Anda di halaman 1dari 13

Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011

BAB VI
ANALISA KEUANGAN DAN STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN
6.1. Umum Sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka pemerintah Kabupaten tentang

Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi kewenangannya. Urusan pemerintahan daerah dimaksudkan meliputi : Urusan wajib dan urusan pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintah daerah tersebut secara umum berperan menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu : fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi pemerintah yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik ( public service) Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi langsung kepada masyarakat. tujuan pembangunan.

pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai Fungsi pokoknya adalah Development function atau adaptive function. Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan. (regulative function). Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan dukungan anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintah daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Musi Banyuasin. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD selain itu juga merupakan instrument dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengn hal tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok ukur bagi tercapainya Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

VI- 1

Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011 kesinambungan serta konsistensi pembangunan daerah secara keseluruhan menuju tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama. Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka pencapaian tujuan pembagunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdaya guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang telah ditetapkan dapat tercapai. Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, maka penyusunan APBD Kabupaten Musi Banyuasin pada kebijkakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas serta plafon anggaran (PPA) yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kebijakan Umum APBD (KUA) dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam membahas dan menyepakati PPA yang selanjutnya menjadi bahan utama penyusunan RAPBD, oleh karena itu KUA tersebut juga memberikan landasan dan pedoman bagi setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Rencana program dan kegiatan beserta anggarannya dimaksudkan dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) serta rencana pelaksanaannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Anggaran merupakan Pendapatan amanat dan Belanja Daerah (APBD) dan pada hakikatnya untuk perwujudan rakyat kepada eksekutif legislatif

meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan APBD kabupaten Musi Banyuasin disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip : 1. Partisipasi Masyarakat Hal ini mengandung maka bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD. 2. Transparansi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diaskes oleh masyarkat meliputi: tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/objek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiata yang dianggarkan. Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

VI- 2

Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011 jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasi yang ditetapkan. Transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan, anggaran, pengendaliaan baik dan dalam perencanaan, maupun pengorganisasian, kepada rakyat. 3. Disiplin Anggaran Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan rill dan prioritas masyarakat di daerah sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dihindari adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien dan efektif. Anggaran yang tersedia pada setiap pos/rekening merupakan batas tertinggi belanja/pengeluran. 4. Keadilan Anggaran Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, masyarakat yang memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama, sedangkan masyarkat yang mempunyai kemampuan membayar tinggi diberikan beban tinggi pula. Untuk menyeimbangkan kedua Selain daripada itu dalam keadilan dan tanpa lapisan masyarakat kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. mengalokasikan pemerataan agar belanja dapat daerah, dinikmati harus oleh seluruh mempertimbangkan Oleh karena itu, tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan melampaui batas kredit anggaran yang ditetapkan. pengawasan,

akuntasinya merupakan wujud pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan DPRD

diskriminasi pemberian pelayanan. Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hakhak dan tingkat pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat, adanya beban pembiayaan yang dipikul langsung maupun tidak langsung oleh sekelompol masyarakat melalui mekanisme pajak/retribusi, serta adanya keharusan untuk merasionalkan anggaran yang lebih menguntungkan bagi kepentingan masyarakat dan mampu merangsang pertumbuhan ekonomi daerah sesuai mekanisme pasar. 5. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. diperhatikan : Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan anggaran perlu

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

VI- 3

Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011 Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin dicapai. Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan harga satuan yang rasional. 6. Taat Azas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peraturan daerah lainnya.

6.2.

Petunjuk Umum Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekadyaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang Pengelolaan keuangan daerah antara lain diatur meliputi perencanaan, pelaksadfnaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. dengan Peraturan Pemerintah Nonor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang selanjutnya dirubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006. Ruang lingkup keuangan daerah meliputi : 1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman. 2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintah daerah dan membayar tagihan pihak ketiga 3. Penerimaan daerah. 4. Pengeluaran daerah. 5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah. 6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dan/atau kepentingan umum/publiK. Azas umum pengelolaan keuangan daerah meliputi : 1. Disusun sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

VI- 4

Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011 2. Berpedoman kepada RKPD. 3. Berfungsi stabilisasi. 4. APBD dan pertanggungjawaban pelaksanaan APDB setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah 5. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang dan jasa/atau jasa dianggarkan dalam APBD. 6. Jumlah pendapatan yang dianggarkan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional. 7. Pendapatan, belanja dan pembiayaan dianggarkan bruto dalam APBD. 8. Pendapatan dianggarkan harus berdasarkan pada ketentuan peraturan perundangundangan. 9. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan 10. Penganggaran pengeluaran harus ada dasar hukumnya. 11. Tahun anggaran mulai 1 januari sampai dngan 31 Desember. Pengangaran Daerah termasuk dalam ketegor perencadnaan jangka pendek yang merupakan bagian dari perencafnaan jangka menengah dan perencanaan jangka panjang. planning). Penganggaran Daerah terdiri atas formulasi kebijakan anggaran (Budget dan perencanaan operasional anggaran (budget operational Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) termasuk kategori formulasi policy formulation) sebagai otorisasi, perencanaan; pengawasan; alokasi; distribusi;

kebijakan anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan operasional anggaran. Formulasi kebijakan anggaran berkaitan dengan analisa-analisa fiskal, sedangkan opersional aanggaran lebih ditekankan pada alokasi sumber daya yang ada pada setiap daerah. Aspek pengelolaan keuangan daerah antara lain mencakup perencanaan yang memuat kebijkan umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA, merupakan dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun. Arah kebijakan umum anggaran pada dasarnya mengacu kepada RPJPD, RPJMD, RKPD dan Renstra yang telah ditetapkan sebelumnya. kerja dan anggaran (RKA) SKPD. legislative. Kebijakan umum anggaran sementara (PPAS) yang selanjutnya menjadi acuan dalam menyusun rencana Proses ini merupakan suatu rangkaiafn dalam penyusunan RAPBD yang secara bersama-sama akan dibahas oleh pihak eksekutif dan Pembahasan tersebut diperlukan guna terdapadt kesesuaian antara KUA, PPAS, program, dan kegiatan. KUA memuat substansi dan lingkup materi yang terdiri dari : 1. Kondisi/prestasi yang telah berhasil dicapai pada tahun sebelumnya, tahun berjalan dan perkiraan pencapaian pada tahun anggaran yang akan datang. Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 5

Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011 2. Perkiraan pencapaian tahun yang akan datang. 3. Identifikasi permasalahan dan tantangan. 4. Prioritas pembangunan daerah yang diamanatkan dalam RKPD untuk menyelesaikan permasalahan dan tantangan serta untuk mendukung upaya mewujudkan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). 5. Uraian kebijakan penganggaran sesuai dengan kebijakan pemerintah. 6. Kondisi yang berbeda akan menghasilkan target/sasaran yang berbeda. 7. Perkiraan penerimaan untuk mendanai seluruh pengeluaran pada tahun yang akan datang. 8. Uraian mengenai kesimpulan terhadap hal-hal yang disepakati. Komponen pelayanan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayaanan kepada masyarakat disusun berdasarkan klasifikasi menurut urusan pemerintahan yang terdiri dari: urusan wajib dan urusan pilihan pemerintah daerah. Klasifikasi menurut urusan wajib adalah sebagai berikut: keseluruhan urusan pemerintahan diatas yang dalam penanganan dan pelaksanaannya ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan kemudian diklasifikasikan menurut urusan wajib dan urusan pilihan. Pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah Kabupaten/kota diatur dalam peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan. Penyusunan KUA pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RKPD. Tingkat pencapaian atau kinerja pelayanan yang direncanakan dalam satu tahun anggaran pada dasarnya merupakan tahapan dan perkebangan dari kinerja pelayanan yang diharapkan pada RPJMD dan RPJPD. Seperti telah dikemukakan, bahwa KUA merupakan satu kesatuan terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaah daerah. Pendapatan daerah meluputi semua penerimaan yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang akan mejadi penerimaan kas daerah. Belanja daerah meluputi semua pengeluaran yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi pengeluaran daerah, sedangkan pembiayaan daerah meliputi transaksi keuangan untuk menutupi deficit atau untuk memanfaatkan surplus. Struktur pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah diatas diklasifikasikan menurut urusan pemerintaha daerah dan organisasi (SKPD) yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6.3. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

VI- 6

Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011 Sumber-sumber Penerimaan Daerah berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku adalah sebagai berikut: (a) pendapatan asli daerah (PAD), (b) Dana perimbangan, (c) pinjaman Daerah, (d) Penerimaan yang sah lainnya. Pendapatan daerah kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2009 sebesar Rp. 1.224.818.975.000 terdiri dari PAD sebesar Rp. 34.979.090.000, dana perimbangan sebesar Rp. 1.152.111.963.000 dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp. 37.727.922.000. Berdasarkan data empiris ini dapat diketahui bahwa kemandirian Kabupaten Musi Banyuasin untuk menggali pendapatan dari sumber sendiri relatif masih kecil, namun relatif lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya yang sebagian besar dibawah lima persen. Sumber pendapatan untuk PAD yang memberikan konstribusi terbesar adalah lain-lain PAD yang sah, yaitu sebesar RP. 25.554.000.000, sedangkan pajak daerah sebesar Rp. 3.717.100.000, retribusi daerah sebesar Rp. 2.507.990.000 serta hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan sebesar Rp. 3.200.000.000. Dana Perimbangan pada tahun 2009 didominasi oleh Dana Alokasi Umum, Yaitu sebesar Rp. 86.730.976.000, Dana Alokasi khusus sebesar Rp. 29.138.000.000. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai sumber pendapatan Kabupaten Musi Banyuasin daerah dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1 Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2009
No. Jenis Penerimaan Nilai (Rupiah)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

VI- 7

Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011


1. Bagian Pendapatan Asli Daerah a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah c. Hasil Perusahaan Milik Daerah d. Lain-lain PAD yang sah Bagian Dana Perimbangan a. Bagi hasil Pajak b. Bagi Hasil Sumber Daya Alam c. Dana Alokasi Umum d. Dana Alokasi Khusus Lain-lain pendapatan yang syah a. Bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah lainnya b. Dana penyesuaian dan otonomi khusus/dana optimalisasi c. Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan percepatan Pembangunan Daerah Pembiayaan Penerimaan Daerah a. Sisa Lebih Abggaran (SiLPA) 34.979.090.000 3.717.100.000 2.507.990.000 3.200.000.000 25.554.000.000 1.152.111.963.000 215.003.404.000 821.239.583.000 86.730.976.000 29.138.000.000 37.727.922.000 32.798.570.000 4.929.352.000 113.545.621.808 113.545.621.808 113.545.621.808

2.

3.

4.

Jumlah

1.338.364.596.808

6.4.

Pendapatan Asli Daerah (PAD ) Bila dilihat dari kemampuan penerimaan daerah Kabupaten Musi Bunyuasin,

terlihat bahwa komponen PAD memberikan kontribusi terhadap penerimaan daerah relatif kecil. Hal ini berarti bahwa tingkat kemandirian masih belum berkembang karena berbeda sangat besar dibandingkan dengan komponen dana perimbangan. Padahal komponen yang terpenting dari perkembangan kota/kabupaten yang semakin mandiri adalah terletak pada PAD. Rendahnya kontribusi PAD tersebut mengindikasikan rendahnya kemampuan derajat fiskal pemerintah untuk mendanai kegiatan pemerintahan dan pembangunan di kabupaten Musi Banyuasin. Sumber-sumber penerimaanPAD cenderung fluktuatif , baik pajak daerah, retribusi daerah, dan bagi keuntungan perusahaan daerah. Sumber PAD yang cenderung meningkat dari penerimaan lainnya yang sah. Rata-rata kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah pertahun masih relatif kecil. Peningkatan PAD seharusnya menjadi prioritas karena persyaratan otonomi daerah harus tercermin dari kemandirian keuangan daerahnya. Jika penggalian sumbersumber PAD belum diakukan secara optimal, maka pendapatan yang diterima lebih rendah dari yang seharusnya. Jika dibandingkan dengan kontribusi dana perimbangan terhadap penerimaan daerah ini suatu tantangan yang harus dicermati secara bijak. Kabupaten Musi Banyuasin yang memiliki sumber daya alam yang bisa diandalkan belum mampu menopang kemndirian fiskalnya. Hal ini berarti bahwa permasalahan pembangunan sektor keuangan daerah didalamnya membutuhkan program-program pembangunan yang prioritas utamanya harus dapat mendorong peningkatan sumber-sumber PAD,

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

VI- 8

Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011 meskipun tidak semua program pembangunan hanya difokuskan bagi peningkatan PAD semata. Sejalan dengan permasalahan pembangunan yang langsung menyentuh aspek kehidupan masyarakat dikabupaten Musi Banyuasin dengan berbagai tingkat strata sosial ternyata pembiayaannya belum mampu hanya dibiayai dengan PAD. Konsekuensinya adalah Kabupaten Musi Banyuasin harus berjuang untuk memperoleh sumber penerimaan yang berasal dari dana perimbangan.

6.5.

Perimbangan Keuangan Daerah Pola pembiayaan pembangunan daerah dewasa ini masih sangat terbatas.

Hal ini bisa ditelusuri hanya beberapa sumber yang potensial membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Musi Banyuasin. Perubahan pola pembiayaan pembangunan terus dilakukan sehingga akan tercipta prinsip efisiensi dan efektivitas pembiayaan. Pola yang akan datang melalui perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah akan terdapat perubahan yang cukup fundamental yang semula pola pembiayaan menganut sistem hibah khusus (specific grant) menjadi hibah tidak bersyarat (block grant) pemerintah. Dengan porsi dana perimbangan untuk pembangunan pemerintah daerah yang lebih besar menjadi pola pembiayaan pembangunan yang bersifat desentralistik sehingga dana pengalokasian anggaran dapat sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Kontribusi dana perimbangan terhadap penerimaan daerah Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2009 sebesar 86,09 persen. Posisi dana perimbangan sangat domnan dalam pendapatan daerah berarti memiliki unsur ketidakpastian yang relatif tinggi. Hal ini dikarenakan penempatan anggaran harus menunggu kepastian informasi dari pemerintah. Permasalahan yang dihadapi dalam menggali potensi pendapatan daerah antara lain : 1. Kurangnya SDM yang handal untuk mengelola administrasi perpajakan. 2. Masih terbatasnya sarana dan prasarana pemumngutan. 3. Tingkat kesadaran subyek pajak dan retribusi yang masih rendah. 4. Penetapan NJOP masih dirasakan kurang adil oleh subyek pajak dan retribusi. 5. Belum optimalnya pembinaan terhadap pejabat pembuat akta tanah (PPAT) dalam rangka memungt bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB). Upaya yang ditempuh untuk menggali potensi pendapatan melalu strategi intensifikasi dan eksentifikasi.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

VI- 9

Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011 6.6. Strategi intensifikasi Penerimaan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin terus berupaya untuk meningkatkan PAD, meskipun keinginan terus tersebut menerus tidaklah dengan mudah, melakukan terbukti pemerintah dengan jalan dan kabupaten membuat mengupayakan peningkatan penermaan

bermacam-macam

terobosan

intensifikasi

ekstensifikasi

sumber-sumber penerimaan melalui dukungan perda setempat. Terdapat beberapa kegiatan ekonomi sebagai basis sumber-sumber PAD Kabupaten Musi Banyuasin yang berpotensi untuk dikembangkan, antara lain: Potensi sumberdaya Alam dan Manusia . sumberdaya alam yang tersedia cukup memadai, seperti hasil perikanan, perkebunan, pertambangan dan pertanian,baik dalam posisi yang sudah tereksploitasi maupun dalam tahap eksplorasi. Optimalisasi pengelolaan sumberdaya tersebut dapat dicapai antara lain melalui pendidikan yang perlu untuk terus ditumbuh kembangkan. Pesatnya jumlah kendaraan bermotor. Seiring perkembangan pembangunan daerah Kabupaten Musi Banyuasin, mempunyai dampak positif terhadap banyaknya kendaraan bermotor, terutama mobil dan sepeda motor. Dari sisi ekonomi, Kabupaten Musi Banyuasin secara makro selama kurun waktu 2003-2008 menunjukan peningkatan. Struktur ekonomi didukung oleh kontribusi sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik, gas, air bersih, bangunan, angkutan, keuangan, persewaan, jasa perusahaan, perdagangan serta jasa-jasa lainnya. Meski upaya pemerintah kabupaten untuk terus berupaya untuk menggali dan mengoptimalkan PAD. Namun banyak sekali tantangan dan hambatan yang harus dihadapi dalam upaya penggalian PAD. Disisi lain, peluang dan kesempatan masih terbuka untuk meningkatkan PAD tersebut. Hal ini telah tercermin dari banyaknya perda-perda yang dikeluarkan pemerintah daerah Kabupaten Musi Banyuasin dalam upaya mengentensifkan kemungkinan penerimaan lain yang masih potensial. 6.7. Strategi Ekstensifikasi Penerimaan Daerah Strategi eksetensifikasi pendapatan daerah yaitu (1) melakkan perluasan serta menggali sumber-sumber potensi pendapatan daerah yang belum tergali, (2) melakukan pendataan objek baru yang belum terdaftar, baik objek pajak dan retribusi pribadi/perorangan maupun badan usaha/perusahaan-perusahaan di Kabupaten Musi Banyuasin. Upaya ekstensifikasi terhadap basis kegiatan ekonomi yang berkembang pesat yang belum menjadi objek pajak dan retribusi, baik yang bergerak bidang perkebunan, perhutanan dan pertambangan maupun kontraktor dengan cara mengunjungi pihak dimaksud dan melakukan koordinasi dengan dinas/instansi terkait, baik tingkat pusat , provinsi maupun kabupaten. Melalui kegiatan eksentifikasi ini

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

VI- 10

Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011 diharapkan target penerimaan daerah yang telah ditetapkan dapat terealisasi secara optimal. Kegiatan ekstensifikasi penerimaan daerah melalui pelaksanaan kegiatan satuan kerja pemerintahan daerah memerlukan biaya operasional yang besar sehingga prioritas kegiatan diarahkan pada prinsip efisiesi dan efektivitas. Hal ini berarti dana yang akan masuk ke kas daerah lebih besar dibanding biaya operasionalnya dan akan terus berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan apa yang diharapkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalamekstensifikasi penerimaan daerah, terutama bersumber dari pajak daerah antara lain: (1) akuntabilitas pemerintah daerah, (2) hubungan jelas antara manfaat dan pajak, (3) meminimumkan distorsi ekonomi, (4) meminimumkan kesenjangan antar daerah dan peningkatan efisiensi jangka panjang, (5) realibilitas dan stabilitas basis pajak, (6) setiap bagi hasil pajak memberikan implicit insurance, dan (7) peningkatan kemampuan administrasi perpajakan daerah. 6.8. Strategi Pengembangan Ekonomi Daerah Sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial, ekonomi dan politik dewasa ini, pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin mengembangkan mekanisme pembangunan yang lebih responsif terhadap kebutuhan pembangunan bagi masyarakat antara lain kebijaksanaan pembangunan yang mencemrminkan paradigma baru yang mempunyai ciri-ciri people centered, parcipatory, empowering dan sustainable. Hal ini sejalan dengan visi yang telah ditetapkan , yaitu terwujudnya masyarakat Musi Banyuasin yang sejahtera, Mandiri, Adil, Religius dan terdepan di bumi serasan sekate. Dalam pengelolaan anggaran strategi diarahkan untuk: (a) melenkapi kebutuhan belanja pegawai, sedengkan belanja non pegawai dilakukan penghematanpenghematan. kehidupan (b) Membangunkan dan kesejahteraan budaya. rakyat, ini meningkatkan dilaksanakan kualitas melalui beragama ketahanan Upaya

pembangunan bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang sosial budaya dan bidang agama. Upaya-upaya tersebut harus diikuti oleh upaya pemantapan pembagian wewenang dan tugas yang lebih tegas dan jelas, dan peran serta masyarakat yang semakin besar. (c) Mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. Upaya ini ditempuh melalui langkah-langkah antara lain stabilitas harga kebutuhan pokok masyarakat, non-migas, daerah. (d) menciptakan serta lapangan keja dan menanggulangi dan kemiskinan, mengembangkan usaha mikro, menengah dan koperasi, memacu peningkatan ekspor menyempurnakan kebijakan-kebijakan dari seluruh peraturan-peraturan agar dapat meningkatkan partisipasi stakeholders

mengintegrasikan apirasi dan upaya memasyarakat kedalam perumusan arah kebijakan pembangunan yang mereka percaya paling tepat dan dapat berkelanjutan. (e) pendekatan pembangunan harus menjadi lebih luas dan bersifat holistik, yang Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) VI- 11

Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011 merupakan pendekatan dari berbagai aspek/sektor, namun terfokus pada hal-hal penting dan mendesak yang dihadapi dalam kurun waktu tertentu. (f) Rencana pembangunan harus mencantumkan indikator-indikator kinerja yang terukur, sehingga dapat diketahui akuntabilitas kinerja pihak yang melaksanakan program-program tersebut. (g) Perencanaan anggaran yang lebih dinamis, fleksibel dan interaktif, yang berarti harus resfonsif terhadap adanya ide, daa, masukan dan perkembangan baru sejauh hal tersebut konsisten dan mendukung visi, misi, tujuan dan bermanfaat serta sesuai aspirasi masyarakat Musi Banyuasin. Selanjutnya penerapan prinsip-prinsip anggaran harus secara bijaksana antara lain: (a) partisipasi masyarakat: Mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD. (b) Transparansi dan akuntabilitas anggaran : APBD harus dapat memberikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat meliputi tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/objek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu setiap pengguna anggaran bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan. (c) Disiplin Aggaran: Beberapa prinsip disiplin anggaran yang harus diperhatikan antaralain: Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. Penganggaran peneluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaandalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas umum daerah. (d) keadilan anggaran : pembiayaan penyelengaraan pemerintahan daerah dilakukan melalui mekanisme pajak dan retribusi yang dipikul oleh masyarakat. Untuk itu, pemerintah wajib mengalokasikan penggunaanya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa adanya diskriminasi dalam pemberian pelayanan. (e) Efisiensi dan ektivitas Anggaran: Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan perlu ditetapkan secara jelas tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang akan diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang telah diprogramkan.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

VI- 12

Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2011

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

VI- 13

Anda mungkin juga menyukai