Anda di halaman 1dari 20

1

URAIAN TEKNIS PERENCANAAN


GEOMETRIK JALAN

Perencanaan geometrik merupakan suatu bagian dari perencanaan jalan
dimana geometric atau dimensi yang nyata dari suatu jalan beserta bagian-bagian
disesuaikan dengan tuntutan serta sifat-sifat lalu-lintasnya. Jadi, dengan ini
diharapkan adanya keseimbangan antara waktu dan ruang sehubungan dengan
kendaraan yang bersangkutan sehingga menghasilkan efisiensi keamanan dan
kenyamanan yang optimal dalam batas-batas pertimbangan ekonomi yang layak.
Yang menjadi dasar perencanaan geometric adalah sifat gerakan dan ukuran
kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya dan
karakteristik lalu-lintas. Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan
perencanaan sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak
kendaraan yang memenuhi kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.
Elemen dari perencanaan jalan adalah :
- Penampang melintang jalan
- Alinyemen Horizontal
- Alinyemen Vertikal
Langkah Kerja :
1. Pembuatan Koridor Jalan pada peta topografi
2. Pembuatan trase jalan
3. Penentuan dan Perhitungan Patok
4. Perhitungan tinggi Patok
5. Pembuatan profil memanjang jalan
6. Pembuatan profil melintang jalan
7. Perhitungan galian dan timbunan.

Untuk perhitungan besar jari-jari dipakai metode grafis. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan titik singgung pada tikungan antara garis koridor dan garis
trase.
2. Membuat garis tegak lurus dari dua titik singgung pada tikungan yang
akan dihitung jari-jarinya sampai kedua garis tersebut berpotongan.
2
3. Mengukur panjang garis tersebut dengan menggunakan penggaris
kemudian jari-jarinya dihitung dengan skala 1:100.
4. Jika panjang garis jari-jari yang diukur dengan penggaris lebih kecil
dari 3 cm (300 m), maka tikungannya harus diperbesar.
5. Jika panjang garis jari-jari yang diukur dengan penggaris lebih besar
dari 12 cm (1200 m), maka trase tersebut dapat dikategorikan menjadi
trase jalan lurus.

A. Perencanaan Trase J alan

Trase jalan adalah garis rencana yang menghubungkan titik-titik yang
menyatakan arah jalannya garis tengah dari jalan yang dibuat. Perencanaan Trase
Jalan dibuat berdasarkan kontur daerah yakni daerah Kota Kupang yang telah
ditentukan, yaitu dari titik A ke titik B. Dilihat dari segi geografisnya, daerah NTT
adalah daerah pegunungan dan berbukit-bukit. Dengan demikian, Perencanaan Trase
Jalan dibuat berdasarkan kondisi yang ada.
Sebelum membuat trase jalan yang akan direncanakan, maka terlebih dahulu
kita melihat beberapa syarat, antara lain:
- Syarat Ekonomis
a. Pertama-tama, dilihat apakah di daerah sekitar yang akan dibuat trase
jalan baru, sudah ada jalan lama atau tidak.
b. Untuk pembuatan jalan, diperlukan beberapa material seperti batu dan
pasir yang banyak, maka perlu diperkirakan tempat penggalian
material yang letaknya berdekatan dengan lokasi pembuatan jalan.

- Syarat Teknis
Untuk mendapatkan jalan yang bisa menjamin keselamatan jiwa dan
dapat memberi rasa nyaman berkendara bagi pengemudi kendaraan
bermotor maka perlu diperhatikan beberapa factor antara lain:
a. Keadaan Geografi
Keadaan Geografi adalah keadaan permukaan (medan) dari
daerah-daerah yang akan dilalui oleh jalan yang akan dibuat yang
dapat dilihat dalam peta topografi. Peta topografi ini perlu untuk
3
menghindari sejauh mungkin bukit-bukit, tanah yang berlereng terjal,
tanah yang berawa-rawa dan lainnya. Apabila diperlukan, maka dapat
diusahakan untuk membuat peta yang didapat dari pesawat udara atau
satelit sebagai bantuan untuk mendapatkan daerah yang mempunyai
permukaan tanah yang memenuhi syarat.

b. Keadaan Geologi
Keadaan Geologi dari daerah yang akan dilalui, harus
diperhatikan juga karena banyak fakta yang menunjukan adanya
bagian jalan yang rusak akibat pengaruh keadaan geologi. Dengan
adanya data yang menyatakan keadaan geologi permukaan medan dari
daerah yang akan dibuat, dapat dihindari daerah yang rawan.
Contohnya adalah adanya bagian jalan yang patah atau longsor sebagai
akibat dari tidak adanya data geologi saat jalan direncanakan.

Setelah memperhatikan syarat-syarat di atas, maka selanjutnya adalah
penentuan patok dan pemberian nama patok.

Perhitungan Patok
Setelah memperhatikan syarat-syarat diatas, maka selanjutnya adalah penentuan
patok dan pemberian nama patok yang dimulai dari titik A sampai ke titik B yaitu dari
titik A dengan nomor patok A, patok 1 sampai patok 68 menuju patok B di titik B
dengan rute yang ditempuh 3450 m dengan jarak antar patok atau stasiun yakni 50 m.
Tujuan dari perhitungan patok ini adalah untuk mendapatkan tinggi patok (tinggi
stasiun), jarak stasiun, jarak langsung, beda tinggi dari suatu patok dengan patok yang
lain serta kemiringan dari trase jalan yang telah direncanakan. Beda tinggi yang
diperoleh berdasarkan Tinggi Stasiun dari kontur yang ada.

B. Alinyemen Horizontal

Alinyemen Horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal, yang
dikenal juga dengan nama situasi jalan atau trase jalan. Alinyemen Horizontal
terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung yang
4
terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saja atau busur
lingkaran saja.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan alinyemen
horizontal, yaitu :
a. Alinyemen jalan sedapat mungkin dibuat lurus, mengikuti keadaan topografi.
Hal ini akan memberikan keindahan bentuk, komposisi yang baik antara jalan
dan alam dan biaya yang murah.
b. Pada alinyemen jalan sebaiknya didahului oleh lengkung yang lebih tumpul
pada jalan yang relative lurusdan panjang, agar pengemudi tidak terkejut dan
mempunyai kesempatan memperlambat kecepatannya.
c. Hindari penggunaan radius minimum untuk kecepatan rencana tertentu
sehingga jalan tersebut lebih mudah disesuaikan dengan perkembangan
lingkungan dan fungsi jalan.
d. Sedapat mungkin menghindari tikungan ganda, yaitu gabungan dua tikungan
searah dengan jari-jari berlainan (Gambar 1).



Gambar 1
Gambar 2
5
e. Hindari lengkung yang berbalik dengan mendadak (Gambar 2), pada keadaan
ini pengemudi kendaraan sangat sukar mempertahankan diri pada jalur
jalannya dan juga kesukaran dalam pelaksanaan kemiringan melintang jalan.
f. Pada tikungan gabungan harus dilengkapi bagian lurus atau spiral sepanjang
paling tidak 20 m (Gambar 3 dan 4).



g. Pada sudut-sudut tikungan kecil, panjang lengkung yang diperoleh dari
perhitungan sering kali tidak cukup panjang sehingga memberi kesan patahnya
jalan tersebut
h. Sebaiknya hindari lengkung tajam pada timbunan yang tinggi.

Dari titik A ke titik B, diperoleh R yang bervarias antara 300 m 1000 m,
dengan jumlah lengkungan sebanyak 5 lengkungan dengan rincian :
Gambar 3 Gambar 4
6
Lengkungan spiral-spiral sebanyak 3 lengkungan, yaitu lengkung tanpa
busur lingkaran, sudut s = dan digunakan Lc < 20 m dan R = 300
700 m













Lengkungan spiral-circle-spiral sebanyak 2 lengkungan, yang
digunakan untuk menghindari terjadinya perubahan alinyemen yang
tiba-tiba dari bentuk lurus ke bentuk lingkaran dengan Lc > 20 m dan
R = 700 900 m.














7


A
=
360
2 *
L
R t
Lengkungan full circle sebanyak 2 lengkungan, dengan R = 900 m
1200 m.










Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan adalah perubahan jari-jari perubahan tikungan yang
berangsur-angsur dari R = (jalan lurus) pada permulaan tikungan sampai mencapai
jari-jari tikungan tertentu yang mana besarnya sama dengan jari-jari tikungan yang
bersangkutan. Lengkung peralihan terdiri dari lengkung-lengkung lingkaran pendek
dengan jari-jari yang berbeda panjangnya, akan tetapi dapat dihubungkan menjadi
suatu garis lengkung yang lancer.
Lengkung peralihan (L) diperoleh dengan rumus :



Selanjutnya perencanaan dilanjutkan dengan perhitungan patok yang
ditampilkan dalam tabel perhitungan patok yang berisi nomor stasiun, jarak stasiun,
lengkung peralihan (R dalam meter, dalam derajat dan L dalam meter), jarak
langsung (m), tinggi stasiun (m), beda tinggi (m) dan kemiringan (%).

C. Alinyemen Vertikal

Alinyemen vertical jalan adalah perpotongan bidang vertical dengan bidang
permukaan perkerasan jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing-
masing perkerasan untuk jalan dengan median. Seringkali disebut penampang
melintang jalan.
8
Suatu alinyemen vertical dipengaruhi oleh besar biaya pembangunan dan
mengikuti muka tanah asli untuk mengurangi pekerjaan tanah, tetapi mungkin saja
akan mengakibatkan jalan itu terlalu banyak tikungan. Selain itu muka jalan
sebaiknya muka jalan diletakkan sedikit diatas muka tanah asli sehingga memudahkan
dalam pembuatan drainase jalannya, terutama daerah datar. Pada daerah yang
seringkali dilanda banjir sebaiknya penampang jalan diletakkan diatas elevasi muka
banjir. Di daerah perbukitan atau pegunungan diusahakan banyaknyapekerjaan galian
seimbang dengan pekerjaan timbunan, sehingga keseluruhan biaya yang dibutuhkan
dapat tetap dipertanggungjawabkan.
Perencanaan alinyemen vertical dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti :
1. Kondisi tanah dasar
2. Keadaan medan
3. Fungsi jalan
4. Muka air banjir
5. Muka air tanah
6. Kelandaian yang masih memungkinkan
Alinyemen vertical disebut juga penampang memanjang jalan yang terdiri dari
garis-garis lurus dan garis-garis lengkung. Garis lurus tersebut dapat datar, mendaki
atau menurun, biasanya disebut berlandai.
Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan
mempergunakan lengkung vertical. Lengkung vertical tersebut direncanakan
sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase.
Ada 2 jenis lengkung vertical dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian
lurus (tangen) adalah :
Lengkung vertical cekung





Lengkung vertical cekung adalah lengkung dimana titik perpotongan
antara kedua tangent berada dibawah permukaan jalan.
Panjang lengkung cekung juga harus ditentukan dengan memperhatikan
beberapa hal antara lain :
9
1. Jarak penyinaran lampu kendaraan. Jarak ini dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu :
a. Jarak pandang akibat penyinaran lampu depan < L













b. Jarak pandang akibat penyinaran lampu depan > L









2. Jarak pandang bebas
3. Persyaratan drainase
4. Kenyamanan pengemudi dan keluwesan bentuk
Lengkung vertical cembung
Lengkung vertical cembung adalah lengkung dimana titik perpotongan
kedua tangen berada diatas permukaan jalan.


10





Pada lengkung ini direncanakan berdasarkan jarak pandang, dibagi atas 2
keadaan, yaitu :
1. Jarak pandang berada seluruhnya dalam daerah lengkung S < L








2. Jarak pandang berada seluruhnya dalam daerah lengkung S > L







D. Profil Memanjang.

Untuk mengetahui besarnya pekerjaan tanah (timbunan/fill dan galian/cut) dalam
perencanaan, maka diperlukan adanya gambar profil memanjang. Gambar profil
memanjang jalan dibuat berdasarkan Tinggi Stasiun setiap patok A sampai ke patok
B, yang membentuk tanjakan, landai (kemiringan) dan daerah datar yang digambar
dengan skala vertical 1 : 20 dan skala horizontal 1 : 50.
Perencanaan profil memanjang sebaiknya mengikuti ketinggian permukaan tanah
asli. Tetapi, karena keadaan medan pada umumnya tidak memungkinkan (tanjakan
11
yang terlalu tinggi atau landai), sehingga perlu diadakan penggalian dan timbunan
pada bagian-bagian jalan tertentu.
Dengan melihat pada Tinggi Tanah Asli (TTA) maka dibuat Tinggi Rencana
(TR), sehingga berdasarkan tinggi rencana tersebut diperoleh elevasi untuk
menghitung luas dan volume galian timbunan.
Landai Jalan
Landai jalan menunjukan besarnya kemiringan dalam suatu jarak horizontal yang
dinyatakan dalam persen. Sebuah kendaraan bermotor akan mampu menanjak
dalam batas-batas landai tertentu. Kemampuan menanjak ini, selain dipengaruhi
oleh besarnya landai jalan juga dipengaruhi oleh panjangnya landai jalan. Jadi, ada
batas landai jalan yang disebut landai maksimum yaitu besarnya harus disesuaikan
dengan panjang landai yang disebut panjang kritis.
Spesifikasi standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan untuk jalan luar kota dari
Bina Marga (rancangan Akhir) dengan ketentuan sebagai berikut :


JENIS MEDAN KEMIRINGAN MELINTANG RATA-RATA
(%)
Datar < 3 %
Perbukitan 3 25 %
Pegunungan > 25.0 %

Perhitungan landai jalan dalam perancanaan ini, dapat dilihat dalam table
perhitungan patok, dimana menggunakan rumus :

(

= 100 *
JL
BT
Kemiringan
Dimana : BT = Beda Tinggi
JL = Jarak Langsung


E. Profil Melintang

12
Penampang melintang jalan merupakan potongan jalan dalam arah melintang.
Fungsinya, selain untuk memperlihatkan bagian-bagian jalur jalan (Gambar 5), juga
untuk membantu menghitung banyaknya tanah (m
3
) yang harus digali maupun
banyaknya tanah (m
3
) yang akan digunakan untuk menimbun jalan agar jalan yang
dibuat itu dapat sesuai dengan jalan yang direncanakan dengan menghitung luas profil
melintang jalan.

Keterangan :
Jalur Lalu Lintas;
Jalur Lalu Lintas adalah bagian jalan yang digunakan untuk lalu lintas
kendaraan yang secara fisik merupakan perkerasan jalan.
Lajur;
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, yang dibatasi oleh
marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup dilewati oleh suatu kendaraan
sesuai kendaraan rencana.


Bahu Jalan;
13
Bahu Jalan adalah bagian jalan yang berdampingan di tepi jalur lalu lintas,
harus diperkeras, berfungsi untuk lajur lalu lintas darurat, ruang bebas
samping dan penyangga perkerasan jalan, kemiringan yang digunakan 3-5 %
Median;
Median adalah bagian jalan yang secara fisk memisahkan jalur lalu lintas yang
berlawanan arah. Namun, dalam perencanaan ini tidak digunakan median.
Talud atau Lereng
Talud atau Lereng adalah bagian tepi perkerasan yang diberi kemiringan,
untuk menyalurkan air ke saluran tepi.
Saluran Tepi
Saluran Tepi dalah selokan yang berfungsi menampung dan mengalirkan air
hujan, limpasan permukaan jalan dan sekitarnya.
Daerah Milik Jalan (Damija)
Daerah Milik Jalan, adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi dengan lebar
dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak
tertentu, yang merupakan sejalur tanah diluar Damaja yang dimaksudkan
untuk memenuhi persyaratan keleluasaan keamanan penggunaan jalan semisal
untuk pelebaran Dumaja dikemudian hari.
Daerah Manfaat Jalan (Damaja)
Daerah Manfaat Jalan, yaitu areal yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan
dan ambang pengamannya, sedangkan badan jalan meliputi jalur lalu lintas
dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan.
Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja)
Daerah Pengawasan Jalan, yaitu Damija ditambah dengan sejalur tanah yang
penggunaanya dibawah pengawasan pembina jalan dengan maksud agar tidak
mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi jalan.

Perhitungan luasan dan perhitungan volume dapat dilihat setelah penggambaran
profil melintang (dapat dilihat pada tabel).
Dalam penentuan ukuran-ukuran pada jalan, diambil perhitungan pada daerah
jalan kolektor mengacu pada kondisi yang ideal dengan VLHR (Volume Lalu Lintas
Harian Rata-rata) 3.000-10.000 smp/hari, dimana diperoleh data dari daftar Standar
Perencanaan Geometrik Jalan sebagai berikut :
14
Kecepatan Rencana : 80 km/jam
Lebar daerah penguasaan minimum : 30 m
Lebar perkerasan : 2 x 3,50 m
Lebar bahu jalan : 2 x 1,5 m
Lereng melintang perkerasan : 2 %
Lereng melintang bahu : 5 %

Dari daftar standar perencanaan geometric jalan yang sudah ditentukan,dapat
digambarkan sebagai berikut :



















15







Teknis Pelaksanaan

A. Pekerjaan Tanah Dasar (Sub Grade)
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pekerjaan ini adalah survey
lokasi. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan titik dasar atau pedoman mengenai
ketinggian pekerjaan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya dilaksanakan penetapan
titik dasar dan lainnya. Apabila telah diketahui hal-hal yang diperlukan dalam
menentukan titik dasar dan titik lainnya, maka pengukuran pun dilakukan.

B. Galian Tanah (Cut)
Apabila tanah dari galian yang akan digunakan sebagai timbunan, maka hal
pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan terlebih dahulu terutama dari
tumbuh-tumbuhan dan lapisan humus lainnya. Tebal lapisan umumnya berkisar antara
10-30 cm. Pekerjaan ini dapat disebut sebagai Top Soil Sripping. Tanah atau material
(galian) yang dipakai sebagai timbunan, dapata dipakai dan digunakan apabila telah
melalui pengetesan dari laboratorium dengan menentukan beberapa kriteria tanah
sebagai timbunan.

C. Teknik Penggalian
Tanah yang akan digali diusahakan tidak adanya genangan disekitar daerah
penggalian sebab genangan air akan menyebabkan sulitnya pakerjaan dan akan
mempengaruhi mutu kualitas dari tanah. Terutama daerah yang akan digunakan
untuk daerah pengangkutan material ke daerah timbunan atau biasanya disebut
sebagai Filling, dan juga permukaan yang dikehendaki untuk jalan baru (badan
jalan) atau sub grade sebelum diteruskan ke lapisan sub base, maka harus
dilakukan pengecekan elevasi.
16

- Perhitungan luas galian.
Dari profil melintang jalan dapat dihitung luas tanah yang akan digali.
Luas tanah yang digali dapat diperoleh dari perkalian antara beda tinggi
dengan lebar daerah manfaat jalan, ditambah dengan luasan galian untuk
membuat saluran drainase dan luasan galian untuk membuat kemiringan badan
dan bahu jalan. (contoh perhitungan luasan galian dapat dilihat pada lampiran
perhitungan luas galian ).

- Perhitungan volume galian.
Dari profil memanjang jalan dapat dilihat bentuk dari pekerjaan galian
yang akan dikerjakan dengan bentuk galian ini, apakah segitiga, persegi atau
trapesium dapat dihitung volume galian yang akan dikerjakan volume galian
yang akan dikerjakan dapat diperoleh dengan menghitung luas galian yang
dapat dilihat dari profil memanjang, dengan sisi-sisi bangun tersebut adalah
luas galian dan lebarnya adalah jarak stasiun. Sebagai contoh : jika bentuk
galian segitiga maka,
volume galiannya =( luas galian / 2 ) x jarak stasiun
(contoh perhitungan volume galian dapat dilihat pada lampiran perhitungan
galian).

D. Timbunan Tanah ( Fill )
Material yang didapat dari hasil galian (cut) yang termasuk dalam rencana
biasanya akan dipakai untuk penimbunan pada tempat atau daerah penimbunan
yang telah ditentukan, hal ini disebut dengan istilah Comon excavation atau
material bahan galian yang didatangkan dan biasanya juga disebut Borrow
excavation.
Jenis-jenis tanah timbunan adalah sebagai berukut:
1. Tanah (Clay)
2. Tanah bercampur batu (Rock Clay)
3. Pasir dan Batu ( Sirtu )
4. Batu Pecah
5. Pasir ( Sand )
17
Pasir dapat dipakai sebagai material timbunan di bawah permukaan jalan
(badan jalan). Yang perlu diperhatikan adalah bahwa dapat tidaknya material ini
(Pasir) dipakai sebagai timbunan adalah dengan melalui tes laboratorium terutama
mengenai mutu dan kualitas dari material ini. Dan juga sebelum dilakukan
penemuan daerah atau area yang akan dilaksanakan, maka terlebih dahulu harus
dibuat profilnya baik itu tinggi patok, slope/kemiringan serta elevasinya.
Dalam perencanaan ini dilakukan 15 timbunan yang dibuat pada daerah
dengan beda tinggi berkisar antara 2m 10m.
- Perhitungan luas timbunan
Dari profil melintang jalan dapat dihitung luas timbunan yang akan dibuat.
Luas timbunan ini dapat diperoleh dari perkalian antara beda tinggi dengan
lebar daerah manfaat jalan (DAMAJA) dikurangi dengan luas saluran drainase
dan luas daerah yang dibentuk oleh pengaruh kemiringan jalan. (contoh
perhitungan dapat dilihat pada perhitungan luas timbunan yang terlampir).
- Perhitungan volume timbunan
Dari profil memanjang jalan dapat dilihat bentuk dari pekerjaan timbunan
yang akan dikerjakan, apakah segitiga, persegi panjang ataukah trapesium.
Dengan mengetahui bentuk dari pekerjaan timbunan ini kita dapat menghitung
volume timbunan, yang dapat diperoleh dengan menghitung luas bangun yang
dibentuk tersebut, dengan luas timbunan sebagai sisi-sisi bangun tersebut dan
jarak stasiun sebagai lebarnya. Sebagai contoh : jika bentuk bangun yang
dibentuk oleh pekerjaan timbunan adalah segitiga maka,
volume timbunan =( luas timbunan / 2 ) x jarak stasiun.
(contoh perhitungannya dapat dilihat pada lampiran perhitungan volume
timbunan).

E. Alatalat yang digunakan dalam proses Penggalian dan Penimbunan
Dalam proses penggalian dan penimbunan tidak mungkin hanya dikerjakan
oleh manusia dengan alatalat sederhana, tetapi diperlukan alat-alat berat untuk
dapat membantu memudahkan proses pengerjaan dan mempersingkat waktu
pengerjaan. Alat-alat berat yang biasa digunakan dalam proses penggalian dan
penimbunan antara lain :
- Excavator
18
Excavator digunakan untuk menggali tanah yang membutuhkan proses
penggalian agar diperoleh jalan yang sesuai dengan rencana. Disamping itu,
excavator dapat digunakan untuk memuat material hasil galian ke dump truck.



- Dump Truck
Dump Truck digunakan untuk mengangkut material galian untuk dibawa ke
tempat penimbunan atau tempat yang membutuhkan material untuk
pemadatan.
- Bulldozer
Digunakan untuk meratakan tanah timbunan dan dapat juga digunakan sebagai
alat penggali dengan jarak gali yang dekat.
- Truck tangki air
Truck tangki air berfungsi mengangkut air untuk membantu proses pemadatan
yang dilakukan motor grader agar proses pemadatannya dapat maksimal.
- Grader
Grader digunakan untuk keperluan pengrataan tanah dalam rangka membentuk
permukaan secara mekanis. Grader dapat juga digunakan untuk membuat
kemiringan (grade) seperti yang telah direncanakan, pada permukaan tanah
yang telah selesai diratakan sebagai pekerjaan akhir.
- Tandem Roller
Tandem Roller digunakan untuk memadatkan jalan yang mengalami proses
penimbunan sehingga dapat menghindari penurunan tanah (settlement) akibat
kurang padatnya tanah setelah proses penimbunan.

F. Alat-alat yang dipakai untuk pemadatan
Untuk meratakan dapat digunakan Motor Grade atau Bulldozer. Untuk
pemadatan digunakan alat seperti Road Roller, Mac Adam dan Wecled Roller.
Memilih atau menentukan alat yang digunakan tergantung kepada medan atau
lapangan, jenis material dan keadaan materialnya.

19
F.1 Teknik pelaksanaan konstruksi untuk pondasi bawah, pondasi atas dan
lapisan perkerasan
a. Pengerjaan Pondasi Bawah (Sub Base)
Setelah penimbunan selesai dilaksanakan maka pekerjaan selanjutnya
dalam membuat pondasi bawah dan konstruksi dari badan jalan. Untuk
konstruksi Pondasi Bawah, material yang digunakan adalah memakai Sirtu
Kelas A. Apabila dari hasil perhitungan diperoleh ketebalan pondasi yang
lebih besar, maka pada bagian biasanya berongga. Untuk mengatasinya perlu
diberi lapisan pasir, sehingga dapat mengisi kekosongan tersebut. Pemadatan
pondasi bawah dapat dilakukan dengan alat pemadatan yang sesuai dengan
keperluan tersebut, agar dapat mencapai tingkat pemadatan yang maksimal
(misalnya : tandem roller, three wheel roller, dll). Kemudian selanjutnya
dilaksanakan penyemprotan sepal.

b. Pengerjaan Pondasi Atas (Base Course)
Setelah pengerjaan pondasi bawah, pekerjaan selanjutnya yaitu
mengerjakan pandasi atas. Fungsi utama pondasi atas yakni untuk
menguatkan atau melidungi lapisan bawahnya. Material yang digunakan
untuk pondasi atas dapat menggunakan batu pecah atau batu belah dengan
ukuran 3/5, yang ditebarkan diatas pondasi bawah yang kemudian dipadatkan
dengan ketebalan yang sesuai dengan spesifikasi jalan. Dan batu pecah yang
digunakan disini adalah batu pecah kelas A. Selanjutnya dilakukan
penyemprotan aspal sendiri.

c. Pengerjaan Lapisan Permukaan (Surface)
Pekerjaan surface merupakan pekerjaan terakhir pada pembuatan
konstruksi badan jalan. Material yang digunakan sesuai dengan spesifikasi
yang ada. Disini yang digunakan adalah Lapen Manual, maka setelah
pengerjaan pondasi atas, pada bagian atas ini dibuat teke cout dan
penghamparan batu pecah 1/2, 2/3, kemudian diratakan sesuai dengan
ketebalan, lalu disemprotkan aspal dan ditaburkan pasir.

F.2 Susunan Lapisan Perkerasan
a. Lapisan Permukaan
20
- Lapisan Penahan Beban
- Lapisan Aus
- Lapisan Kedap Air
- Lapisan yang menyebarkan beban kelapisan bawah sehingga dapat
dipikul oleh lapisan lain yang mempunyai daya dukung yang lebih
buruk.

b. Lapisan Pondasi Atas
Terletak diantara lapisan bawah dan lapisan permukaan yang berfungsi :
- Menahan Gaya Lintang dari beban
- Lapisan peresapan
- Bantalan terhadap lapisan permukaan
Bahan yang digunakan : batu pecah, kerikil, semen kapur.
Jenis lapisan pondasi atas :
- Pondasi Mac Adam
- Agregat bergradasi baik
- Pondasi Telfor
- Aspal Beton Pondasi
- Penetrasi Mac Adam
- Stabilitas agregat
- Ukuran batu pecah pondasi atas 3-5 cm

c. Lapisan Pondasi Bawah
Terletak diantara tanah dasar dan pondasi atas, yang berfungsi sebagai
berikut :
- Menyebarkan beban roda ke tanah dasar
- Sebagai efisiensi penggunaan material
- Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal
- Lapisan peresapan
- Lapisan pertama agar pekerjaan menjadi lancar
- Mencegah partikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan pondasi atas

Anda mungkin juga menyukai