Tujuan Pembelajaran
Tujuan : Setelah mengikuti pembelajaran peserta
diharapkan mampu:
Memahami konsep kedaruratan psikiatri Memahami konsep perawatan intensif psikiatri Memahami alur penanganan kedaruratan psikiatri
Triase Pada fase ini hal pertama yang harus dilakukan adalah rapid assessment/screening assessment yang dilakukan berdasarkan protap yang telah disepakati. Pengkajian ini harus meliputi identitas pasien yaitu: nama pasien, tanggal lahir, nomor tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor), alamat, nomor telepon, serta nama dan nomor telepon orang terdekat pasien yang dapat dihubungi. Pengkajian kondisi pasien yaitu tanda vital dan keluhan utama Penentuan kedaruratan psikiatrik
KEDARURATAN PSIKIATRI
Kedaruratan
psikiatri adalah gangguan pikiran, perasaan, perilaku dan atau sosial yang membahayakan diri sendiri atau orang lain yang membutuhkan tindakan intensif yang segera, (Allen, Forster, Zealberg, & Currier, 2002). Gangguan alam pikiran, perasaan atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik segera, (Kaplan dan Sadock, 1993).
Sehingga prinsip dari kedaruratan psikiatri adalah
Pikiran
Perasaan
Tindakan
RUFA WAHAM
Domain Pikiran Intensif I 1 - 10 Terus menerus terfiksasi dengan wahamnya Intensif II 11 - 20 Pikiran didominasi oleh isi waham, kadang masih memiliki pikiran yang rasional Lebih dipengaruhi wahamnya Intensif III 21 - 30 Pikiran kadangkadang dikendalikan wahamnya Kadang masih dipengaruhi wahamnya
Perasaan
Sangat dipengaruhi oleh wahamnya Komunikasi sangat kacau, selalu dipengaruhi oleh waham. Mungkin mengancam orang lain Mencederai orang lain
Tindakan
Komunikasi masih Komunikasi sering kacau. terganggu waham Tidak mencederai orang lain
Karakteristik
Tidak cukup informasi Sangat Berat Waham sangat banyak, teguh dipertahankan, dan mendominasi bidang utama kehidupan penderita. Seringkali reaksi yg tidak serasi, tidak bertanggung jawab, bahkan membahayakan keselamatan penderita atau orang lain Berat Ada serangkaian waham yg terkristal, dipertahankan, jelas mempengaruhi proses hubungan sosial, dan tingkah laku teguh pikir,
Sedang
Ada beberapa waham nyata, teguh dipertahankan dan kadang-kadang mempengaruhi proses pikir, hubungan sosial, dan tingkah laku Ada 1 atau 2 waham/ide aneh, tidak bertahan lama
Ringan
3 4
Sedang Ringan
3.Waham curiga/kejaran
0 Tidak ada Tidak cukup informasi
1
2
Sangat Berat Waham curiga yg nyata dan mendominasi proses pikir, relasi, dan tingkah lakunya
Berat Penderita menunjukan ketidakpercayaan yg nyata, yg menyebabkan putusnya hubungan interpersonal. Atau ada waham curiga yg membatasi hub interpersonal dan tingkah laku Rasa tidak percaya nyata, mempengaruhi wawancara dan tingkah laku, tetapi tidak di dapatkan waham curiga Menunjukan sikap waspada atau tdk percaya, tetapi pikiran, interaksi dan tingkah lakunya tidak/sedikit terpengaruh
3 4
Sedang Ringan
4. Halusinasi
0 1 Tidak cukup informasi Sangat Berat Penderita terpreokupasi dgn halusinasinya mendominasi proses pikir dan tingkah laku, termasuk patuh akan perintah halusinasi Berat Halusinasi hampir selalu ada, menyebabkan gangguan nyata dlm proses pikir dan tingkah laku. Penderita menganggap ini sebagai persepsi yg nyata dan sering bereaksi secara emosional atau verbal Frekwensi halusinasi sering dan cenderung mengakibatkan distorsi proses pikir atau tingkah laku 1 atau 2 halusinasi yg jelas tetapi jarang, atau beberapa persepsi abnormal yg tdk jelas, yang tdk berakibat distorsi proses pikir atau tingkah laku
3 4
Sedang Ringan
Ringan
2. Perasaan a. Anxietas
0 1 Tidak ada Tidak cukup informasi
Sangat Berat Aktifitas kehidupan penderita terputus secara serius terganggu oleh anxietas yg selalu ada dan kadangkadang menjadi PANIK Berat Secara subyektif adanya ketakutan yg terus menerus yg berhubungan dgn fobia dan memberikan dampak pd aspek fisik dan tingkah laku
Sedang
Adanya kecemasan yg serius yang memberikan akibat pada fisik dan tingkah laku seperti sulit konsentrasi, ggn tidur, dll
Menyatakan beberapa kekhawatiran, dan adanya kegelisahan subyektif tanpa adanya akibat/masalah tingkah laku
Ringan
b. Depresi
0 Tidak ada Tidak cukup informasi
Sangat Berat
Perasaan depresi sangat mempengaruhi hampir semua fungsi. Manifestasi dapat berupa sering menangis, sulit berkonsentrasi, tidak ada minat dalam berhubungan sosial, dan adanya penelantaran diri.
Afek depresi berhubungan jelas dgn rasa sedih, pesimisme, kehilangan minat berhubungan, kadang-kadang menangis Perasaan sedih dan rasa tidak ada harapan diungkapkan secara spontan, penderita umumnya masih dapat dibuat gembira Menyatakan kesedihan dan tdk ada harapan (saat di tanya), tetapi tdk ada bukti adanya depresi dalam sikapnya
2 3
Berat Sedang
Ringan
c. Kemauan
0 1 Tidak ada Tidak cukup informasi
Sangat Berat Perasaan depresi mempengaruhi hampir semua fungsi anatara lain: kesulitan konsentrasi. penelantaran diri, kemungkinan adanya waham nihilistik, adanya fikiran/tindakan bunuh diri. Berat secara spontan mengungkapan pesimisme, menangis, gangguan pemenuhan makan minum dan istirahat, dan kehilangan minat sosial Menyatakan kesedihan dan merasa tidak ada harapan diungkapkan secara spontan
Sedang
Ringan
Menyatakan kesedihan dan merasa tidak ada harapan (saat ditanya) tetapi tidak terdapat bukti adanya sikap depresi dalam penampilannya
3. Perilaku a. Psikomotor
0 1 2 3 4 Tidak ada Tidak cukup informasi
Sangat Berat Agitasi nyata sangat mengganggu fungsi ADL dan tidak mungkin melakukan interaksi interpersonal Berat Sedang Ringan Agitasi seperti mendominasi wawancara, fungsi ADL terganggu misalnya makan, minum, mandi, dll Sering hyperaktifitas, penderita sulit utk duduk atau diam lebih dari beberapa menit Cenderung agitasi ringan, kewaspadaan berlebih, bicara agak tergesa-gesa
b.Permusuhan
0 1 Tidak ada Tidak cukup informasi
Sangat Berat Kemarahan yg nyata menyebabkan penderita sangat tdk kooperatif, kadang-kadang terdapat episode penyerangan fisik kpd orang lain.
Berat
Sikap tdk kooperatif dan mengancam secara verbal mempengaruhi wawancara dan berdampak nyata pd hub sosial. Penderita mungkin berbahaya atau merusak tetapi tidak menyerang orang lain
Sikap permusuhan yg mengancam secara verbal nyata, kadang-kadang
3 4
Sedang Ringan
c. Hubungan sosial
0 1 2 3 Tidak ada Tidak cukup informasi
Sangat Berat Sikap apatis, isolasi diri secara sosial, dan sering mengabaikan kebutuhan sehari-hari Berat Sedang Hanya berpartisipasi dalam sedikit kegiatan menunjukan tdk adanya minat (miskin ide) dan
Secara pasif ikut dlm banyak kegiatan sosial dgn sikap acuh, tidak berminat atau ikut-ikutan saja
Ringan
Kadang-kadang menunjukan minat dlm aktifitas sosial tetapi inisiatifnya kurang. Mau berinteraksi dgn orang lain bila diajak terlebih dahulu
Klasifikasi Kedaruratan Psikiatrik 1. Skor 1-10 : Intensife 1 2.Skor 11-20 : Intensife 2 3.Skor 21-30 : Intensife 3 4.Skor 31-40 : Ruang Perawatan parsial care
Masalah keperawatan
1. Perilaku Kekerasan 2. Perilaku Bunuh diri
3. Perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran 4. Perubahan proses pikir: waham curiga,megaloman 5. Menarik diri/ Isolasi Sosial
khusus kepada penderita psikiatri yang berada dalam kondisi membutuhkan pengawasan ketat. Tindakan intensif adalah tindakan yang diberikan secara terus menerus pada pasien dengan kondisi darurat
minum, perawatan diri) Manajemen pengamanan pasien yang efektif (jika dibutuhkan).
Evaluasi
Evaluasi tingkat kedaruratan penderita Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan
memungkinkan
untuk
Fase Intensif II
Prinsip tindakan
Observasi lanjutan dari fase krisis (Intensif I)
pencegahan cedera pada pasien, orang lain dan lingkungan Intervensi untuk fase ini adalah: Observasi frekuensi dan intensitas yang lebih rendah dari fase intensif I Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik dan terapi olah raga. Evaluasi Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi pasien memungkinkan untuk dipindahkan ke ruang intensif III.
Mempertahankan
adalah terapi musik, terapi olah raga dan life skill therapy. Evaluasi Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi pasien memungkinkan untuk dipulangkan.
Intensif II
Dengarkan keluhan pasien tanpa menghakimi Komunikasi sesuai kondisi obyektif pasien Beri psikofarmaka: antipsikotik oral
Intensif III
Dengarkan keluhan pasien Bantu identifikasi stimulus waham dan usahakan menghindari stimulus tersebut Pertahankan pemberian psikofarmaka oral: anti psikotik
YA Skor:1-30
IPCU
Penderita Rujukan TRIAGE: KEDARURATAN MEDIK, BEDAH, DAN PSIKIATRI Vital sign, Pemeriksaan kesadaran, neurologik, laboratorium TRIAGE PSIKIATRIK: /Rapid assessment
Intensif III Skor 21-30 Ya Skor: 31-40 Ruang Perawatan Parsial Care Pulang > 41
UGD/Polikl inik
Tidak
Pulang
Manajemen Krisis
a. Pembatasan gerak - Memisahkan klien di tempat yang aman dengan tujuan melindungi klien, orang lain dan lingkungan - Pembatasan interaksi & pengurangan stimulus dari lingkungan (Stuart & Laraia, 1998)
tindakan Buat perjanjian dg klien untuk dapat mengontrol perilaku Bantu klien memenuhi kebutuhan ADL Lakukan supervisi secara periodik untuk memantau & memberikan tindakan Libatkan klien dlm memutuskan pemindahan klien Dokumentasikan alasan pembatasan gerak, tindakan yang dilakukan, rerspon klien & alasan penghentian pembatasan gerak
b. Pengekangan/pengikatan fisik Pengekangan adalah pembatasan gerak klien dengan mengikat tungkai klien (Stuart & Sundeen, 1998) Jenis Pengekangan Mekanik 1. Camisoles (jaket pengekang) 2. Pengekangan dengan manset utk pergelangan tangan dan kaki 3. Pengekangan dengan sprei
Indikasi Pengekangan 1. Perilaku amuk yg membahayakan diri sendiri/ orang lain 2. Perilaku agitasi yang tidak dapat di kendaliakan dengan obat 3. Ancaman terhadap integritas fisik 4. Permintaan penderita utk pengendalian perilaku eksternal
yang adekuat Siapkan jumlah staf yang cukup Jelaskan pada klien tujuan, prosedur dan lama tindakan Jelaskan perilaku yang mengindikasikan penglepasan pd klien & staf Ikat dengan posisi anatomis, ikatan tidak terjangkau oleh klien
therapeutik dan pemberian rasa nyaman Perawatan pada daerah pengikatan : - Pantau kondisi kulit yang diikat (warna, temperatur, sensasi) - Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat - Lakukan perubahan posisi tidur - Periksa TTV tiap 2 jam
Bantu pemenuhan kebutuhan ADL Libatkan & latih klien untuk mengontrol perilaku
sebelum ikatan dibuka Kurangi pengekangan secara bertahap Dokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan beserta respon klien