Anda di halaman 1dari 5

TUGAS EKONOMI REGIONAL

Apa Tantangan Globalisasi Ekonomi Bagi Indonesia?

Nama NIM Kelas

: Kuncara Hadi Wibowo : 041011072 :A

Apa Tantangan Globalisasi Ekonomi Bagi Indonesia?

1.

Pertumbuhan ekonomi, inequality dan kemiskinan Globalization menunjukkan manifestasi integrasi ekonomi yang lebih besar dengan

meningkatkan keterbukaan (openness) melalui beberapa transmisi yaitu liberalisasi perdagangan dan investasi, arus modal, migrasi tenaga kerja antar negara, alih teknologi dan perkembangan IPTEK, arus informasi global, serta sistem kelembagaan. Dalam mekanisme tersebut, pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat kemiskinan melalui dua saluran: pertama, melalui kontribusi globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan, kedua, dampak globalisasi terhadap distribusi pendapatan.

Diagram di atas menunjukkan hubungan openness terhadap pertumbuhan ekonomi, openness terhadap distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi terhadap distribusi pendapatan and vice versa, dari pertumbuhan ekonomi ke kemiskinan, serta dari distribusi pendapatan terhadap kemiskinan. Pada gilirannya, dua saluran utamapertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatanlebih lanjut berinteraksi secara dinamis untuk sepanjang waktu dan menciptakan siklus pertumbuhanketidakmerataankemiskinan. Keterbukaan akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan ketidakmerataan ekonomi, sehingga akan meningkatkan kemiskinan. Di sisi lain, menciptakan siklus keterbukaan akan menciptakan pertumbuhan ekonomi kemudian meningkatkan distribusi pendapatan sehingga akan mengurangi kemiskinan.

Dampak globalisasi terhadap kemiskinan adalah isu penting untuk Indonesia, pertumbuhan ekonomi positif berhasil dipelihara seiring dengan liberalisasi perdagangan, pasar modal dan foreign direct invesment (FDI). Pertumbuhan tersebut mampu meningkatkan pendapatan perkapita Indonesia, namun pertumbuhan tersebut juga turut melebarkan kesenjangan ekonomi Indonesia yang ditunjukkan indeks gini yang terus meningkat (0,41 tahun 2012). Peran pemerintah perlu ditingkatkan terutama untuk memelihara pertumbuhan ekonomi sekaligus mendorong distribusi pendapatan yang lebih merata.

2. Perdagangan Internasional, skilled labour dan daya saing Indonesia Indonesia telah menjalin kerja sama multilateral untuk mendorong keterbukaan ekonomi, diantaranya APEC dan ACFTA. Kerja sama tersebut akan menciptakan integrasi ekonomi yang lebih besar salah satunya melalui liberalisasi perdagangan. Indonesia akan membuka pintu ekspor-impor, dan meminimalkan rintangan tarif dan quota. Industri di Indonesia dapat meningkatkan produksi serta penjualan melalui ekspor dan masyarakat lebih mudah mendapatkan baran-barang impor yang belum tentu diproduksi di dalam negeri. Terlepas dari kemudahan tersebut, liberalisasi perdagangan telah menciptakan kekhawatiran mengenai kelangsungan industri-industri kecil dan menengah dalam persaingan pasar bebas. Industri kecil dan menengah yang berkontribusi menyediakan lapangan kerja terutama perempuan dan pemuda belum mampu mengekspor produk-produk mereka. Faktor penyebab diantaranya: lemah di bidang teknologi, kurangnya skilled labour, kurang informasi pasar dan strategi pemasaran, serta kurangnya modal untuk aktifitas ekspor. Globalisasi menciptakan pasar yang sangat terbuka, dimana konsumen tidak akan memandang produk dari negara industri maupun negara berkembang. Negara yang mampu memproduksi secara efisien dan harga yang bersaing akan menikmati keuntungan tersebut. Mau tidak mau, Indonesia harus mampu meningkatkan kualitas tenaga kerjanya dan meningkatkan kualitas produksi untuk bersaing baik di dalam negeri maupun di pasar luar negeri (EU, ACFTA, Amerika, dll). Selain itu, Globalisasi menciptakan free movements labour dimana pergerakan tenaga kerja akan terjadi secara bebas yang bisa memberikan dampak luar biasa bagi Indonesia. Di satu sisi, persaingan tenaga kerja di dalarn negeri akan sangat kompetitif. Pekerja kita tidak hanya akan bersaing dengan sesama WNI, tetapi juga dengan tenaga kerja asing.

Konsekuensinya, tenaga kerja Indonesia harus memiliki kemampuan yang lebih tinggi atau minimal sarna dengan tenaga kerja luar agar bisa memperoleh pekerjaan yang layak.

Padahal, kita tahu pasti bahwa kualitas pendidikan kita termasuk yang paling buruk

diantara negara-negara ASEAN. Di lain pihak, kita juga sadar betul bahwa negeri-negeri tetangga kita menawarkan berbagai "iming-iming" untuk menarik ahli-ahli kita agar mau hijrah ke luar negeri. Selain itu, akan terbuka pula kesempatan bagi dokter, pengacara, akuntan, ahli asuransi serta profesional dari negara lain untuk membuka praktek di Indonesia. Konsekuensinya,jika kualitas dokter dan profesional kita tidak bisa bersaing, maka mereka-mereka terpaksa menjadi penonton di negeri sendiri.

3. Free movements capital dan foreign direct investment. Dengan globalisasi ekonomi, arus modal akan sangat mudah mengalir melintasi berbagai negara. Ada dua hal penting yang menjadi tantangan utama Indonesia: pertama, persaingan untuk menarik investor asing menanamkan modal ke dalam negeri dan kedua, menjaga keseimbangan ekonomi dari arus modal itu sendiri. Pertumbuhan dan performa ekonomi Indonesia, menjadi daya tarik bagi pemilik modal untuk berinvestasi di Indonesia. Namun, daya saing Indonesia yang diutarakan sebelumnya, menjadi hambatan yang membuat investor mengalihkan investasi ke negara lainnya yang memiliki tenaga kerja berkualitas dan berdayasaing. Pemerintah harus mampu memberikan jaminan keuntungan dan menunjukkan keuntungan berinvestasi di Indonesia, diantaranya iklim yang kondusif dan birokrasi yang baik. Iklim usaha di Indonesia masih belum kondusif, terutama hubungan industrial antara buruh, pengusaha dan pemerintah. Hingga kini, sering terjadi konflik antara pengusaha dan buruh terutama mengenai upah minimum dan perlindungan sosial. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memfasilitasi dan memediasi pihak buruh dan pengusaha sehingga konflik hubungan industrial dapat diminimalkan. Sedangkan dalam internal birokrasi pemerintah, korupsi menjadi kekhawatiran bagi investor untuk menanamkan modal di Indonesia. Pasca otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan lebih dalam pengambilan kebijakan pengelolaan sumber daya di daerahnya. Dalam melegalkan ijin investor, pemerintah daerah sering mempersulit birokrasi dan justru mengambil keuntungan dengan korupsi dan kolusi. Free movements capital juga perlu diwaspadai oleh pemerintah, melihat pengalaman dari krisis 1998, dimana hot money menciptakan ketidakseimbangan ekonomi dan menjadi pemicu krisi ekonomi di Asia. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu menjaga tingkat suku bunga dan memperhatikan tingkat nilai tukar rupiah untuk meminimalkan dampat negatif dari arus modal asing. Selain itu, pemerintah diharapkan tidak hanya tanda tangan kontrak investasi, namun juga memaksimalkan keuntungan dan mewajibkan investor asing untuk

memanfaatkan sumber daya lokal. Dengan pemanfaatan sumber daya lokal, investasi asing akan meningkatkan lapangan kerja dan memberikan value added bagi industri penyedia bahan baku dan barang antara.

Sumber: Nissanke, Machiko and Erik Thorbecke. 2010. Linking Globalization to Poverty in Asia, Latin America, and Africa. United Nation. Soesatro, Hadi. 2010. Globalization: Challenges for Indonesia

http://www.cipe.org/sites/default/files/publication-docs/e35_10.pdf Stiglitz, Joseph F. 2002. Globalization and its discontents. New York : W. W. Norton

Anda mungkin juga menyukai