Anda di halaman 1dari 130

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG DI INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER (1990 : 1 2005 : 4)

SKRIPSI

Oleh : Nama No. Mahasiswa Program Studi : Ardiyadi Widyarto : 04313008 : Ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2007

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG DI INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER (1990 : 1 2005 : 4)

SKRIPSI
disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana jenjang strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi, pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Oleh Nama Nomor Mahasiswa Program Studi : Ardiyadi Widyarto : 04313008 : Ilmu Ekonomi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2007

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak ada bagian yang merupakan penjiplakan karya orang lain seperti dimaksud dalam buku pedoman penyusunan skripsi Jurusan Ilmu Ekonomi FE UII. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka Saya sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta,

Desember 2007

Penulis,

Ardiyadi Widyarto

ii

PENGESAHAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG DI INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER (1990 : 1 2005 : 4)

Nama

: Ardiyadi Widyarto

Nomor Mahasiswa : 04313008 Program Studi : Ilmu ekonomi

Yogyakarta, Desember 2007 Telah disetujui dan disahkan oleh Dosen Pembimbing,

Sahabudin Sidiq,,SE.,MA.

iii

PENGESAHAN UJIAN

Telah dipertahankan/diujikan dan disahkan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana jenjang Strata 1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Nama Nomor Mahasiswa Program Studi

: Ardiyadi Widyarto : 04313008 : Ilmu Ekonomi

Yogyakarta,

Desember 2007

Disahkan Oleh, Pembimbing Skripsi : Sahabudin Sidiq,,SE.,MA. Penguji I Penguji II : :

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini Kupersembahkan untuk : Allah SWT yang telah memberiku kekuatan untuk menyelesaikan amanah ini. Keempat orang tuaku yang telah memberikan doa, cinta, kasih sayang, dukungan moral, spiritual dan material yang takkan pernah ternilai.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah Rabb alam semesta. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan, Muhammad Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya. Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas rahmat dan karunia kekuatan yang diberikan Allah padaku, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG DI INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER (1990 : 1 2005 : 4). Skripsi ini tersusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan yang penulis miliki, karenanya penulis mengucapkan terima kasih untuk saran dan kritik yang penulis telah terima maupun yang akan diterima. Penulis juga menyadari bahwasanya penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

vi

2. Yth. Bapak Jaka Sriyana, Drs., MSi. Selaku Ka-Prodi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. 3. Yth. Bapak Sahabudin Sidiq,,SE.,MA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan kesabaran dan penuh perhatian membimbing serta memberikan dukungan moril sehingga skripsi ini selesai. 4. Yth. Ibu Diana Wijayanti,,SE.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang juga selalu meluangkan waktu ditengah kesibukannya, ketika aku ingin menanyakan berbagai hal yang berkaitan dengan akademik, kuliah, dll. 5. Yth. Bapak Nur Feriyanto, Drs., MSi yang telah memberikan pengalaman berharga kepada saya untuk kemudian hari, terima kasih untuk motivasi dan berbagai pengalamannya. 6. Keempat Orang tuaku yang selalu memberikan semangat, doa dan kasih sayang kepadaku. 7. Adik-adikku Restu Murtiningtyas dan Hesti Widyaningtyas yang secara tidak langsung kujadikan motivator dalam setiap langkahku. 8. Rezhia Brillya Nindhira Sandy, terima kasih buat semangatnya,

dukungannya, yang selalu mendengarkan setiap keluh kesahku, dan atas kesabarannya terima kasih. 9. Semua keluargaku, terimakasih untuk dukungan dan doanya. 10. Teman-teman WHO???..!!! Dari lahir sampai sekarang (Sny matur nuwun laptopnya, Ddy, Reza, Rizal, Irvan, Anggi, dll) yang selalu menghiburku kalo lagi stress....!!!

vii

11. Teman-teman kuliah yang selalu membantu aku dalam menyelesaikan skripsi ini (Puput, Uci, Nissa, Vidi, Hero, Desy, Angga, semua temen IE, dll). 12. Semua pihak yang telah membantu baik selama penulis menjalani kuliah maupun saat menulis skripsi, yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, terima kasih.

Yogyakarta,

Desember 2007

Penulis,

Ardiyadi Widyarto

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul .........................................................................................................i Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme ................................................................ii Halaman Pengesahan Skripsi ................................................................................iii Halaman Pengesahan Ujian...................................................................................iv Halaman Persembahan ...........................................................................................v Halaman Kata Pengantar........................................................................................vi Halaman Daftar Isi ................................................................................................ix Halaman Daftar Tabel..........................................................................................xiii Halaman Daftar Gambar.......................................................................................xiv Halaman Abstraksi ................................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................7 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.........................................................................8 1.3.1 Tujuan Penelitian.......................................................................................8 1.3.2 Manfaat Penelitian.....................................................................................8 1.4 Sistematika Penulisan.......................................................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI...............................11 2.1.Kajian Pustaka.................................................................................................11 2.2 Landasan Teori................................................................................................16 2.2.1 Uang......................................................................................................16 2.2.1.1 Pengertian Uang..............................................................................16 2.2.1.2 Kriteria Uang..................................................................................17 2.2.1.2.1 Acceptability dan Cognizability..............................................17 2.2.1.2.2 Stability of Value....................................................................17 2.2.1.2.3 Elastisity of Supply.................................................................18 ix

2.2.1.2.4 Portability...............................................................................18 2.2.1.2.5 Durability................................................................................18 2.2.1.2.6 Divisibility..............................................................................19 2.2.1.3 Fungsi Uang...................................................................................19 2.2.2 Teori-teori Permintaan Uang.................................................................22 2.2.2.1 Teori Klasik....................................................................................22 2.2.2.1.1 Irving Fisher............................................................................22 2.2.2.1.2 Teori Cambridge (Marshall-Pigou).........................................24 2.2.2.2 Teori Keynes...................................................................................27 2.2.2.2.1 Motif Transaksi dan Berjaga-jaga...........................................27 2.2.2.2.2 Motif Spekulasi.......................................................................28 2.2.2.3 Teori Kuantitas Modern (Friedman)...............................................32 2.3 Penjelasan Teoritis Variable Penelitian..........................................................35 2.3.1 Pengaruh PDB Terhadap Permintaan Uang...........................................35 2.3.2 Pengaruh Tingkat Bunga Terhadap Permintaan Uang...........................35 2.3.3 Pengaruh Inflasi Terhadap Permintaan Uang........................................36 2.3.4 Pengaruh Kurs Dollar Terhadap Permintan Uang................................36 2.4 Hipotesis Penelitian........................................................................................37

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................38 3.1 Jenis dan Sumber Data ...................................................................................38 3.2 Metode Analisis Data......................................................................................38 3.2.1 Pemilihan Model Regresi metode MWD................................................39 3.2.2 Persamaan Regresi...................................................................................40 3.3 Pengujian Hipotesa..........................................................................................43 3.3.1 Uji t (uji signifikansi secara individu).....................................................43 3.3.2 Uji F (uji signifikansi secara bersama-sama)..........................................44 3.3.3 Koefisien Determinasi (R2).....................................................................45 3.3.4 Uji Chow.................................................................................................46 3.4 Pengujian Asumsi Klasik......................................................................48 3.4.1 Uji Multikolinearitas......................................................................49 x

3.4.2 Uji Autokorelasi............................................................................49 3.4.3 Uji Heteroskedastisitas..................................................................51

BAB IV HASIL DAN ANALISIS.....................................................................53 4.1 Deskripsi Data Penelitian..............................................................................53 4.2 Uji Spesifikasi Model53 4.2.1 Uji Mackinnon, White dan Davidson (MWD)......................................53 4.3 Hasil dan Analisis Regresi M1......................................................................58 4.3.1 Uji regresi Secara Individual (uji t)...59 4.3.2 Uji Regresi Secara Keseluruhan (uji F).................................................60 4.3.3 Koefisien Determinasi (R2)....................................................................60 4.3.4 Uji Chow M1..........................................................................................61 4.3.5. Uji Asumsi Klasik ................................................................................62 4.3.5.1 Uji Multikolinieritas M1 ................................................................62 4.3.5.1.1 Penyembuhan Masalah Multikolinearitas M1.........................63 4.3.5.2 Uji Autokorelasi M1(metode Durbin-Watson d)...........................65 4.3.5.2.1 Penyembuhan Masalah Autokorelasi M1................................67 4.3.5.3 Uji Heteroskedastisitas M1 .............................................................68 4.3.5.3.1 Penyembuhan Masalah Heteroskedastisitas M1......................71 4.4 Hasil dan Analisis Regresi M2...74 4.4.1 Uji regresi Secara Individual (uji t)75 4.4.2 Uji Regresi Secara Keseluruhan (uji F)..................................................76 4.4.3 Koefisien Determinasi (R2).....................................................................77 4.4.4 Uji Chow.................................................................................................77 4.4.5 Uji Asumsi Klasik ..................................................................................79 4.4.5.1 Uji Multikolinieritas M2 .................................................................79 4.4.5.1.1 Penyembuhan Masalah Multikolinearitas M2..........................80 4.4.5.2 Uji Autokorelasi M2 (metode Breusch-Godfrey)...........................82 4.4.5.3 Uji Heteroskedastisitas M2..............................................................84 4.5 Analisis Ekonomi............................................................................................87 4.5.1 Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Permintaan Uang..............87 xi

4.5.2 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Permintaan Uang..................88 4.5.3 Pengaruh Inflasi Terhadap Permintaan Uang.........................................89 4.5.4 Pengaruh Kurs Dollar Terhadap Permintaan Uang................................91 4.5.5 Pengaruh Variabel Dummy terhadap Permintaan Uang........................92

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI....................................................95 5.1 Simpulan...................................................................................................... 95 5.2 Implikasi.......................................................................................................97

Daftar Pustaka Lampiran

xii

DAFTAR TABEL

TABEL

Halaman

3.1. Uji Statistik Durbin-Watson d......................................................................51 4.1. MWD untuk regresi linear M1.....................................................................54 4.2. MWD untuk regresi log linear M1...............................................................55 4.3. MWD untuk regresi linear M2.....................................................................56 4.4. MWD untuk regresi log linear M2...............................................................57 4.5. Hasil Regresi Permintaan Uang M1.............................................................58 4.6. Uji Chow M1................................................................................................61 4.7. Hasil Uji Multikolinearitas M1.....................................................................63 4.8. Penyembuhan Multikolinearitas M1.............................................................65 4.9. Hasil Penyembuhan Autokorelasi M1..........................................................67 4.10. Hasil Uji White Heterokedasitisitas M1 Cross Term.................................68 4.11. Hasil Uji White Heterokedasitisitas M1 No Cross Term...........................70 4.12.Hasil Estimasi Regresi Metode OLS M1....................................................72 4.13. Hasil Penyembuhan Masalah Heteroskedastisitas M1...............................72 4.14. Tabel Hasil Standard Error dan T Hitung...................................................73 4.15. Hasil Regresi Permintaan Uang M2...........................................................74 4.16. Uji Chow M2..............................................................................................78 4.17. Hasil Uji Multikolinearitas M2..................................................................79 4.18. Penyembuhan Multikolinearitas M2..........................................................82 4.19. Hasil Uji Autokorelasi M2.........................................................................83 4.20. Hasil Uji White Heterokedasitisitas M2 Cross Term.................................84 4.21.Hasil Uji White Heterokedasitisitas M2 No Cross Term...........................86 4.22. Tabel Quantity-Based Approach................................................................95

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

3.1 Statistik Durbin-Watson d..............................................................................50 4.1 Kurva Durbin Watson.....................................................................................66

xiv

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang Sebelum dan Setelah Krisis (1990:1 2005:4) . Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang di peroleh dari BI (Bank Indonesia) dan BPS (Badan Pusat Statistik). Variabel yang di gunakan antara lain : produk domestik bruto, tingkat suku bunga, tingkat inflasi (IHK), kurs Dollar dan variabel dummy. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode destkriptif dan kuantitatif, yaitu mendiskripsikan suatu permasalahan dengan menganalisis data dan hal-hal yang berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti. Adapun metode analisis yang digunakan peneliti yaitu dengan metode OLS (Ordinary Least Squares). Hasil analisis dari penelitian ini menyebutkan bahwa dalam produk domestik bruto, inflasi, kurs Dollar berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang M1 dan M2, sedangkan tingkat bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan uang M1 dan M2, kemudian variabel dummy menunjukkan adanya perubahan permintaan uang M1 dan M2 pada saat krisis di Indonesia pada tahun penelitian.

xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi di Indonesia tergolong paling parah jika dibandingkan dengan krisis serupa yang pernah terjadi dibeberapa negara selama ini. Pecahnya gelombang krisis pada tahun 1997 tidak saja memporak-porandakan industri perbankan nasional tetapi juga menyeret perekonomian ke dalam pertumbuhan ekonomi yang begitu lambat. Tidak sedikit bank-bank yang sakit secara finansial tumbang dalam hempasan badai krisis tersebut, krisis moneter setidaknya berdampak langsung terhadap permintaan uang. Naik-turunnya suku bunga SBI yang diikuti oleh naik turunnya suku bunga deposito dan kredit perbankan yang pada gilirannya berdampak pada volume dana dan kredit yang diberikan. Kebijakan suku bunga nampaknya menjadi pilihan penting bagi pemerintah dalam upaya mengendalikan gejolak moneter. Salah satu penyebab krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia adalah proses integrasi perekonomian Indonesia kedalam perekonomian global yang berlangsung cepat. Faktor lain yang juga berperan menciptakan krisis tersebut adalah kelemahan fundamental mikroekonomi yang tercermin dari kerentanan (fragility) sektor keuangan nasional, khususnya perbankan. Salah satu krisis

keuangan tersebut adalah gejolak nilai tukar yang telah menimbulkan berbagai kesulitan ekonomi yang sangat parah. Pada kuartal pertama tahun 1998, kegiatan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 12% per tahun sebagai akibat banyaknya perusahaan yang mengurangi aktivitas atau bahkan menghentikan produksinya. Laju inflasi juga melambung tinggi, yakni 69,1% dalam periode Januari-Agustus 1998 lalu. Tingginya laju inflasi menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat (Syahril, 2003 : xvii). Pada saat krisis terjadinya peningkatan jumlah uang yang cukup pesat, peningkatan keinginan masyarakat untuk memegang uang tunai disebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap system perbankan yang ada dengan terjadinya rush (pengambilan uang besar-besaran secara serentak oleh masyarakat) diberbagai bank diseluruh Indonesia, sedangkan kenaikan M2 terjadi karena peningkatan uang kuasi yang terdiri dari simpanan rupiah dan simpanan valuta asing (Darmansyah : 2005). Seperti yang dikatakan oleh Keynes (Nopirin : 1992; 117) dimana permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung dari pendapatan. Makin tinggi pendapatan, makin besar keinginan akan uang kas untuk transaksi. Seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi, biasanya melakukan transaksi yang lebih banyak dibandingkan seseorang atau masyarakat yang pendapatannya lebih rendah. Penduduk yang tinggal di kota besar cenderung

melakukan transaksi lebih besar dibanding penduduk yang tinggal di kota kecil (atau pedesaan). Dalam hal ini bank sentral mempunyai fungsi dan peranan yang strategis pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya. Yang paling mendasar adalah peranannya dalam mencetak dan mengedarkan uang. Bank sentral merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan mata uang sebagai sarana pembayaran yang sah disuatu negara. Peran ini vital karena begitu penting dan luasnya fungsi uang dalam perekonomian. Seluruh kegiatan ekonomi dan keuangan dilakukan dengan uang. Fungsi uang tidak lagi dipergunakan sebagai alat pembayaran, tetapi juga sebagai media menyimpan kekayaan dan bahkan untuk berspekulasi bagi sebagian masyarakat. Pengertian uang tidak lagi sebatas pada uang kartal, yaitu uang kertas maupun logam, tetapi telah berkembang menjadi berbagai bentuk dan variasinya, dari uang giral, simpanan di bank, kartu kredit dan sebagainya, seiring dengan perkembangan pada sektor keuangan. Oleh karena itu, perkembangan jumlah uang beredar akan berpengaruh langsung terhadap berbagai kegiatan ekonomi dan keuangan dalam perekonomian, apakah itu konsumsi, investasi, ekspor-impor, suku bunga, nilai tukar, pertumbuhan ekonomi, dan juga inflasi. Dengan peran seperti ini wajar apabila bank sentral mempunyai tujuan dan diberi tanggung jawab untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai dari

mata uang yang diedarkan tersebut. Terlebih lagi pada dunia modern sekarang ketika uang menjadi fiat money, dalam arti bahwa Negara memberikan kewenangan kepada bank sentral untuk menerbitkan dan mengedarkan uang tersebut atas dasar kepercayaan, tanpa adanya kewajiban untuk menyediakan sejumlah emas atau cadangan lain sebagai jaminan dari penerbitan uang tersebut seperti pernah dialami pada jaman standar emas. Karena itu kestabilan rupiah dari mata uang merupakan kewajiban mendasar bagi bank sentral agar kepercayaan Negara dan masyarakat dapat tetap terjaga. Dalam prakteknya, kestabilan nilai dari mata uang dimaksud mencakup kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa yang diukur dan tercermin pada perkembangan nilai tukar atau kurs mata uang. Kestabilan nilai mata uang, baik dalam artian inflasi maupun nilai tukar, sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Nilai uang yang stabil dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan dunia usaha dalam melakukan kegiatan perekonomian, baik konsumsi maupun investasi sehingga

perekonomian nasional dapat bergairah. Lebih dari itu, inflasi yang terkendali dan rendah dapat mendukung terpeliharanya daya beli masyarakat, khususnya yang berpendapatan tetap seperti pegawai negeri dan masyarakat kecil. Bagi golongan masyarakat ini, yang umumnya mencakup sebagian besar penduduk, harga-harga yang terus membumbung menyebabkan kemampuan daya beli

untuk memenuhi kebutuhan dasar akan semakin rendah. Demikian pula inflasi dan nilai tukar yang tidak stabil akan mempersulit dunia usaha dalam perencanaan kegiatan bisnis, baik dalam kegiatan produksi dan investasi maupun dalam penentuan harga barang dan jasa yang diproduksinya. Pengalaman Indonesia dengan terjadinya krisis nilai tukar sejak tahun 1997 menunjukkan betapa penting mencapai dan menjaga laju inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil tersebut. Pengalaman menunjukkan bahwa jumlah uang beredar diluar kendali dapat menimbulkan konsekuensi atau pengaruh yang buruk bagi perekonomian secara keseluruhan. Konsekuensi atau pengaruh yang buruk dari kurang terkendalinya jumlah uang beredar tersebut antara lain dapat dilihat pada kurang terkendalinya perkembangan variable-variabel ekonomi utama, yaitu tingkat produksi (output) dan harga. Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam jangka panjang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila peningkatan jumlah uang beredar rendah maka kelesuan ekonomi akan terjadi. Apabila hal ini berlangsung terus menerus, kemakmuran masyarakat secara keseluruhan akan mengalami penurunan. Kondisi tersebut antara lain melatar belakangi upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas-otoritas moneter dalam mengendalikan jumlah uang beredar dalam perekonomian. Kegiatan mengendalikan jumlah uang beredar tersebut lazimnya disebut

Kebijakan moneter, yang pada dasarnya merupakan salah satu bagian integral dari Kebijakan ekonomi makro yang ditempuh oleh otoritas moneter (Bank Indonesia, 2003 : 62). Permintaan uang di Indonasia mengalami perkembangan sesuai dengan berkembangnya kebijakan-kebijakan pemerintah yang memungkinkan

berkembangnya jenis tabungan dan deposito berjangka. Keinginan masyarakat untuk menabung dan mendepositokan uangnya sangat dipengaruhi oleh kemudahan dalam memperolehnya dan berbagai fasilitas yang ditawarkan perbankan. Hal ini memungkinkan jika pemerintah juga turut campur tangan dalam berbagai kebijakan deregulasi maupun regulasi bidang moneter dan ekonomi pada umumnya. Perkembangan M1 dan M2 di Indonesia pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJP I) mengalami perkembangan yang relatih besar. Pertumbuhan uang dalam arti sempit setiap tahun rata-rata selama PJP I sebesar 25.29% dan pertumbuhan uang dalam arti luas sebesar 30.75%, sedangkan pertumbuhan Quasy Money (QM) sebesar 38.18% (data BI beberapa terbitan, diolah). Pertumbuhan uang dalam arti luas ternyata lebih cepat dibanding dengan uang dalam arti sempit, hal ini disebabkan karena adanya kenaikan yang pesat dari deposito berjangka dan tabungan di bank-bank di Indonesia dengan suku bunga yang relatif besar (Prawoto : 2000).

Dengan adanya permasalahan yang cukup rumit, maka dalam hal ini pemerintah harus bisa memutuskan kebijaksanaan moneter yang harus diambil sehingga dapat memperbaiki stabilitas perekonomian di Indonesia, atas dasar pemikiran tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk menyelesaikan permasalahan ini secara ilmiah, untuk mewujudkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi sebuah penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG DI INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS (1990 : 1 2005 : 4). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah PDB berpengaruh terhadap permintaan uang M1 dan M2 di Indonesia sebelum dan setelah krisis? 2. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap permintaan uang M1 dan M2 di Indonesia sebelum dan setelah krisis? 3. Apakah inflasi berpengaruh terhadap permintaan uang M1 dan M2 di Indonesia sebelum dan setelah krisis? 4. Apakah kurs Dollar Amerika terhadap Rupiah berpengaruh terhadap permintaan uang M1 dan M2 di Indonesia sebelum dan setelah krisis?

5.

Apakah krisis berpengaruh terhadap permintaan uang M1 dan M2 di Indonesia?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan nasional terhadap

permintaan uang baik M1 maupun M2 sebelum dan setelah krisis ekonomi di Indonesia. 2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito Rupiah terhadap permintaan uang baik M1 maupun M2 sebelum dan setelah krisis ekonomi di Indonesia. 3. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap permintaan uang baik M1 maupun M2 sebelum dan setelah krisis ekonomi di Indonesia. 4. Untuk menganalisis pengaruh kurs US Dollar terhadap Rupiah terhadap permintaan uang baik M1 maupun M2 sebelum dan setelah krisis ekonomi di Indonesia. 5. Untuk menganalisis pengaruh krisis terhadap permintaan uang baik M1 maupun M2 di Indonesia. 1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bahan referensi atau input bagi peneliti lain yang mempunyai kaitan dengan masalah yang diangkat dalam skripsi ini.

2. Untuk para pembaca di harapkan bisa mengetahui dan mendapat informasi tentang permintaan uang. 3. Sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan moneter. 1.4. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Bab ini berisi pendokumentasian dan pengkajian hasil dari penelitianpenelitian yang pernah dilakukan pada area yang sama, Landasan teori merupakan bagaimana cara peneliti menteorikan hubungan antara variabel yang terlibat dalam permasalahan yang diangkat pada penelitian tersebut, Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah, sehingga hipotesis yang disusun adalah pernyataan yang menjawab pertanyaan pada rumusan masalah. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang metode analisis yang digunakan dalam penelitian dan data-data yang digunakan berserta sumber data.

10

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS Bab ini berisi semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian. Menguraikan tentang deskripsi data dan analisis hasil regresi.

BAB V

SIMPULAN DAN IMPLIKASI Berisi uraian mengenai kesimpulan dan implikasi yang dapat penulis ajukan sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.

11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai panelitian yang telah di lakukan peneliti lain, dan permasalahan yang di angkat juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lain, baik itu melalui penelitian biasa ataupun skripsi. Yang mana mendasari pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi ini, seperti oleh beberapa penelitian di bawah ini : Penelitian yang dilakukan oleh Nano Prawoto (2000) yang berjudul Permintaan Uang di Indonesia : Konsep Keynesian dengan Pendekatan PAM. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah pendapatan, tingkat bunga, perubahan harga. Pada penelitian ini mengaplikasikan kembali model Keynesian yang pernah dilakukan secara empiris oleh Daquila dan Phua (1993) mengenai permintaan uang dengan model dinamis penyesuaian parsial. Selain itu menguji besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu pendapatan riil, tingkat bunga dan tingkat inflasi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah terbukti bahwa elastisitas pendapatan permanen lebih tinggi dari elastisitas suku bunga dan tingkat inflasi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa banyaknya uang yang dipegang untuk motif transaksi dan berjaga-jaga lebih dominan jika dibanding dengan motif spekulasi. Dengan demikian untuk meminimumkan biaya yang ditanggung

12

masyarakat karena memegang uang tersebut maka pemerintah perlu meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat akan biaya memegang uang, menambah kantor bursa efek sehingga transaksi saham dan obligasi dapat dilakukan didaerah-daerah, meningkatkan peranan teknologi informasi pasar uang, dan meningkatkan penjualan saham-saham perusahaan yang go-public didaerah-daerah. Penelitian yang dilakukan oleh Darmansyah (2005) yang berjudul Dampak Krisis Terhadap Permintaan Uang di Indonesia Periode 1994-2004. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia Jakarta. Data yang digunakan pada penelitian ini antara lain : Gross Domestic Bruto (GDP), tingkat bunga, Inflasi, dummy yang memakili masa sebelum krisis dan setelah krisis. Penelitian ini membahas tentang bagaimana pengaruh krisis terhadap permintaan uang di Indonesia, pada penelitian ini data-data yang ada dibandingkan untuk melihat kecenderungan serta pengaruhnya terhadap permintaan uang di Indonesia. Kesimpulannya dari penelitian ini adalah : 1. GDP riil yang mewakili pendapatan nasional, tingkat bunga dan inflasi menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap permintaan uang M1 dan M2, dengan GDP berpengaruh positif, tingkat bunga berpengaruh negatif dan inflasi berpengaruh positif terhadap permintaan uang M1 dan M2. Variabel

13

dummy menunjukkan bukti bahwa krisis berpengaruh terhadap permintaan uang M1 dan M2, jadi adanya perbedaan pengaruh antara masa sebelum krisis dengan masa krisis. Variabel yang paling dominan, dari hasil estimasi diperoleh dari persamaan permintaan uang M1 dan M2, adalah variabel dummy yang mewakili periode sebelum krisis =0 dan krisis=1. Dari hasil uji stabilitas untuk permintaan uang M1 dan M2 dengan pendekatan variabel dummy, terjadi ketidakstabilan fungsi dari permintaan uang M1 dan M2. 2. Krisis berpengaruh secara signifikan dan mempengaruhi paling dominan terhadap permintaan uang M1 dan M2, hal ini membuktikan krisis telah merubah perilaku ekonomi masyarakat di Indonesia oleh karena itu pemerintah harus berhati-hati dalam menentukan kebijakan moneter yang digunakan untuk mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Ketidakstabilan fungsi dari permintaan uang M1 dan M2 yang secara tidak stabil dipengaruhi oleh GDP, tingkat bunga dan tingkat inflasi mengakibatkan ketidakstabilan sektor moneter, hal ini mengakibatkan tidak efektifnya penerapan kebijakan moneter yang pada akhirnya mengakibatkan kebijakan makro ekonomi tidak dapat berjalan secara optimal dalam usaha mengatasi krisis. Penelitian yang dilakukan oleh Wasis Prasojo (2003) yang berjudul Permintaan Uang Menurut Teori Portofolio, data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Laporan Tahunan Bank Indonesia, JSX Monthly Statistic, serta berbagai penerbitan

14

lainnya. Bentuk data yang digunakan merupakan data time series, berdasarkan data kwartalan yang dimulai tahun 1995 kwartal I sampai dengan tahun 2002 kwartal III. Penelitian ini menggunakan alat analisis OLS (Ordinary Least Square) yang menggunakan model regresi. Data yang dipergunakan adalah sebagai berikut : 1. Permintaan uang, merupakan rata-rata tertimbang penutupan setiap akhir bulan dari jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) 2. Produk Domestik Bruto (PDB), menggunakan data PDB atas dasar harga konstan dengan tahun dasar 1993. 3. Tingkat bunga, tingkat bunga yang dimaksud disini adalah rata-rata tertimbang tingkat bunga diskonto SBI jangka waktu 1 bulan setelah dikurangi dengan tingkat inflasi. 4. Inflasi triwulan, merupakan akumulasi dari tingkat inflasi yang terjadi setiap bulannya. 5. Kurs, kurs yang digunakan dalam penelitian ini merupakan rata-rata tertimbang dari kurs tengah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. 6. IHSG, diperoleh dari rata-rata tertimbang penutupan pasar setiap akhir bulan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Dari hasil pengujian secara keseluruhan (uji F) didapat nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel, berarti secara bersamaan variabel-variabel penjelas yaitu PDB, tingkat bunga, inflasi, nilai kurs Dollar Amerika Serikat, dan Indeks Harga Saham Gabungan mempengaruhi permintaan uang di Indonesia.

15

2. Elastisitas kekayaan (PDB) yang lebih tinggi dari elastisitas tingkat bunga dan inflasi, mengindikasikan bahwa banyaknya uang yang dipegang oleh masyarakat untuk motif transaksi dan berjaga-jaga lebih dominan jika dibandingkan dengan motif untuk spekulasi. Ketika tingkat kekayaan masyarakat semakin meningkat maka akan semakin banyak rupiah yang mereka butuhkan untuk transaksi, demikian juga sebaliknya. 3. Pada variabel tingkat bunga terdapat hubungan yang tidak sesuai dengan hipotesis, dimana kenaikan tingkat bunga justru meningkatkan permintaan uang dan sebaliknya penurunan tingkat bunga maka akan menurunkan permintaan uang. Kondisi ini kemungkinan terjadi karena kurang sensitifnya tingkat bunga terhadap permintaan uang, terbukti dengan elastisitasnya yang rendah dan secara statistik tidak signifikan. 4. Variabel inflasi memiliki tanda parameter yang negatif sesuai dengan hipotesis. Setiap kenaikan atau penurunan inflasi sebesar 1% akan menyebabkan penurunan atau kenaikan permintaan uang di Indonesia sebesar 0,018644%. Variabel inflasi secara statistik berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang di Indonesia. 5. Variabel kurs Dollar Amerika Serikat memiliki hubungan yang signifikan positif terhadap permintaan uang di Indonesia dengan koefisien sebesar 0,8767. Berarti setiap terjadi depresiasi rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat akan maka akan meningkatkan permintaan uang di Indonesia,

16

demikian juga sebaliknya. Hal ini disebabkan ketika nilai rupiah terdepresiasi maka harga barang-barang impor menjadi lebih mahal sehingga diperlukan rupiah yang lebih banyak guna untuk membeli barang impor tersebut. 6. Pengaruh yang secara statistik signifikan dari dari perubahan kurs Dollar Amerika Serikat terhadap permintaan uang di Indonesia menunjukkan bahwa dalam membuat model perekonomian makro di Indonesia hendaknya dimasukkan variabel yang relevan untuk mendeteksi pengaruh fluktuasi pasar dunia terhadap perilaku masyarakat di dalam negeri. 7. Tanda koefisien pada variabel IHSG positif menunjukkan bahwa semakin tinggi harga saham maka jumlah uang yang dipegang semakin banyak. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis, dimana return saham memiliki hubungan negatif terhadap permintaan uang. Namun menurut Sugianto (1995), bahwa kenaikan harga saham dapat dipandang sebagai kenaikan secara rupiah volume transaksi keuangannya, dengan demikian menaikkan jumlah uang yang dipegang untuk transaksi.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Uang 2.2.1.1 Pengertian Uang Uang adalah sesuatu yang secara umum diterima di dalam pembayaran untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta untuk pembayaran utang-

17

utang. Dan juga sering dipandang sebagai kekayaan yang dimilikinya yang dapat digunakan untuk membayar sejumlah tertentu utang dengan kepastian dan tanpa penundaan. Apa yang menjadikan sesuatu menjadi uang adalah tergantung pada pemilihan masyarakat, hukum dan sejarahnya. Meskipun pemilihan tentang apa yang bertindak sebagai uang adalah tergantung kepada faktor-faktor tersebut, namun ada beberapa kriteria yang digunakan sebagai pedoman (Iswardono, 1994 : 4). 2.2.1.2 Kriteria Uang 2.2.1.2.1 Acceptability dan Cognizability

Persyaratan utama dari suatu uang adalah diterima secara umum dan diketahui secara umum. Diterima secara umum serta penggunaannya sebagai alat tukar, penimbun kekayaan , standard pencicilan utang tumbuh secara luas karena penggunaan (manfaat) dari uang untuk ditukarkan nya dengan barangbarang dan jasa. 2.2.1.2.2 Stability of Value Manfaat dari sesuatu yang menjadi uang memberikan adanya nilai uang. Maka diperlukan menjaga kestabilan nilai uang. Karena kalau tidak, uang tidak akan diterima secara umum, karena masyarakat mencoba menyimpan kekayaannya dalam bentuk barang-barang yang nilainya stabil.

18

2.2.1.2.3

Elastisity of Supply

Jumlah uang beredar harus mencukupi kebutuhan dunia usaha (perekonomian). Ketidakmampuan penyediaan uang untuk mengimbangi kegiatan usaha akan mengakibatkan perdagangan macet dan pertukaran dilakukan seperti pada perekonomian barter, dimana barang ditukar dengan barang lain secara langsung. Oleh karena itu Bank Sentral sebagai pencipta uang tunggal harus mampu melihat perkembangan perekonomian yang selanjutnya harus mampu menyediakan uang yang cukup bagi perkembangan perekonomian tersebut. Dan sebaliknya Bank Sentral harus bertindak cepat seandainya dirasa uang yang beredar terlalu banyak dan dibandingkan kegiatan perekonomian, dalam hal ini Bank Sentral harus mengurangi jumlah uang beredar. 2.2.1.2.4 Portability Uang harus mudah dibawa untuk urusan seiap hari. Bahkan transaksi dalam jumlah besar dapat dilakukan dengan uang dalam jumlah (fisik) yang kecil jika nilai nominalnya besar. 2.2.1.2.5 Durability

Dalam pemindahan uang dari tangan yang satu ke tangan yang lain mengharuskan uang tersebut dijaga nilai fisiknya. Kalau tidak, rusak ataupun

19

robek akan menyebabkan penurunan nilainya dan merusakkan kegunaan moneter dari uang tersebut. 2.2.1.2.6 Divisibility

Uang digunakan untuk memantapkan transaksi dari berbagai jumlah. Sehingga uang dari berbagai nominal (satuan/unit) harus dicetak untuk mencukupi/melancarkan transakasi jual-beli. Untuk menjamin dapat

ditukarkannya uang satu dengan yang lainnya, semua jenis uang harus dijaga agar tetap nilainya. 2.2.1.3 Fungsi Uang Dalam kepustakaan teori meneter uang dikenal mempunyai 4 fungsi, 2 diantaranya merupakan fungsi yang sangat mendasar sedangkan 2 lainnya adalah fungsi tambahan. Dua fungsi dasar tersebut adalah peranan uang sebagai : (1) alat tukar (means of exchange) (2) alat penyimpan nilai/daya beli (store of value) Sebagai alat tukar, peranan uang sangat menentukan kegiatan perekonomian. Peranan uang sebagai alat tukar mensyaratkan bahwa uang tersebut harus diterima oleh masyarakat sebagai alat pembayaran. Artinya, si penjual barang mau menerima uang sebagai pembayaran untuk barangnya karena ia percaya bahwa uang tersebut juga diterima oleh orang lain

20

(masyarakat umum) sebagai alat pembayaran apabila ia nanti memerlukan untuk membeli suatu barang. Unsur kepercayaan ini penting sekali dan melandasi pemilihan barang apa yang bisa digunakan sebagai uang. Sekarang kebanyakan Negara menggunakan uang kertas, karena murah membuatnya dan mudah menyimpannya. Jadi kertas pun bisa berperan

sebagai uang apabila orang percaya bahwa secarik kertas tersebut juga diterima oleh orang lain sebagai alat pembayaran (Boediono, 2005 :10). Fungsi dasar yang kedua dari uang, yaitu sebagai alat penyimpan daya beli (nilai), terkait dengan sifat manusia sebagai pengumpul kekayaan. Pemegangan uang merupakan salah satu cara untuk menyimpan kekayaan. Tentu kekayaan bisa dipegang dalam bentuk-bentuk lain, seperti tanah, kerbau, berlian, emas, saham, mobil dan sebagainya. Tetapi uang memang salah satu pilihan untuk menyimpan kekayaan. Syarat utama untuk ini adalah bahwa uang harus bisa menyimpan daya beli atau nilai. Apabila tidak, maka daya tarik uang sebagai penyimpan kekayaan juga berkurang. Jadi, misalnya dalam keadaan inflasi yang parah, nilai uang (untuk ditukar barang) merosot cepat, sehingga orang enggan memegang uang dan lebih suka memegang barang. Uang kehilangan fungsinya sebagai store of value. Sebaliknya dalam masa stabil atau masa deflasi (harga-harga turun) uang sangat dicari orang sebagai penyimpan kekayaan (Boediono, 2005 : 11).

21

Penyimpanan uang ini dimaksud untuk mempermudah transaksi di saat ini ataupun di masa yang akan datang. Kenapa uang yang disimpan?, karena uang dapat segera digunakan langsung untuk membeli barang-barang dan jasa atau karena uang mempunyai sifat yang liquid, mudah digunakan dalam transaksi atau dalam pembayaran cicilan utang (Iswardono, 1994 : 9). Dua fungsi lainnya adalah sebagai : (3) satuan hitung (unit of account) (4) ukuran untuk pembayaran masa depan (standard for deffered payments) Salah satu fungsi uang secara umum adalah sebagai satuan hitung unit of account. Satuan hitung dalam hal ini dimaksud sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan nilai dari barang-barang dan jasa yang dijual (beli), besarnya kekayaan serta menghitung besar-kecilnya kredit atau hutang atau dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan dalam menentukan harga barang dan jasa. Seandainya tidak ada uang misalnya maka akan terjadi ketidakseragaman di dalam satuan hitung (Iswardono, 1994 : 6). Sebagai satuan hitung, uang juga mempermudah tukar-menukar. Fungsi ini kurang fundamental dibanding dengan kedua fungsi sebelumnya. Karena fungsi ini hampir otomatis mengikuti fungsi uang sebagai alat tukar. Dan

22

kalaupun uang tidak dipakai sebagai satuan hitung, sebenarnya pertukaran lewat uang masih bisa terjadi. Sebagai ukuran pembayaran masa depan, uang terkait dengan transaksi pinjam-meminjam atau transaksi kredit, artinya barang sekarang dibayar nanti atau uang sekarang dibayar dengan uang nanti. Dalam hubungan ini, uang merupakan salah satu cara menghitung pembayaran masa depan tersebut (Boediono, 2005 : 13). 2.2.2 Teori-teori Permintaan Uang 2.2.2.1 Teori Klasik

Teori ini sebenarnya adalah teori mengenai permintaan dan penawaran akan uang, beserta interaksi antara keduanya. Fokus dari teori ini adalah pada hubungan antara penawaran uang atau jumlah uang beredar dengan nilai uang atau tingkat harga. Hubungan dua variable dijabarkan lewat konsepsi teori mereka mengenai permintaan akan uang. Perubahan akan jumlah uang beredar atau penawaran uang berinteraksi dengan permintaan akan uang dan selanjutnya menentukan nilai uang. 2.2.2.1.1 Irving Fisher

MVt = PT.(1)

23

Dalam setiap transaksi selalu ada pembeli dan penjual. Jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli harus sama dengan uang yang diterima oleh penjual. Hal ini berlaku juga untuk seluruh perekonomian: didalam suatu periode tertentu nilai dari barang-barang atau jasa-jasa yang dibeli harus sama dengan nilai dari barang yang dijual. Nilai dari barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T) dikalikan harga rata-rata dari barang tersebut (P). Dilain pihak nilai dari barang yang ditransaksikan ini harus sama dengan volume uang yang ada dimasyarakat (M) dikalikan berapa kali rata-rata uang bertukar dari tangan satu ke tangan yang lain, atau rata perputaran uang, dalam periode tersebut (Vt). MVt = PT adalah suatu identitas, dan pada dirinnya bukan merupakan suatu teori moneter. Identitas ini bisa dikembangkan, seperti oleh Fisher, menjadi teori moneter sebagai berikut: Vt, atau transaction velocity of circulation adalah suatu variable yang ditentukan oleh faktor-faktor kelembagaan yang ada didalam suatu masyarakat, dan dalam jangka pendek bisa dianggap konstan. T, atau volume transaksi, dalam periode tertentu ditentukan oleh tingkat output masyarakat (pendapatan nasional). Identitas tersebut diberi nyawa dengan

mentransformasikannya dalam bentuk: Md = 1/Vt PT.(2)

24

Permintaan atau kebutuhan akan uang dari masyarakat adalah suatu proporsi tertentu 1/Vt dari nilai transaksi (PT). Persamaan 2, bersama dengan persamaan yang menunjukkan posisi equilibrium di sektor moneter Md = Ms.(3) Dimana Ms = supply uang beredar (yang dianggap ditentukan oleh pemerintah) menghasilkan Ms = 1/Vt PT..(4) Persamaan (4) berbunyi: dalam jangka pendek tingkat harga umum (P) berubah secara proporsional dengan perubahan uang yang diedarkan oleh pemerintah. Dalam teori ini T ditentukan oleh tingkat output equilibrium masyarakat, yang untuk Fisher dan para ahli ekonomi Klasik, adalah selalu pada posisi full employment (Hukum Say atau Says Law). Vt atau transaction velocity of circulation, Fisher mengatakan bahwa permintaan akan uang timbul dari penggunaan uang dalam proses transaksi. Besarkecilnya Vt ditentukan oleh sifat proses transaksi yang berlaku di masyarakat dalam suatu periode (Boediono,2005 : 18). 2.2.2.1.2 Teori Cambridge (Marshall-Pigou) Teori ini seperti halnya teori Fisher dan teori-teori klasik lainnya, berpangkal pokok pada fungsi uang sebagai alat tukar umum (means of

25

exchange). Karena itu, teori-teori Klasik melihat kebutuhan uang atau permintaan akan uang dari masyarakat sebagai kebutuhan akan alat tukar yang likuid untuk tujuan transaksi. Perbedaan utama antara teori ini dengan Fisher, terletak pada tekanan dalam teori permintaan uang Cambridge pada perilaku individu dalam mengalokasikan kekayaannya antara berbagai kemungkinan bentuk kekayaan, yang salah satunya berbentuk uang. Perilaku ini dipengaruhi oleh pertimbangan untung-rugi dari pemegang kekayaan dalam bentuk uang. Teori Cambridge lebih menekankan faktor-faktor perilaku (pertimbangan akan uang untung-rugi) seseorang yang dengan menghubungkan volume transaksi antara yang

permintaan

direncanakannya. Teoritisi Cambridge mengatakan bahwa permintaan akan uang selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor kelembagaan (Fisher), juga dipengaruhi oleh tingkat bunga, besar kekayaan warga masyarakat, mendatang. Jadi dalam jangka pendek, teoritisi Cambridge menganggap bahwa jumlah kekayaan, volume transaksi dan pendapatan nasional mempunyai hubungan yang proporsional-konstan satu sama lainnya. Teori Cambridge menganggap bahwa, ceteris paribus permintaan akan uang adalah proporsional dengan tingkat pendapatan nasional. Md = k PY(1) dan ramalan/harapan dari masyarakat mengenai masa

26

dimana Y adalah pendapatan nasional riil. Supply akan uang (Ms) dianggap ditentukan oleh pemerintah. Dalam posisi keseimbangan maka : Ms = Md...(2) sehingga : Ms = k PY(3) atau : P = 1/k Ms Y....(4) Jadi ceteris paribus tingkat harga umum (P) berubah secara proporsional dengan perubahan volume uang yang beredar. Tidak banyak berbeda dengan teori Fisher, kecuali tambahan ceteris paribus (yang berarti tingkat harga, pendapatan nasional riil, tingkat bunga dan harapan adalah konstan). Perbedaan ini cukup penting, karena teori Cambridge tidak menutup kemungkinan bahwa faktor-faktor seperti tingkat bunga dan expectation berubah, walaupun dalam jangka pendek. Dan kalau faktor-faktor berubah maka k juga berubah. Teori Cambridge mengatakan kalau tingkat bunga naik, ada kecenderungan masyarakat mengurangi uang yang ingin mereka pegang, meskipun volume transaksi yang mereka rencanakan tetap. Demikian juga faktor expectation mempengaruhi: bila seandainya masa datang tingkat bunga

27

akan naik (yang berarti penurunan surat berharga atau obligasi) maka orang akan cenderung untuk mengurangi jumlah surat berharga yang dipegangnya dan menambah jumlah uang tunai yang mereka pegang, dan ini pun bisa mempengaruhi k dalam jangka pendek (Boediono, 2005: 23). 2.2.2.2 Teori Keynes

Meskipun bisa dikatakan bahwa teori uang Keynes adalah teori yang bersumber dari teori Cambridge, tetapi Keynes mengemukakan sesuatu yang berbeda dengan teori moneter tradisi klasik. Pada hakekatnya perbedaan ini terletak pada penekanan pada fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya sebagai means of exchange. Teori ini kemudian dikenal dengan nama teori Liquidity Preference. 2.2.2.2.1 Motif Transaksi dan Berjaga-jaga

Orang memegang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksinya, dan permintaan akan uang dari masyarakat untuk tujuan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional dan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat pendapatan semakin besar volume transaksi dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk tujuan transaksi. Permintaan uang untuk tujuan transaksi ini pun tidak merupakan suatu proporsi yang selalu konstan, tetapi dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Hanya saja faktor tingkat bunga untuk permintaan transaksi untuk uang ini tidak ditekankan

28

oleh Keynes, akan tetapi tingkat bunga ditekankan pada permintaan uang untuk tujuan spekulasi. Motif berjaga-jaga (precautionary motive), orang akan mendapat manfaat dari memegang uang untuk menghadapi keadaan-keadaan yang tidak terduga, karena sifat uang yang liquid, yaitu mudah ditukarkan dengan barang-barang lain. Menurut Keynes permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor yang mempengaruhi permintaan uang untuk transaksi, yaitu terutama dipengaruhi pula oleh tingkat penghasilan orang tersebut, dan mungkin dipengaruhi pula oleh tingkat bunga (meskipun tidak kuat pengaruhnya). 2.2.2.2.2 Motif Spekulasi

Sesuai dengan namanya , motif dari memegang uang ini adalah terutama untuk tujuan memperoleh keuntungan yang bisa diperoleh dari seandainya si pemegang uang tersebut meramal apa yang akan terjadi dengan benar. Pada teori Cambridge faktor ketidaktentuan masa depan (uncertainly) dan faktor harapan (expectations) dari pemilik kekayaan bisa mempengaruhi permintaan akan uang dari pemilik kekayaan tersebut. Namun sayangnya teori ini tidak pernah membakukan faktor-faktor ini ke dalam perumusan teori moneter mereka. (Kita lihat bahwa bentuk permintaan dari teori Cambridge tidak berbeda dengan Fisher, dan faktor-faktor ini hanya masuk analisa secara

29

kualitatif). Perumusan permintaan uang untuk motif spekulasi dari Keynes merupakan langkah formalisasi dari faktor-faktor ini ke dalam teori moneter. Keynes tidak membicarakan faktor uncertainly dan expectations hanya secara umum, seperti teori Cambridge. Tetapi ia membatasi uncertainly dan expectations mengenai satu variable yaitu tingkat bunga. Pada garis besarnya teori Keynes membatasi pada keadaan dimana pemilik kekayaan bisa memilih memegang kekayaannya dalam bentuk uang tunai atau obligasi (bond). Uang tunai dianggap tidak memberikan penghasilan sedangkan obligasi dianggap memberikan berupa sejumlah uang tertentu setiap periode. Dalam teori Keynes dibicarakan khusus obligasi yang memberikan suatu penghasilan berupa sejumlah uang tertentu setiap periode selama waktu yang tak terbatas (perpetuity). Secara umum bisa ditulis dengan persamaan sebagai berikut : K = RP(1) Dimana K adalah hasil per tahun yang diterima, R adalah tingkat bunga, dan P adalah harga pasar atau nilai sekarang dalam obligasi perpetuity tersebut. Persamaan tersebut bisa juga ditulis sebagai berikut : P = K/R..(2)

30

yang menunjukkan bahwa (karena K adalah konstan) harga pasar obligasi (P) berbanding terbalik dengan tingkat bunga R bila tingkat bunga turun, maka berarti harga pasar obligasi naik, dan sebaliknya bila tingkat bunga naik maka harga pasar obligasi turun, atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat suku bunga semakin rendah permintaan uang tunai oleh seseorang atau masyarakat. Karena, semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin besar ongkos memegang uang tunai sehingga seseorang atau masyarakat lebih baik membeli obligasi. Sebaliknya apabila tingkat suku bunga semakin rendah maka semakin rendah pula ongkos memegang uang tunai dan semakin besar seseorang atau masyarakat untuk menyimpan uang tunai. Permintaan total akan uang : Bentuk yang sederhana dari fungsi permintaan (total) akan uang dari teori Keynes adalah: Md/P = [ k Y + (R, W) ].(1) Md/P adalah permintaan uang total dalam arti riil, suku pertama dalam kurung, yaitu k Y adalah permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga, yang dinyatakan sebagai suatu proporsi (k) dari pendapatan nasional riil. (R, W) adalah permintaan akan uang untuk motif spekulasi yang dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat bunga yang berlaku (R) dan nilai asset (kekayaan atau wealth) yang ada di masyarakat (W). Variable W ini dimasukkan karena

31

permintaan uang untuk motif spekulasi dinyatakan sebagai bagian dari W yang dipegang dalam bentuk uang tunai. Persamaan (1) tersebut bisa pula dinyatakan dalam bentuk permintaan akan uang dalam satuan moneter sebagai berikut : Md = [ k Y + (R, W) ] P..(2) dalam analisa jangka pendek W biasanya dianggap konstan sehingga fungsi (2) menjadi : Md = [ k Y + (R) ] P(3) dimana (R) = (R,W), dalam posisi equilibrium, supply uang (Ms), yang dianggap juga oleh Keynes sebagai variable yang ditentukan oleh pemerintah, sama dengan Md. Sehingga : Ms = [ k Y + (R) ] P(4) Teori permintaan uang Keynes mempunyai implikasi bahwa fungsi

permintaan akan uang (Liquidity Preference) adalah fungsi yang tidak stabil, dalam arti bahwa fungsi ini bisa bergeser dari waktu ke waktu. Hal ini karena Keynes menekankan faktor uncertainly dan expectation dalam menentukan posisi permintaan uang untuk tujuan spekulasi (Boediono, 2005 : 27).

32

2.2.2.3

Teori Kuantitas Modern (Friedman)

Friedman tidak bertitik tolak dari pembahasan yang mendalam mengenai motif-motif memegang uang. Secara umum dianggap bahwa orang mau memegang uang karena uang adalah salah satu bentuk aktiva (asset) yang memberikan manfaat karena merupakan sumber daya beli yang liquid (readily available source of purchasing power). Teori permintaan uang Friedman menganggap bahwa pemilik kekayaan memutuskan aktiva-aktiva apa (termasuk uang tunai) dan berapa yang akan ia pegang atas dasar perbandingan manfaat (penghasilan dalam bentuk uang ataupun dalam bentuk in natura ataupun utility), selera dan jumlah kekayaannya. Pengertian kekayaan dari Friedman mempunyai ciri khas, yaitu bahwa yang dimasukkan dalam definisi kekayaan tidak hanya aktiva-aktiva yang berbentuk uang atau bisa diubah (dijual) menjadi uang, tetapi juga nilai (tepatnya,nilai sekarang atau present value) dari aliran aliran penghasilan di tahun-tahun mendatang dari tenega kerjanya. Friedman berpendapat bahwa kekayaan tidak lain adalah nilai sekarang dari aliran-aliran penghasilan yang diharapkan dari aktiva - aktiva yang dipegang. Konsep kekayaan dari Friedman ini merupakan suatu inovasi dalam teori ekonomi mengenai capital, dan sekaligus merupakan jembatan antara teori permintaan biasa (untuk barang dan jasa) dengan teori capital.

33

Pengertian yang kedua adalah konsep manfaat. Manfaat dari setiap bentuk aktiva merupakan faktor pertimbangan dari pemilik kekayaan untuk memutuskan berapa jumlah dari masing-masing bentuk aktiva yang akan ia pegang. Disebut diatas bahwa Marginal Rate of Substitution dari suatu aktiva terhadap aktiva-aktiva lain menurun dengan makin besarnya jumlah aktiva tersebut yang dipegang. Ini berarti bahwa bila seseorang memegang terlalu banyak satu bentuk aktiva, misalnya uang maka manfaat marginal dari uang akan menjadi lebih kecil dari pada marginal returns dari aktiva-aktiva yang lain. Ini berarti bahwa ia bila ia mengurangi jumlah uang yang ia pegang dan menggantinya dengan aktiva-aktiva lain berupa obligasi, surat-surat berharga lainnya ataupun aktiva fisik seperti mobil, rumah, mesin dan sebagainya, maka orang tersebut akan memperoleh manfaat total yang lebih besar. Jadi, menurut pandangan Friedman permintaan uang ditentukan oleh faktor seperti berikut : tingkat harga, suku bunga obligasi, suku bunga equities, modal fisik dan kekayaan mengenai peranan harga dalam menentukan permintaan uang, Friedman berpendapat dikarenakan memegang uang adalah salah satu cara untuk menyimpan kekayaan. Cara-cara yang lain adalah menyimpan uang dalam bentuk harta keuangan (financial asset) seperti obligasi, deposito dan saham, menyimpan dalam bentuk harta tetap (tanah dan rumah) dan kekayaan manusiawi (Boediono, 2005 : 63).

34

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang seperti diatas, teori permintaan yang didasarkan pada teori kuantitas modern yang dikembangkan oleh Friedman dapat dinyatakan dalam persamaan berikut : Md = f (P, r, rFC, Y) Dimana Md adalah permintaan uang nominal, P adalah tingkat harga, r adalah tingkat suku bunga, rFC adalah tingkat pengembalian modal fisik dan Y adalah pendapatan dan kekayaan. Apabila dipertimbangkan pula pandangan Friedman mengenai permintaan uang riil, maka persamaan permintaan uang dinyatakan : Md/P = f (P, r, Y*) Dimana Md/P adalah permintaan uang riil, P adalah tingkat kenaikan harga, r adalah tingkat bunga dan Y* adalah nilai pendapatan dan kekayaan riil. Model permintaan uang riil diatas masih dalam bentuk umum, secara spesifik, bentuk fungsi diatas masih sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti perkembangan institusi keuangan dan kelembagaan lainnya yang terkait didalam perekonomian dan juga oleh kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah (Sidiq, 2005 : 33).

35

2.3 Penjelasan Teoritis Variable Penelitian 2.3.1 Pengaruh PDB Terhadap Permintaan Uang Pendapatan Nasional menggambarkan tingkat produksi negara yang dicapai dalam satu tahun tertentu dan perubahannya dari tahun ke tahun. Maka ia mempunyai peranan penting dalam menggambarkan (i) tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai, dan (ii) perubahan pertumbuhannya dari tahun ke tahun. Produk nasional atau pendapatan nasional adalah istilah yang menerapkan tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan sesuatu negara dalam suatu tahun tertentu (Sukirno, 2004 : 17) Implikasi dari teori Fisher bahwa Permintaan akan uang didalam suatu masyarakat merupakan suatu proporsi tertentu dari volume transaksi, dan volume transaksi merupakan suatu proporsi konstan pula dari tingkat output masyarakat (pendapatan nasional). Jadi permintaan akan uang pada analisa akhir ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional saja (Boediono, 2005 : 20). 2.3.2 Pengaruh Tingkat Bunga Terhadap Permintaan Uang Permintaan uang untuk tujuan spekulasi hanya dikenal oleh pengikut Keynes sedang kaum klasik tidak sependapat tentang hal tersebut. Dalam permintaan uang untuk spekulasi ini tergantung pada tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat suku bunga semakin rendah permintaan uang tunai oleh seseorang atau masyarakat. Alasannya adalah semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin besar ongkos

36

memegang uang tunai sehingga seseorang atau masyarakat lebih baik membeli obligasi. Sebaliknya semakin rendah tingkat suku bunga maka semakin rendah ongkos memegang uang tunai dan semakin besar seseorang atau masyarakat menyimpan uang tunai (Sidiq, 2005). 2.3.3 Pengaruh Inflasi Terhadap Permintaan Uang Pada saat krisis terjadi peningkatan jumlah uang yang cukup pesat, peningkatan keinginan masyarakat untuk memegang uang tunai disebabkan karena hilangnya kepercayaan terhadap system perbankan yang ada dengan terjadinya rush atau pengambilan uang secara serentak yang dilakukan oleh masyarakat pada bankbank di seluruh Indonesia, adanya inflasi menyebabkan masyarakat membutuhkan uang yang lebih banyak karena harga barang-barang membumbung tinggi, sehingga masyarakat membutuhkan uang yang lebih banyak untuk melakukan transaksi. 2.3.4 Pengaruh Kurs Dollar Terhadap Permintan Uang

Variabel kurs Dollar Amerika Serikat memiliki hubungan yang signifikan positif terhadap permintaan uang di Indonesia. Berarti setiap terjadi depresiasi rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat maka akan meningkatkan permintaan uang di Indonesia, demikian juga sebaliknya. Hal ini disebabkan ketika nilai rupiah terdepresiasi maka harga barang-barang impor menjadi lebih mahal sehingga diperlukan rupiah yang lebih banyak guna untuk membeli barang impor tersebut (Prasojo, 2003).

37

2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang digunakan dalam melakukan penelitian ini antara lain : a. Diduga PDB berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap permintaan uang baik M1 maupun M2. b. Diduga tingkat suku bunga akan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap permintaan uang baik M1 maupun M2. c. Diduga inflasi akan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap permintaan uang baik M1 maupun M2. d. Diduga kurs Dollar Amerika terhadap Rupiah akan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap permintaan uang baik M1 maupun M2. e. Diduga krisis akan berpengaruh terhadap permintaan uang baik M1 maupun M2.

38

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dan dibuat oleh pihak lain yang dikumpulkan dalam rentan waktu tertentu. Data ini dikumpulkan dalam interval waktu secara kontinu (time series). Merupakan data sekunder yang diperoleh dari : a. Kantor BPS (Biro Pusat Statistik) DIY. b. Bank Indonesia. c. Sumber-sumber lain yang mendukung penelitian ini.

3.2 Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif, yaitu mendiskripsikan suatu permasalahan dan menganalisis data dan hal-hal yang berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah yang sedang diteliti.

39

3.2.1

Pemilihan Model Regresi Pemilihan model regresi ini menggunakan uji Mackinnon, White and

Davidson (MWD) yang bertujuan untuk menentukan apakah model yang akan di gunakan berbentuk linier atau log linier. Persamaan matematis untuk model regresi linier dan regresi log linier adalah sebagai berikut : Linier Y = o + 1 X1 + 2 X2 + 3X3 + 4X4 + 5Di + e

Log Linier lnY = o + 1 lnX1 + 2 lnX2 + 3 lnX3 + 4 lnX4 + 5 lnDi + e Untuk melakukan uji MWD ini kita asumsikan bahwa :

Ho : Y adalah fungsi linier dari variabel independen X (model linier) H1 : Y adalah fungsi log linier dari varibel independen X (model log linier) Adapun prosedur metode MWD adalah sebagai berikut : 1. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksinya (fitted value) dan selanjutnya dinamai F1. 2. Estimasi model log linier dan dapatkan nilai prediksinya, dan selanjutnya dinamai F2. 3. 4. Dapatkan nilai Z1 = ln F1-F2 dan Z2 = antilog F2-F1. Estimasi persamaan berikut ini :

40

Y = 0 + 1 x1 + 2 x2 + 3 x3 + 4 x4 + 5 Di + 6 Z1 + e Jika Z1 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak hipotesis nul bahwa model yang benar adalah model log linier dan sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis nul bahwa model yang benar adalah model linier 5. Estimasi persamaan berikut : lnY = 0 + 1 ln x1 + 2 ln x2 +3 ln x3 +4 ln x4+ 5 Di +6 Z2 + e Jika Z2 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak hipotesis alternatif dan model yang benar adalah model linier dan sebaliknya jika tidak signifikan maka kita menerima hipotesis alternatif dan model yang benar adalah model log linier. 3.2.2 Persamaan Regresi Secara umum regresi adalah berkenaan dengan studi ketergantungan satu variable (variable tak bebas) pada satu atau lebih variable lain (variable yang menjelaskan), dengan maksud untuk menaksir atau meramalkan nilai rata-rata hitung (mean) atau rata-rata (populasi) variable tak bebas, yang di pandang dari segi nilai yang diketahui atau tetap (dalam pengambilan sample berulang-ulang) dari variable yang menjelaskan. Tujuan dari regresi ada tiga, antara lain : (Damodar Gujarati, 1999 : 124 )

41

1.

Untuk mengestimasi nilai rata-rata variable tak bebas dan nilai rata-rata variable bebas tertentu.

2.

Untuk

menguji

hipotesis

mengenai

sifat

alamiah

ketergantungan hipotesis. 3. Untuk memprediksi atau meramalkan nilai rata-rata variabel tak bebas dan nilai rata-rata variabel bebas tertentu. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang di Indonesia pada tahun 1990.1 2005.4. Bentuk regresi yang di gunakan dalam analisis ini adalah bentuk regresi linear yang menggunakan variabel Dummy, yang mana untuk mengetahui model hubungan antar varibel dependent dengan variabel independent dan bertujuan untuk membandingkan masa sebelum krisis dan setelah krisis, dimana dalam penelitian ini menggunakan 5 variabel ( 4 variabel independent dan 1 variabel Dummy) dan asumsinya pasar dalam keseimbangan Md = Ms. Bentuk secara umum dari metode ekonometrika yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Linear Ym1 = 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + 5Di
+

Linear

Ym2

= 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + 5Di
+

42

Log Linear

lnYm1 = 0 + 1 ln X1 + 2 ln X2 + 3 ln X3 + 4 ln X4 + 5 ln Di + e

Log Linear

lnYm2 = 0 + 1 ln X1 + 2 ln X2 + 3 ln X3 + 4 ln X4 + 5 ln Di + e

Dimana : Ym1 Ym2 0 0 = Permintaan / Penawaran Uang M1 (milyar) = Permintaan / Penawaran Uang M2 (milyar) = Konstanta M1 = Konstanta M2

1, 2, 3, 4 = Koefisien Regresi M1 1, 2, 3, 4 e X1 X2 = Koefisian Regresi M2 = Variabel Pengganggu = PDB harga konstan 1993 menurut lapangan usaha (milyar) = Tingkat suku bunga deposito berjangka 3 bulan pada bank umum (persen) X3 = Tingkat inflasi, yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (persen)

43

X4 Di

= Kurs Dollar Amerika terhadap Rupiah (rupiah) = Dummy variabel 0 = sebelum krisis, 1 = setelah krisis

Dari hasil analisis regresi linear tersebut akan diperoleh koefisien regresi linear dari masing-masing variabel. Untuk menguji setiap koefisien regresi yang akan diperoleh dengan menggunakan bantuan alat analisis E-views. 3.3 Pengujian Hipotesa Untuk menguji bisa atau tidak model regresi tersebut di gunakan dan untuk menguji kebenaran hipotesis yang dilakukan, maka diperlukan pengujian statistik, antara lain : 3.3.1 Uji t

Hal ini dilakukan dengan cara pengujian variabel-variabel independent secara parsial (individu), digunakan untuk mengetahui signifikasi dan pengaruh variabel independent secara individu terhadap variasi terhadap variabel independent lainnya. Disini peneliti menggunakan uji t melalui probabilitas, penjelasannya sebagai berikut : t-hitung = i SE (i) Dengan 5% maka Hipotesis yang digunakan :

44

Ho : i < 0 ; berarti variabel independent tidak mempengaruhi variabel dependent. Hi : i > 0 ; berarti variabel independent mempengaruhi variabel dependent. Apabila probabilitas < dari 0.05, maka dapat dikatakan signifikan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil keputusan dengan menggunakan probabilitas. 3.3.2 Uji F

Hal ini dilakukan dengan cara pengujian terhadap variabel-variabel independent secara bersama-sama yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independent secara individu terhadap variabel dependent. Disini peneliti melakukan uji F dengan menggunakan probabilitas, perhitungannya adalah sebagai berikut : F-hitung = R2 / (K 1 )

(1 R2 )/(n K) Hipotesis yang digunakan : Ho : 1 = 2 = 3 = 0 , maka variabel independent secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependent. Ha : 1 2 3 0 , maka variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependent.

45

Apabila probabilitas (F-Statistik) < dari 0.05 , maka bisa dikatakan signifikan.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil keputusan dengan menggunakan probabilitas. 3.3.3 Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 menunjukan besarnya variabel-variabel independent dalam mempengaruhi variabel dependent. Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 ( 0 R2 1 ). Semakin besar nila R2, maka semakin besar variasi variabel dependent yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independent. Sebaliknya, makin kecil nilai R2, maka semakin kecil variasi variabel dependent yang dapat di jelaskan oleh variasi variabel independent. Sifat dari koefisien determinasi adalah : R2 merupakan besaran yang non negatif. Batasnya adalah ( 0 R2 1 ). (Damodar Gujarati)

Apabila R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel-variabel independent dengan variabel dependent. Semakin besar nilai R2 maka semakin tepat garis regresi dalam menggambarkan nilai-nilai observasi.

46

3.3.4

Uji Chow

Uji Chow merupakan uji perubahan struktural pada model regresi. Adanya perubahan struktural ini berarti nilai estimasi tidak sama dalam periode penelitian. Dengan kata lain perubahan struktural ini akan menyebabkan adanya perbedaan dalam intersep (konstanta) atau slope atau kemugkinan adanya perbedaan baik intersep maupun slope garis regresi. Kita akan menggunakan model linear permintaan uang untuk mengetahui adakah terjadi perubahan struktural akibat krisis moneter dalam penelitian 19902005. Model regresi linear permintaan uang adalah sebagai berikut: Linear Ym1 = 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + 5Di
+

Linear

Ym2

= 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + 5Di
+

Dimana : Ym1 Ym2 0 0 = Permintaan / Penawaran Uang M1 (milyar) = Permintaan / Penawaran Uang M2 (milyar) = Konstanta M1 = Konstanta M2

47

1, 2, 3, 4 = Koefisien Regresi M1 1, 2, 3, 4 e X1 X2 = Koefisian Regresi M2 = Variabel Pengganggu = PDB harga konstan 1993 menurut lapangan usaha (milyar) = Tingkat suku bunga deposito berjangka 3 bulan pada bank umum (persen) X3 = Tingkat inflasi, yang digunakan adalah indeks Harga Konsumen (persen) X4 Di = Kurs Dollar Amerika terhadap Rupiah (rupiah) = Dummy variabel 0 = sebelum krisis, 1 = setelah krisis

Ada tidaknya perubahan struktural maka waktu periode penelitian dibagi menjadi dua yaitu 1990.1-1997.2 dan 1997.3-2005.4. Periode pertama dan dengan jumlah observasi n1 = 30 merupakan periode sebelum krisis moneter dan periode kedua dengan jumlah observasi n2 = 34 masa setelah krisis. Periode sebelum krisis 1990.1-1997.2 : Ym1 Ym2 = 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + 5Di = 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + 5Di
+

e e

48

Periode setelah krisis 1997.2-2005.4 : Ym1 Ym2 = 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + 5Di = 0 + 1 X1 + 2 X2 + 3 X3 + 4 X4 + 5Di


+

e e

Jika ada perubahan struktural maka kemungkinan hasilnya adalah dua yaitu regresi tersebut mempunyai intersep yang berbeda atau slope berbeda baik intersep maupun slope berbeda. Tetapi jika tidak ada perubahan struktural maka kita dapat menggabungkan regresi n1 dan n2. Menurut Chow, jika terjadi perubahan struktural didalam persamaan regresi maka RSS1 dan RSSUR seharusnya adalah sama secara statistik. Jika nilai F hitung tersebut lebih besar dari nilai F kritis maka kita menolak hipotesis tidak adanya perubahan struktural atau terjadi perubahan struktural dan sebaliknya jika F hitung lebih kecil dari nilai F kritis maka tidak terjadi perubahan struktural. 3.4 Uji Asumsi Klasik Pada prakteknya, beberapa masalah sering muncul pada saat analisis regresi digunakan untuk mengestimasi suatu model dengan sejumlah data. Masalah tersebut dalam buku ekonometrika termasuk dalam pengujian asumsi klasik yaitu ada tidaknya masalah heterokedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas. Terjadinya penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut diatas akan menyebabkan uji statistik (uji t-stat dan f-stat) yang dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik akan mengacaukan kesimpulan yang diperoleh.

49

3.4.1

Uji Multikolinearitas

Multikolineritas adalah tidak adanya hubungan hubungan linear antar variabel independent dalam suatu model regresi. Suatu model regresi dikatakan terkena multikolinearitas bila terjadi hubungan linear yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua varibel bebas dari suatu model regresi. Akibatnya akan kesulitan untuk dapat melihat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependentnya. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dengan membandingkan nilai koefisien determinasi parsial (r2) dengan nilai koefisien determinasi majemuk (R2), jika r2 lebih kecil dari nilai R2 maka tidak terdapat multikolinearitas. Cara lain untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan menggunakan korelasi antar variabel dimana apabila kurang dari 0.85 maka tidak terdapat multikolinearitas dan sebaliknya apabila hubungan variabel di atas 0.85 maka terdapat multikolinieritas. 3.4.2 Uji Autokorelasi (metode Langrange Multipier)

Autokorelasi adalah adanya korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data runtut waktu atau time series) atau ruang (seperti dalam data lintas sektoral atau cross section). Ho : tidak ada autokorelasi Ha : ada autokorelasi

50

Dengan tingkat signifikan () sebesar 5% dan menggunakan distribusi 2, maka : Jika 2 hitung < 2 kritis, berarti Ho diterima Jika 2 hitung > 2 kritis, berarti Ho ditolak Atau dengan cara lain untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model bisa dilakukan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), yaitu dengan cara membandingkan antara DW statistik (d) dengan dL dan dU, jika DW statistik berada diantara dU dan 4- dU maka tidak ada autokorelasi.

Autokorelasi Positif

ragu-ragu

tidak ada autokorelasi ragu-ragu

Autokorelasi negatif

dl

du

4-du

4-dl

Gambar 3.1. Statistik Durbin-Watson d Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan jelas dalam Tabel 3.1. berikut ini :

51

Tabel 3.1 Uji Statistik Durbin-Watson d

Nilai Statistik
0<d<dl

Hasil

Menolak hipotesa nol; ada autokorelasi positif Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan Menerima hipotesa nol; tidak ada autokorelasi

dlddu

dud4-du 4-dud4-dl

positif / negatif Daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan Menolak hipotesa nol; ada autokorelasi

4-dld4

negative

3.4.3

Uji Heteroskedasitisitas (metode white)

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 ) dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.

52

Pedoman dalam penggunaan model white test adalah jika nilai Chi-Square hitung (n. R2) lebih besar dari nilai 2 kritis dengan derajat kepercayaan tertentu () maka ada heteroskedasitisitas dan sebaliknya jika Chi-Square hitung lebih kecil dari nilai 2 menunjukan tidak adanya heterokedasitisitas.

53

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

4.1 Deskripsi Data Penelitian Semua data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data runtut waktu (time series), dimana data yang dikumpulkan dalam kurun waktu tertentu dari suatu sample. Dalam penelitiaan ini data yang digunakan adalah data pada tahun 1990.1 2005.4. Variabel dependent yang digunakan adalah jumlah permintaan uang M1 dan M2, sedangkan variabel independent yang digunakan adalah X1 : Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan 1993 (milyar), X2 : tingkat suku bunga deposito berjangka 3 bulan pada bank umum (persen), X3 : inflasi yang digunakan adalah pertumbuhan indeks harga konsumen (persen), X4 : kurs dollar terhadap rupiah (rupiah) dan d97 : variabel dummy 0 = sebelum krisis dan 1 = setelah krisis. 4.2 Uji Spesifikasi Model 4.2.1 Uji Mackinnon, White dan Davidson (MWD) Mengingat pentingnya spesifikasi model untuk menentukan bentuk suatu fungsi suatu model empirik dinyatakan dalam bentuk linier ataukah nonlinier dalam suatu penelitian, maka dalam penelitian ini juga akan dilakukan uji tersebut. Dalam

54

penelitian kali ini, peneliti akan menggunakan uji Mackinnon, White, Davidson (MWD).

Tabel 4.1 MWD untuk regresi linear M1


Dependent Variable: M1 Method: Least Squares Date: 12/06/07 Time: 11:06 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X2 X3 X4 D97 Z1 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -127791.1 1.297390 -777.1889 603.1152 4.213537 -20963.51 -37766.34 0.994977 0.994449 5916.065 1.99E+09 -642.9728 1.709459 Std. Error 9647.889 0.107561 121.5841 27.00032 0.645146 4422.609 3683.511 t-Statistic -13.24550 12.06186 -6.392194 22.33734 6.531138 -4.740078 -10.25281 Prob. 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 108166.0 79402.30 20.31165 20.54778 1881.927 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

Sumber : Hasil Eviews

55

Tabel 4.2 MWD untuk regresi log linear M1

Dependent Variable: LOG(M1) Method: Least Squares Date: 12/06/07 Time: 11:07 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C LOG(X1) LOG(X2) LOG(X3) LOG(X4) D97 Z2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -11.68466 1.476407 -0.099721 0.644531 0.365934 -0.037235 -1.48E-06 0.996176 0.995774 0.053802 0.164995 99.93116 1.369522 Std. Error 1.058798 0.093283 0.022908 0.065695 0.051743 0.053385 6.76E-07 t-Statistic -11.03578 15.82711 -4.353029 9.810961 7.072192 -0.697480 -2.183671 Prob. 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.4883 0.0331 11.28344 0.827592 -2.904099 -2.667971 2474.934 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

Sumber : Hasil Eviews

Dari hasil uji MWD di atas, kita mendapatkan hasil berupa : T-Statistik Z1 = -10.25281, probabilitas = 0.0000. Berarti dapat disimpulkan bahwa Z1 signifikan pada tingkat < 0.05. Dan menolak hipotesis nol sehingga model yang tepat adalah log linear. T-Statistik Z2 = -2.183671, probabilitas = 0.0331. Berarti dapat disimpulkan bahwa Z2 signifikan pada tingkat < 0.05. Dan menolak hipotesis alternatif sehingga model yang tepat adalah linear.

56

Berdasarkan hasil uji MWD diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa model yang kita gunakan untuk permintaan uang M1 adalah menggunakan model linear dan dapat pula menggunakan model log linear. Disini peneliti memilih untuk menggunakan model linear. Tabel 4.3 MWD untuk regresi linear M2
Dependent Variable: M2 Method: Least Squares Date: 12/07/07 Time: 11:54 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X2 X3 X4 D97 Z1 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -277634.2 2.498095 -2155.820 2469.398 16.94159 47815.68 -56781.84 0.997338 0.997058 19275.24 2.12E+10 -718.5664 1.701637 Std. Error 27646.76 0.317993 415.7399 93.42546 2.093718 14578.00 19891.57 t-Statistic -10.04220 7.855825 -5.185503 26.43175 8.091630 3.279989 -2.854568 Prob. 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0018 0.0060 491372.5 355362.0 22.67395 22.91008 3559.377 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

Sumber : Hasil Eviews

57

Tabel 4.4 MWD untuk regresi log linear M2


Dependent Variable: LOG(M2) Method: Least Squares Date: 12/07/07 Time: 11:55 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C LOG(X1) LOG(X2) LOG(X3) LOG(X4) D97 Z2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -16.99162 1.918253 0.147852 0.925147 0.325151 -0.104150 -1.28E-06 0.997023 0.996710 0.052963 0.159887 100.9374 1.605068 Std. Error 1.060518 0.092209 0.021487 0.061462 0.050449 0.052306 1.09E-07 t-Statistic -16.02200 20.80320 6.880934 15.05241 6.445164 -1.991161 -11.73877 Prob. 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0513 0.0000 12.75050 0.923355 -2.935543 -2.699415 3181.949 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

Sumber : Hasil Eviews

Dari hasil uji MWD di atas, kita mendapatkan hasil berupa : T-Statistik Z1 = -2.854568, probabilitas = 0.0060. Berarti dapat disimpulkan bahwa Z1 signifikan pada tingkat < 0.05. Dan menolak hipotesis nol sehingga model yang tepat adalah log linear. T-Statistik Z2 = -11.73877, probabilitas = 0.0000. Berarti dapat disimpulkan bahwa Z2 signifikan pada tingkat < 0.05. Dan menolak hipotesis alternatif sehingga model yang tepat adalah linear. Berdasarkan hasil uji MWD diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa model yang kita gunakan untuk permintaan uang M2 adalah menggunakan model linear dan

58

dapat pula menggunakan model log linear. Disini peneliti memilih untuk menggunakan model linear. 4.3 Hasil dan Analisis Regresi M1 Hasil regresi meliputi penyajian hasil regresi hubungan antara variabel dependent (yang dipengaruhi) dengan variabel independent (yang mempengaruhi ), secara statistik langkah analisis yang dilakukan adalah meliputi variabel-variabel independent secara individu, secara serentak dan asumsi klasik. Tabel 4.5 Hasil Regresi Permintaan Uang M1
Dependent Variable: M1 Method: Least Squares Date: 12/06/07 Time: 10:56 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X2 X3 X4 D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -79863.08 0.768627 -734.7768 658.8330 2.994092 -16462.80 0.985714 0.984483 9890.937 5.67E+09 -676.4219 0.533578 Std. Error 14110.26 0.157811 203.1560 44.21743 1.060117 7357.548 t-Statistic -5.659930 4.870561 -3.616811 14.89985 2.824304 -2.237538 Prob. 0.0000 0.0000 0.0006 0.0000 0.0065 0.0291 108166.0 79402.30 21.32569 21.52808 800.4109 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

Sumber : Hasil Eviews

59

Hasil regresi yang ditampilkan pada tabel 4.5 menunjukan bahwa persamaan regresi berganda antara permintaan uang M1 dengan Produk Domestik Bruto, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, kurs Dollar terhadap Rupiah dan variabel dummy adalah: 4.3.1. Uji Regresi Secara Individual (Uji t ) T-statistik X1 = 4.870561, probabilitas = 0.0000, dengan koefisien korelasi = 0.768627 T-statistik X2 = -3.616811, probabilitas = 0.0006, dengan koefisien korelasi = -734.7768 T-statistik X3 = 14.89985, probabilitas = 0.0000, dengan koefisien korelasi = 658.8330 T-statistik X4 = 2.824304, probabilitas = 0.0065, dengan koefisien korelasi = 2.994092 T-statistik d97 = -2.237538, probabilitas = 0.0291, dengan koefisien korelasi = -16462.80 Dari hasil interprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa : X1 (produk domestik bruto) signifikan pada tingkat < 0.05 yang berarti X1 ( produk domestik bruto) berpengaruh terhadap permintaan uang M1. X2 (tingkat suku bunga) signifikan pada tingkat < 0.05 yang berarti X2 (tingkat suku bunga) berpengaruh terhadap permintaan uang M1.

60

X3 (inflasi) signifikan pada tingkat < 0.05 yang berarti X3 (inflasi) berpengaruh terhadap permintaan uang M1. X4 (kurs Dollar) signifikan pada tingkat < 0.05 yang berarti X4 (kurs Dollar) berpengaruh terhadap permintaan uang M1. D97 (variabel dummy) signifikan pada tingkat < 0.05 yang berarti d97 (variabel dummy) berpengaruh terhadap permintaan uang M1. 4.3.2 Uji Regresi Secara Keseluruhan (Uji F) F-statistik menggambarkan hasil analisa regresi variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependent. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa F-hitung ( F-statistik ) sebesar 800.4109 dan dengan probabilitas 0.000000, dengan tingkat = 0.05, dapat dilihat bahwa probabilitasnya lebih kecil dari yaitu 0.000000 < 0.05, dengan demikian variabel independent secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (permintaan uang M1). 4.3.3 Koefisien Determinasi (R2) Dari hasil regresi diatas, dapat diketahui bahwa R Square sebesar 0.985714, ini menunjukan bahwa sebesar 98.5714% variabel independent yang berupa Produk Domestik Bruto, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, kurs Dollar terhadap Rupiah dan variable dummy mampu menjelaskan variabel dependent (permintaan uang M1). Dapat juga dikatakan bahwa variable-variabel independent tersebut mempunyai

pengaruh sebesar 98.5714% terhadap variabel permintaaan uang M1, sedangkan

61

sisanya sebesar 1.428% dijelaskan oleh variable-variabel lain selain ke empat variable indepemdent tersebut ( dijelaskan oleh variable lainnya yang tidak termasuk dalam model ). 4.3.4 Uji Chow M1 Uji Chow merupakan uji perubahan struktural pada model regresi. Adanya perubahan struktural ini berarti nilai estimasi tidak sama dalam periode penelitian. Dengan kata lain perubahan struktural ini akan menyebabkan adanya perbedaan dalam intersep (konstanta) atau slope atau kemugkinan adanya perbedaan baik intersep maupun slope garis regresi. Jika nilai F hitung tersebut lebih besar dari nilai F kritis maka kita menolak hipotesis tidak adanya perubahan struktural atau terjadi perubahan struktural dan sebaliknya jika F hitung lebih kecil dari nilai F kritis maka tidak terjadi perubahan struktural. Untuk mengetahui ada tidaknya perubahan struktural dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.6 Uji Chow M1
Chow Breakpoint Test: 1997:3 F-statistic Log likelihood ratio 24.37084 Probability 75.56296 Probability 0.000000 0.000000

Sumber : Hasil Eviews

62

Dari hasil uji Chow diatas nilai F hitung sebesar 24.37084 sedangkan nilai kritis tabel F dengan : 5% dengan df (5, 64) = 2.37, dengan demikian karena F hitung lebih besar daripada F tabel maka menolak hipotesis tidak adanya perubahan struktural atau dengan kata lain terjadi perubahan struktural. Sedangkan pada uji LR, nilai hitung statistik Chi Square (2) = 75.56296 sedangkan nilai kritis dari statistik statistik Chi Square (2) dengan : 5% dengan df 7 (m-1)/k atau (33/5) sebesar 14.0671. Kesimpulannya kita menolak hipotesis nol yang berarti terjadi perubahan struktural. Hasil uji LR ini mendukung hasil uji F. Bisa juga menolak atau menerima hipotesis nol dengan melihat nilai probabilitas masing-masing uji. Pada tabel 4.6 terlihat bahwa nilai probabilitasnya kurang dari : 5%, Berarti bahwa berdasarkan uji statistik F maupun LR signifikan. Dengan demikian, terjadi perubahan struktural. 4.3.5 Pengujian Asumsi Klasik Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi mengenai ada tidaknya multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi dalam hasil estimasi. Dengan terjadinya penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut diatas akan menyebabkan uji statistik (uji t-stat dan f-stat) yang dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik akan mengacaukan kesimpulan yang diperoleh. 4.3.5.1 Uji Multikolinearitas M1 Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan diantara variabel bebas. Deteksi adanya multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel independent. Dengan

63

melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variabel independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas atau tidak menguji koefisien korelasi (r) antar variabel independen. Hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas M1
X1 X1 X2 X3 X4 D97 1.000000 -0.409238 0.815806 0.622437 0.661092 X2 -0.409238 1.000000 -0.324974 -1.02E-05 -0.013110 X3 0.815806 -0.324974 1.000000 0.871422 0.869974 X4 0.622437 -1.02E-05 0.871422 1.000000 0.927979 D97 0.661092 -0.013110 0.869974 0.927979 1.000000

Sumber : Hasil Eviews Uji multikolinearitas menunjukkan bahwa apabila hasilnya < 0.85 yang berarti tidak terdapat adanya penyakit asumsi klasik, akan tetapi dari tabel diatas terdapat masalah multikolinearitas. 4.3.5.1.1 Penyembuhan Masalah Multikolinearitas M1

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diatas terdapat beberapa penyakit asumsi klasik antara lain : o Hubungan antara variabel Inflasi (X3) dengan kurs Dollar (X4), dan sebaliknya.

64

o Hubungan antara variabel Inflasi (X3) dengan variabel dummy (d97), dan sebaliknya. o Hubungan antara varibel kurs Dollar (X4) dengan variabel dummy (d97), dan sebaliknya. Dengan adanya penyakit pada asumsi klasik tersebut, ada dua cara penanggulangannya antara lain : 1. Tanpa Adanya Perbaikan Multikolinearitas hanya menyebabkan peneliti merasa kesulitan untuk memperoleh estimator dengan standard error yang kecil. Masalah multikolinearitas biasanya juga timbul karena kita hanya mempunyai jumlah observasi yang sedikit. 2. Dengan Perbaikan Menghilangkan Variabel Independen Ketika peneliti menghadapi persoalan serius tentang multikolinearitas, salah satu metode sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menghilangkan salah satu variabel independen yang mempunyai hubungan linear yang kuat. Akan tetapi dengan menghilangkan variabel independen di dalam suatu model akan menimbulkan bias spesifik model regresi. Masalah bias spesifik ini timbul karena peneliti melakukan spesifikasi model yang salah di dalam analisis.

65

Dari hasil uji yang telah dilakukan, dan ternyata terdapat penyakit asumsi klasik maka peneliti menyembuhkan dengan menghilangkan variabel independent. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas, maka peneliti memutuskan untuk menghilangkan variabel Inflasi (X3) dan kurs Dollar (X4). Tabel 4.8 Penyembuhan Multikolinearitas M1
X1 X1 X2 D97 1.000000 -0.409238 0.661092 X2 -0.409238 1.000000 -0.013110 D97 0.661092 -0.013110 1.000000

Sumber : Hasil Eviews Dari hasil penyembuhan penyakit asumsi klasik diatas, menunjukkan bahwa semua hasilnya < 0.85 yang berarti bahwa semua penyakit asumsi klasik dapat disembuhkan, dengan kata lain tidak terdapat multikolinearitas. 4.3.5.2. Uji Autokorelasi M1 (metode Durbin-Watson d) Autokorelasi adalah adanya korelasi antara anggota observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Jika terjadi korelasi antara satu residual dengan residual yang lain, maka model mengandung masalah autokorelasi. Pengujian terhadap gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji DurbinWatson (d2) yaitu dengan membandingkan nilai Durbin-watson hitung (d) dengan

66

nilai Durbin-watson tabel. Durbin-watson tabel dihitung dengan melihat nilai d batas bawah (dL) dan nilai d batas atas (du) pada tabel Durbin-watson. Untuk n = 64; = 5%; k = 5, diperoleh nilai dL 1.438 dan du sebesar 1.767
Autokorelasi positif Ragu-ragu Tidak ada Autokorelasi Ragu-ragu Autokorelasi negatif

1.438

1.767

2.233

2.562

Gambar 4.1 Statistik Durbin Watson d Dari perhitungan menggunakan program Eviews diperoleh nilai DurbinWatson (D - W) adalah 0.533578. Sedangkan dari tabel D W diperoleh nilai dL sebesar 1.438 dan du sebesar 1,767 sehingga diperoleh nilai 4 - dL adalah 2.562 dan nilai 4 du adalah 2.233 . Setelah melihat angka-angka tersebut diketahui bahwa nilai D W lebih kecil dari nilai du dan lebih kecil dari 4 du, sehingga dapat disimpulkan bahwa model terletak didaerah autokorelasi positif. Untuk itu agar model tidak lagi terletak pada daerah keragu-raguan, dan tidak lagi terdapat masalah autokorelasi, maka perlu dilakukan penyembuhan autokorelasi.

67

4.3.5.2.1 Penyembuhan Masalah Autokorelasi M1 Tabel 4.9 Hasil Penyembuhan Autokorelasi M1


Dependent Variable: RES1 Method: Least Squares Date: 12/12/07 Time: 09:33 Sample(adjusted): 1990:2 2005:4 Included observations: 63 after adjusting endpoints Variable C RES1(-1) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -128.1790 0.719961 0.530046 0.522342 6510.747 2.59E+09 -641.5931 2.165282 Std. Error 820.3315 0.086799 t-Statistic -0.156253 8.294578 Prob. 0.8763 0.0000 -206.5252 9420.466 20.43153 20.49956 68.80003 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

Sumber : Hasil Eviews Dari perhitungan menggunakan program Eviews diperoleh nilai DurbinWatson (D - W) adalah 2.165282. Sedangkan dari tabel D W diperoleh nilai dL sebesar 1.438 dan du sebesar 1.767 sehingga diperoleh nilai 4 - dL adalah 2.562 dan nilai 4 du adalah 2.233. Setelah melihat angka-angka tersebut diketahui bahwa nilai D W lebih besar dari nilai du dan lebih kecil dari 4 du, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada lagi masalah autokorelasi pada model. 4.3.5.3 Uji Heterokedasitisitas M1 Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 )

68

dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Dapatkan nilai R2 untuk menghitung 2, di mana 2 = Obs*R square (Gujarati, 1995, hal.379). Untuk mengetahui ada atau tidaknya heterokedasitisitas digunakan white heterokedasiticity baik dengan menggunakan cross term maupun no cross term yang hasilnya dapat dilihat pada tampilan di bawah ini. Tabel 4.10 Hasil Uji White Heterokedasitisitas M1 Cross Term

White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 3.754544 39.58445 Probability Probability 0.000147 0.003709

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/07/07 Time: 15:22 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X1^2 X1*X2 X1*X3 X1*X4 X1*D97 X2 X2^2 X2*X3 X2*X4 X2*D97 X3 X3^2 X3*X4 X3*D97 Coefficient 1.11E+09 -18291.44 0.182104 -1094.455 39.51945 -0.493220 -11944.68 1.39E+08 -954873.8 -179797.7 1406.917 42766011 13434831 -10169.20 520.2975 -15273838 Std. Error 1.45E+09 31790.34 0.173676 611.0769 121.7097 3.345812 13102.85 50282180 238610.8 117993.8 1754.246 20095951 12734206 13974.47 408.3982 9575590. t-Statistic 0.770148 -0.575377 1.048528 -1.791026 0.324703 -0.147414 -0.911609 2.754630 -4.001805 -1.523790 0.802007 2.128091 1.055019 -0.727698 1.273996 -1.595081 Prob. 0.4453 0.5680 0.3001 0.0802 0.7469 0.8835 0.3669 0.0085 0.0002 0.1347 0.4269 0.0390 0.2972 0.4707 0.2094 0.1179

69

Tabel 4.10, (lanjutan) Hasil Uji White Heterokedasitisitas M1 Cross Term


X4 X4^2 X4*D97 D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat -1162255. -10.63049 1246623. -6.94E+08 0.618507 0.453771 68284858 2.05E+17 -1233.331 2.722770 851258.7 5.387738 769135.9 1.76E+09 -1.365337 -1.973090 1.620810 -0.393846 0.1791 0.0548 0.1122 0.6956 88659013 92392606 39.16658 39.84123 3.754544 0.000147

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

Sumber : Hasil Eviews. Dari hasil uji heterokedasitisitas dengan menggunakan uji white test yang menggunakan cross term, dari tabel 4.10 diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0.618507. Nilai Chi-squares hitung sebesar 39.58445 yang diperoleh dari informasi Obs*R-squared, sedangkan nilai kritis Chi-squares (2) pada = 5% dengan df sebesar 19 adalah 30.1435. Karena nilai Chi-squares hitung (2) lebih besar dari nilai kritis Chi-squares (2) maka dapat disimpulkan ada masalah heteroskedastisitas. Model mengandung heteroskedastisitas juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-Squares sebesar 0.003709 yang lebih kecil dari nilai (alpha) sebesar 0,05. kesimpulannya terdapat masalah heteroskedastisitas.

70

Tabel 4.11 Hasil Uji White Heterokedasitisitas M1 No Cross Term


White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 4.310985 26.75816 Probability Probability 0.000294 0.001534

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/07/07 Time: 15:20 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X1^2 X2 X2^2 X3 X3^2 X4 X4^2 D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient 2.62E+09 -61090.82 0.323522 9846878. -184924.1 612355.0 -3980.507 67989.76 -3.695392 25402661 0.418096 0.321112 76126553 3.13E+17 -1246.841 2.060542 Std. Error 7.54E+08 17896.59 0.093096 6009027. 104825.1 2097633. 4313.541 50606.14 2.567570 93817265 t-Statistic 3.476410 -3.413545 3.475140 1.638681 -1.764121 0.291927 -0.922793 1.343508 -1.439257 0.270767 Prob. 0.0010 0.0012 0.0010 0.1071 0.0834 0.7715 0.3602 0.1847 0.1558 0.7876 88659013 92392606 39.27629 39.61362 4.310985 0.000294

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

Sumber : Hasil Eviews. Dari hasil uji heterokedasitisitas dengan menggunakan uji white test yang menggunakan no cross term, dari tabel 4.11 diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0.418096. Nilai Chi-squares hitung sebesar 26.75816 yang diperoleh dari informasi Obs*R-squared, sedangkan nilai kritis Chi-squares (2) pada = 5% dengan df sebesar 9 adalah 16.9190. Karena nilai Chi-squares hitung (2) lebih besar

71

dari nilai kritis Chi-squares (2) maka dapat disimpulkan ada masalah heteroskedastisitas. Model mengandung heteroskedastisitas juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-Squares sebesar 0.001534 yang lebih kecil dari nilai (alpha) sebesar 0,05. kesimpulannya terdapat masalah heteroskedastisitas.

4.3.5.3.1 Penyembuhan Masalah Heteroskedastisitas M1 Dari uji penyembuhan masalah heteroskedastisitas yang dilakukan dengan program Eviews, yaitu dengan menggunakan metode penyembuhan masalah heteroskedastisitas White, yang lebih dikenal dengan standad errors

heteroskedastisitas yang dikoreksi (heteroscedasticity-corrected standard errors). Prosedur metode White dilakukan dengan mengestimasi persamaan regresi linier dengan metode OLS terlebih dahulu, kemudian nilai standard errornya dibandingkan dengan nilai standard error yang dihasilkan estimasi persamaan regresi linier dengan metode koreksi heteroskedastisitas White. Berdasarkan metode White, standard error yang dihasilkan akan lebih besar dari standard error dari metode OLS sehingga nilai t hitungnya juga lebih kecil dari statistik t hitung yang diperoleh dari metode OLS.

72

Tabel 4.12 Hasil Estimasi Regresi Metode OLS M1


Dependent Variable: M1 Method: Least Squares Date: 12/06/07 Time: 10:56 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X2 X3 X4 D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -79863.08 0.768627 -734.7768 658.8330 2.994092 -16462.80 0.985714 0.984483 9890.937 5.67E+09 -676.4219 0.533578 Std. Error 14110.26 0.157811 203.1560 44.21743 1.060117 7357.548 t-Statistic -5.659930 4.870561 -3.616811 14.89985 2.824304 -2.237538 Prob. 0.0000 0.0000 0.0006 0.0000 0.0065 0.0291 108166.0 79402.30 21.32569 21.52808 800.4109 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

Sumber: hasil Eviews

Tabel 4.13 Hasil Penyembuhan Masalah Heteroskedastisitas M1


Dependent Variable: M1 Method: Least Squares Date: 12/12/07 Time: 09:11 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable C X1 X2 X3 X4 Coefficient -79863.08 0.768627 -734.7768 658.8330 2.994092 Std. Error 15169.24 0.179181 177.1916 53.16520 1.170249 t-Statistic -5.264804 4.289668 -4.146793 12.39219 2.558508 Prob. 0.0000 0.0001 0.0001 0.0000 0.0131

73

Tabel 4.13, (lanjutan) Hasil Penyembuhan Masalah Heteroskedastisitas M1


D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat -16462.80 0.985714 0.984483 9890.937 5.67E+09 -676.4219 0.533578 9277.178 -1.774548 0.0812 108166.0 79402.30 21.32569 21.52808 800.4109 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

Sumber hasil Eviews Dari kedua hasil diatas, dapat diketahui nilai standard error dan t- hitung dari kedua hasil estimasi sebagai berikut : Tabel 4.14 Tabel Hasil Standard Error dan T Hitung
Metode OLS Penyembuhan Metode White

Standard Error X1(GDP) X2(R) X3(INF) X4( KURS) D97 0.157811 203.1560 44.21743 1.060117 7357.548

t Hitung 4.870561 -3.616811 14.89985 2.824304 -2.237538

Standard Error 0.179181 177.1916 53.16520 1.170294 9277.178

t Hitung 4.289668 -4.146793 12.39219 2.558508 -1.774548

Sumber : Hasil Eviews Dalam tabel dapat dilihat bahwa nilai standard error masing-masing variabel dari metode koreksi heteroskedastisitas lebih besar dari standard error metode OLS,

74

dan nilai t hitung masing-masing variabel dari metode koreksi heteroskedastisitas lebih besar dari nilai t hitung masing-masing variabel dari metode OLS, meskipun masih ada satu varibel yang tidak dapat disembuhkan dari masalah

heteroskedastisitas yaitu variabel X2(R), namun hal ini bukanlah masalah yang cukup berarti, sehingga dapat disimpulkan bahwa sudah tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. 4.4. Hasil dan Analisis Regresi M2 Hasil regresi meliputi penyajian hasil regresi hubungan antara variabel dependent (yang dipengaruhi) dengan variabel independent (yang mempengaruhi ), secara statistik langkah analisis yang dilakukan adalah meliputi variabel-variabel independent secara individu, secara serentak dan asumsi klasik. Tabel 4.15 Hasil Regresi Permintaan Uang M2

Dependent Variable: M2 Method: Least Squares Date: 12/07/07 Time: 11:48 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X2 X3 X4 D97 Coefficient -269451.8 2.267252 -1793.637 2572.442 15.97112 40299.27 Std. Error 29143.10 0.325940 419.5951 91.32598 2.189548 15196.16 t-Statistic -9.245817 6.956045 -4.274685 28.16769 7.294256 2.651937 Prob. 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0103

75

Tabel 4.15, (lanjutan) Hasil Regresi Permintaan Uang M2

R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat

0.996958 0.996695 20428.58 2.42E+10 -722.8422 1.403150

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

491372.5 355362.0 22.77632 22.97871 3801.130 0.000000

Sumber : Hasil Eviews Hasil regresi yang ditampilkan pada tabel 4.15 menunjukkan bahwa persamaan regresi berganda antara permintaan uang M2 dengan Produk Domestik Bruto, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, kurs Dollar terhadap Rupiah dan variabel dummy adalah : 4.4.1 Hasil Uji Regresi Secara Individual ( Uji t) T-statistik X1 = 6.956045, probabilitas = 0.0000, dengan koefisien korelasi = 2.267252 T-statistik X2 = -4.274685, probabilitas = 0.0001, dengan koefisien korelasi = -1793.637 T-statistik X3 = 28.16769, probabilitas = 0.0000, dengan koefisien korelasi = 2572.442 T-statistik X4 = 7.294256, probabilitas = 0.0000, dengan koefisien korelasi = 15.97112

76

T-statistik d97 = 2.651937, probabilitas = 0.0103, dengan koefisien korelasi = 40299.27 Dari hasil interprestasi diatas, dapat disimpulkan bahwa : X1 (produk domestik bruto) signifikan pada tingkat < 0.05 yang berarti X1 ( produk domestik bruto) berpengaruh terhadap permintaan uang M2. X2 (tingkat suku bunga) signifikan pada tingkat < 0.05 yang berarti X2 (tingkat suku bunga) berpengaruh terhadap permintaan uang M2. X3 (inflasi) signifikan pada tingkat < 0.05 yang berarti X3 (inflasi) berpengaruh terhadap permintaan uang M2. X4 (kurs Dollar) signifikan pada tingkat < 0.05 yang berarti X4 (kurs Dollar) berpengaruh terhadap permintaan uang M2. D97 (variabel dummy) signifikan pada tingkat < 0.05 yang berarti d97 (variabel dummy) berpengaruh terhadap permintaan uang M2. 4.4.2 Hasil Uji Regresi Secara Keseluruhan (Uji F) F-statistik menggambarkan hasil analisa regresi variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependent. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa F-hitung ( F-statistik ) sebesar 3801.130 dan dengan probabilitas 0.000000, dengan tingkat = 0.05, dapat dilihat bahwa probabilitasnya lebih kecil dari yaitu

77

0.000000 < 0.05, dengan demikian variabel independent secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (permintaan uang M2 ). 4.4.3 Koefisien Determinasi (R2) Dari hasil regresi diatas, dapat diketahui bahwa R Square sebesar 0.996958, ini menunjukan bahwa sebesar 99.6958% variabel independent yang berupa Produk Domestik Bruto, tingkat suku bunga, inflasi, kurs Dollar terhadap Rupiah dan variable dummy mampu menjelaskan variabel dependent (permintaan uang M2). Dapat juga dikatakan bahwa variable-variabel independent tersebut mempunyai

pengaruh sebesar 99.6958% terhadap variabel permintaaan uang M2, sedangkan sisanya sebesar 0.3042% dijelaskan oleh variable-variabel lain selain ke empat variable indepemdent tersebut (dijelaskan oleh variable lainnya yang tidak termasuk dalam model). 4.4.4 Uji Chow M2 Uji Chow merupakan uji perubahan struktural pada model regresi. Adanya perubahan struktural ini berarti nilai estimasi tidak sama dalam periode penelitian. Dengan kata lain perubahan struktural ini akan menyebabkan adanya perbedaan dalam intersep (konstanta) atau slope atau kemugkinan adanya perbedaan baik intersep maupun slope garis regresi. Jika nilai F hitung tersebut lebih besar dari nilai F kritis maka kita menolak hipotesis tidak adanya perubahan struktural atau terjadi perubahan struktural dan

78

sebaliknya jika F hitung lebih kecil dari nilai F kritis maka tidak terjadi perubahan struktural. Untuk mengetahui ada tidaknya perubahan struktural dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.16 Uji Chow M2
Chow Breakpoint Test: 1997:3 F-statistic Log likelihood ratio 3.323780 Probability 17.17209 Probability 0.004185 0.010896

Sumber : Hasil Eviews. Dari hasil uji Chow diatas nilai F hitung sebesar 3.323780 sedangkan nilai kritis tabel F dengan : 5% dengan df (5, 64) = 2.37, dengan demikian karena F hitung lebih besar daripada F tabel maka menolak hipotesis tidak adanya perubahan struktural atau dengan kata lain terjadi perubahan struktural. Sedangkan pada uji LR, nilai hitung statistik Chi Square (2) = 17.17209 sedangkan nilai kritis dari statistik sttistik Chi Square (2) dengan : 5% dengan df 7 (m-1)/k atau (33/5) sebesar 14.0671. Kesimpulannya kita menolak hipotesis nol yang berarti terjadi perubahan struktural. Hasil uji LR ini mendukung hasil uji F. Bisa juga menolak atau menerima hipotesis nol dengan melihat nilai probabilitas masing-masing uji. Pada tabel 4.16 terlihat bahwa nilai probabilitasnya kurang dari : 5%, Berarti bahwa berdasarkan uji statistik F maupun LR signifikan. Dengan demikian, terjadi perubahan struktural.

79

4.4.5

Pengujian Asumsi Klasik Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi mengenai ada tidaknya

multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi dalam hasil estimasi. Dengan terjadinya penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut diatas akan menyebabkan uji statistik (uji t-stat dan f-stat) yang dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik akan mengacaukan kesimpulan yang diperoleh. 4.4.5.1 Uji Multikolinearitas M2 Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan diantara variabel bebas. Deteksi adanya multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel independent. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variabel independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas atau tidak menguji koefisien korelasi (r) antar variabel independen. Hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolinearitas M2
X1 X1 X2 X3 1.000000 -0.409238 0.815806 X2 -0.409238 1.000000 -0.324974 X3 0.815806 -0.324974 1.000000 X4 0.622437 -1.02E-05 0.871422 D97 0.661092 -0.013110 0.869974

80

Tabel 4.17, (lanjutan) Hasil Uji Multikolinearitas M2

X4 D97

0.622437 0.661092

-1.02E-05 -0.013110

0.871422 0.869974

1.000000 0.927979

0.927979 1.000000

Sumber : Hasil Eviews Uji multikolinearitas menunjukkan bahwa apabila hasilnya < 0.85 yang berarti tidak terdapat adanya penyakit asumsi klasik, akan tetapi dari tabel diatas terdapat masalah multikolinearitas. 4.4.5.1.1 Penyembuhan Masalah Multikolinearitas M2

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas diatas terdapat beberapa penyakit asumsi klasik antara lain : o Hubungan antara variabel Inflasi (X3) dengan kurs Dollar (X4), dan sebaliknya. o Hubungan antara variabel Inflasi (X3) dengan variabel dummy (d97), dan sebaliknya. o Hubungan antara varibel kurs Dollar (X4) dengan variabel dummy (d97), dan sebaliknya. Dengan adanya penyakit pada asumsi klasik tersebut, ada dua cara penanggulangannya antara lain :

81

1. Tanpa Adanya Perbaikan Multikolinearitas hanya menyebabkan peneliti merasa kesulitan untuk memperoleh estimator dengan standard error yang kecil. Masalah multikolinearitas biasanya juga timbul karena kita hanya mempunyai jumlah observasi yang sedikit. 2. Dengan Perbaikan Menghilangkan Variabel Independen Ketika peneliti menghadapi persoalan serius tentang multikolinearitas, salah satu metode sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan menghilangkan salah satu variabel independen yang mempunyai hubungan linear yang kuat. Akan tetapi dengan menghilangkan variabel independen di dalam suatu model akan menimbulkan bias spesifik model regresi. Masalah bias spesifik ini timbul karena peneliti melakukan spesifikasi model yang salah di dalam analisis. Dari hasil uji yang telah dilakukan, dan ternyata terdapat penyakit asumsi klasik maka peneliti menyembuhkan dengan menghilangkan variabel independent. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas, maka peneliti memutuskan untuk menghilangkan variabel Inflasi (X3) dan kurs Dollar (X4).

82

Tabel 4.18 Penyembuhan Multikolinearitas M2


X1 X1 X2 D97 1.000000 -0.409238 0.661092 X2 -0.409238 1.000000 -0.013110 D97 0.661092 -0.013110 1.000000

Sumber : Hasil Eviews Dari hasil penyembuhan penyakit asumsi klasik diatas, menunjukkan bahwa semua hasilnya < 0.85 yang berarti bahwa semua penyakit asumsi klasik dapat disembuhkan, dengan kata lain tidak terdapat multikolinearitas. 4.4.5.2 Uji Autokorelasi M2 (metode Breusch-Godfrey) Pengujian terhadap gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan metode

Bruesch-Godfrey atau yang lebih umum dan dikenal dengan uji Langrange Multiplier (LM) yaitu dengan membandingkan nilai Chi-squares hitung dengan nilai Chi-squares tabel. Atau dapat pula dengan membandingkan antara signifikansi alpha () dengan nilai probabilitas Chi-squares. Apabila nilai Chi-squares hitung lebih besar dari nilai kritis Chi-squares pada derajat kepercayaan tertentu (), maka kita menolak hipotesis nol (Ho). Hal ini menunjukkan adanya masalah autokorelasi dalam model. Sebaliknya jika nilai Chi-squares hitung lebih kecil dari nilai kritisnya maka kita menerima hipotesis nol. Artinya model tidak mengandung unsur autokorelasi. Atau apabila nilai signifikansi alpha () lebih kecil dari probabilitas Chi-squares, maka model tidak mengandung masalah autokorelasi, dan sebaliknya.

83

Tabel 4.19 Hasil Uji Autokorelasi M2


Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 2.634655 5.504156 Probability Probability 0.080623 0.063795

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 12/12/07 Time: 21:55 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable C X1 X2 X3 X4 D97 RESID(-1) RESID(-2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient 111.8449 -0.025948 25.53450 21.57084 0.133149 -4668.165 0.290484 0.030025 0.086002 -0.028247 19876.08 2.21E+10 -719.9645 2.008793 Std. Error 28377.66 0.317327 408.5633 89.72720 2.166661 15541.23 0.134050 0.146290 t-Statistic 0.003941 -0.081770 0.062498 0.240405 0.061454 -0.300373 2.166976 0.205240 Prob. 0.9969 0.9351 0.9504 0.8109 0.9512 0.7650 0.0345 0.8381 -9.28E-11 19601.17 22.74889 23.01875 0.752759 0.628732

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

Sumber : Hasil Eviews Berdasarkan hasil uji autokorelasi metode Bruesch-Godfrey, dapat diketahui bahwa nilai Chi-squares hitung sebesar 5.504156, sedangkan nilai Chi-squares tabel pada = 5% dengan df 2 adalah 5.99147. Karena nilai Chi-squares hitung (2) lebih kecil dari nilai kritis Chi-squares (2) maka dapat disimpulkan bahwa model tidak mengandung unsur autokorelasi. Dapat pula dilihat dengan cara kedua. Diketahui pula nilai probabilitas Chi-squares sebesar 0.063795 pada kelambanan 2, maka

84

dapat disimpulkan bahwa model tidak mengandung masalah autokorelasi, karena tingkat signifikansi () lebih besar dari 5% yaitu 6.4%. 4.4.5.3 Uji Heterokedasitisitas M2 Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 ) dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Dapatkan nilai R2 untuk menghitung 2, di mana 2 = Obs*R square (Gujarati, 1995, hal.379). Untuk mengetahui ada atau tidaknya heterokedasitisitas digunakan white heterokedasiticity baik dengan menggunakan cross term maupun no cross term yang hasilnya dapat dilihat pada tampilan di bawah ini. Tabel 4.20 Hasil Uji White Heterokedasitisitas M2 Cross Term

White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 1.537323 25.53485 Probability Probability 0.119398 0.143680

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/12/07 Time: 10:49 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C Coefficient -3.70E+09 Std. Error 9.44E+09 t-Statistic -0.392363 Prob. 0.6967

85

Tabel 4.20, (lanjutan) Hasil Uji White Heterokedasitisitas M2 Cross Term

X1 X1^2 X1*X2 X1*X3 X1*X4 X1*D97 X2 X2^2 X2*X3 X2*X4 X2*D97 X3 X3^2 X3*X4 X3*D97 X4 X4^2 X4*D97 D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat

-109657.6 0.930115 -2768.793 77.65545 -5.459082 36233.84 1.50E+08 -640509.7 418662.7 12416.37 -35638620 -87352452 -78825.45 4128.177 67943405 7104799. -47.42401 -6722665. 5.33E+09 0.398982 0.139452 4.46E+08 8.74E+18 -1353.407 2.285780

207545.9 1.133857 3989.466 794.5918 21.84341 85543.03 3.28E+08 1557790. 770332.3 11452.74 1.31E+08 83136317 91233.47 2666.262 62515029 5557513. 35.17430 5021367. 1.15E+10

-0.528353 0.820310 -0.694026 0.097730 -0.249919 0.423574 0.456938 -0.411166 0.543483 1.084140 -0.271640 -1.050714 -0.863997 1.548301 1.086833 1.278413 -1.348258 -1.338812 0.463774

0.5999 0.4165 0.4913 0.9226 0.8038 0.6739 0.6500 0.6829 0.5895 0.2842 0.7872 0.2991 0.3923 0.1287 0.2830 0.2078 0.1845 0.1875 0.6451 3.78E+08 4.81E+08 42.91896 43.59361 1.537323 0.119398

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

Sumber : Hasil Eviews. Dari hasil uji heterokedasitisitas dengan menggunakan uji white test yang menggunakan cross term, dari tabel 4.20 diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 3.398982. Nilai Chi-squares hitung sebesar 25.53485 yang diperoleh dari informasi Obs*R-squared, sedangkan nilai kritis Chi-squares (2) pada = 5% dengan df sebesar 19 adalah 30.1435. Karena nilai Chi-squares hitung (2) lebih kecil

86

dari nilai kritis Chi-squares (2) maka dapat disimpulkan tidak ada masalah heteroskedastisitas. Ada tidaknya model yang mengandung heteroskedastisitas juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-Squares sebesar 0.143680 yang lebih besar dari nilai (alpha) sebesar 0,05. kesimpulannya tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Tabel 4.21 Hasil Uji White Heterokedasitisitas M2 No Cross Term
White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 2.006903 16.04138 Probability Probability 0.056231 0.066022

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/12/07 Time: 10:48 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X1^2 X2 X2^2 X3 X3^2 X4 X4^2 D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient 6.83E+09 -178796.2 1.004190 -19013706 472087.6 7254315. -27052.94 544699.7 -24.08751 -1.54E+09 0.250647 0.125754 4.49E+08 1.09E+19 -1360.465 2.123887 Std. Error 4.45E+09 105634.7 0.549500 35468306 618730.3 12381287 25460.69 298702.9 15.15509 5.54E+08 t-Statistic 1.533556 -1.692589 1.827461 -0.536076 0.762994 0.585910 -1.062537 1.823550 -1.589401 -2.772984 Prob. 0.1310 0.0963 0.0732 0.5941 0.4488 0.5604 0.2927 0.0738 0.1178 0.0076 3.78E+08 4.81E+08 42.82705 43.16437 2.006903 0.056231

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

Sumber : Hasil Eviews.

87

Dari hasil uji heterokedasitisitas dengan menggunakan uji white test yang menggunakan no cross term, dari tabel 4.21 diketahui bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0.250647. Nilai Chi-squares hitung sebesar 16.04138 yang diperoleh dari informasi Obs*R-squared, sedangkan nilai kritis Chi-squares (2) pada = 5% dengan df sebesar 9 adalah 16.9190. Karena nilai Chi-squares hitung (2) lebih kecil dari nilai kritis Chi-squares (2) maka dapat disimpulkan tidak ada masalah heteroskedastisitas. Ada tidaknya model yang mengandung heteroskedastisitas juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-Squares sebesar 0.066022 yang lebih besar dari nilai (alpha) sebesar 0,05. kesimpulannya tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. 4.5 Analisis Ekonomi 4.5.1 Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Permintaan Uang Pada permintaan uang M1 variabel pertama menjelaskan bahwa Produk Domestik Bruto (X1) sebesar 0.768627. Hal ini berarti tanda parameter untuk Produk Domestik Bruto (X1) adalah positif serta signifikan dan berpengaruh terhadap permintaan uang M1. Produk Domestik Bruto yang signifikan dengan probabilitas 0.0000 dikarenakan pendapatan nasional mempengaruhi tingkat transaksi di masyarakat. Permintaan uang di suatu masyarakat merupakan proporsi tertentu dari volume transaksi dan volume transaksi merupakan suatu proporsi konstan dari tingkat pendapatan nasional. Ini berarti jika PDB naik 1 milyar rupiah maka permintaan uang M1 akan naik sebesar 0.768627 milyar rupiah.

88

Pada permintaan uang M2 variabel pertama menjelaskan bahwa Produk Domestik Bruto (X1) sebesar 2.267252. Hal ini berarti tanda parameter untuk

Produk Domestik Bruto (X1) adalah positif serta signifikan dengan probabilitas 0.0000 dan berpengaruh terhadap permintaan uang M2. Produk Domestik Bruto yang signifikan dikarenakan pendapatan nasional mempengaruhi tingkat transaksi dan plus deposito berjangka dan tabungan milik masyarakat pada bank-bank. Ini berarti jika PDB naik 1 milyar rupiah maka permintaan uang M2 akan naik sebesar 2.267252 milyar rupiah. Hasil dari Produk Domestik Bruto riil dalam penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Keynes tentang motif memegang uang yaitu pada motif transaksi dan berjaga-jaga yang ditentukan oleh tingkat pendapatan, pada saat pendapatan tinggi lebih banyak uang yang diminta untuk motif transaksi dan berjagajaga, maka pada saat pendapatan naik akan menyebabkan permintaan uang mengalami peningkatan. 4.5.2 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Permintaan Uang Pada permintaan uang M1 variabel kedua menjelaskan bahwa tingkat bunga (X1) sebesar -734.7768. Hal ini berarti tanda parameter untuk tingkat bunga (X2) adalah negatif serta signifikan dengan probabilitas 0.0006 dan berpengaruh terhadap permintaan uang M1. Ini berarti jika tingkat suku bunga naik 1% maka permintaan uang M1 akan mengalami penurunan sebesar 734.7768 milyar rupiah.

89

Pada permintaan uang M2 variabel kedua menjelaskan bahwa tingkat bunga (X1) sebesar -1793.637. Hal ini berarti tanda parameter untuk tinkat bunga (X2) adalah negatif serta signifikan dengan probabilitas 0.0001 dan berpengaruh terhadap permintaan uang M2. Tingkat bunga yang signifikan disebabkan karena pada kenyataanya apabila tingkat bunga dinaikkan maka masyarakat cenderung lebih senang menyimpan uangnya di bank daripada untuk transaksi. Ini berarti jika tingkat suku bunga naik 1% maka permintaan uang M2 akan mengalami penurunan sebesar 1793.637 milyar rupiah. Dengan demikian tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap permintaan uang M1 dan M2, pengaruh ini sesuai dengan teori yang ada dimana semakin tinggi tingkat bunga akan menurunkan tingkat permintaan uang. Dengan demikian salah satu kunci sukses bank ke depan ialah menjaga suku bunga untuk kredit tetap rendah supaya dapat mengguggah pertumbuhan di sektor riil terutama kredit investasi dan modal kerja yang dapat diartikan permintaan uang di masyarakat meningkat. Artinya, ketika Bank Indonesia menaikkan BI rate, bank harus berupaya tidak menaikkan suku bunga kreditnya. Akan lebih baik jika perbankan terus menurunkan suku bunga kredit sehingga masyarakat bisa mempunyai uang lebih untuk melakukan transaksi ataupun untuk berinvestasi. 4.5.3 Pengaruh Inflasi Terhadap Permintaan Uang Pada permintaan uang M1 variabel ketiga menjelaskan bahwa inflasi (X3) sebesar 658.8330. Hal ini berarti tanda parameter untuk inflasi(X3) adalah positif

90

serta signifikan dengan probabilitas 0.0000 dan berpengaruh terhadap permintaan uang M1. Ini berarti jika inflasi (X3) naik 1%, maka akan mengakibatkan naiknya volume permintaan uang M1 sebesar 658.8330 milyar rupiah. Pada permintaan uang M2 variabel ketiga menjelaskan bahwa inflasi (X3) sebesar 2572.442. Hal ini berarti tanda parameter untuk inflasi (X3) adalah positif serta signifikan dengan probabilitas 0.0000 dan berpengaruh terhadap permintaan uang M2. Ini berarti jika inflasi (X3) naik 1%, maka akan mengakibatkan naiknya volume permintaan uang M2 sebesar 2572.442 milyar rupiah. Dari hasil intepretasi diatas senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmansyah (2005), yang menunjukkan bahwa kenaikan tingkat inflasi

mempengaruhi kenaikan permintaan uang M1 dan M2, hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang diungkapkan Irving Fisher, dimana MV = PT, jika V dan T dinggap tetap konstan maka kenaikan P (inflasi) akan menyebabkan kenaian M (jumlah permintaan uang). Pada tahun 2007 kinerja perbankan dinilai telah bagus, tak terlepas dari beberapa faktor, yakni tren penurunan suku bunga, sektor riil yang mulai bergairah, dan kestabilan makro ekonomi seperti Inflasi dan nilai tukar. Akan tetapi, masyarakat harus mewasdai kenaikan inflasi pada tahun 2008 akibat kenaikan harga minyak yang akan menyebabkan kenaikan permintaan uang baik itu M1 dan M2.

91

Tekanan inflasi ini akan memaksa bank sentral untuk meningkatkan lagi suku bunganya yang baru-baru ini baru saja menurunkan tingkat BI rate menjadi 8%. 4.5.4 Pengaruh Kurs Dollar Terhadap Permintaan Uang Pada permintaan uang M1 variabel keempat menjelaskan bahwa kurs (X4) sebesar 2.4994092. Hal ini berarti tanda parameter untuk kurs(X4) adalah positif serta signifikan dengan probabilitas 0.0065 dan berpengaruh terhadap permintaan uang M1. Ini berarti jika kurs Dollar (X4) mengalami apresiasi sebesar 1 rupiah, maka akan mengakibatkan naiknya volume permintaan uang M1 sebesar 2.4994092 milyar rupiah. Pada permintaan uang M2 variabel keempat menjelaskan bahwa kurs (X4) sebesar 15.97112. Hal ini berarti tanda parameter untuk kurs(X4) adalah positif serta signifikan dengan probabilitas 0.0000 dan berpengaruh terhadap permintaan uang M2. Ini berarti jika kurs Dollar (X4) mengalami apresiasi sebesar 1 rupiah, maka akan mengakibatkan naiknya volume permintaan uang M2 sebesar 15.97112 milyar rupiah. Ini menandakan apabila kurs Dollar meningkat maka akan berpengaruh pada barang-barang impor dan dengan naiknya harga barang-barang impor akan menyebabkan permintaan uang akan meningkat untuk melakukan transaksi impor tersebut. Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Walaupun sasaran akhir kebijakan moneter lebih diarahkan pada pengendalian laju inflasi, Bank Indonesia tidak akan membiarkan perkembangan nilai tukar rupiah di pasar bergerak secara bergejolak

92

dan menimbulkan ketidakpastian, yang tentunya akan mempengaruhi permintaan uang M1 dan M2. Berkaitan dengan hal itu, Bank Indonesia menempuh langkahlangkah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dengan dua pertimbangan utama, yaitu : (1) kestabilan nilai tukar rupiah diperlukan untuk memberikan kepastian dalam perekonomian, dan (2) nilai tukar rupiah yang bergejolak dan merosot drastis akan menyulitkan Bank Indonesia dalam mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan. 4.5.5 Pengaruh Variabel Dummy terhadap Permintaan Uang Pada permintaan uang M1 variabel kelima menjelaskan bahwa variabel dummy (d97) sebesar -16462.80. Hal ini berarti tanda parameter untuk variabel dummy (d97) adalah negatif serta signifikan dengan probabilitas 0.0291 dan berpengaruh terhadap permintaan uang M1. Variabel dummy ini menunjukkan bukti bahwa ada perbedaan pengaruh antara masa sebelum krisis (1990:1 sampai 1997:2) dengan masa setelah krisis (1997:3 sampai 2005:4). Pada persamaan M1 tanda negatif berarti menunjukkan bahwa krisis justru akan menurunkan permintaan uang M1. Hal ini menunjukkan bahwa krisis menyebabkan masyarakat enggan melakukan transaksi dikarenakan meningkatnya harga barang-barang secara umum. Pada permintaan uang M2 variabel kelima menjelaskan bahwa variabel dummy (d97) sebesar 40299.27. Hal ini berarti tanda parameter untuk variabel dummy (d97) adalah positif serta signifikan dengan probabilitas 0.0103 dan berpengaruh terhadap permintaan uang M2. Variabel dummy ini menunjukkan bukti bahwa ada perbedaan pengaruh antara masa sebelum krisis (1990:1 sampai 1997:2)

93

dengan masa setelah krisis (1997:3 sampai 2005:4). Pada persamaan M2 tanda positif berarti menunjukkan bahwa krisis justru akan menyebabkan peningkatkan permintaan uang M2. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat pada umumnya akan lebih banyak menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan ataupun deposito seiring dengan dinaikkannya tingkat suku bunga dimana Bank Indonesia harus menyerap kelebihan likuiditasnya di masyarakat malalui kebijakan kontraktif. Perubahan struktural pada penelitian ini membuktikan bahwa krisis mempengaruhi permintaan uang M1 dan M2, krisis ini menyebabkan Bank Indonesia melakukan proses pengendalian moneter yang disebut program moneter, Bank Indonesia (2003) program moneter pada dasarnya merupakan suatu perencanaan kebijakan pengendalian jumlah uang beredar yang ditujukan untuk pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter. Selanjutnya Bank Indonesia harus menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan serta menggunakan instrumen untuk mencapai target tersebut. Instrumen moneter tersebut ialah Operasi Pasar Terbuka (OPT), Fasilitas Diskonto, Giro Wajib Minimum, ataupun imbauan. Instrumen OPT dilakukan melalui lelang surat berharga, yang ditujukan untuk menambah atau mengurangi likuiditas di pasar uang. Kemudian fasilitas diskonto adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada bank-bank dengan tingkat diskonto yang ditetapkan Bank Indonesia. GWM merupakan alat likuid minimum yang wajib dipelihara oleh bank di Bank Indonesia. Selanjutnya beberapa imbauan dari Bank Indonesia kepada

94

bank-bank dan masyarakat agar mengikuti langkah kebijakan moneter Bank Indonesia.

Tabel 4.22 Quantity-Based Approach

Instrument (OPT,GWM, dll)

Sasaran Operasional

Sasaran Antara (M1, M2)

Kestabilan Harga

Sumber : Bank Indonesia

Dengan pengendalian uang primer sebagai sasaran operasional, maka jumlah uang beredar di masyarakat (M1 dan M2) dapat dipengaruhi agar sejalan dengan sasaran akhir kebijakan moneter berupa kestabilan harga. Pelaksanaan kebijakan moneter ini disebut pendekatan kuantitas (quantity-based approach). Penggunaan pendekatan kuantitas tersebut dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Pertama, dalam kondisi ekonomi dan keuangan yang sedang mengalami perubahan struktural seperti di Indonesia, Bank Indonesia perlu memegang salah satu indikator yang dapat dikendalikan yaitu uang primer. Kedua, perkembangan uang primer juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan uang beredar, output dan inflasi.

95

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

5.1. Simpulan Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh variabel Produk Domestik Bruto riil yang mewakili pendapatan nasional, suku bunga, inflasi, kurs Dollar terhadap Rupiah dan variabel dummy terhadap Permintaan Uang M1 dan M2 yang terjadi di Indonesia pada kurun waktu tahun 1990 sampai 2005 dengan metode Ordinary Least Squares (OLS), dari hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa variabel Produk Domestik Bruto, suku bunga, inflasi dan kurs Dollar

mengindikasikan bahwa variabel-variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap Permintaan uang M1 dan M2. Variabel dummy menunjukkan bukti bahwa krisis berpengaruh terhadap permintaan uang M1 dan M2 2. Besarnya pengaruh variabel Pruduk Domestik Bruto (PDB), suku bunga, inflasi dan kurs Dollar terhadap permintaan uang M1 yaitu 98.5714% ditunjukkan dari variasi variabel independent mampu pengaruhi variabel dependent sebesar 0.985714 sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel

96

lain di luar model regresi yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Pada permintaan uang M2 variasi variabel independent mampu pengaruhi variasi dependent sebesar 0.996958 menunjukan bahwa variabel independent lebih mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 99.6958% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. 3. Variabel Produk Domestik Bruto (PDB) secara statistik positif dan signifikan dan sesuai dengan hipotesis, produk domestik bruto berpengaruh terhadap permintaan uang M1 dan M2 di Indonesia periode 1990-2005. Kenaikan produk domestik bruto mengakibatkan meningkatnya

permintaan uang M1 dan M2. Seperti kita ketahui bahwa produk domestik bruto berpengaruh positif terhadap permintaan uang M1 dan M2. 4. Variabel suku bunga secara statistik negatif dan signifikan dan sesuai dengan hipotesis, suku bunga berpengaruh terhadap permintaan uang M1 dan M2 di Indonesia periode 1990-2005. Kenaikan suku bunga mengakibatkan menurunnya permintaan uang M1 dan M2. Seperti kita ketahui bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap permintaan uang M1 dan M2. 5. Variabel inflasi secara statistik positif dan signifikan dan sesuai dengan hipotesis, inflasi berpengaruh terhadap permintaan uang M1 dan M2 di Indonesia periode 1990-2005. Kenaikan inflasi mengakibatkan

97

meningkatnya permintaan uang M1 dan M2. Seperti kita ketahui bahwa suku bunga berpengaruh positif terhadap permintaan uang M1 dan M2. 6. Variabel kurs Dollar secara statistik positif dan signifikan dan sesuai dengan hipotesis, kurs Dollar berpengaruh terhadap permintaan uang M1 dan M2 di Indonesia periode 1990-2005. Kenaikan kurs Dollar mengakibatkan meningkatnya permintaan uang M1 dan M2. Seperti kita ketahui bahwa kurs Dollar berpengaruh positif terhadap permintaan uang M1 dan M2. 7. Variabel dummy menunjukkan bukti bahwa krisis berpengaruh terhadap permintaan uang M1 dan M2. Dari hasil uji chow untuk permintaan uang M1 dan M2 terbukti bahwa terjadi perubahan struktural pada permintaan uang M1 dan M2. 8. Hasil analisis regresi metode OLS yang dihasilkan sudah bebas dari masalah asumsi klasik, yaitu autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas. 9. Ada keterbatasan dari penelitian bahwa dalam penelitian ini penulis mengasumsikan permintaan uang M1 dan M2 bisa jadi penawaran uang M1 dan M2.

98

5.2. Implikasi 1. Pemerintah sebagai penentu kebijakan lebih berhati-hati dalam menentukan keputusan, terutama mengenai pengambilan kebijakan moneter. Hal ini menunjukan bahwa dalam membuat kebijakan hendaknya memperhatikan kondisi perekonomian ke depan secara makro maupun mikro baik dalam internal (dalam negeri) maupun eksternal (luar negeri) agar perekonomian yang sehat dapat tercapai kedepannya. 2. Pemerintah harus aktif dalam peningkatan PDB riil yang berupa peningkatan sumber daya yaitu barang modal dan tenaga kerja. Stok barang modal, termasuk bangunan, perangkat mesin, dan pembenahan sarana infrastruktur yang harus dijalankan. Dengan demikian akan menyediakan sumber lain bagi peningkatan output. Pertumbuhan yang menjadi indikator makro diharapkan terus tumbuh dengan baik, dengan demikian akan menambah lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja dan mengurangi pengangguran. 3. Pada periode setelah krisis, kebijakan moneter yang diambil dari berbagai perubahan yang terjadi dalam perekonomian dan peralihan sistem nilai tukar mempunyai implikasi terhadap kebijakan moneter di Indonesia. Dalam kondisi ini, jalur nilai tukar menjadi salah satu yang terpenting dalam mentransmisikan pengaruh kebijakan moneter pada kegiatan ekonomi riil dan harga. Demikian pula halnya dengan jalur ekspektasi yang

99

terlihat mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi perkembangan inflasi, tetapi perilaku ekspektasi inflasi masih dipengaruhi secara kuat oleh perkembangan harga dan pergerakan nilai tukar. Suku bunga masih bekerja dengan baik, tetapi perilakunya sangat tergantung pada kondisi perbankan yang juga menunjukkan bagaimana bekerjanya melalui jalur kredit. 4. Bank Indonesia harus dapat menerapkan pengendalian moneter yang efektif yang berdasarkan sasaran pengandalian inflasi yang ditetapkan, serta pertumbuhan ekonomi, suku bunga, nilai tukar, dan variabel ekonomi lainnya. Bank Indonesia melalui program moneternya harus mampu memperkirakan permintaan uang yang sesuai dengan kebutuhan riil perekonomian. Dengan demikian dapat diperkirakan pertumbuhan jumlah uang beredar (M1 dan M2) yang dibutuhkan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Statistik Indonesia berbagai edisi. Jakarta: Badan Pusat Statistik. ________Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Berbagai Edisi. Jakarta: Bank Indonesia. Bank Indonesia. 2003. Bank Sentral Republik Indonesia Tinjauan Kelembagaan, Kebijakan dan Organisasi. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan. Boediono. 2005. Ekonomi Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5. Yogyakarta: BPFE. _______.1995 Ekonomi Moneter buku I Edisi ke-4, Yogyakarta: BPFE. Darmansyah, Dampak Krisis Terhadap Permintaan Uang di Indonesia periode 1994-2000, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.6, No. 2, Desember 2005, 129-142. Dornbusch, Rudiger, Makro Ekonomi, edisi 4, Jakarta : Erlangga. Gujarati, Damodar, Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Sumarno Zain, Erlangga, Jakarta, 1997. Iswardono. 1994. Uang dan Bank Uang dan Bank, edisi 4. Yogyakarta: BPFE. Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter buku II, Edisi 1. Yogyakarta: BPFE. Prasojo, Wasis. (2003), Permintaan Uang menurut Teori Portofolio Permintaan, Skripsi Sarjana (Tidak dipublikasikan), Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Prawoto, Nano, Permintaan Uang Di Indonesia Konsep Keynesian dengan Pendekatan PAM, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 1, No.1, April 2000 Hal:1-13. Sabirin, Syahrir. 2003. Perjuangan Keluar dari Krisis. Yogyakarta: BPFE.

Sidiq, Sahabudin, Stabilitas Permintaan Uang di Indonesia Sebelum dan Sesudah Perubahan Sistem Nilai Tukar, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10, No.1, April 2005 Hal:31-41. Sukirno, Sadono, 1985. Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: FE UI. Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika : Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi kedua Yogyakarta: Ekonisia.

LAMPIRAN I
DATA MENGENAI PRODUK DOMESTIK BRUTO, TINGKAT SUKU BUNGA, INFLASI DAN KURS TERHADAP PERMINTAAN UANG M1 DAN M2

tahun 1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

m1 22155 23204 22982 23819 23571 24610 25805 26341 27318 26880 27650 28779 30593 31342 34812 36805 37908 39886 42195 45374 44908 47045 48981 52677 53162 56448 59684 64089 63565 69950.04 66258 78342.86 98270.29 109479.77 102563 101197.33

m2 64366 70125 76907 84630 81125 87756 93328 99058 100798 106957 113510 119053 123160 124540 136397 145202 148829 152798 162900 174512 181701 192126 206079 222638 232493 249443 259926 288632 294581 312839.04 329074 355642.86 449824.29 565784.77 550404 577381.33

PDB 70521.7 71390.7 74796 71993 75803.7 75661.7 79371.5 75925.5 81538.5 79574 84030.5 81045 84754.2 86382.7 89802.5 88328.5 85604.9 87888.1 91134 90004.7 92363.6 94081.8 99167.1 98155.4 98431.4 100922.2 106526 108726.4 105411.2 107323.4 110063.4 111297.3 101083.5 90495.3 94021.2 90562.8

tk. bunga 16.23 16.08 18.36 21 24.21 25.01 22.61 21.88 21.29 20.09 18.48 16.72 15.71 15.19 13.76 11.79 11.53 12.07 13.35 14.27 15.92 17.09 17.6 17.15 17.29 17.35 17.25 17.03 16.47 15.93 26.22 23.92 27.26 40.63 47.38 49.23

inflasi 62.64 64.028 66.56 67.77 68.54 70.11 72.64 74.29 75.27 76.57 77.23 78.001 82.2 83.83 84.82 85.97 88.7 90.19 92.37 94.25 96.83 99.65 100.97 102.54 107.112 107.612 109.09 109.06 111.88 112.85 114.96 119.07 142.68 168.84 202.72 212.407

kurs 1823 1844 1864 1901 1932 1954 1968 1992 2017 2033 2038 2062 2071 2088 2108 2110 2144 2160 2181 2200 2219 2246 2276 2308 2336 2342 2340 2383 2419 2450 3275 4650 8325 14900 10700 8025

d97 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1

DATA MENGENAI PRODUK DOMESTIK BRUTO, TINGKAT SUKU BUNGA,INFLASI DAN KURS TERHADAP PERMINTAAN UANG M1 DAN M2 (lanjutan)

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

105705.11 105964 118124 124633 124663 133832 135430 162186 148375 160142 164237 177731 166173 174017 181791 191939 181239 194878 207587 223799 219086 233726 240911 253818 250492 267635 273954 281905

603325.11 615411 652289 646205 656451 684335 686453 747028 766812 796440 783104 844053 831411 838635 859706 883908 877776 894213 911224 955692 935247 975166 986806 1033527 1020693 1073746 1150451 1203215

93972.8 93847.5 95126.8 95104.3 97802.1 98036.3 100898.9 101197 101896.4 102913.9 105339.5 102131.4 104651.7 106642.61 109543.99 106104.56 110498.2 112748.7 115887.8 111485.5 115027.8 117695.8 121100.6 119466.2 122000.8 124602.8 128140.7 125443.02

34.85 27.39 15.88 12.95 12.4 11.69 12.84 13.24 14.86 15 16.16 17.24 17.02 15.85 14.36 13.63 12.9 11.55 8.58 7.14 6.11 6.31 6.61 6.71 6.93 7.19 8.51 11.75

222.51 221.03 216.073 215.922 221.23 223.46 228.45 234.13 224.17 249.59 257.88 263.73 256.77 280.95 284.64 290.84 276.83 301.32 302.77 307.46 312.93 319.1 322.5 327.5 337.21 343.5 349.64 385.77

8685 6726 8386 7100 7590 8735 8780 9595 10400 11440 9675 10400 9655 8730 9015 8940 8908 8285 8389 8465 8587 9415 9170 9290 9480 9713 10310 9830

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Keterangan : PDB Tk. Bunga = PDB harga konstan 1993 menurut lapangan usaha (milyar) = Tingkat suku bunga deposito berjangka 3 bulan pada bank

umum (persen) Inflasi = Tingkat inflasi, yang digunakan adalah indeks Harga Konsumen (persen) Kurs D97 = Kurs Dollar Amerika terhadap Rupiah (rupiah) = Variabel dummy variabel 0 = sebelum krisis, 1 = setelah krisis

LAMPIRAN II MWD untuk regresi linear M1


Dependent Variable: M1 Method: Least Squares Date: 12/06/07 Time: 11:06 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X2 X3 X4 D97 Z1 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -127791.1 1.297390 -777.1889 603.1152 4.213537 -20963.51 -37766.34 0.994977 0.994449 5916.065 1.99E+09 -642.9728 1.709459 Std. Error 9647.889 0.107561 121.5841 27.00032 0.645146 4422.609 3683.511 t-Statistic -13.24550 12.06186 -6.392194 22.33734 6.531138 -4.740078 -10.25281 Prob. 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 108166.0 79402.30 20.31165 20.54778 1881.927 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

LAMPIRAN III MWD untuk regresi log linear M1


Dependent Variable: LOG(M1) Method: Least Squares Date: 12/06/07 Time: 11:07 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C LOG(X1) LOG(X2) LOG(X3) Coefficient -11.68466 1.476407 -0.099721 0.644531 Std. Error 1.058798 0.093283 0.022908 0.065695 t-Statistic -11.03578 15.82711 -4.353029 9.810961 Prob. 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000

MWD untuk regresi log linear M1 (lanjutan)


LOG(X4) D97 Z2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.365934 -0.037235 -1.48E-06 0.996176 0.995774 0.053802 0.164995 99.93116 1.369522 0.051743 0.053385 6.76E-07 7.072192 -0.697480 -2.183671 0.0000 0.4883 0.0331 11.28344 0.827592 -2.904099 -2.667971 2474.934 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

LAMPIRAN IV

MWD untuk regresi linear M2


Dependent Variable: M2 Method: Least Squares Date: 12/07/07 Time: 11:54 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X2 X3 X4 D97 Z1 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -277634.2 2.498095 -2155.820 2469.398 16.94159 47815.68 -56781.84 0.997338 0.997058 19275.24 2.12E+10 -718.5664 1.701637 Std. Error 27646.76 0.317993 415.7399 93.42546 2.093718 14578.00 19891.57 t-Statistic -10.04220 7.855825 -5.185503 26.43175 8.091630 3.279989 -2.854568 Prob. 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0018 0.0060 491372.5 355362.0 22.67395 22.91008 3559.377 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

LAMPIRAN V MWD untuk regresi log linear M2


Dependent Variable: LOG(M2) Method: Least Squares Date: 12/07/07 Time: 11:55 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C LOG(X1) LOG(X2) LOG(X3) LOG(X4) D97 Z2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -16.99162 1.918253 0.147852 0.925147 0.325151 -0.104150 -1.28E-06 0.997023 0.996710 0.052963 0.159887 100.9374 1.605068 Std. Error 1.060518 0.092209 0.021487 0.061462 0.050449 0.052306 1.09E-07 t-Statistic -16.02200 20.80320 6.880934 15.05241 6.445164 -1.991161 -11.73877 Prob. 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0513 0.0000 12.75050 0.923355 -2.935543 -2.699415 3181.949 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

LAMPIRAN VI Hasil Regresi Permintaan Uang M1


Dependent Variable: M1 Method: Least Squares Date: 12/06/07 Time: 10:56 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X2 X3 X4 D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -79863.08 0.768627 -734.7768 658.8330 2.994092 -16462.80 0.985714 0.984483 9890.937 5.67E+09 -676.4219 0.533578 Std. Error 14110.26 0.157811 203.1560 44.21743 1.060117 7357.548 t-Statistic -5.659930 4.870561 -3.616811 14.89985 2.824304 -2.237538 Prob. 0.0000 0.0000 0.0006 0.0000 0.0065 0.0291 108166.0 79402.30 21.32569 21.52808 800.4109 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

LAMPIRAN VII Uji Chow M1


Chow Breakpoint Test: 1997:3 F-statistic Log likelihood ratio 24.37084 Probability 75.56296 Probability 0.000000 0.000000

LAMPIRAN VIII Hasil Uji Multikolinearitas M1


X1 X1 X2 X3 X4 D97 1.000000 -0.409238 0.815806 0.622437 0.661092 X2 -0.409238 1.000000 -0.324974 -1.02E-05 -0.013110 X3 0.815806 -0.324974 1.000000 0.871422 0.869974 X4 0.622437 -1.02E-05 0.871422 1.000000 0.927979 D97 0.661092 -0.013110 0.869974 0.927979 1.000000

LAMPIRAN IX Penyembuhan Multikolinearitas M1


X1 X1 X2 D97 1.000000 -0.409238 0.661092 X2 -0.409238 1.000000 -0.013110 D97 0.661092 -0.013110 1.000000

LAMPIRAN X Hasil Penyembuhan Autokorelasi M1


Dependent Variable: RES1 Method: Least Squares Date: 12/12/07 Time: 09:33 Sample(adjusted): 1990:2 2005:4 Included observations: 63 after adjusting endpoints Variable C RES1(-1) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -128.1790 0.719961 0.530046 0.522342 6510.747 2.59E+09 -641.5931 2.165282 Std. Error 820.3315 0.086799 t-Statistic -0.156253 8.294578 Prob. 0.8763 0.0000 -206.5252 9420.466 20.43153 20.49956 68.80003 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

LAMPIRAN XI Hasil Uji White Heterokedasitisitas M1 Cross Term


White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 3.754544 39.58445 Probability Probability 0.000147 0.003709

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/07/07 Time: 15:22 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X1^2 X1*X2 X1*X3 X1*X4 X1*D97 X2 X2^2 X2*X3 X2*X4 X2*D97 X3 X3^2 X3*X4 Coefficient 1.11E+09 -18291.44 0.182104 -1094.455 39.51945 -0.493220 -11944.68 1.39E+08 -954873.8 -179797.7 1406.917 42766011 13434831 -10169.20 520.2975 Std. Error 1.45E+09 31790.34 0.173676 611.0769 121.7097 3.345812 13102.85 50282180 238610.8 117993.8 1754.246 20095951 12734206 13974.47 408.3982 t-Statistic 0.770148 -0.575377 1.048528 -1.791026 0.324703 -0.147414 -0.911609 2.754630 -4.001805 -1.523790 0.802007 2.128091 1.055019 -0.727698 1.273996 Prob. 0.4453 0.5680 0.3001 0.0802 0.7469 0.8835 0.3669 0.0085 0.0002 0.1347 0.4269 0.0390 0.2972 0.4707 0.2094

Hasil Uji White Heterokedasitisitas M1 Cross Term (lanjutan)

X3*D97 X4 X4^2 X4*D97 D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat

-15273838 -1162255. -10.63049 1246623. -6.94E+08 0.618507 0.453771 68284858 2.05E+17 -1233.331 2.722770

9575590. 851258.7 5.387738 769135.9 1.76E+09

-1.595081 -1.365337 -1.973090 1.620810 -0.393846

0.1179 0.1791 0.0548 0.1122 0.6956 88659013 92392606 39.16658 39.84123 3.754544 0.000147

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

LAMPIRAN XII Hasil Uji White Heterokedasitisitas M1 No Cross Term


White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 4.310985 26.75816 Probability Probability 0.000294 0.001534

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/07/07 Time: 15:20 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X1^2 X2 X2^2 X3 X3^2 X4 X4^2 D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient 2.62E+09 -61090.82 0.323522 9846878. -184924.1 612355.0 -3980.507 67989.76 -3.695392 25402661 0.418096 0.321112 76126553 3.13E+17 -1246.841 2.060542 Std. Error 7.54E+08 17896.59 0.093096 6009027. 104825.1 2097633. 4313.541 50606.14 2.567570 93817265 t-Statistic 3.476410 -3.413545 3.475140 1.638681 -1.764121 0.291927 -0.922793 1.343508 -1.439257 0.270767 Prob. 0.0010 0.0012 0.0010 0.1071 0.0834 0.7715 0.3602 0.1847 0.1558 0.7876 88659013 92392606 39.27629 39.61362 4.310985 0.000294

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

LAMPIRAN XIII Hasil Estimasi Regresi Metode OLS M1


Dependent Variable: M1 Method: Least Squares Date: 12/06/07 Time: 10:56 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X2 X3 X4 D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -79863.08 0.768627 -734.7768 658.8330 2.994092 -16462.80 0.985714 0.984483 9890.937 5.67E+09 -676.4219 0.533578 Std. Error 14110.26 0.157811 203.1560 44.21743 1.060117 7357.548 t-Statistic -5.659930 4.870561 -3.616811 14.89985 2.824304 -2.237538 Prob. 0.0000 0.0000 0.0006 0.0000 0.0065 0.0291 108166.0 79402.30 21.32569 21.52808 800.4109 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

LAMPIRAN X1V Hasil Penyembuhan Masalah Heteroskedastisitas M1


Dependent Variable: M1 Method: Least Squares Date: 12/12/07 Time: 09:11 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable C X1 X2 X3 X4 D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -79863.08 0.768627 -734.7768 658.8330 2.994092 -16462.80 0.985714 0.984483 9890.937 5.67E+09 -676.4219 0.533578 Std. Error 15169.24 0.179181 177.1916 53.16520 1.170249 9277.178 t-Statistic -5.264804 4.289668 -4.146793 12.39219 2.558508 -1.774548 Prob. 0.0000 0.0001 0.0001 0.0000 0.0131 0.0812 108166.0 79402.30 21.32569 21.52808 800.4109 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

LAMPIRAN XV Hasil Standard Error dan T Hitung Metode OLS Standard Error t Hitung 0.157811 4.870561 203.1560 -3.616811 44.21743 14.89985 1.060117 2.824304 7357.548 -2.237538 Penyembuhan Metode White Standard Error t Hitung 0.179181 4.289668 177.1916 -4.146793 53.16520 12.39219 1.170294 2.558508 9277.178 -1.774548

X1(GDP) X2(R) X3(INF) X4( KURS) D97

LAMPIRAN XVI

Hasil Regresi Permintaan Uang M2


Dependent Variable: M2 Method: Least Squares Date: 12/07/07 Time: 11:48 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X2 X3 X4 D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -269451.8 2.267252 -1793.637 2572.442 15.97112 40299.27 0.996958 0.996695 20428.58 2.42E+10 -722.8422 1.403150 Std. Error 29143.10 0.325940 419.5951 91.32598 2.189548 15196.16 t-Statistic -9.245817 6.956045 -4.274685 28.16769 7.294256 2.651937 Prob. 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0103 491372.5 355362.0 22.77632 22.97871 3801.130 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

LAMPIRAN XVII Uji Chow M2


Chow Breakpoint Test: 1997:3 F-statistic Log likelihood ratio 3.323780 Probability 17.17209 Probability 0.004185 0.010896

LAMPIRAN XVIII Hasil Uji Multikolinearitas M2


X1 X1 X2 X3 X4 D97 1.000000 -0.409238 0.815806 0.622437 0.661092 X2 -0.409238 1.000000 -0.324974 -1.02E-05 -0.013110 X3 0.815806 -0.324974 1.000000 0.871422 0.869974 X4 0.622437 -1.02E-05 0.871422 1.000000 0.927979 D97 0.661092 -0.013110 0.869974 0.927979 1.000000

LAMPIRAN XIX Penyembuhan Multikolinearitas M2


X1 X1 X2 D97 1.000000 -0.409238 0.661092 X2 -0.409238 1.000000 -0.013110 D97 0.661092 -0.013110 1.000000

LAMPIRAN XX Hasil Uji Autokorelasi M2


Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared 2.634655 5.504156 Probability Probability 0.080623 0.063795

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 12/12/07 Time: 21:55 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable C X1 X2 X3 X4 D97 RESID(-1) RESID(-2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient 111.8449 -0.025948 25.53450 21.57084 0.133149 -4668.165 0.290484 0.030025 0.086002 -0.028247 19876.08 2.21E+10 -719.9645 2.008793 Std. Error 28377.66 0.317327 408.5633 89.72720 2.166661 15541.23 0.134050 0.146290 t-Statistic 0.003941 -0.081770 0.062498 0.240405 0.061454 -0.300373 2.166976 0.205240 Prob. 0.9969 0.9351 0.9504 0.8109 0.9512 0.7650 0.0345 0.8381 -9.28E-11 19601.17 22.74889 23.01875 0.752759 0.628732

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

LAMPIRAN XXI Hasil Uji White Heterokedasitisitas M2 Cross Term


White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 1.537323 25.53485 Probability Probability 0.119398 0.143680

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/12/07 Time: 10:49 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X1^2 X1*X2 X1*X3 X1*X4 X1*D97 X2 X2^2 X2*X3 X2*X4 X2*D97 X3 X3^2 X3*X4 X3*D97 X4 X4^2 X4*D97 D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient -3.70E+09 -109657.6 0.930115 -2768.793 77.65545 -5.459082 36233.84 1.50E+08 -640509.7 418662.7 12416.37 -35638620 -87352452 -78825.45 4128.177 67943405 7104799. -47.42401 -6722665. 5.33E+09 0.398982 0.139452 4.46E+08 8.74E+18 -1353.407 2.285780 Std. Error 9.44E+09 207545.9 1.133857 3989.466 794.5918 21.84341 85543.03 3.28E+08 1557790. 770332.3 11452.74 1.31E+08 83136317 91233.47 2666.262 62515029 5557513. 35.17430 5021367. 1.15E+10 t-Statistic -0.392363 -0.528353 0.820310 -0.694026 0.097730 -0.249919 0.423574 0.456938 -0.411166 0.543483 1.084140 -0.271640 -1.050714 -0.863997 1.548301 1.086833 1.278413 -1.348258 -1.338812 0.463774 Prob. 0.6967 0.5999 0.4165 0.4913 0.9226 0.8038 0.6739 0.6500 0.6829 0.5895 0.2842 0.7872 0.2991 0.3923 0.1287 0.2830 0.2078 0.1845 0.1875 0.6451 3.78E+08 4.81E+08 42.91896 43.59361 1.537323 0.119398

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

LAMPIRAN XXII Hasil Uji White Heterokedasitisitas M2 No Cross Term


White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared 2.006903 16.04138 Probability Probability 0.056231 0.066022

Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/12/07 Time: 10:48 Sample: 1990:1 2005:4 Included observations: 64 Variable C X1 X1^2 X2 X2^2 X3 X3^2 X4 X4^2 D97 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat Coefficient 6.83E+09 -178796.2 1.004190 -19013706 472087.6 7254315. -27052.94 544699.7 -24.08751 -1.54E+09 0.250647 0.125754 4.49E+08 1.09E+19 -1360.465 2.123887 Std. Error 4.45E+09 105634.7 0.549500 35468306 618730.3 12381287 25460.69 298702.9 15.15509 5.54E+08 t-Statistic 1.533556 -1.692589 1.827461 -0.536076 0.762994 0.585910 -1.062537 1.823550 -1.589401 -2.772984 Prob. 0.1310 0.0963 0.0732 0.5941 0.4488 0.5604 0.2927 0.0738 0.1178 0.0076 3.78E+08 4.81E+08 42.82705 43.16437 2.006903 0.056231

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)

Anda mungkin juga menyukai