Anda di halaman 1dari 20

Osteoporosis

Definisi
Osteoporosis di tandai dengan kepadatan tulang yang

menurun dan kerusakan jaringan menyebabkan kerapuhan tulang, meningkatkan resiko patah tulang.
Tiga katagori osteoporosi :

tulang yang dan dapat

- Osteoporosis post menopaus, - Osteoporosis terkait dengan usia. - Osteoporosis sekunder. Organisasi kesehatan di dunia telah mengklasifikasikan massa tulang atas dasar nilai T. Nilai T adalah jumlah standar deviasi dari rata-rata kepadatan mineral tulang (BMD) pada populasi normal.

Patofisiologi
Terjadinya kehilangan tulang

bilamna proses

resospsi berlebihan Sebagai tambahan, Berkurangnya BMD, karena intake tidak memadai Defisiensi estrogen pada saat menopause Faktor usia utamanya karena kekurangan hormon, Ca, Vit D Osteoporosis yang diinduksi obat kortikosteroid. Prednison dosis lebih besar dari 75 mg/hari, terapi suluh hormon tiroid, beberapa obat anti epilepsi (Fenitoin, fenobarbital).. Deposit

Tampilan Klinis
Beberapa orang tidak perhatian dengan

osteoporosis yang terjadi pada dirinya, dan hanya perhatian ketika terjadi fraktur. Fraktur dapat terjadi oleh berbagai aktivitas. Umumnya osteoporosis berkaitan dengan fraktur termasuk vertebrata, femur proximal dan radius distal (fraktur pregelangan tangan)

Tampilan Klinis
Tingkatan

atau gejala klinis pada osteoporosis yang biasa terjadi adalah berkurangnya tinggi badan, kiposis, lordosis, nyeri tulang atau patah tulang paling sering tulang rusuk, pinggul, atau lengan/tangan. Patah tulang rusuk adalah gejala yang paling sering terjadi dan patah tulang yang parah memungkinkan terjadinya kiposis bahkan lordosis. Patah tulang yang akut biasanya hilang antara 2 sampai 3 bulan. Nyeri patah

Diagnosa
Riwayat

pasien harus diketahui untuk mengidentifikasi riwayat penyakit patah tulang dewasa, penyakit bawaan, operasi, jatuh dan adanya resiko osteoporosis. Faktor risiko osteoporosis dan fraktur osteoporosis low BMD, Jenis kelamin wanita, ras/etnis, riwayat trauma fraktur ringan pada orang dewasa, BB ringan, meonopaus prematur (sebelum usia 45 tahun) rheumatoid artritis sistemik, terapi kortikosteroid, merokok, mengkonsumsi alkohol 3-4 gelas/hari Riwayat keluarga penyakit osteoporosis dan patah tulang dari etnis kaukasia atau asia

Diagnosa
Factor makanan dan factor gaya hidup seperti kurangnya

olahraga, merokok, mengkonsumsi alcohol berlebih, kurang terkena sinar matahari, asupan kalsium yang rendah, ketidaktoleran terhadap laktosa, mengkonsumsi kafein yang berlebihan, asupan fosfor dan protein hewani yang tinggi. Penyakitkronis yang dapat meningkatkan resiko osteoporosis seperti hipertiroidisme, cushingsindrom, kanker tulang dan diabetes militus. Pengobataan yang digunakan seperti meningkatkan glukokortikoid, penggantian tiroid yang berlebihan, dosis tinggi terapi heparin dalam jangka panjang, dan antikonvulsan.

Diagnosa
Uji fisik termasuk menemukan nyeri tulang,

perubahan postur (seperti kyphosis) dan hilangnya tinggi badan (>1,5 in (3,8 cm) Pengujian lab darah lengkap, kreatinin, blood urea nitrogen T score

Pencegahan dan Pengobatan


Pencegahan idealnya dilakukan dengan meningkatkan mutu tulang pada masa anak-anak, remaja, dan dewasa muda. Tujuan pengobatanya adalah untuk meminimalkan kekeroposan pada tulang dan mengurangi faktor patah tulang. Rasa sakit nyeri dan terus menerus pada penderita osteoporosis yang parah.
Pencegahan dan Pengobatan Nonfarmakologi

Harus mempunyai keseimbangan diet dengan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup. Jika asupan makanan yang memadai tidak dapat dicapai, suplemen kalsium diperlukan. Dengan aerobik dan latihan penguatan dapat mencegah keropos tulang, kurangnya risiko jatuh dan patah tulang. Pencegahan dan Pengobatan Farmakologi Obat antiresorptif : Kalsium, vitamin D dan metabolit, biofosfonat, terapi estrogen dan hormon, modulator reseptor estrogen selektif, testosteron dan steroid anabolik, kalsitonin. Penelitian terapi pembentukan tulang : Hormon paratiroid dan flouride

Lanjutan...
Obat antiresorptif
Kalsium

Kalsium harus dikonsumsi dalam jumlah besar untuk mencegah hyperparatiroidisme dan kerusakan tulang. Penggunan kalsium dalam jumlah besar diketahui dapat mencegah atau mengganti kerusakan atau kehilangan tulang pada orang dewasa. Efek akan meningkat jika dikombinasikan. Vitamin D dan Metabolit Tambahan vitamin D telah terbukti meningkatkan BMD, dan mungkin mengurangi patah tulang. Vitamin D dalam dosis tinggi dapat menyebabkan hiperkalsemia dan hiperkalsiuria. Bisfosfonat Osteoclas tidak dapat menempel pada permukaan tulang yang mengandung bisposponat. Bifosfonat memberikan peningkatan BMD terbesar dari agen antiresorptif. Penggunaan bisposponat harus hati-hati untuk menghindari efek samping serius pada saluran pencernaan serta untuk mengoptimalkan bioavailbilitas.

Efek merugikan yang paling sering terjadi adalah, mual, nyeri pada perut, kembung, diare, dan iritasi pada esofagus, lambung atau usus dua belas jari, perforasi, maag atau pendarahan. Esterogen Estrogen menurunkan pembentukan dan aktifitas osteoklas, menghambat sekitaran hormon para tiroid (HPT), menaikkan kadar kalsitriol dan penyerapan kalsium pada intestinal dan menurunkan eksresi kalsium pada ginjal. Penggunaan estrogen secara oral dan transdermal dengan dosis yang tepat dan berkala atau bergantian ERT/HRT memiliki efek yang sama terhadap BMD. Dosis harian ERT yang disarankan untuk pencegahan osteoporosis adalah conjugated equine estrogens 0,625 mg, ethinyl estradiol 0,02 mg, estropipate 0,625 mg, esterified estrogens 0,625 mg, micronized estradiol 1mg, 17- estradiol 2mg, estrone sulfate 1,5 mg, dan transdermal estradiol 0,05 mg/hari. ERT/HRT di-kontra indikasikan pada penderita kanker esterogen-dependent, pendarahan pada vagina yang tidak wajar, kanker hati yang parah, dan thrombolisis vascular dsb.

Modulator Reseptor Estrogen Selektif (SERMs)

Raloxifen (Evista) 60 mg per hari dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan osteoporosis postmenopausal (setelah menopause). Raloxifen di-kontra indikasi-kan pada wanita penderita trombo-emboli. Efek samping lainnya adalah demam dan kram pada kaki. Testosteron dan steroid anabolik efek utamanya adalah meningkatkan penyerapan tulang, yang dapat menyebabkan meningkatnya massa dan kekuatan otot. Perubahan BMD secara umum kecil dan pada kebanyakan wanita menimbulkan efek samping (contohnya efek kelaki-lakian seperti hisutism, jerawat dan suara serak). Kalsitonin Kalsitonin (Miakalsin) semprot hidung, diindikasikan untuk pengobatan osteoporosis pada wanita yang telah menopause lebih dari 5 tahun. Karena obat ini memiliki efektifitas yang lebih sedikit dibandingkan pengobatan osteoporosis lainnya, obat ini paling sering digunakan pada pasien dengan nyeri tulang

Penelitian terapi pembentukan tulang Hormon Paratiroid Meskipun Hormon Paratiroid dapat meningkatkan penyerapan tulang, HPT dan fragmen N-terminalnya merupakan anabolik jika digunakan sekali sehari. Aktifitas anabolik mungkin terlihat dari peningkatan apoptosis osteoblas dan menurunnya pembentukan tulang dari osteoblas jangka panjang.

Efek samping yang ditunjukan kecil (seperti mual dan sakit kepala) tetapi pada dosis yang lebih tinggi efek samping ini lebih sering muncul.
Flouride

Flouride meningkatkan aktifitas osteoblas dan pembentukan tulang. Dalam penelitian beberapa tahun, efisiensi fluride sebagai anti-pengkroposan masih meragukan dan flouride juga dapat meningkatkan kerapuhan tulang. Flouride tidak disarankan dalam

Penggunaan Glukokortikoid pada Penderita Osteoporosi


Glukokortikoid meningkatkan kekuatan otot dan

pembentukan tulang dan menurunkan penyerapan tulang. Meningkatkan penyerapan kalsium dalam saluran pencernaan dan menurunkan sekresi pada ginjal karena efek hiperparatiroid.
Jika penghentian obat tidak dapat dilakukan,

glukokortikoid harus diberikan pada dosis yang paling rendah dan dalam waktu yang singkat. Seluruh penderita harus melakukan perubahan gaya hidup dan mengkonsumsi Kalsium dan

Evaluasi Hasil Terapeutik


Penderita diberikan pencegahan atau pengobatan

menggunakan ERT/HRT, bisposponat, atau kalsitonin harus diperiksa setidaknya setahun sekali. Kepatuhan dan toleransi pengobatan harus dievaluasi setiap kunjungan. Pengukuran BMD disarankan setian 2 sampai 3 tahun jika T-line kurang dari -1.5. Untuk terapi pencegahan, BMD harus dinilai setiap 1 sampai 2 tahun sampai kerapatan stabil dan selanjutnya setiap 2 sampai 3 tahun. Pada terapi pengobatan, pengukuran BMD dilakukan setiap tahun selama 3 tahun. Jika stabil, pengukuran dapat dilakukan setiap 2 tahun, walaupun begitu pengukuran tahunan harus tetap dilakukan sampai stabil. Pengawasan dan evaluasi tanda-tanda biokimia dari perubahan tulang selama pengobatan masih sangat

Terimakasih

Raloxifene

Bazedoxifene
Lasofoxifene Teriparatide

Anda mungkin juga menyukai