Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijaksanaan Departemen Kesehatan untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tetap menjadi tujuan yang terus diwujudkan. Di Indonesia dalam rencana strategi nasional target kesehatan untuk bayi baru lahir adalah menurunkan angka kematian neonatal menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2010 (Djaja, 2003). Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003, kematian neonatal di Indonesia pada tahun 1998-2002 adalah sebesar 20/1000 kelahiran hidup. Berarti dari 4.608.000 bayi yang lahir di Indonesia setiap tahunnya, 100.454 bayi meninggal sebelum berusia 1 bulan. Jika dihitung untuk setiap harinya, 275 kematian neonatal terjadi setiap hari di Indonesia, yang juga berarti terjadi 12 kematian neonatal setiap jamnya, atau satu kematian neonatal setiap lima menit (Ariawan, 2001) Distribusi kematian neonatal sebagian besar di wilayah Jawa Bali (66,7%) dan di daerah pedesaan (58,6%). Menurut umur kematian, 79,4% dari kematian neonatal terjadi sampai dengan usia 7 hari, dan 20,6% terjadi pada usia 8-28 hari. Menurut karakteristik kesehatan ibu sebelum dan ketika hamil, kematian neonatal banyak terjadi pada kelompok umur 20-39 tahun, pada anak pertama, dan pada ibu dengan paritas 3 ke atas. Pola penyakit penyebab kematian menunjukkan bahwa proporsi penyebab kematian neonatal kelompok umur 0-7 hari tertinggi adalah prematur dan berat badan lahir rendah/BBLR (35%), kemudian asfiksia lahir (33,6%). Penyakit penyebab kematian neonatal kelompok umur 8-28 hari tertinggi adalah infeksi sebesar 57,1% (termasuk tetanus, sepsis, pnemonia, diare), kemudian feeding problem (14,3%)(Djaja, 2003). Indonesia telah mengalami kemajuan yang signifikan dalam upaya menurunkan angka kematian bayi beberapa dekade terakhir. Pada dekade 1990-an, rata-rata penurunan adalah 5 % per tahun. Walaupun pencapaian telah begitu menggembirakan, tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand.

Gambar 1.1 Angka Kematian Bayi Indonesia

Tingginya kematian anak di usia neonatal menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir, rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya pada masa persalinan dan segera sesudahnya, serta perilaku ibu hamil dan keluarga serta masyarakat yang bersifat negatif bagi perkembangan kehamilan sehat, persalinan yang aman dan perkembangan dini anak. AKB Cianjur tahun 2005 sebesar 52,4 per 1000 kelahiran hidup, di mana 2/3

kematian pada bayi terjadi pada usia neonatal (1-28 hari). Angka ini masih lebih tinggi dibandingkan AKB Jawa Barat, yaitu sebesar 43,83 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian bayi tiap tahun telah mengalami penurunan. tetapi pada tahun 2006 terjadi kenaikan, yaitu kematian bayi sebanyak 250 bayi, dengan penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh BBLR dan asfiksia (Dinkes Cianjur, 2007) Sebagai penyebab mendasar dari meningkatnya jumlah kematian bayi adalah : Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang kesehatan Kemiskinan karena tidak ada dana untuk kesehatan dan gizi Lingkungan yang buruk

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam menurunkan AKB adalah program pelayanan kesehatan anak (bayi dan balita). Di Kabupaten Cianjur tahun 2006 tercatat kunjungan neonatal pertama (N1) sebanyak 39.947 atau sekitar 71,20%, sedangkan kunjungan neonatal kedua (N2) lebih sedikit lagi, yaitu sebanyak 36.507 atau sekitar 65,06%. Jumlah kematian pada neonatal dini sebanyak 99 bayi (45,83%) dan neonatal lanjut sebanyak 30 bayi (13,89%). Pencapaian target sesuai dengan standar pelayanan akan melindungi neonatus di wilayah tersebut dari kesakitan dan kematian yang dapat dicegah, sehingga dapat mencapai tahap tumbuh kembang yang optimal (Dinkes Cianjur, 2007). Di wilayah kerja Puskesmas Cikondang yang meliputi 4 desa dengan jumlah penduduk 20.335 jiwa, salah satu masalah kesehatan yang timbul adalah rendahnya cakupan

N2. Target N2 adalah sebesar 80% tetapi cakupannya tahun 2006 hanya mencapai 51,9 %. Dari bulan Januari sampai Setember 2007 cakupan N2 hanya mencapai 41,1 % sehingga terjadi kesenjangan yang cukup besar. Desa Cikondang merupakan salah satu dari 4 desa di wilayah kerja Puskesmas Cikondang. Desa ini memiliki cakupan N2 terendah, yaitu sebanyak 44 kunjungan atau sekitar 37,93% (Puskesmas Cikondang, 2007). Tabel 1.1 Cakupan N2 di Wilayah kerja Puskesmas Cikondang Desa Cikondang Jatisari Sukajaya Sukarama Cakupan N2 (%) 37,93 43,48 41,46 40,25

Jumlah kematian neonatal di wilayah Puskesmas Cikondang tahun 2006 berjumlah 5 kematian, 3 di antaranya akibat berat badan lahir rendah dan terjadi pada usia 8-28 hari (Puskesmas Cikondang, 2007). Pemeriksaan N1 adalah pemeriksaan yang ditujukan kepada bayi-bayi baru lahir sampai berusia 7 hari, sedangkan N2 adalah pemeriksaan yang ditujukan kepada bayi-bayi berusia 8-28 hari. Yang kemudian pemeriksaan ini akan terus dilanjutkan secara berkala sampai anak usia 12 bulan untuk memantau kondisi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangannya. Pemantauan ini akan diikuti, tindakan berupa pengobatan, stimulasi, penyuluhan atau rujukan jika terjadi penyimpangan. Salah satu indikator pemantauan pelayanan kesehatan neonatal dan bayi adalah N2. Indikator akses ini digunakan untuk menggambarkan jangkauan pelayanan kesehatan neonatal dan bayi serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. Selain itu tingginya jumlah kematian pada neonatal usia 8-28 hari di Desa Cikondang menunjukkan penting adanya peningkatan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan neonatal dan bayi, salah satunya adalah dengan peningkatan cakupan pelayanan program N2. 1.2 Identifikasi Masalah Bagaimanakah pengaruh pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap pemeriksaan N2 di wilayah kerja Puskesmas Baleendah? Pencapaian N2 bulan Januari-September 2007 di Desa Cikondang masih di bawah target yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat dari data yang ada dimana terdapat kesenjangan yang cukup besar antara target 2007 dan cakupan, yaitu sebesar 42,07%. Atas dasar data-data dan fakta tersebut di atas, penulis memilih penelitian yang berjudul :

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU DENGAN BAYI USIA 8-28 HARI TERHADAP RENDAHNYA CAKUPAN N2 DI DESA

CIKONDANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIKONDANG KECAMATAN BOJONGPICUNG KABUPATEN CIANJUR TAHUN 2007.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, sikap dan perilaku ibu bayi usia 8-28 hari terhadap rendahnya cakupan N2 di Desa Cikondang, wilayah kerja Puskesmas Cikondang Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur tahun 2007.

1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah mengetahui : 1. Pengaruh faktor pengetahuan ibu dengan bayi 8-28 hari terhadap rendahnya cakupan N2 2. Pengaruh faktor sikap ibu dengan bayi 8-28 hari terhadap rendahnya cakupan N2 3. Pengaruh faktor perilaku ibu dengan bayi 8-28 hari terhadap rendahnya cakupan N2

1.4. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada pihak Puskesmas Cikondang mengenai pengaruh pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu yang mempengaruhi rendahnya cakupan N2 di Desa Cikondang. 2. Memberikan informasi kepada pihak Puskesmas Cikondang mengenai kendalakendala yang ada dalam menjalankan program KIA di Desa Cikondang. 3. Bagi penelitian selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan.

4.

Bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan pengalaman melakukan suatu penelitian.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada ibu-ibu yang tercatat mempunyai bayi berusia 1-10 bulan pada periode 29 Oktober-10 November 2007 di Desa Cikondang wilayah kerja Puskesmas Cikondang, kecamatan Bojongpicung, kabupaten Cianjur tahun 2007.

1.6 Metodologi Penelitian Metode Penelitian : Deskriptif-Analitik Rancangan penelitian : cross sectional (potong lintang) Teknik pengambilan data : survei melalui wawancara langsung terhadap responden. Instrumen pokok penelitian : kuesioner. Populasi : ibu-ibu yang tercatat mempunyai bayi berusia 1-10 bulan pada periode 29 Oktober-10 November 2007 di Desa Cikondang tahun 2007. Jumlah populasi : 87 orang. Sample : whole sample. Jumlah sample :87 orang Analisis data : Chi-square test

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.7.1 Lokasi Penelitian Desa Cikondang, wilayah kerja Puskesmas Cikondang, Kecamatan

Bojongpicung Kabupaten Cianjur.

1.7.2 Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung dari tanggal 24 September hingga 24 November 2007.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Konsep Pengetahuan CAKUPAN N2

Sikap

Perilaku

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis (H0) 1. Tidak ada pengaruh faktor pengetahuan terhadap rendahnya cakupan N2 di Desa Cikondang wilayah kerja Puskesmas Cikondang. 2. Tidak ada pengaruh faktor sikap terhadap rendahnya cakupan N2 di Desa Cikondang wilayah kerja Puskesmas Cikondang. 3. Tidak ada pengaruh faktor perilaku terhadap rendahnya cakupan N2 di Desa Cikondang wilayah kerja Puskesmas Cikondang.

3.3 Definisi Operasional 1. Usia ibu Usia responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia yang dihitung dari ulang tahun terakhir ibu saat dilaksanakannya penelitian. Skala : interval Alat ukur : kuesioner

2. Pekerjaan ibu Pekerjaan responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pekerjaan utama yang dilakukan ibu sehari-hari untuk mendapatkan penghasilan. Skala: nominal Alat ukur : kuesioner 3. Pekerjaan suami Pekerjaan suami yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pekerjaan utama yang dilakukan suami responden sehari-hari untuk mendapatkan penghasilan. Skala: nominal Alat ukur: kuesioner 4. Pendidikan ibu Pendidikan ibu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang diikuti ibu Skala: ordinal Alat ukur: kuesioner. 5. Pendidikan suami Pendidikan suami yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang dilalui oleh suami responden Skala: ordinal Alat ukur: kuesioner. 6. Jumlah anak yang dimiliki Adalah jumlah anak yang hidup yang dimiliki oleh ibu saat penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini, responden dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan jumlah anaknya, yaitu: Jumlah anak > 2 Jumlah anak 2 Skala: ordinal Alat ukur: kuesioner

7. Jumlah penghasilan bersih perkapita per bulan Adalah penghasilan perkapita perbulan responden. Dalam penelitian ini, responden dibagi menjadi dua kelompok penghasilan perkapita, yaitu: Penghasilan cukup, yaitu Rp. 131.000,00/ kapita/ bulan Penghasilan kurang, yaitu < Rp 131.000,00/ kapita/ bulan Skala: ordinal Alat ukur : kuesioner 8. Pengetahuan ibu Adalah pengetahuan responden mengenai program N2, cara merawat bayi 8-28 hari, tanda-tanda bayi yang sehat, imunisasi yang diberikan pada bayi 8-28 hari, cara menyusui yang baik dan benar dan frekuensi menyusui. Pengetahuan responden dinilai melalui penilaian jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan kategori pengetahuan di dalam kuesioner. Pertanyaan kategori pengetahuan dalam kuesioner berjumlah 12 buah, dengan 5 pertanyaan saringan yang tidak diberi nilai. Tiap jawabannya diberi nilai 10 jika benar dan 0 jika salah. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat diperoleh responden dari kategori pengetahuan adalah 70 dan nilai minimal 0. Setelah semua nilai yang didapatkan masing-masing responden dari kategori pengetahuan dijumlahkan, maka berdasarkan perolehan nilainya, responden dikelompokkan ke dalam 2 kategori, yaitu: 1. 2. Pengetahuan cukup, jika jumlah nilai 40 - 70 Pengetahuan kurang, jika jumlah nilai 0- 39

Skala : ordinal Alat ukur : kuesioner 9. Sikap ibu Adalah sikap responden dalam merawat bayi 8-28 hari. Sikap responden dinilai melalui penilaian jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan kategori sikap di dalam kuesioner. Pertanyaan kategori sikap dalam kuesioner berjumlah 7 buah, yang tiap jawabannya diberi nilai 10 jika benar dan 0 jika salah. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat diperoleh responden dari kategori sikap adalah 70 dan nilai minimal 0. Setelah semua nilai yang didapatkan masing-masing responden dari kategori sikap dijumlahkan, maka berdasarkan perolehan nilainya, responden dikelompokkan ke dalam 2 kategori, yaitu: 1. Sikap cukup, jika jumlah nilai 50 70

2. Sikap kurang, jika jumlah nilai 0 - 49 Skala : ordinal Alat ukur : kuesioner 10. Perilaku ibu Adalah perilaku responden dalam memeriksakan dan merawat bayinya yang berusia 8-28 hari. Perilaku dinilai melalui penilaian jawaban responden atas pertanyaanpertanyaan kategori perilaku di dalam kuesioner. Pertanyaan kategori perilaku berjumlah 9 buah. Pada penilaian tiap jawabannya diberi nilai 10 jika benar dan 0 jika salah. Dengan demikian, nilai maksimal yang dapat diperoleh dari kategori perilaku adalah 90 dan nilai minimal 0. Setelah semua nilai yang didapatkan masing-masing responden dijumlahkan, maka berdasarkan perolehan nilainya, responden dikelompokkan ke dalam 2 kategori, yaitu: 1. Sikap cukup, jika jumlah nilai 50 - 90 2. Sikap kurang, jika jumlah nilai 0 - 49 Skala : ordinal Alat ukur : kuesioner 11. Penyuluhan Didalam kuesioner, terdapat kategori penyuluhan yang terdiri dari 7 pertanyaan pilihan ganda, yang seluruhnya tidak diberi nilai. Kategori penyuluhan ini bertujuan untuk: - Mengetahui distribusi penyuluhan yang pernah diterima responden mengenai perawatan dan pemeriksaan bayi 8-28 hari - Mengetahui distribusi jawaban-jawaban responden mengenai harapan tentang penyuluhan-penyuluhan berikutnya.

12. Cara merawat tali pusat : Cuci tangan sebelun dan sesudah melakukan perawatan tali pusat

Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali pusat mengering dan terlepas sendiri. Biasanya tai pusat lepas ketika bayi berumur 7 hari. Jika basah atau kotor, segera cuci dengan kassa dan air disinfeksi tingkat tinggi (DTT) yaitu air mendidih 20 menit, jika ada, atau cuci dengan air matang dan sabun. Selanjutnya keringkan dengan kain bersih. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodin serta dibalut kasa steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap tali pusat basah/ kotor.

Tutup tali pusat dengan kasa steril secara longgar. Dilarang memborehkan abu dapur, ramu-ramuan dan sebagainya pada tali pusat sebab dapat menyebabkan infeksi dan tetanus bayi baru lahir yang dapat menyebabkan kematian bayi.

13. Status Imunisasi Bayi Imunisasi yang dapat diberikan pada bayi muda, yaitu : Umur 0-7 hari : Hepatits B1 Umur 1 bulan : BCG

Imunisasi Hepatitis B1 disuntikkan di paha kiri bayi segera setelah persalinan atau pada waktu kunjungan. Imunisasi BCG diberikan melalui suntikan di lengan kanan bayi segera setelah persalinan di rumah sakit atau di klinik

14. Cara menyusui yang benar : Posisi menyusui sangat dipengaruhi keberhasilan laktasi. Ibu dan bayi harus dalam keadaan santai, ibu sebaiknya memeluk bayi dan melihat ke arah bayi, baik dalam posisi duduk atau berbaring. Cara menyusui yang baik dan benar Bayi melekat dengan baik, apabila ada tanda-tanda : Dagu bayi menempel pada payudara ibu Mulut bayi terbuka lebar Bibir bawah bayi membuka keluar Areola bagian atas ibu tampak lebih banyak Bayi mengisap dengan efektif jika bayi mengisap ASI secara dalam, teratur, diselingi istirahat, dan hanya terdengar suara menelan. Pada akhir pemberian ASI tanda bayi sudah kenyang yaitu :

saja.

Bayi melepas payudara secara spontan Bayi tampak tenang dan mengantuk Bayi tampak tidak berminat lagi pada ASI

Posisi bayi benar, bila : Kepala dan tubuh bayi lurus Badan bayi menghadap ke dada ibunya Badan bayi dekat dengan ibunya Seluruh badan bayi tersangga dengan bauk, jangan hanya leher dan bahunya

Waktu menyusui dan lamanya menyusui : Menyusukan bayi sebaiknya tidak usah dijadwal. Bagi ASI yang sudah lancar, lamanya menyusui tidak perlu ditentukan karena bayi akan mengatur sendiri sesuai dengan kebutuhannya. Pada umumnya bayi sehat dapat mengosongkan satu payudara dalam waktu 5-7 menit dan dalam waktu 2 jam lambung bayi sudah kosong lagi dan bayi akan menangis meminta minum lagi. Bayi muda diberi ASI sesering dan selama yang dikehendaki bayi, pagi, siang, sore dan malam, sedikitnya 8 kali sehari. Untuk menjaga keseimbangan besarnya payudara, sebaiknya menyusui dari kedua payudara secara bergantian. Apabila ada suatu hal yang menyebabkan bayi tidak dapat menyusu langsung, ASI dapat dikeluarkan dengan cara : a. dengan pengurutan Payudara ditopang dengan jari tangan, sementara ibu jari memegang di atas payudara dan dengan lembut mengurut ke arah areola dan pelan-pelan digerakkan memutar sekeliling payudara. Kemudian pijat areola antara ibu jari dan jari-jari untuk mengosongkan ASI yang terdapat di sinus-sinus. b. pengeluaran ASI dengan pompa Apabila terjadi pembengkakan pada payudara, sebelum memompa ASI sebaiknya payudara dimasase dulu agar ASI mudah dikeluarkan.

Anda mungkin juga menyukai