LABORATORIUM OSEANOGRAFI KIMIA JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
2.
oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.
3.
Oksigen juga memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik (Abel,1989). Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya
suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis (Odum,1971). Menurut Effendi (2008), kadar oksigen yang terlarut dalam perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Kadar oksigen juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada percampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah (effluent) yang masuk ke badan air (Effendi,2003). Oksigen terlarut akan menurun apabila banyak limbah, terutama limbah organik, yang masuk ke perairan. Hal ini dikarenakan oksigen tersebut digunakan oleh bakteri-bakteri aerobik dalam proses pemecahan bahan-bahan organik yang berasal dari limbah yang mencemari perairan tersebut (Anonim,2010). Limbah organik sangat berpengaruh pada jumlah oksigen terlarut karena secara alamiah, limbah organik berupa mikroorganisme dapat mengdegradasi dan menguraikan limbah organik yang ada sehingga proses dekomposisi oleh bakteri terhadap limbah organik itu dapt menurunkan jumlah O2 yang ada. Kekurangan oksigen ekibat dekomposisi limbah organik oleh bakteri dapat diatasi dengan cara uptake/pengambilan O2 dari udara yang dipenagruhi oleh tekanan atmosfer ke dalam laut. Di daerah permukaan penambahan dan pengurangan
DO hanya bersumber dari aktivitas fotosintesis dari tumbuhan air dan adanya perbedaan DO antara dasar dan permukaan (Anonim, 2010). Kandungan oksigen terlarut 2 mgr/L adalah kandungan minimal yang cukup untuk mendukung kehidupan organisme perairan secara normal. Agar kehidupan dapat layak dan kegiatan perikanan berhasil maka kandungan oksigen terlarut harus tidak boleh kurang daripada 4 ppm sedangkan perairan mengandung 5 mgr/L oksigen pada suhu 20 30 oc masih dipandang sebagi air yang cukup baik utuk kehidupan ikan. Sedangkan standar Do yang berlaku yaitu 2 - 4 mgr/L (Odum, 1971). Berdasarkan kandungan oksigen terlarut, maka pengelompokan kualitas perairan air laut dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tidak tercemar (> 6,5 mgr/l ), tercemar ringan (4,5 6,5 mgr/l), tercemar sedang (2,0 4,4 mgr/l) dan tercemar berat (< 2,0 mgr/l) (Odum, 1971). .
C. Prosedur Kerja
Terlebih dahulu memasukkan air contoh kedalam botol BOD secara perlahan, hindari adanya gelembung udara. Kemudian menutup botol secara perlahan. Selanjutnya membuka tutup botol dan menambahkan 2 ml MnSO4. H2O, kemudian menambahkan 2 ml alkali-iodida-asida. Kemudian menutup kembali botol BOD secara perlahan. Kemudian mengocok dengan cara membolak balik sebanyak 15 kali. Kemudian mendiamkan sampai terjadi endapan di dasar botol. Kemudian menambahkan 2 ml (H 2 SO 4 ), kocok sampai semua endapan larut. Setelah itu, mengambil air contoh 100 ml dengan
menggunakan gelas ukur 100 ml kemudian memasukkan ke dalam erlenmeyer. Kemudian melakukan titrasi dengan Na-Thiosulfat 0,025 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning tua hingga kuning muda. Selanjutnya
menambahkan 5 hingga 8 tetes indikator amilum sampai terbentuk warna biru. Setelah itu melanjutkan titrasi dengan Na-Thiosulfat sampai berwarna bening.
B. Perhitungan
Adapun perhitungan yang digunakan dalam menentukan oksigen terlarut adalah dengan menggunakan rumus:
1000 x A x N x 8 Vc x Vb / (Vb - 6)
A = mL larutan baku natrium tiosulfat yang digunakan (ml) Vc = mL larutan yang dititrasi (ml) N = kenormalan larutan natrium tiosulfat (0.025) Vb = volume botol BOD (300 ml)
A. Hasil
Data yang diperoleh : A1 = 1.5, A2 = 1.5 N= 0,025 Vc= 50 ml Vb= 300 ml 1000 x A x N x 8 Oksigen terlarut dalam mg/L = ---------------------------Vc x Vb / (Vb 6) = 1000x 1.5x 0.025 x 8 50 x 300 x/ (300-6) = 300 15000/ 294 = 5.88 mg/L
B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan perhitungan diperoleh hasil kandungan oksigen terlarut (DO) menggunakan metode titrasi larutan sampel air laut sebesar 5.88 mg/L. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa kadar oksigen terlarut di daerah tersebut termasuk perairan yang tercemar ringan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Odum (1971) bahwa Korelasi antara kualitas perairan dengan kandungan oksigen terlarut (mg/L) sebesar 4,5 6,5 berarti tercemar ringan.
V. PENUTUP A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa penentuan kadar Oksigen Terlarut (DO) menggunakan metode titrasi didapatkan nilai DO 5.88 mg/l. Nilai yang didapat tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut termasuk perairan yang tercemar ringan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Odum (1971) bahwa Korelasi antara kualitas perairan dengan kandungan oksigen terlarut (mg/L) sebesar 4,5 6,5 berarti tercemar ringan. B. Saran Ada baiknya praktikum dilakukan tiap praktikan atau 2-3 orang per kelompok agar proses pembelajaran kedepannya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abel, P. D. 1989. Water Pollution Biology. Ellis Harword Limited. Chichester, 231 p Anonim. 2010. Bahan Kuliah Pencemaran Laut. Fakultas Ilmu Kelautan, UNHAS, Makassar. Effendi, Hefni.2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Saunder Com. Philadelphia 125 pp. Riley dan Skirrow. 1976. Chemichal Oceaenography. Vol 1 dan 2. John Wiley and Sons ; New York. Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang (Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi Riyono, eds.) P3O - LIPI hal 42 46. Swingle, H.S. 1968. Standardization of Chemical Analysis for Water and Pond Muds. F.A.O. Fish, Rep. 44, 4 , 379 - 406 pp.