Anda di halaman 1dari 5

BAB 6

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN


6.1.1. Kesimpulan Dari analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Pada periode 2007-2011 jumlah penduduk miskin juga cenderung menurun dari 165.6 ribu pada tahun 2007 menjadi 113.4 ribu pada tahun 2010. Secara relatif terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 33.6 persen pada tahun 2007 menjadi 20.06 persen pada tahun 2010. Jumlah penduduk miskin di Musi Banyuasin terus menurun hingga pada bulan Juli 2011 sebesar 87.700 orang (15,36 persen), berarti terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 25.700 orang. 2. Selama Juli 2009 - Juli 2011, Garis Kemiskinan naik sebesar 7,61 persen, yaitu dari Rp.257.055,- per kapita per bulan pada Juli 2009 menjadi Rp 278.225,- per kapita per bulan pada Maret 2011. Jika memperhatikan Garis Kemiskinan (GK) wilayah, yang terdiri dari Garis Kemiskinan wilayah kabupaten Musi Banyuasin dan wilayah Sumatera Selatan, terlihat bahwa garis kemiskinan di kabupaten Musi Banyuasin lebih tinggi jika dibandingkan wilayah Sumatera Selatan secara umum. 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan di Musi Banyuasin turun dari 4,05 pada keadaan Juli 2009 menjadi 2,17 pada keadaaan Juli 2011. Penurunan nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan. 4. Indeks Keparahan Kemiskinan di Musi Banyuasin pada periode Juli 2009 sebesar 1.03 mengalami penurunan pada periode Juli 2011 menjadi 0,47. Hal ini

Analisis Kemiskinan dan Karakteristik Rumahtangga Miskin Kabupaten Musi Banyuasin

104

menunjukkan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin turun selama 3 tahun terakhir. 5. Dilihat dari karakterisik sosial demografi, terdapat perbedaan-perbedaan antara kepala rumahtangga (KRT) pada rumahtangga miskin dengan KRT tidak miskin, antara lain: a. rata-rata jumlah anggota rumahtangga miskin di Kabupaten Musi Banyuasin mencapai 6,17 orang dan rata-rata jumlah anggota rumah tangga tidak miskin di Kabupaten Musi Banyuasin hanya 4,36 orang. Hal ini berarti beban yang ditanggung rumah tangga miskin lebih besar daripada rumah tangga tidak miskin, karena rumah tangga miskin harus membiayai makan dan non makanan 6 anggota rumah tangga secara rata-rata, sedangkan rumah tangga tidak miskin hanya 4 anggota rumah tangga saja. b. persentase wanita sebagai kepala rumah tangga miskin pada tahun 2011 mencapai 11,67 persen sedangkan pada kelompok rumah tangga tidak miskin tercatat 7,05 persen. c. rata-rata umur kepala rumah tangga miskin dan kepala rumah tangga tidak miskin agak sedikit berbeda, masing-masing tercatat 45,48 tahun dan 41,92 tahun. 6. Dilihat dari karakteristik pendidikan terdapat perbedaan-perbedaan antara kepala rumahtangga (KRT) pada rumahtangga miskin dengan KRT tidak miskin, antara lain: a. di Kabupaten Musi Banyuasin yang melek huruf usia 15-24 tahun sebesar 98,68 persen, usia 15-44 tahun sebesar 98,13 persen, sedangkan usia 45 ke atas hanya 91,81 (jauh dibawah penduduk tidak miskin pada kelompok usia yang sama, dimana angka melek hurufnya sebesar 93,96). Ini berarti penduduk miskin yang tidak dapat membaca dan menulis atau buta huruf lebih banyak dijumpai pada kelompok penduduk miskin usia tua. b. KRT rumahtangga miskin yang tidak tamat SD (28,86 %) dan tamat SD (40,42%) proporsinya lebih tinggi dibandingkan KRT rumahtangga tidak

Analisis Kemiskinan dan Karakteristik Rumahtangga Miskin Kabupaten Musi Banyuasin

105

miskin (tidak tamat SD hanya sekitar 19,48 persen dan tamat SD 39,21 persen). c. Angka Partisipasi Sekolah usia 19-24 yang sangat berbeda antara penduduk miskin dan tidak miskin (0% dan 8,70%). APS usia 7-12, 13-15, dan 16-18 tidak terlalu banyak berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masih banyak penduduk miskin ataupun yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. 7. Dilihat dari karakteristik tempat tinggal/perumahan, tampak bahwa: a. persentase rumah tangga miskin yang menempati rumah dengan luas lantai per kapita tidak lebih dari 8m2 tercatat sebesar 64,34 persen. Persentase rumahtangga miskin yang menempati rumah dengan luas lantai per kapita lebih dari 8 m2 dan kurang dari 16m2 tercatat sebesar 30,51 persen dan hanya sebesar 5,15 persen yang menempati rumah dengan luas lantai per kapita 16 m2 atau lebih. b. Dari jenis dinding rumah, Persentase rumah tangga tidak miskin dengan jenis dinding tembok lebih tinggi dua kali lipat dibanding rumah tangga miskin, yaitu 40 persen dengan 18,61 persen. c. Di sisi lainnya, distribusi persentase rumahtangga miskin yang telah menikmati ketersediaan air bersih sebagai sumber air minum lebih kecil dibanding pada rumahtangga tidak miskin (32,82 % berbanding 58,81%) 8. Dari karakteristik ketenagakerjaan, dapat dilihat bahwa : a. Lebih dari separuh kepala rumahtangga miskin menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian (75,44 persen). Selain itu terdapat 8,50 persen dari KRT rumahtangga miskin yang tidak bekerja. b. Jam kerja KRT rumahtangga miskin mayoritas melebihi jam kerja normal. Terdapat 53,95 persen KRT rumahtangga miskin yang bekerja selama lebih dari 35 jam per minggu, walaupun pada kenyataannya upah yang diterima tidak sesuai dengan kelayakannya. Sebaliknya terdapat 46,05 persen KRT rumahtangga miskin yang bekerja dibawah jam kerja normal atau kurang dari 35 jam perminggu.
Analisis Kemiskinan dan Karakteristik Rumahtangga Miskin Kabupaten Musi Banyuasin

106

9. Fasilitas pelayanan kesehatan yang paling banyak digunakan untuk fasilitas berobat jalan penduduk miskin adalah puskesmas/puskesmas pembantu atau pustu (sekitar 37,77 persen) 10. Di sisi kesehatan reproduksi, terlihat bahwa persalinan pada penduduk miskin mayoritas masih mengandalkan pertolongan oleh bidan (70,65%) dan dukun (24,80%). Sementara kelahiran yang ditolong oleh dokter hanya 2,24 persen saja. 11. Di sisi lain, mengenai keikutsertaan KB, ternyata persentase wanita usia 15-49 tahun (WUS) di Musi Banyuasin yang tidak miskin yang sedang menggunakan alat KB (61,46 %) lebih tinggi dibandingkan WUS miskin (58,04%). 6.2. Implikasi Kebijakan Beberapa strategi yang dapat disarankan dalam hal pemberantasan kemiskinan di Kabupaten Musi Banyuasin adalah: 1. Akselerasi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu cara yang cukup ampuh untuk meningkatkan standar hidup. Namun yang harus menjadi perhatian adalah faktor pemerataan. 2. Memperbaiki distribusi pendapatan dan kesejahteraan. Mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan akan mengurangi sejumlah kesenjangan di dalam kehidupan sosial masyarakat. 3. Akselerasi pembangunan sosial pada bidang pendidikan dan kesehatan Beberapa hal yang dapat ditempuh dalam peningkatan di bidang pendidikan adalah meningkatkan akses dan perluasan kesempatan belajar sampai tingkat SMU/SMK dengan target utama daerah dan masyarakat miskin, terpencil dan terisolasi. Sedangkan di bidang kesehatan, misalnya dengan memberikan makanan tambahan bagi balita dan ibu hamil/menyusui melalui posyandu, dan pelayanan kesehatan gratis yang sudah dilaksanakan diperluas hingga cakupan pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil. Selain itu juga faktor sanitasi yaitu program air bersih untuk penduduk miskin.

Analisis Kemiskinan dan Karakteristik Rumahtangga Miskin Kabupaten Musi Banyuasin

107

4.

Meningkatkan ketahanan pangan. Tiga aspek penting dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan meliputi aspek produksi, distribusi dan konsumsi. Berkaitan dengan ketiga hal tersebut, perlu dipantau wilayah sentra-sentra penting yang memproduksi beras. Selain itu juga pemantauan distribusi pangan secara merata seluruh wilayah Kabupaten Musi Banyuasin. Dan yang paling penting meningkatkan ekonomi rumah tangga agar kemampuan rumahtangga membeli pangan meningkat.

5.

Menciptakan lapangan kerja. Pemberdayaan kaum miskin yang lebih produktif dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuan mereka. Program yang dilakukan dapat berupa pelatihan keterampilan dan kerja bagi penduduk miskin.

Analisis Kemiskinan dan Karakteristik Rumahtangga Miskin Kabupaten Musi Banyuasin

Anda mungkin juga menyukai