Anda di halaman 1dari 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengetahuan

2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. (Notoadmojo, 2003).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan pada tingkat ini dapat berupa mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan rendah, untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan

menyatakan. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan obyek yang dipelajari.

Universitas Sumatera Utara

3. Aplikasi (Application) Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dan dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, dan mengelompokkan. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, dan menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan di atas (Notoatmodjo, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Variabel yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Umur Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola kehidupan yang baru dan harapan baru, semakin bertambah umur semakin banyak seseorang menerima respon suatu objek (Notoatmodjo, 2003). b. Pendidikan Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu (Nursalam, 2008). Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Notoatmodjo, 2003). Menurut Koentjaraningrat (1997), dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media masa. Sebaliknya, tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2008). c. Pekerjaan Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Pekerjaan berarti sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau pencaharian. Dengan adanya pekerjaan, seseorang akan memerlukan banyak waktu dan memerlukan perhatian. Masyarakat yang sibuk hanya memiliki sedikit waktu untuk memperoleh informasi, sehingga pengetahuan yang mereka peroleh kemungkinan juga berkurang. Pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktik yang memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

2.2.

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)

2.2.1. Pengertian Umum SUTET Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang (penghantar) di udara yang bertegangan di atas 245 kV. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dalam jumlah besar dari pusat pembangkit ke pusat beban, atau dari pusat beban ke pusat beban yang lebih jauh (Departemen Pertambangan dan Energi, 1992).

Gambar 2.1. Sistem Penyaluran Tenaga Listrik (PLN 2003, dimodifikasi Sulistyowati R., 2005)

2.2.2. Penggunaan Tata Ruang Seiring dengan pesatnya perkembangan di segala bidang, demikian juga pertumbuhan penduduk yang cukup besar maka lahan yang tersedia pun semakin sempit sehingga jalur yang dilalui SUTET kemungkinan tidak dapat dihindari dan

Universitas Sumatera Utara

terpaksa melewati daerah pemukiman tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan ruangan kosong (clearance space) yang menjadi batas aman antara konduktor dengan objek-objek di bawah atau di sekitar saluran transmisi tersebut. Disekitar SUTET terdapat ruang bebas dan ruang aman. Definisi ruang bebas dan ruang aman SUTET menurut Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01.P/47/MPE/1992 adalah sebagai berikut: Ruang bebas (clearance space) adalah ruangan kosong di sekeliling penghantar/konduktor (kawat listrik) SUTET yang harus bebas dari objek-objek ataupun segala bentuk aktivitas kegiatan, harus dibebaskan dari orang, mahluk hidup lain dan benda apapun demi keselamatan orang, mahluk hidup serta benda lain tersebut dan juga demi keamanan SUTET itu sendiri. Ruang Aman (Right of Way) adalah ruang yang berada di luar ruang bebas yang tanahnya masih dapat dimanfaatkan (Departemen Pertambangan dan Energi, 1992). Tabel 2.1.Jarak Bebas Minimum ( Batas Daerah Aman) antara konduktor SUTET terhadap tanah dan benda lain No Lokasi 275 kV 500 kV (m) (m) 1. Lapangan atau daerah terbuka 10 11 2. a. b. c. d. e. f. g. Daerah dengan keadaan tertentu Bangunan tidak tahan api Bangunan tahan api Jalan raya Perkebunan Lapangan olahraga Rel kereta api Jaringan transmisi lainnya, penghantar udara tegangan rendah, jaringan telekomunikasi, antena radio dan televisi h. Jembatan besi 8,5 8,5 14 8,5 15 8,5 14 15 8,5 15 8,5 15 8,5 15 15 8,5

(Departemen Pertambangan dan Energi, 1992)

Universitas Sumatera Utara

2.3.

Medan Elektromagnetik

2.3.1. Pengertian Medan Elektromagnetik Medan elektromagnetik merupakan gelombang yang dihasilkan oleh adanya sumber arus dan tegangan. Gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh sumber listrik dibedakan atas medan listrik dan medan magnet. Medan listrik adalah suatu medan atau ruangan yang dapat menimbulkan gaya pada partikel di dalam medan tersebut. Medan listrik dapat timbul karena adanya partikel yang bermuatan listrik, sehingga medan listrik mempunyai arah sesuai dengan jenis muatan listrik penyebabnya, positif atau negatif. Suatu kawat penghantar yang bertegangan dan dialiri oleh arus listrik akan dilingkupi medan elektromagnetik. Partikel atau benda yang bermuatan listrik, di sekitarnya akan timbul medan listrik. Pada medan listrik, garis medannya mempunyai bagian awal dan akhir, yaitu berawal dari kawat penghantar yang bertegangan sebagai sumbernya dan berakhir pada struktur konduktif, misalnya tanah atau permukaan benda-benda yang berada di atas tanah dan merupakan titik akhir garis medan listrik tersebut (Anies, 2006). Medan magnet adalah suatu medan atau ruangan yang dapat menimbulkan gaya pada benda-benda magnet atau partikel bermuatan listrik. Medan magnet terbesar berada di dekat kawat penghantar dan akan semakin kecil jika jarak semakin jauh. Dengan kata lain, kuat medan magnet makin melemah jika jarak dari sumber semakin jauh. Medan magnet akan menembus dan tidak dapat dihalangi oleh benda-benda yang tidak permeabel seperti tubuh manusia, bangunan, tanah dan pepohonan (ICNIRP, 1998).

2.3.2. Radiasi Medan Eletromagnetik Radiasi adalah suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium, misalnya perambatan panas, perambatan cahaya, dan perambatan gelombang radio. Kehadiran medan listrik dan medan magnet di sekitar kehidupan manusia tidak dapat dirasakan oleh indera manusia, kecuali jika intensitasnya cukup besar dan terasa hanya bagi orang yang

Universitas Sumatera Utara

hipersensitif saja. Medan listrik dan medan magnet dibangkitkan oleh alam dan sudah ada sejak bumi serta alam semesta ini diciptakan. Medan listrik dan medan magnet yang dibangkitkan peralatan buatan manusia muncul sejak ditemukan energi listrik (Anies, 2006). Secara teoritis elektron yang membawa arus listrik pada jaringan tinggi akan bergerak lebih cepat bila perbedaan tegangannya semakin tinggi. Elektron yang membawa arus listrik pada jaringan interkoneksi dan jaringan transmisi akan menyebabkan timbulnya medan magnet maupun medan listrik. Elektron bebas yang terdapat dalam udara di sekitar jaringan tegangan tinggi, akan dipengaruhi oleh adanya medan magnet dan medan listrik, sehingga gerakannya akan semakin cepat dan dapat menyebabkan timbulnya ionisasi di udara. Ionisasi dapat terjadi karena elektron sebagai partikel yang bermuatan negatif dalam gerakannya akan bertumbukan dengan molekul-molekul udara sehingga timbul ionisasi berupa ionion baru (Sulistyowati, 2005). Proses ini akan berjalan terus selama ada arus pada jaringan tegangan tinggi dan akibatnya ion dan elektron akan semakin berlipat ganda. Udara yang lembab karena adanya pepohonan di bawah jaringan tegangan tinggi akan lebih mempercepat terbentuknya pelipatan ion dan elektron yang disebut avalanche. Akibatnya, akan menimbulkan korona berupa percikan busur cahaya yang seringkali disertai dengan suara mendesis dan bau khusus yang disebut bau ozon. Peristiwa avalanche dan timbulnya korona akibat adanya medan magnet dan medan listrik inilah yang sering disamakan dengan radiasi gelombang elektromagnet atau radiasi tegangan tinggi (ICNIRP, 1998).

2.4.

Pengaruh Elektromagnetik SUTET terhadap Kesehatan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 Pasal 2

menyatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan sosial saja, tetapi juga diukur dari dari produktivitasnya. Menurut teori Blum, derajat

Universitas Sumatera Utara

kesehatan masyarakat merupakan resultan dari empat faktor, yaitu (1) lingkungan, (2) perilaku kesehatan, (3) pelayanan kesehatan, dan (4) faktor keturunan. Dari keempat faktor tersebut, lingkungan merupakan faktor yang terbesar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kondisi kesehatan berkaitan erat dengan lingkungan yang meliputi lingkup yang sangat luas, yaitu berbagai pajanan yang berasal dari aspek lingkungan fisik, kimia, maupun biologi (Sulistyowati, 2005). Secara umum, potensi gangguan kesehatan akibat radiasi elektromagnetik pada manusia, berupa: (1) efek jangka panjang dan (2) efek hipersensitivitas, dengan berbagai manifestasinya. Potensi terjadinya proses degeneratif dan keganasan tergantung batas pajanan medan listrik dan medan magnet dalam satuan waktu, sedangkan efek hipersensitivitas tidak harus tergantung pada batas pajanan. Medan elektromagnetik memiliki potensi gangguan kesehatan apabila seseorang terpajan melampaui nilai ambang batas (NAB). Batas pajanan medan listrik dan medan magnet yang direkomendasikan oleh WHO (World Health Organization ) dan IRPA (International Radiation Protection Association) adalah sebagai berikut: Tabel 2.2. Batas Pajanan Medan Listrik dan Medan Magnet Keterangan Lingkungan Kerja 1. Sepanjang hari kerja 2. Waktu Singkat Lingkungan Umum 1. Sampai 24 jam/hari 2. Beberapa jam/hari (WHO ,1987; IRPA, 1990) 5 10 0,1 (ruang terbuka) 1 10 30 (s/d 2 jam/hari) < 0,5 5,0 (s/d 2 jam/hari) Medan Listik (kV/m) Medan Magnet (mT)

Pengaruh radiasi

medan

listrik

dan

medan

magnet

gelombang

elektromagnetik pada manusia berkaitan dengan terjadinya perubahan-perubahan pada struktur maupun fungsi sel. Jika terjadi perubahan fungsi dan struktur sel maka kemungkinan akan menimbulkan perubahan pada jaringan dan selanjutnya

Universitas Sumatera Utara

akan mengganggu fungsi organ sehingga bisa mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan setelah berlangsung dalam jangka waktu lama. Sel-sel yang menyusun jaringan dan membentuk organ tubuh mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap pengaruh lingkungan. Tingkat kepekaan organ tubuh tergantung pada sifat sel penyusunnya, sedangkan tingkat kepekaan sel tergantung pada kecepatan pembelahan sel (reproduksi sel). Semakin cepat selnya membelah maka sensivitasnya semakin tinggi atau semakin peka terhadap lingkungannya. Diperkirakan bahwa radiasi elektromagnetik berpotensi menimbulkan ionisasi pada molekul DNA. Apabila mekanisme perbaikan sendiri dari sel tersebut tidak seluruhnya bisa memperbaiki kerusakan-kerusakan ionisasi maka perubahan oleh karena kerusakan ionisasi akan menetap. Selanjutnya, akan diturunkan kepada selsel hasil belahannya. Perubahan sel anak inti dapat mengakibatkan perubahan struktur dan fungsional secara keseluruhan (Amsyari, 1989; Wardhana, 1996). Beberapa gangguan kesehatan yang disebabkan oleh perubahan dalam tubuh antara lain: 1) Sistem darah, berupa leukemia. 2) Sistem reproduksi, berupa infertilitas. 3) Sistem saraf, berupa degeneratif saraf tepi. 4) Sistem kardiovaskular, berupa perubahan ritme jantung. 5) Sistem endokrin, berupa perubahan metabolisme hormon melatonin. 6) Psikologis, berupa gangguan irama sirkadian. 7) Hipersensitivitas Potensi gangguan terhadap sistem darah, kardiovaskular, reproduksi dan saraf, memerlukan waktu yang panjang dan tidak dapat dirasakan atau diamati dalam waktu pendek, sedangkan potensi gangguan pada sistem hormonal, psikologis dan hipersensitivitas, umumnya dapat terjadi dalam waktu pendek. Manifestasi gangguan dalam jangka waktu pendek, biasanya berupa berbagai keluhan. Keluhan yang paling banyak dikemukakan oleh penduduk yang bertempat tinggal di sekitar SUTET adalah sakit kepala, pening dan keletihan menahun (Anies, 2006; Ahmadi & Handoko, 2009 ).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil penelitian terhadap melatonin disebutkan bahwa pajanan medan elektromagnetik dapat menekan pengeluaran hormon melatonin. Melatonin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pineal, sebuah kelenjar sebesar kacang tanah yang terletak di antara kedua sisi otak. Diduga kuat melatonin merupakan pencegah tumorogenesis pada payudara atau pencegah pembentukan kanker payudara (Anon, 2003; Anies, 2005). Pada Juni 1998, NIEHS (National Institute of Environmental Health Science) mengambil keputusan dengan mengacu pada kriteria yang dipakai oleh lembaga internasional yang bergerak di bidang penelitian kanker (International Agency for Research on Cancer, IARC). National Institute of Environmental Health Science memutuskan bahwa medan elektromagnetik dapat

dipertimbangkan sebagai "possible human carcinogen". Namun penelitian masih terus dilakukan untuk menentukan apakah pajanan medan elektromagnetik berpengaruh terhadap munculnya kanker ataukah hanya sebagai ko-promotor saja. Menurut Hawkins, cahaya maupun pajanan medan elektromagnetik dapat menurunkan produksi hormon melatonin dan berpotensi menimbulkan berbagai keluhan termasuk sakit kepala, pening dan keletihan. Petrie et al mengidentifikasi turunnya kadar melatonin dapat menimbulkan gejala jet lag, seperti seseorang yang telah melakukan penerbangan lama, antara lain berupa rasa letih dan sakit kepala, mual dan mudah tersinggung. Hormon melatonin di dalam tubuh mengatur irama sirkadian, sehingga orang dapat tidur pada malam hari dan bangun pada pagi hari. Produksi hormon melatonin dirangsang oleh gelap dan hening serta dihambat oleh sinar yang terang maupun medan elektromagnetik. Produksi hormon melatonin bertambah pada malam hari, terutama pada suasana hening dan gelap, sehingga menyebabkan orang mudah tidur. Namun, produksi hormon ini berkurang oleh adanya rangsangan dari luar, misalnya cahaya, bising serta medan elektromagnetik (Graham et al, 1997). Potensi gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh pajanan medan elektromagnetik adalah timbulnya reaksi hipersensitivitas yang disebut dengan electrical sensitivity. Electrical sensitivity atau dikenal pula dengan istilah

Universitas Sumatera Utara

electrical hypersensitivity,

merupakan problem kesehatan masyarakat yang

semakin berkembang sebagai akibat pengaruh radiasi medan elektromagnetik (Riedlinger, 2005). Gejala hipersensitivitas timbul bila produksi hormon melatonin berkurang. Hipersensivitas merupakan gangguan fisiologis yang ditandai dengan sekumpulan gejala neurologis dan kepekaan (sensitivitas) terhadap medan elektromagnetik. Banyak orang yang memiliki sensitivitas terhadap tingkat frekuensi tertentu dari medan elektromagnetik. Gejala electrical sensitivity yang banyak dijumpai berupa sakit kepala (headache), pening (dizziness), keletihan yang konstan atau menahun (chronic fatigue syndrome), dan gangguan tidur berupa sukar tidur (insomnia). Di samping itu, beberapa gejala lain adalah jantung berdebar-debar (tachycardia), mual (nausea) tanpa ada penyebab yang jelas, muka terasa terbakar (facial flushing), rasa sakit pada otototot (pain in muscles), telinga berdenging (tinnitus), kejang otot (muscle spasms), kebingungan (confusion), gangguan kejiwaan berupa depresi (depression) serta gangguan konsentrasi (difficulty in concentrating) (Grant, 1995; Anies, 2005). Selain pengaruh terhadap kesehatan, keberadaan SUTET disekitar pemukiman sering menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat yang bertempat tinggal di bawah atau di sekitarnya. Beberapa gejala yang dikemukakan berkaitan dengan adanya medan listrik yang ditimbulkan oleh jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi tersebut. Fenomena yang terjadi oleh karena pengaruh radiasi elektromagnetik antara lain sebagai berikut: 1. Menimbulkan busur cahaya yang jelas terlihat pada malam hari. 2. Suara mendesis yang juga jelas terdengar pada malam hari. 3. Bulu/rambut berdiri, pada bagian badan yang terpajan, akibat gaya tarik medan listrik yang kecil. 4. Lampu neon dan tes-pen dapat menyala redup. 5. Kejutan lemah pada sentuhan pertama terhadap benda-benda yang mudah menghantarkan listrik, misalnya atap seng, pagar besi, kawat jemuran, badan mobil dan sebagainya (Anies, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.5.

Manajeman Berbasis Lingkungan Masalah kesehatan masyarakat akibat radiasi elektromagnetik pada

hakikatnya merupakan masalah lingkungan. Oleh karena itu, pengelolaan paling tepat untuk mengatasi hal ini adalah manajemen berbasis lingkungan. Perhatian utama pada faktor penyebab, media transmisi, dengan memperhatikan faktor penduduk sebagai objek yang terjangkit atau terpajan, sebelum melakukan penanganan pada manusia yang menderita penyakit. Dalam proses kejadian penyakit, termasuk penyakit yang berpotensi ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik SUTET, pada hakikatnya dapat diuraikan dalam empat simpul, yaitu: a. Simpul A Simpul A merupakan penanganan terhadap sumber penyakit, dalam hal ini adalah SUTET. Sumber penyakit merupakan titik yang secara konstan menimbulkan pajanan. Jadi, prinsip penanggulangan yang utama pada simpul A adalah menjauhkan penduduk dari pajanan medan elektromagnetik SUTET dan diusahakan SUTET tidak melewati pemukiman penduduk, yaitu dengan melewati lahan-lahan yang kosong dari pemukiman (Anies, 2006). b. Simpul B Simpul B merupakan penanganan terhadap komponen lingkungan berupa media transmisi. Dalam kaitannya dengan SUTET, berada di dalam rumah sebenarnya sudah sangat mengurangi pajanan, bahkan relatif meniadakan pajanan. Hal ini dipengaruh oleh konstruksi bangunan misalnya dinding dan atap rumah. Beberapa upaya yang berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari yang terkesan sederhana, sebenarnya dapat dilakukan untuk mengurangi pajanan radiasi bagi penduduk yang bertempat tinggal atau berada di bawah SUTET, yaitu: 1) Mengusahakan agar rumah menggunakan langit-langit (plafon). 2) Apabila atap rumah terbuat dari logam atau seng yang berfungsi sebagai penghantar listrik, sebaiknya dilakukan pentanahan (grounding).

Universitas Sumatera Utara

3) Apabila atap rumah tidak berbahan logam, misalnya genting, asbes atau sirap, usahakan untuk tidak dipergunakan meletakkan bahan logam seperti antena televisi, talang seng dan sebagainya. 4) Semua benda logam, misalnya kawat jemuran, mobil, sepeda motor yang berada di bawah SUTET, sebaiknya dialirkan ke dalam tanah agar netral kembali. 5) Jangan membuat jemuran yang atasnya bebas sama sekali dari pepohonan. Buatlah jemuran dari kayu, bambu, tali plastik, dan bukan dari kawat maupun tiang besi. 6) Tanamlah sebanyak mungkin pohon di lahan kosong di sekitar rumah. 7) Sebaiknya tidak berada di luar rumah di bawah SUTET, terutama pada malam hari. Pada saat ini arus yang mengaliri kawat penghantar SUTET lebih tinggi daripada siang hari (Anies, 2006). c. Simpul C Simpul C merupakan manajemen terhadap perilaku pemajanan. Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit, dalam hal ini radiasi elektromagnetik. Namun, simpul ini belum menunjukkan gejala maupun tanda sesuatu penyakit, meskipun kemungkinan telah terdapat perubahan-perubahan pada sistem atau organ tubuhnya. Pengukuran ataupun deteksi dini pada simpul C dapat dilakukan dengan mengukur perubahan-perubahan pada sistem atau organ tubuh secara berkala (Anies, 2006). d. Simpul D Simpul D merupakan gangguan kesehatan atau penyakit, yang merupakan hasil akhir dari interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Penanganan pada simpul ini adalah pengobatan terhadap berbagai gangguan kesehatan yang terjadi, baik berupa keluhan dan gejala, maupun penyakit menahun (Anies, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai