenerasi dari epitel folikel. Seringkali ruangan tersebut terisi sebagian besar diisi dengan cairan yang banyak, produksi cairan mempengaruhi terhadap besarnya tumor, perdarahan pada ruangan akan memenuhi ruangan tersebut hingga terjadi suatu hematoma folikuler. (Syaifuddin, 2002) 2.1.4 Diagnosa Kista Ovarium Pembesaran pada abdomen bagian bawah merupakan salah satu keluhan yang mendorong wanita untuk melakukan pemeriksaan. Tumor ovarium dapat dibedakan saat melakukan pemeriksaan dalam. Menghadapi tumor jinak ovarium perlu dilakukan pemeriksaan tentang konsistensi, besar permukaannya dan sebagainya Disamping itu perlu dilakukan diagnosa banding : 1. Kehamilan Terlambat bulan Gejala hamil muda Terasa gerakan janin atau ballotement 2. Subserosa mioma uteri bertangkai Hasil pemeriksaan labortorium mendukung ovarium Dengan adanya alat canggih ultrasonografi, diagnosis banding antara kista ovarium, kehamilan atau subserosa mioma uteri dapat dibedakan dengan jelas.

Bila bidan dalam tugasnya dapat menegakkan kemungkinan tumor di bagian bawah abdomen, segera melakukan konsultasi atau merujuk ke puskesmas atau langsung ke dokter ahli kandungan. Tumor ovarium memerlukan tindakan yang spesialistis. Bidan bertugas untuk memberikan komunikasi, informasi, edukasi dan motivasi (KIEM) tentang pengobatan tumor dengan pengobatan modern dan tindakan operasi. Diagnosis presumtif pada tumor ovarium yang fungsional biasanya dibuat bila massa adneksa kistik A sampai 8 mm ditemukan pada pemeriksaan bimanual, ini dipastikan bila lesi mengalami regresi setelah masa haid berikutnya. Biasanya, kista dapat bergerak, unilateral, dan tidak disertai dengan asites. Massa dapat melebihi 8 mm dan amat nyeri bila dipalpasi. Kadang-kadang, kista lutein hemorogik dapat mempunyai konsistensi yang padat dan bukan konsistensi kistik. Penelitian ultrasonik pelvis akan memastikan sifat kistik dari masssa tersebut tetapi tidak dapat membedakan antara lesi fungsional atau neoplastik. Kalau pasien mengalami keterlambatan haid, perdarahan rahim yang abnormal, atau memutarnya kista pada tangkainya yang disertai infark, diagnosis diferensial harus mencakup : Kehamilan ektopik Salphingo ooforitis atau Torsi pada kista neoplastik Dalam hal ini uji kehamilan, laju endap eritrosit dan pemeriksaan ultrasonik biasanya bermanfaat. (Moore, Hacker.2001) 2.1.5 Klasifikasi Terdapat berbagai macam tumor yang dapat timbul pada ovarium. Kista ovarium biasanya tidak bersifat kanker, namun walaupun kista tersebut kecil diperlukan perhatian lebih lanjut untuk memastikan kista tersebut tidak berupa kanker. A. Kista ovarium non neoplastik a. Kista folikel Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovuasi,namun tumbuh terus menjadi kista folikel. Di bawah pengaruh hormon estrogen tidak mengalami proses atresia, melainkan membesar menjadi kista. Cairan dalam kista jernih dan sering kali mengandung estrogen. Kista ini kadang kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Lambat laun akan mengecil dan dapat hilang. Umumnya diameter kista ini tidak lebih dari > 5 cm,dapat ditunggu dahulu karena kista folikel dalam 2 bulan akan menghilang sendiri. (Wiknjosastro.2007) Pembesaran folikel yang tidak pecah dan terus menerus mengeluarkan cairan. Sel selnya dapat mensekresi estrogen Kista ini biasanya unilateral dan berdiameter < 5, namun kadang juga terjadi kista folikel multipel setelah penggunaan gonadotropin untuk menginduksi ovulasi. Siklus menstruasi mungkin memanjang dan mungkin terjadi menoragia, atau mungkin siklusnya normal atau lebih pendek. ( Llewellyn-Jones, Derek. 2001)

b. Kista korpus lutein Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albican. Kadang korpus luteum mempertahankan diri( korpus luteum persistens) Perdarahan yang sering terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista. Berisi cairan yang berwarna merah coklat. Dapat menimbulkan gangguan haid. (Wiknjosastro.2007) Kista jenis ini lebih jarang terjadi, ukurannya lebih besar dari kista folikel. Kista ini timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan, lamalama bisa pecah dan timbul perdarahan yang kadang- kadang perlu tindakan operasi untuk mengatasnya. Keluhan biasanya timbul rasa sakit yang berat di rongga panggul. (Yatim.2005) Jarang berukuran >4 cm dan biasanya asimtomatik. Menonjol dari permukaan. Biasanya terisi oleh darah. Gejala gejala terkait dengan ukuran atau komplikasi torsi, ruptur, atau perdarahan. Regrasi spontan terjadi dalan 8 minggu. ( James R. Scott. 2002) c. Kista teka lutein Pada mola hidatidosa, kariokarsinoma dan kadang kadang tanpa adanya kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Sel sel granulosa dapat pula menunjukan luteinisasi, akan seringkalisel sel menghilang karena atresia. Timbulnya kista ini adalah akibat pengaruh hormon kariogonadotropin (Wiknjosastro.2007) kista ini lebih jarang terjadi dan sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan di luar kandungan ( ektopik pregnansi ). (Yatim.2005) 5 % sampai 10 % perempuan dengan kariokarsinoma Pembentukan kista bertambah diduga akibat penigkatan produksi gonadotropin korionik. ( James R. Scott. 2002) d. Kista inklusi germinal Terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian terkecil dari epitel germinativum pada permukaan ovarium .Sering terdapat pada wanita lansia dengan diameter < 1 cm (Wiknjosastro.2007) e. Kista endometrium Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium Gambaran mikroskopik dari kista endometrium sangat variabel. Lokasi yang sering terdapatialah pada ovarium dan biasanya bilateral. Pada ovarium tampak kista-kista biru kecil sampai besar berisi darah tua menyerupai coklat. Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista dan dapat menyebabkan perlekatan antara permukaan ovarium dengan uterus,sigmoid dan dinding pelvis. Kista coklat kadang-kadang dapat mengalir dalam jumlah

banyak kedalam rongga peritoneum karena robekan dinding kista dan menyebabkan akut abdomen. Tuba pada endometriosis biasanya normal. (Wiknjosastro.2007) f. Kista Stein Leventhal Terjadi pada wanita muda dengan gejala infertilitas, amenorea atau oligomenorea sekunder, kadang kadang gemuk, dan kedua ovarium membesar. Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polistik dan permukan licin. (Wiknjosastro.2007) B. Neoplastik Jinak a. Kistik 1. Kistoma ovari simpleks Kista yang permukaaan rata dan halus. Biasanya bertangkai. Sering bilateral Dapat menjadi besar Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning. (Mansjoer. 2001) Berhubung dengan adanya tangkai , dapat terjadi torsi (putaran tangkai ) (Wiknjosastro.2007) 2. Kistadenoma ovarii serosum Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagala karena kista serosumpun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna keabu abuan. isi kista cair, kuning, dan kadang kadang coklat karena bercampur darah. (Wiknjosastro.2007) Kista ini berasal dari epitel germinatuvum. Bentuk kista umumnya unilokular, bila multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar tetapi tidak sebesar kista musinosun Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa intraabdominal dapat timbul asites. (Mansjoer. 2001) Kista ini lebih sering ditemukan pada wanita berusia 35 sampai 55 tahun. Kista dilapisi oleh epitelium kuboid, seperti sel pada tuba uterina. Sel ini mensekresikan cairan encer seperti air,tetapi jumlahnya tidak banyak. Akibatnya tegangan dalam kista rendah dan sel epitelial berpoliferasi membentuk papiloma intrakistik. Pada beberapa kasus, sel menembus dinding kista membentuk tonjolan tonjolan papila ke luar. Kista ini uni- atau parvilokuler dan bilateral pada 30% kasus. Tumor ini hanya tumbuh sampai ukuran sedang saja. Perubahan kearah maligna terjadi pada sepertiga kasus, biasanya terjadi pada wanita berusia 50 an. ( Llewellyn-Jones, Derek. 2001) 3. Kistadenoma ovarii musinosum Menurut Meyer asal kista ini belum pasti, kista ini berasal dari teratoma.

Pendapat lain mengatakan kista ini berasal dari epitel germinativum atau mempunyai asal yang sama dengan tumor brenner. Bentuk kista multilokuler, biasanya unilateral. Dapat tumbuh menjadi sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif sehingga timbul perlekatan kista omentum, usus dan peritoneum parietale. Selain itu bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musim yang terus bertambah akibat pseudomiksima peritonei (Mansjoer. 2001) Kista ini paling sering terjadi antara usia 35 dan 55 tahun. Dapat tumbuh besar dan multilokuler, biasanya unilateral dan jarang menjadi maligna. Dinding kista dibentuk oleh sel kolumnar tinggi, yang masing masing mempunyai nukleus paada basal dan musin sitoplasma. Musin terus menerus disekresikan ke dalam kista sehingga dindingnya menjadi tegang Sering bagian dinding menonjol keluar dan terbentuk lekukan di leher tempat penonjolan. Di leher dapat mengalami oklusi sehingga membentuk anak kista. Kadang kadang kista dapat ruptur dan melepaskan sel sel musin yang mungkin melekat pada peritoneum dan omentum sehingga menyebabkan akumulasi musin intraperitoneal. (Llewellyn-Jones, Derek. 2001) 4. Kista endometroid kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin. Pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. ( Wiknjosastro.2007) 5. Kista dermoid ( Terotoma benigna ) Tidak ada ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, dibagian lain padat. Sepintas kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil kecil dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian dalam yang menonjolbdan padat. ( Wiknjosastro.2007) Berasal dari sel germinal,teratoma benigna relatif sering dijumpai. Kista ini mengandung elemen epitelial, mesodermal dan endotelial. Tumor ini bilateral pada 10 % kasus. Teratoma dapat terjadi pada setiap golongan umur,tetapi kebanyakn ditemukan pada wanita berusia antara 20 40 tahun. ( Llewellyn-Jones, Derek. 2001) b. Solid 1. Fibroma.Leimioma,Fibroadenoma,Papiloma Semua tumor adalah neoplasma Potensi menjadi ganas berbeda pada masing masing jenis

Fibroma ovarium berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium atau dari beberapa sel masenkim yang multipoten Frekwensi : 5 % dari neoplasma ovarium Gambaran klinik :tumor ini dapat mencapai 2-30 cm dan berat mencapai 20 kg.dengan 90 % unilateral Neoplasma ini terdiri dari jaringan ikat dengan sel ditengah jaringan kolagen c. Tumor brenner Satu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause. Angka kejadian 0,5 % dari tumor ovarium. Gambaran klinik: besar tumor beraneka ragam. Lazimnya tumor unilateral yang pada pembelahan berwarna kuning muda menyerupai fibroma Mikroskopik gambaran tmor sangat khas terdiri dari 2 elemen yakni sarang yang terdiri adri sel sel epitel yang dikelilingi ole jaringan ikat d. Maskulinovablastoma Tumor ini sangat jarang terjadi tumor ini unilateral dan besranya bervariasi dari 0,5-16 cm ( Wiknjosastro.2007) 2.1.6 Gejala Klinis a. Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama pada tumor yang kecil, sebagian besar terdapatnya gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan aktifitas endokrin atau komplikasi tumor-tumor tersebut. b. Tumor jinak ovarium yang diameternya kecil sering ditemukan secara kebetulan dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti, tetapi pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena besarnya, tetapi terdapat perubahan hormonal atau penyulit yang terjadi. c. Pembesaran, tumor yang kecil mungkin didapatkan saat melakukan pemeriksaan rutin. Tumo dengan diameter sekitar 5 cm dianggap belum berbahaya kecuali bila dijumpai pada ibu yang telah mati haid (menopause atau setelah menopause). Besarnya tumor dapat memberikan gejala pendesakan ke segala arah dengan gangguan berkemih dan buang air besar, terasa berat di bagian bawah perut, dan teraba tumor di perut. d. Gejala gangguan hormon, indung telur merupakan sumber hormon wanita yang paling utama sehingga bila terjadi pertumbuhan tumor dapat mengganggu pengeluaran hormon. Gangguan hormon selalu berhubungan dengan pola menstruasi yang menyebabkan gejala klinis berupa gangguan pola menstruasi dan gejala karena tumor mengeluarkan hormon. e. Gejala klinis yang terjadi oleh karena komplikasi tumor. Gejala komplikasi tumor dapat berbentuk infeksio kista indung telur (demam, perut sakit, tegang dan nyeri lepas, penderita tampak sakit). Mengalami torsi oada tangkai (dengan gejala perut mendadak sakit tidak tertahan, memeriksakan diri karena sakit, keadaan umum penderita cukup baik kecuali sakitnya). (Wiknjosastro, 2007)

2.1.7 Komplikasi a. Torsi b. Komplikasi ini sering terjadi terutama pada tumor dengan ukuran sedang. Faktorfaktor yang dapat menyebabkan torsi bermacam-macam dan gerakan peristaltik dari usus. c. Ruptura kista Ruptura kista yang kecil kadang-kadang tidak memberikan gejala, tetapi pecahnya ini dapat memberikan bahasa seperti penyebaran isi kista dalam ruang abdomen berisi cairan gelatineus. d. Supporasi kista Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula berdiri sendiri yaitu secara hematogen atau limfogen. e. Perubahan keganasan Dari suatu tumor kistik dapat terjadi keganasan pada jenis mucinosum. Kemungkinan terjadi keganasan lebih kecil bila dibandingkan dengan jenis serosum. Pada jenis musinosum berkisar 5-10% sedangkan pada cystodenoma serosum ini lebih sering jadi ganas yaitu sekitar 25%. f. Pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan abortus, partus prematurus. Tumor yang bertangkai, karena pembesaran atau pengecilan uterus setelah persalinan terjadi torsi dan menyebabkan rasa nyeri, nekrosis dan infeksi yang disebut Abdomen Akut. Dapat menyebabkan kelainan-kelainan letak janin. Tumor kistik dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan. Tumor besar dan berlokasi di bawah, dapat menghalangi persalinan. (Manuaba, 2010) 2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Fisik Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa umummnya rata. Cervix dan uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba , massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium. Cancer antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel ovariumnormal dan karsinoma ovarium.Level serum kurang dari 35 U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA125 ditemukan meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien sehat. Laparoskopi Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan sifat-sifat tumor. Ultasonografi

Mentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam rongga perut yang bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik imaging yang utama untuk kista ovarium. MRI MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan, dapatmemberikan gambaran massa ginekologik yang lebih baik. MRI ini biasanya tidak diperlukan CT Scan Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan kurangbaik bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai untukmengidentifikasiorgan intraabdomen dan retroperitoneum dalam kasus keganasan ovarium. Foto Rontgen Menentukan adanya hidrotoraks. Pada kista dermoid kadang dapat terlihat gigi. Tes kehamilan Hasil HCG negatif, kecuali bila terjadi kehamilan. (Wiknjosastro,2007) 2.1.9 Penatalaksanaaan Prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak. Jika menghadapi kista yang tidak memberi gejala atau keluhan pada penderita dan yang besar kistanya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar kista tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi merupakan kista nonneoplastik. Tidak jarang kista-kista tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini perlu menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang. Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan kista tersebut, maka dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar kista itu bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif. Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung kista. Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingoooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah ditemukan pada satu atau pada dua ovarium. Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah kista ganas atau tidak. Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi, wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan tingkat keganasan kista yang rendah (misalnya kista sel granulosa), dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal. ( Wiknjosastro,2007) Terapi bergantung pada ukuran dan konsistensi kista dan penampakannya pada pemeriksaan ultrasonografi. Mungkin dapat diamati kista ovarium berdiameter kurang dari 80 mm, dan skening diulang untuk melihat apakah kista membesar. Jika

diputuskan untuk dilakukan terapi, dapat dilakukan aspirasi kista atau kistektomi ovarium. Kista yang terdapat pada wanita hamil, yang berukuran >80 mm dengan dinding tebal atau semisolid memerlukan pembedahan, setelah kehamilan minggu ke 12. Kista yang dideteksi setelah kehamilan minggu ke 30 mungkin sulit dikeluarkan lewat pembedahan dan dapat terjadi persalinan prematur. Keputusan untuk melakukan operasi hanya dapat dibuat setelah mendapatkan pertimbangan yang cermat dengan melibatkan pasien dan pasangannya. Jika kista menimbulkan obstruksi jalan lahir dan tidak dapat digerakkan secara digital, harus dilakukan seksio sesaria dan kistektomi ovarium. (Llewellyn-Jones. 2001)

DAFTAR PUSTAKA James R. Scott. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika Liewelly-Jones, Derek. 2001. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi.Jakarta : Hipokrates Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Saifudin AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP. SP. Winkjosastro. Hanifah. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiraharjo. Yatim.Faisal.2005. Penyakit Kandungan. Myoma, Kanker rahim / leher rahim dan indung telur, kista, serta ganggua lainnya. Jakarta : Pustaka Populer Obor

Anda mungkin juga menyukai