Anda di halaman 1dari 6

Halaman 1 dari 6 halaman

KULIAH UMUM
DISTRIBUSI OBAT DALAM PHARMAKOLOGI

Oleh
Jeffry Kusuma
Staff Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Hasanuddin


PENDAHULUAN

Tinjau persoalan sederhana dalam farmakologi yakni hubungan hilangnya obat
dalam tubuh seiring dengan berubahnya waktu. Sebagaimana diketahui, obat diserap
oleh tubuh melalui proses difusi.
Kandungan atau konsentrasi obat senantiasa berubah perlahan lahan secara menurun
proporsional dengan jumlah kandungan atau konsentrasi awal obat yang terdapat dalam
sistim atau tubuh manusia.
Bila konsentrasi obat dalam tubuh pada saat dilambangkan dengan C(t) dan
0

melambangkan konsentrasi obat pada saat = 0, maka konsentrasi obat pada sistim
(tubuh) akan memenuhi persamaan differensial
kC
dt
dC
= ,
dimana k merupakan laju konstan yang berhubungan dengan fisiologi tubuh ataupun
spesifikasi obat yang dapat ditentukan secara experimen.
Solusi persamaan (1) diatas dapat dengan mudah dicari atau diselesaikan dengan
mengalikan kedua ruas persamaan dengan

,
akan diperoleh persamaan

= .
Selanjutnya dengan mengintegralan kedua ruas persamaan diatas, akan diperoleh
hubungan
, ln d kt C + =

dimana d merupakan konstanta integrasi atau dapat pula ditulis
Halaman 2 dari 6 halaman

.
d kt
e C
+
=
Selanjutnya dapat dengan mudah dilihat bahwa bila keadaan awal dilibatkan yaitu
konsentrasi obat mempunyai besaran
0
pada saat = 0 maka persamaan diatas akhirnya
dapat ditulis
.
0
kt
e C C

=


Untuk , / 1 k t = konsentrasi , 37 . 0 718 . 2 / /
0 0 0
C C e C C ~ ~ = atau sekitar 63% obat
sudah hilang dari sistim (tubuh). Untuk , / 2 k t = konsentrasi , /
2
0
e C C = atau sekitar
87% obat sudah hilang dari sistim (tubuh), dan untuk , / 3 k t = 95 % sudah hilang
terserap.
Dalam praktek kehidupan sehari hari, obat biasanya diberikan dalam interval interval
tertentu ke dalam sistim. Anggaplah bahwa dosis konstan
0
C diberikan setiap interval
waktu T . Jadi bila pada 0 = t diberikan dosis
0
C maka pada T t = (dosis kedua diberikan)
konsentrasi obat dalam tubuh akan menjadi
kT
e C C C

+ =
0 0 1
. Disini, nilai
0
merupakan
konsentrasi obat yang baru diberikan. Nilai
0

merupakan sisa konsentrasi obat yang


telah diberikan pada periode sebelumnya. Selanjutnya, setelah dosis ketiga konsentrasi
obat dalam sistim adalah .
2
0 0 0 2
kT kT
e C e C C C

+ + =
Dan konsentrasi obat setelah dosis ke n adalah
| |
.
1
1
1
C
0
) 1 (
0
) 1 (
0 0 0 1
kT
nkT
kT n kT
kT n kT
n
e
e
C
e e C
e C e C C

=
+ + + =
+ + + =


Persamaan diatas, secara matematis memperlihatkan hubungan fungsional konsentrasi
obat yang diberikan secara kontinu pada selang waktu panjang dengan periode tertentu.
Untuk n menuju takhingga, konsentrasi mendekati nilai ekuilibrium yaitu
,
1
0
kT
e
C
C

=
dimana

C menyatakan konsentrasi akhir obat dalam tubuh (sistim).


Secara grafik, konsentasi obat dalam sistim (tubuh) dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.

Halaman 3 dari 6 halaman



Lebih lanjut, bila diberikan dosis awal
1
C yang bernilai sama dengan dosis

C maka
akan diperoleh hubungan
kT
e
C
C C

= =
1
0
1
.
Konsentrasi dosis kedua akan menjadi
.
1 1
0 0
0 2
kT
kT
kT
e
C
e
e
C
C C

= |
.
|

\
|

+ =
Demikian pula dosis ketiga dan seterusnya akan menjadi
kT
e
C
C

=
1
0


Jadi konsentrasi obat pada saat , 3 , 2 , , 0 T T T t = akan menjadi sama sehingga
memungkinkan membunuh sel penyakit tanpa harus membunuh sel tubuh yang sehat.
Secara grafik dapat dilihat pada gambar di bawah ini


Halaman 4 dari 6 halaman

Adalah keharusan dalam dunia farmakologi untuk menentukan besar konsentrasi yang
efektif ini. Hal ini tentunya senantiasa bergantung kepada jenis obat dan kondisi fisiologi
dari sistim tubuh manusia.

MODEL KUADRATIK
Tentunya tidak semua obat memenuhi keadaan yang digambarkan pada keadaan
diatas. Kondisi diatas, walaupun dapat menggambarkan proses peluruhan konsentrasi
obat pada tubuh manusia, belum mengambarkan keseluruhan sifat dari obat. Ada
beberapa jenis obat tertentu yang luruh secara kuadratik dari jumlah konsentrasi obat
dalam sistim. Untuk kasus ini, konsentrasi obat akan memenuhi persamaan differensial
.
2
kC
dt
dC
=

Integrasikan dan gunakan keadaan dosis awal yaitu |
=0
=
0
diperoleh
=

0
1 +
0

.

Bila setelah waktu = , suatu dosis
0
diberikan segera setelah dosis kedua diperoleh

1
=
0
+

0
1 +
0

.
Segera setelah dosis ketiga diberikan, konsentrasi obat dalam sistim menjadi

2
=
0
+

1
1 +
1

.
Jika dilanjutkan seterusnya dengan cara demikian maka akhirnya diperoleh

=
0
+

1
1 +
1


dimana
1
dan

merupakan jumlah obat dalam sistim segera setelah dosis ke n dan


n+1 berturut-turut. Persamaan terakhir diatas merupakan persamaan differensi yang non-
linier yang berordo satu. Solusi analitik persamaan ini tidak memungkinkan diperoleh,
akan tetapi dari persamaan diatas dapat ditarik kesimpulan yang menarik.
Bila persamaan diatas ditulis ulang

+1
=
0
+

1 +

.
Perkurangkan persamaan terakhir dan sebelumnya diperoleh
Halaman 5 dari 6 halaman

+1

1
1 +

1 +
1

.
Persamaan ini berarti

>
0
dan juga

1
dan
+1

keduanya
mempunyai tanda yang sama. Juga bila katakanlah
lim

=
maka diperoleh
=
0
+

1 +
, untuk
yang menuju ke persamaan
=

=
+
2

0
2
+ 4
0
2
=

0
2
+
1
2

0
2
+
4
0

.
yang berarti jumlah obat dalam sistim selalu berada pada nilai diantara
0
dan

.

DISTRIBUSI METABOLIS DALAM TUBUH
Organ dalam tubuh mahluk hidup mempunyai struktur yang sangat beragam.
Organ terdiri dari berbagai tipe jaringan, selaput dan cairan disekelilingnya. Berbagai
komponen metabolis senantiasa terjadi. Hal ini dapat saja berupa metabolis alamiah
maupun yang tidak alamiah seperti obat obat yang dimasukkan akan ditransportasikan
kepada berbagai jaringan dan cairan. Sebagai contoh, struktur yang terdiri dari tiga
bagian atau komparmen katakanlah darah, cairan antar sel dan sel-sel dari jaringan.
Pertukaran metabolisme senantiasa terjadi diantara ketiga komponen ini. Total jumlah
bagian atau komparmen dalam suatu mahluk hidup dapat dikategorikan ataupun dibagi ke
dalam jumlah yang sangat besar. Ini tentunya terdiri atas sebagaimana bagian bagian
tersebut dilihat atau ditinjau dan seberapa jauh ketepatan dan ketelitian yang diinginkan.
Jadi bila diberikan organ yang ingin ditinjau terlibat dalam suatu metabolisme, suatu
model metabolisme dapat digambarkan. Tentunya disini akan senantiasa melibatkan
Cairan Antar Sel yang merupakan keharusan karena memegang peranan inti dari bagian
transportasi (proses difusi). Bila suatu model dibangun atas berbagai tipe jenis sel,
katakanlah terdapat n jenis tipe sel atau organ maka model yang terditi dari n+1 bagian
atau komparmen dapat ditinjau.
Halaman 6 dari 6 halaman

Untuk memudahkan proses modeling, marilah tinjau suatu model distribusi obat
pada suatu sistim yang terdiri atas n bagian / komparmen. Bila m menyatakan banyaknya
metabolisme yang berbeda yang terlibat dalam bagian-bagian ini, maka secara umum
metabolisme ini akan diproduksi atau dikomsumsi dalam bagian ini.
Bila

menyatakan volume dari komparmen yang ke i,

menyatakan konsentrasi ke k
metabolisme ke i dan

menyatakan jumlah ke k metabolisme dalam komparmen ke i,


maka akan memenuhi persamaan

.
Model diatas secara matematis walaupun berlaku secara umum, untuk banyak kalangan
tentunya akan melihatnya terlalu rumit. Model yang melibatkan hanya beberapa segelintir
komparmen saja mungkin cukup untuk menerangkan metabolisme yang diinginkan.
Sebagai contoh, katakanlah suatu jenis obat yang dimasukkan ke dalam darah melalui
proses intravenus ataupun intramuskular. Proses modeling tiga komparmen sering sudah
cukup baik menerangkan metabolisme obat tersebut.

Dalam kuliah umum ini, penggunaan matematika yang rumit, relatif dihindari.
Penggunaan rumusan matematis setingkat dengan tahun pertama perkuliahan di
universitas tidak dapat dihindari dalam upaya memperlihatkan ukuran ukuran yang
dikuantifikasi. Walaupun kedua model sederhana diatas dapat menerangkan
pengdistribusian obat dalam sistim, akan tetapi masih menyisahkan beberapa pertanyaan
yang mungkin cukup berguna untuk didiskusikan dalam aplikasi pendistribusian obat.
Bila suatu obat dirancang mengikuti model sederhana yang pertama ataupun model
kuadratik, apakah yang akan terjadi bilamana waktu yang ada dalam memasukan obat ke
dalam sistim ternyata tidak teratur ? Sampai seberapa efektifnya pengdistribusian obat
dalam hal ini ? Bagaimana proses terjadinya kekebalan bibit penyakit terhadap obat
tertentu? Dan lain lain pertanyaan yang tentunya masih perlu dilakukan pengkajian
lanjutan.

REFERENSI
J. Mazumdar, An Introduction to Mathematical Physiology and Biology, Cambridge
University Press, 1989.

Anda mungkin juga menyukai

  • FARMASI
    FARMASI
    Dokumen48 halaman
    FARMASI
    Akmal Bahtiar
    Belum ada peringkat
  • Glikosida
    Glikosida
    Dokumen27 halaman
    Glikosida
    Citra Yuli Prastyawati
    Belum ada peringkat
  • Dispan Mopang Sabtu
    Dispan Mopang Sabtu
    Dokumen15 halaman
    Dispan Mopang Sabtu
    wulan_loverz7075
    Belum ada peringkat
  • Panduan Perpus2012
    Panduan Perpus2012
    Dokumen32 halaman
    Panduan Perpus2012
    wulan_loverz7075
    Belum ada peringkat
  • Kuliah Umum
    Kuliah Umum
    Dokumen6 halaman
    Kuliah Umum
    wulan_loverz7075
    Belum ada peringkat
  • Unhy 2
    Unhy 2
    Dokumen20 halaman
    Unhy 2
    wulan_loverz7075
    Belum ada peringkat
  • Unhy 2
    Unhy 2
    Dokumen20 halaman
    Unhy 2
    wulan_loverz7075
    Belum ada peringkat
  • Unhy 2
    Unhy 2
    Dokumen20 halaman
    Unhy 2
    wulan_loverz7075
    Belum ada peringkat
  • UNHY
    UNHY
    Dokumen20 halaman
    UNHY
    wulan_loverz7075
    Belum ada peringkat
  • UNHY
    UNHY
    Dokumen20 halaman
    UNHY
    wulan_loverz7075
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Farmakognosi
    Kata Pengantar Farmakognosi
    Dokumen5 halaman
    Kata Pengantar Farmakognosi
    wulan_loverz7075
    Belum ada peringkat