Anda di halaman 1dari 6

A.

Tujuan ASEAN Tujuan didirikannya ASEAN adalah sebagai berikut. a.) Mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial budaya di Asia Tenggara b.) Meningkatkan perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara c.) Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, teknologi (iptek) d.) Memajukan penelitian bersama mengenai masalah-masalah di Asia Tenggara e.) Memajukan kerja sama di bidang pertanian, industri, perdagangan, dan komunikasi f.) Memelihara kerja sama yang lebih erat dengan organisasi-organisasi internasional dan regional KENAMPAKAN ALAM & NEGARA-NEGARA TETANGGA KAWASAN ASIA TENGGARA Kawasan Asia Tenggara terletak antara 28 derajat LU-11 derajat LS dan 92 derajat BT-141 derajat BT. Batas wilayah kawasan Asia Tenggara adalah sebagai berikut. Sebelah Utara : Asia Timur dan Samudra Pasifik Sebelah Selatan : Samudra Hindia Sebelah Timur : Samudra Pasifik Sebelah Barat : Samudra Hindia dan Teluk Benggala Laut-laut yang yang termasuk wilayah kawasan Asia Tenggara diantaranya adalah Laut Cina Selatan, Laut Sulawesi, Laut Jawa, Laut Arafuru, Laut Timor, Laut Banda dan sebaginya. Kawasan Asia Tenggara beriklim tropis-basah dengan curah hujan yang lebat pada periode-periode musim terntentu. Asia Tenggara memiliki bentang alam daratan yang sangat bervariasi. Contoh kenampakan alam wilayah Asia Tenggara adalah Pegunungan, Dataran Rendah, Dataran Tinggi, Sungai dan Danau

a.) Malaysia Ibu kota negara: Kuala Lumpur Luas wilayah: 329.759 km2 Kepala negara: Yang di pertuan agong Kepala pemerintahan: Perdana menteri Penduduk: Sebagian besar suku Melayu dan Cina, sebagian India dan Arab Hasil Utama: Timah, karet, dan kelapa sawit Pemerintahan: Kerajaan konstitutional Agama: Islam, Buddha, Kong Hu Cu, dan Kristen Bahasa: Melayu Lagu kebangsaan: Negaraku Mata uang: Ringgit

b.) Singapura Ibukota: Singapura Luas wilayah: 660 km2 Kepala negara: Presiden Kepala pemerintahan: Perdana menteri Penduduk: Sebagian besar suku Cina, lainya Melayu India dan Inggris Hasil utama: Industri, perdagangan, dan jasa Bahasa: Inggris (resmi), Melatu, Cina, dan Tamil Agama: Buddha, Hindu, Kristen, dan Islam Lagu kebangsaan: Majulah Singapura Mata uang: Dolar Singapura

c.) Brunei Darussalam Ibukota negara: Bandar Seri Begawan Luas wilayah: 5.765 km2 Kepala negara: Sultan Kepala pemerintahan: Sultan Penduduk: Sebagian besar orang Melayu, lainnya Cina dan Dayak Hasil utama: Minyak bumi dan gas alam Bahasa: Melayu, Inggris dan Cina Lagu kebangsaan: Allah peliharakan sultan Mata uang: Dolar Brunei

d.) Thailand Ibukota: Bangkok Luas wilayah:153.115 km2 Kepala negara: Raja Kepala pemerintahan: Perdana menteri Penduduk: Bangsa Thai, lainnya keturunan Cina dan Melayu Hasil utama: Beras, karet, dan industri Bahasa: Thai Lagu kebangsaan: Pleng Chat Thai Mata uang: Bath

e.) Myanmar ibukota: Rangoon Luas wilayah: 676.577 km2 Kepala negara: Presiden Kepala pemerintahan: Perdana menteri Penduduk: Suku birma, karen, shan, rakhin, mon kachin, dan chin Hasil utama: Minyak, tembaga, beras, jagung, dan kapan Lagu kebangsaan: Our free homeland Mata uang: Kyat

f.) Vietnam ibukota: Hanoi Luas wilayah: 331.041 km2 Kepala negara: Presiden Kepala pemerintahan: Perdana menteri Penduduk: Suku bangsa Vietnam, Cina, Thai, Khmer, Muong, Meo, dan Cham Hasil utama: Beras, jagung, karet, kayu jati, dan baru bara Bahasa: Vietnam Lagu kebangsaan: Forward soldier Mata uang: Dong g.) Kamboja

ibukota: Phnom Penh Luas wilayah: 181.035 km2 Kepala negara: Raja Kepala pemerintahan: Perdana menteri Penduduk: Khmer, Vietnam, Cina Hasil utama: Beras, kopi, dan karet Bahasa: Khmer (resmi), Prancis Agama: Buddha, islam Lagu kebangsaan: Our Country Mata uang: Riel

h.) Laos ibukota: Vientiane Luas wilayah: 236.800 km2 Kepala negara: Presiden Kepala pemerintahan: Perdana menteri Penduduk: Lao, mon-khmer, meo, yao, dan Thai Hasil utama: Padi dan jagung Bahasa: Lao (resmi), Palaungwa, Thai, Khmer Agama: Buddha, kristen, dan animism

Lagu kebangsaan: Pheng Xat Lao Mata uang: Kip i.) Filipina

ibukota: Manila Luas wilayah: 300.076 km2 Kepala negara: Presiden Kepala pemerintahan: Presiden Penduduk: Melayu, Mestizo Hasil utama: Kopi, gula, karet, dan hasil industri Bahasa: Tagalog, Inggris dan Spanyol Agama: Katolik, dan islam Lagu kebangsaan: Lupang hinirang Mata uang: Peso j.) Timor Leste ibukota: Dili Luas wilayah: 14.874 km2 Kepala negara: Presiden Kepala pemerintahan: Perdana menteri Penduduk: Suku Timor, Belu , Tetun, Galo, dan Nambi Hasil utama: Hasil pertanian Bahasa: Tetun, Portugis Mata uang: Dolar AS Asas Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. B. Persamaan derajat dan kedaulatan semua negara anggota. Persamaan hak dan kewajiban semua negara anggota. Penyelesaian sengketa dengan cara damai. Setiap anggota akan memberikan bantuan kepada PBB sesuai ketentuan Piagam PBB. PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara anggota.

Tujuan PBB

Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Memelihara perdamaian dan keamanan dunia. Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan asas-asas persamaan derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Mengembangkan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan. Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah timbulnya peperangan. Memajukan dan menghargai hak asasi manusia serta kebebasan atau kemerdekaan fundamental tanpa membedakan warna, kulit, jenis kelamin, bahasa, dan agama. Menjadikan pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama yang harmonis untuk mencapai tujuan PBB. san Indonesia Keluar Dari PBB - Terindikasi - Soekarno yang merupakan Presiden pertama di Indonesia, memang merupakan sosok yang fenomenal. Tahukah sobat, Indonesia pernah keluar dari PBB ? Ya, Indonesia pernah keluar dari PBB dan itu terjadi pada masa pemerintahan Soekarno sendiri. Lantas mengapa Soekarno ngotot hingga akhirnya Indonesia keluar dari PBB pada saat itu? Soekarno memang sosok yang sangat pemberani. Sejarah mencatat, Indonesia merdeka dari segala bentuk penjajahan tidak terlepas dari peran tangan dingin Soekarno. Selain berwibawa, ia juga sangat tegas. Beliau tidak pandang bulu terhadap siapapun yang mencoba merendahkan martabat negara Indonesia. 9. Inggris kita linggis! Amerika kita setrika!, atau Go to hell with your aid yang ditujukan kepada Amerika. 10. 11. Malaysia kita ganyang. Hajar cecunguk Malayan itu! Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak -injak oleh Malaysian keparat itu 12. Itulah beberapa kalimat yang tercatat oleh sejarah pernah diucapkan oleh Soekarno terkait negara-negara yang berusaha bertindak tidak semestinya terhadap Indonesia. Ya, sekali lagi saya katakan, Soekarno memang tidak pandang bulu. Tidak hanya itu, PBB (Persekutuan Bangsa-Bangsa) yang merupakan organisasi level internasional pun pernah dilawan. Tepatnya, tanggal 20 Januari 1965 Bung Karno menarik bangsa Indonesia dari keanggotaan PBB. Tentunya Soekarno sudah memikirkan matang-matang terkait keputusannya mengundurkan Indonesia dari PBB. Lantas, apa alasan Indonesia keluar dari PBB? Setidaknya ada enam alasan yang tak terbantahkan bahkan oleh Sekjen PBB sendiri yang menjadi dasar Indonesia menarik diri dari keanggotaan di PBB.

8.

Pertama, soal kedudukan PBB di Amerika Serikat. Bung Karno mengkritik, dalam suasana perang dingin Amerika Serikat dan Uni Sovyet lengkap dengan perang urat syaraf yang terjadi, maka tidak sepatutnya markas PBB justru berada di salah satu negara pelaku perang dingin tersebut. Bung Karno mengusulkan agar PBB bermarkas di Jenewa, atau di Asia, Afrika, atau daerah netral lain di luar blok Amerika dan Sovyet. Kedua, PBB yang lahir pasca perang dunia kedua, dimaksudkan untuk bisa menyelesaikan pertikaian antarnegara secara cepat dan menentukan. Akan tetapi yang terjadi justru PBB selalu tegang dan lamban dalam menyikapi konflik antar negara. Indonesia mengalami dua kali, yakni saat pembebasan Irian Barat, dan Malaysia. Dalam kedua perkara itu, PBB tidak membawa penyelesaian, kecuali hanya menjadi medan perdebatan. Selain itu, pasca perang dunia II, banyak negara baru, yang baru saja terbebas dari penderitaan penjajahan, tetapi faktanya dalam piagam-piagam yang dilahirkan maupun dalam preambule-nya, tidak pernah menyebut perkataan kolonialisme. Singkatnya, PBB tidak menempatkan negara-negara yang baru merdeka secara proporsional. Ketiga, Organisasi dan keanggotaan Dewan Keamanan mencerminkan peta ekonomi, militer dan kekuatan tahun 1945, tidak mencerminkan bangkitnya negara-negara sosialis serta munculnya perkembangan cepat kemerdekaan negara-negara di Asia dan Afrika. Mereka tidak diakomodir karena hak veto hanya milik Amerika, Inggris, Rusia, Perancis, dan Taiwan. Kondisi yang tidak aktual lagi, tetapi tidak ada satu orang pun yang berusaha bergerak mengubahnya. Keempat, soal sekretariat yang selalu dipegang kepala staf berkebangsaan Amerika. Tidak heran jika hasil kebijakannya banyak mengakomodasi kepentingan Barat, setidaknya menggunakan sistem Barat. Bung Karno tidak dapat menunjung tinggi sistem itu dengan dasar, Imperialisme dan kolonialisme adalah anak kandung dari s istem Negara Barat. Seperti halnya mayoritas anggota PBB, aku benci imperialisme dan aku jijik pada kolonialisme. Kelima, Bung Karno menganggap PBB keblinger dengan menolak perwakilan Cina, sementara di Dewan Keamanan duduk Taiwan yang tidak diakui oleh Indonesia. Di mata Bung Karno, Dengan mengesampingkan bangsa yang besar, bangsa yang agung dan kuat dalam arti jumlah penduduk, kebudayaan, kemampuan, peninggalan kebudayaan kuno, suatu bangsa yang penuh kekuatan dan dayaekonomi, dengan mengesampingkan bangsa itu, maka PBB sangat melemahkan kekuatan dan kemampuannya untuk berunding justru karena ia menolak keanggotaan bangsa yang terbesar di dunia. Keenam, tidak adanya pembagian yang adil di antara personal PBB dalam lembaga-lembaganya. Bekas ketua UNICEF adalah seorang Amerika. Ketua Dana Khusus adalah Amerika. Badan Bantuan Teknik PBB diketuai orang Inggris. Bahkan dalam persengketaan Asia seperti halnya pembentukan Malaysia, maka plebisit yang gagal yang diselenggarakan PBB, diketuai orang Amerika bernama Michelmore. Nah, itulaha 6 alasan mengapa Indonesia (sempat) keluar dari PBB. Banyak kepala negara yang berpendapat, keputusan Soekarno untuk mencabut Indonesia dari keanggotaan PBB adalah sikap nekat. Namun tekad Soekarno sudah bulat, ia akan lakukan apapun untuk memperjuangkan martabat Indonesia. Bahkan lebih jauh lagi, ia membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces/ Conefo) sebagai alternatif persatuan bangsa-bangsa selain PBB. Konferensi ini sedianya digelar akhir tahun 1966. Langkah tegas dan berani Sukarno langsung mendapat dukungan banyak negara, khususnya di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Bahkan sebagian Eropa juga mendukung. C. "ALAT-ALAT PERLENGKAPAN PBB" PBB terdiri dari enam alat perlengkapan,yaitu: (1) MAJELIS UMUM (2) DEWAN KEAMANAN (3) DEWAN EKONOMI DAN SOSIAL (4) DEWAN PERWAKILAN (5) MAHKAMAH INTERNASIONAL (6) SEKRETARIAT *Organ-organ tambahan dpt didirikan menurut keperluan.

D.

Organisasi-organisasi PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa atau biasa disingkat PBB (bahasa Inggris: United Nations atau disingkat UN) adalah sebuah organisasi internasional yang anggotanya hampir seluruh negara di dunia. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, keamanan internasional, pengembangan ekonomi, perlindungan sosial, hak asasi dan pencapaian perdamaian dunia.Perserikatan Bangsabangsa didirikan di San Francisco pada 24 Oktober 1945 setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington, DC[2], namun Sidang Umum yang pertama - dihadiri wakil dari 51 negara - baru berlangsung pada 10 Januari 1946 (di Church House, London). Dari 1919 hingga 1946, terdapat sebuah organisasi yang mirip, bernama Liga Bangsa-Bangsa, yang bisa dianggap sebagai pendahulu PBB.Sejak didirikan pada tahun 1945 hingga 2011, sudah ada 193 negara yang bergabung menjadi anggota PBB, termasuk semua negara yang menyatakan kemerdekaannya masing-masing dan diakui kedaulatannya secara internasional, kecuali Vatikan.[3] Selain negara anggota, beberapa organisasi internasional dan organisasi antar-negara mendapat tempat sebagai pengamat permanen yang mempunyai kantor di Markas Besar PBB, dan ada juga yang hanya berstatus sebagai pengamat [4].Palestina dan Vatikan adalah negara bukan anggota (non-member states) dan

termasuk pengamat permanen (Tahta Suci mempunyai wakil permanen di PBB, sedangkan Palestina mempunyai kantor permanen di PBB)[5] Sekretaris Jenderal PBB saat ini adalah Ban Ki-moon asal Korea Selatan yang menjabat sejak 1 Januari 2007 , menggantikan Sekretaris Jendral terdahulu, yaitu Kofi Annan dari Ghana. [6] Organisasi ini memiliki enam organ utama [7]: Majelis Umum (majelis musyawarah utama)[8],Dewan Keamanan (untuk memutuskan resolusi tertentu untuk perdamaian dan keamanan),Dewan Ekonomi dan Sosial (untuk membantu dalam mempromosikan kerjasama ekonomi, sosial internasional dan pembangunan)[9], Sekretariat (untuk menyediakan studi, informasi dan fasilitas yang diperlukan oleh PBB)[10], Mahkamah Internasional (organ peradilan primer), Dewan Perwalian (yang saat ini tidak aktif).[11] Instansi Sistem PBB lainnya yang menonjol termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Program Pangan Dunia (WFP) dan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF). Tokoh masyrakat PBB yang paling terkenal mungkin adalah Sekretaris Jenderal PBB, saat ini Ban Kimoon dari Korea Selatan, yang mengambil jabatan itu pada tahun 2007, menggantikan Kofi Annan. Organisasi ini didanai dari sumbangan yang ditaksir dan sukarela dari negara-negara anggotanya, dan memiliki enam bahasa resmi: Arab, Cina, Inggris, Perancis, Rusia, dan Spanyol

E.

Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB

Pada 28 September 1950 Indonesia memasuki PBB dan tercatat menjadi anggota yang ke-60. Banyak manfaat yang diperoleh bangsa Indonesia semenjak menjadi anggota PBB. Berbagai bantuan dan jasa baik PBB telah dinikmati bangsa Indonesia. a. PBB turut berperan menyelesaikan pertikaian Indonesia-Belanda dalam Perang Kemerdekaan (1945-1950) dengan mengirimkan KTN dan UNCI. b. PBB berjasa menyelesaikan pengembalian Irian Barat ke pangkuan RI denganmengirim misi UNTEA. c. PBB banyak memberikan bantuan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya melalui organisasi khusus, seperti IMF, IBRD, UNESCO, WHO, dan sebagainya. Namun, hubungan yang harmonis antara Indonesia dan PBB menjadi terganggu sejak Indonesia menyatakan diri keluar dari keanggotaan PBB pada 7 Januari 1965. Persoalannya, usul Indonesia agar Malaysia tidak diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB tidak membuahkan hasil. Kenyataannya, Malaysia tetap diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Sejak keluar dari keanggotaan PBB, Indonesia praktis terkucil dari pergaulan internasional. Kenyamanan dan kebersamaan hidup dengan bangsa lain tidak dapat dirasakan lagi. Begitu pula pembangunan negara menjadi terhambat sehingga berakibat pada kesengsaraan rakyat. Menyadari adanya kerugian itu, maka pemerintah Orde Baru memutuskan untuk masuk kembali menjadi anggota PBB. Pada 28 September 1966 Indonesia kembali aktif di PBB. Indonesia tetap diterima kembali sebagai anggota PBB yang ke-60. Tindakan Indonesia ini mendapat dukungan dari Aljazair, Filipina, Jepang, Mesir, Pakistan, dan Thailand. F. Alasan Indonesia Keluar Dari PBB Terindikasi - Soekarno yang merupakan Presiden pertama di Indonesia, memang merupakan sosok yang fenomenal. Tahukah sobat, Indonesia pernah keluar dari PBB ? Ya, Indonesia pernah keluar dari PBB dan itu terjadi pada masa pemerintahan Soekarno sendiri. Lantas mengapa Soekarno ngotot hingga akhirnya Indonesia keluar dari PBB pada saat itu? Soekarno memang sosok yang sangat pemberani. Sejarah mencatat, Indonesia merdeka dari segala bentuk penjajahan tidak terlepas dari peran tangan dingin Soekarno. Selain berwibawa, ia juga sangat tegas. Beliau tidak pandang bulu terhadap siapapun yang mencoba merendahkan martabat negara Indonesia. Inggris kita linggis! Amerika kita setrika!, atau Go to hell with your aid yang ditu jukan kepada Amerika. Malaysia kita ganyang. Hajar cecunguk Malayan itu! Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak -injak oleh Malaysian keparat itu

Itulah beberapa kalimat yang tercatat oleh sejarah pernah diucapkan oleh Soekarno terkait negara-negara yang berusaha bertindak tidak semestinya terhadap Indonesia. Ya, sekali lagi saya katakan, Soekarno memang tidak pandang bulu. Tidak hanya itu, PBB (Persekutuan BangsaBangsa) yang merupakan organisasi level internasional pun pernah dilawan. Tepatnya, tanggal 20 Januari 1965 Bung Karno menarik bangsa Indonesia dari keanggotaan PBB. Tentunya Soekarno sudah memikirkan matang-matang terkait keputusannya mengundurkan Indonesia dari PBB. Lantas, apa alasan Indonesia keluar dari PBB? Setidaknya ada enam alasan yang tak terbantahkan bahkan oleh Sekjen PBB sendiri yang menjadi dasar Indonesia menarik diri dari keanggotaan di PBB.

Pertama, soal kedudukan PBB di Amerika Serikat. Bung Karno mengkritik, dalam suasana perang dingin Amerika Serikat dan Uni Sovyet lengkap dengan perang urat syaraf yang terjadi, maka tidak sepatutnya markas PBB justru berada di salah satu negara pelaku perang dingin tersebut. Bung Karno mengusulkan agar PBB bermarkas di Jenewa, atau di Asia, Afrika, atau daerah netral lain di luar blok Amerika dan Sovyet. Kedua, PBB yang lahir pasca perang dunia kedua, dimaksudkan untuk bisa menyelesaikan pertikaian antarnegara secara cepat dan menentukan.

Akan tetapi yang terjadi justru PBB selalu tegang dan lamban dalam menyikapi konflik antar negara. Indonesia mengalami dua kali, yakni saat pembebasan Irian Barat, dan Malaysia. Dalam kedua perkara itu, PBB tidak membawa penyelesaian, kecuali hanya menjadi medan perdebatan. Selain itu, pasca perang dunia II, banyak negara baru, yang baru saja terbebas dari penderitaan penjajahan, tetapi faktanya dalam piagam-piagam yang dilahirkan maupun dalam preambule-nya, tidak pernah menyebut perkataan kolonialisme. Singkatnya, PBB tidak menempatkan negaranegara yang baru merdeka secara proporsional. Ketiga, Organisasi dan keanggotaan Dewan Keamanan mencerminkan peta ekonomi, militer dan kekuatan tahun 1945, tidak mencerminkan bangkitnya negara-negara sosialis serta munculnya perkembangan cepat kemerdekaan negara-negara di Asia dan Afrika. Mereka tidak diakomodir karena hak veto hanya milik Amerika, Inggris, Rusia, Perancis, dan Taiwan. Kondisi yang tidak aktual lagi, tetapi tidak ada satu orang pun yang berusaha bergerak mengubahnya. Keempat, soal sekretariat yang selalu dipegang kepala staf berkebangsaan Amerika. Tidak heran jika hasil kebijakannya banyak mengakomodasi kepentingan Barat, setidaknya menggunakan sistem Barat. Bung Karno tidak dapat menunjung tinggi sistem i tu dengan dasar, Imperialisme dan kolonialisme adalah anak kandung dari sistem Negara Barat. Seperti halnya mayoritas anggota PBB, aku benci imperialisme dan aku jijik pada kolonialisme. Kelima, Bung Karno menganggap PBB keblinger dengan menolak perwakilan Cina, sementara di Dewan Keamanan duduk Taiwan yang tidak diakui oleh Indonesia. Di mata Bung Karno, Dengan mengesampingkan bangsa yang besar, bangsa yang agung dan kuat da lam arti jumlah penduduk, kebudayaan, kemampuan, peninggalan kebudayaan kuno, suatu bangsa yang penuh kekuatan dan daya-ekonomi, dengan mengesampingkan bangsa itu, maka PBB sangat melemahkan kekuatan dan kemampuannya untuk berunding justru karena ia menolak keanggotaan bangsa yang terbesar di dunia. Keenam, tidak adanya pembagian yang adil di antara personal PBB dalam lembaga-lembaganya. Bekas ketua UNICEF adalah seorang Amerika. Ketua Dana Khusus adalah Amerika. Badan Bantuan Teknik PBB diketuai orang Inggris. Bahkan dalam persengketaan Asia seperti halnya pembentukan Malaysia, maka plebisit yang gagal yang diselenggarakan PBB, diketuai orang Amerika bernama Michelmore. Nah, itulaha 6 alasan mengapa Indonesia (sempat) keluar dari PBB. Banyak kepala negara yang berpendapat, keputusan Soekarno untuk mencabut Indonesia dari keanggotaan PBB adalah sikap nekat. Namun tekad Soekarno sudah bulat, ia akan lakukan apapun untuk memperjuangkan martabat Indonesia. Bahkan lebih jauh lagi, ia membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces/ Conefo) sebagai alternatif persatuan bangsa-bangsa selain PBB. Konferensi ini sedianya digelar akhir tahun 1966. Langkah tegas dan berani Sukarno langsung mendapat dukungan banyak negara, khususnya di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Bahkan sebagian Eropa juga mendukung.

Anda mungkin juga menyukai