Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS SEORANG ANAK PEREMNUAN 9 TAHUN DENGAN ATELEKTASIS

Oleh: SUSILO SETIAWAN 20070310181

Pembimbing : dr. Ahmad Faesol Sp.Rad

BAGIAN ILMU RADIOLOGI


RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

A. IDENTITAS PENDERITA Nama Jenis kelamin Umur Alamat Masuk RSDK Keluar RSDK No CM : an. Shabrina Azizah : Perempuan : 8 Tahun 10 bulam : Dalem KG III/889 RT 42 Purbayan Kotagede DIY : 15 April 2013 : 23 April 2013 : 574847

B. DATA DASAR 1. Anamnesis Pasien datang ke rumah sakit dari rujukan rumah sakit lain dengan keluahan sesak nafas dan nyeri dada sebelah kanan.

a. Riwayat penyakit sekarang : 3 hari anak batuk (+), dahak (+) tidak dapat dikeluarkan, pilek (+), sesak (-), ngik-ngik (-), demam (+) anget-anget, bintik-bintik merah seperti digigit nyamuk (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), keluar cairan dari telinga (-), nyeri tekan belakang telinga (-), nyeri telan (-), muntah 1x/hari setelah batuk @2 sendok makan, berisi dahak (+) warna putih encer (+) bercampur susu, BAB dan BAK tidak ada kelainan, anak masih bermain seperti biasa, makan dan minum tidak terganggu. 1 hari anak masih batuk dan makin bertambah parah, dahak tidak dapat dikeluarkan, sesak (+), ngik-ngik (+), sesak tidak berkurang dengan perubahan posisi dan cuaca (+), dan tidak bertambah saat bermain, biru-biru disekitar mulut (-), demam (+) tidak tinggi terus menerus, bintik-bintik merah seperti digigit nyamuk (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), keluar cairan dari telinga (-), nyeri tekan belakang telinga (-), nyeri telan (-), anak rewel (+), muntah 1x/hari 2-3 sendok makan berisi dahak kental warna putih dan susu, nafsu makan dan minum susu anak terganggu, buang air besar dan buang air kecil tidak ada kelainan,

kemudian dibawa ke puskesmas Ngesrep diberi obat kotrimoksazol dan surat pengantar ke RSDK, karena batuk yang terus bertambah dan disertai sesak, anak kemudian dibawa ke RSDK.

b. Riwayat penyakit dahulu : Riwayat alergi telur (+) Riwayat tersedak sebelumnya disangkal Riwayat sesak sebelumnya dan nafas berbunyi (mengi) disangkal. Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria (-) Tidak pernah sakit batuk lama, tidak ada riwayat sering berkeringat malam hari, tidak ada keluhan berat badan turun atau sulit naik. Riwayat ruam /alergi susu saat bayi disangkal. Riwayat batuk/bersin saat pagi hari/subuh (-)

c. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini atau batuk-batuk lama. Ayah pasien alergi telur (+), ayah perokok aktif (+). Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini. Riwayat asma pada anggota keluarga disangkal. Lingkungan : memelihara binatang (+), karpet (-). d. Riwayat sosial ekonomi : Ayah bekerja sebagai pegawai swasta. Ibu tidak bekerja. Menanggung 1 orang. Penghasilan per bulan Rp 1.000.000. Biaya pengobatan ditanggung jamkesmas.

NO 1 2 3 4 5 6 7

Kriteria BPS Untuk Menentukan Rumah Tangga Miskin Luas bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 perorang Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu, kayu murahan Jenis dingding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester Tidak memilki fasilitas buang air besar/bersama dengan rumah tangga lain Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah

Ya

Tidak

8 9 10 11 12

13 14

Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam/satu kali dalam seminggu Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun Hanya sanggup makan hanya satu/dua kali dalam sehari Tidak sanggup membayar pengobatan dipuskesmas/poliklinik Sumber penghasilan kepala keluarga adalah petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan atau pekerjaan lainya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000 perbulan Pendidikan tertinggi kepala keluarga : tidak bersekolah/tidak tamat SD/hanya SD Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500,0000, seperti sepeda motor kredit/nonkredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainya.

Kesan : sosial ekonomi kurang.

e. Riwayat pemeliharaan antenatal : Periksa kehamilan di bidan sebanyak 6 kali, penyakit kehamilan disangkal, obatobatan yang diminum berupa vitamin, tablet tambah darah, dan mendapat imunisasi TT 2 kali.

f. Riwayat persalinan. No Kehamilan dan Persalinan Tgl lahir

Laki-laki lahir dari seorang ibu G1P0A0 20 tahun, umur kehamilan 01/05/2010 9 bulan, lahir spontan, langsung menangis, biru-biru (-), ditolong bidan, berat lahir 3500 gram. Panjang badan lahir 49 cm g. Riwayat pemeliharaan post natal : Pemeliharaan postnatal di posyandu, keadaan anak sehat.

h. Riwayat keluarga berencana : Ibu mengikuti program KB suntik 3 bulan. Sikap terhadap KB yakin dan percaya.

i. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita


Morbili Pertusis Varisela Difteri Malaria Tetanus Operasi belum pernah belum pernah belum pernah belum pernah belum pernah belum pernah belum pernah Diare Kejang Kecacingan Disentri basiler Disentri amuba Demam tifoid Fraktur (+) belum pernah belum pernah belum pernah belum pernah belum pernah belum pernah

Pneumonia Bronkitis TBC Batuk

belum pernah belum pernah belum pernah (+)

Tuberkulosis Alergi obat/makanan Hepatitis Pilek

belum pernah belum pernah belum pernah (+)

j. Riwayat imunisasi : BCG Polio Hepatitis Dipteri Pertusis Tetanus Campak : 1 kali, umur 1 bulan, skar positif. : 4 kali, umur 0,2,4,6 bulan. : 3 kali, umur 2,4,6 bulan. : 3 kali, umur 2,4,6 bulan : 3 kali, umur 2,4,6 bulan : 3 kali, umur 2,4,6 bulan : 1 kali, umur 9 bulan

Kesan : vaksinasi dasar lengkap.

k. Riwayat makan dan minum : Umur 0 1 bulan Umur 0 6 bulan : Anak mendapat Asi sesuai kemauan bayi (dihentikan karena asi tidak keluar dan puting susu yang datar) : Anak diberi SGM 1 10-12x/hari @ 90 cc (3 sendok takar habis) sesuai keinginan anak Umur 6 bulan- sekarang : Anak diberi susu SGM II 8-10x sehari @ 120 cc habis dan habis. Umur 6 - 8 bulan Umur 8- sekarang : Anak diberi bubur susu bungkus 3x/hari habis. : Anak diberikan nasi tim 3x/hari mangkuk kecil + ati/ayam/tahu/tempe + sayur Buah : pisang, jeruk, pepaya (mulai diberikan umur 4 bulan 2x @2-3 sedok teh habis) Kesan : kualitas dan kuantitas cukup, ASI tidak eksklusif, dan penyapihan dini. bubur susu 3 x sehari @ mangkuk kecil -

l. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak : Pertumbuhan :

Berat badan lahir 3500 gram, panjang badan lahir 49 cm, lingkar kepala waktu lahir tidak tahu. Berat badan bulan lalu 8 kg. Berat badan sekarang 8,3 kg, panjang badan sekarang 71 cm, lingkar kepala 52 cm (mesosefal).

Kesan : Gizi baik, perawakan normal, arah pertumbuhan sesuai garis pertumbuhan Perkembangan :
NO 1 KPSP Pada Anak Umur 12 Bulan Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu/dipojok, kemudian muncul dan menghilang secara berulang-ulang dihadapan anak,apakah ia mencari anda atau mengharapakan anda mucul kembal? Letakan pensil di telapak tangan bayi. Coba ambil pensil tersebut dengan perlahan-lahan. Sulitkah anda mendapatkan pensil itu kembali? Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan berpegangan pada kursi/meja? Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang sama, misalnya:ma ma. da-da, pa-pa. jawab YA bila ia mengeluarkan salah satu suara tadi. Apakah anak dapat mengangkat badanya ke posisi berdiri tanpa bantuan anda? Apakah anak dapat membedakan anda dengan orang yang belum ia kenal? Ia akan menunjukan sikap malu-malu atau ragu-ragu pada saat permulaan bertemu dengan orang yang belum dikenalnya? Apakah anak daoat mengambil benda kecil seperti kacang atau kismis, dengan meremas di antara ibu jari dan jarinya? Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan? Sebutkan 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu kata-kata yang lengakap).Apakah ia mencoba meniru menyebutkan kata-kata tadi? Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus yang ia pegang? Ya Tidak

2 3 4

5 6

7 8 9 10

Kesan : perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembanganya

2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik pada tanggal 19 April 2011 , pukul 14.30 WIB di ruang HND C1L1 Seorang anak laki-laki, umur 11 bulan, berat badan 8,3 kg, panjang badan 71 cm. Kesan umum : sadar, tampak sesak , tidak sianosis , ada napas spontan , adekuat. Tanda vital : Nadi : 124 x/menit, isi dan tegangan cukup. RR : 55 x/menit Suhu : 37C Kepala : mesosefal, lingkar kepala 45 cm. ubun-ubun besar datar dan belum menutup. Rambut Mata : hitam, tidak mudah dicabut. : konjungtiva palpebra anemis (-), sklera tidak ikterik, pupil isokor diameter 2 mm/2 mm, reflek cahaya (+) N / (+) N. reflek kornea +N/+N, reflek bulu mata +N/+N. Hidung Telinga Mulut : nafas cuping hidung (-), tidak ada sekret. : tidak ada sekret . : bibir tidak sianosis, selaput lendir tidak kering, lidah tidak kotor, gusi tidak berdarah, gigi incicvus sudah tumbuh. Tenggorok Leher Kulit Dada : T1-1, faring tidak hiperemis. : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe. : tidak ikterus : simetris, ada retraksi epigastrial. : simetris, statis, dinamis. : stem fremitus kanan = kiri : sonor seluruh lapangan paru : suara dasar vesikuler normal suara tambahan : ronkhi basah (-)/(-) wheezing (+)/(+) hantaran (+)/(+) eksperium memanjang (+)/(+) Paru belakang: I Pa : simetris, statis, dinamis. : stem fremitus kanan = kiri

Paru depan : I Pa Pe A

Pe A

: sonor seluruh lapangan paru : suara dasar vesikuler normal suara tambahan : ronkhi basah (-)/(-) wheezing (+)/(+) hantaran (+)/(+) Eksperium memanjang (+)/(+)

paru depan

paru belakang

Vesikuler, ST (+) Jantung :I Pa Pe A : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai

Vesikuler ST (+)

Vesikuler, ST (+)

: suara jantung I-II normal, tidak ada bising, tidak ada gallop, irama reguler, frekuensi jantung 120 x / menit, M1>M2, A1<A2, P1<P2.

Abdomen

:I Pa

: datar, tidak ada venektasi. : datar, lemas, tidak nyeri tekan. Hepar Lien : tidak teraba : tidak teraba

Pe A

: timpani, pekak sisi (+) normal, tidak ada pekak alih. : bising usus (+) normal.

Alat kelamin : laki-laki, testis (+) 2 buah, epispadi (-), hipospadia (-), fimosis (-), hiperemis (-) Ekstremitas : superior (-)/(-) (-)/(-) (-)/(-) <2 inferior (-)/(-) (-)/(-) (-)/(-) <2

Sianosis Oedem Akral dingin Cap. refill

10

Reflek fisiologis Reflek patologis Clonus Kekuatan Tonus Kelainan lain : Tidak ada

(+)N/(+)N

(+)N/(+)N (-)/(-) (-)/(-)

555 (+)N/(+)N

555 (+)N/(+)N

3. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan darah (tanggal 19 April 2011) Hemoglobin Hematokrit Eritrosit Lekosit Trombosit MCV MCH MCHC Kesan : 12,4 gram /dl : 36,6 % : 4,87 juta/mm3 : 14 ribu/mm3 : 549 ribu/mm3 : 75,2 femtoliter : 25,4 pikogram : 33,8 gr/dl : Trombositosis

Preparat darah hapus (tanggal 20 April 2011) : Eosinofil Basofil Batang Segmen Limfosit Monosit AMC 1% Sistem eritropoetik : anisositosis ringan (+), Mikrosit (+), poikilositosis ringan (+), tear drop sell (+), pear shape sell (+), ovalosit (+), sferosit (+). Sistem granulopoetik : jumlah tampak normal, limfosit teraktivasi (+). :3% :0% :0% : 28 % : 65 % :3%

11

Sistem trombopoetik Kesan

: jumlah meningkat, bentuk normal.

: Gambaran infeksi virus.

d. X-foto thorak : (tanggal 19 April 2011) Cor Pulmo : CTR 47%, retrocard dan retrosternal space tidak menyempit. : Corakan vaskular meningkat Tampak bercak pada perihiler dan parakardial kanan Hilus kanan kiri tampak menebal Hemidiafragma kanan setinggi kosta 9 posterior Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip Kesan : Cor dalam batas normal Gambaran bronkopneumonia dengan penebalan hilus kanan kiri, proses spesifik belum dapat disingkirkan e. Pemeriksaan lain Scoring TB : Kontak TB Uji tuberkulin Gizi Demam Batuk Pemb.nnll Pemb. Sendi Foto thoraks Total C. DIAGNOSIS Diagnosis Banding 1. Assesment : IRA DD/ Atas Bawah DD/ Bronkopneumonia Bronkiolitis 0 0 0 0 0 0 0 1 1

12

2. Gizi baik. Diagnosis Sementara 1. Bronkiolitis 2. Gizi baik D. DAFTAR MASALAH No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Masalah Aktif Batuk8 Pilek8 Demam tidak tinggi8 Sesak nafas8 Wheezing8 Retraksi dada8 Trombositosis8 Bronkiolitis Gizi baik Tgl 19/04/11 19/04/11 19/04/11 19/04/11 19/04/11 19/04/11 19/04/11 19/04/11 19/04/11 No. 1. Masalah Pasif Sosial kurang ekonomi Tgl 19/04/11

E. PENATALAKSANAAN 1. Ass Dx : Bronkiolitis : S : Sesak napas, panas nglemeng, ngik-ngik, tarikan dinding dada O : darah rutin, preparat darah hapus, diff count, gambaran darah tepi Rx : - O2 masker 5 liter/menit - Infus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/menit

Kebutuhan 24 jam 2A N 3x lunak 5x 120 cc susu JUMLAH

Cairan 830 cc 480 cc 300 cc 600 cc 1380 cc

Kalori 990 kkal 81,6 1100 393 1584 kkal

Protein 19,8 g 39 11,4 50,4 g

13

% AKG

(166%)

(160%)

(230%)

- Peroral : - Parasetamol 100 mg bila t 38 C - Ambroxsol 3 x 4 mg - Nebulizer : pulmicort respul Nacl 0,9% 4 cc (pkl 04.00, 08.00, 16.00 22.00) Mx : Pengawasan keadaan umum, tanda vital, distress respirasi, dan pengawasan jalan napas ( isap lendir jika perlu) Ex : a. Penjelasan kepada keluaraga tentang penyakit, prosedur pengobatan serta prognosis penderita b. Edukasi mengenai perlunya menjaga kebersihan lingkungan rumah dan badan penderita c. Edukasi tentang penghindaran dari asap rokok serta kurang nya ventilasi udara dirumah

F. CATATAN KEMAJUAN
Tanggal 19-4-2011 Keluhan Keadaan umum Pemeriksaan Fisik Sesak napas (+),batuk (+) sadar,kurang aktif, sianosis(-), napas spontan(+) , adekuat Laboratorim, Konsul Assesment Laboratorium Darah : Hb : 12,4 g / dl Ht : 36,6 % Eritrosit : 4.870.000/ mm3 Lekosit : 14.000 / mm Trombosit : 549.000 /mm MCV : 75,2 femtoliter MCH : 25,4 picogram MCHC : 33,8 gr/dl Pemeriksaan darah hapus : -Sistem eritropoetik : anisositosis ringan (+), poikilositosis ringan(+), tear drop sell (+), pear shape sell (+), ovalosit (+), sferosit (+). -Sistem granulopoetik : jumlah tampak normal, limfosit teraktivasi (+) -Sistem trombopoetik : jumlah meningkatl, bentuk normal. Pemeriksaan x-photo thorak : -Cor : CTR < 47%, retrocard dan retrosternal space tidak menyempit. -Pulmo : - Corakan vaskular meningkat - Tampak bercak pada perihiler dan parakardial kanan - Hilus kanan kiri tampak menebal - Hemidiafragma kanan setinggi kosta 9 posterior - Sinus kostofrenikus kanan dan kiri lancip Terapi, Program O2 masker 5 liter/menit Infus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/ menit Peroral : - Paracetamol 4-6 x100 mg jika t 38.50C - Ambroxsol 3 x 4 mg Nebulizer : pulmicort respul Nacl 0,9% 4 cc ( pkl 04.00, 08.00, 16.00 22.00) Diet : 3 x Diet lunak 5 x 120 cc SGM II Program : - Pengawasan keadaan umum, tanda vital. - Pengawasan jalan napas - Pengawasan distress respirasi. - Isap lendir teratur jika perlu Scoring TB : Kontak TB Uji tuberkulin Gizi Demam Batuk Pemb.nnll Pemb. Sendi Foto thoraks Total

Pemeriksaan Fisik TV : nadi RR Suhu Kepala Mata Hidung Mulut Tenggorok Leher Thorak 124x/menit, i/t cukup 55 x/menit 37C Mesosefal, LK:45 cm, UUB datar, belum menutup Konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-), Nafas cuping (-), sekret (+) Bibir sianosis (-), selaput lendir kering (-), lidah kotor (-) T1-1, faring hiperemis (-) Simetris, pembesaran limfonodi (-). Simetris, statis, dinamis, retraksi epigastrial (+). BJ I-II normal, bising (-), gallop(-) SD vesikuler, ronkhi basah halus (-/-), wheezing (+/+), suara hantaran (+/+), eksperium memanjang (+)/(+) Datar, lemas, venektasi (-), bising usus (+) normal. tak teraba. tak teraba. Sup Inf Sianosis -/-/Akral dingin -/-/Capillary refil < 2 II < 2 II

Jantung Pulmo Abdomen Hepar Lien Ekstremitas

0 0 0 0 0 0 0 1 1

Tanggal Refleks

Pemeriksaan Fisik Reflek Fisiologi s +/+ + /+ ReflekPatologis -/Clonus -/Kekuatan 555 555 Tonus +N/+N +N/+N

Laboratorim, Konsul Assesment Kesan : Cor : tidak membesar. Pulmo : Gambaran bronkopneumonia dengan penebalan hilus kanan kiri, proses spesifik belum dapat disingkirkan Assesment : Bronkiolitis Gizi baik

Terapi, Program

20-4-2011

Keluhan: Keadaan umum Pemeriksaan Fisik TV: Nadi RR Suhu Kepala Mata Hidung Mulut Tenggorok Leher Thorak

Sesak napas (+) menurun, batuk(-) sadar, aktif, napas spontan, adekuat(+), sianosis (-).

Assesment : Bronkiolitis Gizi baik

O2 nasal 2 liter/menit jika perlu Infus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/ menit Peroral : - Paracetamol 4-6 x100 mg jika t 38.50C - Ambroxsol 3 x 4 mg Diet : 3 xDiet lunak 5 x 120 cc SGM II Nebulizer : pulmicort respul Nacl 0,9% 4 cc ( pkl 04.00, 08.00, 16.00 22.00 Program : - Pengawasan keadaan umum, tanda vital. - Pengawasan jalan napas - Pengawasan distress respirasi. - Isap lendir teratur jika perlu - Preparat darah hapus, diff.count, gambaran darah tepi Naik C1L2

120/menit, i/t cukup 35x/menit 36,5C Mesosefal, LK:45 cm, UUB datar, belum menutup Konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-), Nafas cuping (-), sekret (-) Bibir sianosis (-), selaput lendir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-) T1-1 ,faring hiperemis (-) Simetris, pembesaran limfonodi (-). Simetris,statis, dinamis, retraksi epigastrial (+). BJ I-II normal, bising (-), gallop(-) SD vesikuler, ronkhi basah halus (-/-), wheezing (-/-), suara hantaran (+/+) Datar, lemas, venektasi (-), bising usus (+) normal.

Jantung Pulmo Abdomen

Tanggal Hepar Lien Ekstrmitas

Pemeriksaan Fisik Tak teraba. Tak teraba. Sup Inf Sianosis -/-/Akral dingin -/-/Capillary refil < 2 II < 2 II Reflek fisiologis +/+ +/+ Reflek patologis -/-/Clonus -/Kekuatan 555 555 Tonus +N/+N +N/+N Batuk (-), sesak (-) sadar, aktif, napas spontan, adekuat(+), sianosis (-).

Laboratorim, Konsul Assesment

Terapi, Program

21-4-2011

Keluhan: Keadaan umum Pemeriksaan Fisik TV: Nadi RR Suhu Kepala Mata Hidung Mulut Tenggorok Leher Thorak

Assesment : Bronkiolitis Gizi baik

O2 nasal 2 liter/menit jika perlustop Infus 2A1/2 N 480/20/5 tetes mikro/ menit stop Peroral : - Paracetamol 4-6 x 100 mg jika t 38,50

110/menit, i/t cukup 30x/menit 36,8C Mesosefal, LK:45 cm, UUB datar, belum menutup Konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-), Nafas cuping (-), sekret (-) Bibir sianosis (-), selaput lendir kering (-), lidah kotor (-), gusi berdarah (-) T1-1 ,faring hiperemis (-) Simetris, pembesaran limfonodi (-). Simetris, statis, dinamis, retraksi suprasternal (-), intercostal (-),epigastrial (-). BJ I-II normal, bising (-), gallop(-) SD vesikuler, ronkhi basah halus (-/-), wheezing (-/-), suara hantaran (-/-)

Diet : 3 x Diet lunak 5 x 120 cc SGM II Program : - Pengawasan keadaan umum, tanda vital. - Pengawasan jalan napas - Pengawasan distress respirasi. - Rencana pulang

Jantung Pulmo

Tanggal Abdomen Hepar Lien Ekstremitas

Pemeriksaan Fisik datar, lemas, venektasi (-), bising usus (+) normal. tak teraba. tak teraba Sup Inf Sianosis -/-/Akral dingin -/-/Capillary refil < 2 II < 2 II Reflekfisiologis +/+ + /+ Reflekpatologis -/-/Clonus -/Kekuatan 555 555 Tonus +N/+N +N/+N

Laboratorim, Konsul Assesment

Terapi, Program

BAB II PEMBAHASAN ATELEKTASIS

I. PENDAHULUAN Gangguan pada sistem pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelainan paru bawaan atau congenital, infeksi pada saluran pernapasan sering terjadi dibandingkan

dengan infeksi pada sistem organ tubuh lain. Meskipun atelektasis sebenarnya bukan merupakan penyakit, tetapi ada kaitannya dengan penyakit parenkim paru. 1 Istilah atelektasis berasal dari bahasa yunani, ateles dan ektasis, yang berarti pengembangan tidak sempurna. Atelektasis merupakan suatu keadaan dimana sebagian atau seluruh paru tidak dapat berkembang secara sempurna, hal ini mengakibatkan udara dalam alveoli akan berkurang atau menghilang sama sekali pada bagian yang tidak berkembang tersebut atau sering juga disebut kolaps paru (lung collaps).2 Atelektasis adalah istilah yang berarti pengembangan paru-paru yang tidak sempurna dan menerangkan arti bahwa alveolus pada bagian paru-paru yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps. Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. 2 Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat meliputi sub segmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan dapat terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda dari pada anak yang lebih tua dan remaja. Stenosis dengan

penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis (kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus. Secara patologik, hampir selalu ada pula kelainankelainan lain di samping tidak adanya udara dari pada lobus dan posisi yang disebabkannya dari pada dinding-dinding alveolar dan bronkhiolar. 3

II. DEFINISI Atelektasis adalah keadaan ketika sebagian atau seluruh paru mengempis atau tidak mengandung udara. Tidak adanya udara didalam paru terjadi karena seluruh pernafasan tersumbat sehingga udara dari bronkus tidak dapat masuk kedalam alveolus, sedangkan udara yang sebelumnya berada di alveolus diserap habis oleh dinding alveolus yang banyak mengandung kapiler darah. 4

III. ETIOLOGI Ateleksasis dapat disebabkan oleh berbagai macam kelainan disekitar paru, yaitu :2,5,6,7 1. Penyumbatan/obstruksi pada bronkus Penyumbatan dapat terjadi secara intrinsik (tumor pada bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif) ataupun penyumbatan pada bronkus akibat penekanan dari luar bronkus (tumor di sekitar bronkus,ataupun pembesaran kelenjar limfe) 2. Tekanan ekstra pulmoner

Biasa diakibatkan oleh karena pneumothoraks, adanya cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi organ abdomen ke rongga thoraks,dan tumor intra thoraks tapi ekstra-pulmoner (tumor mediastinum) 3. Paralisis atau paresis gerakan pernafasan Hal ini akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalnya pada kasus poliomyelitis, dan kelainan neurologil kalinnya. Gerak napas yang terganggu akan mempengaruhi kelancaran pengeluaran sekret dalam bronkus dan akhirnya akan memperberat keadaan atelektasis. 4. Hambatan gerakan pernafasan oleh kelainan pleura atau trauma

thoraks yang menahan rasa sakit. Keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran sekret bronkus yang dapat memperhebat terjadinya atelektasis. 5. Adhesif atelektasis Hal ini merujuk pada atelektasis non-obstruktif, dapat terjadi apabila permukaan luminal dinding alveoli melekat satu dengan lain. Merupakan komponen penting pada khususnya respiratory distress syndrome pada bayi baru lahir (HMD), dan emboli paru, namun dapat pula terjadi akibat pneumoitis akibat radiasi. 6. Sikatriks atelektasis Merupakan akibat utama dari fibrosis dan pembentukan jaringan parut (infiltrasi) di dalam ruang intraalveolar dan intersisialis (pneumonitis intersisialis), umumnya berhubungan dengan tuberkulosis paru.

IV. PATOFISIOLOGI
1. Atelektasis Obstruktif

Berhubungan

dengan

obstruksi

bronkus,

kapiler

darah

akan

mengabsorbsi udara di sekitar alveolus, dan menyebabkan retraksi paru dan akan terjadi kolaps dalam beberapa jam. Pada stadium awal, darah melakukan perfusi paru tanpa udara, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi sehingga arterial mengalami hipoksemia. Jaringan hipoksia hasil dari transudasi cairan ke dalam alveoli menyebabkan edema paru, yang mencegah atelektasis komplit. Ketika paru paru kehilangan udara, bentuknya akan menjadi kaku dan mengakibatkan dyspnea, jika obstruksi berlanjut dapat mengakibatkan fibrosis dan bronkiektasis.5,6
2. Atelektasis Non-Obstruktif

Penyebab utama yaitu oleh karena tidak adanya hubungan antara pleura viseralis dan pleura parietalis. Efusi pleura maupun pneumothorax

menyebabkan atelektasis pasif. Efusi pleura yang mengenai lobus bawah lebih sering dibanding dengan pneumothorax yang sering menyebabkan kolaps pada lobus atas. Atelektasis adhesive lebih sering dihubungkan dengan kurangnya surfaktan. Surfaktan mengandung phispolipid dipalmitoy phosphatidyicholine, yang mencegah kolaps paru dengan mengurangi tegangan permukaan alveoli. Berkurang atau tidaknya produksi surfaktan biasanya terjadi pada ARDS, pneumonitis radiasi, ataupun akibat trauma paru sehingga alveoli tidak stabil dan kolaps. Kerusakan parenkim paru pun dapat menyebabkan atelektasis sikatrik yang membuat tarikan tarikan yang bila terlalu banyak membuat paru

kolaps, sedangkan replacement atelektasis dapat disebabkan oleh tumor seperti bronchialveolar carcinoma.5,6
3. Platlike atelektasis (Focal atelectasis)

Disebut juga discoid atau subsegmental atelektasis, tipe ini sering ditemukan pada penderita obstruksi bronkus dan didapatkan pada keadaan hipoventilasi, emboli paru, infeksi saluran pernafasan bagian bawah dengan horizontal atau platlike. Atelektasis minimal dapat terjadi karena ventilasi regional yang tidak adekuat dan abnormalitas formasi surfaktan akibat hipoksia, iskemia, hiperoxia, dan ekspos berbagai toksin.5,6
4. Postoperative atelektasis

Atelektasis merupakan komplikasi yang umum terjadi pada pasien yang melakukan anastesi ataupun bedah dapat mengakibatkan atelektasis karena disfungsi dari diafragma dan berkurangnya aktivitas surfaktan. Atelektasis ini biasanya pada bagian basal (bawah) paru ataupun segmen tertentu.5

V.

DIAGNOSIS

Gambaran Klinis Sebagian besar berhubungan dengan kelainan yang mendasarinya, sebagian tampak seperti keadaan normal, namun pada sejumlah kasus, terutama kasus akut dapat berupa :2,5,6,9 1. Batuk non produktif 2. Nyeri dada 3. Sianosis

4. Hipotensi 5. Takikardi 6. Demam 7. Syok a. Pemeriksaan Fisik:5,10 1. Inspeksi : tampak cekungan atau bagian yang tertinggal pada daerah yang sakit 2. Palpasi : penurunan fremitus, trakea, dan jantung mengalami shift ke daerah yang sakit 3. Perkusi : suara lebih redup 4. Auskultasi : menghilangnya bunyi nafas. b. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Radiologis ( foto thorax, CT-Scan, Bronchoscopy). Foto Thorax dilakukan dengan posisi PA/Lateral. Foto thorax posisi lateral bertujuan untuk melihat letak atelektasis, apakah anterior ataukah posterior agar mempermudah mengetahui lobus paru bagian mana yang mengalami kolaps. Tanda tanda langsung atelektasis :5,11 Pergeseran dari fissure interlobar Peningktan dentitas Volume paru yang bersangkutan mengecil

VI. PENATALAKSANAAN Tujuan pengobatan untuk mengeluarkan dahak dari paru-paru dankembali

mengembangkan jaringan paru yang terkena.Tindakan yang biasa dilakukan adalah :12 1. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa mengembang. 2. Menghilangkan prosedur lainnya 3. Latihan menarik nafas dalam( spirometri insentif ) 4. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak 5. Postural drainase 6. Antibiotik diberikan untuk semua infeksi 7. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya. 8. Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang,menyulitk an atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru- paru yang terkena mungkin perlu diangkat. 9. Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun

pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan lainnya.

VII.

PENCEGAHAN 12 Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya

atelektasis: 1. Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam, batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin. Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisaditurunka n dengan berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum pembedahan 2. Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan pernafasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan

lebih baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu pernafasan. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus-menerus ke paru-paru, sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran pernafasan tidak dapat menciut.

VIII. PROGNOSIS 1. Prognosis tergantung pada penyebab, umur, komplikasi yang terjadi, dan managemen terhadap penyakit. Umumnya baik pada atelektasis post operasi dan buruk pada kanker tingkat lanjut.2,7 2. Pada orang dewasa, bila atelektasis terjadi pada sebagian kecil lapangan paru biasanya akan mengancam jiwa. Sebagai kompensasi bagian paru yang masih dapat berfungsi dengan baik akan menyediakan oksigen yang cukup untuk seluruh tubuh.2,7

3. Atelektasis yang besar akan berbahaya, terutama pada bayi,anak kecil, atau pada mereka yang mempunyai penyakit paru.2 4. Biasanya terjadi perbaikan secara bertahap bila obstruksi telah dihilangkan. Bagaimana pun juga, pemulihan akan meninggalkan bekaas parut (fibrosis).2 IX. KOMPLIKASI 5 1. Pnemonia Bias diakibatkan oleh berkurangnya oksigen dan kemampuan paru untuk mengembang sehingga secret mudah tertinggal dalam alveolus dan mempermudah menempelnya kuman dan mengakibatkan terjadinya

peradangan pada paru. 2. Hypoxemia dan gagal napas Bila keadaan atelektasis dimana paru tidak mengembang dalam waktu yang cukup lama dan tidak terjadi perfusi ke jaringan sekitar yang cukup maka dapat terjadi hypoxemia hingga gagal napas. Bila paru yang masih sehat tidak dapat melakukan kompensasi dan keadaan hipoksia mudah terjadi pada obstruksi bronkus. 3. Sepsis Hal ini dapat terjadi bila penyebab atelektasis itu sendiri adalah suatu proses infeksi, dan bila keadaan terus berlanjut tanoa diobati maka mudah terjadi sepsis karena banyak pembuluh darah di paru, namun bila keadaa segera ditangani keadaan sepsis jarang terjadi. 4. Bronkiektasis

Ketika paru paru kehilangan udara, bentuknya akan menjadi kaku dan mengakibatkan dyspnea, jika obstruksi berlanjut dapat mengakibatkan fibrosis dan bronkiektasis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Franken et all,Atelektasis: A Shrunke. Air Less State Affecting All or Part of Lung. 2004. Available from http://www.eMedicine.com. Accesed on December 25,2011. 2. Khatri Sunita. Atelectasis Sign and Symptoms. Available from: http://steadyhealth.com/.../Atelectasis_SignansSymptoms_a1354.html. Last Update Juni 21,2010. Accesed on December 25,2011. 3. Sharma. Atelektasis.2003. Available from http://www.eMedicine.com. Accesed on December 25,2011 4. Djojodibroto Darmanto. Respirologi ( Respiratory Medicine). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 231-4 5. Madappa Tarun. Atelectasis. Available from http://emedicine.medscape.com/article/296468-overview. Last update : August 25,2009. Accesed on December 25,2011. 6. Sivagnanam Gurusamy. Atelectasis. Available from http://www.pharmpedia.com/Atelectasis. Last Update : October 29,2006. Accesed on December 25,2011. 7. Sean O and Stithm MD. Atelectasis. Available from http://www.helathline.com/adamcontent/atelectasis. Last Update : August 29,2008. Accesed on 25,2011. 8. Price Sylvia A and Wilson Lorraine M. Penyakit pleura dan Parenkim Paru. Dalam : Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed 6, Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2006.Hal 802-4

Anda mungkin juga menyukai