Anda di halaman 1dari 3

laporan utama

Waspadai

Radang Hati

Menjadi Kritis

+ Sakit Kuning + Pelemakan Hati + Mengetahui sebelum terlambat

Masih segar dalam ingatan kita, berita menyedihkan tentang kepergian salah seorang putera bangsa terbaik, yaitu almarhum Bapak Nurcholis Madjid. Cak Nur, sapaan akrab almarhum Nurcholis Madjid, harus meninggalkan kita semua karena virus hepatitis C, virus ganas yang menggerogoti hatinya.

Pada awalnya, serangan virus hepatitis C sering diabaikan oleh pengidap karena tidak bergejala atau bila ada gejala, mereka mengira sebagai gejala penyakit biasa yang tidak membahayakan. Gejala seperti mual, muntah dan letih, dikira dapat sembuh dengan minum obat mual atau istirahat sebentar. Pengidap terus beraktivitas tanpa menyadari dirinya sedang digerogoti virus ganas yang dapat menghancurkan hati, organ vital yang tidak kalah pentingnya dengan jantung. Bila tidak ditangani dengan baik, gangguan virus ini dapat meningkat ke tahap sirosis hati dan akhirnya menjadi kanker. Biaya perawatan dan pengobatan pun menjadi sangat mahal.Dari ratusan juta

EDISI 02 APRIL 2006

hingga milyar-an. Jadi, betapa mahalnya harga sebuah hati. Karena itu perlu kita renungkan agar kita berusaha lebih dini untuk menjaga kesehatan hati sebelum menyesal nanti.

Lebih dikenal sebagai sakit kuning


Hepatitis adalah penyakit radang hati, yang terjadi saat para serdadu sistem kekebalan (imunitas) tubuh menyerang pengganggu fungsi hati yang menyelinap masuk. Seperti diketahui, hati atau liver adalah pabrik kimia tubuh yang mengolah asupan makanan setelah diserap usus menjadi energi penggerak metabolisme

tubuh, dan menyimpan sisanya sebagai lemak tubuh atau glikogen untuk cadangan energi. Hati juga memproduksi zat penetral racun agar racun dapat dibuang ke luar tubuh, yang disebut sebagai proses detoksifikasi. Proses ini dilakukan oleh enzim-enzim hati terhadap zat-zat beracun, baik yang masuk dari luar maupun yang berasal dari sisa metabolisme tubuh. Fungsi hati yang lebih penting lagi adalah sebagai pusat pelindung tubuh dengan mempersiapkan serdadu sistem kekebalan tubuh (imunoglobulin, antibodi, dan sel fagosit) pembersih kuman yang masuk ke hati bersama aliran darah. Hati dapat dikatakan sebagai benteng utama, dengan kemampuan dapat memulihkan sendiri kerusakan dirinya. Karena itu, bila hati diserang, fungsi penting tersebut akan terganggu dengan akibat tubuh kekurangan pasokan energi dan mudah terkena infeksi. Penyerang yang dikenal sebagai virus hepatitis A itu berusaha menaklukkan hati. Awalnya virus tersebut menyelinap bersama makanan dan minuman yang tercemar dari lingkungan yang tidak bersih. Serangan awal disebut sebagai gejala hepatitis akut yang dapat diatasi oleh sistem kekebalan tubuh. Pertempuran tersebut berakhir dengan kalahnya sang penyerang dan hati yang rusak akan meradang. Virus yang mati atau yang sekarat dibuang bersama tinja ke luar tubuh, dan berpotensi meneruskan infeksi pada sasaran yang lain. Sistem kekebalan tubuh pun siap siaga melawan serbuan lagi di masa mendatang. Pada kondisi itu, kita merasakan tubuh seperti habis terserang flu berat, lemah, otot dan sendi terasa nyeri, pusing, sakit kepala, demam, nafsu makan hilang, sariawan, muntah, dan kelenjar getah bening membengkak. Mungkin terasa sedikit sakit di perut sebelah kanan atas, karena di situlah letaknya organ hati. Barangkali, juga mulai terjadi kehilangan berat badan, dan air kencing menjadi berwarna kuning tua sampai coklat (seperti teh). Sering pula kulit dan putih mata menjadi kuning, suatu keadaan yang membuat orang awam mengenalnya sebagai sakit kuning, walaupun gejala hepatitis bukan hanya itu. Perubahan warna tersebut disebabkan sebagian sampah tubuh di dalam aliran darah yang tidak terbuang karena organ hati masih lemas setelah pertempuran tersebut. Namun, perlu diketahui bahwa gejala kuning tersebut dapat juga disebabkan

oleh penyakit lain, yaitu gangguan pankreas, kandung empedu, atau penyakit darah (anemia hemolitik). Untuk membedakannya diperlukan pemeriksaan laboratorium. Berbeda dengan virus hepatitis A, virus hepatitis B dan C memiliki kemampuan untuk mengecoh sistem pertahanan tubuh sehingga sebagian virus selamat dari serangan tentara tubuh. Virus hepatitis B dan C yang selamat akan bersembunyi dengan aman di dalam hati di balik pelindung selular, menunggu saatnya menyerang kembali atau secara perlahan menggerogoti hati. Serangan gerilya virus tersebut terjadi tanpa kita sadari, dan dikenal sebagai hepatitis kronis. Disebut kronis bila peradangan berlangsung mininal selama 6 sampai 12 bulan. Hepatitis kronis dapat berkembang sehingga terjadi kerusakan sel hati yang mengkhawatirkan yaitu terjadinya pengerasan jaringan hati (sirosis) karena terbentuknya jaringan parut (fibrosis). Pada tahap ini, hati membengkak, perut membuncit, muncul kemerahan pada telapak tangan (erythema palmaris), sembab pada kedua tungkai, tanda biru di dada berbentuk seperti laba-laba akibat penonjolan pembuluh darah kecil (spider naevi). Selanjutnya, yang jauh lebih berbahaya adalah menjadi kanker hati.

Perlemakan hati yang semula dianggap enteng


Selain virus, radang hati terjadi karena keracunan alkohol, obat tertentu, dan paparan berbagai zat kimia berbahaya. Keracunan obat tertentu misalnya asetaminofen yang banyak digunakan sebagai penghilang rasa nyeri pada obat-obat flu. Sedangkan zat kimia berbahaya adalah karbon tetraklorida, klorpromazin, kloroform, arsen, fosfor, dan zat-zat kimia lain yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam industri modern. Alkohol adalah penyebab utama terjadinya perlemakan hati (steatosis) yang meradang, dan disebut sebagai ASH (alcoholic steatohepatitis). Untunglah keracunan alkohol dan zat kimia beracun, yang diperparah dengan kondisi gizi buruk sebagai akibat gaya hidup modern yang serba instan (ingin mudah dan cepat), pengaruhnya hanya bersifat sementara dan dapat dikontrol dengan menghentikan masuknya penyebab tersebut ke dalam tubuh. Yang menjadi perhatian adalah gangguan perlemakan hati akibat abnormalitas


metabolisme karena konsumsi makanan berlemak tinggi (fast food) berlebihan yang dikenal sebagai penyebab obesitas (kegemukan berlebihan). Gangguan tersebut yang umumnya lolos dari perhatian, berkembang menjadi perlemakan hati non-alkoholik atau disebut dengan NASH (non-alcoholic steatohepatitis). Penyebab lain dari perlemakan hati adalah komplikasi dari diabetes tipe 2, dan efek samping penggunaan senyawa kortikosteroid dan estrogen yang tidak terkontrol. Perlemakan hati terjadi bila penimbunan lemak melebihi 5 persen dari berat hati, atau meliputi lebih dari setengah bagian jaringan sel hati. Akibat perlemakan tersebut, terjadi pemecahan lemak yang berlebihan dan peningkatan masuknya asam lemak bebas ke dalam hati, sehingga membebani fungsi hati untuk mengubahnya menjadi energi. Sisa metabolisme yang disebut sebagai zat oksidatif perusak sel hati terus bertambah dan menumpuk hingga mencapai jumlah yang membahayakan. Keadaan ini menyebabkan gangguan fungsi hati. Seperti pada kasus hepatitis kronis karena infeksi virus, tidak ada gejala yang mencurigakan dan biasanya muncul sebagai rasa sakit pada perut bagian atas, mual, dan kehilangan nafsu makan. Belum banyak yang menyadari akibat buruk kegemukan atau diabetes tipe 2, pada hati karena biasanya mereka akan lebih memperhatikan komplikasinya pada jantung. NASH menjadi bahasan serius dalam konferensi APASL (Asia Pacific Association for the Study of the Liver) ke15 di Bali pada tanggal 18-25 Agustus 2005. Menurut peneliti dari RSUPN Cipto Mangunkusumo kasus NASH di Jakarta meningkat sekitar 30 persen per tahun, dan diperkirakan terus meningkat seiring dengan pola makan masyarakat yang cenderung kebarat-baratan. Mungkin yang perlu kita simak adalah bahwa wanita berisiko lebih tinggi terkena NASH. Mereka sangat takut gemuk, sehingga terjebak melakukan diet ketat yang membuat kondisi gizi mereka memburuk. Namun, gaya hidup urban yang penuh persaingan membuat mereka terjebak dalam perasaan lapar untuk pengalih stres, sehingga lupa dengan dietnya. Tubuhnya menjadi mudah melar kembali yang membuat mereka lebih stres lagi. Dengan demikian tidaklah mengherankan bila organ hati mendapat beban untuk mengatasi penimbunan lemak
10
EDISI 02 APRIL 2006

berlebihan di dalam tubuh. Untunglah, bila taat melakukan diet sehat dan olahraga teratur tanpa berlebihan, maka perkembangan steatosis dapat dihentikan.

Mengetahui sebelum terlanjur menjadi parah


Mengapa organ hati kurang mendapat perhatian selama ini? Hati adalah satu-satunya organ tubuh yang mampu mereparasi dirinya sendiri, sehingga banyak gangguan fungsi hati tahap awal dapat sembuh dengan sendirinya, seperti misalnya jika diserang hepatitis A. Namun, gaya hidup yang berpotensi mengakibatkan stres, pola makan yang buruk, dan istirahat yang kurang, membuat beban hati menjadi sangat berat. Bila faktor-faktor tersebut dibiarkan berlarut-larut, maka hepatitis akan menyerang dan perlemakan hati akan terjadi, sehingga berkembang menjadi sirosis hati dan kanker hati. Selain itu, ada penyakit hati lain yang perlu mendapat perhatian, yaitu kolestasis, jaundice dan hemochromatosis. Kolestasis adalah keadaan akibat kegagalan produksi empedu sehingga menyebabkan terjadinya gangguan penyerapan lemak dan vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, dan K) oleh usus. Selain itu juga terjadi penumpukan asam empedu, bilirubin, dan kolesterol di hati. Sedangkan jaundice adalah kondisi adanya kelebihan bilirubin di dalam sirkulasi darah, dan penumpukan pigmen empedu pada kulit, membran mukosa, dan bola mata. Pada kondisi itu, kulit terlihat kuning dan warna urine menjadi lebih gelap, sedangkan tinja (faeses) berwarna lebih terang. Hemochromatosis merupakan kelainan metabolisme besi yang ditandai dengan adanya pengendapan besi secara berlebihan di dalam jaringan. Penyakit ini bersifat genetis atau diturunkan dari orangtua. Karena itu, pemeriksaan dokter dan pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membedakan apakah gejala tersebut benar hepatitis atau penyakit lain. Kalau benar hepatitis, perlu diperiksa tipe (A, B. C, F, atau G) dan seberapa parahnya. Para penderita penyakit hati dianjurkan untuk menjalani pola hidup teratur, melakukan diet seimbang dengan jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan menurut kondisi tubuh (tinggi dan berat badan) dan melakukan aktivitas yang dilakukan. Banyak makan sayur dan buah dapat memperbaiki pencernaan dan mencegah sembelit. Pada keadaan tertentu diperlukan diet rendah protein.

Anda mungkin juga menyukai