Anda di halaman 1dari 5

for my mother...

Saat jarum jam berdetak Kira-kira masuk waktu imsyak Sesosok tubuh tampak bergerak Dengan gontai ia beranjak Diiringi angin yang berderak Perlahan disiapkannya serentak Kayu tebu , korek , dan blarak * Siaplah ia untuk memasak Didalam dapur yang penuh kerak Beraspun siap untuk ditanak Saat adzan Subuh menggema Ia beranjak sholat dan berdoa Memohon rezeki dari yang Kuasa Juga berdoa bagi anak anaknya Serta kedua orang tuanya Yang kini telah tiada Aku terbangun saat ibu berdoa Dengan mukena menutupi tubuhnya Perlahan kudengar lirih suaranya Menyatu dalam derai air mata Sebening embun di pagi buta Inilah elegi ratapan jiwa Dari sosok rapuh penuh derita Ibuku Betapa mahal air matamu Betapa besar pengorbananmu Aku punya mata , hati , dan telinga Aku tahu ibu menangisi apa Betapa remuk aku mendengarnya Sampai akhirnya Dua kristal bening luruh bersama Kuseka air mataku ini Saat ibu telah selesai Berdoa pada ilahi robbi

Pagi penuh harapan telah tiba Ibu pun bersiap untuk bekerja Dengan pakaian kumal bernoda Bercampur lumpur kering merona Tak lupa kerudung tak tentu warna Perlahan ibu mengolesi kaki Dengan minyak yang ku beli Karena kutu air menyakiti Membuat ibu menjerit lirih Menahan rasa sakit dan perih Pukul lima tiga puluh pagi Ibu bersiap untuk pergi Setelah menberi uang saku kami Bersama teman seprofesi Dengan cepat walau telanjang kaki Dapat ku bayangkan ibu bekerja Menanam padi untuk semua Berkubang dalam lumpur pekat Dalam hawa dingin yang mencekat Dalam keletihan yang tergurat Sehari ibu bekerja tiga kali Atau malah kadang empat kali Kadang ibu terbakar mentari terik Kdang ibu menggigil karena dingin Oleh hujan deras dan angin Tak terbayangkan keletihan ibu Sehari berkubang dalam lumpur Dalam gerakan selalu mundur Supaya padi tertanam teratur Membuat badan serasa hancur OhSulitnya mencari uang lima ribu Telah di rasakan oleh ibuku Tak di hiraukannya tubuh berpeluh Tetap semangat, tak pernah mengeluh Walau badan serasa lumpuh

Semua demi aku dan adikku Supaya hidup cukup selalu Walau hanya makan nasi tiwul Dengan sedikit beras tercampur Ibu selalu tetap bersyukur Ibu sosok wanita bijaksana Mengajari kami hidup sederhana Ibu berprinsip makan seadanya Dari pada utang di mana mana Aku setuju pendapatnya Ibu adalah sosok wanita tegar Walau cobaan kian membakar Ibu selalu banyak banyak istighfar Memohon pada Tuhan yang Maha Besar Disertai tawakkal dan sabar Saat aku berangkat sekolah Selalu aku bertemu ibu di sawah Selalu aku tersenyum ramah Beliau tersenyum , mengangguk lemah Di bawah sinar mentari cerah Kadang aku malu pada diriku Saat memakai jas biru Almamater milik sekolahku Berkebalikan dengan hidup keluargaku Oh Tuhan ini salahku Terlalu tinggi aku menuntut Menbuat ayah ibu kalang kabut Mencari uang supaya cukup Walau uang tak pernah menyangkut Langsung hilang , licin seolah belut Tapi , aku selalu termotivasi Oleh kerja keras ibu tiap hari Oleh keadaan yang sulit ini Oleh pengorbanan ayah ibu kami Untuk mengubah mimpi mimpi

Menjadi kenyataan yang pasti Ibu pulang saat sore hari tiba Dengan baju basah kuyup semua Bibir pucat menahan dingin membara Tangan kaku sedingin es antartika Dan kaki perih saat kutu air mendera Segera aku mengambil timba Mengisi bak hingga penuh semua Agar ibu bisa membersihkan badannya Lantas kuambilkan baju hangat Dan kubuatkan secangkir teh nikmat Saat sore kian merangkak Ibu pun mulai memasak Telah matang nasi di tanak Dengan tempe di goreng minyak Itu sudah kenikmatan puncak Pukul tujuh ibu sudah mengantuk Terlalu letih badan terpuruk Jaket tebal kini menyelimutinya Memberi kehangatan seutuhnya Dari dingin yang mendera Kulihat ibu telah terlelap tidur Kupandangi wajah ibu sambil terpekur Akh Ibu tampak lebih tua dari umurnya Guratan keletihan masih terukir nyata Uban putih ibu kini kian merata Perlahan kututup badan ibu Dengan selimut tebal milikku Agar ibu hangat selalu Tak lupa kucium tangan ibu Dan berkata Selamat malam ibu Semoga mimpi indah selalu Saat kau buka mata Aku berharap ibu suka

Akan kado kecil tak berharga Dari anak tak berguna Untuk ibu , sebagai pelipur lara *blarak = pelepah daun kelapa kering

Anda mungkin juga menyukai