Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang masih menghadapi risikopenyakit malaria. Sekitar 80% Kabupaten atau Kota di Indonesia, menurut menteri kesehatan Republik Indonesia, saat ini masih termasuk dalam kategori endemis malaria, masih menurut menteri kesehatan, malaria menyerang penduduk, terutama yang berdomisili di daerah terpencil dengan kondisi lingkungan yang kurang baik, transportasi dan komunikasi yang sulit tercapai, dan akses pelayanan kesehatan yang

terbatas(Kemenkes, 2010). Jumlah kasus klinis yang di laporkan pada tahun 2009 adalah sebanyak 1.143.024 orang dengan jumlah kasus positif, berdasarkan pemeriksaan laboratorium, adalah 199.577 orang (Kemenkes, 2010). Jumlah tersebut mungkin lebih kecil dari kasus yang sebenarnya, karena tidak semua kasus dilaporkan akibat hambatan transportasi dan komunikasi dari desa endemis terpencil (Susana, 2010). Kesehatanlingkungandapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara lingkungan dengan kesehatan manusia, tumbuhan, dan hewan dengan tujuan untuk meningkatkan faktor lingkungan yang menguntungkan (eugenik) dan mengendalikan faktor yang merugikan (disgenik), sedemikian rupa sehingga risiko terjadinya gangguan kesehatan dan keselamatan jadi terkendali.Usaha yang dilakukan adalah membuatsemua kondisi semua elemen (air, udara, makanan, tanah, biota, dan manusia beserta

perilakunya) menjadi sehat sehingga tidak menimbulkan terjadinya penyakit, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan (Soemirat, 2011). Di Indonesia menurut pengamatan terakhir terdapat sekitar 80 spesies Anopheles, sedangkan yang dinyatakan sebagai vektor malaria adalah sebanyak 22 spesies dengan tempat perindukan yang berbeda-beda. Di Sumatera spesies yang sudah dinyatakan sebagai vektor penting adalah An sundaicus, An. maculatus, dan An. nigerrimus sedangkan An.sinensis, dan An. letifer merupakan vektor yang kurang penting. Propinsi Bengkulu nyamuk yang sudah dinyatakan sebagai vektor malaria adalah An. maculatus, An. Sundaicus dan An. nigerrimus (Santoso, 2011). Malaria adalahsalah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas.Sampai saat ini malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia.Malaria sebagai salah satu penyakit infeksi disebabkan oleh infeksi protozoa dari genusPlasmodium, yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Anophelesbetina. Penyakit ini tersebar luas di berbagai daerah, dengan derajat infeksi yang bervariasi (Santoso, 2011).Upaya penanggulangan KLB malaria, baik dengan pengobatan secara masal, survey demam, penyemprotan rumah, penyelidikan vektor penyakit dan tindakan lain, misalnya pengeringan tempat perindukan telah dilakukan dengan baik (Harijanto dkk, 2009). Di beberapa daerah yang telah belasan tahun tidak ada kasus malaria, tiba-tiba menjadi endemis kembali.Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Barat mencatat jumlah penderita penyakit malaria hingga akhir 2009 sebanyak 89.954 orang.Berkembang biaknyanyamuk malaria tidak lepasdari tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap kebersihan lingkungan terutama yang tinggal di sekitar lokasi perkebunan dan

pesisir.Wilayah yang masih tinggi kasus malarianya banyak di kawasan pesisir di Pulau Sumbawa, sedangkan di Pulau Lombok yakni di wilayah Lombok Utarayang memiliki areal tambak dan perkebunan.Hal ini berkaitan dengan terjadinya perubahan lingkungan yang memudahkan perkembangan nyamuk vektor malaria (Santoso, 2011). Prinsip dasar pemberantasan malaria adalah memutuskan rantai penularan malaria dari orang sakit ke orang sehat. Upaya penanggulangan malaria dititikberatkan kepada diagnosis dini dan pengobatan tepat pemantauan, pencegahan, dan penanggulangan KLB secara dini : pemberantasan vektor yang selektif dengan pendekatan spesifik wilayah (local specific areas) dan meningkatkan kemampuan daerah untuk memecahan permasalahan malaria.Umumnya malaria ditemukan pada daerah-daerah terpencil dan sebagian besar penderitanya dari golongan ekonomi lemah.Angka kesakitan malaria sejak 4 tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan, diwilayah kerja puskesmas Kayangan dari delapan desa, jumlah kasus kejadian malaria selama tiga bulan terakhir mulai dari bulan September-November 2011 desa yang paling banyak terjangkit kasus malaria adalah desa Kayangan sebanyak 20 kasus. Angka kejadianmalaria di desa Kayangan pada satu tahun 2011 dalam tiap bulannya mengalami fluktuasi, yaitu pada bulanJanuari angka kejadian malaria terdapat sebanyak 25 orang per 5442 penduduk, bulan Februari 14 orang per 5442 penduduk, bulan maret 96 orang per 5442 penduduk, bulan april 6 orang per 5442 penduduk, bulan mei 13 orang per 5442 penduduk, bulan juni 5 orang per 5442 penduduk. Hal ini disebabkan karena kondisi geografis setempat berada di pesisir pantai dan kesadaran dari penduduk setempat akan hal kebersihan

lingkungannya masih sangat kurang, seperti masih membuang sampah sembarangan ( Data Puskesmas Kayangan, 2011). Hal ini membuatpeneliti tertarik untuk melakukkan penelitian

mengenaiHubungan Pengetahuan Pencegahan Malaria dengan Perilaku Pengendalian Vektor Malaria di Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:Apakah ada Hubungan Pengetahuan Pencegahan Malaria Dengan Perilaku Pengendalian Malaria Di DesaKayangan, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan pencegahan malariadengan perilaku

pengendalian malaria di DesaKayangan, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB. 2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan tentang pencegahan malaria di Desa Kayangan, KecamatanKayangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB. b. Mengetahui perilaku pengendalian vektor malaria di Desa Kayangan,

KecamatanKayangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB. c. Mengetahui keeratan hubungan pengetahuan pencegahan malariadenganperilaku pengendalian malaria di Desa Kayangan, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Sebagai sumbangan pikiran untuk memberikan informasi untuk pengambilan kebijakan kepada masyarakat dalam hal penanganan penyakit malaria. 2. Bagi Masyarakat Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi penderita malaria agar melakukan pencegahan-pencegahan terjadinya penyakit malaria seperti menggunakan kelambu. 3. Bagi Peneliti Mendapat tambahan ilmu pengetahuan, pengalaman serta kajian ilmiah dari peneliti sendiri.

E. Keaslian Penelitian

Selama ini penulis belum pernah mengetahui dan membaca penelitian yang seperti penulis lakukan saat ini, namun ada beberapa penelitian lain yang hampir sama dan pernah di publikasikan adalah: 1. Taharudin (2004) dengan judul Lingkungan Perumahan, Kondisi Fisik, Tingkat Pengetahuan, Perilaku Masyarakat Dan Angka Kejadian Malaria Di Kota Sabang. Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan case control, menggunakan metoderetrospektif, dengan survei investigasi. Dengan jumlah sampel 61penduduk yang terkena malaria dan 61 penduduk yang tidak terkena malaria sebagai control group. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktifitas di luar rumah pada malam hari, kelembaban rumah, semak belukar, dan pemasangan kawat kasa merupakan variabel yang berhubungan sangat bermakna dengan angka kejadian. Hasil analisis korelasi variabel keluar rumah pada malam hari

menunjukkan bahwa keluar rumah pada malam hari merupakan variabel yang dapat mempengaruhi angka kejadian malaria (p=0,000) dan penggunaan kawat kasa mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria(p=0,001). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu jenis penelitiannya dimana peneliti menggunakan jenis penelitian cross sectional sedangkan pada penelitian tersebut menggunakan jenis penelitiancase control. 2. Chafidhah (2010) dengan judul Hubungan Sanitasi Lingkungan Perkebunan Salak Dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Desa Gunungjati ,Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan penelitiancase controldengan jumlah sampel 39 orang sampel kasus sampel controlberjumlah 39 orang. Hasil penelitian ini adalah ada Hubungan Sanitasi

Lingkungan Perkebunan Salak Dengan Kejadian Penyakit Malaria Di Desa Gunung Jati Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara (p value=0,005). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu jenis penelitiannya dimana peneliti menggunakan jenis penelitian cross sectional sedangkan pada penelitian tersebut menggunakan jenis penelitiancase control. 3. Wijaya (2009) dengan judul Perilaku Pencegahan Dalam Hubungannya Dengan Kejadian Malaria Di Kabupaten Lombok Tengah. Jenis penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan rancangan case control, dengan jumlah sampel 75 orang. Hasil penelitian ini adalah ada hubungan yang bermakna antara membunuh/menghindari gigitan nyamuk dan umur 15-40 tahun dengan kejadian malaria. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu jenis penelitiannya dimana peneliti menggunakan jenis penelitian cross sectional sedangkan pada penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian case control. 4. Tarigan (2007) dengan judul Pengaruh Metode Ceramah, Diskusi Dan Modul Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Tokoh Masyarakat Dalam Pencegahan Malaria Di Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo. Jenis penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan rancangan pretest-posttest control group, dengan jumlah sampel seluruh tokoh masyarakat di Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo. Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh metode ceramah, diskusi dan modul terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap tokohmasyarakat dalam pencegahan malaria di Kecamatan Lau Baleng Kabupaten Karo.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu jenis penelitiannya dimana peneliti menggunakan jenis

penelitian cross sectional sedangkan pada penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimen.

Anda mungkin juga menyukai