Anda di halaman 1dari 2

GANGGUAN ANSIETAS Ikhtisar Gangguan ansietas merupakan keadaan psikiatri yang paling sering ditemukan di Amerika Serikat dan

diseluruh dunia. Studi menunjukanbahwa gangguan ini meningkatkan morbilitas, penggunaan pelayanan kesehatan, dan hendaya fungsional. Pemahaman neuroanatomi dan biologi molekular ansietas menjanjikan pengertian baru mengenai etiologi dan terapi yang lebih spesifik (dengan demikian lebih efektif) di masa mendatang. GEJALA ANSIETAS Pengalaman ansietas memiliki dua komponen: kesadara akan sensasi fisiologi( seperti palpitas dan berkeringat) serta kesadaran bahwa ia gugup atau ketakutan. Selain pengaruh viseral dan motorik (Tabel 13.1), ansietas mempengaruhi pikiran, persepsi, dan pembelajaran. Ansietas cenderung menimbulkan kebingungan dan distorsi persepsi, tidak hanya persepsi waktu dan ruang tetapi juga orang dan arti peristiwa. Distorsi ini dapat mengganggu proses pembelajaran denga menurunkan konsentrasi, mengurangi daya ingat, dan mengganggu kemampuan menghubungkan sat hal dengan hal lain- yaitu membuat sosiasi. Aspek penting emosi adalah efeknya pada selektivitas perhatian. Orang yang mengalami ansietas cendrung memperhatikan hal tertentu di dalam lingkungannya dan menabaikan hal lain dalam upaya untuk membuktikan bahwa mereka dibenarkan untuk menganggap situasi tersebut menakutkan. Jika keliru dalam membenarkan rasa takutnya, mereka akan meningkatkan ansietas dengan respons yang selektif dan membentuk lingkaran setan ansietas, persepsi yang mengalami distorsi, dan ansietas yang meningkat. Jika sebaliknya, mereka dengan keliru menetramkan diri mereka dengan pikiran selektif, ansietas yang tepat dapat berkurang, dan mereka dapat gagal meningambil tindakan pertahanan yang perlu. ANSIETAS PATOLOGIS Epidemiologi Gangguan ansietas merupakan kelompok gangguan psikiatri yang paling sering ditemukan. National Comorbidity study melaporkan bahwa satu si antara empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan ansietas dan terdapat angka prevalensi 12 bulan sebesar 17,7 persen. Perempuan ( prevalensi seumur hidup 30,5 persen) lebih cendrung mengalami gangguab ansietas dari laki-laki (prevalensi seumur hidup 19,2 persen). Prevalensi gangguan ansietas menurun dengan meningkatnya status sosio-ekonomik.

Kontribusi Ilmu Psikologis


Tiga kelompok teori psikologis utama---psikoanalitik, prilaku dan eksistensial---telah menyumbang teori mengenai penyebab ansietas. Masing-masing teori memiliki kegunaan konseptual maupun praktis dalan terpai gangguan ansietas.

Teori Psikoanalitik.
Walaupun Sigmund Freud awalnya meyakini bahwa ansietas berasal dari penumpukan libido fisiologis, ia akhirnya mendefinisikan kembali ansietas sebagai sinyal adanya bahaya pada ketidaksadaran. Ansietas dipandang sebagai akibat konflik psikik antara keinginan tidak disadari yang bersifat seksual atau agresif dan ancaman terhadap hal tersebut dari super-ego atau realitas eksternal. Sebagai tespon terhadap sinyal ini, ego memobilisasi mekanisme pertahanan untuk mencegah pikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima agar tidak muncul ke kesadaran. Saat ini, banyak ahli neurobiologi terus menyokong banyak gagasan dan teori Freud. Satu contoh adalah peran amigdala yang meningkatkan respons takut tanpa rujukan apapun pada memori yang disadari untuk respons ansietas. Dari perspektif psikodimanik, tujuan terapi bukanlan menghilangkan semua ansites tetapi meningkatkan toleransi terhadap ansietas --- yaitu, kemampuan menalami ansietas dan menggunakannya sebagai sinyal untuk menyelidiki konflik dasar yang telah menciptakannya. Ansietas muncul sebagai respons terhadap bebagai situasi selama siklus kehidupan, dan upaya menghilangkannya dengan cara psikofarmakologis mungkin tidak berfungsi apapun dalam menyelesaikan situasi kehidupan atau hubungan internal yang telah mencetuskan keadaan. Teori Prilaku-Kognitif. Teori prilaku atau pembelajaran ansietas telah menghasilja beberapa terapi yang paling efektif untuk gangguan ansietas. Menurut teori ini, ansietas adalah respons yang dipelajari terhadap stimulus lingkungan spesifik. Di dalam model pembelajaran klasik, orang tanpa alergi makanan dapat menjadi sakit setelah di restoran memakan kerang yang terkontaminasi. Pajanan berikutnya terhadap kerang dapat meyebabkan orang ini merasa sakit. Melalui generalisai, mereka dapat menjadi tidak percaya pada makanan yang disiapkan orang lain. Tabel 13.1 1 Manifestasi Perifer ansietas Sebagai kemungkinan penyebab lain, mereka belajar memiliki respons internal ansietas dengan meniru respons ansietas orang tua mereka (teori pembelajaran sosial). Pada masing-masing kasus, terapi iasanya merupakan suatu bentuk desensitisasi dengan pajanan berulan terhapat stimulus ansiogenik, digabungkan dengan metode psikoterapeutik kognitif. Pada tahun-tahun belakangan ini, pendukung teori prilaku menunjukan peningkatan minat terhadap pendekatan kognitif dalam mengonseptualisasi dan menatalaksana gangguan ansietas, dan ahli teori kognitif mengisilkan alternatif teori pembelajaran tradisiona; model penyebab ansietas. Menurut konseptualisasi keadaan ansietas nonfobik, pola pikir yang salah, terdistorsi, atau kontraproduktifmenyertai atau mendahului perilaku maladaptif dan gangguan emosi. Menurut satu model, pasien dengan gangguan ansietas cendrung memperkirakan secara berlebihan derajat bahaya dan kemungkinan kerusakan pada situasi tertentu serta cendrung meremehkan kemampuan mereka dalam menghadapi ancaman yang dirasakan pada kesejahteraan fisik atau psikolosgis mereka. Model ini menegaskan bahwa pasien dengan gangguan panik sering memiliki pikiran akan hilangnya kendali dan takut mati yang mengikuti sensasi fisiologis yang tidak dapat dijelaskan ( seperti palpitasi, takikardi, dan kepala terasa ringan) tetapi mendahului dan kemudian menyertai serangan panik.

Anda mungkin juga menyukai