Itulah pesan dari Sdr. Deni Andriana (Editor Karawang Info) yang masuk melalui inbox di jejaring pertemanan Facebook. Setelah membaca pesan tersebut hati kecil ini tergugah untuk menulis dan memberikan sedikit pencerahan mengenai Fenomena Iklim tersebut, semoga tips/idea ini bisa memberikan langkah antsipasi dalam menghadapi Puting Beliung.
Puting Beliung adalah Dampak Fenomena Iklim (DFI) berupa angin kencang yang datang secara tiba-tiba, bergerak melingkar seperti spiral hingga menyentuh permukaan bumi dan punah dalam waktu singkat (3 s/d 10 menit). Kecepatan angin berkisar antara 30 50 knots.
Angin ini juga berasal dari awan jenis Cumulonimbus, yaitu awan yang bergumpal berwarna abu-abu gelap dan menjulang tinggi. Namun tidak semua awan Cumulonimbus menimbulkan puting beliung. Puting Beliung dapat terjadi di darat maupun di laut. Jika terjadi dilaut durasinya lebih lama daripada di darat umumnya lebih sering terjadi di dataran rendah (seperti di Karawang). Sebelumnya bulan November terjadi juga di Tempuran Karawang semuanya di dataran rendah.
angin kencang sedang terjadi di tempat lain, tetapi kita juga waspada kadang-kadang setelah gerimis dapat juga terjadi angin kencang. Bila terdengar suara petir yang keras, hujan dan angin kencang akan disertai sambaran petir. Jika 1 sampai 3 hari berturut-turut tidak hujan (panas) pada musim penghujan, maka kemungkinan hujan deras yang pertama kali turun akan disertai angin kencang.
3. Terjadi di tempat dengan radius jangkuan 5 hingga 10 km. 4. Terjadi di musim pancaroba dan sebagian kecil di musim hujan, saat hujan di siang atau sore hari. 5. Terjadi antara jam 13 hingga 17.
BEKASI, TRIBUN - Sedikitnya 400 rumah warga di Kelurahan Cikiwul dan Ciketing Udik, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat (Jabar), hancur akibat diterjang angin puting beliung. Elia (27), warga RT 01 RW 02 Kelurahan Ciketing Udik, Bantargebang mengatakan, peristiwa tersebut bermula saat terjadi hujan lebat disertai angin kencang sekitar pukul 16:00 WIB. "Saat itu saya sedang tidur di rumah, tiba-tiba muncul angin kencang sebanyak dua kali. Angin pertama sempat membuat asbes atap rumah saya terbang, lalu selang beberapa menit muncul angin kedua yang mengakibatkan pohon-pohon tumbang dan menimpa rumah saya," katanya. Kejadian itu, sempat membuat warga sekitar panik dan berhamburan keluar rumah meyelamatkan diri. "Saat itu hujan masih cukup deras, sehingga rumah saya digenangi air setinggi 60 centimeter karena tidak ada asbesnya. Barang saya seperti TV, ponsel dan tempat tidur terendam air," katanya. Hal yang sama diungkapkan M Ridwan (41), penghuni kontrakan di Kelurahan Cikiwul, Kecamatan Bantargebang. "Sebanyak 12 kontrakan di tempat saya semuanya hancur. Khususnya asbes rumah yang terbang terbawa angin," katanya. Tidak hanya itu, bahkan sebagian dinding ada yang retak tertimpa pohon yang tumbang akibat tiupan angin. Sejumlah penghuni kontrakan tidak sempat mengamankan sejumlah barang berharga milik mereka dari hujan. "Bila ditaksir kerugian saya bisa mencapai Rp 5 juta, sebab motor saya yang masih kredit tertiban asbes hingga pecah dibagian body depan," katanya. Ridwan mengaku bingung untuk mencari tempat pengungsian sementara hingga proses perbaikan kontrakannya rampung. "Saya bingung mau tinggal dimana, sebab saya di sini hanya sendirian saja," kata karyawan swasta di Cikarang itu.
Terpisah, Kapolsek Bantargebang AKP Burhanudin mengatakan, berdasarkan hasil pengamatan pihak di lokasi, total bangunan rumah yang rusak di Kelurahan Ciketingudik mencapai 302 rumah, sementara di Kelurahan Cikiwul sebanyak 62 rumah. "Namun jumlah itu hanya perhitungan sementara kami hingga pukul 23:00 WIB. Besok kami akan lanjutkan lagi penyisiran bangunan yang rusak di lapangan," katanya.
Dikatakan Burhanudin, Kepolisian Resor Metropolitan Bekasi telah menerjunkan 30 anggotanya untuk tahap awal penanganan bencana. "Masing-masing RW kami tempatkan 5 anggota untuk berpatroli mengantisipasi gangguan Kamtibmas, sebab listrik secara otomatis dipadamkan oleh PLN sehingga rawan terjadi gangguan," katanya. Penanganan pertama musibah tersebut, kata dia, adalah dengan mengangkat kayu dan puing bangunan yang berserakan di jalan agar tidak mengganggu pengguna jalan. Selanjutnya menentukan lokasi pengungsian sementara. "Kami menetapkan lokasi pengungsian sementara di Kantor Kelurahan Ciketingudik sebagai Posko Koordinasi. Masyarakat yang membutuhkan tempat tinggal sementara mau pun persediaan makanan dapat datang ke lokasi itu," katanya.